272
ANALISIS PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL
PADA DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA OLAHRAGA KOTA BANJARBARU
Tamjiddin ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengenaan pajak penghasilan Pasal 21 Atas gaji pegawai negeri sipil pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru selama ini dan untuk mengetahui pengenaan pajak penghasilan Pasal 21 Atas gaji pegawai negeri sipil pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru agar sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 162 yang berlaku tanggal 01 Januari 2013.
Untuk melakukan analisis terhadap pengenaan PPh Pasal 21 pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru, maka penulis menggunakan alat analisis deskriptif, yaitu metode analisis dengan cara membandingkan penyajian data yang berasal dari masalah yang dihadapi pihak kedinasan, dari masalah-masalah itu dilakukan analisis dengan menggunakan pendekatan yang didasarkan pada teori-teori yang ada yaitu peraturan Undang-Undang Perpajakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengenaan pajak penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai negeri sipil pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru selama ini dapat dikatakan belum berhasil guna dan tepat guna, karena pihak Kedinasan masih menggunakan dan mengacu perhitungan pada ketentuan Undang-Undang Perpajakan yang lama yaitu UU No. 36 Tahun 2008 sedangkan yang terbaru adalah PMK No. 162 Tahun 2013, dimana terjadi perubahan amandemen dari Menteri Keuangan terhadap perhitungan PTKP. Terdapat selisih atau salah penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru pada tahun 2012 dan perhitungan sampai bulan Juni 2013. Kesalahan perhitungan terjadi karena kesalahan penggunaan dasar Undang – Undang.
Kata Kunci : Gaji PNS, PPh Pasal 21 PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Amandemen atas Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) yang baru kini sudah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Beberapa tarif pajak dipotong,
sehingga diperkirakan potensi
kehilangan pajaknya mencapai Rp. 40 Triliun. Wajib pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) akan dikenakan pajak yang lebih tinggi.
Pokok-pokok pikiran dalam UU PPh yang baru disahkan oleh DPR, di gedung DPR, Senayan, Jakarta pada tanggal 2 September 2008 dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan tarif PPh yang berlaku di negara-negara tetangga yang relatif lebih rendah, meningkatkan daya saing dalam negeri, mengurangi beban pajak dan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak (WP).
Menurut Hilariu (2005 : 25) menjelaskan bahwa pajak yang
dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.
Pengenaan pajak dilakukan terhadap penghasilan yang diterima secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarim anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang
lembur, uang sokongan, uang
tunggu, uang ganti rugi, tunjangan isteri, tunjangan anak, tunjangan
kemahalan, tunjangan jabatan,
tunjangan khusus, tunjangan
transport, tunjangan pajak,
tunjangan iuran pensiunan,
tunjangan pendidikan anak,
beasiswa, hadiah, premi asuransi yang dibayar oleh pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya
dengan nama apapun dengan
mekanisme gaji bruto yang didapat oleh yang bersangkutan.
Pencairan gaji yang termuat terkhusus untuk gaji pegawai negeri sipil yang bekerja bagi Pemerintah Daerah. Langkah pencairan tidaklah mudah, karena diatur oleh Peraturan Daerah. Mekanisme pencairan yang
tidak mudah ini perlu
disosialisasikan pada masyarakat luas. Untuk itu, penulis memaparkan mekanisme atas pencairan gaji pegawai negeri sipil sesuai dengan
Peraturan yang telah disusun
Pemerintah Daerah. Pemaparan
yang dijelaskan merupakan hasil dari pengamatan atas kegiatan pencairan gaji yang selama ini terjadi.
Pencairan gaji pegawai negeri sipil melibatkan pihak penting yang terkait. Pihak tersebut yang nantinya akan melaksanakan anggaran dan bertanggung jawab atas cairnya anggaran. Pihak yang terkait harus menjalankan tugas yang diberikan
sesuai yang diatur oleh Peraturan Daerah. Meski tidak semua pegawai
negeri sipil dapat mencairkan
anggaran gaji tapi bukan berarti pihak yang terlibat dalam pencairan gaji sedikit.
Dalam pembahasan akan
dijelaskan pihak- pihak yang terkait dalam pencairan gaji pegawai negeri
sipil. Pembahasan memaparkan
pihak yang terkait dan tugas yang selama ini telah dilakukan apakah sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pihak yang terkait
dirasa perlu dipaparkan untuk
mengetahui lebih jauh peran setiap pihak dalam proses pencairan gaji pegawai negeri sipil.
Bukan hanya pihak yang
terkait dan mekanisme pencairan gaji yang diatur oleh Pemerintah Daerah tetapi juga dokumen yang
digunakan. Dokumen yang
digunakan merupakan syarat – syarat tertulis yang harus dipenuhi
dan diajukan untuk dapat
mencairkan anggaran. Dokumen tersebut memuat surat dari awal
permintaan anggaran sampai
dokumen yang menunjukkan
perintah untuk mencairkan dana pada bank yang ditunjuk.
Dokumen untuk mencairkan anggaran terdiri dari beberapa surat, dan surat tersebut tidaklah sedikit,
untuk itu perlu adanya suatu
pembahasan untuk menunjukkan surat – surat yang diperlukan dalam
proses cairnya anggaran gaji.
Pembahasan tersebut akan
menjelaskan dokumen yang harus dipenuhi di dalam proses pencairan gaji berlandaskan atas pengamatan
yang dilakukan pada proses
pencairan gaji pegawai negeri sipil. Gaji atas Pegawai negeri sipil yang sudah cair juga terutang pajak penghasilan pasal 21. Pajak yang terutang tersebut harus disetorkan ke kas Negara. Penyetoran pajak penghasilan menggunakan dokumen yang diperlukan untuk diserahkan ke kantor pajak. Dalam penyetoran
pajak penghasilan atas gaji pegawai negeri sipil terdapat mekanisme yang harus ditaati. Perlu adanya
pembahasan yang menunjukkan
mekanisme Pajak Penghasilan
Pasal 21 atas pegawai negeri sipil yang selama ini terjadi apakah
sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Pembahasan yang
dilakukan atas dasar kegiatan
prosedur dan pengenaan penggajian yang selama ini terjadi pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru.
Berdasar latar belakang
diatas, maka penulis tertarik
mengambil judul penelitian “Analisis
Pengenaan Pajak Penghasilan
Pasal 21 Atas Gaji Pegawai Negeri Sipil Pada Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda Olahraga
Kota Banjarbaru”. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar
belakang masalah yang
dikemukakan, maka dalam
penelitian ini penulis akan
mengemukakan beberapa
permasalahan yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimanakah pengenaan pajak penghasilan Pasal 21 Atas gaji pegawai negeri sipil Pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda
Olahraga Kota Banjarbaru
selama ini ?
