• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN BERBASIS SEKOL.d ocx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN BERBASIS SEKOL.d ocx"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN BERBASIS SEKOLAH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR

Abstrak: Strategi yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinan pembelajaran yang efektif, diantaranya yaitu: (1) kepala sekolah harus banyak berdialog dan berdiskusi untuk mengembangkan keprofesian berkelanjutan guru; (2) kepala sekolah senantiasa memantau atau mengobservasi proses pembelajaran di kelas dan memberikan upaya tindaklanjut yang harus dilakukan oleh guru; dan (3) kepala sekolah harus dapat melayani guru dan siswa dalam menggunakan sarana dan prasarana pembelajaran. Keberhasilan kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran antara lain: (1) sebagai penyedia sumber daya; (2) sebagia sumber instruksional terlihat dalam memajukan kondisi kelas yang efektif untuk menunjang hasil belajar, mendorong guru untuk menggunakan berbagai macam metode dan strategi pembelajaran; (3) sebagai komunikator, dapat menyampaikan visi dan misi secara jelas, memahami tujuan sekolah serta mampu menerjemahkan, membina hubungan yang efektif dengan para pemangku kepentingan; dan (4) kehadirannya bermakna artinya bahwa kepala sekolah mampu berinteraksi dan mampu mempengaruhi seluruh warga sekolah.

Kata kunci: kepemimpinan pembelajaran, peran, kepala sekolah

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

(2)

Berdasarkan data dari global competitiveness index tahun 2013, Indonesia berada di urutan ke-38 dari 148 negara. Sementara Singapura menempati posisi ke-2, Malaysia ke-24, Brunei ke-26, Thailand ke-37, Philipina ke-59 dan Vietnam berada di posisi ke-70 (Wangke, 2014). Dari data tersebut sebenarnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia telah meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun masih dalam kategori rendah bila dibandingkan dengan Negara-negara lainnya, khususnya ASEAN. Terbentuknya SDM unggul dan meningkatnya IPM diharapkan dapat ditopang dari sektor pendidikan, utamanya di jenjang pendidikan dasar dan menengah yang berperan sebagai peletak dasar struktur keilmuan, sikap, dan tindakan atau perilaku luhur yang dapat bersaing. Oleh sebab itu dunia pendidikan sejak awal seharusnya sudah mempersiapkan diri terutama para pendidik untuk mempunyai kualitas dan kapabilitas bukan sebatas wilayah regional namun sampai pada tingkat nasional bahkan internasional.

Peran kepala sekolah sebagai agen pembelajaran, sangat strategis sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan untuk menghasilkan SDM yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Untuk mencapai kualitas belajar siswa di era otonomi daerah ini, kepala sekolah yang salah satu fungsinya sebagai pemimpin memiliki peran strategis untuk mampu memunculkan terobosan– terobosan baru guna mengoptimalkan sumberdaya organisasi belajar siswa yang dimiliki dengan dukungan kemampuan kepemimpinan. Kemampuan kepemimpinan sungguh sangat penting agar sekolah yang dipimpinnya menjadi efektif dalam membina SDM yang berkualitas.

(3)

Salah satu implementasi dari kompetensi kepala sekolah adalah kepemimpinan pembelajaran. Landasan yuridis tentang kepemimpinan pembelajaran adalah Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya bahwa efektivitas kepala sekolah dinilai angka kreditnya dalam kompetensi: (1) kepribadian dan sosial; (2) kepemimpinan pembelajaran; (3) pengembangan sekolah/madrasah; (4) manajemen sumber daya; (5) kewirausahaan sekolah/madrasah; dan (6) supervisi pembelajaran.

Kepemimpinan pembelajaran yang efektif dan optimal dari kepala sekolah, akan mewujudkan atmosphere academic yang mendukung ketercapaian tujuan sekolah. Atmosfir akademik yang sehat akan meningkatkan semangat guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam bekerja (Southword, 2002). Untuk membangun atmosfir atau iklim sekolah yang sehat, oleh Sergiovani (1991) diperlukan perilaku-perilaku kepemimpinan pembelajaran yang dapat dipilah menjadi perilaku technical, human,educational, symbolic,and cultural behavior. Perilaku-perilaku kepemimpinan pembelajaran tersebut merupakan satu kesatuan yang integral. Pengembangan iklim akademik yang positif di sekolah memerlukan dasar struktur organisasi yang baik dan kuat, dan ini dapat ditingkatkan melalui partisipasi aktif dari seluruh warga sekolah dan para orang tua murid (Heck, et.al., 1990). Kepala sekolah yang baik adalah kepala yang mampu mengelola sumber daya yang ada di sekolah, sekaligus mampu mengatasi masalah–masalah komplek yang menghambat kemajuan sekolah yang berarti juga menghambat peningkatan kualitas belajar siswa dan pada akhirnya tujuan madrasah tidak tercapai secara efektif.

