• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK PEMBELAJARAN DARI LEMBAGA GRIYA B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BENTUK PEMBELAJARAN DARI LEMBAGA GRIYA B"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK PEMBELAJARAN DARI LEMBAGA GRIYA BACA ANAK JALANAN KOTA MALANG

(Studi Kasus pada Griya Baca Kota Malang)

ANINDHITA HUTAMI KUSWARDHANI (0811210004)

ABSTRAKSI

Penelitian ini menggunakan teori Paulo Freire untuk menyadarkan kelompok rakyat tertindas.Mereka bukanlah objek melainkan subyek yang bebas. Menurut Freire, mereka harus sadar akan kedudukannya di dalam masyarakat. Seperti ini juga mereka harus sadar bahwa kemanusiaan mereka telah dihancurkan dan harus direbut lagi melalui perjuangan.Karena dalam jiwa rakyat tertindas telah terbangun rasa takut dalam perjuangannya, usaha untuk mendapatkan kemanusiaan kembali itu begitu berat dan menyusahkan.

Penelitian ini menggunakan jenis studi kasus kualitatif deksriptif. dengan Fokus penelitian tentang bentuk pembelajaran yang dilakukan lembaga Griya Bacapada anak jalanan di Kota Malang. Teknik penentuan informan menggunakan purposive sampling dengan teknik pengumpulan data: observasi, wawancara, dokumentasi.dan Teknik analisis datanya menggunakan 7 penjodohan pola. Keabsahan datanya menggunakan triangulasi sumber

Berdasarkan hasil penelitianyang telah dilakukan dapat diketahui bentuk pembelajaran lembaga Griya Bacapada anak jalanan di Kota Malang yang diuraikan sebagai berikut: 1) Metode Diskusi, yaitu metode pembelajaran yang dilakukan Griya Baca ini yaitu mengutamakan peran serta dari atau pengurus dan anak binaan 2) Pemberian tugas, metode pemberian tugas yaitu dengan berupaya untuk memberdayakan anak binaan untuk memiliki keterampilan serta kemampuan dalam melakukan kreasi sehingga anak-anak lebih termotivasi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki 3) Ceramah atau motivasi, yaitu memberikan ceramah atau motivasi dilakukan untuk memberikan dorongan kepada anak didik agar memiliki sikap dan kemampuan yang baik sehingga dapat memberikan pukulinan kepercayaan dari masyarakat ketika mereka keluar dari Griya Baca.

(2)

ABSTRACT

This research using paulo freire theory to resuscitate group The people afflicted.That they are not an object but the subject that is free Freire said, they have to be aware in his community.Like They also realize that this aid must have broken and shall they In captured again through a struggle.Because into the soul of the people oppressed been waked up Operating in fear, humanitarian efforts to get back to that So heavy and troublesome.

The research used case study qualitative descriptive The focus of research to described from of study thisGriya Baca about in empowerment of street children in the Malang town. The determination technique of informal used sample purposive. Technical data collection: observation, an interview and documentation. Technical data analysis: 7 match pattern.The source of legitimacy: triangulation.

Based on the results of research that has been done can find out form learning the institutions of Griya Baca in empowerment of street children in the Malang town of Malang the form of learning where it can be deciphered as follows: 1 ) a method of discussion, this methods of instruction done griya Read this that is, by prioritising the participation of or steward and child guidances 2) Granting tasks a method of granting namely with the task of trying to empower child binaan to have the skills and ability to creation so do children more motivated to develop Potentials owned 3 ), a talk or motivation namely giving lectures or motivation done to give impetus to the protege so as to have The attitudes and capability of being developed that they can give assurance of trust the community when they get out from Griya Baca

(3)

Griya Baca dan Anak Jalanan di Kota Malang

Anak jalanan merupakan faktor dari ketidakmampuan orangtua dari segi ekonomi. Mereka justru dipaksa oleh orangtuanya untuk membantu kebutuhan ekonomi keluarga. Pada dasarnya, mereka kurang bisa menikmati kehidupan seperti anak lainnya. Mereka dengan sengaja memilih untuk turun ke jalan dan lebih nyaman untuk mencari uang demi membantu kebutuhan keluarga. akhirnya, mereka dengan rela mengorbankan waktu untuk belajar dan bermain bersama rekan-rekannya(Makara, 2012:3).

Anak jalanan adalah sekelompok anak jalanan yang berusia sekitar 6-18 tahun yang menghabiskan waktunya untuk mengemis dan meminta-minta di jalanan. Baik itu di lampu merah perempatan jalan dan lain sebagainya. Masyarakat sekitar mengganggap bahwa anak jalanan adalah anak yang nakal dan yang mengganggu ketertiban sosial.(Makara, 2012:2). Sedangkan Aminatun (dalam Makara, 2012: 3) berpendapat bahwa anak jalanan dalam kebutuhan fisik mencakup kebutuhan makan, pakaian, tempat tinggal dan kesehatan. Anak jalanan merupakan faktor anak yang dicampakkan karena alasa dari kemiskinan atau kecacatan, akan tetapi anak jalanan tersebut berjuang untuk hidup sendiri.

Anak jalanan membutuhkan pendidikan baik formal dan non formal. Hal ini harus dilakukan, agar stigma yang berkembang dalam masyarakat menjadi terkikis, tidak hanya dianggap sebagai sampah masyarakat, tetapi bekal pendidikan yang didapat diharapkan mampu menjadi sesuatu yang berguna nantinya. Melalui pendidikan inilah, dapat merubah kedudukan mereka agar tidak lagi turun dijalan.

Anak jalanan di kota Malang menjadi fenomena yang tidak bisa di hindari lagi. Anak-anak jalanan ini sering beroperasi di pusat-pusat keramaian, seperti di seputar alun-alun, pasar besar, perempatan-perempatan, lampu merah (Hamdani,2005:1). Hal ini tentunya dapat meresahkan masyarakat sekitar, selain itu anak jalanan yang beroperasi di perempatan dan lampu merah dapat menyebabkan terjadinya kemacetan. Dari Kondisi inilah membuat lembaga Griya baca tergerak dalam mengatasi permasalahan anak jalanan. Selanjutnya, griya baca mengadakan kerja sama dengan pemerintah kota dan dinas pendidikan dalam memberikan jalan pada anak jalanan untuk memudahkan mereka masuk ke dalam griya baca.

Griya Baca mengajarkan untuk mengasah kemampuan yang mereka miliki sehingga nantinya mereka bisa menjadi lebih baik kedepannya. Selain itu, di Griya Baca juga mendampingi dan mengarahkan anak jalanan untuk menemukan jati diri dan cita-citanya, dimana mereka bisa mengasah kemapuan mereka dengan berbagai banyak hal dan bisa memwujudkan cita-cita mereka nanti kedepannya.

