BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dewasa ini merger lintas negara terjadi di Indonesia, karena merger dapat
menjadi penyelamat dari perusahaan yang mengalami kesulitan, di samping dapat
menambah kesehatan perusahaan. Dalam bahasa matematis, bagi merger berlaku
rumus 1+1=3. Dan, dalam bahasa bisnis berlaku pula ungkapan if you can not
beat them, joint them. 2
Berkembangnya perekonomian masyarakat Indonesia ikut mewarnai pola
perkembangan bisnis Indonesia. Hal ini ditandai dengan makin maraknya
perusahaan-perusahaan di bidang perdagangan maupun jasa yang melakukan
merger. Suatu perusahaan yang sedang tumbuh dan berkembang dapat melakukan
diversifikasi atau perluasan jangkauan bisnisnya dengan peningkatan secara
internal maupun eksternal.3
2
Munir Fuady I, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek Buku Kesatu, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 42.
3
Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan Pola Kemitraan dan Badan Hukum, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006), hlm. 80.
Dari segi bisnis penggabungan perusahaan mempunyai tujuan tertentu,
antara lain, untuk menjamin sumber bahan baku atau komponen (suku cadang),
menguasai jalur distribusi, menambah jenis barang atau jasa yang dapat dijual
(diversifikasi usaha). Penggabungan perusahaan bertujuan mengurangi ongkos
produksi dan memperbaiki kwalitas produk, dalam rangka meningkatkan kinerja
Merger terjadi bila suatu perusahaan menggabungkan diri ke dalam
perusahaan lain (melalui penjualan asetnya) dan perusahaan yang terakhir ini
membubarkan diri (dilikuidasi). Umpamanya, PT S merger ke dalam PT A dan PT
S kemudian membubarkan diri (likuidasi). PT A mengeluarkan sahamnya atau
membayar tunai kepada bekas pemegang saham PT S.4
Perseroan Terbatas merupakan badan hukum Indonesia yang didirikan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dengan memenuhi persyaratan tertentu seperti
yang telah ditetapkan oleh undang-undang.5
Dalam Sistem hukum Indonesia, rekonstruksi perseroan baru mendapat
landasan yuridis kuat setelah diberlakukannya UU No.1 tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas. Namun demikian, tidak berarti bahwa sebelum berlakunya
UU No.1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas belum pernah dilakukan
rekonstruksi perseroan. Penggabungan perseroan telah lebih lama dikenal dalam Penggabungan (merger) perseroan pada dasarnya merupakan perbuatan
hukum untuk merekonstruksi Perseroan yang telah ada dan kemudian diperoleh
konstruksi baru. Konstruksi baru pada penggabungan adalah lahirnya entitas
hukum (meskipun lama) dengan perubahan pada struktur aktiva dan pasiva.
Sebagai konsekuensi dari penggabungan, jumlah aktiva dan pasiva menjadi lebih
besar.
4
Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi I, Cet. Kedua (Edisi Revisi), (Bandung : BooksTerrace & Library, 2007), hlm. 167.
5
praktek, jauh sebelum UU No.1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
diberlakukan.6
1. Untuk memperbaiki teknologi yang sudah kedaluwarsa
Menurut Pasal 1 angka 9 UU No.40 tahun 2007 memberikan pengertian
secara autentik terhadap tema penggabungan (merger) sebagai berikut:
“Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan satu perseroan atau lebih
untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lainnya yang telah ada yang
mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Perseroan yang mengabungkan ini beralih
karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya
status badan hukum Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.”
Menurut Sukanto Reksohadiprojo motivasi dilakukannya merger
Perseroan sebagai berikut:
2. Untuk mengatasi ketergantungan terhadap kebutuhan bahan baku (bahan
mentah).
3. Untuk memperbaiki struktur modal.
4. Untuk mendapatkan pangsa pasar yang jauh lebih besar.
5. Untuk mengurangi tingkat persaingan.
6. Untuk mengembangkan inovasi yang mendukung perkembangan perseroan.
7. Untuk meningkatkan skala usaha
8. Untuk meningkatkan kemampuan managerial perseroan
6
Sedangkan Munir Fuady menginventarisir alasan perseroan melakukan
penggabungan sebagai berikut
1. Untuk meningkatkan konsentrasi pasar
2. Untuk meningkatkan efisiensi
3. Untuk mengembangkan inovasi baru
4. Sebagai alat investasi
5. Mendapatkan akses internasional
6. Untuk meningkatkan daya saing
7. Memaksimalkan sumber daya
8. Menjamin pemasokan bahan baku
9. Sebagai sarana alih teknologi. 7
Merger lintas negara adalah transaksi dimana dua perusahaan dengan
tempat-tempat operasi di beberapa negara yang berbeda menyetujui penyatuan
kedua perusahaan tersebut dimana kedua perusahaan mempunyai kedudukan yang
sederajat. Mendorong keputusan untuk menyatukan operasi atas dasar kedudukan
yang sederajat adalah suatu kenyataan bahwa kedua perusahaan mempunyai
kemampuan yang jika digabungkan diharapkan bisa menciptakan
keunggulan-keunggulan kompetitif yang akan membantu keberhasilan di pasar global.8
7
Ibid, hal 201-202 8
Perusahaan PMA yang dijalankan untuk seluruhnya atau bagian terbesar
di Indonesia sebagai kesatuan perusahaan tersendiri harus berbentuk Badan
Hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. 9
1. Kebijakan Penanaman Modal
Bagi pihak asing pada tahap awal telah mempunyai faktor dominan
seperti permodalan, teknologi dan manajemen. Namun demikian dalam kegiatan
penanaman modal, ada berbagai kegiatan atau aspek yang diperhatikan oleh
penanam modal yaitu berkenaan dengan:
2. Kepemilikan dan Manajemen
3. Masalah Keuangan dan Kebijakan Fiskal
4. Kerangka Hukum
5. Kebijakan Tenaga Kerja
6. Teknologi
7. Kebijakan Komersial.
Semua aspek tersebut harus selalu ditinjau atau dilihat dari sudut pandang si
Penanam Modal, Pemerintah Negara Penanam Modal dan Negara Tuan Rumah
tempat modal tersebut ditanam.10
Dalam banyak literatur manajemen strategi ditemukan bahwa merger
memberikan banyak manfaat. Beberapa manfaat yang mungkin dihasilkan dari
9
I.G. Rai Widjaja, Op. Cit, hlm. 30. 10Ibid
proses merger lintas negara menurut David antara lain Meningkatkan efisiensi
melalui sinergi yang tercipta diantara perusahaan yang dimerger.
