MAKALAH MANAJEMEN KELAS
“PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS” Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Manajemen Kelas
Dosen Pengampu : Drs. Suhardi M.Pd
Oleh :
Yunita Khasna Rifianidya (1401413047) Fitria Isnaini (1401413004) Diah Novitasari (1401413327) Evita Martini (1401413031)
Widayanti (1401413543)
Eviriana (1401413551)
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelas merupakan tempat untuk belajar yang di dalamnya terdapat siswa dengan berbagai latar belakang, karakter, kepribadian, tingkah laku, dan emosi yang berbeda beda. Karena itu perlu adanya pengelolaan dalam kelas untuk mempermudah tugas manajemen itu sendiri.
Guru adalah tenaga profesional. Guru berperan sebagai pengelola aktivitas yang bekerja berdasar pada kerangka acuan pendekatan manajemen kelas. Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas. Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu murid dalam mencapai tujuan pembelajaran
Guru harus memlilki, memahami dan terampil dalam menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam manajemen kelas, dalam hal ini guru dituntut untuk terampil memilih bahkan memadukan pendekatan yang di anggapnya meyakinkan untuk menangani kasus manajemen kelas yang tepat dengan masalah di hadapinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pendekatan dalam pengelolaan kelas? 2. Apa saja macam-macam pendekatan?
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pendekatan
Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang dalam proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang bersifat umum. Adapun pendekatan merupakan unsur penting yang harus dikuasai pengajar sebelum mempersiapkan perencanaan pembelajaran.
Sebagai pekerja profesional, seorang guru harus mendalami kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas, sebab di dalam penggunaannya ia harus terlebih dahulu meyakinkan bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk menangani sesuatu kasus pengelolaan kelas merupakan alternatif yang terbaik sesuai dengan hakikat masalahnya. Artinya seorang guru terlebih dahulu harus menetapkan bahwa penggunaan sesuatu pendekatan memang cocok dengan hakikat masalah yang ingin ditanggulangi. Ini tentu tidak dimaksudkan mengatakan bahwa seorang guru akan berhasil baik setiap kali ia menangani kasus pengelolaan kelas. Sebaliknya, keprofesionalan cara kerja seorang guru adalah demikian sehingga apabila alternatif tindakannya yang pertama tidak memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka ia masih mampu melakukan analisis ulang terhadap situasi untuk kemudian tiba pada alternatif pendekat yang yang kedua, dan seterusnya.
B. Macam-macam Pendekatan
Penciptaan suasana kelas yang kondusif menuntut kemampuan guru untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang dinilai efektif yaitu ada sepuluh pendekatan:
1. Pendekatan Otoriter
Pendekatan otoriter adalah suatu pendekatan pengendalian perilaku peserta didik oleh guru. Tujuan guru yang utama adalah mengendalikan perilaku peserta didik karena gurulah paling mengetahui dan berurusan dengan peserta didik. Tugas ini sering dilakukan guru dengan menciptakan dan menjalankan peraturan dan hukuman.
Pendekatan otoriter menawarkan limas trategi yang diterapkan dalam manajemen kelas:
Menciptakan dan menegakkan peraturan
Merupakan kegiatan guru menggariskan pembatasan-pembatasan dengan memberitahukan kepada peserta didik dan mengapa hal tersebut diperlukan. Dengan demikian, kegiatan menciptakan dan menegakkan peraturan adalah proses mendefinisikan dengan jelas dan spesifik harapan guru mengenai perilaku peserta didik di kelas.
Memberikanperintah, pengarahandanpesan
Merupakan strategi atau cara guru dalam mengendalikan perilaku peserta didik agar peserta didik melakukan perilaku yang diinginkan oleh guru.
Menggunakanteguranramahdalamstrategi
Merupakan strategi mengelola kelas yang digunakan guru dengan cara memarahi peserta didik yang berperilaku tidak sesuai dan yang melanggar peraturan cara lemah lembut
Menggunakanpengendaliandenganmendekati
Menggunakan pemisahan dan pengucilan.
