• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENANGANAN HASIL PERIKANAN PHP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENANGANAN HASIL PERIKANAN PHP"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENANGANAN HASIL PERIKANAN (PHP)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ikan merupakan bahan makanan yang mudah mengalami pembusukan segingga upayaa pengolahan dan pengawetan hasil perikanan mutlak diperlukan untuk menjaga kualitas ikan agar sampai ditangan konsumen dalam keadaan baik dan layak dikonsumsi sebagai makanan.Selama ini usaha memperendah suhu ikan dengan menerapkan teknik pendingina hasil perikanan sudah terbukti berhasil dalam mengawetkan ikan (Putra dan Eka, 2009).

Menurut Moeljanto (1982) dalam Suwandi et al.,(2008), usaha untuk membuat ikan tetap selalu segar ataupun meningkatkan kesegarannya adalah tidak mungkin, walau begitu kesegaran ikan masih bisa dipertahankan. Melalui penanganan yang baik dan benar, penghambatan proses pembusukan daging ikan sangat memungkinkan untuk dilakukan. Hingga saat ini penanganan yang dianggap baik adalah dengan penerapan rantai dingin, yaitu mengusahakan agar ikan tetap dingin (suhu rendah).Penanganan ynag dianggap paling ekonomis dan efektif adalah menggunakan es.

Proses kerusakan ikan adalah berlangsung lebih cepat didaerah tropis karena suhu dan kelembaban harian yang tinggi. Proses kemunduran mutu tersebut maikin dipercepat dengan cara penangana atau penangkapan yang kurang baik, fasiltas sanitasi yang kurang memadai serta terbatasnya sarana distribusi dan pemasaran. Penanganan yang baik sejak ikan diangkat dari air sangat penting mengingat sifat ikan yang penuh gizi dan punya aW tinggi sehingga cepat busuk. Usaha untuk memanfatkan ikan sebaik-baiknya dilakukan denganberbagai cara. Salah satunya adalah penggunaan suhu rendah pada semua rantai produksi dan distribusi sehingga dapat mempertahankan kesegaran ikan (Widyastuti, 2010).

Penanganan ikan basah harus dimulai segera setelah ikan diangakat dari air tempat hidupnya, dengan perlakuan suhu rata rendah dan memperhatikan faktor kesehatan dan kebersihan. Ikan hasil tangkap segera disemprot dengan air laut yang bersih sesaat tiba digladak, kemudian dipisahkan dan dikelompokkkan menurut jenis serta ukurannya.Perlakuan yang dikenekan harus dapat mencegah timbukanya kerusakan fisik (ikan tidak boleh diiinjak atau ditumpuk terlalu tinggi).Ikan harus dilindungi terhadap terik matahari.Untuk itu sebaiknya dipasang tenda atau atap yang melindungi tempat kerja dan wadah atau palka pengumpulan (DKP, 2003).

Secara tradisional setelah nelayan memperoleh hasil tangkapan mereka lalu mencoba menjual sensiri ke konsumen setempat, melalui cara barter dan nilai uang tertentu. Kegiatan ini padda umumnya tidak terorganisir dengan baik an kurang efisien dan tidak produktif. Karena mutu ikan kurang terjaga sehingga harga cenderung menurun.TPI memmegang peranan penting dalam suatu pelabuhan perikanana dan perlu dikelola dengan sebaik-baiknya agar dapat tercapai manfaat secara optimal (Pramitasari, 2006).

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum penanganan hasil perikanna addalah untuk mengetahui car penangana dan pengolahan hasil perikanan di tempat penanganan dan di TPI.