Pola pembinaan anak jalanan melalui rumah singgah sudah berjalan sangat lama, tetapi jumlah anak jalanan semakin lama semakin banyak terutama di Kota Malang. Dari tahun 2004-2008, angka pertumbuhan anak jalanan baik di Jawa Timur maupun di kota Malang semakin banyak. Bahkan di Kota Malang, setiap tahun ada terjadi kenaikan jumlah anak jalanan sebesar 20%. Hal itu berarti tingkat kesejahteraan masyarakat kota Malang mengalami penurunan(Hamdani dkk, 2005:6).

(4)

Griya Baca yang pada umumnya berusia 5-19 tahun) dari berbagai wilayah seperti daerah Muharto, Jagalan, dan Sukun. total adik binaan yang di bina di Griya Baca berjumlah 117.

Griya Baca memiliki berbagai macam kegiatan yang termuat dalam program kerja tahunan lembaga. Kegiatan Griya Baca dirancang dengan menarik serta tidak membosankan, yaitu dengan adanya program dari Griya Baca diantaranya: (1) Achivement Motivation Training (AMT) dengan anak jalanan adik-adik binaan. (2). Bakti Sosial dengan keluarga Anak Jalanan. (3) Pembinaan rutin anak jalanan dua kali dalam seminggu (4) Pembinaan orang tua (4). Pelatihan keterampilan dan (5) Training-training Pembina, adik binaan dan pengembangan diri lainnya.(Hamdani, 2007: 13-15)

Selain kegiatan-kegiatan tersebut, ke depan Griya Baca akan terus mengadakan berbagai program berbobot sebagai upaya pembinaan anak jalanan dalam rangka menyiapkan SDM yang berkualitas mengikuti program dan harapan ke depan mereka menjadi generasi bangsa penerus bangsa yang memiliki moralitas tinggi meski sebagaian dari mereka tidak sekolah.Sehingga SDM yang diharapkan tidak hanya matang dari sisi intelektual juga matang secara moral dan spiritual (Hamdani, 2007: 15)

Kriteria anak-anak yang menjadi binaan lembaga ini meliputi: anak jalanan, anak yang memiliki orang tua atau keluarga yang berprofesi di jalanan (pengemis, pengamen, gelandangan, dan lain-lain) dan anak-anak yang prasejahtera yang rentan turun ke jalan (anak pemulung dan anak tukang becak) dengan kriteria anak tersebut yang menjadi binaan lembaga diharapkan aanak-anak yang menjadi sasaran lembaga mau bergabung mengikuti program pembinaan yang diberikan oleh lembaga.

Griya Baca mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa anak jalanan memiliki hak yang sama sebagai bagian dari bangsa Indonesia sehingga keberadaan mereka bukan untuk dimarginalkan, maka dengan adanya sosialisasi ini harapannya maka bahwa anak jalanan dengan anak yang lain sama-sama memiliki hak dan kewajiban untuk memperoleh pendidikan. Tidak ada pembeda satu dengan dengan yang lain. Selain itu, Griya Bacamenjadi lembaga yang mengadvokasi dan memberikan perlindungan dalam bentuk pendampingan yang bersahabat. Bahwa tidak adanya penekanan pada sistem belajar mereka dan memberikan kesempatan pada mereka, untuk belajar dan memilih nantinya mereka akan menjadi apa. Dapat menciptakan suasana yang harmonis serta mendukung kemauan mereka

Griya Baca juga berperan dalam menumbuhkan minat baca pada anak jalanan dan memotivasi mereka untuk menempuh pendidikan formal maupun informal. Pemberian motivasi kepada anak jalanan dimulai secara pelan-pelan dikarenakan mereka secara umum lebih memilih untuk memilih hidup di jalanan daripada bersekolah. Dalam hal ini, peran pengajar sangat dibutuhkan karena mereka harus mengikuti perkembangan adik binaan dari awal beradaptasi hingga bisa menyesuaikan diri di lingkungan barunya. Selain itu juga mengajak mereka untuk menumbuhkan semangat untuk belajar dan membaca baik itu pendidikan secara formal maupun pendidikan secara informal.

(5)

dibekali berbagai keahlian, sehingga saat keluar mereka mampu memanfaatkan apa yang sudah didapat di Griya Baca.

Griya Baca Malang atau yang sering disebut dengan nama Griya Baca merupakan salah satu lembaga yang mengadakan kegiatan pembinaan untuk anak jalanan. Kegiatan pembinaan tersebut diharapkan mampu membangkitkan kesadaran anak jalanan terhadap pentingnya belajar atau mencari ilmu sehingga ia memiliki kemampuan untuk memperbaiki kedudukannya dalam masyarakat. Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh lembaga ini seperti: memberikan pembelajaran tentang materi yang ada di sekolah (bimbingan belajar). Kegiatan mengaji Iqra’ dan Quran, belajar tari, dan belajar musik.Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Griya Baca merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan non formal untuk anak jalanan.

Dalam penelitian ini menggunakan teori Paulo Freire tentang bentuk bentuk pembelajaran dalam model pendidikan disekolah formal. Menurut Paulo Freire pendidikan bertujuan untuk menyadarkan kelompok rakyat tertindas. Mereka bukanlah objek melainkan subyek yang bebas (Freire, 2011: 7)

Menurut Freire (dalam Murtiningsih, 2004: 23), mengatakan bahwa mereka (rakyat tertindas) harus sadar akan kedudukannya di dalam masyarakat. Seperti ini juga mereka harus sadar bahwa kemanusiaan mereka telah dihancurkan dan harus di rebut lagi melalui perjuangan. Karena dalam jiwa rakyat tertindas telah terbangun rasa takut dalam perjuangannya, usaha untuk mendapatkan kemanusiaan kembali itu begitu berat dan menyusahkan. (Murtiningsih,2004:23). Untuk itu, dipilih teori ini sebagai kajian analisis. Selanjutnya, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus penjodohan pola.