1. Memperluas jasa yang ditawarkan yang akan berakibat pada bertambahnya
sumber pendapatan bagi perusahaan.
2. Memperkuat daya saing perusahaan, dan lain sebagainya.
Selain terdapat manfaat dari merger perusahaan juga terdapat beberapa
resiko dari merger antar negara
1. Seluruh kewajiban masing-masing perusahaan akan menjadi tanggungan
perusahaan hasil merger, termasuk kewajiban pembayaran dan penyerahan
produk kepada vendor yang masih terhutang.
2. Beban operasional, terutama dalam jangka pendek, akan semakin meningkat
sebagai akibat dari proses penggabungan usaha.
3. Perbedaan budaya (corporate culture), sistem dan prosedur yang diterapkan
dimasing-masing perusahaan selama ini akan memerlukan penyesuaian
dengan waktu yang relatif lama, dan sebagainya. 11
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini menarik untuk dilakukan.
11
Performansi Perusahaan,
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat
dirumuskan 3 (tiga) permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu:
1. Bagaimana pengaturan atas merger Perseroan Terbatas lintas negara?
2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pemegang saham yang
melakukan meger lintas negara?
3. Bagaimana penyelesaian sengketa atas permasalahan hukum yang timbul
atas terlanggarnya hak pemegang saham dalam merger lintas negara?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai melalui karya tulis skripsi ini ialah:
a. Untuk mengetahui tentang pengaturan atas merger Perseroan Terbatas
lintas negara
b. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pemegang saham
Perseroan Terbatas yang melakukan meger lintas negara.
c. Untuk mengetahui cara penyelesaian sengketa atas permasalahan hukum
yang timbul atas terlanggarnya hak pemegang saham dalam merger lintas
negara
2. Manfaat Penulisan
1) Untuk menambah wawasan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara dalam bidang hukum perusahaan, terutama yang
berhubungan dengan merger di Indonesia.
2) Sebagai salah satu bahan kajian oleh kalangan akademisi dalam
mempelajari merger di Indonesia.
b. Secara Praktis
Sebagai pedoman bagi masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan
dalam hal-hal yang berkaitan dengan merger perusahaan lintas negara.
D. Keaslian Penulisan
Skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap pemegang saham
suatu perusahaan yang melakukan merger lintas negara (cross-boarder)” ini
merupakan benar hasil karya sendiri dari penulis sendiri, tanpa meniru karya tulis
milik orang lain. Oleh karenanya, keaslian dan kebenaran ini dapat
dipertanggungjawabkan oleh penulis sendiri dan telah sesuai dengan asas-asas
keilmuan yang harus dijunjung tinggi secara akademik yaitu kejujuran, rasional,
objektif, dan terbuka. Hal ini merupakan implikasi etis dalam proses menemukan
kebenaran ilmu sehingga dengan demikian penulisan Karya Tulis ini dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, keilmuan dan terbuka untuk kritik yang
sifatnya konstruktif. Selain itu, semua informasi di dalam skripsi ini berasal dari
berbagai karya tulis penulis lain, baik yang dipublikasikan ataupun tidak, serta
telah diberikan penghargaan dengan mengutip nama sumber penulis dengan benar
Karya tulis skripsi ini memiliki kemiripan dengan beberapa skripsi yang
sudah ditulis oleh beberapa mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara, yaitu:
1. Nama : Silvia Devie
NIM : 050200156
Judul : Perlindungan hukum terhadap pemegang saham
minoritas dalam merger perusahaan ditinjau dari undang- undang perseroan
2. Nama : John Bert Christian
NIM : 020200137
Judul : Pelaksanaan prinsip- prinsip good corporate
govermance oleh PT. Indonesia satellite comporation tbk berkaitan dengan perubahan komposisi pemegang saham (studi kasus diventasi saham PT. Indonesia satellite coporation tbk)
3. Nama : M.Reza Andrian
NIM : 050200126
Judul : Akibat hukum penggabungan perusahaan terhadap
kedudukan pemegang saham (studi pada PT. Bank CIMB niaga tbk)
Walaupun terdapat kemiripan dengan beberapa judul di atas, namun
terdapat perbedaan signifikan mengenai substansi pembahasan. Penelitian yang
dilakukan dengan judul “ Perlindungan Hukum Terhadap pemegang saham suatu
perusahaan yang melakukan merger lintas negara (cross-boarder) ” secara khusus
membahas tentang apa saja hak dan kewajiban yang diberikan terhadap pemegang
Sedangkan ketiga judul di atas membahas tentang hal yang berbeda. Judul
pertama membahas mengenai perlindungan hukum terhadap pemegang saham
minoritas. Judul kedua membahas mengenai prinsip good corporate govermance
oleh PT. Indonesia Satellite. Judul ketiga membahas mengenai akibat hukum
pengabungan terhadap kedudukan pemegang saham pada PT. Bank CIMB niaga
tbk.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Perseroan Terbatas
Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, perseroan terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta pelaksanaanya.
