• Tidak ada hasil yang ditemukan

362342285 Kel 1 Gambaran Kesiapan Usaha Mikro Kecil Menengah Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "362342285 Kel 1 Gambaran Kesiapan Usaha Mikro Kecil Menengah Indonesia"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Kesiapan Usaha Mikro Kecil Menengah Indonesia

Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Mata Kuliah Manajemen Keprbadian

Dosen : Widia Parimita, M.PA

Oleh :

Amelia Sholeha 1708817031

Ahmad Zaenudin 1708817009

Leny Margaretha 1708817021

Seno Bayu R. W. 1708817025

MAGISTER MANAJEMEN REGULER 14

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

(2)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

BAB II PEMBAHASAN ... 4

2.1 Kajian Teoritis ... 4

2.1.1 Pasar Bebas ... 4

2.1.2 Masyarakat Ekonomi Asean ... 5

2.1.3 Usaha Mikro Kecil Menengah ... 6

2.2 Analisis ... 7

2.2.1 Gambaran UMKM di Indonesia ... 7

2.2.2 Daya Saing UMKM di Indonesia Menghadapi Pasar Bebas ... 8

2.2.3 Kebijakan Mendukung UMKM dalam Persaingan …………...……….… 14

BAB III PENUTUP ... 17

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menciptakan sebuah kondisi yang saling menguntungkan antar suatu negara dengan negara yang lain salah satu caranya adalah dengan kerjasama. Negara sadar bahwa manfaat kerjasama antar negara tidak hanya menguatkan negara tersebut namun juga membuka peluang yang lebih besar lagi untuk sebuah negara agar makin berkembang dan maju. Kerjasama yang dapat dijalin antar negara bisa diselenggarakan dari berbagai macam lini mulai dari kerjasama di bidang ekonomi, pertahanan keamaanan, sosial budaya dan lainya (Bayu,2016).

Kerjasama dalam hal ekonomi antar suatu negara merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan mempercepat pertumbuhan dan kestabilan ekonomi negara tersebut. Wujud dari penguatan perekonomian adalah terbentuknya blok blok perdagangan barang dan jasa di berbagai kawasan di dunia seperti ASEAN di Asia, NAFTA di Amerika, EUROPE UNI di Eropa. Pembentukan kawasan terintegrasi ekonomi dilakukan untuk mempermudah transfer produk, barang dan tenaga kerja, dengan menghapuskan berbagai hambatan yang ada dalam kegiatan perdagangan internasional, termasuk didalamnya penghapusan bea impor dengan menciptakan area perdagangan bebas (free trade area) (Frisdiantara, 2016).

Tidak semua kerjasama antar negara mudah untuk dijalankan, bahkan suatu negara dapat sulit melakukan kerjasa sama dengan negara lain. Bagaimanapun masih ada beberapa hal yang menjadi penghalang untuk mewujudkan kerjasama seperti perbedaan budaya, isu politik, atau isu keamanan negara. Akan tetapi bila terlaksana bukan hanya satu negara saja yang diuntungkan, namun satu sama lain akan merasakan manfaatnya. Saling ketergantungan dengan negara lain justru menjadi hal baik karena secara ekonomi lebih stabil dan merata (Bayu, 2016).

(4)

produksi, yang mana terjadi arus barang, jasa, investasi dan tenaga terampil yang bebas serta aliran modal yang lebih bebas. MEA boleh disebut sebagai perkembangan mutakhir proses globalisasi yang menyentuh Indonesia (Kemendag, 2015).

Mulainya kegiatan MEA diharapkan meningkatkan perdagangan antar negara ASEAN, juga akan meningkatkan persaingan dalam memperoleh investasi, produksi, dan perdagangan di kawasan masing masing. Meningkatnya kegiatan perdagangan di wilayah tersebut, keuntungan dan kerugian perdagangan yang terjadi bagi suatu negara cenderung akan selalu bergerak berubah dan multidimensi. Mengenai korelasi dengan perdagangan internasional tersebut akan sangat relevan dalam rangka stabilitas makroekonomi domestik, terlebih pada inflasi dan nilai tukar (BI, 2015).