Merupakan strategi guru dalam merespon terhadap perilaku menyimpang peserta didik yang tingkat penyimpangannya cukup berat.
2. Pendekatan Intimidasi
Pendekatan intimidasi adalah pendekatan yang memandang manajemen sebagai proses pengendalian perilaku peserta didik, berbeda dengan pendekatan otoriter yang menekankan perilaku guru yang manusiawi pendekatan intimidasi menekankan pada perilaku guru mengintimidasi. Bentuk-bentuk intimidasi itu seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan, paksaan, ancaman dan menyalahkan, peranan peserta didik berperilaku sesuai dengan perintah guru.
3. Pendekatan Permisif
Pendekatan permisif adalah pendekatan yang menekan kaperlunya memaksimalkan kebebasan siswa. Tema sentral dari pendekatan ini adalah apa, kapan, dan dimana juga guru hendaknya membiarkan peserta didik bertindak bebas sesuai dengan yang diinginkannya. Peranan guru adalah meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab dengan itu akan membantu pertumbuhan secara wajar. Campur tangan guru hendaknya seminimal mungkin, dan berperan sebagai pendorong mengembangkan potensi peserta didik secara penuh.
Pendekatan permisif sedikit penganjurnya. Pendekatan ini kurang menyadari bahwa sekolah dan kelas adalah sistem susila yang memiliki pranata-pranata sosial. Dalam sistem sosial para anggotanya, dalam hal ini guru dan peserta didik, menyandang hak dan kewajiban. Mereka diharapkan bertindak sesuai dengan hak dan kewajibannya dan diterima oleh semua pihak. Perbuatan yang bebas tanpa batas akan memperkosa dan mengancam hak-hak orang lain.
4. Pendekatan Buku Masak
tidak harus dilakukan ini biasanya dapat ditemukan dalam artikel. Karena daftar ini sering merupakan resep yang cepat dan mudah, pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan “bukumasak”. Berikut ini contoh khas jenis pernyataan yang dapat dijumpai dalam daftar “bukumasak” :
Selalu menegur siswa secara empat mata,
Jangan sekali-kali meninggikan suara pada saat memperingati siswa,
Tegas dan bertindak adil sewaktu berurusan dengan siswa,
Jangan pandang bulu dalam memberikan penghargaan,
Senantiasalah meyakinkan diri lebih dahulu akan kesalahan siswa sebelum menjatuhkan hukuman,
Selalulah meyakinkan diri bahwa siswa mengetahui semua peraturan yang ada,
Tetaplah konsekuen dalam menegakkan peraturan. 5. Pendekatan Intruksional
Pendekatan intruksional adalah pendekatan yang mendasarkan kepada pendirian bahwa pengajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan cermat akan mencegah timbulnya sebagian besar manajerial kelas. Pendekatan ini berpendapat bahwa manajerial yang efektif adalah hasil perencanaan pengajaran yang bermutu. Dengan demikian peranan guru adalah merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik, kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap peserta didik.
instruksional menyarankan guru dalam mengembangkan strategi manajemen kelas memperhatikan hal-hal berikut ini:
Menyampaikan kurikulum dan pembelajaran yang menarik, relevan dan sesuai
Menerapkan kegiatan yang efektif
Menyediakan daftar kegiatan rutin kelas
Memberikan pengarahan yang jelas
Menggunakan dorongan yang bermakna
Memberikan bantuan mengatasi rintangan
Merencanakan perubahan lingkungan
Mengatur kembali struktur situasi 6. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku
Pendekatan pengubahan perilaku didasarkan pada prinsip-prinsippsikologi behaviorisme. Prinsip utama yang mendasari pendekatan ini adalah perilaku merupakan hasil proses belajar. Prinsip ini berlaku baik bagi perilaku yang sesuai maupun perilaku yang menyimpang.