Meyers, seorang ahli hukum perdata mengatakan bahwa badan hukum
merupakan suatu realitas, konkret, riil, walaupun tidak bisa diraba, bukan khayal,
suatu juridische realiteit. Adapun sifat badan hukum, walaupun sama-sama
sebagai pendukung hak dan kewajiban, sebagai bentuk hukum ciptaan manusia,
tetapi tidak sama persis dengan manusia. Persamaan badan hukum dengan
manusia antara lain sama-sama mempunyai nama, domisili, organ, tujuan, usaha
dan dapat dihukum, dan lain-lain. Guna memahami lebih jauh pengertian badan
hukum ini, maka perlu memahami berbagai macam teori badan hukum.12
12
Terdapat dua kelompok aliran yang melihat wujud dari badan hukum yang
mengabstraksikan sesuai dengan aliran filsafatnya.
a. Badan hukum itu bukan sebagai wujud nyata (abstrak), tetapi yang nyata
adalah manusia yang berdiri di belakang badan hukum itu. Jika badan
hukum itu membuat kesalahan, maka kesalahan itu dibebankan kepada
orang yang berdiri dibelakang badan hukum itu secara bersama-sama.
b. Badan hukum itu suatu wujud yang nyata dan disamakan dengan manusia
(persoon) karena dulu terdapat manusia yang bukan sebagai persoon, yaitu
para budak. 13
Kata perseroan terdiri atas kata sero (saham). Sedangkan kata “terbatas”
maksudnya tanggung jawab pemegang saham yang tidak melebihi nilai nominal
saham yang diambil bagian dan dimilikinya.14
13
Ibid, hlm 13-14 14
Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Perseroan Terbatas, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2000), hlm. 1
Perseroan didirikan oleh 2 (dua)
orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.
Ketentuan yang mewajibkan perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih
tersebut tidak berlaku bagi perseroan yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara
atau perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan,
lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana diatur
dalam UUPM. Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham,
paling sedikit Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Undang-undang yang
perseroan yang lebih besar daripada ketentuan paling sedikit 25% (dua puluh lima
persen) dari modal dasar sebagaimana dimaksud harus ditempatkan dan disetor
penuh, yang dibuktikan dengan penyetoran yang sah. Pengeluaran saham lebih
lanjut yang dilakukan setiap kali untuk menambah modal yang ditempatkan harus
disetor penuh.
Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya
Keputusan Menkumham mengenai pengesahan badan hukum Perseroan. Untuk
memperoleh keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan,
pendiri mengajukan permohonan melalui jasa teknologi informasi sistem
administrasi badan hukum secara elektronik kepada menteri dengan mengisi
format isian yang memuat sekurang-kurangnya:
a. Nama dan tempat kedudukan perseroan;
b. Jangka waktu berdirinya perseroan;
c. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan;
d. Jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor; serta
e. Alamat lengkap perseroan. 15
Pengisian format isian sebagaimana dimaksud harus didahului dengan
pengajuan nama perseroan. Permohonan untuk memeroleh keputusan menteri
tersebut harus diajukan paling lambat 60 (enam puluh) hari, terhitung sejak
tanggal akta pendirian ditandatangani dan dilengkapi keterangan mengenai
dokumen pendukung.
15
Apabila format isian tersebut dan keterangan mengenai dokumen
pendukung telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, menteri
langsung menyatakan tidak berkeberatan atas permohonan yang bersangkutan
secara elektronik. Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari,
terhitung sejak tanggal pernyataan tidak berkeberatan tersebut, pemohon wajib
menyampaikan secara fisik surat permohonan yang dilampiri dokumen
pendukung. Jika jangka waktu 30 hari tidak dipenuhi, menteri langsung
memberitahukan kepada pemohon secara elektronik dan pernyataan tidak
keberatan sebagaimana dimaksud menjadi gugur.
Apabila semua persyaratan sebagaimana dimaksud telah dipenuhi secara
lengkap, paling lambat 14 (empat belas) hari, menteri menerbitkan keputusan
tentang pengesahan badan hukum perseroan yang ditandatangani secara
elektronik. Dalam jangka waktu 60 hari setelah akta pendirian dibuat, maka akta
pendirian menjadi batal sejak lewatnya jangka waktu tersebut dan perseroan yang
belum memperoleh status badan hukum bubar karena hukum dan pemberesannya
dilakukan oleh pendiri. 16
a. Nama dan tempat perseroan;
Adapun anggaran dasar perseroan memuat sekurang-kurangnya:
b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan;
c. Jangka waktu berdirinya perseroan;
d. Besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
16Ibid,
e. Jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada, berikut jumlah saham untuk
tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai
nominal setiap saham;
f. Nama jabatan dan jumlah anggota direksi dan dewan komisaris;
g. Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;
h. Tata cara pengangkatan, pengantian, pemberhentian anggota direksi dan
dewan komisaris; serta
i. Tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen. 17
Selain ketentuan dan isi sebagaimana dimaksud anggaran dasar dapat
juga memuat ketentuan lain yang tidak bertentangan dengan undang-undang.
Anggaran dasar tidak memuat ketentuan tentang penerimaan bunga tetap
atas saham dan ketentuan tentang pemberian manfaat pribadi kepada pendiri atau
pihak lain. Isi anggaran dasar perseroan terbatas, berdasarkan UUPT 2007
berbeda dengan ketentuan UUPT sebelumnya, terutama berkaitan dengan
perubahan nama pengurus perseroan. Perubahan nama pengurus bukan merupakan
perubahan anggaran dasar. Maksud perubahan pengurus adalah perubahan orang,
tetapi jika perubahan tersebut menyangkut nama jabatan, misalnya semula
Presiden direktur, kemudian menjadi direktur utama, maka hal tersebut berarti
mengubah Anggaran Dasar. Perubahan pengurus bukan perubahan Anggaran
17
Dasar, maka atas perubahan tersebut wajib didaftarkan pada dasar perseroan di
Departemen Hukum dan HAM RI.18
Setelah perseroan memperoleh status badan hukum dan pemegang saham
menjadi kurang dari dua orang, dalam jangka waktu paling lama enam bulan
terhitung sejak keadaan tersebut, pemegang saham yang bersangkutan wajib
mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau perseroan mengeluarkan
saham baru kepada orang lain.19
Setelah perseroan disahkan sebagai badan hukum, maka perseroan harus
memenuhi asas publisitas, yaitu dengan mendaftarkan perseroan ke dalam daftar
perseroan. Pada ketentuan Undang- Undang Perseroan Terbatas yang lama ( UU
No.1 Tahun 1995), suatu perseroan terbatas sempurna statusnya badan hukum
ketika pendaftaran dan pengumuman belum dilakukan, maka Direksi secara
tanggung renteng bertanggung jawab atas segala perbuatan hukum yang dilakukan
perseroan, berbeda dengan yang diatur dalam Undang- Undang Perseroan
Terbatas yang baru di mana Perseroan Terbatas sempurna statusnya sebagai badan
hukum ketika mendapatkan pengesahan dari menteri.20
Tanggung jawab dalam suatu perseroan terbatas pada prinsipnya sebatas
atas harta yang ada dalam perseroan tersebut. Itu pula sebabnya disebut “terbatas”
(limited), yakni terbatas dari segi tanggung jawabnya. Pada prinsipnya pihak
18
Try Widiyono, Op. Cit., hal 30 19
Freddy Harris & Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 21.