Keberhasilan Program Griya Baca

Wiyani (2013:19) mengatakan, pembelajaran terdiri dari dua suku kata yaitu ajar dan mengajar. Orang yang mengajar sering disebut sebagai atau proses, cara. Perbuatan mengajar disebut sebagai pembelajaran. Wiyani sendiri membedakan istilah mengajar, dan belajar. Istilah mengajar lebih dipusatkan pada perbuatan mengajar yang diarahkan kepada pelaku. Sedangkan belajar lebih diarahkan kepada orang yang menerima informasi dari seorang. Menurut Wiyani, orang itu disebut sebagai pembelajar. Selanjutnya, belajar bertujuan untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, latihan, bertingkah laku atau memperoleh pengalaman. Senada dengan pernyataan Wiyani, belajar adalah memperoleh ilmu, kondisi itu dapat ditemui pada Griya Baca. Di Griya Baca, memberikan ilmu kepada peserta didik binaan berupa keterampilan untuk membuat boneka yang terbuat dari kain flanel, daur ulang sampah, dan juga bakat minat. Tujuan dari transfer ilmu ini adalah memandirikan anak didik binaan Griya Baca dalam masyarakat

(6)

Wawancara dengan salah satu informan (bu Tri) menunjukan bahwa tujuan didirikannya griya baca adalah untuk menolong anak jalanan, dimana mereka nantinya dapat memperoleh kehidupan yang layak seperti anak lainnya. hasil penelitian ini menunjukan bahawa pembelajatan di Griya Baca disesuaikan dengan minat dan bakat dari adik binaan. Pengurus di Griya Baca hanya memfasilitasi keinginan dari adik binaan.

Hasil penelitian selanjutnya adalah terdapat keberhasilan program “ayo sekolah” dimana, Griya Baca Kota Malang sudah bisa menyekolahkan hampir keseluruhan anak-anak yang dibina di Griya Baca Kota Malang. Sehingga hal tersebut membuktikan keberhasilan yang telah dilakukan di Griya Baca dalam mengentaskan pendidikan anak-anak yang dipinggirkan oleh masyarakat. Dana tersebut berasal dari hubungan kerjasama dengan pihak Dinas Sosial Kota Malang serta mengajukan proposal yang setiap tahunnya mendapatkan dana dari pemerintah secara langsung.

Salah satu proses belajar di griya baca adalah mengerjakan PR sekolah, dan tugas dari sekolah. Hasil wawancara dengan bu Tri menunjukan bahwa tujuan dilakukannya proses belajar ini agar nilai adik binaan di sekolah menjadi meningkat. Hasil penelitian ini kemudian menunjukan bahwa nilai yang diperoleh adik binaan menjadi meningkat, tidak hanya pada satu mata pelajaran seperti bahasa indonesia, tapi pada mata pelajaran yang sering ditakuti yaitu matematika. Rata rata nilai yang diperoleh adalah 8,0 meningkat sebelumnya hanya 6,5 saja. Jadi, proses belajar dalam mengerjakan PR dan tugas sekolah dinyatkan berhasil, karena ada peningkatan nilai yang sangat signifikan.

Program yang dijalankan oleh Griya Baca menunjukan adanya keberhasilan.Kondisi itu bisa dilihat, bahwa adik binaan menjadi semakin berani (tidak pemalu) dalam mengeluarkan pendapatnya, bila dibandingkan dengan kondisi saat mereka masih baru masuk di Griya Baca. pada kutipan wawancara dengan ibu Tri menunjukan bahwa dalam proses pembalajaran di Griya Baca telah menjadikan adik binaan dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Dari hasil wawancara dengan salah satu Informan utama yaitu Ibu Kartini dapat terlihat, terjadi perubahan kearah yang lebih baik, yaitu: adik binaan di Griya Baca menjadi semakin berani dalam mengutarakan pendapatnya, dan menjadi semakin percaya diri terhadap lingkungan sekitarnya.

Selanjutnya, kutipan wawancara dengan informan kunci (Ibu Tri) mengatakan bahwa adik binaan yang diambil yaitu anak jalanan. Dulu mereka adalah anak yang pemalu dan belum bisa bersosialisasi dengan keadaan disekitarnya.Adanya pembinaan yang dilakukan selama satu minggu dua kali, yaitu pada hari selasa dan sabtu membuat mereka semakin termotivasi untuk terus belajar.Hasil itu juga bisa dilihat bagaimana mereka dapat bersosialisasi untuk menjadi anak yang dapat menyesuaikan diri bukan menjadi anak penyendiri dan pemalu terhadap lingkungan sekitarnya.

(7)

pengurus bisa masuk ke dalam keinginan anak yang dibina dan keduanya menjadi akrab sehingga adik binaan tidak malu dalam mengeluarkan pendapat kepada adik binaan.

Hasil wawancara dengan ibu Tri menunjukkan bahwa pada Griya Baca ingin memajukan kesejahteraan anak-anak jalanan agar menjadi anak-anak yang sukses dan bisa seperti kehidupan anak-anak yang lainnya dan tidak merasa termaginalkan atau terpinggirkan dari kalangan masyarakat banyak. Sehingga membuktikan bahwa anak-anak jalanan yang di bina Griya Baca mampu berkembang di masyarakat luas nantinya.

Hasil wawancara dengan informan kunci (Ibu Tri Wijayanti) menunjukan bahwa dalam bimbingan belajar adik binaan mempelajari pelajaran sekolah dan sudah terjadwal mata pelajaran yang akan dipelajari dan Tidak menutup kemungkinan adik binaan bertanya seputar pelajaran lain misalkan saja ada tugas dari sekolah. Setiap kali pembinaan yang datang sekitar 30 anak dari total keseluruhan anak jalanan yang dibina. Adik binaan sangat senang dengan kegiatan yang dilakukan di Griya BacaKota Malang. Kondisi yang demikian ini memberikan suasana yang nyaman sehingga seluruh aktivitas pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal. Dari gambar diatas bisa dilihat, bahwa proses belajar mata pelajaran dari sekolah dapat dikerjakan secara bersama-sama dengan pengajar Griya Baca.

Proses pembelajaran di Griya Baca, saat ini dapat berjalan dengan baik tanpa adanya suatu halangan apapun. Kondisi tersebut menunjukkan tingginya kemampuan dari pengelola atau sehinga adik binaan dapat menerima setiap informasi atau materi pelajaran dengan baik. Selain itu para juga memiliki kompetensi dalam hal proses belajar sehingga adik binaan dapat secara nyaman untuk mengikuti setiap materi yang akan diberikan. Kondisi ini menunjukkan tingginya peran dari sehingga dengan semakin tingginya kemampuan dalam proses pendekatan dan belajar maka semakin tingginya peran dalam proses pengendalian kegiatan belajar mengajar di Griya Baca.