MEA akan menjadi kesempatan yang baik untuk Indonesia karena hambatan perdagangan akan berkurang bahkan menjadi tidak ada. Ini akan berdampak pada peningkatan ekspor yang ada akhirnya akan meningkatkan PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia. Bukan tanpa tantangan, permasalahan homogenitas komoditas yang diperjual belikan dan keterbatasan infrastruktur menjadi masalah krusial dalam kegiatan perdagangan. Di sisi lain, muncul tantangan baru bagi Indonesia berupa permasalahan dari para pelaku usaha di Indonesia (Kemendag, 2015).

Kurangnya persiapan terhadap perekonomi pasar luar negeri telah menjadi tantangan yang serius bagi para pelaku usaha di Indonesia. Salah satunya dikarenakan lemahnya daya saing industri lokal, yang juga dikhawatirkan akan menggoyahkan potensi pengusaha lokal dan beberapa Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Dengan kegiatan Masyarakan Ekonomi Kecil (MEA) itu sendiri, pelaku UMKM diharapkan mampu bertahan di negeri sendiri serta mampu bersaing di pasar modal. Pengembangan dan pemberdayaan UMKM adalah langkah yang strategis, apalagi pada kenyataanya UMKM memiliki peranan besar dalam menambah lapangan pekerjaan bagi banyak orang (Sabirin 2016).

1.2 Rumusan Masalah

(5)

tenaga kerja dari 50% hingga 85% dari total angkatan kerja. Selain itu, UKM juga memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi (PDB), yaitu berkisar antara 30--53%. Sementara terhadap aktivitas ekspor, UKM menyumbang kinerja antara 19% hingga 31% (Kemenlu, 2015).

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pasar Bebas

Teori perdagangan bebas pertama kali dimunculkan oleh seorang ahli ekonomi yaitu Adam Smith dalam bukunya An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations. Sistem ekonomi pasar adalah suatu sistem ekonomi dimana seluruh kegiatan ekonomi mulai dari produksi, distribusi dan konsumsi diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar (Sukirno, 2009). Pasar bebas diamaknai sebagai pasar ideal dimana didalam seluruh keputusan ekonomi dan aksi oleh setiap individu yang berhubungan dengan uang, barang, dan jasa adalah secara sukarela. Mekanisme pasar yang menentukan jumlah permintaan (demand) dan jumlah penawaran (supply) suatu barang/jasa, tidak terlalu dikekang oleh pajak/peraturan pemerintah, pergerakan ekonomi diserahkam ke pasar itu sendiri, sehingga muncul persaingan.

Kebaikan dan Keburukan Dalam Pasar Bebas (Sukirno, 2009) :

Kebaikan utama pasar bebas antara lain:

 Faktor-faktor produksi akan digunakan dengan efisien

 Kegatan ekonomi dalam pasar diatur dan diselaraskan dengan efisien

 Pertumbuhan ekonomi yang teguh akan dapat diwujudkan.

 Pelaku kegiatan ekonomi diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan ekonomi yang disukainya.

Keburukan dalam pasar bebas antara lain:

 Sulitnya melakukan pemerataan pendapatan

 Cenderung terjadi eksploitasi kaum buruh oleh para pemilik modal

 Munculnya monopoli yang dapat merugikan masyarakat

 Sering terjadi gejolak dalam perekonomian karena kesalahan alokasi sumber daya oleh individu.

(7)

Pengertian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dicanangkan sejak 2015 atau ASEAN Economic Community (AEC) adalah sebuah integrasi kegiatan ekonomi negara wilayah ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antarnegara-negara ASEAN. Seluruh negara yang menjadi anggota ASEAN telah menyepakati perjanjian ini. MEA dirancang untuk mewujudkan Wawasan ASEAN 2020 (Kemendag, 2015).