20Ibid
pemegang saham, Direksi atau Komisaris tidak pernah bertanggung jawab secara
pribadi.21
a. Perusahaan jawatan;
Ketentuan mengenai kewajiban daftar perusahaan yang diselenggarakan
oleh Menteri Perdagangan ini memiliki pengecualian, yaitu terhadap:
b. Perusahaan yang diurus atau dikelola oleh pemiliknya sendiri, atau hanya
dengan memperkerjakan anggota keluarganya sendiri;
c. Perusahaan yang benar- benar hanya sekedar untuk memenuhi nafkah
sehari- hari pemiliknya; dan
d. Perusahaan yang tidak merupakan suatu badan hukum atau suatu
persekutuan. 22
Prinsip tanggung jawab terbatas tersebut tidak berlaku dalam hal-hal sebagai
berikut
a. Persyaratan perseroan terbatas sebagai badan hukum belum atau tidak
terpenuhi.
b. Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung atau tidak langsung
dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan terbatas semata-mata untuk
kepentingan pribadi.
21
.Munir Fuady II, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2012), hlm. 38.
22
c. Pemegang saham dari perseroan terbatas terlibat dalam perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh perseroan.
d. Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung atau tidak langsung
secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan, yang
mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi
hutang perseroan terbatas tersebut.
e. Direksi akan bertanggung jawab secara pribadi jika dia bersalah atau lalai
dalam menjalankan tugasnya selaku direksi.
f. Komisaris akan bertanggung jawab secara pribadi jika dia bersalah atau
lalai dalam menjalankan tugasnya selaku komisaris. 23
Mengenai klasifikasi Perseroan yang diatur dalam UUPT 2007, tersurat dan
tersirat pada Pasal 1 angka 6 dan Pasal 1 angka 7. Berdasarkan ketentuan Pasal
dimaksud, klasifikasi Perseroan, dapat diurai.24
a. Perseroan Tertutup
Perseroan, pada dasarnya adalah badan hukum yang memenuhi syarat
ketentuan Pasal 1 angka 1 UUPT 2007. Perseroan merupakan persekutuan
modal yang terbagi dalam saham. Didirikan berdasarkan perjanjian di
antara pendiri atau pemegang saham, serta melakukan kegiatan usaha, dan
juga melalui proses hukum yang dikukuhkan berdasarkan keputusan
Pengesahan oleh MENHUK & HAM.25
23
Munir Fuady II, Op.Cit., hlm.38-39. 24
M.Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas Cet. Kedua (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 38
25Ibid
, hlm.38
dengan tidak menjual saham kepada masyarakat luas, yang berarti tidak
semua orang dapat ikut menanamkan modal.26
Pada Perseroan tertutup terdapat ciri khusus, antara lain:27
1) Biasanya pemegang sahamnya “terbatas” dan “tertutup” (besloten,
close).
2) Saham Perseroan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar, hanya sedikit
jumlahnya, dan dalam Anggaran Dasar, sudah ditentukan dengan tegas
siapa yang boleh menjadi pemegang saham;
3) Sahamnya juga atas orang-orang tertentu secara terbatas.
Perseroan Terbatas yang tertutup, dalam kenyataan praktik, dapat juga
diklasifikasi, yang terdiri atas:
1) Murni Tertutup
Ciri Perseroan Terbatas yang murni tertutup, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a) Yang boleh menjadi pemegang saham benar-benar terbatas dan
tertutup secara mutlak, hanya terbatas pada lingkungan teman
tertentu atau anggota keluarga tertentu saja,
b) Sahamnya diterbitkan atas nama orang- orang tertentu dimaksud,
c) Dalam AD ditentuka n dengan tegas, pengalihan saham, hanya
boleh dan terbatas di antara sesama pemegang saham saja. 28
26
C. S. T. Kansil & Christine S. T. Kansil, Pokok- Pokok Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997), hlm. 33.
27
M.Yahya Harahap, Op. Cit., hlm. 38. 28Ibid,
2) Sebagian Tertutup, Sebagian Terbuka
Tipe lain Perseroan terbatas bersifat tertutup yang dijumpai dalam
praktik adalah yang tidak murni atau tidak absolut tertutup. Coraknya,
sebagian tetap tertutup, dan sebagian lagi terbuka dengan acuan sebagai
berikut:
a) Seluruh saham Perseroan, dibagi menjadi dua kelompok,
b) Satu kelompok saham tertentu, hanya boleh dimiliki orang atau
kelompok tertentu saja. Saham yang demikian, misalnya
dikelompokkan atau digolongkan “saham istimewa”, hanya dapat
dimiliki orang tertentu dan terbatas,
c) Sedang kelompok saham yang lain, boleh dimiliki secara terbuka
oleh siapa pun.
b. Perseroan Publik
Pasal 1 angka 8 UUPT 2007, berbunyi:
Perseroan publik adalah Perseroan yang telah memenuhi kriteria jumlah pemegang saham dan modal disetor sesuai dengan ketentuan peraturan. Peraturan perundang- undangan yang dimaksud Pasal 1 angka 8 UUPT
2007 adalah UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (selanjutnya,
UUPM) dalam Pasal 1 angka 22. Menurut Pasal ini, agar Perseroan
menjadi Perseroan Publik, harus memenuhi kriteria sebagai berikut:29
1) Saham Perseroan yang bersangkutan, telah dimiliki
sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) pemegang saham,
2) Memiliki modal disetor (gestort kapital, paid up capital) sekurang-kurangnya Rp.3.000.000.000, - (tiga miliar rupiah),
3) Atau suatu jumlah pemegang saham dengan jumlah modal disetor yang
ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah.