(2)

1.3 Waktu dan Tempat

Praktikum Lapang Penanganan Hasil Perikanan dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 20 November 2011 pukul 11.00-Selesai WIB di tempat pengolahan ikan daerah Mayangan dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kabupaaten Probolinggo, Jawa Timur.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik ikan

Ikan merupakan hasil perairaran yang banyak dimanfaatkan oleh manusia karena beberapa kelihannya yakni merupakan sumber proein hewan yang sangat potensial karena daging ikan banyak dijumpai senyawa yang sangat penting bagi manusia yaitu karbohidrat, lemak, protein, garam-garaman mineral dan vitamin (wulandari et al.,2005)

Ikan kuniran termasuk golongan ikan domersal dengan kandungan lemak rendah dan memiliki cirri fisik sebIkan kuniran termasuk golongan ikan domersal dengan kandungan lemak rendah dan memiliki cirri fisik sebagai berikut : panjang rata-rata 20-22 cm, memiliki ekor dan sebuah garis berarna kuning horizontal sepanjang tubuhnya serta memiliki sengut di bagian dagu yang digunakan untuk mencari makanan di dalam pasir (Subagio et al., 2004)

Yang termasuk dalam ikan adalah binatang yang hidup dalam air, mempunyai sirip, dan bernafas dengan insang.Ikan yang hidup di perairan Indonesia banyak banyak jenisnya dari yang berukuran kecil samapi berukuran besar.Dari sekian banyak jenis ikan yang perlu diketahui sebanyak 45 jenis.Jenis-jenis ini termasuk dalam jenis ikan yang ekonomis penting dari perairan laut. Pada garis besarnya ikan dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu ikan bertulang rawan dan ikan bertulang keras (Murachman, 2006)aIkan memiliki efek yang baik bagi kesehatan.Dagingnya relative lunak, lebih cepat dan mudah diolah serta harganya murah. Akan tetapi dengan kandungan air dan protein yang tinggi dengan kondisi pH mendekati netral, ikan juga menjadi media yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroba pembusuk sehingga ikan cepat menjadi rusak (Djumarti, 2004)

Klasifikasi ikan kuniran dalam zipcodezoo (2001) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Phylum : chordate Subphylum :vertebrate Class : Actinopterygii Subclass : Actinopterygii Ordo : Percyformes

(3)

Spesies :Upeneus moluccenus :

Kerajaan: Animalia Filum: Chordata

Upafilum: Vertebrata Kelas: Actinopterygii Upakelas: Neopterygii Infrakelas: Teleostei Ordo: Tetraodontiformes

Famili: Tetraodontidae (google image,2011)

2.2 Macam-macam Penanganan Awal

Menurut Okonta dan Ekelemu (2005) dalam Deureus et al, (2009) proses dan preversi ikan segar merupakan bagian penting karena ikan mempunyai kepekaan yang sangat tinggi terhadap pembusukan setelah panen dan nuntuk mencegah kehilangan-kehilangan ekonomi. Jika ikan tidak djual dalam keadaan segar maka cara pengawetan harus dilakukan. Ini meliputi pembekuan, pengasapan dan percawanan pemanasan (Sterilisasi, Pasteurisasi, dsb).Persiapan efisiensi ikan mutu unggul hasil investasi maksimum dan keuntungan yang bisa dicapai.

Teknik penanganan ikan yang paling um8m digunakan untuk menjaga kesegaran ikan adalah penggunaan suhu rendah. Selanjutnya, pada kondisi suhu rendah pertumbuhan bakteri pembusukan dan proses-proses biokimia yang erlangsung dapat tumbuh ikan yang mengarah pada kemunduran mutu menjadi lebih lamban (Gelman et al, 2011 dalam Munandar et al, 2009) Sedangkan klasifikasi ikan buntal dalam zipcodezoo (2011), yakni Pengawetan ikan dengan suhu rendah merupakan suatu proses pengambilan atau pemindahan panas dari tubuh ikan ke bahan lain. Ada pula yang mengatakan bahwa pendinginan adalah proses pengambilan panas dari suatu ruangan yang terbatas untuk menurunkan dan mempertahankan suhu suhu di ruangan tersebut bersama isinya agar selalu lebih rendah dari pada suhu diluar ruangan. Kelebihan pengawetan ikan dengan pendinginan adalah sifat-sifat asli ikan tidak mengalami perubahan tekstur, rasa dan bau (Adawiyah, 2007)

