• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usaha Kecil-Januari 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Usaha Kecil-Januari 2008"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

VOLUME VI JANUARI 2008

(2)

Berkhas merupakan salah satu media Akatiga yang menyajikan kumpulan berita dari berbagai macam surat kabar, majalah, serta sumber berita lainnya. Jika pada awal penerbitannya kliping yang ditampilkan di Berkhas dilakukan secara konvensional, maka saat ini kliping dilakukan secara elektronik, yaitu dengan men-download berita dari situs-situs suratkabar, majalah, serta situs-situs berita lainnya.

Bertujuan untuk menginformasikan isu aktual yang beredar di Indonesia, Berkhas diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam pencarian data atas isu-isu tertentu. Berkhas yang diterbitkan sebulan sekali ini setiap penerbitannya terdiri dari isu Agraria, Buruh, dan Usaha Kecil.

(3)

D a f t a r I si

Jendela UMKM dan Koperasi --- 1

Penjualan UKM Babel Rp340 miliar --- 3

Usaha Kecil Mulai Tersendat --- 4

Kemitraan ritel dengan usaha kecil paling telat 2009 --- 6

Mencermati tren kelahiran 'bayi' sejumlah raksasa ritel --- 7

Mengemas Pasar Tradisional Berbasis Budaya dan Wisata --- 9

Perpres Pasar Masih Diragukan --- 12

Sejumlah UKM dan Tempat Usaha Tutup --- 13

'Ciptakan iklim positif buat UKM' --- 14

Kredit UMKM Rp83 miliar dicairkan --- 15

Produktivitas UMKM Dapat Meningkat melalui Koperasi --- 16

Produktivitas UMKM Dipacu--- 17

Minyak Langka, Buruh UKM Dirumahkan --- 18

Pemerintah Tetap Tidak Pedulikan Pasar Tradisional --- 19

2008, Kredit Bukopin Tetap Andalkan UMKM --- 20

Draf PMK UMKM tidak atur dana bergulir --- 21

'Perpres Perpasaran dorong penerapan trading term' --- 22

Sumut gelar pameran berkala UKM --- 23

Perajin Ukiran Kesulitan Bahan Baku --- 24

Dana bergulir UMKM Sulut Rp9 miliar --- 25

Kementerian PDT berambisi bangun 25.000 keuangan mikro --- 26

'Larang peritel dekat pasar jual bahan pokok' --- 27

Produk UKM Dominasi Ekspor Yogyakarta --- 28

Tepun terigu UKM di Ujung Tanduk, Ayo Selamatkan! --- 29

Usaha Kecil Guncang --- 32

PMK modal UKM perlu optimalkan dana bergulir --- 34

Kesiapan UKM Pendukung Terus Ditingkatkan--- 35

Mendongkrak Daya Beli, Memberdayakan KUKM --- 36

7 UKM di Jababeka peroleh penguatan modal --- 38

Visit Musi dan Bayang-bayang UKM --- 39

Sertifikasi Tanah Lambat, Akses Kredit Terbatas --- 41

(4)

'Peritel tidak adil soal merek toko' --- 43

UKM Malaysia lebih antisipatif --- 44

Belum Sentuh UMKM --- 45

120 Usaha kecil roti gulung tikar --- 46

'Dekopin agar urus pasar tradisional' --- 48

Devisa kerajinan Bali US$229 juta --- 49

Industri Kecil Terpuruk --- 50

KUKM Tahu Ditawari Kredit --- 51

62 BMT prakarsai perusahaan modal ventura --- 52

Visit Musi Belum Berdampak bagi UKM --- 53

Industri Kecil Terancam Gulung Tikar --- 54

Syarat Kredit UKM Masih Berat --- 56

'Industri kecil harus naikkan harga' --- 57

'Pasar ritel asing di menengah atas' --- 58

'Trading term ritel modern langgar perpres' --- 59

Pemberdayaan UKM Butuh Kordinasi --- 61

Perajin Sutra Butuh Modal --- 62

"Sauyunan" Perhatikan UMKM --- 63

(5)

Pikiran Rakyat Rabu, 02 Januari 2008

Je n d e la UM KM d a n Kop e r a si

" M e w u j u d k a n D e m ok r a si Ek on om i d e n g a n Kop e r a si"

Pengantar

Mengawali tahun 2008, "Pikiran Rakyat" bekerja sama dengan Ikopin membuka rubrik Jendela UMKM & Koperasi. Rubrik ini akan menampilkan artikel konsepsional, tematik, sajian khusus mengenai kegiatan koperasi, usaha kecil dan menengah usaha/koperasi syariah, dan program inkubasi bisnis secara berkala.

Sehubungan dengan itu, kami mengundang para pelaku usaha untuk mengirimkan berbagai informasi atau masalah yang tengah dihadapi dalam praktik usaha untuk dikaji dalam rubrik ini. Informasi itu akan menjadi bahan yang berguna untuk pelaku UMKM lainnya. Untuk hasil tersebut dapat disampaikan ke LPPM Ikopin di Kawasan Pendidikan Tinggi Jatinangor, telefon (022) 7796033 faks. (022) 7796033 atau "e-mail" sekrek@ikopin.ac.id.

Pada kesempatan pertama, Redaksi menampilkan tulisan lepas Ketua Dewan Penyantun Ikopin, Prof. Dr. Ir. H. Ginandjar Kartasasmita dengan judul "Mewujudkan Demokrasi Ekonomi dengan Koperasi". Semoga rubrik ini bermanfaat bagi pembaca.

Redaksi

DI tengah euforia masyarakat ekonomi kita terhadap sistem kapitalisme --walaupun dalam banyak kesempatan, sistem ini dicerca-- boleh jadi saya termasuk orang masih berkeyakinan bahwa koperasi adalah bentuk ideal sistem ekonomi kita. Selain alasan yang sangat pribadi, yakni pengalaman ibu saya yang lama berkecimpung dalam gerakan koperasi dan beliau berhasil mampu memberi manfaat bagi kesejahteraan anggota koperasinya, juga ada alasan lain yang lebih bersifat konsepsional.

Pertama, keyakinan bahwa demokrasi politik saja tidak mencukupi karena harus disertai demokrasi ekonomi. Kedua, ekonom penerima nobel, Amartya Sen (2000), menyatakan adanya relasi antara demokrasi ekonomi dan usaha mengatasi kemiskinan. Ketiga, reformasi yang saat ini terus berjalan belum sepenuhnya berjalan dalam bidang ekonomi.

Harus diakui, perekonomian dunia tidak dapat menghindar dari kecenderungan pasar bebas. Namun, kedaulatan ekonomi tidak bisa hanya bergantung pada mekanisme pasar semata. Faktanya mekanisme pasar itu tidak mampu menghasilkan kesejahteraan yang berkeadilan. Pasar bebas cenderung memperkuat kedudukan yang kuat, yang pada akhirnya hanya menciptakan kegagalan pasar.

Koperasi sebagai instrumen pertumbuhan ekonomi masyarakat hingga saat ini masih memiliki peran penting. Bahkan di negara-negara maju sekalipun, peran koperasi masih diperhitungkan.

Di beberapa kawasan Asia seperti Jepang maupun Taiwan, perekonomian rakyat berkembang sehat dan terkait erat dengan sistem perekonomian secara nasional. Amerika yang sangat kapitalis sekalipun, dalam menjalankan ekonominya ternyata menerapkan konsep dan prinsip-prinsip koperasi sebagai organisasi ekonomi yang digerakkan atas keswadayaan anggota.

(6)

Pikiran Rakyat Rabu, 02 Januari 2008

Koperasi merupakan gerakan yang tumbuh berdasarkan kepentingan bersama. Ini mengandung makna, bahwa dinamika koperasi harus selaras dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama. Ajaran ekonomi kelembagaan dari John Commons menekankan, keanggotaan koperasi tidak berdasarkan kekuatan modal, tetapi berdasar pada pemilikan usaha betapa pun kecilnya. Walaupun demikian, koperasi berbeda dengan organisasi swadaya (self-help organization) lainnya (Hanel, 1985:36).

Koperasi melalui pendidikan

Peran anggota merupakan indikator penting dalam mengenali koperasi secara universal. Anggota adalah pemilik sekaligus pelanggan atau pengguna jasa ekonomi koperasi. Kedua peran tersebut menjadi kriteria identitas (identity criterion) bagi koperasi. Peran atau identitas ganda (dual identity) koperasi menunjukkan bahwa yang melakukan kerja sama (cooperation) adalah manusia atau anggotanya. Baik pada saat mengelola maupun pada saat memanfaatkan hasil usaha koperasi. Peran unik dari anggota inilah yang dijadikan acuan dalam mengenali sistem koperasi di berbagai negara.