Tujuan Dibentuknya MEA antara lain (Oktavianus, 2017) :

 Menciptakan pasar tunggal yang mencakup negara-negara ASEAN sekaligus pusat produksi (production base) dengan kaitannya pada elemen produk aktivitas ekonomi bebas, seperti tenaga kerja (terdidik/terampil), bebas bea untuk aliran barang dan jasa dari kawasan regional ASEAN, serta keluar masuknya investasi dan aliran modal untuk negara-negara sekawasan.

 Menjadikan ASEAN sebagai kawasan berdaya saing ekonomi tinggi yang ditandai dengan dikuatkannya peraturan dalam kompetisi ekonomi, meliputi perlindungan konsumen, Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), perpajakan, kelancaran aktivitas e-Commerce, dan pengembangan infrastruktur.

 Meratakan pemberdayaan ekonomi kawasan ASEAN dengan sasaran utama revitalisasi Usaha Kecil dan Menengah (UKM), terutama bagi negara Kamboja, Myanmar, Laos, dan Vietnam (CMLV). Sebagaimana diketahui bersama negara CMLV telah lama dan berulang kali didera dengan beragam masalah politik, sosial, dan kebudayaan yang berpengaruh terhadap keamanan negara tersebut. Dengan demikian, sebagaimana terangkum dalam ASEAN Vision 2020 serta Pakta ASEAN Concord II, MEA dibuat dengan maksud untuk memeratakan ekonomi hingga ke seluruh penjuru kawasan.

(8)

Saat ini, MEA sudah berjalan selama 2 tahun dan issuenya sudah ramai di tahun-tahun sebelumnya, akan tetapi issue MEA mulai meredup seiring berjalannya waktu. Kemudian dimunculkan kembali gerakan integrasi menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN 2025 di Malaysia. MEA 2025 dimunculkan dengan harapan dapat mengoptimalkan daya saing ekonomi antar Negara.

MEA yang dihadapi negara-negara di ASEAN, adalah alasan yang mengharuskan pelaku UMKM kita untuk siap. Peningkatan kualitas produksi dengan adanya kreativitas dan inovasi dalam mengembangkan usaha mutlak dilakukan. UMKM juga dituntut untuk mampu mempertahankan serta meningkatkan standar, desain dan kualitas produk agar sesuai agar dapat diterima oleh pasar secara global.

Munculnya persaingan yang semakin ketat, dengan terbukanya pasar didalam negeri dan pasar global telah membuat pembinaan dan pengembangan UMKM dirasakan semakin mendesak agar UMKM dapat meningkatkan kemandirian mereka sendiri. Dengan tingkat kemandirian yang semakin baik diharapkan memberi manfaat pula pada pendapatan masyarakat, dapat membuka kesempatan kerja, dan mampu memakmurkan masyarakat secara keseluruhan (sabirin, 2016).

2.1.3 Usaha Mikro Kecil Menengah

Kegiatan perekonomian Indonesia khususnya UMKM merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar dan terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan krisis ekonomi yang dihadapi pada masa lalu. Kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah sudah diatur dalam payung hukum. Aturan tersebut berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ada beberapa kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan pengertian dan kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

(9)

usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak sebesar Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki jumlah kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, belum termasuk tanah dan bangunan.

2.2 Analisis

2.2.1 Gambaran UMKM Indonesia

Dirangkum dari UMKM outlook imam (2016) menjelaskan data Kemenkop UKM RI menunjukkan terdapat sekitar 58 juta kegiatan usaha secara mandiri (self employed), dan sekitar 1,65 persen penduduk telah menjadi pengusaha (entrepreneur) yang dulunya berasal dari bisnis start up (pemula) dan mampu mengembangkan usahanya. Peran strategis UMKM dalam struktur perekonomian Indonesia makin nyata di mana sekitar 99,9% unit bisnis di Indonesia merupakan UMKM dan menyerap hampir 97% tenaga kerja Indonesia.