2.3 Fase- fase Kemunduran Mutu Ikan

Menurut Nurjannah et al, (2004) fase-fase kemunduran mutu ikan adalah:

· Tahap prerigor terjadi selama 2 jam setelah ikan dimatikan. Tahap ini ditandai dengan jaringan daging ikan yang mash lembut dan lentur serta adanya lapisan bening di keliling tubuh ikan yang terbentuk oleh peristiwa pelepasan lendir dan kelenjar bawah kulit.

· Tahap Rigormortis terjadi selama10 jam setelah ikan dimatikan dengan daging yang kaku. · Nilai 5 merupakan ambang batas kesegaran ikan. Cirri-ciri ikan yang memiliki nilai 5 adalah sebagai berikut: bola mata agak cekung, pupil keabu-abuan karena agak keruh. Insang menampakkan diskolorasi merah muda dan berlendir. Sayatan daging mulai pudar banyakkemerahan. Pada tulang belakang bau seperti bau asam, konsistensi agak lunak, mudah menyobek daging dari tulang belakang.

(4)

mati, berbagai proses perubahan ini akhirnya ,mengarah pada pembusukan. Urutan proses perubahan yang terjadi pada ikan adalah perubahan prerigor, rigor, aktivitas enzim, aktivitas mikroba dan oksidasi.

2.4 Perubahan-Perubahan Ikan Setelah Mati 2.4.1 Aspek Fisik

Menurut Adawiyah (2007), kesegaran ikan dapat dilihat dengan metode yang sederhana dan lebih mudah dibandingkan dengan metode lainnya dengan kondisi fisik, yaitu:

1. Kenampakan luar : ikan yang masih segar mempunyai penampakan erah dan tidak suram. 2. Lenturan daging ikan: daging ikan segar cukup lentur jika dibengkokkan dan akan segera kembali ke bentuknya semula apabila di lepaskan.

3. Keadaan mata: perubahan kesegaran ikan akan menyebabkan perubahan nyata pada kecerahan matanya.

4. Keadaan daging : kualitas ikan ditentukan oleh daging nikan yang masih segar dan berdaging kenyal. Jika ditekan dengan telunjuk maka bekasnya akan segera kembali.

5. Keadaan insang : ikan yang masih segar berwarna merah.

Secara fisikawi daging ikan mula-mula akan kehilangan kelenturannya. Kemudian akan mengerut dan menjadi kaku lalu melemas lagi. Pada fase rigor, daging akan tampak kering karena kehilangan daya menahan air. Pada fase terakhir, struktur daging ikan sudah mengalami kerusakan (Hadiwiyoto, 1993)

Menurut Murniyati dan sunarman (2000), ikan yang elah mengalami pembusukan menampakkan cirri-ciri fisik yang dapat dikenali dari luar. Adapun yang membedakan antara iakn segar dan ikan busuk adalah pada ikan segar, mata Nampak bening, cerah, cembung dan menonjol. Sedangkan pada ikan busuk, berwarna pudar, berkerut, cekung dan tenggelam.

2.4.2 Biokimia

Menurut Adawiyah (2007), setelah ikan ditangkap dan dalam air ikan tidak langsung menjadi mati perubahan biokimia yang terjadi sebelum ikan menjadi kaku. Pada saat itu yang banyak mengalami perubahan adalah pembakaran ATP dan Kreatin fosfat yang akan menghasilkan tenaga.

Aktivitas enzim pada tubuh hewan setelah mati untuk beberapa saat masih aktif meskipun dalam aspek yang berbeda dengan saat masih hidup.Saat suplai oksigen ke jaringan bereaksi, maka reaksi enzimatis berlangsung dalam kondisi anaerobic.Kondisi ini berlangsung searah dimana pH daging ikan mendekati normal (Sumardi, 2000).