Pendekatan pengubahan tingkah laku dibangun atas dua anggapan dasar: Ada empat proses yang perlu diperhitungkan dalam belajar bagi semua
orang pada segala tingkatan umur dan dalam segala keadaan
Proses belajar itu sebagian atau seluruhnya dipengaruhi (dikontrol) oleh kejadian-kejadian yang berlangsung di lingkungan.
Dengan demikian, tugas pokok guru adalah menguasai dan menerapkan keempat proses yang telah terbukti (bagi kaum behavioris) merupakan pengontrol tingkah laku manusia, yaitu: penguatan positif, penghukuman, penghilangan dan penguatan negatif.
a. Penguatan positif
Penguatan positif berupa memberikan stimulus positif, berupa ganjaran atau pujian terhadap perilaku atau hasil yang memang diharapkan, misalnya berupa ungkapan seperti “Nah seperti ini kalau mengerjakan tugas, tulisannya rapi mudah dibaca”.
Penguatan primer (dasar) yaitu penguatan-penguatan yang tidak
dipelajari dan selalu diperlukan untuk berlangsungnya hidup, seperti, makanan, air, udara yang segar dan sebagainya. Suasana seperti ini dapat membentuk perilaku siswa yang baik dan betah di dalam kelas
Penguatan sekunder (bersyarat) yang menjadi penguat sebagai hasil
proses belajar atau dipelajari, seperti diperhatikan, pujian (penguat sosial), nilai angka, ranking (penguatan simbolik), kegiatan atau permainan yang disenangi siswa (penguatan bentuk kegiatan).
Penghukuman
Penghukuman merupakan pemberian stimulus yang tidak menyenangkan untuk menghilangkan dengan segera perilaku peserta didik yang tidak dikehendaki. Tindakan hukuman dalam pengelolaan kelas masih bersifat kontroversial (dipertentangkan). Sebagian menganggap bahwa hukuman merupakan alat yang efektif untuk dengan segera menghentikan tingkah laku yang tidak dikehendaki, sekaligus merupakan contoh “yang tidak dikehendaki” bagi siswa lain. Sebagian lain melihat bahwa akibat sampingan dari hubungan pribadi antara guru (yang menghukum) dan siswa (terhukum) menjadi terganggu, atau siswa yang dihukum menjadi “Pahlawan” di mata teman-temannya.
b. Penguatan Negative
Penguatan negative adalah berupa peniadaan tingkah laku yang tidak disukai (biasanya berupa hukuman) yang selalu diberikan kepada siswa, karena siswa yang bersangkutan telah meninggalkan tingkah laku yang menyimpang. Dengan demikian diharapkan tingkah laku siswa yang lebih baik itu akan ditingkatkan frekuensinya (Nurhadi, 1983: 177-180)
Penghilangan
tertentu. Penundaan seperti ini menurunkan frekuensi penguatan dan menurunkan frekuensi tingkah laku yang dimaksud itu.
7. Pendekatan Iklim Sosio-emosional
Pendekatan iklim sosio-emosional dalam manajemen kelas berakar pada psikologi penyuluhan klinik, dan arena itu memberkan arti yang sangat penting pada hubungan antar peribadi. Pendekatan ini dibangun atas dasar asumsi bahwa manajemen kelas yang efektif (dan pengajaran yang efektif) sangat tergantung pada hubungan yang positif antara dan iklim kelas. Oleh karena itu, tugas pokok guru dalam manajemen kelas adalah membangun hubungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan iklim sosio-emosional yang positif pula.
Hal-hal yang meliputi kondisi sosio-emosional : a. Tipe kepemimpinan
Tipe kepemimpinan guru yang lebih menekankan kepada sikap demokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan siswa dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu terciptanya iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi belajar yang optimal. Siswa akan belajar secara produktif baik pada saat ada guru maupun tidak ada guru. Dalam kondisi semacam ini biasanya problema manajemen kelas bisa diperkecil sesedikit mungkin.
