• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lateks - Pembuatan Spesimen Sarung Tangan Berbahan Dasar Lateks Pekat 60% Dengan Pengisi Montmorillonit Yang Dimodifikasi Dengan CTAB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lateks - Pembuatan Spesimen Sarung Tangan Berbahan Dasar Lateks Pekat 60% Dengan Pengisi Montmorillonit Yang Dimodifikasi Dengan CTAB"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lateks

Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang

dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan

integument biji karet. Lateks diperoleh dari tanaman Hevea brasiliensis,

diolah dan diperdagangkan sebagai bahan industri dalam bentuk karet sheet,

crepe, lateks pekat dan karet remah (Crumb rubber).

Gambar 2.1 lateks kebun

Lateks merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan

karet yang tersupensi di dalam suatu media yang banyak menganding

bermacam-macam zat. Bagian-bagian yang terkandung tersebut tidak larut

sempurna, melainkan terpencar secara atau merata di dalam air.

Partikel-partikel koloidal ini sedemikian kecil dan halusnya sehingga dapat menembus

saringan. Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen.

Komponen yang pertama adalah bagian yang mendispersikan atau

memancarkan bahan-bahan yang terkandung secara merata, biasa disebut

serum. Bahan-bahan bukan karet yang larut dalam air, seperti protein,

garam-garam mineral, enzim dan lainnya termasuk ke dalam serum. Komponen

(2)

Gambar 2.2 Struktur molekul karet alam

Lateks yang dikeluarkan oleh pohon karet, warnanya putih susu sampai

kuning. Lateks mengandung 25-40 % bahan karet mentah (crude rubber) dan

60-77 % serum (air dan zat yang larut). Karet mentah mengandung 90-95%

karet murni, 2-3 % protein, 1-2 % asam lemak, 0,2 % gula, 0,5 % garam dari

Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn, dan Fe. Karet alam adalah hidrokarbon yang

merupakan mikromolekul poliisoprene (C5H8)n dengan rumus kimia

1,4-cis-poliisoprene. Partikel karet tersuspensi atau tersebar secara merata dalam

serum lateks dengan ukuran 0.04-3.00 mikron dengan bentuk partikel bulat

sampai lonjong (Triwijoso, 1995).

Lateks pekat adalah lateks dari karet alam yang sekurang-kurangnya

mengandung 60% kadar karet kering. Penggolongan lateks pekat didasarkan

dengan cara pemekatan dan jenis pengawetannya. Untuk membuat barang

jadi lateks, maka terlebih dahulu lateks harus dipekatkan. Pemekatan lateks

bertujuan untuk:

• Memperoleh kadar karet kering sebanyak 60% • Mengurangi biaya produksi

• Mengetahui jumlah air yang ditambahkan pada pengenceran lateks sampai

kadar yang dikehendaki

Beberapa cara pemekatan lateks yang sering dijumpai dalam perdagangan

salah satunya dengan yaitu cara pemusingan (centrifuging). Proses

pemusingan (centrifuging) adalah proses pemekatan lateks dengan

menggunakan centrifuge atau sejenisnya, lateks diberi amoniak dan

(3)

Sifat-sifat mekanik yang baik dari karet alam menyebabkannya dapat

digunakan untuk berbagai keperluan umum seperti sarung tangan. Pada suhu

kamar, karet tidak berbentuk kristal padat dan juga tidak berbentuk cairan.

Perbedaan karet dengan benda-benda lain, tampak nyata pada sifat karet yang

lembut, fleksibel dan elastis. Sifat-sifat ini memberi kesan bahwa karet alam

adalah suatu bahan semi cairan alamiah atau suatu cairan dengan kekentalan

yang sangat tinggi. Namun begitu diperlukan pemahaman tentang teknologi

karet. Teknologi karet meliputi perancangan formula (resep) karet, mastikasi

dan penggilingan, pengujian karakterik vulkanisasi, dan pengujian sifat fisik

dan sifat kimia vulkanisat karet.