2. Bagaimanakah pengenaan pajak penghasilan Pasal 21 Atas gaji pegawai negeri sipil Pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru agar
sesuai dengan ketentuan
Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) Nomor 162 yang berlaku tanggal 01 Januari 2013 ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah tersebut maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengenaan pajak
penghasilan Pasal 21 Atas gaji pegawai negeri sipil Pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda
Olahraga Kota Banjarbaru
selama ini.
2. Mengetahui pengenaan pajak
penghasilan Pasal 21 Atas gaji pegawai negeri sipil Pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru agar
sesuai dengan ketentuan
Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) Nomor 162 yang berlaku tanggal 01 Januari 2013.
Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini ditinjau dari aspek akademis, aspek pengembangan ilmu pengetahuan dan aspek praktis adalah :
1. Aspek Akademis
Penulis berharap penelitian yang
telah disusun ini dapat
bermanfaat mengenai pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai Negeri Sipil yang nantinya dapat dijadikan sebagai
dasar atau informasi untuk
menambah wawasan dan
sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.
2. Aspek Pengembangan Ilmu
Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai dasar sumber informasi bagi penelitian yang akan datang, serta dapat dijadikan untuk membandingkan antara teori yang satu dengan
teori yang lain selama
perkuliahan dan dapat
mengembangkan daya fikir yang sistematis.
3. Aspek Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk
mengambil keputusan yang
objektif dalam usahanya untuk menanggulangi masalah yang terkait dengan pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji
pegawai Negeri Sipil sesuai dengan peraturan perpajakan. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pajak
Menurut Smeets seperti yang dikutip oleh Suandy (2007 : 8)
mendefinisikan pajak sebagai
prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma – norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang
individual dimaksudkan untuk
membiayai pengeluaran pemerintah. Munawir (2009 : 23) yang
mengutip pernyataan Soemitro
mendefinisikan pajak adalah iuran
rakyat kepada kas Negara
berdasarkan Undang – Undang dengan tidak mendapatkan jasa
timbal yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran
umum.
Pajak yaitu iuran kepada kas Negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan - peraturan, dengan tidak mndapatkan prestasi
kembali, yang langsung dapat
ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran umum berhubungan
dengan tugas Negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan
(Pudyatmoko, 2007 : 12).
Beberapa definisi pajak diatas dapat diambil kesimpulan mengenai pengertian pajak sesuai dengan
karakteristik pajak yaitu pajak
merupakan iuran pada Negara yang dipungut oleh pemerintah berdasar peraturan perundang – undangan
yang dapat dipaksakan, tanpa
mendapat kontraprestasi yang
langsung dapat ditunjukan dan untuk
membiayai pengeluaran umum
pemerintah.
Sistem Pemungutan Pajak
Sistem Pemungutan Pajak dapat dibagi menjadi :
a. Official Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan
yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
b. Self Assessment System
Adalah sistem pemungutan pajak
yang memberi wewenang,
kepercayaan, tanggung jawab
kepada wajib pajak untuk
menghitung, memperhitungkan,
membayar, dam melaporkan
sendiri besarnya pajak terutang. c. Withholding System
Adalah suatu sistem pemungutan
pajak yang memberikan
wewenang kepada pihak ketiga, bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Pajak Penghasilan
Standar Akuntansi Keuangan mendefinisikan pajak penghasilan,
tepatnya dalam pendahuluan.
Pernyataan SAK No. 46 2010 adalah sebagai berikut :
“Pajak penghasilan adalah
pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas penghasilan kena pajak perusahaan”.
PPh dipungut berdasarkan UU Republik Indonesia Tahun 1983
tentang PPh yang selanjutnya
mengalami beberapa kali
amandemen karena disesuaikan
dengan perkembangan yang terjadi. Perubahan pertama, dimuat dalam UU RI No. 7 Tahun 1991, yang selanjutnya UU RI No. 10 Tahun 1994, UU RI No. 17 Tahun 2000, UU RI No. 36 Tahun 2008 dan yang terakhir adalah PMK Nomor 162 yang berlaku tanggal 01 Januari 2013.
Pajak Penghasilan Pasal 21 a. Dasar Hukum
1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2008 tentang Perubahan
Keempat atas Undang – Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak
Penghasilan.
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun
2000 tentang Pajak
Penghasilan.
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana
telah diubah dengan Undang – Undang nomor 7 tahun 1991.
4. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1991 tentang perubahan atas Undang – Undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
5. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak
Penghasilan.
b. Subjek Pajak Penghasilan
Pasal 21
Subjek Pajak Penghasilan pasal 21 adalah penerima penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan pasal 21, yang terdiri dari :
1. Pegawai (termasuk pegawai negeri sipil, pegawai tetap dan
pegawai lepas yang
memperoleh penghasilan dari pemberi kerja secara berkala). 2. Penerima pensiun.
3. Penerima honorarium. 4. Penerima upah.
5. Orang pribadi yang
memperoleh penghasilan
sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan dari pemotong pajak.
c. Tidak Termasuk Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21
1. Kantor perwakilan negara
asing.
2. Pejabat-pejabat perwakilan
diplomatik dan konsulat atau
pejabat-pejabat lain dari
negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat
bukan warga Negara
Indonesia dan di Indonesia
tidak menerima atau
memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya
tersebut serta negara
bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik. 3. Organisasi-organisasi
internasional dengan syarat a) Indonesia menjadi anggota
organisasi tersebut
b) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan
dari Indonesia selain
memberikan pinjaman
kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.
4. Pejabat-pejabat perwakilan
organisasi internasional
dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.
d. Objek Pajak Penghasilan Pasal 21
Objek pajak adalah
penghasilan, yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib
Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya.
2. Hadiah dari undian atau
pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
3. Laba usaha.
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta.
5. Penerimaan kembali
pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan
pengembalian pajak.
6. Bunga termasuk premium,
diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang. 7. Dividen, dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.
9. Sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan
penggunaan harta.
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
11. Keuntungan karena
pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing.
13. Penghasilan lain yang diatur dalam Undang – Undang. e. Tidak Termasuk Objek Pajak
Penghasilan Pasal 21
1. Bantuan atau sumbangan,
termasuk zakat, harta hibahan
yang ketentuannya diatur
Peraturan Menteri Keuangan. 2. Warisan.
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b.
4. Penggantian atau imbalan
sehubungan dengan pekerjaan
atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura
dan/atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak
yang menggunakan norma
penghitungan khusus (deemed
profit).
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi. 6. Dividen atau bagian laba yang
diterima atau diperoleh
perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah.
7. Iuran yang diterima atau
diperoleh dana pension baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.
8. Bagian laba yang diterima atau
diperoleh anggota dari
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan,perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk
pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif. 9. Dan yang lainnya sesuai
Undang- Undang.
f. Pemotong Pajak Penghasilan
Pasal 21
1. Pemberi kerja yang
membayar gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
2. Bendahara pemerintah yang
membayar gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.
3. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang
pensiun dan pembayaran lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun.
4. Badan yang membayar
honorarium atau pembayaran
lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa
termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas.