(4)

untuk menjadikan sekolah berfokus pada layanan siswa; (7) mengajak warga sekolah untuk siap dan akrab menghadapi perubahan, mengajak warga sekolah untuk berpikir sistem; dan (8) mengajak warga sekolah untuk komitmen terhadap keunggulan mutu, dan mengajak warga sekolah untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus.

RUMUSAN MASALAH

Berdasar latar belakang permasalahan tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kepemimpinan pembelajaran berbasis sekolah?

2. Bagaimana strategi kepemimpinan pembelajaran berbasis sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar pada siswa ?

TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan pembelajaran berbasis sekolah 2. Untuk mengetahui bagaimana strategi kepemimpinan pembelajaran berbasis

sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar pada siswa

PEMBAHASAN

Pengertian Kepemimpinan Pembelajaran

Kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang memfokuskan/ menekankan pada pembelajaran. Komponen-komponen kepemimpinan pembelajaran meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, penilaian, pengembangan guru, layanan prima dalam pembelajaran, dan pembangunan komunitas belajar di sekolah. Komponen-komponen kepemimpinan pembelajaran meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, penilaian, pengembangan guru, layanan prima dalam pembelajaran, dan pembangunan komunitas belajar di sekolah.

(5)

dalam implementasinya; 2. Kepala sekolah melibatkan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan sekolah (manajemen partisipatif); 3. Kepala sekolah memberikan dukungan terhadap pembelajaran; 4. Kepala sekolah melakukan pemantauan terhadap proses belajar mengajar untuk memahami lebih mendalam dan menyadari apa yang sedang berlangsung di dalam sekolah; 5. Kepala sekolah berperan sebagai fasilitator sehingga dengan berbagai cara dia dapat mengetahui kesulitan pembelajaran dan dapat membantu guru dalam mengatasi kesulitan belajar tersebut.

Soutworth (2002) menyatakan bahwa kepemimpinan pembelajaran adalah perhatian yang kuat terhadap pengajaran dan pembelajaran, termasuk pembelajaran profesional oleh guru sesuai perkembangan siswa. Strategi untuk meningkatkan pembelajaran secara efektif yaitu: (1) modeling; (2) monitoring; dan (3) professional dialog and discussion. Modelling artinya keteladanan kepala sekolah menjadi contoh atau model yang ditiru oleh guru di sekolah yang dipimpinnya. Monitoring artinya melakukan pemantauan kinerja guru ke kelas saat guru melaksanakan proses pembelajaran di kelas serta memanfaatkan hasil pemantauan tersebut untuk pembinaan lebih lanjut. professional dialog and discussion artinya membicarakan secara aktif, interaktif, efektif, aspiratif, inspiratif, produktif, demokratik dan ilmiah tentang hasil penilaian kinerja dan rencana tindak lanjut peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa.

Sementara itu McEwan (2002) mengartikan kepemimpinan pembelajaran sebagai suatu tindakan yang dilakukan kepala sekolah dengan maksud mengembangkan lingkungan kerja yang produktif dan memuaskan bagi guru, serta pada akhirnya mampu menciptakan kondisi belajar siswa meningkat