Perseroan harus mematuhi ketentuan Pasal 24 UUPT 2007 yaitu
1) Perseroan yang telah memenuhi kriteria sebagai Perseroan Publik,
wajib mengubah AD menjadi Perseroan Terbuka (Perseroan Tbk),
2) Perubahan AD dimaksud, harus dilakukan dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak terpenuhi kriteria tersebut,
3) Selanjutnya, Direksi Perseroan “wajib” mengajukan pernyataan
pendaftaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang Pasar Modal. 30
c. Perseroan Terbuka (Perseroan Tbk)
Perseroan Publik merupakan suatu perseroan di mana masyarakat luas
dapat ikut serta menanamkan modal dengan cara membeli saham yang
ditawarkan melalui bursa untuk investasi.31
Perseroan Terbuka adalah Perseroan Publik atau Perseroan yang melakukan penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang pasar modal.
Klasifikasi atau tipe yang ketiga adalah Perseroan Terbuka (Perseroan
Tbk), sebagaimana yang dinyatakan pada Pasal 1 angka 7 UUPT 2007,
Yang dimaksud dengan Perseroan Tbk menurut Pasal 1 angka 7 UUPT
2007, adalah:
1) Perseroan Publik yang telah memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 22 UU
No. 8 Tahun 1995 yakni memiliki pemegang saham sekurangnya 300
(tiga ratus) orang, dan modal disetor sekurang-kurangnya Rp.
3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah),
2) Perseroan yang melakukan penawaran umum (public offtering) saham
di Bursa Efek. Maksudnya Perseroan tersebut, menawarkan atau
menjual saham atau efeknya kepada masyarakat luas. 32
Menurut Pasal 142 UU PT 2007, pembubaran Perseroan bisa terjadi karena
hal berikut.
1. Berdasarkan keputusan RUPS.
2. Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar
telah berakhir.
3. Berdasarkan penetapan pengadilan.
4. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup
untuk membayar biaya kepailitan.
5. Karena harta pailit perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam
keadaan sebagaimana diatur dalam UU tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
32
6. Karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan
melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. 33
Jangka waktu berdirinya PT terdapat pada Pasal 6 UUPT 2007, berbunyi 34
1. Cara menyatakan jangka waktu berdirinya Perseroan
“ Perseroan didirikan untuk jangka waktu terbatas atau tidak terbatas sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar.”
Berdasar ketentuan Pasal UUPT 2007, dalam AD harus ditentukan jangka
waktu berdirinya perseroan. Dan penyebutan jangka waktu dalam AD
menurut Pasal 9 ayat (1) salah satu syarat untuk memperoleh Keputusan
Pengesahan Perseroan dari Menteri. Dengan demikian pencantuman
ketentuan jangka waktunya Perseroan dalam AD, merupakan syarat
memaksa atas keabsahan Perseroan.
a. Jangka waktu terbatas
Undang- undang membolehkan jangka waktu berdirinya “terbatas”,
jangka waktu berdirinya boleh untuk “periode tertentu”. Misalnya untuk
jangka waktu 50 atau 75 tahun, asal hal itu dengan tegas ditentukan
dalam AD berapa lama jangka waktu berdirinya.35 Bila jangka waktu
berdirinya PT yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir dan
RUPS tidak menunjuk likuidator, Direksi bertindak selaku likuidator.36
b. Jangka waktunya tidak terbatas
33
Cara yang kedua, penyebutan jangka waktu berdirinya dalam AD,
“tidak terbatas” (unlimited). Menurut Penjelasan Pasal 6 UUPT 2007,
apabila jangka waktu berdirinya dikehendaki tidak terbatas, harus
disebut dengan tegas dalam AD.37
2. Perubahan jangka waktu merupakan perubahan AD tertentu
Perseroan berhak mengubah jangka waktu berdirinya. Perubahan jangka
waktu itu, dikategori Pasal 21 ayat (1) dan ayat (20) huruf c UUPT 2007,
sebagai AD “tertentu”.
Dengan demikian, agar perubahan jangka waktu berdirinya sah, harus
terpenuhi syarat-syarat berikut:
a. Perubahan berdasarkan ketetapan RUPS sesuai dengan ketentuan Pasal
19 UUPT 2007,
b. Kuorum kehadiran dan pengambilan keputusan RUPS, berpedoman
kepada Persetujuan Menteri sesuai ketentuan Pasal 88 UUPT 2007,
c. Perubahan AD tentang perubahan jangka waktu harus mendapat
keputusan Persetujuan Mente38
3. Permohonan persetujuan perubahan AD mengenai perpanjangan waktu
berdiri
ri sesuai ketentuan Pasal 21 ayat (1) dan
(2) UUPT 2007.
Mengenai tata cara permohonan Persetujuan Menteri atas perubahan AD
tentang perpanjangan jangka waktu berdirinya Perseroan, diatur pada Pasal
Harus diajukan kepada Menteri paling lambat 60 (enam puluh) hari jangka
waktu berdirinya berakhir. Selanjutnya Menteri memberikan persetujuan
atas permohonan perpanjangan jangka waktu, paling lambat pada tanggal
terakhir berdirinya Perseroan. 39
2. Saham
Dalam bahasa Inggris, saham disebut dengan istilah share, atau stock,
sementara dalam bahasa belanda disebut aandeel. Sehingga dalam bahasa
Indonesia dahulunya saham sering disebut dengan istilah “andil”.40
Secara umum, sebagaimana disebutkan dalam kamus Black Law bahwa
saham berarti suatu bagian atau porsi tertentu dari sesuatu yang dimiliki bersama
oleh beberapa orang yang mempunyai referensi terhadap bagian dari kepentingan
seseorang anggota yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan.41
Dalam Kamus Khusus Pasar Uang dan Modal dijelaskan, saham adalah
surat bukti pemilihan bagian modal perseroan terbatas yang memberi hak atas
dividen dan lain-lain menurut besar kecilnya modal yang disetor.42
a. Asas kebendaan
Terdapat beberapa asas dalam saham dari suatu perseroan, yaitu sebagai
berikut:
Dalam hal ini ditentukan dengan tegas bahwa saham merupakan benda
bergerak dan memberikan hak kepemilikan kepada pemegangnya.43
39Ibid
, hlm.116 40
Munir Fuady III, Hukum Bisnis Dalam Teori dan praktek Buku Ketiga, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 21.
