• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Beakangan

Kegagalan sistem Ekonomi Kapitalis dan sistem Ekonomi Komunis dalam kiprah perekonomian dunia memunculkan Ekonomi Islam (Syari’ah) sebagai anomali dari kedua sistem ekonomi tersebut. Hal ini tak terbantahkan lagi mengingat banyaknya studi mengenai sistem ekonomi ini yang dilakukan oleh negara yang mayoritas penduduknya muslim atau bukan.

Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia dengan sosio-kultur masyarakat yang di ilhami oleh nilai-nilai Islam, memberi keyakinan kepada para praktisi sistem Ekonomi Islam bahwa negara ini, adalah ladang yang paling cocok untuk berseminya sistem Ekonomi Islam. Seiring lajunya waktu perutumbuhan sistem Ekonomi Islam di Indonesia menjawab keyakinan dari para praktisi sistem ekonomi ini melalui pioneer lembaga keungan yang menorehkan hasil posisif pada sektor aktiva di setiap tahun, meski sempat terseok-seok pada masa awal berdirinya. Suksesnya lembaga keuangan syari’ah ini memicu berdirinya lembaga keuangan syari’ah lainnya, seperti yang ada dalam pembahasan makalah ini..

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah awal perkembangan Ekonomi Syari’ah di Indonesia?

2. Hal apakah yang melatarbelakangi perlunya sistem Ekonomi Syari’ah di Indonesia?

3. Siapa sajakah yang ikut berperan dalam perkembangan Ekonomi Syari’ah di Indonesia?

4. Hal apa yang dilakukan untuk mendekatkan sistem Ekonomi Syari’ah ompada penduduk Indonesia?

5. Bagaimana biografi dari Adiwarman Azwar Karim?

6. Apa saja sumbangan pemikiran Adiwarman Azwar Karim bagi Ekonomi Islam?

C. Tujuan Pembahasan

(2)

2. Mengetahui hal yang melatarbelakangi perlunya sistem Ekonomi Syari’ah di Indonesia.

3. Mengetahui siapa saja yang ikut berperan dalam perkembangan Ekonomi Syari’ah di Indonesia.

4. Mengetahui hal yang perlu dilakukan untuk mendekatkan sistem Ekonomi Syari’ah pada penduduk Indonesia.

5. Mengetahui biografi dari Adiwarman Azwar Karim.

6. Mengetahui sumbangan pemikiran Adiwarman Azwar Karim bagi Ekonomi Islam.

BAB II PEMBAHASAN

(3)

Sebuah perkembangan ekonomi syariah di Indonesia jika di tinjau dari segi historis sudah dimulai sejak tahun 1955 dengan berdirinya Perkumpulan Pendukung Ekonomi Islam (PPEI) di Jakarta pada tanggal 23 November 1955 walau demikian usaha – usaha pendirian perkumpulan pendukung ekonomi Islam juga sudah ditandai dengan statement Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah yaitu K.H. Mas Mansyur yang memimpin Muhammadiyah sejak tahun 1937 – 1944 yang menyatakan bahwa penggunaan jasa bank konvensional adalah sebuah keterpaksaan karena saat itu umat islam belum mempunyai bank sendiri yang bebas dari riba dan praktek – praktek lain yang tidak sesuai dengan syariat islam. Statement ini serta berdirinya PPEI dapat memperlihatkan bahwa kajian – kajian tentang ekonomi syariah sudah di mulai dan mulai marak hingga ke daerah – daerah ditambah dengan mulai maraknya perkumpulan yang sama di daerah – daerah.

Perjuangan ini sudah mulai terasa pada tahun 1970-an tepatnya pada saat diselenggarakannya seminar nasional hubungan Indonesia dengan timur tengah yang diselerenggarakan oleh Lembaga Studi Ilmu-Ilmu kemasyarakatan bersama Yayasan Bhineka Tunggal Ika saat itu mulai memunculkan lagi wacana harus tersedianya pelayanan ekonomi syariah bagi rakyat Indonesia dalam konteks ini adalah bank yang berbasis syariat Islam. Usaha ini mulai menemukan jalan terang dengan adanya kesepakatan antara pemerintah, MUI, dan ICMI yang saling mendukung untuk adanya bank syariah pada tahun 1990-an, atas dasar itulah pada tahun 1991 di Istana Bogor saat itu dipenuhi total komitmen sebesar 106 triliun Rupiah sebagai modal beroperasi Bank Muamallat Indonesia(BMI) yang pada akhirnya di grand opening pada tanggal 15 mei 1992 setelah mengantongi berbagi izin dari kementrian terkait BMI mulai beroperasi di Indonesia.

(4)

1. Bank yang menggunakan prinsip bagi hasil adalah bank umum atau bpr yang melakukan kegiatan usahanya semata – mata berdasarkan prinsip bagi hasil.

2. Prinsip bagi hasil yang berdasatkan syariat yang digunakan oleh bank berdasarkan bagi hasil

3. Pembentukan dps yang digunakan untuk mengawasi prodak – prodak bank tersebut dengan pembentukannya melalui konsultasi dengan majelis ulama Indonesia.