Walaupun saat ini terjadi indikasi perapuhan peran itu, tetapi sampai saat ini saya berkeyakinan, bahwa koperasi akan, dapat, dan harus berkembang dalam suasana kemandirian yang demokratis. Artinya, berkembang atau tidaknya koperasi sangat bergantung pada seberapa kuat fundamen internal mendukung ketercapaian tujuan berkoperasi. Faktanya selama ini, baik koperasi yang berhasil maupun koperasi yang mengalami kegagalan, lebih banyak disebabkan oleh kerapuhan internal organisasi. Kalaupun ada kontribusi lingkungan strategis eksternal koperasi terhadap kegagalan koperasi, justru sering diakibatkan oleh "pisau bermata dua" kebijakan yang digulirkan.

Sekarang masalahnya dari mana kita harus membenahi benang kusut pembangunan koperasi. Dan menempatkan koperasi dalam posisi yang sejati sebagai sistem demokrasi ekonomi. Menurut hemat saya, ini harus dimulai dengan memerhatikan secara serius penyelenggaraan pendidikan sumber daya manusia koperasi. Lembaga pendidikan yang kokoh dan tangguh akan meniscayakan kinerja koperasi yang senyatanya di masa depan. Untuk itu, perhatian dan dukungan yang serius untuk tumbuhnya institusi pendidikan koperasi yang bermutu harus menjadi perhatian kita bersama dan menjadi agenda nasional.

(7)

Bisnis I ndonesia Kamis, 02 Januari 2008

Pe n j u a la n UKM Ba b e l Rp 3 4 0 m ilia r

PANGKALPINANG: Sektor usaha kecil dan menengah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada 2007 membukukan transaksi Rp340 miliar dan keuntungan Rp135 miliar.

"Dari sisi pertumbuhan usaha baru mencapai 3%," kata Kepala Sub Dinas Perindustrian, Dinas Perindagkop dan UKM Provinsi Bangka Belitung, Herry, Selasa.

UKM di provinsi ini tercatat 2.230 unit, yang di antaranya bergerak di bidang industri kerupuk kemplang, kericu, getas, wedang jahe, pempek, kerajinan berbahan baku timah, kain tenun cual, jasa perbengkelan, elektronik dan teknologi informasi.

(8)

Republika Kamis, 03 Januari 2008

Usa h a Ke cil M u la i Te r se n d a t

Se b a g ia n m e r e k a t u t u p k a r e n a t a k p u n y a m in y a k t a n a h

.

BANDUNG -- Kelangkaan minyak dalam dua pekan terakhir, mulai membuat usaha kecil di Kota Bandung 'tersengal'. Sebagian mereka telah menutup tempat usahanya untuk sementara waktu.

''Sudah tiga hari ini saya tidak lagi buka warung nasi kuning. Habis sudah persediaan minyak saya,'' tutur Atin Supriatin (36 tahun), warga Titimplik, Kota Bandung saat mengantre minyak tanah di depan Pasar Cihaurgeulis, Rabu (2/1). Otomatis, menurut dia, dalam tiga hari ini dirinya sama sekali tidak memperoleh penghasilan.

Untuk bisa membuka kembali warung nasinya, Atin rela mengantre berjam-jam di agen penyalur minyak. Sejak pukul 06.00 WIB bersama sekitar seratus warga yang lain dia berbaris di agen tersebut. Dia pun berharap sangat besar krisis minyak tanah ini tidak berkepanjangan sehingga usahanya bisa kembali lancar.

Hal serupa juga dikemukakan seorang pembuat roti untuk skala industri rumah tangga asal Cihaurgeulis, Tatang Suryana (26). Dia juga mengaku sudah tiga hari terakhir, usaha pembuatan rotinya terhenti karena tidak mendapatkan minyak tanah.

Pertamina area Bandung meminta kepada 250 agen di Bandung, Cimahi, Sukabumi, Cianjur, dan Sumedang memprioritaskan penyaluran minyak tanah di tingkat rumah tangga. Bahkan jika perlu, penyaluran minyak ke pengecer dihentikan sampai kelangkaan minyak tanah di lima daerah itu teratasi.

Demikian disampaikan Sales Representatif Ritel BBM Sales Pertamina Area Bandung, Zibali Hizbul Masih, kepada Republika, Rabu (2/1). Dalam waktu dekat ini, rencananya Pertamina akan memberlakukan operasi pasar (OP) minyak tanah. ''Akan dilakukan dalam waktu dekat ini, tapi kami baru akan melakukan rapat,'' kata dia.

Berdasarkan data yang dimiliki Pertamina, kelangkaan terjadi pada sepekan sebelum pergantian tahun. Hal ini terjadi karena dua faktor. Pertama, kata Zibali, di masyarakat terjadi rumor harga BBM akan naik, sehingga masyarakat ataupun pengecer panik dan membeli minyak tanah dalam jumlah besar.

Kedua, lanjut Zibali, pasokan dari Pertamina saat perayaan Natal dan Tahun Baru berhenti. Karena tidak ada penyaluran, minyak tanah di tingkat pengecer kosong, sehingga masyarakat menyerbu pangkalan dan terjadilah antrean panjang.

Zibali menjelaskan, sebenarnya pasokan minyak tanah banyak. Namun penyalurannya diatur oleh kuota, sehingga pihaknya tidak bisa mengeluarkan pasokan seenaknya. Hingga kini, pasokan minyak tanah di lima daerah masih normal, yakni sebanyak 2.500 kilo liter per hari.

(9)

Republika Kamis, 03 Januari 2008

Kelangkaan minyak tanah di Kabupaten Karawang semakin parah. Sejak Rabu (2/1) sekitar pukul 09.00 WIB, ratusan warga antre minyak tanah di sejumlah pangkalan. Bahkan, di beberapa tempat penjualan, dalam waktu tiga jam minyak tanah tersebut langsung habis. Selain itu, dalam antre minyak tanah sempat diwarnai kericuhan.

Ketua DPC Hiswana Migas Purwakarta, Auh Solehudin, menyatakan, distribusi minyak tanah untuk wilayah Purwakarta, Subang, dan Karawang, belum mendapatkan pengurangan. Pasalnya, wilayah Purwasuka belum kebagian jatah konversi gas elpiji.

(10)

Bisnis I ndonesia Jumat, 04 Januari 2008

Ke m it r a a n r it e l d e n g a n u sa h a k e cil p a lin g t e la t 2 0 0 9

JAKARTA: Toko modern dan pusat belanja wajib melakukan kemitraan dengan usaha kecil paling lambat akhir 2009, menyusul diterbitkannya Perpres No. 112/2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern pada 27 Desember 2007.

Berdasarkan pasal 18 ayat (5) Perpres Perpasaran, pusat belanja dan toko mo-dern yang beroperasi wajib melaksanakan program kemitraan paling telat dua tahun sejak Perpres Perpasaran diterbitkan pada 27 Desember 2007.

"Program kemitraan dalam perpres dituangkan dalam bentuk kerja sama pasok barang, dan terkait untuk mendapatkan izin," kata Direktur Bina Pasar dan Distribusi Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perdagangan Gunaryo, kemarin.

Gunaryo menjelaskan hanya usaha skala kecil yang dimasukkan dalam program kemitraan itu sesuai dengan UU No. 9/1995 tentang Usaha Kecil, sedangkan usaha menengah dan besar digolongkan dalam kerja sama.

"Kalau usaha kecil dengan usaha menengah dan besar itu disebut kemitraan. Sedangkan usaha menengah dan besar itu digolongkan dalam kerja sama."

Dalam kesempatan terpisah, Sekjen Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) Tutum Rahanta mendukung kebijakan pemerintah yang mewajibkan peritel modern bermitra dengan usaha kecil.

"Sekarang pun sudah berjalan kemitraan [di ritel modern]," tegas Tutum.

Tutum menjelaskan peran pemasok usaha kecil dan menengah (UKM) di toko modern berkisar 25% hingga 50% dari total barang yang dijual.

Pemasok UKM di department store kelas menengah menyuplai lebih dari 50% jenis barang, sedangkan dept. store kelas atas hanya 25%-30%, sementara itu minimarket, supermarket, dan hipermarket, pasokan dari UKM berkisar 30%.

Dari Perpres No. 112/2007 yang menyebutkan soal kemitraan ada di pasal 9. Isi pasal tersebut mengatakan peritel harus membuat perjanjian kerja sama dengan pemasok dengan tidak memungut biaya administrasi pendaftaran barang (selama ini populer dengan istilah listing fee).

Pasal 9 juga menjelaskan pembayaran kepada pemasok kecil dilakukan secara tunai atau jika ada alasan teknis dapat dilakukan selambatnya 15 hari setelah dokumen penagihan diterima, dengan memperhitungkan biaya risiko dan bunga untuk pemasok usaha kecil.