41
Ibid, hlm. 22. 42
b. Asas Keharusan Nilai nominal
Asas ini mengharuskan setiap saham harus mempunyai nilai nominal.
c. Asas tidak dapat dibagi.
Dalam hal ini, saham memberikan kepada pemiliknya hak yang tidak
dapat dibagi-bagi.44
d. Asas perlindungan pemegang saham minoritas
Banyak ketentuan yang memberikan perlindungan kepada pemegang
saham minoritas.
e. Asas Pembelian Saham Kembali Oleh Perseroan
Ketentuan mengenai pembelian kembali saham oleh perseroan, dengan
dana yang diambil dari laba bersih sepanjang tidak menyebabkan
kekayaan bersih perseroan tidak menjadi lebih kecil dari modal
ditempatkan ditambah dengan reserve yang diwajibkan.45
f. Asas perlekatan kepemilikan saham dengan Hak Suara, dan hak-hak
lainnya.
UUPT menganut suatu asas bahwa hak suara melekat pada pemilik
sahamnya. Karena itu saham tidak dapat dialihkan tanpa mengalihkan hak
suara, dan juga tidak dapat dialihkan hak suara tanpa mengalihkan
Secara teoritis dalam berbagai jenis kepustakaan hukum perusahaan
dikemukakan berbagai jenis saham. Misalnya dari sudut pandang manfaat, pada
dasarnya saham dapat dibagi dalam dua klasifikasi, yakni sebagai berikut.
a. Saham biasa (common stocks). Untuk jenis saham ini, kedudukan para
pemegang saham sama. Untuk jenis saham ini tidak ada yang
diistimewakan.47 Saham biasa merupakan saham yang mempunyai hak
suara untuk mengambil keputusan dalam RUPS mengenai segala hal yang
berkaitan dengan pengurusan perseroan, mempunyai hak untuk menerima
dividen yang dibagikan, dan menerima sisa kekayaan hasil likuidasi.48
b. Saham preferen (preferred stocks) atau sering juga disebut saham prioritas.
Untuk jenis saham ini, pemegang saham mempunyai hak-hak tertentu.
Misalnya diberikan hak prioritas untuk membeli saham jika diterbitkan
saham baru; diberi hak untuk mencalonkan atau dicalonkan menjadi
direksi atau komisaris. Pada umumnya, hak ini dicantumkan dalam
anggaran dasar. Klausul ini secara yuridis dikenal dengan klausul
oligarki.49 Keunggulan saham preferen berkaitan dengan pembagian
dividen, pembagian sisa kekayaan perseroan setelah perseroan dibubarkan
atau dilikuidasi.50
47
Sentosa Sembiring, Op.Cit, hlm 50-51 48
Handri Raharjo, Op.Cit., hlm.88 49
Sentosa Sembiring, Loc. Cit.
50
Selain penggolongan dari segi manfaat, saham juga dapat dilihat dari segi
peralihannya yakni sebagai berikut.51
a. Saham atas Tunjuk (bearer stocks). Untuk jenis saham ini, nama
pemiliknya tidak disebutkan dalam sertifikat saham. Oleh karena itu
pengalihannya mudah, cukup dari tangan ke tangan. Dengan demikian
siapa yang menguasai atau memegang saham dianggap sebagai pemilik.
b. Saham atas Nama (registered stocks). Nama pemilik dicantumkan dalam
sertifikat saham. Cara pengalihannya harus mengikuti prosedur tertentu
yakni dengan dokumen peralihan hak. Dengan adanya dokumen peralihan
hak nama pemiliknya dicatat dalam daftar buku pemegang saham.
Bukti pemilikan saham terdapat pada Pasal 51 UUPT 2007 tentang kewajiban
Perseroan untuk:
a. Memberi “bukti pemilikan” saham kepada pemegang saham sesuai dengan
jumlah saham yang dimilikinya,
b. Menurut penjelasan Pasal ini, mengenai pengaturan bentuk bukti
pemilikan saham dapat ditetapkan dalam AD sesuai dengan kebutuhan.
Saham mengandung arti kepemilikan (eignaar, ownership) yang bersifat
tidak dapat diraba (intangible) yang harus dibuktikan kepemilikannya.52
Bukti saham yang diberikan kepada pemegang saham (aandelhouder,
shareholder) berbentuk surat “sertifikat saham” (certificaat van aandelen, depositary receipt for shares).53
Hak-hak pokok pemilik saham yaitu terdapat pada Pasal 52, saham
memberikan hak kepada pemiliknya untuk:54
a. Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;
b. Menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi;
c. Menjalankan haknya berdasar undang-undang.
3. Hukum Kontrak (Perjanjian/Perikatan)
Hukum kontrak merupakan terjemahan dati bahasa Inggris, yaitu contract
of law, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah overeenscomsrecht. Berikut merupakan beberapa pengertian hukum kontrak:55
a. Menurut Lawrence M. Friedman
Hukum kontrak adalah perangkat hukum yang hanya mengatur aspek
tertentu dari pasar dan mengatur jenis perjanjian tersebut.
b. Menurut Michael D. Bayles
Hukum kontrak adalah sebagai aturan hukum yang berkaitan dengan
pelaksanaan perjanjian atau persetujuan.
c. Menurut Charles L. Knapp dan Nathan M. Crystal
Hukum kontrak adalah mekanisme hukum dalam masyarakat untuk
melindungi harapan-harapan yang timbul dalam pembuatan persetujuan
demi perubahan masa datang yang bervariasi kinerja, seperti pengangkutan
kekayaan (yang nyata maupun tidak nyata), kinerja pelayanan dan
pembayaran dengan uang.