Dengan adanya PP ini membuat semakin bergairahnya perbankan syariah di Indonesia. Menurut catatan Syafii Antonio setelah PP itu di keluarkan hingga tahun 1999 sudah ada beberapa bank umum yang memiliki unit usaha syariah serta khusus di wilayah Aceh semua bank umum di mohon untuk mempersiapkan pengkonversian menjadi bank syariah. Setelah berbagai perkembangan tersebut perbankan syariah di Indonesia semakin di untungkan dengan adanya fatwa MUI yang menyatakan bahwa status bunga bank itu haram pada tahun 2003 membuat bank syariah semakin gencar melakukan sosialisasi melihat dari Islam adalah agama mayoritas di Indonesia yang membuat fenomena ini mejadi gayung bersambut menurut Munir Fuady. Secara yuridis pun saat itu prinsip ekonomi syariah telah mendapat dukungan dengan adanya UU No.2 tahun 1960 tentang bagi hasil yang mengatur bahwa perjanjian bagi hasil apapun namanya maka zakatnya harus dikeluarkan terlebih dahulu. Serta selain itu pada UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan juga telah mengatur tentang perbankan syariah di Indonesia pada saat itu menggantikan UU perbankan yang lama dimana belum di cantumkan praktek perbankan syariah di Indonesia.1

B. Penggerak Perkembangan Ekonomi Isam di Indonesia

Pesatnya perkembangan eknonomi Islam tak lepas dari peran-peran lembaga keuangan yang berada dibawah naungannya. Tanpa peran dari lembaga-lembaga keuangan tersebut, ekonomi islam hanyalah sebuah wacana yang bersifat

(5)

fatamorgana. Berikut beberapa lembaga keuangan syari’ah yang mendukung perkembangan ekonomi syari’ah di Indonesia.

1. Perbankan Syari’ah di Indonesia Perbankan Syari’ah di Indonesia: Catatan Sejarah

Bank Muamalat Indonesia (BMI) adalah bank pertama syariah yang beroperasi sejak 1 Mei 1992, sebagai alternatif bagi masyarakat untuk mendapatkan lembaga bank yang bersistem bebas bunga. Ketika ada persoalan suku bunga dan sebagian masih berpendapat boleh menggunakannya karena alasan darurat sejalan dengan belum ada bank syariah, kini kedaruratan itu secara otomatis gugur dengan sendirinya setelah bank syariah resmi beroperasi. Seharusnya bank syariah berkembang karena banyaknya masyarakat mayoritas Islam. Kendala yang mendasar adalah yang pertama kemampuan bank syariah (BMI) dalam mengepakkan sayapnya. Dalam masa dua tahun pertama ia belum boleh membuka cabang di berbagai daerah. Ini mengakibatkan cabang dan kantor kasnya terbatas. Keterbatasan outlet mengakibatkan sejumlah masyarakat pendamba bank syariah hanya menanti outlet yang buka pada wilayahnya. Masalah keduanya sebagian muslim perkotaan yang relatif dekat dengan BMI mengalami pragmatis, mereka masih mengasumsikan bahwa lebih menguntungkan berhubungan dengan bank konvensional. Keterbatasan total aset bank syariah pertama saat itu mengakibatkan manajemen harus memilah sejumlah proposal pembiayaan.

Hingga pada tahun 2009 outlet BMI mencapai 289 Unit, terdiri dari 75 kantor cabang (Kuala Lumpur-Malaysia), 51 kantor cabang pembantu, 117 kantor kas, 43 gerai serta jaringan alisiansi dengan jumlah lebih dari 4000 System Online payment point (SOPP) Pos di seluruh Indonesia.2

Dengan berkembangnya jumlah kantor cabang, cabang pembantu, kantor kas dan SOPP itu, berpengaruh positif pada perkembangan Dana pihak ketiga (DPK).

(6)

2009 2008 2007 2006 2005

Total modal disetor 492,79 492,79 492,79 492,79 492,79

Total ekuitas 898.79 941.09 824.92 786.44 763.41

Laba (rugi) operasional 78.71 300.69 213.3 174.77 159.18

Laba (rugi) bersih 50.19 203.36 139.37 108.36 106.66

Rasio (%)

Laba sebelum pajak (rata-rata aktiva) 0,45 2,6 2,18 2,1 2,53 Laba setelah pajak /rata-rata modal

disetor

8,03 33,12 22,35 22,99 18,1

Laba sebelum pajak/rata-rata

Aktiva produktif 0,48 2,6 2,18 2,1 2,53

Rasio pembiayaan bermasalah (bersih) 4,1 3,85 2,96 4,84 2 Rasio pembiayaan bermasalah (kotor) 4,73 4,33 2,96 5,76 2,8

Rasio kecukupan modal 11,1 10,81 1043 14,23 16,33

Pembiayaan/(Dana pihak III) 85,82 104,41 99,16 83,6 89,08

Jumlah saham (juta) 820.25 820.25 820.25 820.25 820.25

Laba bersih/jumlah saham 61,91 247.92 170.4 132.1 168.15

BMI adalah bank syariah pertama di Indonesia. Mereka mengalami permasalahan yang tidak ringan. Berbeda dengan bank syariah yang berada di negara-negara islam lainnya, mereka di bantu oleh pemerintah.

Kehadirannya bukan dalam konteks penguatan ekonomi umat yang bertujuan untuk misi politik praktis. Yang harus dilihat adalah efek pemberdayaan ekonomi umat sebagai komponen anak bangsa di Tanah air.

Jaringan Perbankan

Unit Usaha Syariah 19 20 26 27 25

BPR Syariah 92 105 114 131 139

Jaringan kantor (total) 550 636 711 953 114

0

Bank Umum Syariah 304 349 401 581 711

Unit Usaha Syariah 154 182 196 241 287

(7)

Office Channeling - 459 119 5

147 0

180 5 Krisis moneter yang menerpa Indonesia pada tahun 1997-1998, membuat

para pelaku bisnis gulung tikar. Kredit macet, juga kewajiban pihak bank yang harus dipenuhi yakni bunga kepada nasabah. Banyak bank yang harus dilikuidasi, karena tidak mampu menjalankan fungsinya. BMI bank yang tergolong kecil justru bertahan. Penyelamatnya adalah sistem syariah, yang tidak mengenal negative spread. Fakta tersebut membuat beberapa pihak melirik dan terdorong untuk mendirikan atau membuka bank bersistem syariah. Ini adalah data pada periode dari 2005 sampai 2009. Tentang Bank Umum Sayriah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), ataupun BPR Syariah.