5. Penyelenggara kegiatan
yang melakukan pembayaran
sehubungan dengan
pelaksanaan suatu kegiatan.
g. Pengurangan Yang
Diperbolehkan
1. Dasar pengenaan PPh Pasal 21 atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan adalah Penghasilan Kena Pajak.
2. Besarnya Penghasilan neto bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, atau Anggota
POLRI ditentukan
berdasarkan jumlah seluruh penghasilan tetap dan teratur
setiap bulan dikurangi
dengan :
a) biaya jabatan
sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri
Keuangan yang mengatur tentang biaya jabatan; dan b) iuran yang terkait dengan
gaji yang dibayar oleh
Pejabat Negara, PNS,
Anggota TNI, atau
Anggota POLRI kepada
dana pensiun yang
pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri
Keuangan atau badan
penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dipersamakan
dengan dana pensiun
yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri
Keuangan.
3. Besarnya penghasilan neto sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bagi pensiunan
ditentukan berdasarkan
seluruh penghasilan tetap dan teratur setiap bulan
dikurangi dengan biaya
pensiun sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri
Keuangan yang mengatur tentang biaya pensiun. 4. Besarnya Penghasilan Kena
Pajak ditentukan
berdasarkan penghasilan
neto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak.
a) Rp24.300.000,00 (dua
puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi. b) Rp2.025.000,00 (dua juta
dua puluh lima ribu rupiah)
tambahan untuk Wajib
Pajak yang kawin.
c) Rp24.300.000,00 (dua
puluh empat juta tiga ratus
ribu rupiah) tambahan
untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung
dengan penghasilan
suami.
d) Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda
dalam garis keturunan
lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan
sepenuhnya, paling
banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga. i. Tarif Pajak Yang Diterapkan
Atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
Adapun tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi wajib pajak orang pribadi dalam negeri dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1 Tarif pajak
No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak 1 Sampai dengan Rp. 50.000.000,- 5% 2 Diatas Rp. 50.000.000,- s/d Rp. 250.000.000,- 15% 3 Diatas Rp. 250.000.000,- s/d Rp. 500.000.000,- 25% 4 Diatas Rp. 500.000.000,- 30%
Sumber : Dirjen Pajak, 2013
PPh Pasal 21 Tahun 2013 Bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota
TNI, Anggota Polri, dan
Pensiunannya Atas Penghasilan Yang Menjadi Beban APBN dan APBD
a. Penghitungan PPh Pasal 21 Untuk Penghasilan Tetap dan Teratur Setiap Bulan
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk penghasilan tetap dan teratur setiap bulan dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Penghitungan masa atau
bulanan yang menjadi dasar pemotongan PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap masa pajak, yang dilaporkan dalam SPT masa PPh Pasal
21, selain masa pajak
Desember atau masa pajak terakhir,
2. Penghitungan kembali sebagai dasar pengisian 1721 A2 dan pemotongan PPh Pasal 21 yang terutang untuk masa pajak Desember atau masa pajak terakhir.
Penghitungan pada masa pajak Desember dilakukan bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, POLRI yang bekerja sampai akhir tahun takwim dan bagi
pensiunan yang menerima
penghasilan pensiun sampai
akhir tahun takwim.
Penghitungan masa atau
bulanan selain masa pajak
Desember atau masa pajak
penghitungan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI dan Anggota POLRI meliputi
1. Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan terlebih
dahulu dihitung seluruh
penghasilan bruto yang
diterima selama sebulan yang
meliputi seluruh gaji dan
tunjangan,
2. Selanjutnya dihitung jumlah
penghasilan netto sebulan
yang diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto sebulan dengan biaya jabatan dan iuran pensiun,
3. Selanjutnya dihitung
penghasilan netto setahun
yaitu jumlah penghasilan netto sebulan dikalikan 12 bulan, 4. Dalam hal Pejabat Negara,
PNS, Anggota TNI, atau
anggota POLRI mulai bekerja setelah bulan Januari, maka
penghasilan netto setahun
dihitung dengan mengalikan
penghasilan netto sebulan
dengan banyaknya bulan sejak
Pejabat Negara, PNS,
Anggota TNI, maupun Anggota POLRI mulai bekerja sampai dengan bulan Desember,
5. Selanjutnya dihitung
Penghasilan Kena Pajak yaitu
sebesar penghasilan netto
setahun sebagaimana
dimaksud pada angka 3 atau 4 dikurangi dengan PTKP, 6. Penghasilan PPh Pasal 21
terutang atas perkiraan
penghasilan setahun dihitung dengan menerapkan tarif pasal 17 UU PPh terhadap PKP,
7. Selanjutnya dihitung PPh
Pasal 21 yang ditanggung oleh Pemerintah sebulan, yaitu :
a) Jumlah PPh Pasal 21
terutang atas penghasilan
sebagaimana angka 3
dibagi dengan 12,
b) Jumlah PPh Pasal 21
terutang atas penghasilan
sebagaimana dimaksud
pada angka 4 dibagi
menjadi faktor pengali
sebagaimana dimaksud
pada angka 4.
Penghitungan PPh Pasal 21 Bagi Pensiunan meliputi :
1. Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan penerima pensiun pada tahun pertama
pensiun adalah sebagai
berikut :
a) Terlebih dahulu dihitung penghasilan netto sebulan yang diperoleh dengan cara
mengurangi penghasilan
bruto dengan biaya
pensiun, kemudian
dikalikan banyaknya bulan
sejak pegawai yang
bersangkutan pensiun
sampai dengan bulan
Desember,
b) Selanjutnya penghasilan
netto pensiun sebagaimana huruf a) ditambah dengan penghasilan netto dalam tahun yang bersangkutan
yang diterima sebelum
Pejabat Negara, PNS,
Anggota TNI, atau Anggota
POLRI pensiun sesuai
dengan yang tercantum
dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21 sebelum pensiun,
c) Untuk menghitung PKP, jumlah penghasilan pada huruf b) tersebut dikurangi
dengan PTKP dan
selanjutnya dihitung PPh
Pasal 21 dengan
menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh terhadap PKP tersebut,
d) PPh Pasal 21 atas uang pensiun dalam tahun yang
bersangkutan dihitung
dengan cara mengurangi PPh Pasal 21 dalam huruf c) dengan PPh Pasal 21
yang terutang dari
Bendahara sebelum
Pejabat Negara, PNS,
Anggota TNI, maupun
Anggota POLRI pensiun
sesuai dengan yang
tercantum dalam bukti
pemotongan PPh Pasal 21 sebelum pensiun,
e) PPh Pasal 21 yang
ditanggung oleh Pemerintah
sebulan adalah sebesar
PPh Pasal 21 seperti
tersebut dalam huruf d) dibagi dengan banyaknya
bulan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a). 2. Penghitungan PPh Pasal 21
atas penghasilan tetap dan
teratur setiap bulan yang
diterima pensiun pada tahun kedua dan seterusnya adalah sebagai berikut :
a) Terlebih dahulu dihitung penghasilan netto sebulan yang diperoleh dengan cara
mengurangi penghasilan
bruto dengan biaya
pensiun,
b) Selanjutnya dihitung
perkiraan penghasilan netto
setahun yaitu jumlah
penghasilan netto sebulan dikalikan 12,
c) Untuk menghitung PKP
jumlah penghasilan pada huruf b) tersebut dikurangi
dengan PTKP dan
selanjutnya dihitung PPh
Pasal 21 dengan
menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh terhadap PKP tersebut,
d) Selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 sebulan yang
ditanggung Pemerintah
yaitu sebesar jumlah PPh Pasal 21 setahun atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada huruf c) dibagi dengan 12.