(11)

Bisnis I ndonesia Jumat, 04 Januari 2008

M e n ce r m a t i t r e n k e la h ir a n 'b a y i' se j u m la h r a k sa sa

r it e l

Setelah didahului oleh pesaingnya, akhirnya Carrefour siap-siap untuk melakoni bisnis toko modern dengan skala areal luas belanja yang lebih kecil, pascaakusisi PT Alfa Retailindo Tbk (Alfa).

Sebenarnya desas-desus Carrefour bakal 'mencaplok' Alfa Retailindo sudah terdengar Juli 2007. Isu tersebut merebak di sela-sela finalisasi negosiasi akuisisi Alfa Retailindo oleh PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk.

Kabar akuisisi Alfa Retailindo oleh Carrefour makin kencang berembus sebulan terakhir. Sementara itu, upaya Ramayana untuk membeli Alfa Retailindo telah terhenti sejak memasuki minggu terakhir September.

Namun, setiap kali diminta konformasinya, dengan piawai pihak Alfa ataupun Carrefour menutupi rencana itu. Isu kemudian mengerucut pada rencana Carrefour membuka format supermarketnya yang bermerek Champion dengan cara mengakuisisi Alfa.

Ketika ditanyakan kebenarannya, Komisaris PT Alfa Retailindo Tbk Djoko Susanto sampai bersumpah akan menyediakan rumah Rp1 miliar jika isu itu terbukti.

Sementara itu, Christian Charitat, Direktur Operasional PT Carrefour Indonesia secara tegas menyatakan tidak mungkin Carrefour memboyong Champion ke Indonesia.

"Supermarket itu kompetitor Carrefour. Jadi kenapa harus membawa Champion ke Indonesia," jelas Christian Charitat saat ditemui di Lampung belum lama ini.

Sampai akhirnya kedua perusahaan tersebut mengumumkan di media (19 Des.) telah terjadi nota kesepahaman pada 17 Des., dan Carrefour akan membeli 75% saham Alfa. Dalam pengumumannya Carrefour menjelaskan kegiatan usaha di Indonesia adalah supermarket dan hipermarket.

Merek hipermarket

Jika memang bukan dengan cara menggotong merek supermarketnya ke Indonesia pasca akuisisi, berarti besar kemungkinan merek yang akan dipakai oleh Carrefour untuk 29 toko Alfa adalah sama dengan merek hipermarketnya (Carrefour).

Alfa memiliki format hipermarket yang diberi merek Alfa Toko Gudang Rabat dengan luas toko di atas 6.000 m2 , sedangkan format supermarketnya bermerek Alfa Supermarket dengan luas gerai 2.000-3.000 m2 .

Bila itu benar terjadi berarti sama dengan pesaing yang lain, Carrefour akan gencar melakukan ekspansi untuk gerai hipermarket yang kompak, atau dengan gerai yang luasnya lebih kecil.

(12)

Bisnis I ndonesia Jumat, 04 Januari 2008

Gaya ekspansi

Masalahnya, gaya hipermarket masuk ke skala supermarket kerap membuat konsumen kecele. Mereka datang ke toko bermerek hipermarket dengan harapan lebih murah, nyatanya toko itu berformat supermarket.

Sebaliknya jika diyakini masih masuk dalam format hipermarket, jumlah produk yang dipajang amat terbatas. Tidak seperti di hipermarket yang bisa menjumpai segala macam keperluan (one stop shopping).

Berdasarkan Perpres Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, ada batas luasan areal yang berimpitan dari beberapa format toko modern.

Misalnya, toko dengan luas 5.000 m2 bisa dikelompokkan sebagai supermarket atau hipermarket,sedangkan toko dengan luas 400 m,2 bisa masuk dalam kelompok supermarket dan minimarket.

Carrefour belakangan ini semakin mendekati batas minimal luas gerai hipermarket sesuai dengan perpres, yaitu dengan mengoperasikan Carrefour Cikokol yang luas gerainya hanya 5.071 m2.

Dari dokumen hasil pendataan Depdag, dari 23 toko Carrefour yang ditelusuri terdiri dari luas 10.000 m2 (1 toko), 9.000 m2 (4 toko), 8.000 m2 (9 toko), 7.000 m2 (2 toko), 6.000 m2 (5 toko), 5.000 m2 (2 toko).

"Bila Carrefour membuka outlet baru, dalam sekejap akan melesat penjualannya. Apalagi minat Carrefour turun ke [format toko] lebih bawah, jadi lebih cepat lagi," papar Sekjen Aprindo (Asosiasi Pengusaha ritel Indonesia) Tutum Rahanta.

Keperkasaan Carrefour tampak dari laporan majalah Retail Asia. Pada 2006, dengan 24 toko Carrefour mampu menduduki peringkat kedua perolehan omzet di Indonesia, yakni Rp7,23 triliun.

Bisa dibayangkan, omzet Carrefour jika mengambil alih 29 toko Alfa, plus sejumlah pembukaan gerai baru.

Anggota KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) Syamsul Maarif memproyeksikan Carrefour akan mendominasi industri ritel di Indonesia. (linda.silitonga@bisnis. co.id)

(13)

Suara Pembaruan Jumat, 04 Januari 2008

M e n g e m a s Pa sa r Tr a d ision a l Be r b a sis Bu d a y a d a n

W isa t a

Pengantar

Menyambut Visit Indonesia Year 2008, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata melancarkan sejumlah jurus untuk menjaring wisatawan. Tidak semua jurus menggunakan formula baru. Tahun ini, Pasar Tradisional diberdayakan sebagai salah satu potensi wisata. Tentu saja, formatnya mesti berbasis budaya. Jika digarap dengan sangat serius, bukan mustahil potensinya memang besar.

SP/Ruht Semiono

Pasar terapung di Sungai Barito, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, merupakan salah satu pasar tradisional yang unik dan dapat menjadi salah satu tujuan wisata.

Masyarakat mendefinisikan pasar sebagai tempat transaksi jual beli, baik pasar tradisional maupun pasar modern. Meskipun, ada banyak bingkai yang bisa digunakan untuk melihat maksud dan tujuan dari keberadaan pasar. Hakekatnya, pasar adalah suatu sistem, bagian dari komponen-komponen yang terkait dengan bidang lain seperti, kehidupan ekonomi, sosial budaya, teknologi, bahkan agama suatu masyarakat.

Menengok tujuan awalnya, pasar tradisional didirikan untuk tujuan sosialisasi antar masyarakat. Sosialisasi ini dimaksudkan untuk membangun komunikasi dan relasi antar masyarakat sekitar, bahkan sebagai tempat untuk bertukar dan menyebarkan informasi.

Pasar sebagai tujuan sosialisasi ini berdampak pula dengan barang-barang yang diperjualbelikan. Misalnya, Anda akan kesulitan menemukan jajanan khas orang Sumatera Utara seperti lepet, atau ombus-ombus, di pasar Beringharjo, Jogjakarta. Begitu pun sebaliknya.

Sementara, dalam kegiatan ekonomi, dan kehidupan masyarakat, pasar menjadi pranata penting. Keberadaan pasar tak lepas dari kebutuhan ekonomi masyarakat. Pembeli membutuhkan penjual, dan sebaliknya. Pemenuhan kebutuhan akan barang-barang ini pun memerlukan tempat yang praktis untuk bertransaksi.

Secara umum, pasar tradisional dan pasar modern dibedakan dengan kondisi fisik bangunan yang berbeda. Parahnya, kesan becek, bau, kotor, dan sumpek melekat kuat pada pasar tradisional. Kesemrawutan juga mewarnai wajah pasar hingga ke lingkungan sekitar, dan tentunya menimbulkan kemacetan lalu lalang kendaraan yang melintas.

Sementara, pasar modern memiliki bangunan megah, fasilitas menunjang yang memadai, dan nyaman. Selain dapat menyediakan kebutuhan dengan lengkap, pasar modern dapat memberikan kemudahan dalam sistem pembayaran seperti pembayaran tunai, debet dari kartu ATM, ataupun kredit. Dengan demikian, pasar modern menjadi pilihan utama masyarakat dewasa ini. Selain nyaman, kehadiran pasar modern kian menjamur dan mudah ditemui dimana saja. Bahkan pasar modern sekelas minimarket mudah dijumpai hingga ke daerah perkampungan rumah-rumah penduduk.

(14)

Suara Pembaruan Jumat, 04 Januari 2008

Apalagi regulasi atau aturan hukum yang ada tidak cukup kuat membela rakyat kecil. Pemerintah setempat, yang wilayahnya dipenuhi dengan hypermarket, mal, dan mart juga tidak cukup lihai melihat fenomena ini sebagai awal keterpurukan pasar tradisional. Sementara, aturan main lebih memprioritaskan kepentingan pemilik modal daripada rakyat kecil sebagai pengguna pasar tradisional.