Perkembangan industri perbankan syariah tidak langsung melonjak pada grafiknya. Ada masa-masa ia naik, terutama pada masa krisis moneter. Berikutnya mengalami penurunan, lalu naik lagi. Berikutnya pun mengalami hal serupa. Persoalan utama mereka belum mendapatkan sumberdaya insani yang memadai. Kebijakan syariah yang melakukan kebijakan marginalisasi terhadap sejumlah sumber daya insani potensial keposisi yang tidak tepat. Tujuannya memasungnya dan akhirnya yang bersangkutan mengundurkan diri. Ini adalah manajemen yang kurang matan pada perbankan syariah. Tanpa sumberdaya insani yang memenuhi kualifikasi itu, keinginannya dalam mengembangkan bank syariah akan terkesan kontra produktif.

Keinginan yang kuat mendirikan bank syariah atau membuka unit usaha syariah dari kalangan swasta ataupun pemerintah tak lepas dari analisa pasar untuk lembaga keuangan syariah yang memang cukup menjanjikan.

(8)

Ditinjau dari beberapa negara Islam, masih banyak negara-negara Islam yang masih enggan mendepositokan uang masyarakat pada lembaga syariah, contohnya Malaysia, Iran, Tunisia, Pakistan, Saudi Arabia, Indonesia, dsb. Namun Iran mampu mendorong masyarakat negaranya untuk melakukan deposito pada lembaga syariah. Ini merupakan komitmen politik dan ideologis yang benar-benar menguatkan pembumian sistem bank syariah sebagaimana yang diperlihatkan oleh Iran.

Pertumbuhan Kinerja Bank Syariah

Tingkat perkembangan dan atau pertumbuhannya dapat dilihat dari kinerjanya, total aset, DPKnya, atau pos-pos lainnya yang menunjukkan perkembangan atau pertumbuhannya. Bank Pembiayaan Rakyat syariah juga mengalami pertumbuhan yang menarik. Kinerjanya pun cukup bagus.

Kiranya perkembangan dan pertumbuhan kinerja bank syariah itu cukup menggembirakan, meski tetap tidak boleh merasa puas, terutama jika dibanding dengan kinerja bank umum konvensional. Sebenarnya ada kondisi riil yang cukup menyedihkan, terkait dengan komposisi permodalan yang dominan (lebih besar dari 50%) dari modal asing. Ini terjadi pada BMI. Hal ini pun terjadi karena proses pemindahan kepemilikan itu sangat terpaksa. Ketika BMI kekurangan modal, pihak manajemen mencoba mencari suntikan dana dari dalam negeri, namun tidak mendapat perhatian.

Kontribusi Perbankan Syariah dalam Perkembangan Ekonomi

Kehadiran bank syariah di Tanah Air telah memberikan kontribusi riil terhadap tuntutan pengembangan ekonomi nasional, baik dari kaum muslim maupun lainnya. Terbukti, nasabah tidak hanya kaum muslim saja. Ada kaum non muslim yang bermitra dengan bank syariah untuk kepentingan strategis bisnis dan lainnya.

(9)

menguntungkan daripada pendapatan bunga rutin. Kita dapat mencatat sistem bagi hasil lebih agresif daripada bunga.

Kolerasi positif perkembangan bank syariah : penyerapan sumber daya insani

Pembumian bank syariah, kini semakin banyak yang berminat mengakibatkan dibutuhkannya sejumlah tenaga. Sekecil apapun, kehadiran bank syariah ini telah ikut berkiprah dalam upaya mengurangi pengangguran dan kemiskinan. 3

2. Asuransi Syari’ah

Asuransi Syari’ah di Indonesia: Landasan Teologis dan Landasan Hukum Semangat mendirikan asuransi syari’ah di Indonesia di landasi oeh firman Allah SWT yang tercantum pada QS. Al Hashr ayat 18 dan QS Yusuf ayat 43-49.

(18) Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (masa depan), dan bertaapkwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al Hashr:18)

Ayat ini cukup jelas memerintahkan untuk merencanakan apa yang akan kita buat di masa depan ekonomi individu seperti yang diformulasikan dalam sistem asuransi. Sedangkan QS Yusuf ayat 43-49, menggambarkan contoh usaha manusia membentuk sistem proteksi menghadapi kemungkinan terburuk di masa depan.

(10)

kaitannya kegiataan administrasinya. Pedoman untuk menjalankan usaha asuransi syari’ah terdapat dalam Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syari’ah. Agar ketentuan asuransi syari’ah mempunyai kekuatan hukum, maka perlu dibentuk peraturan termasuk peraturan perundang-undangan di Indonesia meskipun dirasakan belum memberikan kepastian hukum yag lebih kuat. Peraturan tersebut adalah Keputusan Menteri Keuangan RI No.426/KMK.06/2003, Keputusan Menteri Keuangan RI No.424/KMK.06/2003 dan Keputusan Direktorat Jendral Lembaga Keuangan No. 4499/LK/2000. Semua keputusan tersebut menyebutkan mengenai peraturan sistem asuransi berbasis syari’ah.