Apabila kepada Pejabat Negara,
PNS, Anggota TNI maupun
Anggota POLRI dan pensiunan diberikan gaji, uang pensiun dan tunjangan ke 13 atau rapel gaji
dan atau tunjangan maka PPh Pasal 21 dihitung dengan cara sebagai berikut :
1. Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan tetap dan teratur
setiap bulan yang
disetahunkan ditambah
dengan penghasilan berupa
gaji uang pensiun dan
tunjangan ke 13 (ketiga belas). 2. Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan tetap dan teratur
setiap bulan yang
disetahunkan tanpa gaji dan tunjangan ke 13 (ketiga belas)
atau uang pensiun dan
tunjangan ke 13 (ketiga belas). 3. Selisih antara PPh Pasal 21 menurut perhitungan angka 1 dan angka 2 adalah PPh Pasal 21 atas penghasilan berupa gaji dan tunjangan ke 13
(ketiga belas) atau uang
pensiun dan tunjangan ke 13 (ketiga belas).
4. Dalam hal Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI maupun
Anggota POLRI dan
Pensiunan baru mulai bekerja atau pensiun setelah bulan Januari maka PPh Pasal 21 atas gaji dan tunjangan ke 13
(ketiga belas) atau uang
pensiun dan tunjangan ke 13 (ketiga belas) tersebut dihitung
dengan cara sebagaimana
angka 1 sampai dengan angka
3 dengan memperhatikan
ketentuan mengenai
perhitungan PPh Pasal 21
bulanan atas penghasilan
tetap dan teratur setiap bulan.
5. Apabila kepada Pejabat
Negara, PNS, Anggota TNI maupun Anggota POLRI dan Pensiunan dibayar (rapel gaji), maka PPh Pasal 21 dihitung dan dipotong dengan cara sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai angka 3.
Dalam hal terdapat tambahan penghasilan yang bersifat teratur dan tetap setiap bulan yang
pembayarannya terpisah dan
pembayaran gaji kepada seorang Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI maupun Anggota POLRI baik karena ditugaskan pada Satuan Kerja lain atau adanya tambahan tunjangan tertentu, maka PPh Pasal 21 dihitung dengan cara sebagai berikut :
1. Bendahara yang
membayarkan gaji pokok
melakukan perhitungan PPh Pasal 21.
2. Bendahara yang
membayarkan tambahan
penghasilan tetap dan teratur
setiap bulan melakukan
perhitungan PPh Pasal 21 sebagai berikut :
a) Dihitung PPh Pasal 21 atas
keseluruhan penghasilan
tetap dan teratur yang diterima setiap bulan yang disetahunkan maupun atas tambahan penghasilan. b) PPh Pasal 21 yang terutang
atas tambahan penghasilan yang bersifat tetap dan teratur setiap bulan adalah sebesar selisih antara PPh Pasal 21 dihitung yang
disetahunkan dan
tambahan penghasilan. Penghitungan PPh Pasal 21 selain penghasilan gaji tetap dan
teratur setiap bulan berupa
honorarium atau imbalan lain
dengan nama apapun meliputi : 1. PPh Pasal 21 dihitung dengan
menerapkan tarif PPh Final atas jumlah penghasilan bruto untuk setiap kali pembayaran,
2. Tarif PPh Final diterapkan
dengan memperhatikan golongan dari PNS dan golongan pangkat bagi anggota TNI dan anggota POLRI,
3. Dalam hal jumlah penghasilan
bruto atas honorarium atau
imbalan lain sebagaimana
dimaksud pada angka 1 tidak dapat dipisahkan dari jumlah pembayaran lainnya sehubungan
dengan pembayaran yang bersifat lump sum maka besarnya penghasilan bruto yang menjadi dasar penerapan tarif PPh Final adalah sebesar jumlah seluruh pembayaran lump sum tersebut. PPh Pasal 21 Untuk PNS Semua Golongan / Pangkat PPh Final
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang bersifat final adalah sebagai berikut :
a. Uang tebusan pensiun yang dibayarkan oleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan
Tunjangan Hari Tua atau
Tabungan Hari Tua yang
dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara Jamsostek, b. Uang pesangon,
c. Hadiah atau penghargaan
perlombaan,
d. Honorarium atau komisi yang
dibayarkan kepada penjaja
barang dan petugas dinas luar asuransi,
e. Tarif PPh Pasal 21 atas
honorarium atau imbalan lain dengan nama apa pun yang menjadi beban APBN atau APBD 1. Sebesar 0% (nol persen) dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan I dan Golongan II, Anggota TNI dan Anggota
POLRI Golongan Pangkat
Tamtama dan Bintara, dan Pensiunannya;
2. Sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan III, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Pertama, dan Pensiunannya;
3. Sebesar 15% (lima belas persen) dari penghasilan bruto bagi Pejabat Negara, PNS Golongan IV, Anggota TNI dan
Anggota POLRI Golongan
Pangkat Perwira Menengah
dan Perwira Tinggi, dan
Pensiunannya.
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 162 yang berlaku tanggal 01 Januari 2013
Dengan dikeluarkannya
Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 162/PMK.011/2012
tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak,
maka perlu dilakukan
penyesuaian terhadap besarnya
bagian penghasilan pegawai
harian dan mingguan, serta
pegawai tidak tetap lainnya yang
tidak dikenakan pemotongan
Pajak Penghasilan (PPh)
sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan
Nomor : 206/PMK.011/2012
tertanggal 17 Desember 2012
sebagai pengganti Peraturan
Menteri Keuangan Nomor :
254/PMK.03/2008.
Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) Tahun 2013
Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor
162/PMK.011/2012 tanggal 22
Oktober 2012 Tentang
Penyesuaian Besarnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak. Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 162/PMK.011/2012, maka
besarnya Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) tahun 2012 berubah menjadi sebagai berikut : 1. Rp24.300.000,00 untuk diri
Wajib Pajak orang pribadi;
2. Rp2.025.000,00 tambahan
untuk Wajib Pajak yang kawin;
3. Rp24.300.000,00 tambahan
untuk seorang isteri yang
penghasilannya digabung
dengan penghasilan suami;
4. Rp2.025.000,00 tambahan
untuk setiap anggota keluarga;
Ketentuan penyesuaian
besarnya PTKP tersebut berlaku mulai tanggal 1 Januari 2013. Berikut tabel perbandingan PTKP
162/PMK.011/2012 dengan sebelumnya : Tabel 2 Perbandingan PTKP Status No. 254/PMK.03/2008 No. 162/PMK.011/2012
Lama Baru Baru/bln
TK/0 15,840,000 24,300,000 2,025,000 K/0 17,160,000 26,325,000 2.193.750 K/1 18,480,000 28,350,000 2.362.500 K/2 19,800,000 30,375,000 2.531.250 K/3 21,120,000 32,400,000 2.700.000 K/I/3 36,960,000 56,700,000 4.700.000
Sumber : Dirjen Pajak, 2013
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Riset Kepustakaan (Library
Research)
Yaitu metode yang digunakan
untuk mencari data yang
bersifat sekunder, biasanya data yang berasal dari luar Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru. Data ini diperoleh
dengan cara membaca,
mempelajari, menelaah dan menganalisis sumber pustaka
yang relevan berhubungan
dengan masalah yang diteliti
guna memperoleh tinjauan
pustaka yang dapat dijadikan panduan dalam penulisan ini seperti penelitian terdahulu,
Undang-Undang Perpajakan
dan pendapat para ahli.
2. Riset Lapangan (Field
Research)
Riset lapangan ini
menggunakan teknik
pengumpulan yang
menggunakan 3 (tiga) bagian sebagai berikut :
a. Pengamatan
Pengamatan ini dilakukan langsung di lokasi penelitian untuk mendapat informasi
yang sebenarnya yang
dibutuhkan tentang
permasalahan yang
diangkat. b. Wawancara
Penulis melakukan
pengumpulan data dengan mewawancarai setiap pihak yang berhubungan dengan
permasalahan yang
diangkat untuk mendapat informasi yang lebih akurat. c. Dokumentasi
Dokumen yang dijadikan
sumber informasi bagi
penulis adalah dokumen
yang berkaitan dengan
permasalahan yang
diangkat penulis. Dokumen
tersebut dapat berupa
catatan, arsip serta
perundang – undangan dan
dokumen lain yang
mendukung pencarian
informasi yang diperoleh dari objek penelitian.
Teknik Analisa Data
Metode analisis data
yang digunakan oleh penulis
adalah analisis deskriptif.
Metode ini merupakan
penyajian data yang berasal dari masalah yang dihadapi
perusahaan, dari
masalah-masalah itu dilakukan analisis
dengan menggunakan
pendekatan yang didasarkan pada teori-teori yang ada yaitu
peraturan Undang-Undang
Perpajakan. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru yang beralamatkan di Jalan Basuki
Rahmat No. 03 Banjarbaru,
Kalimantan Selatan.
Sejarah Singkat Dinas
Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 telah memberikan kewenangan yang luas untuk membuka peluang bagi Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru
dalam menetapkan
kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan jasa pelayanan kepada masyarakat.
Pembangunan di sektor
kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru ini dilakukan melalui upaya pemikiran dengan suatu visi dan misi yang
nantinya dapat mengantisipasi
tantangan berat yang dihadapi oleh
Pemerintah Daerah pada
umumnya dan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga pada khususnya.
Visi dan Misi Dinas Kebudayaan
Pariwisata Pemuda dan
Olahraga Kota Banjarbaru
Suatu organisasi bisnis baik
pemerintahan maupun swasta
memiliki visi dan misi sebagai acuan untuk menjalankan fungsi
dan tugasnya agar tujuannya
tercapai. Visi merupakan suatu pandangan perusahaan yang jauh ke depan yaitu kemana organisasi
tersebut akan dibawa dan
dikembangkan agar dapat
mempertahankan eksistensinya.
Sebuah visi dapat menjadi motivasi
suatu organisasi untuk selalu
inovatif dan kreatif.
Misi merupakan rumusan
umum yang bersifat lebih luas dan bersifat jangka panjang mengenai maksud dan sifat dari sebuah
organisasi. Misi mengandung
filosofi bisnis, mensyaratkan citra
yang ingin dipancarkan serta
mencerminkan konsep diri
perusahaan. Misi juga merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan sesuai dengan visi yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi.
Mengacu pada tugas pokok
dan fungsinya serta dapat
menentukan arah dan tujuan
organisasi agar dapat menentukan arah dan tujuan organisasi agar dapat konsisten dan eksis, maka
visi dan misi dari Dinas
Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru adalah sebagai berikut :
a. Visi
“Terdepan Dalam Budaya,
Pariwisata, Kepemudaan dan
Olahraga”. b. Misi
“Meningkatkan Prestasi dan Daya Saing di Bidang Kebudayaan,
Pariwisata, Kepemudaan dan
Olahraga”. Hasil Penelitian
a. Daftar Pegawai PNS Dinas
Kebudayaan Pariwisata
Pemuda dan Olahraga Kota
Banjarbaru dan
Golongan/Pangkat
Pegawai adalah makhluk sosial yang menjadi kekayaan utama bagi setiap organisasi.
Mereka menjadi perencana,
pelaksana, dan pengendali yang
selalu berperan aktif dalam
mewujudkan tujuan organisasi. Pegawai ini menjadi pelaku yang menunjang tercapainya tujuan, mempunyai pikiran, perasaan dan
keinginan yang dapat
mempengaruhi sikap-sikapnya
terhadap pekerjaannya.
Berikut ini disajikan tabel jumlah PNS, golongan/pangkat dan penghasilan pegawai Negeri
Sipil Dinas Kebudayaan
Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Juni 2013.