Di ASEAN, kontribusi UMKM Indonesia terhadap rantai pasok produksi global hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan Brunei, Laos, Myanmar, dan Kamboja. Kontribusi tertinggi sektor UMKM terhadap rantai pasok produksi global mencapai 2,7 persen. Padahal, ASEAN berkontribusi 9,3 persen terhadap rantai pasok produksi global pada periode 2009-2013. Sedangkan pemasukan dari sektor UMKM terhadap nilai ekspor Indonesia pada tahun 2015 hanya sebesar 15,8 persen, masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara sekawasan lainya di Asia Tenggara (AHA, 2016).

Berdasarkan data tersebut Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia meningkat. Hal ini dapat membantu menyerap tenaga kerja dan membantu menaikkan Pendapatan Domestik Bruto Indonesia. Saat ini, banyak bermunculan ecommerce yang memudahkan para pengusaha memasarkan produknya.

2.2.2 Daya Saing UMKM di Indonesia Dalam Menghadapi Pasar Bebas

(10)

tenaga kerja di Negara berkembang seperti Indonesia. Akan tetapi, kontribusi UMKM dalam meningkatkan PDB Indonesia masih relative kecil. Hal ini terjadi karena nilai ekspor yang masih rendah dan UMKM tidak memiiki jaringan global yang luas (BI, 2016).

Terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN guna meningkatkan daya beli dan memperluas jaringan pasar produksi/jasa antar Negara ASEAN. Akses pasar terbuka, penciptaan perdagangan menyebabkan pertumbuhan ekonomi lebih cepat, yang merupakan faktor utama peningkatan kesejahteraan. Ini juga menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk memulai dan pengembangan bisnis, yang merupakan dorongan tambahan untuk investasi dan pertumbuhan produksi. Ada kebutuhan untuk trade-off lebih lanjut untuk negara-negara berkembang guna mencegah ketidakseimbangan perdagangan. Hal ini dapat dicapai melalui dorongan dari perjanjian perdagangan bilateral (Drozdz, 2011).

Hasil penelitin dalam jurnal tersebut menjelaskan bahwa akses pasar terbuka, penciptaan perdagangan menyebabkan pertumbuhan ekonomi lebih cepat, yang merupakan faktor utama peningkatan kesejahteraan. Ini juga menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk memulai dan pengembangan bisnis, yang merupakan dorongan tambahan untuk investasi dan pertumbuhan produksi. Ada kebutuhan untuk trade-off lebih lanjut untuk negara-negara berkembang guna mencegah ketidakseimbangan perdagangan.

(11)

Nicolescu (2009) menjelaskan bahwa kemampuan UMKM untuk bertahan dan tumbuh tergantung dari banyak faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dimaksud seperti skala usaha, stakeholders personality, latar belakang pendidikan, dan budaya perusahaan (pelatihan internal), dapat mempengaruhi tingkat produktivitas dan inovasi perusahaan. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu faktor-faktor di luar perusahaan seperti akses terhadap permodalan dan lingkungan kebijakan, baik kebijakan pemerintah ataupun kondisi ekonomi suatu negara tersebut (BI, 2016).

Selain itu, rendahnya partisipasi perusahaan Indonesia dalam Global Value Chain (GVC) juga disebabkan oleh faktor pendukung GVC yang belum optimal, yaitu infrastruktur dan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi, kehandalan dan efisiensi jasa logistik, serta tingginya hambatan perdagangan. Selain hal yang dijelaskan tersebut, hasil diskusi dengan beberapa pengusaha dan asosiasi bisnis di Indonesia menggambarkan bahwa tingkat upah yang relatif tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya salah satunya menjadi hambatan untuk meningkatkan efisiensi kegiatan produksi. Demikian pula dengan ketatnya persyaratan untuk mendapatkan bantuan akses pembiayaan eksternal dari perbankan (BI, 2016).