Perkembangan Asurasnsi Syari’ah di Tanah Air: Catatan Sejarah

Langkah awal dari realisasi asuransi syari’ah di Indonesia di tengarai dengan terbentuknya Tim Pembentukan Asuransi Takaful ( TEPATI) yang dimotori oleh ICMI melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat, Asuransi Jiwa Tugu Mandiri dan sejumlah Departemen Keuangan, maka muncullah gerakan sosialisasi asuransi bersistem syari’ah ketengah publik. Pada 19 Oktober 1993, TEPATI yang dipimpin oleh Rahmat Shaleh mengadakan road show pertama di Jakarta dengan mengumandakan tema “Asuransi Berdasarkan Syari’ah”. Untuk menguatkan gerakan sosialisasinya, TEPATI pada tanggal 12 Desember 1993 mengadakan studi banding ke Syarikat Takaful Malaysia Sdn Bhd.

(11)

berarti strategis: simple utnuk mendapatkan sumber daya insani yang memahami pengetahuan dan operasi asuransi yang bersistem syari’ah dibanding harus menunggu alumnus pendidikan tinggi, yang secara pengalaman tetap masih terbatas.

Setelah dirasakan cukup untuk menjalankan asuransi syari’ah, maka pada 11 Maret 1994 diresmikanlah pendirian PT Syarikat Takaful Indonesia (STI). Seperti halnya BMI, PT STI ini menjadi pioneer bagi PT Takaful berikutnya seperti: PT Asuransi Takaful Keluarga Indonesia (PT ATK) yang diresmikan oleh Menteri Keuangan, Ma’arief Muhammad di Hotel Sahid Jaya pada 25Agustus 1994 dan PT Takaful Umum yang diresmikan oleh Menristek dan Kepala BPTT Prof Dr BJ Habibie pada tanggal 2 Juni 1995 di Sangrila Jakarta.

Atas “karya” nyata (membumikan asuransi syari’ah) itu, Takaful Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah pada acara Asean Takaful Group (ATG) Meeting di Hotel Sahid Jaya Jakarta. Sangat dimungkinkan, pagelaran itu dalam rangka menguatkan komitmen pembumian ekonomi syari’ah melalui laembaga asuransi syari’ah. “Promosi” bersama yang bersifat regioal ini bergema lebih jauh di Tanah Air ini. Dan hal ini juga tercermin bagi Takaful Indonesia yang setelah melangkah jauh berhasil mendirikan gedung milik sendiri. Itulah Graha Takaful yang diresmikan Menteri Keuangan Republik Indonesia yang diwakili Dierektur asuransi Departemen Keuangan. Itulah peristiwa sejarah pada tanggal 7 Desember 2002, sebuah peristiwa yang menambah keyakinan untuk bergerak lebih jauh bagi seluruh crewnya. Dan karena kinerja yang “fantastik”, pada 15 Agustus 2007 Takaful Keluarga menerima penghargaan Kinerja Keuangan 2006 dengan predikat “sangat bagus” dalam Insurance Award 2007 versi Majalah Infobank. Dan sekitar sebulan kemudian tepatnya pada 18 September 2007, Takaful Keluarga menerima penghargaan “Asuransi Jiwa Syari’ah Terbaik” dalam acara Best Syari’ah 2007 versi Majalah Investor.

(12)

syari’ah Asuransi Tri Pakarta, Pada. Maret 2003 AJB Bumiputera juga mengembangkan asuransi syari’ah.

Jika kita mencermati perkembangan lembaga asuransi syari’ah tersebut, hal itu sesungguhnya menggambarkan sektor keuangan syari’ah non bank yang merupakan market driver sebagai indikasi permintaan masyarakat yang cukup menaik. Untuk memperkuat indikasi itu, perusahaan konsultan lembaga keuangan syari’ah Karim Busines Consulting (KBC) melakukan riset terhadap 58 perusahaan asuransi di Indonesia.

Melalui riset yang dilakukannya, KBC menyimpulkan bahwa pada tahun 2003 asuransi –secara prediktif- akan diramaikan oleh asuransi syari’ah atau devisi syari’ah. Dalam risetnya KBC meneliti tiga kelompok nasabah asuransi yaitu conventional loyalist,orang yang loyal pada sistem asuransi kovensional. Kelompok berikutnya sharia loyalist, yaitu orang yang loyal pada asuransi syari’ah, dengan memilih untuk tidak memberikan preminnya kepada asuransi konvensional jika memang asuransi syari’ah tidak ada, tapi jumlah tipe kedua ini kecil. Kelompok berikutnya yaitu variety seeking behaviour market, mereka adalah kelompok yang biasa membeli produk unit link, usia antara 35-55 tahun, memiliki cash flow sendiri dan tertarik terhadap program asuransi yang mempunyai side benefit.

Didalam kelompok variety seeking behaviour market, masih terdapat kelompok kecil, yakni young ethical concious market mereka adalah kelas pekerja berusia antara 25-35 tahun, yang tidak terlalu fokus pada penghasilan pendapatan hasil investasi, namun cukup semangat untuk mengembangkan asuransi syari’ah. Kelompok kecil ini memiliki potesial switching atau potensi pengalihan ke premi syari’ah.

(13)

switching mencapai RP 102 miliar, serta pasar sharia loyalist bisa mencapai Rp 107,25miliar. Dengan perkiraan tersebut makan potensi premi yang bisa diraih oleh perusahaan asuransi syari’ah sebesar Rp 1.176 triliun.

Naiknya perkembangan asuransi syari’ah tidak lepas dari potensi pasar yang cukup menjanjikan. Dan potensi ini tidak lepas dari keberbedaan sistem dengan konvensional sehigga keberbedaannya digunakan untuk menggarap pasar lebih jauh.