(8)

Anak Jalanan Sebagai Adik Binaan Griya Baca Kota Malang

Sasaran utama dari Griya Baca adalah anak jalanan, dimana mereka sering terlihat dijalanan seperti lampu merah.Anak jalanan yang dimaksud adalah mereka yang menghabiskan waktunya dijalanan untuk mengamen atau mengemis.Saat ini, mereka ditampung untuk mengukuti program yang dijalankan olehGriya Baca.Mereka dibekali pelatihan, seperti menjahit, daur ulang barang bekas, dan lain sebagainya.Selain itu, mereka dibekali bakat dan minat seperti tari dan musik.Program ini diharapkan bisa berguna saat mereka berada dalam masyarakat.Menurut mereka (para adik binaan), program yang dilaksanakan oleh Griya Baca sangat menyenangkan. Di Griya Baca, mereka dapat belajar sambil bermain. Selain itu, saat adik binaan kurang mengerti dengan materi belajar yang disampaikan, pihak pemberi materi dengan sabar mengajari hingga seluruh adik binaan bisa memahami materi yang disampaikan. Wawancara dari Lilis menunjukan bahwa proses belajar di Griya baca dibuat menyenangkan sehingga adik binaan merasa nyaman dengan cara belajar di Griya baca.

Wiyani mengatakan (2013: 20) bahwa dalam proses pembelajaran harus ada interaksi antara guru dan murid dimana interaksi tersebut harus didominasi oleh murid. Pembelajaran ini kemudian berlangsungtransformasi pengetahuan, transformasi nilai, dan dan transformasi keterampilan tertentu.Pada kutipan wawancara diatas, telah terjadi interaksi interaksi antara guru dan adik binaan. Kondisi itu bisa terlihat, saat peserta didik kurang memahami dan menanyakan kembali kepada guru di Griya Baca, sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, program yang dijalankan oleh Griya Baca telah memuat dua unsur, seperti yang dikemukakan oleh Wiyani (2013: 17) yaitu transfer pengetahuan dari guru kepada peserta didik agar materi yang disampaikan bisa dimengerti oleh peserta didik, dan transfer keterampilan, dimana peserta didik di Griya Baca diajari berbagai keterampilan seperti mendaur ulang barang bekas. Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa system gaya bank masih tetap berlaku di Griya Baca. Adik binaan hanya mengikuti apa yang disampaikan oleh pengajarnya.

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa adik binaan selalu mengikuti setiap materi pelajaran dengan baik sehingga proses pembelajaran tersebut dapat berjalan seperti yang diharapkan oleh pihak Griya Baca. Adik binaan mampu menerima setiap pelajaran karena terjadi interaksi antara guru dengan adik binaan, dimana adik binaan berani dalam menanyakan kembali kepada guru di Griya Baca.Tentunya, guru di Griya Baca bisa membuat suasana menyenangkan atau tidak menakutkan dimata adik binaan sehingga mereka berani bertanya saat mereka kurang jelas dengan materi yang disampaikan.

(9)

program yang dijalankan oleh Griya Baca.Dengan demikian, program ini juga dapat dikatakan belum berjalan secara maksimal.

Konsep tentang problem possing (hadap masalah) dari Freire adalah salah satu bentuk saran yang diajukan oleh Freire tentang pendidikan, dimana murid harus mampu merumuskan dan menyelesaikan permasalahan yang dirumuskan tadi.Pada kenyataannya, dalam pelaksanaan program Griya Baca belum memunculkan tentang program problem possing. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Para adik binaan cenderung dipaksa terhadap program yang dijalankan oleh Griya Baca sehingga mereka tidak mengetahui maksud dari program itu.Namun, pada dasarnya program itu bersifat positif, karena adik binaan dibekali keterampilan dan bakat minat dan nantinya bisa bermanfaat saat mereka berada dalam masyarakat.

Bentuk Pembelajaran Akademik dan Non Akademik Adik Binaan di Griya Baca

Berdasarkan hasil observasi di lapangan yang dilakukan peneliti wawancara dan observasi dan studi dokumentasi diketahui bahwa diantara beberapa kegiatan yang ada di Griya Baca ada kegiatan pembelajaran. Diantara sekian banyak kegiatan yang diagendakan, dalam penelitian ini dilihat kegiatan yang telah dilaksanakan di Griya Baca adalah pembinaan rutin dua kali dalam seminggu pada hari Selasa dan Sabtu (Akademik dan non akademik), kewirausahaan, latihan tari dan latihan musik. Pembelajaran akademik rutin dilakukan setiap hari selasa dan sabtu.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pembinaan rutin di Griya Baca yang dilakukan dua kali seminggu yaitu pada hari Selasa dan Sabtu sore pukul 15.30-17.00 WIB. Kegiatan pembinaan rutin merupakan salah satu program kerja pembinaan lembaga pemberdayaan anak negeri Kota Malang. Bimbingan belajar merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh Griya Baca yang bertempat di alun-alun yaitu yang tepatnya di alun-alun Kota Malang depan kantor pos pusat setiap Selasa dan Sabtu. Pada awal kegiatan sebelum proses belajar, warga belajar dalam hal ini adalah adik binaan membaca doa dan kemudian diteruskan dengan mengaji Iqro’ dan Al-Quran. Setalah itu lanjut mereka mempelajari mata pelajaran yang diajarkan di sekolah mereka jika ada mata pelajaran yang belum dimengerti maka mereka menanyakan pada pengurus yang ada di Griya Baca sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi. Tujuan pembinaan pada hari Selasa dan Sabtu adalah untuk memberikan pembelajaran baik akademik maupun non akademik.

(10)

Bentuk Kegiatan Lainnya di Griya Baca

Kegiatan lainnya di Griya Baca adalah kewirausahaan. kewirausahaan ini merupakan program yang dilakukan untuk melatih kemampuan skill (kemampuan) dalam merangkai kegiatan daur ulang barang-barang bekas. Adik-adi binaan dituntut membuat boneka dari bahan kain flannel dan dakron.

Di sekretariat Griya Baca, adik-adik binaan merangkai plastik untuk dijadikan barang yang berguna. Untuk adik binaan yang sudah besar di ajari menjahit sampah plastik yang nantinya akan dijadikan sebuah dompet, tas, tempat alat tulis dan lain sebagainya. Sehingga adik-adik binaan di fokuskan terlebih dahulu untuk membuat keterampilan yang mudah dibuat.

Kegiatan lainnya yang diberikan oleh adik binaan adalah: latihan tari, latihan musik, dan Training of Trainer. Pada latihan tari Adik binaan yang berminat dengan latihan tari dapat menyalurkan bakatnya dalam kegiatan tari.Tujuan diadakan kegiatan tari adalah mengembangkan bakat adik binaan sehingga memiliki prestasi di bidang seni.

Selanjutnya, Kegiatan latihan musik merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengasah dan mengembangkan bakat adik binaan dalam bermusik.Sasaran dalam latihan musik ini adalah semua adik binaan.Namun sementara yang ikut dalam latihan musik adalah adik binan seumuran SMP.