Berdaasarkan data tersebut terdapat beberapa solusi dalam meningkatkan daya saing UMKM Indonesia di pasar bebas, antara lain (BI, 2016):

1. Produktivitas dan Inovasi

Kualitas sumber daya manusia UMKM Indonesia menjadi factor penghambat berkembangnya kinerja UMKM Indonesia. Tidak hanya itu, inovasi produk/jasa yang dihasilkan masih kurang. Perusahaan cendrung bergerak lambat, atau bahkan mati karena sistem manajemen yang diterapkan.

Dalam artikel jurnal (Kusumaastuti, 2015) dikatakan bahwa, Masalah rendahnya kualitas SDM diduga timbul dari kurangnya capasity building untuk kalangan UMKM yang terindikasi dari tiga masalah ikutannya yaitu:

(12)

(2) UMKM tidak mampu untuk melakukan analisis usaha, sehingga dalam melaksanakan usahanya sering merugi atau tidak memasukkan tenaga kerja dalam kalkulasi biaya produksi;

(3) UMKM tidak siap untuk menanggung resiko kegagalan usaha, sehingga sulit untuk dapat masuk dalam suatu kegiatan usaha yang sebenarnya menguntungkan dan berpotensi untuk dikembangkan menjadi usaha-usaha produktif yang dapat memberikan keuntungan lebih besar kepada mereka;

(4) Rasa cepat puas akan apa yang telah diperoleh menyebabkan UMKM jarang berfikir untuk memperluas usahanya;

(5) Rendahnya pengetahuan UMKM dibidang produksi, menyebabkan produk UMKM sulit untuk berkembang.

Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan keahlian manajerial. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam peningkatan produktivitas UMKM Indonesia.

2. Permodalan

Dalam bantuan modal pemerintah Indonesia membuat kebijakan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi yang memiliki kaitan langsung dengan para pelaku UKM yaitu telah dicangkannya tiga butir kebijakan pokok di bidang ekonomi. Pertama, adalah peningkatan kegiatan layanan jasa keuangan khususnya untuk pelakupara pelaku UKM, yang didalamnya meliputi perbaikan layanan jasa perbankan, pasar modal, multifinance, dan asuransi.

Kebijakan pokok kedua adalah peningkatan infrastruktur layanan jasa keuangan, berupa akses pasar, layanan penagihan dan pembayaran, kemudahan investasi dan menabung, serta dukungan umum atas pelaksanaan transaksi perdagangan (Wahyono, 2012).

(13)

Kebijakan pemerintah dalam pengembangan sektor UKM tersebut bertujuan untuk meningkatkan potensi dan partisipasi aktif para pelaku UKM di dalam proses pembangunan nasional, khususnya dalam kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan melalui perluasan kerja dan peningkatan pendapatan.

Dijelaskan oleh Abdul Rosid (2004), ”Sasaran dan pembinaan kepada usaha kecil adalah agar meningkatnya jumlah usaha kecil dan terwujudnya usaha yang makin tangguh dan mandiri, sehingga para pelaku ekonomi tersebut dapat berperan dalam perekonomian nasional, mampu meningkatkan daya saing pengusaha nasional di pasar dunia, serta seimbangnya persebaran investasi antar sektor dan antar golongan”.

3. Akses Pasar

Bantuan pemerintah dalam membuka akses pasar UMKM sangat mendukung perkembangannya. Selama ini, UMKM di Indonesia hanya dapat berkembang di daerahnya saja. Mereka dalam melakukan pemasaran produk kurang memanfaatkaan teknologi dan inovasi. Sehingga belum dapat menjangkau pasar lokal dan internasional yang lebih luas.

(14)

mengkhususkan diri pada masing-masing FTA PT dan GSP. Selain itu, pemerintah harus menyelenggarakan pelatihan teknis reguler untuk mempromosikan pemanfaatan preferensial bagi pengusaha bersamaan dengan program evaluasi tindak lanjut; Hal ini untuk memastikan keefektifan pemanfaatan FTA” (Vanhnalat, 2015).