Sama halnya dengan perbankan syari’ah, melihat potensi umat Islam yang ada di Indonesia, potensi asuransi syari’ah sangat menjanjikan. Bahkan, seseorang CEO perusahaan asuransi asal Malaysia, Syed Moheeb saat itu memperkirakan, tahun-tahun mendatang asuransi syari’ah bisa mencapai 10%

market share asuransi konvensional. Sementara, data dari Asosiasi Asuransi Syari’ah di Indonesia menyebutkan, tingkat pertumbuhan ekonomi syari’ah selama 5 tahun terakhir mencapai 40%, sementara asuransi konvensional hanya mencapai 22,7%. M. Shaifie Zein, tokoh penting dari Asosiasi Asuransi Syari’ah Indonesia (AASI) memproyeksikan market share asuransi syari’ah ditahun 2013 mencapai 5%. Pertahun kenaikan asuransi syari’ah 0.7%.

Proyeksi itu tidaklah berlebihan. Sekedar ilustrasi, pertumbuhan aset asurasnsi syari’ah –menurut Asosiasi Syari’ah Indonesia dan Departemen Keuangan- pada 2005, asetnya mencapai Rp 663,64 miliar. Pada tahun 2006 naik mencapai 990,47 miliar (naik 49,25%). Dan pada tahun 2007 naik lagi menjadi 2.030,00 (naik 104,95%). Sedangkan pertumbuhan asuransi jiwa syari’ah pada tahun 2005 mencapai Rp 192,81 milyar. Setahun berikutnya menjadi Rp 306,29 milyar (naik 59%). Dan pada tahun 2007 naik lagi menjadi Rp 965,34 miliar (naik 215%). Sedangkan asuransi umum sayari’ah –pada 2005- mencapai tercatat pertumbuhan Rp 118,48 milyar. Pada 2006, naik menjadi Rp 191,43 milyar atau naik 62%. Dan pada 2007 naik lagi kontribusinya menjadi RPp 269,70 miliar (naik 41%). Total kontribusi asuransi pada 2005 adalah Rp 311,29 miliar menjadi Rp 497,72 miliar pada 2006 (naik 60%). Dan pada tahun 2007, totalnya menjadi Rp 1.235.04 miliar atau sama dengan naik 148%.4

(14)

Produk Asuransi Syari’ah: Contoh

Produk asuransi syari’ah tidak kalah menariknya dengan produk asuransi konvensional. Sekedar contoh, PT Asuransi Takaful Umum dan PT Asuransi Takaful Keluarga mengeluarkan produk diantaranya:

a. Takaful Falah

yaitu jenis takaful dengan pilihan proteksi yang lengkap manfaatnya bagi peserta, seperti:

(1) Al-Khairat (term insurance), merupakan manfaat utama bagi ahli waris apabila peserta meninggal dunia baik karena sakit maupun karena kecelakaan.

(2) Jika terjadi kecelakaan diri (personal accident), merupakan manfaat tambahan yang diberikan kepada peserta atau ahli waris apabila peserta meninggal atau cacat tetap sebagian karena kecelakaan.

(3) Merupakan manfaat tambahan kedua yang diberikan kepada para peserta apabila peserta mengalami cacat tetap total (disfunction) akiibat sakit atau kecelakaan.

(4) Santunan harian rawat inap (cash plan), merupakan manfaat tambahan ketiga, diberikan kepada peserta selama peserta menjalani perawtan di rumah sakit disebabkan sakit atau kecelakaan.

(5) Santunan penakit khusus (critical illnes/dread desease), bagi peserta yang menderita penyakit sepertia: stroke, kanker, serangan jantung pertama, operasi jantung koroner, operasi pennggantian katup jantung, fulminat viral hepatitis, penyakit hati kronis, pulmonary arterial hypertension (primer), penyakit paru-paru tahap akhir, gagal ginjal, anemia apatis dan lain-lain.

b. Takafulink Salam (Investasi + Proteksi Kesehatan)

(15)

investasi campuran dengan dominasi saham melalui sistem pengelolaan syari’ah. Peaerta juga dapat menambahkan manfaat kesehatan tambahan, bila dibutuhkan.

Manfaat dari jenis asuransi takaful salam:

(1) Manfaat Utama: Bila perjanjian berkahir atau peserta mengundurkan diri dalam masa perjanjian, maka peserta akan mendapatkan seluruh dana investasi. Bila peserta meninggal dalam masa perjanjian, maka ahli waris akan mendapatkan seluruh dana innvestasi dan dana santunan minimal 800 premi setahun. (2) Manfaat Tambahan: santunan harian rawat inap (cash plan) sampai

dengan 1 juta/hari, santunan cacat tetap total, santunan penyakit kritis untuk 49 jenis penyakit santunan kecelakaan diri (peronal accident)

Produk Takafulink Salam meliputi: (1) Istiqomah

diperuntukkan bagi profil nasabah yang resiko investasinya tidak fluktuatif, yakni tidak berani mengambil resiko yang lebih besar. (2) Mizan

Jenis asuransi bagi seseorang yang profil risikonya cukup berani. Tidak konservatif namun juga tidak agresif. Tingkat pengembalian agak tinggi, tapi risiko agak sedikit.

(3) Ahsan

diperuntukan bagi nasabah yang agak berani menanggung resiko denrn gan harapan return-nya agak tinggi. Dan tumbuh untuk antisipasi masa depan. Biasanya nasabah mengambil jangka waktu diatas 10 tahun.