Antropolog Universitas Indonesia, Semiarto Adji yang ditemui SP jelang pembukaan kegiatan Lokakarya Pemberdayaan Pasar Tradisional di Era Hypermarket mengatakan, dilihat dari sisi ekonomi, masyarakat terbagi dua yakni, masyarakat sederhana dan masyarakat kompleks. Masyarakat sederhana yakni, kaum petani, dan rakyat kecil, sedangkan masyarakat kota, dan pemilik modal digolongkan Adji sebagai masyarakat kompleks.

Fenomena keterpurukan pasar tradisional ini, tak lepas dari isu eksploitasi masyarakat sederhana oleh masyarakat kompleks. Ujung-ujungnya, masyarakat sederhana tadi akan semakin terkikis dan bukan tidak mungkin lenyap begitu saja.

Hal serupa juga disampaikan Sri-Edi Swasono, ketika ditemui SP dalam pembukaan Lokakarya Pemberdayaan Pasar Tradisional di Era Hypermarket di Balairung, Gedung Sapta Pesona -Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (28/11). Menurut Edi, kehadiran sejumlah hypermarket, mal, bahkan minimarket bukan saja menggusur pasar tradisional dengan alasan modernisasi, tapi juga menelantarkan rakyat kecil lewat sejumlah pembangunan dan penggusuran. Hal ini tak ubahnya dengan upaya memberantas orang miskin, bukan pengentasan kemiskinan.

Berangkat dari beragam alasan yang melatarbelakanginya, pemerintah kini bersama-sama mengumpulkan kekuatan dan berupaya membangun kembali pasar tradisional. Lagi lagi, lewat kegiatan pemberdayaan pasar tradisional, lokakarya, dan workshop. Kegiatan ini berulang-ulang digongkan. Namun, kali ini pemberdayaan pasar tradisional akan didasarkan dari aspek budaya dan wisata. Usaha pemerintah ini diawali dengan sosialisasi pasar tradisional di kota Depok, Juni 2004 lalu, dan bergulir ke sebelas kota-kota lain di Indonesia. Upaya ini terus berlanjut hingga kepada kegiatan Lokakarya Pemberdayaan Pasar Tradisional di Era Hypermarket yang diselenggarakan di Jakarta, 28 - 30 November 2007.

Di sisi lain, pemerintah juga tengah berupaya meningkatkan sektor pariwisata negara. Melalui pasar tradisional berbasis budaya dan wisata, diharapkan dapat membantu perkembangan sektor pariwisata. Sektor ini merupakan satu dari sekian sektor lain yang selama ini memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian negara dan diandalkan sebagai sumber devisa negara.

(15)

Suara Pembaruan Jumat, 04 Januari 2008

Pasar-pasar inilah yang coba digalakkan pemerintah, selain memberikan kontribusi di sektor ekonomi, pasar berbasis budaya dan wisata diyakini mampu menarik kunjungan wisatawan, baik mancanegara maupun lokal.

Terintegrasi

Bicara mengenai pasar tradisional berbasis budaya dan wisata, ada banyak aspek terkait yang harus diperhatikan tentunya. Misalnya, fisik bangunan. Menurut Direktur Jenderal Nilai Budaya, Seni, dan Film, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Muklis Paeni, setiap pasar tradisional memiliki ciri bangunan fisik yang khas. Baiknya, lanjut Muklis, pasar tradisional nanti diarahkan ke ciri fisik yang khas dengan wilayah setempat. Bahkan, barang-barang yang dijual pun harusnya menggambarkan kultur setempat.

Tidak jauh berbeda dengan yang diharapkan Meutia F Swasono. Ditemui SP di Jakarta, baru-baru ini, dia mengatakan, penting untuk memperhatikan kondisi fisik bangunan dengan mempercantik penataan ruangnya.

Pasar antik yang terletak di Jalan Surabaya, Menteng, misalnya. Pasar yang menjual barang-barang antik ini bisa dikategorikan dalam pasar tradisional berbasis budaya dan wisata. Setiap hari selalu saja ada orang bule terlihat disana. Hal ini tentunya baik dikembangkan.

(16)

Kompas Sabtu, 05 Januari 2008

Pe r p r e s Pa sa r M a sih D ir a g u k a n

Bu t u h Ke t e g a sa n Pe m d a

Jakarta, Kompas - Peraturan presiden yang dinantikan untuk menyelesaikan konflik kepentingan pasar modern dan pasar tradisional akhirnya diterbitkan. Akan tetapi, efektivitas Perpres Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern ini diragukan.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dalam jumpa pers "Kinerja Departemen Perdagangan Tahun 2007" di Jakarta, Jumat (4/1), mengatakan, di pengujung tahun 2007, Perpres No 112/2007 merupakan pencapaian penting yang dilakukan pemerintah.

Perpres itu diperkuat dengan Perpres No 111/2007 tentang Perubahan Atas Perpres No 77/2007 mengenai daftar bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal.

Mari mengatakan, lokasi pusat perbelanjaan, baik modern dan toko modern maupun pasar tradisional, haruslah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) kabupaten dan kota.

Perpres ini bertujuan menciptakan ketertiban persaingan dan menyeimbangkan kepentingan produsen, pemasok, dan konsumen dalam penyelenggaraan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern.

Menyangkut pola kemitraan, Menperdag menegaskan, "Kemitraan antara pemasok usaha kecil maupun menengah dan pasar modern dilakukan atas dasar perjanjian tertulis yang berbahasa Indonesia dan memegang asas berkeadilan."

Selain itu, perpres tersebut mengharuskan adanya aturan menyangkut aneka masalah yang selama ini mencerminkan ketidakadilan bagi pemasok, di antaranya potongan harga reguler, harga tetap, harga khusus, harga promosi, biaya promosi, serta distribusi dan administrasi.

Sanksi

Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) DKI Jakarta Hasan Basri meragukan sanksi yang bakal dikenakan menyangkut masalah zonasi keberadaan pasar atau toko modern yang menghambat pertumbuhan pasar tradisional.

"Kita akan lihat implementasi. Apabila zonasi diberlakukan secara abu-abu oleh pemerintah daerah, APPSI akan menggugat pemda maupun pemerintah pusat," tegas Hasan.

(17)

Kompas Sabtu, 05 Januari 2008

D AM PAK BAN JI R

Se j u m la h UKM d a n Te m p a t Usa h a Tu t u p

Solo, Kompas - Banjir yang melanda beberapa daerah di Jawa Tengah, seperti di Kota Solo dan sekitarnya, Kabupaten Kudus dan sekitarnya, serta di Kota Semarang, juga merendam sejumlah kawasan industri kecil dan menengah di sana. Akibatnya, sejumlah tempat usaha tutup dan pengusaha rugi.

Berdasarkan informasi yang dihimpun pada Jumat (4/1), tempat kerja sekitar 20 perajin dandang dan kompor di Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, terendam dan ditutup sejak 26 Desember 2007. Di kawasan Juanda dan sekitarnya, beberapa pertokoan dan pabrik pun terendam.

Ketua Kelompok Usaha Dandang Kompor Semanggi FX Hartoyo mengemukakan, tempat usaha dandang dan kompor di daerah itu tergenang sekitar seminggu. "Tempat kerja, bahan baku, dan alat-alat kerja terendam. Sebagian harus kami perbaiki," ujar Hartoyo, yang tempat usahanya rugi Rp 10 juta.

Sumartono Hadinoto (51), pemilik pabrik aplikator aluminium, kaca arsitektur, plafon gipsum, dan perlengkapan interior di Jalan Juanda 150, Solo, mengemukakan pula, sejak banjir Desember lalu, kantornya tutup karena terendam air.

"Sebagian karyawan saya tidak masuk karena rumah mereka juga ikut terendam. Kami baru mulai operasi lagi mulai 2 Januari 2008. Sebagian permintaan konsumen saya terpaksa ditunda karena situasi banjir ini," ujarnya,

Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Kota Solo Febria Roekmini menyatakan, pihaknya sejauh ini masih mendata jumlah UKM di Kota Solo yang terganggu akibat bencana banjir.

Rugi miliaran

Banjir juga merendam kawasan industri di Kelurahan Telukan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, selama beberapa hari. Kerugian diperkirakan puluhan miliar rupiah.

Di salah satu titik kawasan, yakni di Jalan Industri I, Telukan, terdapat lebih dari 40 pabrik besar yang terendam banjir setinggi dada orang dewasa. Pabrik-pabrik itu memproduksi plastik, mebel, garmen, sampai barang cetakan.