Pada Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru
No. Pangkat Golongan Status Gaji Pokok Tunj. Istri/Suami Tunj. Anak Tunj. Struktural Tunj. Beras Tunj. Lain Total
1 Pembina Tk I IV/b K/2 3,782,900 378,290 - 2,025,000 116,100 - 6,302,290 2 Pembina Tk I IV/b K/3 4,151,700 415,170 83,034 1,260,000 174,150 6,084,054 3 Pembina IV/a K/3 3,743,700 374,370 149,743 1,260,000 232,200 5,760,013 4 Pembina IV/a K/3 3,983,300 398,330 159,332 980,000 232,200 5,753,162 5 Pembina IV/a K/3 3,629,400 362,940 72,668 980,000 174,150 5,219,158 6 Pembina IV/a K/3 3,861,600 386,160 154,464 540,000 232,200 5,174,424 7 Pembina IV/a K/3 3,518,600 351,860 70,372 540,000 174,150 4,654,982 8 Penata Tk I III/d K/3 3,482,100 348,210 69,642 540,000 174,150 4,614,102 9 Penata Tk I III/d K/3 3,482,100 348,210 69,642 540,000 174,150 4,614,102 10 Penata Tk I III/d K/3 3,272,700 327,270 65,454 540,000 174,150 4,379,574 11 Penata Tk I III/d K/3 3,075,900 307,690 123,086 540,000 232,200 4,278,876 12 Penata III/c K/3 2,688,900 268,900 107,566 - 232,200 185,000 3,482,566 13 Penata Muda Tk I III/b K/2 2,661,100 - 53,222 540,000 116,100 3,370,422 14 Penata Muda Tk I III/b K/3 3,306,200 330,620 132,248 - 232,200 185,000 4,186,268 15 Penata Muda Tk I III/b K/1 3,205,200 - - - 58,050 185,000 3,448,250 16 Penata Muda Tk I III/b K/1 3,205,200 - - 265,000 58,050 3,528,250 17 Penata Muda Tk I III/b K/1 2,920,500 - - - 58,050 185,000 3,163,550 18 Penata Muda Tk I III/b K/1 2,661,100 - - - 58,050 185,000 2,904,150 19 Penata Muda Tk I III/b K/1 2,661,100 - - - 58,050 185,000 2,904,150 20 Penata Muda Tk I III/b K/3 2,501,000 250,100 50,020 - 174,150 185,000 3,160,270 21 Penata Muda Tk I III/b K/3 2,424,700 242,170 96,988 - 232,200 185,000 3,181,058 22 Penata Muda III/a K/1 2,475,100 - - - 58,050 185,000 2,718,150 23 Penata Muda III/a K/3 2,399,500 239,950 47,990 - 174,150 185,000 3,046,590
24 Penata Muda III/a K/1 2,326,300 - - - 58,050 185,000 2,569,350 25 Penata Muda III/a K/1 2,255,200 - - - 58,050 180,000 2,493,250 26 Pengatur II/c K/3 2,012,500 201,250 40,250 - 174,150 180,000 2,608,150 27 Pengatur II/c K/0 2,012,500 - - - 58,050 180,000 2,250,550 28 Pengatur II/c K/0 2,012,500 - - - 58,050 180,000 2,250,550 29 Pengatur Muda Tk I II/b K/0 2,552,400 - - - 58,050 180,000 2,790,450 30 Pengatur Muda Tk I II/b K/0 2,185,800 - - - 58,050 180,000 2,423,850 31 Pengatur Muda Tk I II/b K/3 2,119,100 211,910 84,764 - 232,200 180,000 2,827,974 32 Pengatur Muda Tk I II/b K/3 2,119,100 - 84,764 - 174,150 180,000 2,558,014 33 Pengatur Muda Tk I II/b K/1 2,054,400 - - - 58,050 180,000 2,292,450 Sumber : Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru
Pembahasan
1. Pengenaan pajak penghasilan Pasal 21 Atas gaji pegawai
negeri sipil Pada Dinas
Kebudayaan, Pariwisata,
Pemuda Olahraga Kota
Banjarbaru selama ini
Pengenaan PPh Pasal 21 atas gaji PNS dan dokumen
yang dibutuhkan untuk
penyetoran pajak penghasilan
pada Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru selama ini sudah sesuai dengan Peraturan
Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 162 yang berlaku
tanggal 01 Januari 2013, hal ini dapat diuraikan sebagai berikut : a. Menghitung dan memotong
PPh Pasal 21
1. Dasar penghitungan PPh
Pasal 21 adalah
penghasilan dan
tunjangan-tunjangan yang sebenarnya diterima atau diperoleh oleh pegawai. 2. Gaji tersebut kemudian
dikurangkan dengan biaya jabatan dan PTKP yang
kemudian menghasilkan
penghasilan netto
3. Untuk menghitung PPh Pasal 21 yang terutang yaitu dengan mengalikan penghasilan netto dengan
tarif pengenaan PPh
Pasal 21
b. Menyetorkan PPh Pasal 21 atas pegawai
1. Dinas Kebudayaan
Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru mendaftarkan diri sebagai pemotong pajak ke KPP di Banjarbaru
2. Penyetoran PPh Pasal 21
dilakukan dengan
menggunakan Surat
Setoran Pajak yang diisi
sesuai dengan
perhitungan yang telah dilakukan pemotong pajak
c. Pemotong pajak memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 kepada pegawai
3. Melaporkan surat
pemberitahuan
Dinas Kebudayaan
Pariwisata Pemuda dan
Olahraga Kota Banjarbaru
sebagai pemotong pajak wajib
melaporkan Surat
Pemberitahuan tahunan PPh Pasal 21 beserta lampirannya, SSP dan perhitungan PPh Pasal 21 yang terutang ke KKP di Banjarbaru.
Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) yaitu
pengurangan pajak yang
besarnya ditentukan
berdasarkan status. Besarnya PTKP kena pajak yang dipakai
dalam pengisian SPT
Masa/Tahunan wajib pajak PPh Pasal 21 dan SPT Tahunan
Orang Pribadi pada Dinas
Kebudayaan Pariwisata
Pemuda dan Olahraga Kota
Banjarbaru adalah sebagai
berikut : Tabel 2 Pengenaan PTKP No. PTKP Nominal 1 TK/0 Rp. 15.840.000,00 2 K/0 Rp. 17.160.000,00 3 K/1 Rp. 18.480.000,00 4 K/2 Rp. 19.800.000,00 5 K/3 Rp. 21.120.000,00 6 K/1/0 Rp. 33.000.000,00
Sumber Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru
2.Pengenaan pajak
penghasilan Pasal 21 Atas gaji pegawai negeri sipil Pada Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda
Olahraga Kota Banjarbaru agar sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 162
yang berlaku tanggal 01 Januari 2013
Mekanisme pengenaan
pajak penghasilan Pasal 21 Atas gaji pegawai negeri sipil pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata,
Pemuda Olahraga Kota
Banjarbaru sudah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) Nomor 162 yang berlaku tanggal 01 Januari
2013 namun dasar
perhitungannya tidak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku sekarang yaitu Penghasilan Tidak Kena Pajak. Adapun Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tahun 2013 adalah sebagai berikut :