(4) Alia

untuk nasabah yang memiliki dan cukup, pemberani (risk taker), dengan harapan memperoleh hasil yang maksimum

Premi untuk Takafulink salam adalah minimum Rp 250.000,- (premi bulanan), minimum Rp 750.00,- (premi triwulan), minimum Rp 1.500.000,-(premi per semesteran), minimum Rp 2.000.000,- 1.500.000,-(premi pertahunan) dan minimum premi 12.000.000,- jika membayar premi sekaligus.

(16)

(1)Takafulink Salam murni syari’ah dan –secara ideologis dan psikologis- lebih menentramkan

(2) Pertimbangan biaya pengelolaan yang efisien (biaya paling rendah diantara produk sejenis)

(3) Bebas memilih investasi sesuai dengan kebutuhan

(4) Berpeluang memperoleh hasil investasi yang lebih optimal

(5) Kapan saja bisa meningkatkan dana investasi (top up) dengan ketentuan minimum sebesar Rp 1.000.000,- dan hal ini bersifat fleksibel, keleluasaannuntu mendapatkan dana investasi

(6) Dana bisa di pindahkan (switching)

(7) Bebas menentukan proteksi sesuai dengan kebutuhan dan bebas memilih cara pembayaran

(8) Setelah masa kepesertaan satu tahun, peserta dapat melakukan penarikan dannanya dengan ketentuan: minimum penarikan Rp dan mnimum dana yang tersisa Rp

1.000.000,-c. Takaful Kendaraan Bermotor

Program takaful yang mengganti kerugian atas kendaraan bermotor jika terjadi kecelakaan, pencurian serta tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga.

d. Tafakul Safari & Tafakul Ansor

Produk tafakul untuk sepeda motor atas risiko kehilangan dan kecelakaan dengan tambahan asuransi jiwa.

e. Fulnadi (Tafakul dana pendidikan) Tafakul Kecelakaan Pribadi

Program tafakul yang memberikan santunan kepada peserta atau ahli warisnya bila meninggal dunia, cacat atau mengeluarkan biaya perawatan akibat kecelakaan.

f. Tafakul Pengangkutan

Program tafakul yang mengganti kerugian pada barang atau akibat alat pengangkutannya mengalami kecelakaan.

g. Tafakul Kebakaran

Tafakul yang mengganti kerugian atas harta benda yang disebabkan musibah kebakaran, kejatuhan pesaawat terbang, peledakan, sambaran petir dan asap.

3. Pegadaian Syari’ah

(17)

Seperti halnya bank dan asuransi syari’ah, pegadaian syari’ah juga mempunyai landasan teologi. Landasan teologis pegadaian syari’ah merujuk pada Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 283:

(283) Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Surat Al-Baqarah ayat 283 tersebut dipertegas dengan beberapa, salah satu diantaranya adalah hadi dari Anas RA

Dari Anas RA, bahwasannya ia berjalan menuju Nabi SAW dengan roti dari gandum dan sungguh Rasulullah SAW telah menangguhkan baju besi kepada seorang Yahudi di Madinah ketika beliau mengutangkan gandum dari orang Yahudi itu.

(18)

landasan hukum PP No. 23 tahun 2000 yang dijadikan landasan kegiatan usaha Perum Pegadaian sampai sekarang.5

Perkembangan dan Pertumbuhan Pegadaian Syariah di Indonesia

Keberadaan pegadaian syariah pada awalnya didorong oleh perkembangan dan keberhasilan lembaga-lembaga keuangan syariah. Di samping itu, juga dilandasi oleh kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap hadirnya sebuah pegadaian yang menerapkan prinsip-prinsip syariah. Pegadaian syariah Dewi Sartika Jakarta merupakan salah satu pegadaian syariah yang pertama kali beroperasi di Indonesia.

Hadirnya pegadaian syariah sebagai sebuah lembaga keuangan formal yang berbentuk unit dari Perum Pegadaian di Indonesia merupakan hal yang menggembirakan. Pegadaian syariah bertugas menyalurkan pembiayaan dalam bentuk pemberian uang pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan berdasarkan hukum gadai syariah.

Sampai saat ini, baru ada 5 lembaga keuangan yang tertarik untuk membuka pegadaian syariah. Perum pegadaian adalah salah satu lembaga yang tertarik untuk membuka produk berbasis syariah ini. Bekerjasama dengan Bank Muamkalat, pada awal September 2003 diluncurkan gadai berbasis syariah bernama pegadaian syariah. Karakteristik dari pegadaian syariah adalah tidak ada pungutan berbentuk bunga. Dalam konteks ini, uang ditempatkan sebagai alat tukar, bukan sebagai komoditi yang diperjualbelikan. Tetapi, mengambil keuntungan dari hasil imbalan jasa yang ditawarkan.

(19)

Bank Syariah Mandiri mengeluarkan jasa gadai dengan mendirikan Gadai Emas Syariah Mandiri. Pada dasarnya jasa gadai emas Syariah dan konvensional tidak berbeda jauh dalam bentuk pelayanannya, yang membedakakan hanyalah pada pengenaan biaya. Pada gadai konvensional, biaya adalah bunga yang bersifat akumulatif, sedangkan pada gadai syariah hanya ditetapkan sekali dan dibayar di muka.

Namun demikian, dari sisi jaringan, jumlah kantor pegadaian Syariah saat ini sudah ada di 9 kantor wilayah dan 22 Pegadaian Unit Layanan Syariah (PULS), terutama di kota-kota besar di Indonesia dan 10 kantor gadai syariah. Ke 22 PULS merupakan pegadaian syariah yang dibentuk oleh Perum Pegadaian syariah yang dibentuk oleh Perum Pegadaian dan BMI, dan direncanakan akan dibuka 40 jaringan kantor PULS, yang mengkonversi cabang gadai konvensional menjadi gadai syariah di seluruh Indonesia.