Galih Agus Satmoko dari CV Multi Cipta Busana yang memproduksi pakaian anak-anak untuk pasar dalam dan luar negeri mengungkapkan, perusahaannya rugi sekitar Rp 1,4 miliar. Sebesar Rp 1 miliar adalah kerugian akibat kerusakan bahan-bahan produksi, seperti benang dan kain, pakaian jadi siap kirim, mesin- mesin, dan alat bantu produksi. Adapun Rp 400 juta lainnya adalah kerugian akibat pabrik tidak bisa berproduksi dua minggu, serta kerusakan instalasi listrik di bangunan gedung.

"Sebenarnya, kami merencanakan produksi lagi hari Kamis kemarin. Namun banyak sekali yang harus dibersihkan, dan mesin belum selesai diperbaiki sehingga Senin pekan depan baru akan produksi lagi," kata Galih.

(18)

Bisnis I ndonesia Senin, 07 Januari 2008

'Cip t a k a n ik lim p osit if b u a t UKM '

TULUNGAGUNG, Jawa Timur: Ketua DPR-RI Agung Laksono mengatakan pemerintah harus mampu menciptakan iklim yang lebih baik bagi tumbuhnya usaha kecil dan menengah (UKM) dalam berbagai bidang di Indonesia, karena usaha skala itu sangat penting menciptakan lapangan kerja, menyerap investasi, dan sebagian mampu menghasilkan produk yang layak ekspor.

Hal itu dia sampaikan saat berdialog dengan para perajin batu alam berupa batu marmer di Desa Campurdarat, Kecamatan Campurdarat, Tulungagung, Jawa Timur, pekan lalu.

Agung juga mengukuhkan kepengurusan Asosiasi Perajin Batu se-Indonesia (Apbindo) periode 2008-2012 yang dipimpin Ketua Umum Ahmad Umar.

(19)

Bisnis I ndonesia Senin, 07 Januari 2008

Kr e d it UM KM Rp 8 3 m ilia r d ica ir k a n

SRAGEN: Kredit usaha mikro kecil dan menengah sebesar Rp83,15 miliar telah dicairkan melalui kerja sama Linkage Program Bank Umum dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Wilayah Eks Karesidenan Surakarta.

Pimpinan Bank Indonesia Solo Dewi Setyawati mengatakan hal itu di sela-sela mendamping Deputi Gubernur Bank Indonesia Ardhayadi M, ketika me-nyerahkan bantuan banjir di Sragen, pekan lalu.

Bank Indonesia terus berupaya untuk mendorong kerja sama dalam bentuk keterkaitan program antara Bank Umum dan BPR dalam rangka meningkatkan penyaluran kredit kepada UMKM.

Linkage program merupakan sinergi antara Bank Umum dan BPR untuk memadukan kekuatan yang dimiliki sekaligus mengatasi kelemahan yang ada untuk saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

(20)

Jurnal Nasional Selasa, 08 Januari 2008

Pr od u k t iv it a s UM KM D a p a t M e n in g k a t m e la lu i

Kop e r a si

Padang | Selasa, 08 Jan 2008

TAHUN ini Dinas Koperasi (Diskop) dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) menargetkan pertumbuhan produktivitas usaha mikro kecil menengah (UMKM) mencapai 18 persen.

Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumut, Ridwan Siregar mengatakan, produktivitas dapat dihitung dari pertumbuhan koperasi dan unit UMKM pada tahun ini atau dengan penambahan volume usaha UKM yang telah lama berdiri dan berkembang. “Dengan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sebesar Rp5,3 miliar dan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) yang diajukan sebesar Rp14 miliar, kita harapkan mampu meningkatkan produktivitas kerja terutama UMKM berkisar 16-18 persen,” katanya kepada wartawan di Medan Senin, (7/1).

Dia mengatakan, jika produktivitas tumbuh, suntikan modal langsung atau melalui koperasi akan lebih mudah diperoleh sehingga pertumbuhan unit usaha UMKM yang baru sebanyak 332.750 lebih mudah tercapai. Peningkatan produktivitas UMKM juga akan menyerap tenaga kerja yang menjadi sasaran dibidang koperasi dapat bertumbuh 15 persen dan wujud koperasi berkualitas akan bertambah 671 koperasi pada tahun ini dapat tercapai. “Sesuai target, Diskop dan UKM menargetkan pertumbuhan koperasi hingga 2009 mencapai 3.382 koperasi. Sepanjang 2008, kami menargetkan pertumbuhan 671 koperasi,” ujarnya.

(21)

Seputar I ndonesia Selasa, 08 Januari 2008

Pr od u k t iv it a s UM KM D ip a cu

MEDAN(SINDO) – Tahun ini Dinas Koperasi (Diskop) dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Sumut menargetkan pertumbuhan produktivitas UMKM mencapai 18%.

Kepala Diskop dan UKM Provsu Ridwan Siregar mengatakan, produktivitas tersebut dapat dihitung dari pertumbuhan koperasi dan unit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pada tahun ini.Selain itu,bisa juga dengan penambahan volume usaha UKM yang telah lama berdiri dan berkembang.

”Dengan dana anggaran pendapatan belanja negara (APBN) melalui daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) sebesar Rp5,3 miliar dan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) yang diajukan sebesar Rp14 miliar, kita harapkan mampu meningkatkan produktivitas kerja terutama UMKM berkisar 16%-18%,” ujar Ridwan kepada wartawan di ruang kerjanya, kemarin.

Dia mengatakan, jika produktivitas telah tumbuh, maka suntikan modal langsung atau melalui koperasi akan lebih mudah diperoleh sehingga pertumbuhan unit usaha UMKM yang baru sebanyak 332.750 lebih mudah tercapai. Peningkatan produktivitas UMKM juga akan menyerap tenaga kerja yang menjadi sasaran di bidang koperasi dapat bertumbuh 15% dan wujud koperasi berkualitas akan bertambah 671 koperasi pada tahun ini dapat tercapai.

”Sesuai target, Diskop dan UKM menargetkan pertumbuhan koperasi hingga 2009 mencapai 3.382 koperasi. Sepanjang 2008, kami menargetkan pertumbuhan 671 koperasi,” sebutnya. Untuk mencapai hal tersebut, pihaknya akan fokus memperbaiki kualitas mulai dari sumber daya manusia (SDM), manajemen mulai dari perbaikan administrasi kegiatan, koordinasi program dan teknis diperbaiki hingga kelembagaan.

”Perbaikan ini juga dapat memudahkan koperasi mendapatkan bantuan dari perbankan karena dinilai telah profesional yang kemudian akan disalurkan ke UMKM melalui metode simpan pinjam. Upaya ini juga untuk membuat sektor riil bergerak optimal,” ucapnya, seraya mengatakan pemerintah kabupaten (pemkab) dan kota harus mendukung dengan regulasi yang berpihak.

Ketua Forum Daerah (Forda) UKM Sumut Cahyo Pramono menyatakan, pada dasarnya upaya untuk mengembangkan usaha kecil sangat diterima, tapi yang penting adalah berapa besar jangkauan pengembangan tersebut.

(22)

Republika Rabu, 09 Januari 2008

M in y a k La n g k a , Bu r u h UKM D ir u m a h k a n

SUKABUMI -- Dampak kelangkaan minyak tanah tak hanya dirasakan kalangan rumah tangga. Dunia usaha, khususnya usaha kecil dan menengah (UKM), juga mulai terpukul dengan krisis tersebut. Ratusan buruh UKM di Kota Sukabumi harus dirumahkan. Pasalnya, kegiatan usaha UKM sangat tergantung pada minyak tanah.

Salah seorang pelaku UKM pembuat makanan ringan, Ade Sopyan (46 tahun) warga Kampung Inti Kaya, Subangjaya, Cikole, Kota Sukabumi mengaku, sudah tiga hari ini tidak berproduksi. ''Sejak Sabtu (5/1) lalu total semua proses produksi berhenti karena belum mendapatkan pasokan minyak tanah,'' ujar dia, Selasa (8/1).

Ditambahkan Sopyan, kegitaan usahanya sangat tergantung pada minyak tanah dan tidak bisa digantikan dengan bahan bakar lain. Kebutuhan minyak tanah per harinya, kata dia, mencapai dua drum (per drum 200-220 liter). Saat ini, dia hanya menerima satu drum minyak tanah per minggunya.

Akibat kondisi tersebut, Sopyan mengaku terpaksa merumahkan sekitar 80 buruh yang dipekerjakannya. ''Kerugian sepanjang tiga hari ini mencapai Rp 300 juta,''kata dia. Usaha Sopyan itu antara lain membuat sukro merek 'Lingga Sari' dijual hingga ke daerah Jakarta, Bandung, dan daerah lainnya. Berbeda dengan di Sukabumi, kelangkaan minyak di Tasikmalaya memaksa pedagang kecil mengurangi porsi dagangannya. Hal tersebut dilakukan agar kenaikan harga minyak tanah tidak sampai membuat mereka merugi.