Kegiatan lain yang ada di Griya Baca adalah training of trainer (TOT) yaitu suatu kegiatan untuk mematangkan pengurus untuk menjadi trainer atau pendamping. Dengan adanya pelatihan untuk pengurus seperti ini merupakan salah satu cara agar manajemen suatu lembaga bisa lebih baik. Selain itu, pengurus juga diberikan pemahaman tentang pendampingan untuk anak jalanan.Terutama pendampingan yang diberikan oleh Dinas Sosial Kota Malang.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa anak jalanan sudah tidak berada djalan lagi, dulu (Lilis) berada di jalanan dikarenakan ajakan dari seorang teman dan uang yang dihasilkan itu digunakan untuk jajan bersama-sama temannya.

Informan Lilis adalah anak jalanan yang mengikuti kegiatan di Griya Baca Kota Malang dan tidak lagi turun kejalan. Lilis menjadi koordinator anak-anak jalanan yang dibina di Griya Baca Kota Malang, sehingga lilis adalah salah satu faktor keberhasilan program dari griya baca. Koordinasi dari Lilis ini kemudian menumbuhkan semangat bagi adik binaan untuk selalu mengikuti kegiatan di Griya Baca, seperti halnya pada waktu mengikuti lomba senam tahes dimana di adakan oleh mantan Walikota Malang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak binaan selalu mengikuti kegiatan lomba yang ada di Malang dengan tujuan untuk memberikan sebuah pengalaman dan wawasan kepada adik-adik binaan di rumah singgah Griya Baca Kota Malang. Upaya ini dilakukan agar para adik binaan mampu mendapatkan informasi terkait dengan upaya pembelajaran, misalnya dibidang kesehatan yaitu dengan mengikuti senam tahes atau senam sehat. Penggolongan sistem gaya bank, guru atau pengurus memberikan informasi yang harus ditelan oleh murid atau adik binaan, yang wajib diingat dan juga di hapalkan,

(11)

tersebut tentunya sesuai dengan konsep belajar Gaya bank yang dikemukakan oleh Freire dimana guru tahu segalanya, guru mengatur, dan guru adalah subjek pembelajaran.

Bentuk Pembelajaran Bakat dan Minat di Griya Baca

Pengembangan potensi melalui seni musik dimana adik binaan di bimbing dan diajarkan berbagai alat musik agar mereka bisa mengoperasikannya seperti dalam alat musik gitar, gendang, dan juga beryanyi. Selain itu ada juga adik binaan diajarkan seni tari daerah seperti tarian Aceh. Hasilnya yang mereka (adik binaan) dapat tampil dengan percaya diri diatas panggung seperti saat ada acara Save Street Child Malang yang diadakan oleh pihak Dinas Sosial Kota Malang.

Manfaat dari adanya bakat dan minat adalah dengan adanya pembelajaran musik maka yang didapat adalah pengetahuan dalam bermain musik. Sehingga adik binaan dapat mengeti bagaimana cara bermain musik sesuai dengan keinginan dari adik binaan itu sendiri.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Griya Baca mengadakan pembelajaran sesuai dengan minat dan bakat adik binaan, Karena setiap masing-masing individu mempunyai bakat sendiri-sendiri dalam hal seni, oleh karena itu Griya Baca mempunyai berbagai macam jenis seni yang diajarkan.Dari adanya berbagai macam jenis seni yang ada, maka masing-masing individu bisa mengembangkan potensi jiwa seni yang mereka miliki sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya saja dalam program tersebut para adik-adik binaan di Griya Baca bisa memainkan musik seperti bermain gitar, bermain gendang ataupun menyanyi. Bagi mereka yang mempunyai bakat dalam hal menari, juga bisa menarikan tarian-tarian khas seperti tarian remo, atau tarian jaipong atau tarian-tarian yang lainnya. Sehingga misalnya saja ada perlombaan bakat dan minat para adik binaan siap untuk mengikuti lomba sesuai dengan kemampuaan yang dimiliki adik binaan.

Hasil penelitian lainnya di Griya Baca menunjukan bahwa program lainnya yaitu pendaur ulang barang bekas. Program ini bisa mengajarkan anak binaan lebih memperdulikan lingkungan akan manfaat barang-barang yang tidak bisa digunakan lagi dan mereka akan menjadikan barang tersebut menjadi lebih bermanfaat. Hal ini dilakukan karena dari pemanfaatan barang-barang bekas juga bisa menghasilkan karya yang bagus dan anak-anak binaan bisa menjual untuk kebutuhannya. Selain itu juga ada seni musik dan seni tari, program ini bisa mengembangkan bakat anak binaan lebih terampil dalam hal ketrampilan menari dan bermusik. Hal ini dilakukan oleh Griya Baca supaya kelak anak binaan mempunyai bakat yang bisa dikembangkan kelak mereka bisa lebih mandiri dalam mencari pekerjaan. Griya Baca sudah berusaha memberikan binaan yang cukup untuk anak-anak binaannya, hal ini mereka lakukan untuk mempermudah anak-anak binaan lebih terampil dan bisa mengembangkan bakat yang dimiliki masing-masing individu.

(12)

kegiatan wirausaha meyablon adik binaan hanya diberi contoh, selebihnya mereka tidak bisa membuat karya lain selain yang di ajarkan

Belajar di Lapangan dilakukan Oleh Adik Binaan

Salah satu metode belajar di Griya baca adalah pemberian tugas. Metode pemberian tugas yaitu dengan berupaya untuk memberi pembelajaran anak binaan untuk memiliki keterampilan serta kemampuan dalam melakukan kreasi sehingga anak-anak lebih bersemangat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Metode ini juga diikuti dengan proses pemberian pelatihan kepada anak binaan sehingga seluruh aktivitas dapat diarahkan menuju yang lebih baik.

Pembelajaran yang dilakukan di hari sabtu dilakukan di luar ruangan dengan mengadakan permainan. Permainan atau Game seperti game mencari kata. Dalam hal ini, adik binaan dibagi menjadi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok harus menyelesaikan game mencari kata dengan waktu yang telah ditentukan. Bagi kelompok tercepat akan mendapatkan hadiah, sedangkan kelompok terlambat akan diberikan hukuman. Mencari kata biasanya dikhusukan ke dalam Bahasa Inggris seperti kata ”WATER”. Huruf-huruf dari kata ini disebarkan di berbagai tempat, kemudian adik binaan mencari kata-kata itu. Kelompok tercepat mendapatkan hadiah dari guru pendamping, sedangkan kelompok yang kalah mendapatkan hukuman dari teman-temannya atau kelompok yang menang. Tujuan dari game ini adalah kecepatan, kekompakan, kejujuran, saling menghargai kelompok yang lainnya, menjunjung tinggi sportivitas dan bagi ketua tim dapat belajar pula memimpin anggota kelompoknya, serta mengusahakan agar anggota kelompoknya menang. Tentunya dengan menjunjung tinggi sportivitas.