54
Ibid, hlm. 263. 55
d. Definisi yang tercantum dalam Ensiklopedia Indonesia
Hukum kontrak adalah rangkaian kaidah-kaidah hukum yang mengatur
berbagai persetujuan dan ikatan antara warga-warga hukum.
e. Menurut Salim H. S.
Hukum kontrak adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang
mengatur hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata
sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.
Berdasarkan pengertian-pengertian hukum kontrak dapat dikemukakan
beberapa unsur dasar yang terdapat di dalam hukum kontrak, sebagai berikut:56
a. Adanya kaidah hukum
Kaidah dalam hukum kontrak dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1) Kaidah hukum kontrak tertulis
Adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat di dalam peraturan
perundang-undangan, traktat dan yurisprudensi
2) Kaidah hukum kontrak tidak tertulis
Adalah kaidah-kaidah hukum yang timbul, tumbuh dan hidup dalam
masyarakat. Contoh: jual-beli lepas, jual-beli tahunan, dan lain-lain.
Konsep hukum ini berasal dari hukum adat.
b. Subjek hukum
Istilah lain dari subjek hukum adalah rechtperson. Rechtperson diartikan
sebagai pendukung hak dan kewajiban. Yang menjadi subjek hukum
56Ibid.
dalam hukum kontrak adalah kreditur dan debitur. Kreditur adalah orang
yang berpiutang, sedangkan debitur adalah orang yang berutang.
c. Adanya prestasi
Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan kewajiban debitur.
Prestasi terdiri dari:
1) Memberikan sesuatu;
2) Berbuat sesuatu; dan
3) Tidak berbuat sesuatu.
d. Kata sepakat
Di dalam Pasal 1320 KUHPerdata ditentukan empat syarat perjanjian.
Salah satunya kata sepakat (konsensus). Kesepakatan adalah persesuaian
pernyataan kehendak antara para pihak.
e. Akibat hukum
Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat
hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban. Hak adalah
suatu kenikmatan dan kewajiban adalah suatu beban.
Di dalam hukum kontrak dikenal beberapa asas penting antara lain sebagai
berikut:57
a. Asas konsensualisme
Asas konsensualisme adalah asas yang menyatakan bahwa suatu kontrak
lahir pada saat terjadinya kesepakatan. Asas konsensualisme ini tidak
berlaku bagi semua jenis kontrak karena asas ini hanya berlaku terhadap
57
kontrak konsensual sedangkan terhadap kontrak formal dan kontrak riil
tidak berlaku.
b. Asas kebebasan berkontrak
Asas kebebasan berkontrak merupakan salah satu asas yang sangat penting
dalam hukum kontrak. Kebebasan berkontrak memberikan jaminan
kebebasan kepada seseorang untuk secara bebas menentukan beberapa hal
yang berkaitan dengan perjanjiannya, seperti:
1) Bebas menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian atau tidak;
2) Bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan perjanjian;
3) Bebas menentukan isi atau klausul perjanjian;
4) Bebas menentukan bentuk perjanjian; dan
5) Kebebasan-kebebasan lainnya yang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan.
c. Asas mengikatnya kontrak (Pacta Sunt Servanda)
Asas ini menyatakan bahwa setiap orang yang membuat kontrak terikat
untuk memenuhi kontrak tersebut karena kontrak tersebut mengandung
janji-janji yang harus dipenuhi dan janji tersebut mengikat para pihak
sebagaimana mengikatnya undang-undang. Hal ini dapat dilihat dalam
Pasal 1338 (1) KUHPerdata yang mencantumkan bahwa semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.
Ketentuan mengenai itikad baik ini diatur dalam Pasal 1338 (3)
KUHPerdata yang menyatakan bahwa perjanjian harus dilaksanakan
dengan itikad baik. Dalam membuat suatu perjanjian, kedua belah pihak
yang bersangkutan harus bertindak dengan mengingat
kepentingan-kepentingan yang wajar dari pihak lain. Secara umum itikad baik harus
selalu ada pada setiap tahap perjanjian sehingga kepentingan pihak yang
satu selalu dapat diperhatikan oleh pihak lainnya.
e. Asas kepribadian (Personalitas)58
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang
akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan
perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340
KUHPerdata.
Di samping asas-asas yang telah dijelaskan diatas, di dalam Lokakarya
Hukum Perikatan yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional,
Departemen Kehakiman dari tanggal 17 sampai dengan tanggal 19 Desember
1985 telah berhasil dirumuskan delapan asas hukum perikatan nasional, sebagai
berikut:59
a. Asas kepercayaan
Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan
mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan di
antara mereka di belakang hari.
Yang dimaksud dengan asas persamaan hukum adalah bahwa subjek
hukum yang mengadakan perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama dalam hukum. Mereka tidak dibeda-bedakan antara
satu sama lain, walaupun subjek hukum itu berbeda warna kulit, agama
dan ras.
c. Asas keseimbangan
Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak
memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan
untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan
prestasi melalui kekayaan debitur, namun debitur memiliki pula kewajiban
untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik.
d. Asas kepastian hukum
Perjanjian sebagai figur hukum harus mengandung kepastian hukum.
Kepastian ini terungkap dari kekuatan yang mengikatnya perjanjian, yaitu
sebagai undang-undang bagi yang membuatnya.
e. Asas moral
Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar yaitu suatu perbuatan
sukarela dari seseorang yang tidak dapat menuntut hak baginya untuk
menggugat prestasi dari pihak debitur. Hal ini terlihat dalam
zaakwarneming, yaitu seseorang melakukan perbuatan dengan sukarela (moral). Yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk
meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya. Salah satu faktor yang
hukum itu adalah didasarkan pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan
hati nuraninya.
f. Asas kepatutan
Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPerdata. Asas ini berkaitan
dengan ketentuan mengenai isi perjanjian.
g. Asas kebiasaan
Asas ini dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu perjanjian tidak
hanya mengikat untuk apa yang secara tegas diatur, akan tetapi juga
hal-hal yang menurut kebiasaan lazim diikuti.
h. Asas perlindungan (protection)
Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan
kreditur harus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat
perlindungan itu adalah pihak debitur, karena pihak debitur berada pada
pihak yang lemah.