Tujuan Kepemimpinan Pembelajaran

(6)

diterapkan di sekolah karena mampu: (1) meningkatkan prestasi belajar peserta didik secara signifikan; (2) mendorong dan mengarahkan warga sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik; (3) memfokuskan kegiatan-kegiatan warga sekolah untuk menuju pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah; dan (4) membangun komunitas belajar warga dan bahkan mampu menjadikan sekolahnya sebagai sekolah pembelajar (learning school). Kepemimpinan pembelajaran secara langsung terjadi ketika kepala sekolah bekerja dengan para guru dan staf lainnya untuk mengembangkan proses belajar mengajar. Sebagai contoh, ketika kepala sekolah melakukan kegiatan supervisi pendidik di kelas, kegiatan diskusi untuk memberi umpan balik terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan seorang guru, dan pemberian contoh pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan kepemimpinan pembelajaran secara tidak langsung terjadi ketika kepala sekolah, antara lain memberikan sejumlah kemudahan dan mendorong para guru dan staf untuk mengembangkan diri, melakukan pengambilan keputusan secara bersama-sama (sharing on decision making), dan mengubah tata nilai serta visi sekolah yang mengarah kepada peningkatan kualitas pembelajaran. Kini kepala sekolah menghadapi tantangan perubahan, untuk menerapkan kurikulum 2013. Kesiapan yang perlu dicermati oleh kepala sekolah adalah mengenali elemen perubahan dengan sikap terbuka, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar dapat mengelola perubahan sehingga menjadi sekolah yang adaptif terhadap perubahan.

(7)
(8)

perubahan dengan menjadi kepala sekolah pembelajar sehingga memandang perubahan kurikulum sebagai sesuatu yang seharusnya. Alasannya jelas, karena ilmu pengetahuan, teknologi, dan tantangan kehidupan terus berubah, maka kebutuhan siswa pun terus berubah menyesuaikan dengan kebutuhan zamannya. Lebih dari itu, kenyataan dari pengalaman kita bekerja membuktikan bahwa apa yang kita hasilkan terdahulu selalu memerlukan perbaikan sehingga perubahan merupakan keharusan. Tugas kepala sekolah pada konteks ini amat strategis. Kepala Sekolah menjadi penentu utama keberhasilan sekolahnya. Tugas memimpin perubahan ada di tangannya. Selain sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing, ia juga berperan sebagai pemimpin pembelajaran, manajer perubahan, dan pengembang budaya sekolah.

Prestasi Belajar

Secara etimologis kata prestasi berasal dari Belanda, yaitu “prestatie” kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha (Arifin, 1990). Menurut Arifin (1990) prestasi adalah kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.

Makna belajar menurut beberapa ahli diantaranya:

a. Crow and Crow dalam Sriyanti (2009) memberikan definisi, belajar adalah perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan, dan berbagai sikap, termasuk penemuan baru dalam mengerjakan sesuatu, usaha memecahkan rintangan, dan menyesuaikan dengan situasi baru.

b. Syah dalam Sriyanti (2009) menyimpulkan, belajar adalah tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif

c.Menurut Rusyan (1989) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seorang individu, merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu.

(9)

hasil yang diperoleh oleh anak didik setelah mereka mengikuti pelajaran adalah berupa kecakapan pengetahuan, sikap dan ketrampilan

Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Asumsinya bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia.

c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dan inovasi pendidik. Asumsinya adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berperan sebagai umpan balik

(feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam hal ini bahwa dalam prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktifitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik (Arifin, 1990).

Dari banyaknya fungsi prestasi belajar tersebut maka dalam pelaksanaan pembelajaran pasti dilakukan evaluasi hasil pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan di suatu lembaga penyenggara pendidikan tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan langkah-langkah untuk memperbaiki kekurangan yang ada dan meningkatkan hal-hal positif yang telah dicapai.

(10)

a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tingkat tinggi, baik individual maupun kelompok.

b. Prilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau interaksional khusus (TIK) telah dicapai siswa baik secara individual maupun klasikal (Djamarah, 2006). Dari dua kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa indikator prestasi belajar terlihat dari tingginya daya serap siswa terhadap bahan pelajaran dan tercapainya tujuan interaksional yang telah ditetapkan.