Arti dari hasil penelitian dalam jurnal tersebut menjelaskan bahwa terdapat beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat diberikan terkait ekspor-impor:

1. Penurunan tarif impor berdasarkan komitmen CEPT dan MFN sangat mendukung penciptaan perdagangan. Oleh karena itu, pemerintah harus terus memperbaiki dan mendiversifikasi produk ekspor dan mengolahnya, terutama untuk produk pertanian dan mineral, untuk menciptakan nilai tambah yang lebih baik serta menghasilkan lapangan kerja yang lebih banyak untuk masyarakat lokal;

2. Beberapa FTA telah ditandatangani, namun manfaat ekspor relatif kecil. Oleh karena itu, untuk meningkatkan manfaat ekspor berdasarkan preferensi, eksportir harus memperluas dan mendiversifikasi sejumlah produk ekspor, dan lebih berhati-hati dalam memilih FTA berdasarkan keunggulan komparatifnya harus mempromosikan pemanfaatan preferensi FTA ke sektor swasta;

3. Kementerian Perindustrian dan Perdagangan harus berinvestasi lebih banyak dalam pengembangan sumber daya manusia dengan mengirimkan staf potensial untuk berlatih di luar negeri mengenai teknik pemanfaatan preferensial untuk menghasilkan pakar akademis yang mengkhususkan diri pada masing-masing FTA PT dan GSP. Selain itu, pemerintah harus menyelenggarakan pelatihan teknis reguler untuk mempromosikan pemanfaatan preferensial bagi pengusaha bersamaan dengan program evaluasi tindak lanjut; Hal ini untuk memastikan keefektifan pemanfaatan FTA.

4. Kemudahan Berusaha

(15)

usahanya. Alasan utama adalah untuk tetap mempertahankan status sebagai usaha informal yang memberikan kemudahan dalam menjalankan usaha termasuk perpajakan dan organisasi yang sederhana. Pemerintah perlu mencari solusi terhadap permasalahan tersebut.

Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain: pembebasan UMKM dari pajak penghasilan selama 2 tahun pertama dan memberikan fasilitasi akses terhadap jasa konsultan pajak murah sehingga kepatuhan UMKM terhadap pajak secara administratif dapat dipenuhi.

2.2.3 Kebijakan Mendukung UMKM dalam Persaingan

Oleh Menteri Koperasi dan UKM Bapak AAGN Puspayoga telah disiapkan empat strategi atau kebijakan khusus bagi pelaku usaha sektor UMKM dalam rangka menghadapi pemberlakuanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sejak akhir 2015. UMKM menjadi salah satu sektor yang dirasa harus diberikan kebijakan yang mendukung agar dapat mampu bersaing dengan UMKM dari negara lain, yaitu dengan kebijakan (Buwono, 2015) :

 Kebijakan yang pertama adalah peningkatan sentra atau klaster dalam upaya pengembangan produk unggulan daerah melalui pendekatan One Village One Product atau OVOP.

 Kebijakan yang kedua yaitu akan mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kewirausahaan. Peningkatan sumber daya manusia menjadi sangat penting karena menjadi aktor utama terkait dengan perkembangan dan kemajuan UMKM dalam persaingan global.

 Kebijakan yang ketiga adalah dengan meningkatkan kualitas dan standarisasi produk UMKM. Hal itu bisa dilakukan dengan mendorong UMKM untuk memiliki sertifikat halal dan HAKI. Khususnya untuk memilki Hak Cipta dan standarisasi, sehingga Kementerian Koperasi dan UKM menjalin kerja sama dengan Kementerian Hukum dan HAM untuk melakukan sertifikasi produk UMKM. Pemerintah bahkan berencana memberikan hak cipta secara gratis bagi pelaku usaha mikro dan kecil.