b. Sikap guru
Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa membenci, bencilah tingkah laku siswa dan bukan membenci siswanya itu sendiri. Terimalah siswa dengan hangat, sehingga ia insyaf dengan akan kesalahannya. Berlakulah adil dalam bertindak. Ciptakan satu kondisi yang menyebabkan siswasadar akan kesalahannya sehingga ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya.
c. Suara guru
atau demikian rendah sehingga tidak terdengar oleh siswa secara jelas dari jarak yang agak jauh akan mengakibatkan suasana gaduh. Keadaan seperti itu, juga akan membosankan sehingga pelajaran cenderung tidak diperhatikan. Suara yang relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengarannya rileks akan mendorong siswa untuk memperhatikan pelajaran. Mereka yang lebih berani mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan sendiri, dan sebagainya. Tekanan suara hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan siswa yang mendengarnya. Hal yang penting dari itu semuanya adalah proses pembelajarannya akan semakin terarah.
d. Pembinaan hubungan baik
Pembinaan hubungan baik (report) antara guru dan siswa dalam masalah manajemen kelas adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya hubungan baik guru-siswa senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, realistik dalam kegiatan belajar mengajar yang sedang dilakukan serta terbuka terhadap hal-hal yangakan ada pada dirinya.
8. Pendekatan Proses Kelompok
Premis utama yang mendasari pendekatan proses kelompok didasarkan pada asumsi-asumsi berikut:
Kehidupan sekolah berlangsung dalam lingkungan kelompok, yakni kelompok kelas
Tugas pokok guru adalah menciptkan dan membina kelompok kelas yang efektif dan produktif
Kelompok kelas adalah suatu sistem sosial yang mengandung ciri-ciri yang terdapat pada semua sistem sosial
Harapan adalah persepsi yang dimiliki oleh guru dan siswa mengenai hubungan mereka satu sama lain. Persepsi tersebut adalah perkiraan individual tentang cara berperilaku diri sendiri dan orang lain.
Kepemimpinan paling tepat diartikan sebagai perilaku yang membantu kelompok bergerak menuju pencapaian tujuannya serta memelihara dan / atau meningkatkan kepaduan. Jadi, perilaku kepemimpinan terdiri atas tindakan-tindakan anggota-anggota kelompok termasuk didalamnya tindakan-tindakan yang membantu penetapan norma–norma kelompok yang menggerakkan kelompok ke arah tujuan, yang menciptakan kepanduan kelompok. Fungsi kepemimpinan dilaksanakan bersama-sama oleh guru dan para peserta didik.
Daya tarik menunjuk pada pola-pola persahabatan dalam kelompok kelas. Daya tarik dapat digambarkan sebagai tingkat persahabatan yang terdapat diantara para anggota kelompok kelas. Tingkat daya tarik bergantung pada sejauh mana hubungan antarpribadi yang positif telah berkembang.
Norma ialah pengharapan bersama mengenai cara berpikir, cara berperasaan, dan cara berperilaku para anggota kelompok. Norma sangat mempengaruhi hubungan antar pribadi karena norma tersebut memberikan pedoman yang membantu para anggota memahami apa yang diharapkan dari mereka dan apa yang dapat diharapkan mereka harapkan dari orang lain.
Komunikasi, baik verbal maupun non-verbal, adalah dialog antara anggota-anggota kelompok. Komunikasi mencakupi kemampuan khas manusia untuk saling memahami dan menyatakan buah pikiran serta perasaan masing-masing.
Keterpaduan menyangkut perasaan kolektif yang dimiliki oleh para anggota kelas mengenai kelompok kelasnya. Keterpaduan menekankan hubungan individu dengan kelompok sebagai suatu keseluruhan.