Strategi Implementasi Kepemimpinan Pembelajaran

(11)

1. Technical behaviors, perilaku ini berkaitan dengan aspek-aspek teknis dari kepemimpinan kepala sekolah. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kepala sekolah mengekspresikan perilaku ini menjadi gagasan-gagasan atau ide-ide yang mampu mewujudkan manajemen sekolah yang efektif dan efisien. Perilaku ini mencakup penerapan teknik-teknik perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengawasan, serta termasuk juga penetapan sasaran atau tujuan yang tepat;

2. Human relation behaviors, merupakan perilaku kepala sekolah yang berkenaan dengan aspek-aspek manusia dari kepemimpinannya. Perilaku ini mencakup, penguasaan teknik motivasi, penerapan ketrampilan hubungan antar manusia, serta kemampuan dalam membangun semangat (morale) kerja yang tinggi dalam organisasi sekolah. Perilaku ini memberikan kontribusi yang besar dalam penciptaan iklim yang kondusif di sekolah;

3. Educational behaviors, merupakan perilaku yang berkenaan dengan aspek-aspek yang berhubungan dengan pengetahuan dan keahlian tentang pendidikan dan persekolahan. Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran harus memiliki pengetahuan dan kemampuan mendiagnosis permasalahan pendidikan dan pembelajaran di sekolah, mengembangkan staf, menerapkan supervisi klinis, serta mengevaluasi dan mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa;

4. Symbolic behavior, merupakan perilaku yang berkenaan dengan aspek-aspek simbolik dari kepemimpinan kepala sekolah. Tindakan-tindakan simbolik dapat diekspresikan melalui pemodelan kepala sekolah dalam menekan perilaku yang ia inginkan. Bila kepala sekolah mengajarkan tentang kebersihan lingkungan di sekolah misalnya, maka ia harus bisa memberikan contoh pada guru dan seluruh warga sekolah. Kepala sekolah melihat ada bungkus permen yang terjatuh di lantai sekolah, maka dengan sigap ia akan mengambil bungkus tersebut untuk selanjutnya dimasukkan dalam bak sampah.

(12)

strategi yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinan pembelajaran yang efektif. Willison (2008) merumuskan tiga strategi untuk menjalankan kepemimpinan pembelajaran, yaitu: (1) talk the talk, kepala sekolah harus banyak berdialog dan berdiskusi untuk mengembangkan keprofesian berkelanjutan guru; (2) walk the walk, kepala sekolah senantiasa memantau atau mengobservasi proses pembelajaran di kelas; dan (3) be the caddy, kepala sekolah harus dapat melayani guru dan siswa dalam menggunakan sarana dan prasarana pembelajaaran.

Strategi lain yang dapat dilakukan untuk menjalankan kepemimpinan pembelajaran oleh kepala sekolah dalam upaya peningkatan prestasi belajar, yaitu: (1) optimalisasi proses pembelajaran,

(2) memberdayakan dan meningkatkan profesionalisme guru dan karyawan, (3) pemberdayaan potensi siswa,

(4) menjalin kemitraan dan kerjasama,

(5) melakukan studi banding ke sekolah yang berkualitas, (6) mengoptimalkan penggunaan fasilitas sekolah.

Strategi tersebut dilakukan bersamaan karena ada keterkaitan satu dengan yang lain.

Kepemimpinan Pembelajaran yang Efektif

Kepemimpinan pembelajaran efektif berkaitan dengan masalah kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Sebagai pemimpin pembelajaran, kepala sekolah bertanggung jawab atas prestasi atau hasil belajar siswanya di sekolah yang dipimpinnya.

(13)

guru secara berkelanjutan; (6) pengkoordinasiaan pembelajaran efektif, kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajarann di sekolah mengupayakan agar guru dapat melaksanakan pembelajaran yang efektif. Agar kepala sekolah dapat berperan secara optimal dalam kepemimpinan pembelajaran, Wilison (2008) menyarankan ada berbagai program dan kegiatan yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah, yaitu:

1. Memberikan keteladanan dalam setiap kata, sikap, tindakan, dan perilaku bagi komunitas sekolah untuk mencapai visi dan misi sekolah serta kemajuan pendidikan yang berdaya saing tinggi;

2. Mendorong guru untuk meningkatkan kualitas akademik sesuai dengan bidang studinya;

3. Memperkuat peran kelompok kerja guru, musyawarah guru matapelajaran melalui program pendidikan dan pelatihan, studi banding, fild trip, penelitian, workshop serta meningkatkan budaya menulis di kalangan guru;

4. Melaksanakan tinjauan perangkat pembelajaran yang meliputi rencana persiapan pembelajaran secara periodik;

5. Melaksanakan supervisi pembelajaran secara terjadwal dan kontinyu;

6. Melaksanakan penilaian kinerja guru dan tindakan perbaikan untuk mencapai sasaran yang ditentukan;

7. Meningkatkan ketersediaan dan kelayakan sarana dan prasarana pembelajaran; 8. Melakukan pemantauan proses pembelajaran di kelas serta merencanakan tindakan perbaikan;

9. Membantu guru yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif; dan

10. Mengoptimalkan fungsi perpustakaan sekolah untuk menciptakan habit reading di lingkungan sekolah, baik guru maupun siswa.