4. Merger (Penggabungan)
Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu
Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah
ada yang mengakibatkan aktivita dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan
diri beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan
selanjutnya status badan hukum Perseroan yang mengabungkan diri berakhir
karena hukum.60
60
Secara teoritik, klasifikasi penggabungan (merger) dapat disebutkan
sebagai berikut:
a. Penggabungan Horisontal (Horizontal Merger)
Penggabungan horisontal merupakan penggabungan dua perseroan atau
lebih dalam kegiatan usaha (bisnis) yang sama. Misalnya penggabungan 2
(dua) perseroan atau lebih yang memiliki kegiatan usaha dalam bidang
perbankan.
b. Penggabungan Vertikal (Vertical Merger)
Penggabungan vertikal merupakan penggabungan dua Perseroan atau lebih
yang memiliki kegiatan usaha dalam jalur hulu-hilir. Maksudnya, antara
Perseroan yang menggabungkan diri tersebut terhubung usaha yang bersifat
input dan output.
c. Penggabungan Kongetif (Congentive Merger)
Penggabungan Kongetif merupakan penggabungan dua Perseroan atau lebih
yang kegiatan usahanya sejenis atau dalam industri yang sama, tetapi tidak
memproduksi barang yang sama dan juga tidak ada keterkaitan input-output
d. Penggabungan Konglomerat (Conglomerate Merger)
Penggabungan ini merupakan penggabungan dua Perseroan atau lebih yang
tidak memiliki kesamaan bidang usaha. Sehingga aktivitas bisnis tidak
berkaitan sama sekali antara Perseroan yang menggabungkan diri dengan
Perseroan yang menerima penggabungan.61
61
Tri Budiyono I, Op. Cit., hlm. 208
1) Tipe Perluasan Geografis (Geographic extension), yang dipakai guna memperluas pasar;
2) Tipe Perluasan Produk (Product extension) yang dilakukan antara
sesama produsen dari barang-barang yang mirip atau hampir sejenis,
tetapi yang bukan kompetitor;
3) Tipe Konglomerat Murni (Pure Conglomerate Merger), yang
merupakan merger dari dua perusahaan, dimana perusahaan-perusahaan
yang bergabung tersebut tidak memiliki pangsa pasar yang hampir
sejenis, ataupun secara fungsional tidak memiliki hubungan ekonomis,
seperti kedua tipe diatas. 62
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Skripsi ini merupakan penelitian hukum normatif dan bersifat deskriptif.
Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti
bahan pustaka atau data sekunder belaka.63 Penelitian hukum normatif sendiri
mengacu pada berbagai bahan hukum sekunder,64
62
Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis: Perseroan Terbatas. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), hal. 129
63
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Cet. Ketujuh, Ed. Pertama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 13- 14.
64
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Cet. Kedua, Ed. Pertama, (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), hlm. 14.
yaitu inventarisasi berbagai
peraturan hukum nasional dan internasional dalam bidang perseroan terbatas,
jurnal-jurnal dan karya tulis ilmiah lainnya, serta artikel-artikel berita terkait.
Sedangkan penelitian deskriptif ialah penelitian yang pada umumnya bertujuan
kegiatan tertentu.65
2. Data
Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data
yang seteliti mungkin, tentang Merger Perusahaan Lintas Negara di Indonesia.
Pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini,
menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) atau studi
dokumen (document study). Metode penelitian kepustakaan dilakukan terhadap
data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan.66 Menurut Soerjono
Soekanto, data sekunder dalam penelitian hukum terdiri atas tiga bahan hukum,
yaitu:67
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, seperti
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan berbagai peraturan hukum
nasional yang mengikat, antara lain: UU No. 40 Tahun 2007 Tentang
Perseron Terbatas.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti: rancangan undang-undang,
hasil-hasil penelitian, hasil-hasil karya dari kalangan hukum, dan berbagai karya tulis
ilmiah yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan ini.
c. Bahan hukum tersier (tertier), yaitu bahan hukum yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder;
contohnya adalah kamus, ensiklopedia, majalah, dan seterusnya. Selain itu,
bahan tersier ini juga meliputi berbagai bahan primer, sekunder, dan tersier
65
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum: Suatu Pengantar, Cet. Kedua, Ed. Pertama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1998), hlm. 36.
66
Bambang Waluyo, Op. cit., hlm. 13- 14. 67
di luar bidang hukum yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan,
terutama dari bidang ekonomi.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh suatu kebenaran
dalam penulisan skripsi, dalam hal ini digunakan metode pengumpulan data
dengan cara studi kepustakaan (library research), yaitu mempelajari dan
menganalisis data secara sistematis melalui buku-buku, surat kabar, makalah
ilmiah, internet, peraturan perundang-undangan, dan bahan-bahan lain yang
berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.
4. Analisis Data
Dalam menganalisis data penelitian digunakan analisis normatif kualitatif,
yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya
dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas
dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi. Metode kualitatif
dilakukan guna mendapatkan data yang bersifat deskriptif, yaitu data-data yang
akan diteliti dan dipelajari sesuatu yang utuh.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini meliputi:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan
BAB II PENGATURAN MERGER PERSEROAN TERBATAS LINTAS NEGARA
Bab ini menguraikan tentang tinjauan umum mengenai pelaksanaan
kegiatan merger di Indonesia yang meliputi pengertian merger,
sejarah dan perkembangan merger di Indonesia dan dasar hukum
pelaksanaan merger di Indonesia serta merger perusahaan lintas
negara.
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG
SAHAM YANG MELAKUKAN MERGER LINTAS NEGARA
Bab ini menguraikan tentang perlindungan hukum terhadap
pemegang saham, hak dan kewajiban pemegang saham yang
melakukan merger lintas negara.
BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA ATAS TERLANGGARNYA HAK PEMEGANG SAHAM KARENA MERGER LINTAS NEGARA
Bab ini menguraikan tentang tata cara menyelesaikan sengketa
yang terjadi akibat dilakukannya merger lintas negara.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran atas
pelaksanaan merger perusahaan lintas negara di Indonesia. Saran
dan kesimpulan ini diharapkan bisa memberikan pertimbangan dan