Salah satu dari bagian teknologi karet yang cukup penting adalah

mastikasi. Proses mastikasi ini mengurangi keliatan atau viskositas karet alam

sehingga akan memudahkan proses selanjutnya saat bahan-bahan lain

ditambahkan. Banyak sifat-sifat karet alam ini yang dapat memberikan

keuntungan atau kemudahan dalam proses pengerjaan dan pemakainnya, baik

dalam bentuk karet atau kompon maupun dalam bentuk vulkanis (Hasan,

2013).

2.2 Sarung Tangan Lateks

Kontak pada kulit tangan merupakan permasalahan yang sangat penting

apabila terpapar bahan kimia yang korosif dan beracun. Sarung tangan

menjadi solusi, tidak hanya melindungi tangan terhadap karakteristik bahaya

bahan kimia, sarung tangan juga dapat memberi perlindungan dari peralatan

gelas yang pecah atau rusak, permukaan benda yang kasar atau tajam, dan

material yang panas atau dingin. Jenis sarung tangan yang sering dipakai di

laboratorium, diantaranya, terbuat dari bahan karet, kulit dan pengisolasi

(asbestos) untuk temperatur tinggi. Pembuatan barang menjadi karet, seperti

sarung tangan lateks adalah salah satu upaya untuk meningkatkan nilai

tambah karet alam dan untuk mengembangkan industri berbasis karet alam

dalam negeri. Sarung tangan lateks merupakan produk barang jadi karet yang

(4)

serapan konsumsi karet alam yang cukup besar sehingga apabila dapat

mengembangkan industrinya seperti melalui mendesain kompon karet dengan

biaya yang lebih murah maka berdampak pada peningkatan konsumsi karet

dalam negeri. Jenis karet yang digunakan pada sarung tangan, diantaranya

adalah karet butil atau alam, neoprene, nitril, dan Polivinil klorida (PVC).

Sarung tangan lateks yang bermutu biasanya dibuat dari karet alam. Hal

ini disebabkan karet alam mempunyai beberapa keunggulan, yaitu memiliki

kepegasan pantul yang baik, kalor timbul yang rendah, tegangan putus tinggi,

ketahanan retak lentur baik, fleksibel baik, kuat dan tahan lama, bahkan dapat

digunakan pada suhu -60oF. Sifat-sifat inilah yang diperlukan dalam

pembuatan sarung tangan lateks.

Sarung tangan lateks adalah produk yang digunakan untuk melapisi tangan

dalam mengerjakan pekerjaan tertentu. Sarung tangan dari lateks karet alam

banyak beredar dipasaran dengan berbagai jenis kegunaan dan cara

pembuatan. Ada sarung tangan dokter dan sarung tangan bedah yang sekali

pakai langsung buang,ada sarung tangan industri untuk makanan, bahan kimia

dan tahan panas.

Penggunaan sarung tangan lateks di Indonesia sampai saat ini mencapai 2

juta pasang/tahun, 90% lebih masih diimpor, walaupun Indonesia merupakan

negara produsen karet alam nomor 2 (dua) di dunia, sementara itu kebutuhan

sarung tangan lateks di dunia sekitar 540 juta pasang (Utama, 2011).

Karakteristik sarung tangan karet harus sesuai dengan persyaratan mutu SNI

16 –2623 –1992, meliputi tegangan putus 270,1 N/mm2, perpanjangan putus

801%, modulus 1,2 N/mm2, dan ketahanan sobek 680 N/ mm2. Penambahan

kalsium bentonit pada lateks pekat pembuatan sarung tangan diharapkan

dapat menambah kualitas sarung tangan karet, dimana parameter uji nya

adalah menguji kuat tarik, uji ketahanan sobek dan uji FTIR dari sarung

(5)

2.3Montmorillonit

Montmorillonit (MMT) adalah salah satu diantara silikat terlapis yang sering

dimanfaatkan karena sifatnya yang ramah lingkungan dan juga tersedia

melimpah di alam sehingga harganya relatif murah. Kisi kristal MMT terdiri

dari lapisan-lapisan berbentuk lembaran oktahedral dengan ketebalan 1 nm

yang berada diantara dua lembaran silika tetrahedral dengan aspek rasio

sekitar 100. Susunan dari lapisan-lapisan tersebut mengarah pada

terbentuknya celah Van der Waals yang lebih dikenal dengan gallery. Lapisan

tersebut bermuatan negatif dan muatan ini disetimbangkan oleh kation alkali

seperti Na+, Li+, atau Ca2+ diantara lapisan-lapisan aluminosilikat. Clay

Na-MMT adalah hidrofilik dengan luas permukaan yang tinggi (Tjong, 2006;

Taghizadeh, dkk,2013).