Tabel 3
Penghasilan Tidak Kena Pajak Menurut PMK No. 162 Tahun 2013
No. PTKP Nominal 1 TK/0 Rp 24.300.000 2 K/0 Rp 26.325.000 3 K/1 Rp 28.350.000 4 K/2 Rp 30.375.000 5 K/3 Rp 32.400.000 6 K/I/3 Rp 56.700.000 Sumber : Dirjen Pajak, 2013
Atas dasar ketentuan
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tahun 2013 tersebut, maka perhitungan PPh Pasal 21 yang sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 162 yang berlaku tanggal 01 Januari 2013 pada Dinas Kebudayaan Pariwisata
Pemuda dan Olahraga Kota
No. Pangkat Golongan Status Total
Biaya Jabatan Iuran Pensiun Pengh. Netto Setahun
PTKP
PKP PPh 21 Terutang (5% x total)
(4,75% x gaji
pokok) (e-f-g) (h x 12) (i - j) (k x 5%)
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l)
1 Pembina Tk I IV/b K/2 6,271,290 313,565 188,645 5,769,081 69,228,966 19,800,000 49,428,966 205,954 2 Pembina Tk I IV/b K/3 5,953,054 297,653 202,585 5,452,816 65,433,796 21,120,000 44,313,796 184,641 3 Pembina IV/a K/3 5,629,013 281,451 182,185 5,165,377 61,984,528 21,120,000 40,864,528 170,269 4 Pembina IV/a K/3 5,622,162 281,108 194,165 5,146,889 61,762,667 21,120,000 40,642,667 169,344 5 Pembina IV/a K/3 5,109,158 255,458 176,470 4,677,230 56,126,761 21,120,000 35,006,761 145,862 6 Pembina IV/a K/3 5,073,424 253,671 188,080 4,631,673 55,580,074 21,120,000 34,460,074 143,584 7 Pembina IV/a K/3 4,554,982 227,749 170,930 4,156,303 49,875,635 21,120,000 28,755,635 119,815 8 Penata Tk I III/d K/3 4,514,102 225,705 169,105 4,119,292 49,431,503 21,120,000 28,311,503 117,965 9 Penata Tk I III/d K/3 4,514,102 225,705 169,105 4,119,292 49,431,503 21,120,000 28,311,503 117,965 10 Penata Tk I III/d K/3 4,279,574 213,979 158,635 3,906,960 46,883,524 21,120,000 25,763,524 107,348 11 Penata Tk I III/d K/3 4,267,876 213,394 153,295 3,901,187 46,814,246 21,120,000 25,694,246 107,059 12 Penata III/c K/3 3,581,566 179,078 139,445 3,263,043 39,156,512 21,120,000 18,036,512 75,152 13 Penata Muda Tk I III/b K/2 3,270,422
163,521
128,055 2,978,846 35,746,151 19,800,000 15,946,151 66,442 14 Penata Muda Tk I III/b K/3 4,085,268
204,263
160,310 3,720,695 44,648,335 21,120,000 23,528,335 98,035 15 Penata Muda Tk I III/b K/1 3,348,250
167,413
155,260 3,025,578 36,306,930 18,480,000 17,826,930 74,279 16 Penata Muda Tk I III/b K/1 3,428,250
171,413
155,260 3,101,578 37,218,930 18,480,000 18,738,930 78,079 17 Penata Muda Tk I III/b K/1 3,063,550
153,178
141,025 2,769,348 33,232,170 18,480,000 14,752,170 61,467 18 Penata Muda Tk I III/b K/1 2,804,150
140,208
128,055 2,535,888 30,430,650 18,480,000 11,950,650 49,794 19 Penata Muda Tk I III/b K/1 2,804,150
140,208
128,055 2,535,888 30,430,650 18,480,000 11,950,650 49,794 20 Penata Muda Tk I III/b K/3 3,060,270
153,014
120,050 2,787,207 33,446,478 21,120,000 12,326,478 51,360 Sumber : Data Diolah
Perhitungan PPh Pasal 21 (Yang Disarankan) Terhitung 01 Januari s/d 30 Juni 2013
No. Pangkat Golongan Status Total Biaya Jabatan Iuran Pensiun Pengh. Netto Setahun PTKP
PKP
PPh 21 Terutang
(5% x total) (5% x gaji pokok) (e-f-g) (h x 12) (i - j) (k x 5%)
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) 1 Pembina Tk I IV/b K/2 6,302,290 315,115 189,145 5,798,031 69,576,366 30,375,000 39,201,366 326,678 2 Pembina Tk I IV/b K/3 6,084,054 304,203 207,585 5,572,266 66,867,196 32,400,000 34,467,196 287,227 3 Pembina IV/a K/3 5,760,013 288,001 187,185 5,284,827 63,417,928 32,400,000 31,017,928 258,483 4 Pembina IV/a K/3 5,753,162 287,658 199,165 5,266,339 63,196,067 32,400,000 30,796,067 256,634 5 Pembina IV/a K/3 5,219,158 260,958 181,470 4,776,730 57,320,761 32,400,000 24,920,761 207,673 6 Pembina IV/a K/3 5,174,424 258,721 193,080 4,722,623 56,671,474 32,400,000 24,271,474 202,262 7 Pembina IV/a K/3 4,654,982 232,749 175,930 4,246,303 50,955,635 32,400,000 18,555,635 154,630 8 Penata Tk I III/d K/3 4,614,102 230,705 174,105 4,209,292 50,511,503 32,400,000 18,111,503 150,929 9 Penata Tk I III/d K/3 4,614,102 230,705 174,105 4,209,292 50,511,503 32,400,000 18,111,503 150,929 10 Penata Tk I III/d K/3 4,379,574 218,979 163,635 3,996,960 47,963,524 32,400,000 15,563,524 129,696 11 Penata Tk I III/d K/3 4,278,876 213,944 153,795 3,911,137 46,933,646 32,400,000 14,533,646 121,114 12 Penata III/c K/3 3,482,566 174,128 134,445 3,173,993 38,087,912 32,400,000 5,687,912 47,399
13 Penata Muda Tk I III/b K/2 3,370,422 168,521 133,055 3,068,846 36,826,151 30,375,000 6,451,151 53,760
14 Penata Muda Tk I III/b K/3 4,186,268 209,313 165,310 3,811,645 45,739,735 32,400,000 13,339,735 111,164
15 Penata Muda Tk I III/b K/1 3,448,250 172,413 160,260 3,115,578 37,386,930 28,350,000 9,036,930 75,308
16 Penata Muda Tk I III/b K/1 3,528,250 176,413 160,260 3,191,578 38,298,930 28,350,000 9,948,930 82,908
17 Penata Muda Tk I III/b K/1 3,163,550 158,178 146,025 2,859,348 34,312,170 28,350,000 5,962,170 49,685
18 Penata Muda Tk I III/b K/1 2,904,150 145,208 133,055 2,625,888 31,510,650 28,350,000 3,160,650 26,339
19 Penata Muda Tk I III/b K/1 2,904,150 145,208 133,055 2,625,888 31,510,650 28,350,000 3,160,650 26,339
20 Penata Muda Tk I III/b K/3 3,160,270 158,014 125,050 2,877,207 34,526,478 32,400,000 2,126,478 17,721
Penelitian dan perbandingan perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai telah dilakukan. Berikut
disajikan tabel rekapitulasi
perbandingan hasil perhitungan
pajak yang dilakukan oleh Dinas dan Penulis untuk lebih mudah melihat perbedaan yang terjadi.
