• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etika Media Baru dalam Alam Demokrasi di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Etika Media Baru dalam Alam Demokrasi di"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Etika Media Baru dalam Alam Demokrasi di Indonesia

(Etika dan Estetika Komunikasi)

NAMA

BANGKIT MAHENDRA

PASCA SARJANA ILMU KOMUNIKASI

STIKOM INTERSTUDI

JAKARTA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang menganut sistem pemerintah yang demokrasi. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.

Kesadaran masyarakat akan demokrasi nampaknya terus terbuka semenjak era orde baru runtuh. Dan ini membuat siapapun berhak untuk mengeluarkan pendapatnya. Namun, ada hal yang dilupakan yaitu etika. Berbicara etika artinya membicarakan mana yang benar dan mana yang tidak. Berbicara etika artinya berbicara juga mengenai estetika dan itu bisa dibentuk ketika norma-norma etika digunakan.

Secara metologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suau ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia., etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk perbuatan manusia. (K. Bertens, 2000:24)

Berkembangnya jaman dengan temuan-temuan yang semakin mutakhir membuat tren pun menjadi berkembang. Sekarang menjalin hubungan sosial melalui dunia tanpa batas ruang dan waktu yang disebut sosial media makin merambah. Tidak hanya melakukan kegiatan sosial lewat media ini, banyak kegiatan yang dilakukan dalam media ini selain berhubungan sosial seperti menuangkan aspirasi, pendapat bahkan menyampaikan kritik kepada seseorang, lembaga, institusi dan lain sebagainya.

(3)

Baru-baru ini, Indonesia dihebohkan dengan beberapa keputusan pemerintah yang akan mengadakan pemilihan kepala daerah melalui pemilihan oleh DPR. Hal ini cukup mencengangkan masyarakat Indonesia karena selama ini pemilihan dilakukan dengan cara yang demokrasi yaitu dipilih langsung oleh rakyat. Partai Demokrat yang dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia menjadi bulan-bulanan kekecewaan yang dilontarkan kepada masyarakat. Pada rapat paripurna, Partai Demokrat yang merupakan partai dengan fraksi terbanyak harusnya dapat memperjuangkan pilkada secara langsung. Entah unsur politik seperti apa yang telah direncanakan, akhirnya Partai Demokrat walk out dan keputusan berakhir pada pilkada dipilih oleh DPR.

Pimpinan tertinggi Partai Demokrat yang merupakan orang nomer satu di Indonesia pada saat itu memang sedang berada di luar negri. Hal ini membuat banyak sekali masyarakat yang murka. Akibatnya, terjadi pembully-an yang dilakukan di akun twitter milik orang nomer satu di Indonesia itu.

Tulisan ini mencoba untuk mebahas bagaimana etika di sosial media mengenai penindasan atau pembullyan yang dilakukan pada akun twitter milik SBY. Terlepas negara ini adalah negara yang bebas dalam berpendapat, tulisan ini akan membahasnya melalui perspektif peneliti jika dilihat dari segi etika.

1.2 Tujuan

Pembuatan makalah ini ditujukan untuk memenuhi syarat Ujian Akhir Semester mata kuliah Etika dan Estetika Komunikasi. Selain itu tujuan pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadi rujukan kepada seluruh masyarakat untuk membuka pandangan mengenai etika dalam menggunakan media baru di alam demokrasi Indonesia pada beberapa perspektif.

BAB II PEMBAHASAN

(4)

ditentukan oleh suara DPR yang sebelumnya dilakukan pemilihan secara langsung oleh rakyat.

Terdapat dua koalisi yang tergabung menjadi koalisi yang setuju dengan pemilihan kepala daerah secara langsung (Indonesia Hebat) dan koalisi yang tidak setuju dengan pemilihan kepala daerah secara langsung (Merah Putih). Secara matematis, sebenarnya pemilihan kepala daerah secara langsung dapat terwujud jika Partai Demokrat yang berkomitmen menjadi partai yang mengusung demokrasi masuk pada koalisi Indonesia Hebat. Tetapi hal itu sirna ketika partai yang diketuai oleh orang nomer satu di Indonesia itu memutuskan walk out dari sidang paripurna yang artinya suara dari fraksi mereka tidak dapat lagi digunakan dalam sidang tersebut. Dampaknya adalah "diserang"nya dewan tertinggi dari partai tersebut yang pada saat itu sedang berada di luar negeri lewat sosial media.