Gambar 2.3 Bentonit Alam

Kation-kation antarlapis dari MMT dapat dengan mudah diubah secara

ionik oleh atom-atom bermuatan positif atau ion-ion organik seperti kuarter

ammonium atau garam-garam posponium. Penggunaan ion-ion organik ke

dalam ruang-ruang antarlapis tidak hanya menyebabkan meningkatnya sifat

hidrofilik dari pilosilikat tetapi juga dapat meningkatkan harga d-spacing dari

silikat tersebut, bergantung pada fungsionalitas, kerapatan, dan panjang

molekul organik yang digabungkan (Lagaly dan Beneke, 1991). Jadi

organoclay memperbaiki kompatibilitas dengan matriks polimer dan

interkalasi dari polimer. Rantai organik mungkin terletak sejajar dengan

(6)

dari permukaan, membentuk mono- atau bimolekular dengan d-spacing

antarlapis yang lebih tinggi.

2.3.1 Sifat Fisika dan Kimia Montmorillonit

Struktur bangun lembaran montmorillonit terdiri dari 2 lapisan tetrahedral

yang disusun unsur utama Silika (O, OH) yang mengapit satu lapisan

oktahedral yang disusun oleh unsur M (O,OH) (M = Al, Mg, Fe) yang disebut

juga mineral tipe 2:1. Struktur utama MMT selalu bermuatan negatif karena

terjadinya substitusi isomorfik ion-ion, yaitu pada lapisan tetrahedral terjadi

substitusi ion Si 4+ oleh Al 3+, sedangkan lapisan oktahedral terjadi substitusi

ion Al 3+ oleh Mg 2+ dan Fe 2+. Ruang dalam lapisan montmorillonit dapat

mengembang dan diisi oleh molekul-molekul air dan kation-kation lain

(Alexandre dan Dubois, 2000).

Montmorillonit atau bentonit merupakan mineral aluminosilikat

(Al-silikat) yang banyak digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan

berbagai produk di berbagai industri dan juga sebagai reinforcement.

Ketebalan setiap lapisan montmorilonit sekitar 0,96 nm, tiap dimensi

permukaan umumnya 300-600 nm, sedangkan d spacing 1,2 – 1,5 nm

(Utracki dan Kamal, 2002).

Gambar 2.4 Struktur Kristal Montmorillonit

Pada proses pembuatan nanokomposit antara material polimer dan

(7)

jarak antar layer pada organoclay akan semakin membesar dan akhirnya

terjadi delaminasi struktur pada bentonit atau lebih dikenal dengan istilah

exfoliasi, dimana lapisan-lapisan bentonit dalam ukuran nano ini akan

terdispersi dalam matriks polimer (Syuhada dkk, 2009).

Monmorilonit umumnya berukuran sangat halus, sedangkan

komponen-komponen dalam lapisan tidak terikat kuat. Jika mengadakan persentuhan

dengan air, maka ruang diantara lapisan mineral mengembang, menyebabkan

volume clay dapat berlipat ganda. Terdapat tanda bahwa jarak dasar (basal

spacing) monmorilonit meningkat secara seragam jika terjadi penyerapan air.

Beberapa peneliti mencatat bahwa meningkatnya jarak dasar dapat

berlangsung pelan-pelan, yaitu pertanda pembentukan kulit hidrasi di

sekeliling kation-kation yang terdapat di antara lapisan. Tingginya daya

mengembang atau mengerut ari monmorilonit menjadi alasan kuat mengapa

mineral ini dapat menyerap dan memfiksasi ion-ion logam dan persenyawaan

organik. Dari keanekaragaman jenis lempung, monmorilonit ditemukan

dalam bentuk tanah kebanyakan. Tingginya daya plastis, mengembang dan

mengkerut , mineral ini menyebabkan tanah menjadi plastis jika basah dan

keras jika kering. Retakan-retakan pada permukaan tanah akan terlihat jika

permukaan tanah mengering (Indawahyuni, 2013).