(16)

saat ini sedang menyiapkan kebijakan pembiayaan bagi UMKM. Selain itu program pembiayaan bagi pelaku UMKM dilakukan melalui kerja sama dengan Bank Pembangunan Daerah (BPD) bersama Jamkrida dan Jamkrindo.

(17)

BAB III PENUTUP

MEA yang dihadapi di Negara-negara di ASEAN, adalah alasan yang mengharuskan pelaku UMKM kita untuk siap. Peningkatan kualitas produksi dengan adanya kreativitas dan inovasi dalam mengembangkan usaha mutlak dilakukan. UMKM juga dituntut untuk mampu mempertahankan serta meningkatkan standar, desain dan kualitas produk agar sesuai dan dapat diterima oleh pasar secara global.

Persaingan yang semakin ketat, dengan terbukanya pasar di dalam negeri dan pasar global telah membuat pembinaan dan pengembangan UMKM dirasakan semakin mendesak agar UMKM dapat meningkatkan kemandirian mereka. Dengan tingkat kemandirian yang semakin meningkat diharapkan berimbas pula pada pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja dan kemakmuran masyarakat secara keseluruhan (Sabirin, 2016).

Berbagai paket kebijakan ekonomi diberikan oleh pemerintah Indonesia di tahun 2016 dengan harapan bahwa UMKM di tanah air makin bergairah kedepanya. Dengan juga implementasi yang baik di lapangan diharapkan paket kebijakan struktural yang dirancang dalam paket paket ekonomi ini akan terlihat hasilnya secara nyata. Selanjutnya dukungan pengembangan UMKM didorong pula melalui penguasaan teknologi IT atau lahirnya kebijakan pemerintah untuk mendukung UMKM berbasis digital di Indonesia.

Kebijakan tentang peta jalan e-commerce diharapkan mampu membantu pemasaran produk usaha mikro, kecil, dan menengah makin baik dan mudah. Beberapa aspek aspek kebijakan yang diatur di dalamnya, antara lain terkait dengan hal pendanaan, terutama optimalisasi kredit usaha rakyat untuk tenant pengembang platform, hibah kepada inkubator bisnis pendamping startup, dana bantuan USO untuk UMKM digital dan startup e-commerce platform, angel capital, seed capital dari Bapak Angkat, crowdfunding, dan pembukaan DNI (Imam, 2016).

(18)

untuk terintegrasi dalam jaringan produksi regional dalam negeri dan rantai nilai secara global. Setelah kemampuan bersaing dan kemandirian, UKM Indonesia akan mampu menjadi pemain kuat di kawasan regional dan global yang kompetitif dan mampu meningkatkan produktivitasnya dalam menghadapi pasar bebas ASEAN (Rofiq, 2016).

Saran :

1. Pemerintah daerah mulai serius menanggapi kebijakan pemerintah pusat memberdayakan UMKM di daerahnya masing masing, edukasi tentang kiat – kiat usaha mandiri dan penyuluhan tentang perkembangan ekonomi secara luas kepada pemilik usaha.

2. Program bantuan permodalan juga diawasi dan dipastikan pengalokasianya tepat sasaran.

3. Dukungan berupa pelatihan, pendampingan dan fasilitas untuk mengembangkan UMKM

4. Pengusaha mulai update ilmu dan informasi dalam dunia perdagangan, melihat peluang yang ada dari pasar bebas sebagai moment ekspansi usahanya.