Game selanjutnya adalah bermain lagu keliling, dimana guru pendamping menyediakan bulpen untuk dibawa keliling. Lagu yang disediakan harus dinyanyikan dan saat berhenti tepat dimana bolpoin dipegang oleh salah satu peserta, maka peserta itulah yang diberi hukuman. Hukuman berlaku bila ada dua pasangan, baik laki-laki dan perempuan. Mereka yang mendapatkan hukuman akan berpasang-pasangan atau bergandengan tangan sampai acaranya usai. Tujuan dari game ini adalah menambah kerekatan diantara semua adik binaan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, setiap adik binaan selalu mengikuti peraturan dan menjunjung tinggi sportivitas pada setiap permainan. Selain itu, mereka selalu bersemangat saat mengikuti kegiatan di luar ruangan seperti kegiatan permainan. Hasil ini menunjukan tingkat yang sama dengan program di dalam ruangan seperti mengerjakan PR dan tugas sekolah. Baik di Lapangan atau di dalam ruangan, mereka selalu antusias dalam mengikuti proses belajar di Griya Baca.

(13)

keahlian tersendiri. Manfaat dari menyablon adalah mengembangkan potensi keahlian dari adik binaan untuk bisa mengetahui cara menyablon, Menyablon merupakan pembelajaran dimana adik binaan bisa mengembangkan inovasi dari pemikiran adik binaan.

Hasil dari menjahit adalah boneka., gantungan kunci, logo Griya Baca, dam bantal. Dimana adik binaan wajib menyelesaikan minimal dua jahitan. Pembelajaran menjahit adalah pembelajaran dimana adik binaan dilatih untuk membuat suatu karya pada kain, sesuai dengan imajinasi pada adik binaan. Freire (2011:71) berpendapat bahwa sikap revolusioner terhadap masa depan. Dimana maksud dari Freire adalah bahwa kehidupan itu berinovasi, seperti halnya di Griya Baca bahwa adik binaan bisa mengembangkan inovasi yang baru dan bisa mengembangkan keterampilan pada potensi kemampuan pada dirinya. Sehingga tidak monoton atau itu-itu saja yang mereka pahami. Sistem pendidikan gaya bank masih dijumpai di Griya Baca. Adik binaan hanya dijadikan obyek dari pendidikan di Griya Baca. Mereka hanya mengikuti program yang dijalankan oleh Griya Baca. Pada pembelajaran di Griya Baca bukan merupakan pilihan dari pengajar akan tetapi dengan tidak sengaja pengajar Griya Baca justru menerapkan pengetahuan yang diberikan oleh pengajar. Oleh karena itu akan berdamapak pada saat kegiatan yang seperti kewirausahaan, seperti kegiatan menjahit dan menyablon.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Griya Baca sudah mengadakan berbagai macam program untuk bisa mengajak dan mengajarkan adik binaannya agar terarah ke hal yang positif. Hal ini lakukan karena banyak anak jalanan yang cenderung melakukan hal-hal yang negatif atau menyimpang. Oleh karena itu Griya Baca mengadakan program Ayo Sekolah sehingga anak-anak jalanan mengikuti proses belajar bersama sesuai dengan bakat yang mereka miliki. Mereka bisa memilih sesuai dengan keinginannya, karena didalam program binaannya terdapat berbagai macam jenis misalnya saja seni bermusik, menari, bagaimana berwirausaha dll. Selain program-program tersebut Griya Baca juga mengajarkan anak-anak binaan untuk melakukan kegiatan baksos, dan Griya Baca juga selalu mengajarkan untuk mengembangkan bakat yang dimiliki masing-masing individu.Griya Baca juga mengharapkanjika nanti adik binaan sudah tidak mengikuti kegiatan di Griya Baca mereka diharapakan bisa bersaing dengan masyarakat yang berada dilingkungannya. Oleh karena itu, Griya Baca memberikan bekal keterampilan sesuai dengan kemampuan mereka, supaya kelak mereka bisa mandiri dengan bakat yang dimilikinya.

Pemberian Motivasi Kepada Adik Binaan

(14)

ceramah atau motivasi ini terkait dengan memberikan tanggung jawab kepada anak binaan, proses pengambilan sikap sehingga mendapatkan kepercayaan dari suatu lembaga untuk terjun secara langsung dan mengetahui seluk beluk administrasi di Griya Baca, yang telah memiliki pengalaman dalam bidang tata pengelolaan administrasi.

Salah satu pendapat yang digagas oleh Freire (2011: 17) adalah penyadaran bagi kaum tertindas. Senada dengan pendapat Freire, pemberian ceramah atau motivasi bertujun untuk memberikan kesadaran kepada adik binaan, agar mereka dapat dipercaya bukan sebagai sampah masyarakat, tetapi sebagai orang yang berguna dalam masyarakat.Kondisi ini juga didukung dengan kegiatan keterampilan seperti menyablon, menjahit, dan lain sebagainya.

Pemberian motivasi juga diberikan kepada adik binaan melalui kegiatan outbond. Outbonddilakukan dengan guru pendamping seperti outbond dilakukan di Kebun Raya Purwodadi,Ngantang. Outbond ini dilakukan di hari libur sekolah. Kegiatan outbond ini adalah kemah. Rangkaian dari acara adalah api unggun renungan malam dan mempelajari alam sekitar perkemahan. Masing-masing kegiatan yang tercantum dalam kemah memiliki tujuan. Sebagai contohnya adalah renungan malam, bertujuan untuk mengoreksi diri. Selain itu, tujuan diadakannya kemah adalah LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) dengan tujuan mereka agar mandiri, menjadi pemimpin bagi temannya dan lain sebagainya.

Selanjutnya, bentuk pembelajaran lain di Griya baca adalah metode diskusi. Metode ini lebih mengutamakan peran pengurus dan anak binaan, dimana dalam proses belajar terdapat suatu timbal balik sehingga proses informasi atau materi pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh anak binaan. Metode diskusi yang dilakukan yaitu dengan membentuk kelompok sehingga masing-masing kelompok mengajukan pendapat atau gagasan untuk dibahas secara bersama-sama terutama mengenai masalah pelajaran sekolah sehingga kesulitan anak binaan dapat terselesaikan.