Sosial media yang merupakan wadah untuk menjalin hubungan sosial di dunia maya agar tak terbatas oleh ruang dan waktu memang telah berkembang secara fungsi. Pada jaman sekarang ini, sosial media menjadi wadah untuk menuangkan aspirasi, pendapat dan peluapan keluh kesah. Hal ini memang sudah kental dirasakan oleh masyarakat.

Seiring dengan fenomena keputusan pemilihan kepala daerah secara tidak langsung, sontak akun twitter milik SBY menjadi bulan-bulanan masyarakat yang tidak setuju akan keputusan yang telah diambil. Jika kita lihat dari segi demokrasi, hal ini akan menjadi hal yang biasa saja. Semua orang mungkin dapat berdalih dengan kata-kata demokrasi, yang artinya semua orang berhak mengeluarkan pendapatnya.

Fenomena ini telah dikenal dengan sebutan cyberbully. Cyberbully merupakan aksi di mana pelaku bertindak di luar batas kepada orang lain dengan cara mengirim atau memposting materi yang dapat merusak kredibilitas, menghina atau melakukan serangan sosial dalam berbagai bentuk, dengan memanfaatkan internet atau teknologi digital lainnya sebagai medianya. Medianya bisa berupa SMS, e-mail, posting di Facebook, Twitter, chatroom dan sebagainya, baik yang melalui komputer ataupun ponsel (ICT Watch). Jika dilihat dari pengertian cyberbully diatas, artinya hal ini telah dilakukan masyarakat Indonesia terhadap SBY. Sebagai manusia seharusnya SBY juga mendapatkan hak yang sama untuk menjalani aktifitas sosialnya di dunia maya. Hal yang memang tidak bisa dipungkiri bahwa beliau adalah seorang public figure apalagi menjabat sebagai orang nomer satu di Indonesia.

(5)

Penyampaian aspirasi maupun pendapat adalah hal yang sah, tetapi dengan bahasa yang seperti apa atau dengan cara seperti apa akan menjadi pembahasan utama dalam makalah ini. Robert W. McChesney (2000), mengatakan bahwa sistem media pada dasarnya merupakan kekuatan antidemokrasi (an antidemocration force).

Seperti apa yang sudah disampaikan penulis di atas mengenai cyberbully terhadap SBY, jika dilihat dari perspektif bahwa negara ini adalah negara demokrasi yang bebas dalam mengungkapkan aspirasinya memang hal ini menjadi sesuatu yang wajar. Tetapi, kadang banyak orang tidak mengetahui batasan-batasan yang digunakan dengan media canggih ini. Etika seakan-akan tidak berlaku dalam media yang tidak memiliki batas dan ruang ini. Untuk memperjelas lihat contoh gambar dibawah ini.

Gambar 1

(6)

kebebasan individu tidak dinyatakan tersedia di ruang nyata (Turkle 1997). Tapi dari perspektif praktek media baru, cyberstudies adalah, yang terbaik, sebuah proyek penelitian diperpanjang diperlukan, menggambar atas sejumlah bentuk berbasis empiris dan teoritis dari analisis, mencoba untuk memahami dan menentukan apa yang kita lakukan ketika kita sedang online, atau terlibat dalam interaksi tertentu dengan program komputer dan layar (aaaaaa).

(7)

Gambar 2

Seperti halnya gambar di atas, bagaimana seorang presiden digambarkan sebagai seorang badut yang tidak sepatutnya direpresentasikan kepada seorang presiden. Hal ini tidak bisa dilihat baik dalam segi etika maupun estetika yang berlaku. Bagi sebagian orang, tentu hal ini merupakan salah satu penolakan secara simbolik. Apapun alasannya baik unsur politik, ketidaksukaan, manajemen konflik tetap saja hal ini menjadi sesuatu yang sangat tidak etis.