2.4Cetyl trimethylammonium bromide (CTAB)

Cetyl trimethylammonium bromide (CTAB) adalah surfaktan kationik dengan

rumus molekul C19H42BrN, dengan berat molekul 364,45 g/mol, berbentuk

serbuk putih dengan titik lebur 237-243oC.

Gambar 2.5 Hexadecyltrimethylammonium (cetrimonium) bromida

CTAB dalam larutan akan terionisasi menjadi CTA+ dan Br-. Karena akan

terbentuk ion CTA+ yang bersifat

(8)

Gambar 2.6 Rumus Molekul CTAB

Bentonit yang semula bersifat hidrofilik berubah menjadi organofilik.

Bentonit hasil modifikasi disebut organoclay. Perubahan sifat bentonit

merupakan hasil dari penggantian kation anorganik pada bentonit dengan

kation organik surfaktan CTAB. Dengan masuknya surfaktan ke dalam

bentonit, d-spacing pada bentonitpun bertambah besar (terinterkalasi).

2.5 Elastomer

Elastomer adalah polimer amorf yang berada di atas suhu transisi kaca,

sehingga gerak segmental yang cukup adalah mungkin. Pada suhu kamar,

karet relatif lunak (E~3MPa) dan mampu berdeformasi. Elastomer merupakan

polimer dengan viscoelasticity (elastisitas), umumnya memiliki modulus

Young yang rendah dan hasil regangan yang tinggi dibandingkan dengan

bahan lain. Istilah polimer elastis, sering digunakan bergantian dengan istilah

karet, meskipun yang terakhir lebih disukai ketika mengacu pada istilah

vulcanisates. Setiap monomer yang menghubungkan membentuk polimer

biasanya terbuat dari karbon, hidrogen, oksigen dan / atau silikon.

Penggunaan utama mereka adalah untuk segel, perekat dan bagian yang dapat

terbentuk dengan fleksibel.

Elastomer biasanya bersifat termoset (membutuhkan vulkanisasi) tetapi

mungkin juga bersifat termoplastik. Rantai polimer yang panjang lintas-garis

yang terjadi pada selama pemeraman, yang disebut dengan vulkanisir.

Struktur molekul dari elastomer dapat dibayangkan sebagai struktur 'spaghetti

dan bakso', dengan bakso yang menandakan crosslink. Elastisitas berasal dari

kemampuan rantai panjang untuk mengkonfigurasi ulang diri untuk

mendistribusikan tegangan. Ikatan kovalen silang memastikan bahwa

(9)

Sebagai hasil dari fleksibilitas ekstrim ini, elastomer reversibel dapat

diperpanjang hingga 5-700%, tergantung pada bahan tertentu. Tanpa adanya

lintas-hubungan, rantai merenggang ulang, tegangan akan menghasilkan

deformasi permanen.

Beberapa tahun belakangan ini nanokomposit berbasis karet telah diteliti

dan dibahas secara meluas oleh para ahli terutama yang berhubungan dengan

potensi pemanfaatan nanoelement seperti silikat berlapis, talek, silica,

nanobiofiller dan carbon nanotube. Namun yang paling sering digunakan

pada 10 tahun belakangan dalam mempersiapkan nanokomposit berbasis

karet adalah silikat berlapis dan carbon nanotube. Penggabungan clay atau

silikat berlapis ke dalam matriks polimer dapat memberikan 4 struktur yang

berbeda: (1). konvensional, (ii). sebagian terinterkalasi dan sebagaian

tereksfoliasi, (iii). terinterkalasi penuh dan dan terdispersi, (iv). Tereksfoloiasi

penuh dan terdispersi.Hal ini bergantung pada konsentrasi dari clay dan

derajat pendistribusian ke dalam kompositnya (Luo dan Daniel, 2003).