2.4.3 Mikrobiologi

Proses pengawetan ikan dapat dilakukan secara biologis proses ini disebut proses isiling. Isiling sudah banyak digunakan untuk mengawetkan bahan-bahan alami secara mudah,sederhana dan aman serta akan memperbaiki sifat-sifat organoleptik bahan pangan (Suriawira 1995 dalam Rostini 2007)

(5)

et al, 1999)

Akibat serangan bakteri, ikan mengalami berbagai perubahan yaitu dari venolois menjadi pekat, bergetah, amis. Mata terbenam, pudar sinarnya serta insang berubah warna dengan susunan tidak teratur dan berbau busuk. Bakteri-bakteri tersebut menyerang tubuh ikan mulai dari insang atau luka yang terdapat pada kulit (Junianto, 2003)

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kemunduran Mutu Ikan

Menurut Adawiyah (2007), ikan segar dapat diperoleh jika penanganan dan sanitasi yang baik. Semakin lala ikan dibiarkan setelah ditangkap tanpa penanganan yang baik, maka akan menurunkan kesegaran mutu ikan tersebut.

Factor-faktor intrinsik yaitu mempengaruhi mutu ikan tangkapan antara lain: lokasi tangkapan, musim, metode penangkapan atau yang lain sebagainya, penanganan ikan diatas kapal, kondisi kebersihan kapan penangkapan ikan, pemrosesan dan kondisi penyimpanan (Jica, 2008) Menurut Sumardi,(2000) beberapa faktor yang mempengaruhi laju perubahan yang dikelompokkan menjadi dua faktor , yaitu :

a. Faktor intrinsik

Spesies ikan, ukuran besar kecilnya, jenis kelamin dan tingkat kedewasaan. b. Factor Ekstrinsik

Jenis alat tangkap, keadaan cuaca, letak geografi, cara handling.

2.6 Kerusakan Selama Penanganan Ikan 2.6.1 Luka dan Memar

Memar yang dialami oleh bahan pangan yang disebabkan karena dipukul, tergantung atau tergencet.Ikan yang meronta sesat belum mati atau pedagang yang membanting ikan agar segera mati telah menyebabkan ikan mengalami memar.Semua upaya mematikan agar ikan mudah untuk disiangi. Bahan pangan yang memar akan menyebabkan peningkatan aktivitas enzim proteolitik (Afrianto, 2000)

Penyimpanan dalampeti-peti yang tepat adalah sebuah lapisan es kira-kira setebal 5 cm harus ditempatkan dibagian bawah peti, kontak langsung antara ikan dan peti harus dihindari. Peti tersebut tidak boleh di isi terlalu penuh karena dapat menyulitkan penyusunan ikan (Jica,2008)

2.6.2 Burst Belly

Menurut sintef (2006), Belly Bursting terjadi selama pemberian pakan yang berlebih dan jika parah keadaannya dapat membuat ikan tak layak di konsumsi oleh manusia dalam beberapa waktu.Hambatan utama dari sector pelagis adalah deteroration dari bahan mentah yang menyebabkan belly bursting.

Tubuh ikan banyak mengandung mikroba terutama di bagian permukaan kulit, insang dan bagian pencernaan ikan yang tertangkap dalam keaadaan perutnya kencang. Maka disaluran pencernaan banyak mengandung enzim pencernaan (Afrianto,2000)

2.6.3 Gaping

(6)

dan pada ikan cod kecil.

Kekacauan otot yang terjadi setelah ikan mati berpengaruh terhadap teknologi karena proses tersebut mempengaruhi mutu filet. Idealnya, ikan difilet setelah proses kekakuan berhenti. Apabila ikan difilet dipisahkan dari tulang sebelum proses pengkakuan berlangsung otot akan berkontraksi secara bebas sehingga filet akan menendak pada proses pengkakuan berlangsung. Fenomena ini disebut perumpangan (gaping) (Jica,2008).