(14)

ketiga, sebagai komunikator, menyampaikan visi dan misi secara jelas, memahami tujuan sekolah serta mampu menerjemahkan, membina hubungan yang efektif dengan para pemangku kepentingan; dan keempat, kehadirannya bermakna artinya bahwa kepala sekolah mampu berinteraksi dan mampu mempengaruhi seluruh warga sekolah.

KESIMPULAN

Peran kepala sekolah sebagai agen pembelajaran, sangat strategis sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan untuk menghasilkan SDM yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Profesi kepala sekolah sebagai pemimpin dapat dianalogikan sebagai elemen kunci yang harus menjamin dapat membukakan “pintu” bagi sekolah yang dipimpinnya menjadi sebuah sekolah yang bermutu tinggi. Peran penting yang seharusnya ditunjukkan kepemimpinan pembelajaran dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa adalah peningkatan kinerja pembelajaran di sekolah

Ada beberapa cara atau strategi yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinan pembelajaran yang efektif, diantaranya yaitu: (1) kepala sekolah harus banyak berdialog dan berdiskusi untuk mengembangkan keprofesian berkelanjutan guru; (2) kepala sekolah senantiasa memantau atau mengobservasi proses pembelajaran di kelas dan memberikan upaya tindaklanjut yang harus dilakukan oleh guru; dan (3) kepala sekolah harus dapat melayani guru dan siswa dalam menggunakan sarana dan prasarana pembelajaaran.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Instrusional, Prinsip, Tekhnik, Prosedur. Bandung: Rosda Karya.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

(15)

Halinger, P. 2003. Leading Education Change: Reflections on the Practice of Intructional Leadership. Cambridge Journal of Education

Heck, R. H. Larsen, T. J. & Marcoulides, G. A. 1990. Instractional Leadership and School Achievement: Validation of a Causal Model. Educational Administration Quarterly

McEwan, E. K. 2002. 7 Steps to Effective Instructional Leadership. California: Corwin Press.

Mulyasa, E. 2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Rusyan, Tabrani, Atang Kusdinar dan Zainal Arifin. 1989. Pendekatan Dalam

Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya.

Sergiovani, T. J. 1991. The Principalship: A Reflective Practice Prespective. Boston: Allyn and Bacon.

Soutworth, G. 2002. Intructional Leadership in School: Reflection and Empirical Evidence. School Leadership and Management,

Sriyanti, Lilik, Suwardi dan Muna Erawati. 2009. Teori-teori Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga Press.

Wangke, H. 2014. Peluang Indonesia dalam MEA 2015. Info Singkat Hubungan Internasional.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menuliskan kata-kata kunci yang ditemukan dalam tiap paragraf bacaan yang dibagikan melalui grup WhatsApp / Telegram / Zoom / Google Meet , siswa mampu

Analisis fungsional yang menjadi dasar pertimbangan dilakukannya transaksi antara Wajib Pajak dengan perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa, semua risiko-risiko diasumsikan

Sedangkan uang fiat adalah uang buatan yang mana nilai barang dan nilai nominalnya tidak setara atau berbeda 1.. Menurut Al-Ghazali, Uang untuk memperlancar pertukaran dan

Penerapan metode permukaan respon yang digunakan untuk optimalisasi proses sealing pada pengemasan produk makanan jelly merk Big Stick menunjukkan bahwa faktor-faktor

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa atas rahmatNya yang melindungi, memberkati, memberikan kekuatan, dan semangat dalam penyusunan skripsi ini sehingga penulis

Hasil penelitan menunjukkan bahwa (1) aktivitas siswa pada kegiatan pembelajaran menggunakan strategi Predict- Observe-Explain (POE) termasuk dalam kriterika baik (2)

[r]

Dalam penelitian ini analisis univariat dilakukan untuk mendapat gambaran hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku cuci tangan pada siswa kelas 6 SD Al-Alaq