Analisis KeseluruhanBentuk Pembelajaran Griya Baca pada Anak Jalanan di Kota Malang

Freire mengatakan bahwa, pendidikan bertujuan untuk menyadarkan masyarakat, sehingga pendidikan yang dibutuhkan bukan pendidikan yang bersifat gaya bank. Masyarakat bukan kaum yang tertindas, pendidikan Paulo Freire yaitu untuk menyadarkan kelompok rakyat tertindas. Bahwa mereka bukanlah bobjek melainkan subjek yang bebas. Menurut Freire, mereka harus sadar akan kedudukannya di dalam masyarakat (Murtiningsih, 2004:23). Dari hasil uraian diatas, terlihat bahwa diadakannya bentuk pembelajaran seperti menjahit ataupun, terlihat bahwa diadakannya bentuk pembelajaran seperti menjahit ataupun menyablon adalah agar adik binaan mempunyai keahlian, sehingga mereka tidak merasa malu ketika terjun dalam masyarakat, terlebih adanya stigma masyarakat yang menganggap bahwa anak jalanan adalah sampah masyarakat.

(15)

antara pendidik dan peserta didik. Pendidik harus berani mengakui segala kekuarangannya di depan peserta didik, sehingga akan menghasilkan suatu pemecahan masalah bagi keduaya. Kondisi ini juga dapat ditemui di Griya Baca, pada kesimpulan diatas, telah dijelaskan bahwa guru memberikan pertanyaan rangsangan kepada adik binaan, agar adik binaan menjadi tidak malu dalam bertanya. Di Griya Baca telah terjadi dialog antara pengajar dan adik binaan. Murtiningsih (2004:70), berpendapat bahwa untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas, harus terjadi dialog antara pendidik dan peserta didik. Tujuannya agar adik binaandapat memecahkan soal dari pelajaran sekolah sehingga mereka mampu memperoleh nilai ulangan yang maksimal.

Selanjutnya, Freire (2011: 11) mengatakan bahwa antara guru dan murid (dalam hal ini dan adik binaan) sama-sama belajar untuk menyelesaikan masalah (pelajaran) sekolah. Guru belajar dalam menyelasaikan soal matematika dan murid juga belajar dalam memecahkannya pula. Seorang murid tentunya dituntut harus aktif dan sebagai subjek pendidikan. Di Griya Baca, adik binaan yang sudah memahami materi akan menjelaskannya kepada teman-temannya di depan kelas atau menulis di papan yang telah diselesaikan.

Salah satu bentuk saran yang dikemukakan oleh Freire (2011: xxi) hal ini adalah hadap masalah atau problem possing. Murid diberi tugas untuk mengerjakan masalah yang dibuatnya. Salah satui bentuk kegiatan dari Griya Baca adalah permainan gamemencari kata. ;adik binaan dituntut untuk menyelesaikangame ini dengan cepat, sedangkan peraturan dari game diciptakan oleh guru pendamping. Hal ini tentunya bertentangan dengan pendapat Freire tentang konsep problem possing (hadap masalah). Namun apa yang dilakukan oleh Griya Baca tentunya juga tidak jauh dengan problem possing, dimana adik binaan masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan game yang disepakati bersama. Artinya, bukan hanya penyelesaian masalah tetapi antara guru dengan murid telah menjalin kesepakatan untuk menyelesaikan game (adik binaan yang melakukannya) dengan waktu yang telah ditentukan (guru yang membuatnya).

Sebagai lembaga yang bersifat sosial Griya Baca selalu berupaya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sebagai upaya untuk meningkatkan dukungan terhadap kelompok masyarakat marginal yang terdapat di Kota Malang. Sesuai dengan tujuan utama dengan didirikannya Griya Baca Kota Malang yaitu melakukan pembinaan dan pembelajaran para anak jalanan untuk berupaya mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga anak jalanan memiliki skillkemampuansehingga dapat hidup lebih kemandirian dan tidak menjadi kelompok marginal yang selalu dipandang negatif oleh masyarakat. Melalui Griya Baca, anak jalanan memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan kerja yang layak sehingga mendukung upaya untuk menuju hidup yang lebih baik.

(16)

Hasil wawancara itu jelas dapat diketahui bahwa tujuan yang akan dicapai dengan didirikannya Griya Baca sebagai upaya untuk meningkatkan taraf hidup anak jalanan ke arah yang lebih baik. Tujuan tersebut menjadi dasar atas setiap bentuk kebijakan atau program kerja yang terdapat di Griya Baca. Upaya untuk meningkatkan taraf hidup anak jalanan tersebut selalu dilakukan melalui sistem pembelajaran sehingga segala bentuk kebijakan yang ditetapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pihak Griya Baca mengadakan kerja sama dengan orangtua dari adik binaan untuk menjamin keberhasilan program di Griya baca. Orang tua memiliki peran yang sangat penting, sehingga adik binaan akan lebih antusias saat belajar di Griya baca karena didukung oleh orang tua masing-masing. Dalam hal ini pula, orang tua juga mengawasi cara belajar adik binaan saat di rumah. Selain itu, peran dari orang tua menjadi penting karena dari pengawasan orang tua menyebabkan adik binaan tidak lagi turun ke jalan untuk mengamen, dan mengemis. Selanjutnya, hasil wawancara dengan orangtua Lilis menunjukkan bahwa selama ini orang tua anak jalanan merasakan manfaat yang terkait dengan keberadaan Griya Baca. Manfaat tersebut selain pengetahuan dan pendidikan juga pengalaman dalam berkreasi sehingga dapat digunakan sebagai sumber penghidupan yang lebih baik.

Penelitian ini juga memberikan gambaran bahwa pihak griya baca juga melakukan kerja sama dengan masyarakat. Menurut informan selama ini terjadi beberapa permasalahan terkait dengan proses pengelolaan di Griya Baca yaitu mengenai terkait pendanaan dalam proses kegiatan yang dilakukan. Kondisi ini menjadikan suatu bukti bahwa selama ini dalam proses pengelolaan kurang mendapatkan perhatian dari dinas yang terkait sehingga permasalahan mengenai pendanaan menjadi masalah pokok yang sering terjadi. Adapun yang menjadi faktor pendukung yaitu mengenai adanya kerjasama antara dinas-dinas terkait sehingga aktivitas yang dilakukan dapat lebih berjalan sesuai dengan harapan.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan beberapa informan, menunjukkan bahwa dengan adanya pembelajaran yang diberikan oleh GRIYA BACA maka informan mendapatkan pelajaran yang sangat berguna bagi dirinya, selain keterampilan yang diberikan. Hal senada juga disampaikan oleh Lilis yang menyatakan bahwa dengan adanya GRIYA BACA dia mendapatkan keterampilan, teater, pelajaran sekolah dan selama ini dia merasakan lebih mampu bersosialisasi dengan kondisi lingkungan yang terdapat disekitarnya.