Dalam mikrokomposit atau komposit konvensional, partikel-partikel tidak

mudah dimasukkan ke dalam matriksnya karena mudahnya membentuk

gumpalan (agregat) sehingga tidak memberi dampak yang berarti bagi

perbaikan sifat mekanik komposit. Pada nanokomposit yang terinterkalasi

kelihatan nanofiller tersusun secara teratur menyerupai kristal dalam

rantai-rantai polimer matriksnya. Namun, pada struktur tereksfloasi lapisan-lapisan

dari filler tidak tersusun dengan baik. Biasanya untuk karet nanokomposit

secara morfologi berada diantara kedua struktur di atas karena umumnya

terjadi interkalasi dan eksfloasi sebagian (Galimberti, 2011).

Karena alasan kurang kompatibel antara komponen karet (organik)

terhadap silikat (anorganik), untuk mendapatkan nanokomposit yang

interkalatif, fase anorganik perlu dimodifikasi secara organik. Dengan

demikian interaksi antara karet yang hidrofobik dengan bahan pengisi yang

hidrofilik dapat diperbaiki untuk mendapatkan sifat yang fisika dan kimia

yang khas (Carli, dkk, 2011). Modifikasi organik ini telah memperbaiki

dispersi silikat berlapis ke dalam matriks karet yang bersifat hidrofobik

(10)

2.6 Pengujian Sarung Tangan Lateks

2.6.1 Pengujian Kuat Tarik (Tensile Strength)

Uji tarik adalah salah satu uji stress-strain mekanik yang bertujuan

mengetahui kekuatan bahan terhadap gaya tarik. Dengan melakukan uji tarik

kita mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan

dan mengetahui sejauh mana material bertambah panjang. Bila kita terus

menarik suatu bahan sampai putus, kita akan mendapatkan profil tarikan yang

lengkap berupa kurva. Kurva ini menunjukkan hubungan antara gaya tarikan

dengan perubahan panjang.

Gambar 2.7 Gaya Tarik terhadap Pertambahan Panjang

Hal yang menjadi perhatian dalam gambar tersebut adalah kemampuan

maksimum bahan dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut

"Ultimate Tensile Strength" disingkat dengan UTS. Untuk semua bahan, pada

tahap sangat awal uji tarik, hubungan antara beban atau gaya yang diberikan

berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut

daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs

beban mengikuti aturan Hooke, yaitu : rasio tegangan (stress) dan regangan

(strain) adalah konstan Bentuk sampel uji secara umum digambarkan seperti

(11)

Gambar 2.8 Spesimen Uji Tarik ASTM D 638-II

Pengujian dilakukan sampai sampel uji patah, maka pada saat yang sama

diamati pertambahan panjang yang dialami sampel uji. Kekuatan tarik atau

tekan diukur dari besarnya beban maksimum (Fmaks) yang digunakan untuk

memutuskan/mematahkan spesimen bahan dengan luas awal A0. Umumnya

kekuatan tarik polimer lebih rendah dari baja 70 kg.f/mm2. Hasil pengujian

adalah grafik beban versus perpanjangan (elongasi).

Enginering Stess (𝜎𝜎) :

σ = 𝐹𝐹𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚

𝐴𝐴𝑜𝑜 ………...………(1)

Fmaks =Beban yang diberikan arah tegak lurus terhadap penampang

spesimen (N)

Ao =Luas penampang awal spesimen sebelum diberikan pembebanan (m2) σ =Enginering Stress (Nm-2)

Enginering Strain (ε):

ε = 𝑙𝑙1−𝑙𝑙𝑜𝑜 𝑙𝑙0

= ∆𝑙𝑙

𝑙𝑙𝑜𝑜 ……...………. (2) ε = Enginering Strain

lo = Panjang mula-mula spesimen sebelum pembebanan Δl = Pertambahan panjang

Hubungan antara stress dan strain dirumuskan:

E = 𝜎𝜎

𝜀𝜀……...…………...…..….……. (3)

E = Modulus Elastisitas atau Modulus Young (Nm-2)

(12)

ε = Enginering Strain

Dari gambar kurva hubungan antara gaya tarikan dan pertambahan panjang

kita dapat membuat hubungan antara tegangan dan regangan (stress vs

strain). Selanjutnya kita dapat gambarkan kurva standar hasil eksperimen uji

tarik.