2.6.4 Melanosis

Menurut Shields (2007), melanosit utama yang dialami konjungtiva adalah melanosis serius dan potensial yang berupa luka dan dapat makin parah dengan membentuk melanoma. Dalam penelitian dalam onkologi okuler, PAM dihitung dari 11% dari tumor konjungtival dan 21% dari luka melanosit.

Pembentukan bintik – bintik atau melanosis adalah masalah yang ditemukan pada kebanyakan udang, lobster dan jenis – jenis crustasea lain yang diperdagangkan yang banyak menimbulkan dampak negative terhadap nilai komersial dan penerimaan konsumen terhadap produk tersebut (Jica,2008).

3. PEMBAHASAN

3.1 DATA HASIL

Pada praktikum Penanganan Hasil Perikanan materi tentang Penanganan Ikan di dapatkan hasil sebagai berikut :

Penanganan awal yang dilakukan diatas kapal yaitu setelah ikan ditangkap lalu diangkat kepermukaan dan kemudian dimasukkan ke dalam palka. Lalu diberi dengan es dimana dalam 3 sampai 4 hari membutuhkan 300 balok es dan 1000 liter solar. Setelah sampai di pelabuhan ikan yang berada di palka diambil dengan menggunakan jarring kemudian dilakukan sortasi menurut ukuran dan jenis ikan.Setelah itu dimasukkan kedalam keranjang kemudian disiram dengan air tawar atau air laut untuk membersihkan ikan dari kotoran.

(7)

dan disimpan dengan air laut yang bertujuan untuk membersihkan ikan dari kotoran dan unuk menjaga kesegaran ikan setelah itu ditimbang.

Kondisi ikan setelah tiba di TPI yaitu kesegaran ikan berbeda-beda. Ada ikan yang masih segar dan ada yang busuk dikarenakan ikan yang ditangkap pada hari pertama berlayar pasti akan disimpan dalam palka.

Fasilitas yang tersedia di kapal antara lain : mesin untuk menghidupkan / menjalankan kapal, kemudi untuk mengatur arah jalannya kapal, jerigan yang berisi solar untuk bahan bakar mesin, baling-baling berputar maka kapal akan bergerak maju. Palka untuk tempat menyimpan ikan setelah ditangkap dan biasanya berisi es untuk mengawetkan ikan. Alat tangkap antara lain berupa jarring paying, pahang, jaring purseine, pukat tarik, jarring, dogol, cantrang, trammel net, bubu untuk alat tangkap rajungan. Selain itu juga ada jangkar yang fungsinya untuk menahan kapal saat berhenti atau mendarat ke pelabuhan agar kapal tidak terbawa oleh arus ombak.

Setelah ikan tiba di TPI yang dilakukan yaitu penimbangan lalu negosiasi dengan pembeli lalu di jual.Penjualannya biasanya di DP dulu.Air yang digunakan untuk membersihkannya menggunakan air laut.Fasilitas yang ada pada TPI yaitu basket / keranjang timbangan, kereta dorong tetapi semua fasilitas tersebut tidak digunakan oleh nelayan.Untuk kapasitas TPI yaitu lebih dari 10 ton ikan.

Sanitasi yang dilakukan pada TPI tersebut yaitu dengan menyiram sisa-sisa ikan / kotoran-kotoran dengan air laut kemudian air mengalir pada selokan yang ada di sekeliling TPI dan kembali terbuang ke laut.

Untuk cara pendinginan di TPI belum dilakukan karena pada TPI tersebut ikan-ikan yang dihasilkan langsung didistribusikan di tengkulak. Biasanya pendinginannya oleh tengkulak menggunakan perbandingan antara es dengan ikan untuk 2 balok es = 70 kg ikan. Untuk ikan yang kecil tidak digunakan / dijual itu sebagai pakan ikan / ternak yang dikirim ke Muncar.