''Kalau harus tetap seperti biasa, saya tidak akan sanggup untuk berjualan. Dengan cara seperti itu saja keuntungan yang saya dapat tidak terlalu besar,'' kata Rendi (34 tahun), penjual gorengan di Jl Siliwangi, Selasa (8/1). Sementara itu, operasi pasar (OPM) minyak tanah di Kota Bandung belum bisa mencegah terjadinya antrean warga. Khusus di Bandung timur, sejumlah agen penjualan minyak tanah masih diserbu warga.

Hasil pantauan Republika menunjukkan, sejumlah agen yang dijejali pembeli itu di antaranya terletak di Perumahan Cijambe, Sindanglaya, Cicukang, dan Ujungberung. Setiap pembeli minyak tanah hanya diberi jatah tiga liter. Harga yang ditetapkan sejumlah agen tersebut antara Rp 2.500 per liter hingga Rp 3.200 per liter.

Salah seorang pengantre minyak tanah di Sindanglaya, Idah Aidah (35 tahun), menjelaskan, hingga kini minyak tanah masih langka. Menurut dia, ungkapan sejumlah pejabat tentang ketersediaan minyak tanah yang aman, tidak sesuai dengan kenyataan di tengah masyarakat.

Bahkan, imbuh Idah, saat ini setiap pembeli hanya diberi jatah tiga liter. Minyak tanah sebanyak tiga liter, tutur dia, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan selama dua hari. ''Setelah habis, kami akan kembali antre untuk mendapatkannya,'' ungkap dia Selasa (8/1). n rig/mus/san

(23)

Suara Pembaruan Rabu, 09 Januari 2008

Pe m e r in t a h Te t a p Tid a k Pe d u lik a n Pa sa r Tr a d ision a l

[JAKARTA] Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) menilai, pemerintah masih tetap kurang peduli kepada pedagang pasar tradisional, meskipun Perpres Nomor 111 Tahun 2007 tentang Daftar Negatif Investasi dan Perpres Nomor 112 Tahun 2007 tentang Pasar Modern aktif diberlakukan 27 Desember 2007 lalu. Terbukti, selama 2,5 tahun perpres digodok, pemerintah tidak pernah berniat memperbaiki kondisi pasar tradisional agar bisa bersaing dengan retail modern.

Hal tersebut dikemukakan Sekretaris APPSI Ngadiran kepada SP, Selasa (8/1). Menurutnya, kehadiran Perpres 111/2007 dan 112/2007 hanya diperuntukan bagi peritel modern, pemasok, dan produsen barang. Sementara kalangan pedagang tradisional tetap mendapat gambaran "abu-abu" atau tidak tegas mengenai zonasi (jarak) pasar tradisonal dan pasar retail modern.

"Bagi pedagang pasar tradisional yang terpenting adalah jarak. Pendirian pasar retail modern seharusnya tidak merugikan pedagan kecil dan warung pemukiman, atau mematikan rezeki orang. Faktor vital tersebut yang justru belum dijembatani oleh pemerintah," papar Ngadiran.

Selama kurun waktu 2007, terdapat 48 pasar tradisional dari total 151 pasar di DKI Jakarta yang omzetnya susut akibat pendirian atau menjamurnya pasar retail modern. Kebanyakan pasar retail modern, seperti Carrefour, Giant, dan yang lainnya didirikan dekat dengan pasar tradisional dan warung pemukiman.

Contohnya, Carrefour bergandengan dengan Pasar Kramat Jati, jelas sudah melanggar Perpres 112/2007 dan Perda Nomor 2 Tahun 2002. Jarak antara Carrefour dan pasar seharusnya 2,5 kilometer (km), namun pada kenyataannya tidak sampai 1 km. Karena itu, APPSI meminta pemerintah bersedia merevisi Perpres 112/2007 tentang Pasar Modern.

Terkait dengan izin pasar retail modern, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Ardiansyah Parman sebelumnya mengatakan, izin pendirian pasar retail berlaku seumur hidup sehingga pasar retail modern benar-benar mendapat perlindungan dari pemerintah, baik dari segi izin maupun pertumbuhannya.

Sementara di lain pihak, izin pasar tradisional hanya diberikan maksimal 20 tahun oleh pihak pengelola atau PD Pasar Jaya. Lebih dari 20 tahun pedagang harus membayar jasa kontrak kepada pengelola.

Ngadiran mengatakan, perbedaan perolehan izin tersebut, sekaligus membuktikan ketidakpedulian pemerintah pada rakyat kecil.

(24)

Seputar I ndonesia Kamis, 10 Januari 2008

2 0 0 8 , Kr e d it Bu k op in Te t a p An d a lk a n UM KM

Kebijakan perkreditan Bank Bukopin pada 2008 tidak banyak mengalami perubahan dibanding 2007. Padahal, tahun ini bisnis perbankan akan dibayangi kekhawatiran terhadap dampak kenaikan harga minyak dunia.

JAKARTA(SINDO) –’’Secara umum, tidak banyak yang berubah. Kami masih akan fokus pada segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) karena keahlian dan pengalaman kami ada di sektor itu,” tutur Direktur Perencanaan dan Keuangan Bukopin Tri Joko Prihanto di Jakarta, kemarin.

Saat ini, kredit sektor UMKM memiliki porsi 35% dari total kredit Bank Bukopin. Joko menyatakan, ancaman inflasi yang masih cukup tinggi pada 2008 bisa menyebabkan Bank Indonesia (BI) kesulitan menurunkan suku bunga acuan BIRatelebih ekspansif daripada tahun lalu.

(25)

Bisnis I ndonesia Jumat, 11 Januari 2008

D r a f PM K UM KM t id a k a t u r d a n a b e r g u lir

JAKARTA: Draf peraturan menteri keuangan (PMK) tentang dana penguatan modal UMKM tidak mengatur secara jelas progam dana bergulir yang sampai kini nilainya lebih dari Rp5 triliun.

Di sisi lain, rancangan PMK, yang merupakan salah satu amanat Inpres No. 6/2007 tentang percepatan pengembangan sektor riil dan UMKM, ini justru memunculkan istilah baru dana penguatan modal, yakni "Dana Bantuan".

Berdasarkan dokumen yang diperoleh Bisnis, draf PMK tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Perkuatan Modal yang Dibiayai APBN hanya sekali menyebut istilah dana bergulir pada Bab I Ketentuan Umum.

Tapi, pada poin (12) kalimat pengertian istilah itu tidak jelas, karena tertulis, "Dana bergulir yang dialokasikan oleh kementerian negara/ lembaga untuk kegiatan penguatan modal bagi usaha mikro, kecil, dan menengah yang berada di bawah kementerian negara /lembaga."

Diteliti lebih jauh, draf ini hanya sekali menyebutkan kata "dana bergulir" tanpa ada penjelasan pengertian dari istilah itu, kecuali peruntukannya bagi kegiatan penguatan modal usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Pada poin sebelumnya (11), peruntukan yang sama ditemukan pada dana bantuan penguatan modal yang selanjutnya disebut dengan istilah Dana Bantuan.

Menilik dokumen surat Menko Perekomian kepada Presiden tertanggal 14 Desember 2007 tentang laporan pemantauan Inpres No. 6/2007, Dana Bantuan tersebut merupakan istilah baru.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Budiono mengungkapkan lima tindakan/ keluaran yang jatuh tempo tapi masih dalam proses penyelesaian.

Satu di antaranya adalah, "Peraturan Menteri Keuangan (PMK) mengenai Pedoman tentang Pengelolaan Dana APBN untuk Pemberdayaan UMKM, termasuk pedoman pengelolaan dana bergulir (Agustus 2007)."

Rapat koordinasi

Ketika dikonfirmasi, Agus Muharram, Deputi Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM, mengatakan pihaknya memiliki salinan rancangan PMK tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Perkuatan Modal yang Dibiayai APBN.

"Tapi kami belum pernah diajak rapat soal ini. Depkeu memang yang memperoleh mandat [menyusun PMK tentang Pedoman tentang Pengelolaan Dana APBN untuk Pemberdayaan UMKM, termasuk dana bergulir]," ujar Agus.

Dia meminta pejabat di Depkeu melibatkan instansi lain yang selama ini memiliki program dana bergulir dan kebijakan penguatan modal bagi UMKM, termasuk Kementerian Koperasi dan UKM. (fatkhul.maskur@bisnis.co.id)

(26)

Bisnis I ndonesia Jumat, 11 Januari 2008

'Pe r p r e s Pe r p a sa r a n d or on g p e n e r a p a n t r a d in g

t e r m '

JAKARTA: Pencantuman rincian syarat perdagangan (trading term) dalam Perpres Perpasaran bisa berdampak negatif, karena berpotensi dipraktikkan oleh semua peritel modern.