Deformasi Plastis

Gambar 2.9 Kurva Tegangan dan Regangan Hasil Uji Tarik

Daerah Linear ( elastic limit)

Bila sebuah bahan diberi beban sampai pada titik A, kemudian bebannya

dihilangkan, maka bahan tersebut akan kembali ke kondisi semula (tepatnya

hampir kembali ke kondisi semula) yaitu regangan “nol” pada titik O. Tetapi

bila beban ditarik sampai melewati titik A, hukum Hooke tidak lagi berlaku

dan terdapat perubahan permanen dari bahan tersebut. Terdapat konvensi

batas regangan permamen (permanent strain) sehingga disebut perubahan

(13)

Titik Luluh atau batas proporsional

Titik dimana suatu bahan apabila diberi suatu beban memasuki fase peralihan

deformasi elastis ke plastis. Yaitu titik sampai di mana penerapan hokum

Hook masih bisa ditolerir. Dalam praktek, biasanya batas proporsional sama

dengan batas elastis.

Deformasi plastis (plastic deformation)

Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula, yaitu bila

bahan ditarik sampai melewati batas proporsional.

Ultimate Tensile Strength (UTS)

Merupakan besar tegangan maksimum yang didapatkan dalam uji tarik.

Titik Putus

Merupakan besar tegangan di mana bahan yang diuji putus atau patah.

2.7 Spektrofotometer FT-IR

Spektrofotometer infra merah terutama ditujukan untuk senyawa organik

yaitu menentukan gugus fungsional yang dimiliki senyawa tersebut. Pola

pada daerah sidik jari sangat berbeda satu dengan yang lain, karenanya hal ini

dapat digunakan untuk mengidentifikasi senyawa tersebut. Penetapan secara

kualitatif dapat dilakukan dengan membandingkan tinggi peak (transmitansi)

pada panjang gelombang tertentu yang dihasilkan oleh zat yang diuji dan zat

yang standar. Dalam ilmu material, analisa ini digunakan untuk mengetahui

ada tidaknya reaksi atau interaksi antara bahan -bahan yang dicampurkan.

Selain itu, nilai intensitas gugus yang terdeteksi dapat menentukan jumlah

Gambar

Gambar 2.1 lateks kebun
gambar 2.8 di bawah ini:
Gambar 2.8 Spesimen Uji Tarik ASTM D 638-II

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Peraturan enteri Pendidikan dan !ebuda"aan #epublik  $ndonesia %omor 23 &ahun 201' tentang (tandar Penilaian Pendidikan, "ang termasuk dalam

Perawatan yang sesuaisemua perawatan paliatif harus sesuai dengan stadium dan prognosis dari penyakit yang diderita pasien .hal ini penting karena karena pemberian pareawatan

It’s no secret that when Hadoop and other non-traditional data management frameworks were invented, data security was not high on the list of operational priorities?. Perhaps, as

Kinerja karyawan tergambarkan oleh kuantitas (hasil pekerjaan selesai sesuai dengan target yang telah ditetapkan dan bersedia lembur kerja jika pekerjaan belum

Sehubungan dengan belum adanya standar atau ukuran yang dipergunakan dalam penetapan kuota produksi untuk setiap IUP, maka Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dalam hal

-Penunjukan dan pengangkat tersebut di atas telah diterima dengan baik dan tanpa syarat oleh mereka yang ditunjuk dan diangkat tersebut dan akan disahkan kembali

Dan aku berwasiat agar hutang-hutangku dilunasi-hal ini jika dia memiliki hutang, dan jika dia mau dia juga bisa berkata: dan dikeluarkan sepertiga dari hartaku

Pada perancangan perangkat keras prototipe KVARH meter terdapat mikrokontroler Arduino yang terhubung dengan modul Ethernet, Arduino Mega 2560 digunakan sebagai