(19)

Daftar Pustaka

AHA. Kontribusi Usaha Mikro Kecil Menengah Naik. ( http://print.kompas.com/baca/ekonomi/finansial/2016/01/29/Kontribusi-UMKM-Naik ), web diakses pada september 2017, Indonesia . 2016

Bayu. 5 Manfaat Kerjasama Ekonomi Antar Negara. (http://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/ekonomi-makro/manfaat-kerjasama-ekonomi-antar-negara ), web diakses pada september 2017, Indonesia. 2016

BI. Analisis daya saing dan strategi Industri Nasional di Era Masyarakat Ekonomi Asean dan Perdagangan Bebas. Bank Indonesia, working paper. 2015

BI. Pemetaanda Strategi Peningkatan Daya Saing UMKM dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEA (MEA) 2015 dan Pasca MEA 2025. (http://www.bi.go.id/id/publikasi/wp/Pages/WPOkt2016-1.aspx ), web diakses pada september 2017, Indonesia. 2016

Bounlert Vanhnalat, Phouphet Kyophilavong, Alay Phonvisay, Bouason Sengsourivong, Assessment the Effect of Free Trade Agreements on Exports of Lao PDR, International Journal of Economics and Financial Issues 2015.

Frisdiantara, Christea. Ekonomi Pembangunan : Kajian Teoritis dan Empiris. Penerbit Universitas Kanjuruhan Malang, Malang. 2016

Imam, Nurul. UMKM Outlook. ( http://fokus-umkm.com/umkm-outlook-2017/ ), web diakses pada september 2017, Indonesia. 2016

Jolanta Drozdz, Algirdas Miškinis, Benefits and Threats of Free Trade, Publishing House of Wrocław University of Economics Wrocław 2011

Kemendag. Masyarakat Ekonomi Asean : Peluang dan Tantangan Indonesia. Kementrian Perdagangan, warta ekspor. 2015

(20)

Oktavianus, Boby Chandro. Masyarakat Ekonomi Asean, Inilah Yang Perlu Diketahui. ( https://www.cermati.com/artikel/masyarakat-ekonomi-asean-mea-inilah-yang-perlu-diketahui ), web diakses pada september 2017, Indonesia. 2017

Purnama Kusumaastuti, Ega Maharani Asih, dan Carmidah, Strategi dan Langkah-Langkah UMKM Dalam Menghadapi MEA 2015.

Rofiq, Aunur. Strategi UKM hadapi Masyarakat Ekonomi Asean. (https://economy.okezone.com/read/2016/01/14/320/1288073/strategi-ukm-hadapi-mea), web diakses pada september 2017, Indonesia. 2017

Rosyid, Abdul, Manajemen Usaha Kecil Menegah dan Koperasi. makalah. 2004

Sabirin. Era Pasar Bebas Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Indonesia Siap atau Tidak ?. ( http://www.kompasiana.com/sabirinsaiga/era-pasar-bebas-usaha-mikro-kecil-menengah-umkm-indonesia-siap-atau-tidak ), web diakses pada september 2017, Indonesia. 2016

Sukirno, sadono. Mikro ekonomi teori pengantar. Jakarta : Rajawali Pers. 2009.

UU Republik Indonesia. Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Jakarta : Sekretariat Negara. 2008

Referensi

Dokumen terkait

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran berbasis proyek, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampun berpikir kreatif

Hasil penelitian dikemukakan meliputi data perbe- daan skor total tes pemahaman awal konsep genetika, data kelompok konsep genetika yang banyak tidak dapat dijawab

c) Fokus Meja Hijau adalah proses keseluruhan pengembangan aplikasi dan teknik atau metode yang dipergunakan dalam penyelesaian permasalahan serta pertanggungjawaban revisi

7.317 Kalimantan Selatan Kota Banjarmasin P6371031203 CEMPAKA Jl.. Cempaka

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah mayoritas mahasiswa berada pola Fearful yang memiliki total tertinggi yaitu 100 orang subjek 28.7% dengan dimensi PIU

Disarankan kepada perusahaan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi keselamatan kerja dan membuat variasi yang baru dalam mengkomunikasikan keselamatan kerja,

Pengamatan pada tepung porang hasil optimasi penurunan oksalat menunjukkan bahwa kalsium oksalat yang terdapat pada permukaan granula glukomanan sudah jauh

Untuk semua teman Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya angkatan 2009 dan sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat dengan