(17)

malang. Kegiatan yang dilakukan Griya Baca yaitu pemberian materi dan kesehatan seperti penyuluhan HIV/Aids dan juga ada juga kegiatan dalam bentk permainan seperti permainan mengolah kata ada juga permainan teka-teki silang tentang pelajaran mereka. serta kegiatan menyablon serta mendaur ulang limbah yang bisa di kembangkan menjadi pernak-pernik yang bagus dan menarik contohnya tas tirai dan lain sebagainya. (2) Pemberian motivasi dalam bentuk diskusi atau tanya jawab. Tanya jawab ini, berlaku secara timbal balik atau berhubungan satu dengan yang lainnya yaitu guru (pengajar) bertanya kepada murid (dalam hal ini adalah adik binaan) dan murid bertanya kepada pengajar.

(3)Pengembangan potensi melalui seni musik dimana adik binaan di bimbing dan diajarkan berbagai alat musik agar mereka bisa mengoperasikannya seperti dalam alat musik gitar, gendang, dan juga beryanyi. Selain itu ada juga adik binaan diajarkan seni tari daerah seperti tarian Aceh misalkan tarian Saman. Hasilnya yang mereka (adik binaan) dapat tampil dengan percaya diri diatas panggung seperti saat ada acara save street child Malang yang diadakan oleh pihak Dinas Sosial Kota Malang. (4) Pemberian motivasi dengan mendatangkan pemateri dari sekolah-sekolah yang diundang pihak Dinas Sosial Kota Malang. Tujuannya adalah agar adik binaan tidak terlalu bosan dengan kegiatan-kegiatan yang sering berjalan. Pemberian motivasi dari pemateri ini dapat dilakukan melalui cara tidak membosankan seperti pemateri membawa boneka untuk menerangkannya.

Pencapaian Program Pembelajaran di Griya Baca

Dalam pencapaian program pembelajaran di Griya Baca maka indikatornya yaitu penyadaran pendidikan. Dalam hal ini, adik binaan diberi motivasi agar menjadi bersemangat untuk bersekolah. Dalam bentuk penyadaran yang dilakukan di Griya Baca Kota Malang sudah mulai ada peningkatan dalam bentuk penyadaran dari anak-anak jalanan walaupun tidak terlalu kelihatan mencolok seperti contohnya para adik binaan di tempatkan di pesantren. Ada sebagian dari mereka yang melarikan diri, namun ada juga yang suka menetap di pesantren. Apabila dikaitkan dengan pencapaian target dapat diketahui bahwa Griya Baca mampu mencapai target meskipun pencapaian target secara minim. Kondisi ini dapat dijadikan dasar dalam proses perbaikan terkait dengan upaya pengendalian kegiatan yang diterapkan di Griya Baca Kota Malang. Penyadaran pendidikan pada dasarnya merupakan bentuk nyata dari Griya Baca untuk memberikan pukulinan bahwa anak binaan memiliki kemampuan dalam peruahan pola pikir ke arah yang lebih baik.

(18)

Hasil penelitian ini secara garis besar antara lain adalah: terjadinya perubahan yang dialami oleh adik binaan di Griya Baca.Selain itu, pola pikir mereka juga mengalami perubahan.Dimana pada awalnya mereka betah menghabiskan waktu dijalan untuk mengamen, mengemis, dan lain sebagainya, mereka menjadi semakin bersemangat untuk sekolah.Selain itu, hasil positif juga ditunjukan, dimana awanya mereka lebih banyak diam, kemudian menjadi semakin berani berbicara didepan umum dan menjadi semakin akrab dengan teman-temannya.

Kesimpulan

(19)

Daftar Pustaka

Asikin,Sadira(2012).Pedoman Pendidikan Pembelajaran Anak Jalanan. Yogyakarta: Rinneka Cipta

Creswell, John W. 2007. Qualitative Inquiri and Research Design: Choosing Among Five Approches. New Delhi: Sage Publication

Freire, Paulo.(2011).Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: Pustaka LP3ES

_________. (2007). Politik Pendidikan Kebudayaan Kekuasaan dan Pembebasan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Hamdani (2005).Lembaga Pemberdayaan Anak Jalanan Griya Baca Kota Malang:Malang (tidak dipublikasikan)

Murtiningsih, Siti. (2004).Pendidikan Alat Perlawanan Teori Pendidikan Radikal Paulo Freire. Yogyakarta:Resist Book

Newman, W Laurence. 2007. Basic of Social Research:Qualitatitve and Quantitative Approaches . Second Edition. Boston: Person Education

Sugiyono.(2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta

Wiyani, Novan Ardy.(2013).Desain Pembelajaran Pendidikan Tata Rancang Pembelajaran Menuju Pencapaian. Yogyakarta: Ar-ruzz Media

Yin, R K. (2000) . Studi Kasus (Desain dan Metode). Jakarta: Raja Grafindo _______. (2007). Studi Kasus (Desain dan Metode). Jakarta: Raja Grafindo.

Biodata penulis.

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah wassyukrulillah , segala puji dan syukur kepada Allah SWT dan atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul

Studi ini juga menunjukkan, pada ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun proporsi pertambahan berat badannya semakin rendah pada usia kehamilan yang semakin tua; artinya,

Sehubungan dengan pekerjaan Pengadaan Jasa Konsultan Penilaian Tanah, berdasarkan Penetapan pemenang seleksi Nomor. Graha Kebonsari Elveka, Jl. 88.300.000,-. Apabila

Jamur mampu menghasilkan senyawa yang berpotensi yang diaplikasikan dalam dunia kesehatan dan telah di buktikan memiliki banyak sumber metabolit sekunder aktif yang unik secara

1) Pada MDI yang mengandung obat golongan kortikosteroid sering disebut ICS ( inhaled corticosteroid ), pada langkah ke-5 ( Letakkan mouthpiece di mulut ) dapat

Khaldūn menegaskan bahwa kebutuhan semacam ini mengharuskan manusia untuk bergaul dengan sesama. Mereka berinteraksi, menciptakan mekanisme, membagi tugas,

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengenaan pajak penghasilan Pasal 21 Atas gaji pegawai negeri sipil pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda

Secara statistik terdapat perbedaan pengetahuan gizi antara mahasiswi LPP Graha Wisata Semarang dan mahasiswi Sastra Inggris Undip, dan sampel yang berada di