Dengan demikian, jumlah pegadaian syariah baik yang berbentuk PULS maupun Unit Layanan Syariah Bank-Bank syariah baru sekitar 2,9% dibandingkan dengan total jaringan kantor Perum pegadaian yang berjumlah 739 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia.6

Produk Pegadaian Syariah Produk perbankan syariah meliputi:

(1) Rahn

yaitu skim pinjaman yang mudah dan praktis untuk memenuhi kebutuhan dana bagi masyarakat dengan sistem gadai sesuai syari’ah dengan agunan berupa perhiasan, barang elektronik atau kendaraan bermotor.

(2) Arrum

6 “Pegadaian Syari’ah”

http://thomotugaskuliah.blogspot.com/2010/01/pegadaian-syariah.html

(20)

yaitu skim pembiayaan syari’ah untuk mendukung modal kerja pengusaha mikro-kecil guna mengembangkan usaha dengan sistem pengembalian secara angsuran..

(3) Mulia

yaitu skim investasi yang relatif aman bagi masyarakat dengan cara tunai atau angsuran. Arahnya adalah pemmbelian emas batangan.

(4) Pegadaian Amanah

yaitu suatu skim pemberian pinjaman kepada masyarakat yang berpenghasilan tetap guna kepemiikan kendaraan bermotor. Pemberian pinjaman ini diberikan dalam jangka waktu tertentu yang pengembaliannya diakukan secara angsuran.7

C. Pemikiran Adiwarman Azwar Karim Tentang Ekonomi Islam 1. Biografi

Ir.H. Adiwarman Azwar Karim, S.E., M.B.A., M.A.E.P., lahir di Jakarta pada 29 Juni 1963. Adiwarman atau sering dipanggil dengan adi. Pendidikan tingkat S1 ia tempuh di dua perguruan tinggi yang berbeda yaitu IPB dan UI. Gelar Insinyur dia peroleh pada tahun 1986 dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Pada tahun tahun 1988 Adiwarman berhasil menyelesaikan studinya di European University, Belgia dan memperoleh gelar M.B.A. setelah itu ia menyelesaikan studinya di UI dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada tahun 1989. Pada tahun 1992, Adiwarman juga meraih gelar S2-nya yang kedua di Boston University, Amerika Serikat dengan gelar M.A.E.P. Selain itu ia juga pernah terlibat sebagai Visiting Research Associate pada Oxford Centre for Islamic Studies.

(21)

pendidikan nonkulikuler yang diselenggarakan selama dua semester dan dipersiapkan sebagai sarana “islamisasi” ekonomi melalui jalur kampus.

2. Karya-karya Adiwarman Azwar Karim

Beberapa karya Adiwarman Azwar Karim yang telah diterbitkan yaitu :

Ekonomi Islam, Suatu Kajian Kontemporer yang merupakan kumpulan artikelnya di Majalah Panji Masyarakat. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, sebuah kumpulan tulisan pakar ekonomi yang ia terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Ekonomi Mikro Islami dan Ekonomi Islam, Suatu Kajian Ekonomi Makro. Ketiga karyanya tersebut merupakan bahan kuliah wajib di berbagai perguruan tinggi tempatnya mengajar. Buku terakhir yang ia tulis membahas pandangan secara komprehensif tentang perbankan Islam dengan memberikan analisis dari perspektif fikih dan ekonomi (keuangan). Buku tersebut diberi judul Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan.

3. Pemikiran Ekonomi Islam Adiwarman Azwar Karim a. Redefinisi dan Rancang Bangun Ilmu Ekonomi Islam

Ekonomi islam sering didefinisikan “ekonomi yang berasaskan al-Qur’an dan as-Sunnah”. Seringkali definisi ini tidak disertai dengan penjelasan yang tuntas, sehingga terkesan bahwa ekonomi islam adalah ekonomi apa saja yang dibungkus dengan argument dari ayat dan hadist tetentu, sehingga tidak memberikan jawaban yang memuaskan.

Menurut Adiwarman Karim, ekonomi islam diibaratkan satu bangunan yang terdiri atas landasan, tiang dan atap.8 Dengan ini Adiwarman memberikan pengertian ekonomi islam sebagai ekonomi yang dibangun di atas nilai-nilai universal Islam. Nilai-nilai yang dimaksudkan yaitu tauhid (keesaan), ‘adl (keadilan), khilafah (pemerintahan), nubuwwah (kenabian) dan ma’ad (return).

(22)

Korelasi prinsip-prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Tauhid yaitu bermakna ke-Maha Tunggal-an Allah sebagai pencipta, pemilik semua yang ada di bumi dan langit, serta pemberi rezeki yang Maha Adil yang berkuasa atas segalanya. Pengingkaran nilai tauhid dapat membawa manusia menjadi merasa dirinya hebat, atau semua bisa diatur dengan uang. Maka dengan konsep keesaan Tuhan memberikan arah bagi pelaku ekonomi bahwa segala sesuatu dalah milik Allah, manusia hanyalah pemegang amanah. Karena ada system pertanggung jawaban bagi setiap tindakan ekonomi. Dan akhirnya dalam skala makro prinsip pertanggung jawaban tersebet mendorong terwujudnya keadilan(‘adl) ekonomi dalam suatu masyarakat. Sehingga untuk dapat merealisasikan keadilan tersebut diperlukan adanya intervensi khilafah (pemerintah) sebagai regulator. Prinsip nubuwwah di sini mengandung arti bahwa konsep ekonomi Islam adalah konsep untuk manusia, bukan untuk malaikat, serta mampu dijalankan oleh manusia, bukan oleh malaikat. Nubuwwah adalah jawaban akan kebutuhan ini sebagaimana yang di contohkan Rasulullah tentang bagaimana melakukan kegiatan ekonomi yang membawa kesuksesan dunia akhirat. Tujuan akhir dari semua aktifitas ekonomi yang tersusun secara rapi melalui sistem tersebut tidak lain adalah maksimisasi hasil (ma’ad,return) yang tidak hanya menggunakan ukuran materiil, tetapi juga aspek agama.