Kebebasan berpendapat dalam media sosial berarti telah memasuki sebuah ruang publik. Konsep tentang ruang publik menggarisbawahi tiga poin penting tentang ruang publik yang ideal dan ini adalah partisipasi, non diskriminasi, otonomi dan wacana kritis rasional.

(8)

Ini berarti bahwa ruang publik harus menjadi sebuah forum terbuka untuk semua. Jika ada, ruang publik harus berkembang dari pluralitas dan keragaman pendapat sehingga menciptakan suatu pasar ide.

2. Otonomi:

Lingkup publik harus otonom karena otonom lingkungan kondusif untuk debat kritis dan rasional, di mana orang dapat mempekerjakan penuh penggunaan kemampuan mental mereka tanpa rasa takut dan nikmat.

3. Rasional atau analitis debat:

Ini adalah inti dan esensi dari masyarakat sphere. Menurut Habermas, orang-orang di rumah-rumah kopi dan salon memiliki setia kepada 'otoritas argumen yang lebih baik terhadap hirarki' (Habermas 1989: 36). Ketakutan dan mendukung dipandang sebagai penghinaan terhadap rasionalitas dan analisis yang merupakan urat dari ruang publik fungsional.

Relevansi konsep di atas dengan makalah ini ialah dimana perlakuan masyarakat di media sosial mengenai cyberbully di ruang publik tidak sesuai.

BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan

(9)

3.2 Saran

Saran yang disampaikan oleh penulis adalah agar masyarakat lebih saling menghargai dan lebih dewasa dalam menggunakan sosial media. Karena hal ini bisa saja menjadi salah satu pemicu perpecahan. Kembangkanlah citra negara kita dengan penggunaan sosial media secara baik dan dewasa, akan lebih baik jika Indonesia dapat menciptakan sebuah prestasi dalam media baru ini.

DAFTAR PUSTAKA K. Bertens. 2000. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

McChesney, Robert W. 2000. Rich Media, Poor Democracy: Communication Politics in Dubious Times. New York: the New Press.

Andrew Dewdney and Peter Ride. 2006. The New Media Handbook. Routledge.

Habermas, Jurgen. 1989. The Structural Transformation of the Public Sphere: An Inquiry Into a Category of Bourgeois Society. MIT Press.

Glen Creeber and Royston Martin. Digital Cultures “Understanding New Media”. Open University Press

(10)

Gambar

Gambar 1Melihat gambar di atas, merupakan salah satu contoh lepasnya kontrol penggunaan sosial
Gambar 2Seperti halnya gambar di atas, bagaimana seorang presiden digambarkan sebagai seorang

Referensi

Dokumen terkait

Kejang demam sederhana harus memenuhi semua kreteria antara lain : keluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy, memenuhi semua kreteria antara lain : keluarga penderita tidak

-Jumlah rumah sakit UPT Dinkes yang mendapat perlengkapan rumah tangga untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. -Pengadaan Perlengkapan Rumah Tangga

◦ Contoh: Seorang peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai statistik pada kelompok mahasiswa ilmu komunikasi (kelompok 1) dan mahasiswa psikologi..

9 Mulyono, Strategi Pembelajaran , (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hal.. Fungsi Komposisi Kelas XI MA Al Hikmah Langkapan Srengat Blitar di maknai dengan apakah

Berangkat dari kondisi rendahnya kapasitas kewirausahaan dan ketidaksiapan pedagang pasar tradisional menghadapi persaingan dari peritel modern, penelitian ini bertujuan untuk

Oleh karena itu, sebagai usaha untuk mengurangi dampak negatif dari mengonsumsi mie instan, maka labu kuning menjadi satu pilihan bahan untuk membuat mie instan, karena labu

Berdasarkan masalah tersebut, pembahasan yang akan diulas yaitu mengenai standar akuntansi, karakteristik kualitatif informasi laporan keuangan, pengakuan unsur-unsur

Jika warna favorit kamu hijau, maka kamu adalah tipe yang sangat romantik, menyukai keindahan, menyenangi alam dengan udara yang sejuk.. Kamu adalah seseorang yang selalu