9. Pendekatan Ekletik
diambil atau dipilih dari beberapa konsepsi serta pendekatan. Konselor yang berpegang pada pola eklektik berpendapat bahwa mengikuti satu orientasi teoretis serta menerapkan satu pendekatan saja terlalu membatasi ruang gerak konselor. Oleh karenanya dalam pendekatan ini konselor menggunakan variasi dari sudut pandangan, prosedur, dan teknik sehingga dapat melayani masing-masing konsep sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai dengan ciri khas masalah yang dihadapinya. Ini tidak berarti bahwa konselor berpikir dan bertindak seperti orang yang bersikap oportunis, dalam arti diterapkan saja pandangan, prosedur, dan teknik yang kebetulan membawa hasil yang paling baik. Dengan demikian, konselor bermaksud mengembangkan suatu fleksibilitas besar yang memungkinkan konselor untuk bisa melayani banyak orang dengan cara yang cocok untuk setiap orang guna dapat memperoleh hasil yang maksimal atau optimal.
Wiford A Weber menyatakan bahwa pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek terbaik dari berbagi pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau keseluruhan yang bermakna, yang secara filosifis, teoritis dan/atau psikologis dinilai benar, yang bagi guru merupakan sumber pemilihan perilaku pengelolaan tertentu yang sesuai dengan situasi disebut pendekatan elektik (WilfordA.Weber, 1986).
Dua syarat yang perlu dikuasai oleh guru dalam menerapkan pendekatan elektik yaitu:
Menguasai pendekatan-pendekatan manajemen kelas yang potensial, seperti pendekatan pengubahan perilaku, penciptaan iklim sosio-emosional, proses kelompok,
Dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam masalah manajemen kelas (M. Entangdan T. Raka Joni, 1983:43).
10. Pendekatan Analistik Pluralistik
manajemen kelas dalam situasi yang dianalisis guru yang bijaksana menghargai pendekatan dan strategis manajemen kelas yang baik. Dengan demikian, pendekatan analitik berupa pemilihan diantara berbagai strategi manajemen kelas suatu atau beberapa strategi yang mempunyai kemungkinan menciptakan dan menampung kondisi-kondisi yang member kemudahan kepada pembelajaran yang efektif dan efesien.
Ada 4 tahap pendekatan analitik pluralistik:
Menentukan kondisi kelas yang diinginkan Dalam hal ini, guru perlu mengetahui dengan jelas dan mendalam tentang kondisi – kondisi yang menurut penilaiannya akan memungkinkan mengajar secara efektif. Keuntungan utama terciptanya kondisi kelas yang diyakini guru sesuai adalah:
a. Guru tidak memandang kelas semata-mata hanya sebagai reaksi atas masalah yang timbul.
b. Guru akan memiliki seperangkat tujuan yang mengarahkan dan yang menjadi tolak ukur penilaian atas hasil upayanya.
Menganalisis kondisi kelas yang nyata Dengan mengadakan analisis ini, akan memungkinkan guru mengetahui:
a. Kesenjangan antara kondisi sekarang dan yang diharapkan.
b. Kesenjangan yang timbul jika guru gagal mengambil tindakan pencegahan.
c. Kondisi sekarang yang perlu dipelihara dan dipertahankan karena dianggap kurang baik.
Memilih dan menggunakan strategi pengelolaan Guru yang efektif adalah guru yang menguasai berbagai strategi manajerial yang tergantung dalam berbagai pendekatan manajemen kelas dan mampu memilih dan menggunakan strategi yang paling sesuai dalam situasi tertentu yang dianalisis sebelumnya.
Menilai keefektifan pengelolaan Proses penilaian ini memusatkan perhatian kepada 2 perangkat perilaku yaitu :
BAB III PENUTUP A. Simpulan
Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang dalam proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang bersifat umum. Dalam hal ini terdapat sepuluh pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan otoriter, pendekatan intimidasi, pendekatan permisif, pendekatan buku masak, pendekatan instruksional, pendekatan perubahan perilaku, pendekatan iklim sosio-emosional, pendekatan proses kelompok, pendekatan eklektik, dan pendekatan analitik pluralistik.
Dengan adanya pendekatan pembelajaran, guru dapat lebih menguasai kelas dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tersebut.
B. Saran
Daftar Pustaka
Ekosiswoyo, Rasdi, Maman Rachman.2002. Manajemen Kelas. CV. IKIP Semarang Press;Semarang