(23)

(social justice) dan kesejahteraan (return, ma’ad) yang merata. Sementara proposisi kebebasan berusaha (freedom to act) memberikan motivasi kepada pelaku ekonomi dalam berusaha, baik dalam kapasitasnya sebagai individu maupun pemerintah sebagai pemegang regulasi, sebagaimana dipraktekkan pada masa Nabi.

Selain prinsip-prinsip di atas, terciptanya sistem ekonomi Islam juga memerlukan suatu tatanan norma atau hukum yang menjadi payung (atap) dan jaminan bagi keberlangsungannya. Dalam istilah Adiwarman, sistem norma atau hukum ini disebut sebagai akhlak ekonomi Islam.

b. Integritasi Intelektual dan “Harakah”

Menurut Adiwarman, harakah iqtisadiyah sebagai suatu model pengembangan ekonomi Islam di Indonesia dapat dilakukan melalui tiga tahap.

Pertama, mengupayakan wacana ekonomi Islam masuk ke dalam kampus melalui kurikulum, atau bentuk-bentuk yang lain (buku, kelompok studi, seminar dan sebagainya). Tahap pertama ini nampaknya sudah menemukan hasilnya, terbukti dengan dibukanya beberapa jurusan, fakultas bahkan perguruan tinggi yang khusus memepelajari ekonomi Islam.

Kedua, pengembangan sistem. Tahap ini bisa dilakukan melalui pembentukan undang-undang, atau peraturan daerah. Hal ini diperlukan sekali, sebab tanpa payung hukum yang jelas dan tegas, ekonomi Islam di Indonesia yang merupakan konsep baru dan tidak didukung oleh permodalan yang kuat akan sulit berkembang bahkan bisa mati suri. Tahap kedua ini juga telah berhasil dengan disahkannya berbagai peraturan yang mendukung beroperasinya perbankan, pegadaian dan perekonomian Islam di Indonesia.

(24)

masalah riba saja, tetapi bagaimana ekonomi Islam diwujudkan secara professional dan profitable. Karena itu, menurut Adiwarman slogan “lebih baik untung sedikit tapi barokah“ itu tidak ada dalam Islam. Islam itu

harus “untung besar dan barokah“

D. Referensi

Dr.H. Hasbi Hasan, MH, Pemikiran Dan Perkembangan Hukum Ekonomi Syariah Di Dunia Isam Kontemporer, Jakarta: Gramata Publishing, 2011

Ir. Adiwarman Azwar Karim, AM Saefudin Membumikan Ekonomi Syari’ah, Jakarta: PT PPA Consultants, 201

“Pegadaian Syar’iah”

http://thomotugaskuliah.blogspot.com/2010/01/pegadaian-syariah.html

akses Jum’at 12 Desember 2014 14:46

Adiwarman A Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema Insani Press,2001.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

(25)

Berdirinya BMI diikuti oleh dua lembaga keuangan yang lain yaitu pegadaian dan asuransi syari’ah. Lembaga-lembaga inilah yang mempunyai andil besar terhadap perkembangan Ekonomi Syari’ah di Tanah Air. Lembaga ini menawarkan jasa-jasa yang sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah. Mereka menawarkan jasa dengan jenis transaksi yang berbeda-beda dengan target konosumen yang juga bebeda antara satu sama lain.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mendapatkan data kemiskinan secara tersistem dan rutin maka harus terdapat jaringan pelaksana yang kuat secara berjenjang dari tingkat Kabupaten sampai ke tingkat Dusun,

a) Menghitung jumlah obat yang tersisa pada saat pasien mengambil obat kembali. b) Melakukan wawancara kepada pasien atau keluarganya, berapa kali dalam sebulan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus yaitu siklus 1 dengan materi menjelaskan lembaga-lembaga tinggi

Hasil penelitian pada Quran surat Ash Ash Shafat ayat 102 yakni Nabi Ibrahim menggunakan pola komunikasi persuatif ketika menyampaikan perintah dari Allah kepada anaknya..

AbstrakPada perencanaan keuangan Bapak Alexander, dapat dilihat bahwa aset yang dimiliki oleh Keluarga Bapak Alexander tergolong memadai dan permasalahan yang

Pasal 3 : Hasil rumusan dari anggota Tim Perumus Program Pelaksanaan Kegiatan 2001– 2002 Sangha Theravãda Indonesia, dan Rancangan Anggaran Kebutuhan Biaya Tahun 2001–2002,

Bahasa merupakan identitas atau jati diri yang menunjukkan pada ciri-ciri yang melekat pada seseorang atau kelompok masyarakat.Maka tidak heran, bahasa adalah

Hasilnya yaitu aplikasi pengelolaan transaksi kendaraan bermotor yang menangani transaksi penjualan motor, penjualan sparepart dan jasa service. aplikasi ini memiliki