Ketua Umum Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) Handaka Santosa menegaskan saat ini tidak semua peritel modern menerapkan syarat perdagangan kepada pemasok, tapi wawasannya menjadi terbuka dengan adanya trading term di Perpres No. 112/2007.

"Ada peritel modern yang tidak mengenakan trading term. Para supplier murni menjual barang kepada konsumen [tanpa biaya syarat perdagangan di toko modern]," kata Handaka, baru-baru ini.

Selama ini, pengenaan biaya syarat perdagangan tergantung kesepakatan masing-masing peritel modern, sehingga jenis trading term juga beragam, seperti biaya promosi dan biaya dukungan pemasok kepada peritel untuk untuk membuka toko baru.

Dia menjelaskan posisi peritel yang lemah, karena tidak memproduksi barang yang dijual di toko. Peritel posisinya seperti makelar, yang membeli barang dari pemasok atau industri lalu menjual di tokonya.

Sekjen Aprindo Tutum Rahanta juga menegaskan biaya syarat perdagangan antara satu merek toko dengan lainnya selama ini tidak sama.

"Tapi dengan perpres yang dibuat detil soal syarat perdagangan, bisa diartikan menghalalkan peritel [yang tidak menerapkan trading term] untuk melaksanakannya."

Perpres No. 112/2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern menegaskan biaya yang dapat dikenakan pada pemasok hanya yang berhubungan langsung dengan penjualan.

Dalam aturan itu ada tujuh jenis biaya yang berhubungan dengan penjualan pemasok, yaitu potongan harga reguler, potongan harga tetap, potongan harga khusus, potongan harga promosi, biaya promosi, biaya distribusi, dan biaya administrasi pendaftaran barang.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia (AP3MI) Susanto memproyeksikan biaya syarat perdagangan yang dibebani peritel kepada mereka bisa turun hingga 30%, menyusul telah tebitnya Perpres No. 112/2007.

(27)

Bisnis I ndonesia Jumat, 11 Januari 2008

Su m u t g e la r p a m e r a n b e r k a la UKM

MEDAN: Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumut dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut berencana menggelar pameran bulanan produk UKM sepanjang 2008.

Direktur Eksekutif Kadin Sumut Hendra Utama mengatakan pameran ini akan efektif untuk memacu akses pasar. Pameran pertama dilakukan pada 9 Januari yang melibatkan 50 UKM unggulan.

"Produk yang dipamerkan a.l. sepatu, kerajinan kulit, produk bambu, dan sulaman," ujar Hendra, baru -baru ini.

Pameran itu akan menguntungkan UKM di Medan karena akan membuka pasar secara langsung.

(28)

Kompas Jumat, 11 Januari 2008

Ka y u

Pe r a j in Uk ir a n Ke su lit a n Ba h a n Ba k u

Batusangkar, Kompas - Perajin ukiran kayu Minangkabau di Kanagarian Padai Sikek, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, kesulitan bahan baku kayu. Kalaupun ada, harga kayu jenis surian ini sangat mahal.

Pemilik pusat kerajinan Istana Art, Dody Fahmila, Kamis (10/1), mengatakan, harga kayu surian jenis terbaik mencapai Rp 1,8 juta per meter kubik. "Dibandingkan setahun lalu, harga kayu ini lebih mahal dua kali lipat," kata Dody.

Dia memperkirakan, pemasok kayu takut mengantarkan kayu karena sering terjadi penangkapan kendati kayu itu berasal dari halaman rumah sendiri.

Kondisi serupa disampaikan Fauzi, perajin kayu ukir Minangkabau di daerah tersebut. Dia mengatakan, kenaikan harga kayu tidak diimbangi dengan kenaikan harga jual. "Sampai saat ini, tidak ada pengganti bahan baku dari kayu surian karena kualitas kayu surian ini termasuk baik dan kuat serta cocok untuk ukiran," kata Fauzi.

Para perajin berharap pemerintah ikut memikirkan kelanjutan usaha ukir kayu Minangkabau ini, baik dari segi pembiayaan maupun pemasaran. "Barang-barang yang masih laku dibeli adalah suvenir-suvenir kecil yang harganya tidak terlampau mahal. Kalau ukiran-ukiran Minangkabau untuk interior rumah, tampaknya tidak begitu ramai lagi," kata Fauzi.

Selain kayu, harga cat minyak juga mengalami kenaikan sejak sepekan terakhir. Saat ini, satu kilogram cat minyak dijual di tingkat pengecer seharga Rp Rp 32.000. "Kenaikan cat minyak ini mungkin disebabkan naiknya harga minyak dunia. Kami belum tahu sampai kapan harga ini akan naik," kata Dody.

(29)

Bisnis I ndonesia Senin, 14 Januari 2008

D a n a b e r g u lir UM KM Su lu t Rp 9 m ilia r

MANADO: Realisasi dana bergulir dari pemerintah untuk usaha mikro kecil dan menengah(UMKM) di Sulawesi Utara (Sulut) selang 2007 sudah mencapai Rp9 miliar.

"Dana tersebut diberikan kepada UMKM di kabupaten/kota yang ada di provinsi itu dengan beragam kegiatan usaha produktif," kata Kepala Dinas Koperasi dan Pembinaan UKM Sulut, Sanny Parengkuan, pekan lalu.

Dia mengharapkan para penerima dana bergulir tersebut agar dapat memerhatikan pengembalian, sehingga dana Kementerian Koperasi dan UKM itu dapat memberi manfaat kepada lebih banyak UMKM.

"Pada umumnya UMKM menghadapi kendala permodalan. Nah bantuan pemerintah pusat ini dapat mengatasi permasalahan tersebut, asalkan pengembalian berjalan lancar," kata Sanny.

Selain itu, bila bantuan berbunga lunak tersebut tidak segera dituntaskan oleh para penerima dikhawatirkan akan berdampak pada alokasi dana Kementerian Koperasi tahun ini.

(30)

Bisnis I ndonesia Senin, 14 Januari 2008

Ke m e n t e r ia n PD T b e r a m b isi b a n g u n 2 5 .0 0 0

k e u a n g a n m ik r o

MALANG: Pemerintah melalui Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) mengalokasikan sedikitnya Rp1,5 triliun untuk mendirikan 25.000 lembaga keuangan mikro (LKM) di desa-desa terpencil.

Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal M. Lukman Edi mengatakan target pendirian LKM itu harus direalisasi hingga akhir 2010. Hal itu tidak terlepas dari kondisi geografis dan potensi masyarakat di desa tertinggal yang sulit untuk membangun LKM.

"Target membangun 25.000 LKM ini merupakan ambisi kami dari Kementerian PDT. Estimasinya setiap LKM akan mendapat dana Rp50 juta," kata Lukman Edi seusai memberi ceramah umum dan penandatanganan nota kesepahaman Kementerian PDT dengan Universitas Brawijaya Malang, baru -baru ini.

Anggaran Rp1,5 triliun tersebut, lanjut dia, termasuk jumlah yang sangat kecil dibandingkan dengan dana untuk UKM yang belum terserap di Bank Indonesia sebesar Rp600 triliun.

Dengan dibangunnya 25.000 LKM pada akhir 2010, maka masyarakat miskin, petani dan nelayan tidak lagi kesulitan dalam mengakses kredit guna mendapatkan dana segar untuk kelangsungan usaha mereka.

Dia mencontohkan nelayan di daerah terpencil tidak bisa melaut karena gagal mendapatkan uang untuk membeli solar seharga Rp100.000. Untuk bisa mendapatkan kredit masyarakat di daerah tertinggal terpaksa harus menempuh perjalanan kiloan meter guna mendapatkan dana segar dari BPR.

Sejak 2005 tercatat 199 kabupaten daerah tertinggal hanya menyumbang 14% atau Rp3,39 tiliun dari pendapatan domestik bruto (PDB) nonminyak, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi sekitar 3% per tahun selama lima tahun terakhir atau di bawah rata-rata nasional 5,3%.

Daerah tertinggal di Indonesia memiliki luas daratan sekitar 63% dari total wilayah daratan, dengan penduduk 32% dari total penduduk, serta emmiliki sekitar 30% dari jumlah UMKM yang sesuai data 2005 berjumlah sekitar 47 juta.

Untuk memacu dan memfokuskan percepatan pembangunan daerah tertinggal, Kementerian PDT mengangkat tema pembangunan Green Development of the Disadvangaed Area yang ditopang dengan lima instrumen, yakni green energy (desa terang), green estate (pembangunan pertanian daerah tertinggal), green bank (bank mikro), green movement (satu bangsa), green belt (pembangunan daerah perbatasan).