Berikut data hasil score sheet terhadap ikan di TPI No

Nama ikan Kenampakan mata Insang

Bau Konsistensi 1

(8)

3 Manglah 9 9 8 8 4 Putihan 9 8 7 9 5 Kuniran 9 7 7 7

3.2 CARA PENANGANAN HASIL PERIKANAN 3.2.1 DI DARAT

Setibanya ikan didaratan, harus di perlakukan penanganan yang lebih cermat dan sarana yang lebih banyak, sehingga pada saat ikan di jual konsumen di pelabuhan dalam keadaan segar. Di pelabuhan ikan harus tersedia pabrik-pabrik pengepakan ikan-ikan basah (packing plants) yang dilengkapi dengan alat-alat pencucian, pembantaian, pengepakan, kamar pendingin suplai es yang cukup dan lainnya (Murachman, 2006).

Proses penanganan ikan yang dilakukan di TPI Mayangan yaitu ikan yang dimasukkan dalam keranjang, yang sebelumnya telah disortasi menurut jenis, ukuran dan kualitas ikan. Lalu dicuci dengan air laut. Setelah itu ikan diberi es dengan perbandingan 1:3. Lalu setelah proses pelelangan ikan dimasukkan ke dalam coolbox atau palka yang telah diberi es, sebelum didistribusikan ke tempat pengolahan dan pabrik-pabrik serta daerah-daerah lain.

Sanitasi yang ada di TPI juga kurang baik, karena ikan-ikan besar diseret dari kapal ke TPI tanpa adanya alas, sehingga ikan menjadi kotor.Selain itu ikan dicuci dengan air laut yang kebersihannya tidak terjaga.

3.2.2 DI LAUT

(9)

(Murachman, 2006)

Penanganan ikan di laut atau di atas kapal adalah saat pertama kali ikan ditangkap dan diangkat dari perairan, langsung disortasi sesuai jenis dan ukurannya lalu dicuci dan dimasukkan palka yang berisi es dengan tujuan untuk mengawetkan sampai ke TPI ikan masih segar. Setelah sampai di TPI dilakukan pembongkaran ikan dari palka dengan jarring yang ditarik dengan tangan lalu dimasukkan kekeranjang dan dicuci dengan air laut kemudian di bawa ke TPI dan ikan diberi es lagi.

3.3 COLD CHAIN SYSTEM

Proses pendinginan ikan yang dilakukan di TPI maupun tempat pengolahan ikan adalah dengan menggunakan es balok. Perbandingan yang digunakan antara es balok dan ikan, pada umumnya 2 keranjang ikan dengan 1 balok es. Wadah pendinginan yang digunakan di TPI saat proses pelelangan adalah berupa keranjang bamboo maupun keranjang plastic. Sedangkan wadah yang digunakan saat distribusi menuju tempat pengolahan berupa coolbox atau palka dan diangkat dengan menggunakan mobil, pick up atau truk. Hal ini dilakukan agar ikan tidak cepat rusak ataupun membusuk, serta ikan bias cepat sampai di tempat pengolahan ikan yang selanjutnya akan diproses di tempat pengolahan.

DAFTAR PUSTAKA

Adawyah , R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara : Jakarta.

Afrianto , E dan Liviawati E. 2003. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius: Yogyakarta.

Bahar, Burhan. 2006. Memilih dan Menangani Produk Perikanan. PT Gramedia Pustaka: Jakarta

Devies. 2009. Traditional Improved Fish ProcessingTechnologies in Bayaeka State Negeria. European Journal of Scientific Research

Djunarti , Susijahadi dan Y. Witono. 2004. Studi Pembuatan Ikan Pindang Siap Saji Berdaya Simpan Tingggi. Seminar Nasional dan Kongres PATPI.

DKP .2003. Pengolahan Ikan dan Hasil Laut.Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

JICA. 2008. Bantuan Teknik untuk Industri Ikan dan Udang skala Kecil dan Menengah Indonesia. Japan International Cooperation Agency: Jakarta.

Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Swadaya: Yogyakarta

Margeirsson, Severnn; Alon, A. Neitsen, Gudmundur R. Johnsson, Sigurjen Arason. 2006. Seafood Research From fish to Fish. Netherland: Univ. Wageningen.

Muchtadi. 2002. Ilmu Pengetahuan Bahan. IPB: Bogor

(10)

Rendah dengan Perlakuan Cara Kematian dan Penyiangan .Jurnal Teknologi Hasil Perikanan Indoneseia vol. XII Nomor. 2. 2009.

Murachman . 2006. Fish Handling. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya, Malang.

Murniyati , A . S dan Sunarman. 2000. Pendinginan, Pebekuan dan Pengawetan Ikan. Kanisius: Yogyakarta.

Nurjanah, Setyaningsih, Sukarno dan M. Muldani. 2004. Kemunduran Mutu Ikan Nila Merah (Oreochromis sp) Selama Penyimpanan Pada Suhu Ruang. Buletin THP. Volume VII no I.

Pramitasari; Sulistyani Dyah. 2005. Modul untuk Pengembangan Mata Kuliah Manajemen Pelabuhan Perikanan. UNDIP: Semarang.

Putra dan Eka. 2009. Summary Desain Sistem Isolasi Ruang Penyimpanan es dan Ikan Untuk Kapal Ikan 30 6Y: ITS.

Shields, Jerry A. 2007.Primary Aquaried Melanosis of the Conjunctiva Trans an Optimal Soe vol 105.

Sinter. 2006. Belly bursting in Pelagic Fish. North Sea Center Hume Tank, Hirtshals

Subagio , A , Windrati , W.S., Fauzi., M., dan Y. Witono. 2004. Karakterisasi Protei Miofibril dan Ikan Kuniran (Upeneus Moluccensis) dan Ikan Mata Besar.

Sumardi . J. A. 2000. Ikan Segar Mutu dan Cara Pendinginan (review) Teknologi Hasil Perikanan. Universitas Brawijay, Malang.

Widiastuti, Indah. 2010. Analisis Mutu Ikan Tuna Selama Lepas Tangkap pada perbedaan Preparasi dan Waktu Penyimpanan IPB: Bogor

Wulandari , S., Sayuh. S dan Asnaini. 2005. Analisi Mikrobiologi Produk Kaleng (sardines) Kemasan Dalam Limit Waktu Tertentu (expire). Jurenal Biogenesis vol. 2 hal : 30-35.

Zainul, Choliq dan Baheramsyah Alam. 2004. Simulasi Unjuk Kerja Sistem Refrigrasi Absorpsi Pada Kpal Perikanan FTK-ITS: Surabaya

Zakaria. 2008. Kemunduran Mutu Ikan Gurami (Osphronemus Gouramy) Pasca Panen pada Penyimpanan suhu chilling Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan : IPB

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan bahwa kreativitas belajar yang tinggi akan mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. Jadi, kreativitas belajar matematika siswa sangat berpengaruh terhadap

Berikut ini saran yang peneliti paparkan yaitu (1) Penggunaan model active learning dengan metode ccrossword puzzle mampu menarik perhatian serta semangat siswa

(4) Pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama- lamanya dua puluh tahun dijatuhkan jika perbuatan itu berakibat ada orang luka atau

Belahan Kekerasan kuarts masuk dalam skala 7 dan ceratnya berwarna putih..

Jadi promosi merupakan salah satu aspek yang penting dalam manajemen pemasaran karena dengan promosi, konsumen yang semula tidak tertarik terhadap produk dapat berubah fikiran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pendidikan istri, lama pendidikan suami, pengaruh pendapatan keluarga, usia kawin pertama istri, lama penggunaan

[r]

Selain itu, menguji apakah model scaffolded writing lebih efektif digunakan dalam pembelajaran menyusun teks tanggapan deskriptif daripada pembelajaran tanpa menggunakan model