Tabel 4.8
Rekapitulasi Perhitungan PPh Pasal 21 berdasar Penghitungan
Kedinasan dan Perhitungan Penulis
No Pangkat
Kedinasan Penulis (Lebih Bayar) Selisih Tahun 2012 Jan s/d Juni 2013 Tahun 2012 Jan s/d Juni 2013 Tahun 2012 Jan s/d Juni 2013 1 Pembina Tk I 206.426 415.749 205.954 326.678 472 89.071 2 Pembina Tk I 185.147 382.265 184.641 287.227 506 95.038 3 Pembina 170.724 353.419 170.269 258.483 455 94.936 4 Pembina 169.830 351.630 169.344 256.634 486 94.996 5 Pembina 146.303 302.580 145.862 207.673 441 94.907 6 Pembina 144.054 297.228 143.584 202.262 470 94.966 7 Pembina 120.242 249.510 119.815 154.630 427 94.880 8 Penata Tk I 118.387 245.800 117.965 150.929 422 94.871 9 Penata Tk I 118.387 245.800 117.965 150.929 422 94.871 10 Penata Tk I 107.745 224.514 107.348 129.696 397 94.818 11 Penata Tk I 107.443 215.883 107.059 121.114 384 94.769 12 Penata 75.501 142.071 75.152 47.399 349 94.672 13 Penata Muda Tk I 66.762 142.550 66.442 53.760 320 88.790 14 Penata Muda Tk I 98.436 205.991 98.035 111.164 401 94.827 15 Penata Muda Tk I 74.667 158.359 74.279 75.308 388 83.051 16 Penata Muda Tk I 78.467 165.959 78.079 82.908 388 83.051 17 Penata Muda Tk I 61.820 132.665 61.467 49.685 353 82.980 18 Penata Muda Tk I 50.115 109.254 49.794 26.339 321 82.915 19 Penata Muda Tk I 50.115 109.254 49.794 26.339 321 82.915 20 Penata Muda Tk I 51.660 112.346 51.360 17.721 300 94.625 Jumlah 2.202.231 4.562.827 2.194.208 2.736.878 8.023 1.825.9 49
Sumber : Diolah Penulis
Dari perhitungan yang penulis lakukan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa semua pegawai
Negeri Sipil Pada Dinas
Kebudayaan Pariwisata Pemuda
dan Olahraga Kota Banjarbaru
sejumlah 20 orang pegawai
(dijadikan contoh) mengalami salah hitung Pajak Penghasilan Pasal 21. Kesalahan penghitungan oleh pihak Dinas menyebabkan jumlah Pajak Penghasilan yang disetor ke Kantor Pajak terjadi Lebih Bayar.
Selisih tersebut terjadi
dikarenakan penggunaan dasar
Undang – Undang yang berbeda antara penulis dan pihak Kedinasan.
Data yang dijadikan dasar
penghitungan diatas adalah data gaji para pegawai pada tahun 2012 dan sampai bulan Juni 2013. Sesuai
dengan Undang-Undang Pajak
Penghasilan yang baru yaitu PMK No. 162 Tahun 2013 seharusnya
berlaku mulai 1 Januari 2013 akan tetapi pada Januari 2013 pihak
Kedinasan tetap melakukan
penggenaan Pajak Penghasilan
yang lama yaitu berdasar Undang-Undang No. 17 tahun 2000 dan No. 46 Tahun 2008, hal itulah penyebab dari kesalahan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas pegawai.
Perbedaan antara Undang – Undang No 17 Tahun 2000 dan Undang – Undang No 36 Tahun 2008 serta PMK No. 162 Tahun 2013 terletak pada Penghasilan Tidak Kena Pajak.
a. Menurut Dinas Kebudayaan
Pariwisata Pemuda dan Olahraga
Kota Banjarbaru menggunakan
ketentuan Perpajakan yang lama, yaitu:
Berdasar Undang No 36 Tahun 2008 PTKP : WP Pribadi Rp 15.840.000 WP Menikah Rp 1.320.000
WP Tanggungan (3) Rp 1.320.000 masing-masing tanggungan
b. Menurut penulis menggunakan
ketentuan Perpajakan yang terbaru, yaitu:
Berdasar PMK No. 162 Tahun 2013 PTKP : WP Pribadi Rp 24.300.000 WP Menikah Rp 2.025.000
WP Tanggungan (3) Rp 2.025.000 masing-masing tanggungan
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat
diambil dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya adalah:
1. Pengenaan pajak penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai
negeri sipil pada Dinas
Kebudayaan, Pariwisata,
Pemuda Olahraga Kota
Banjarbaru selama ini dapat dikatakan tepat guna, karena
pihak Kedinasan masih
menggunakan dan mengacu
perhitungan pada ketentuan
Undang-Undang Perpajakan
yang lama.
2. Pengenaan pajak penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai
negeri sipil pada Dinas
Kebudayaan, Pariwisata,
Pemuda Olahraga Kota
Banjarbaru terdapat selisih lebih bayar atau salah penghitungan PPh Pasal 21 yang dilakukan
oleh Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru pada tahun 2012 dan perhitungan PPh 21 hingga bulan Juni 2013
Saran
Berikut beberapa saran yang dapat dipertimbangan berdasar kesimpulan diatas :
1. Seharusnya dilakukan koreksi
atas perhitungan yang
dilakukan. Koreksi tersebut
dapat membandingkan dengan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 162
yang berlaku tanggal 01
Januari 2013 sehingga
perhitungan yang dilakukan
sesuai dan efektif, jika
kesalahan atau lebih bayar telah terjadi pihak Dinas dapat
mengajukan restitusi pada
Kantor Pajak setempat
2. Perlu diajarkan juga tentang prosedur dalam melaporkan penghasilan yang diterima dan pajak yang disetor ke Negara pada tiap masanya. Setiap
pegawai negeri sipil perlu
diberitahukan bahwa atas gaji yang diterima juga dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dipotong oleh Pemerintah Pusat.
DAFTAR PUSTAKA
Hilariu, 2005, Perpajakan I,
Yogyakarta : Andi Offset Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI),
PSAK 2010, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta
Mardiasmo, 2009. Perpajakan.
Yogyakarta : Andi Offset.
Munawir, 2009, Evaluasi
Perhitungan PPh Pasal 21 Pada PT. Panaroma Travel Banjarmasin, Skripsi (Tidak
Dipublikasikan), Universitas
Lambung Mangkurat
Banjarmasin
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
162 tentang Perubahan
Amandemen PTKP,
www.pajak.com (diakses pada tanggal 10 Januari 2014)
Pudyatmoko, 2007, Penerapan
Perhitungan PPh Pasal 21 dengan UU Perpajakan No. 36 Tahun 2008 Pada PT. Global Borneo Mandiri Banjarmasin,
Skripsi (Tidak Dipublikasikan),
Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin
Republik Indonesia, Undang –
Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang – Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Republik Indonesia, Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor Per- 31/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis tata cara pemotongan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/ atau Pajak
Penghasilan Pasal 26
sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi.
Suandy, Rochmat, 2007, Analisis
Mekanisme dan Perhitungan PPh Pasal 21 Pada PT.
Kharisma Inti Serasi
Banjarmasin, Skripsi (Tidak
Dipublikasikan), Universitas
Lambung Mangkurat
Banjarmasin
Waluyo. 2007. Perpajakan
Indonesia. Bandung : Salemba
Empat.
Zain, Muhammad, 2009,
Perencanaan Pajak, Penerbit