(31)

Bisnis I ndonesia Senin, 14 JAnuari 2008

'La r a n g p e r it e l d e k a t p a sa r j u a l b a h a n p ok ok '

JAKARTA: Aprindo meminta pemerintah melarang peritel menjual sembilan bahan pokok dan produk segar di toko modern yang berdekatan dengan pasar tradisional agar tidak mematikan usaha pedagang kecil.

Setiasa Kusuma, Tim Teknis Perpajakan dan Sistem Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia), mengungkapkan peritel modern juga harus tetap menyokong perkembangan pasar tradisional.

"Diharapkan toko modern yang lokasinya kurang dari tiga kilometer dari pasar tradisional, tidak menjual sembilan bahan pokok dan produk segar," kata Setiasa kepada Bisnis, baru-baru ini.

Menurut dia, pedagang pasar tradisional tetap harus dilindungi. Karenanya, barang yang selama ini menjadi unggulan pedagang pasar tradisional diharapkan tidak disaingi oleh toko modern, terutama yang lokasinya berdekatan.

Setiasa mengungkapkan sebenarnya berada di satu gedung pun, toko modern bisa saling melengkapi dengan pedagang pasar tradisional. Tidak malah sebaliknya jadi saling mematikan.

"Seperti Ramayana, sebanyak 15 department store dan supermarket kami masuk ke pasar tradisional, tapi tidak mematikan usaha pedagang, sebaliknya mereka senang," jelas Setiasa yang juga Komisaris PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk.

Kebijakan Ramayana untuk tidak menjual sembilan bahan pokok untuk toko yang lokasinya berdekatan atau menyatu dengan pasar tradisional, menciptakan situasi bisnis yang saling mendukung.

"Malah dengan masuknya toko modern menjadikan pasar tradisional tetap bisa ramai sampai sore, tidak lagi hanya dikunjungi dari pk. 06.00-pk. 8.00," kata Setiasa.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Pelayanan Publik Lembaga Advokasi Pedagang APPSI (Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia) Mujiburrohman menyambut ide pengaturan jenis barang yang diperdagangkan.

"Ketika belum ada hipermarket kami masih bisa bersaing dengan toko modern meskipun lokasinya berdekatan, karena mereka menjual barang yang beda kelas," kata Mujiburrohman.

(32)

Jurnal Nasional Senin, 14 Januari 2008

Pr od u k UKM D om in a si Ek sp or Yog y a k a r t a

Yogyakarta | Jum'at, 14 Des 2007

USAHA Kecil dan Menengah (UKM) mendominasi nilai ekspor Yogyakarta yang berasal dari perdagangan, perhotelan, restoran, dan industri rumah tangga.

“Sekitar 80 persen ekspor dari UKM, nilai ekspor DIY tahun 2005 US$143 juta, 2006 US$ 138 juta. Yogya memang tidak memiliki potensi alam yang cukup. Satu-satunya andalan ya UKM. Kontribusinya bagi perekonomian DIY sangat signifikan,” kata Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindakop) Yogyakarta, Syahbenol Hasibuan, usai menerima rombongan Seafast Center (Southeast Asia Food and Agricultural Science and Technology) di Yogyakarta, Rabu (12/12).

Jumlah UKM di wilayah ini sekitar 400.000 unit. Jika satu UKM mempekerjakan lima orang, sudah sekitar 2 juta orang terserap sebagai tenaga kerja di sektor ini. Dengan jumlah penduduk Yogyakarta sekitar 3,5 juta, lebih dari separuh warga bekerja di sektor UKM.

Dari seluruh UKM tadi, ada sekitar 10.000 binaan. “UKM sangat berperan baik pendapatan, lapangan kerja, dan gerakan ekonomi kerakyatan. Terbanyak UKM kita bergerak di bidang kerajinan dan jasa, khususnya makanan. Ini erat kaitannya dengan status Yogya sebagai kota pendidikan, hingga banyak anak kos,” ucap Syahbenol.

Istimewanya, UKM di Yogya sebagian besar digerakkan perempuan, misalnya perdagangan, di pasar-pasar tradisional maupun pertanian. Perempuan, kata Syahbenol, banyak berperan ketika penyiangan, pemanenan, maupun pascapanen. “Itu menunjukkan betapa powerfull perempuan.”

(33)

Kompas Senin, 14 Januari 2008

Te p u n t e r ig u

UKM d i Uj u n g Ta n d u k , Ay o Se la m a t k a n !

Oleh: Stefanus Osa Triyatna

Jikalau biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, biji gandum takkan menghasilkan banyak buah. Namun, jika biji gandum itu jatuh ke tanah dan mati, buahnya diyakini akan berlimpah. Sayangnya, ungkapan bijak itu jatuh di negeri tetangga. Akibatnya, usaha kecil dan menengah kita yang bergantung impor kini berada di ujung tanduk.

Bulir-bulir gandum adalah bahan baku utama untuk pembuatan tepung terigu. Meskipun Departemen Pertanian tidak memprioritaskan pengembangan komoditas gandum, faktanya, kebutuhan gandum untuk terigu sangat tinggi.

Mulai dari penjual gorengan di pinggir jalan, warung tegal, produsen roti, kue dan mi, sampai rumah makan atau restoran membutuhkan tepung terigu.

Konsumsi terigu di Indonesia tahun 2007 mencapai 17,1 kilogram per kapita. Sementara, jumlah impor gandum menurut catatan Departemen Pertanian mencapai 5 juta ton per tahun.

Kebutuhan terhadap tepung terigu cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Ini seiring dengan perubahan selera yang terjadi di masyarakat.

Mie dan roti, yang berbahan baku terigu semakin populer di masyarakat. Usaha kecil dan menengah (UKM), yang bergerak di sektor usaha kuliner berbahan baku tepung terigu pun berkembang luas.

Belum lagi serbuan berbagai usaha kuliner waralaba dari negeri seberang, yang berbahan baku terigu juga semakin banyak. Lihat saja munculnya waralaba pizza, berbagai merek donat, roti, dan jenis makanan lainnya.

Produk kuliner impor itu pun kebanjiran peminat, sampai-sampai konsumen rela antre untuk mendapatkan roti, donat, atau penganan dengan merek tertentu.

Soal selera itu sah-sah saja. Namun persoalannya, sejak dua tahun ini harga terigu makin mencekik, sementara harga jual produk makanan berbahan baku terigu sulit dinaikkan. Sehingga, margin keuntungan yang diterima oleh UKM yang bergerak di sektor kuliner semakin tipis.

Nurdin, pedagang gorengan di kawasan Blok M, Jakarta, menuturkan, "Rasanya sih masih untung. Harga terigu emang naik terus. Minyak goreng juga naik. Makanya, saya akal-akalin saja, saya potong tempe, pisang, dan tahu lebih kecil."

Lucia, produsen kue di daerah Pamulang, menyatakan, kenaikan harga terigu sulit diprediksi. Margin keuntungan yang ia terima memang masih ada, tetapi semakin menipis. "Sekarang bisa belanja terigu murah, besok sudah naik lagi," ujarnya.

Untung Menipis

(34)

Kompas Senin, 14 Januari 2008

Diperkirakan tahun 2008 harga gandum akan terus naik, karena tren konversi gandum menjadi biofuel, selain kebutuhan untuk pangan yang juga meningkat.

Survei harga yang dilaporkan Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) di Jakarta, akhir pekan lalu, menunjukkan semakin tipisnya keuntungan bisnis produk makanan berbasis terigu.

Biaya produksi dan harga jual roti manis, misalnya. Bulan Januari 2007, biaya produksi roti yang berbahan baku terigu Cakra Kembar Rp 270 per potong. Saat itu harga terigu masih Rp 106.000 per karung (isi 25 kilogram). Jika ditambah kemasan dan biaya lainnya, maka biaya produksi roti manis itu mencapai Rp 435 per potong.

Dengan harga jual Rp 625 per potong, maka Aptindo mencatat, masih ada margin keuntungan sebesar 30 persen bagi produsen roti manis.

Namun, pada Desember 2007 harga terigu telah mencapai Rp 149.000 per karung. Sementara harga jual roti manis tetap Rp 625 per potong, Sehingga margin keuntungan produsen roti kini tinggal 13 persen.

Margin keuntungan semakin tipis jika harga terigu terus naik. Untuk dapat keuntungan 20 persen, harga roti minimal naik menjadi Rp 725 per potong.

Pengusaha toti tawar pun mengalami nasib yang sama. Bulan Januari 2007 biaya produksi roti tawar Rp 2.242 per potong, dengan harga jual Rp 3.000 per potong. Dengan harga itu pengusaha masih mendapat margin keuntungan 22 persen.

Namun kenaikan harga tepung, membuat margin keuntungan tiMeskipun Desember 2007 harga jual dinaikkan menjadi Rp 3.500 per potong, keuntungan tinggal 13 persen. Ekspektasi minimal keuntungan 20 persen, harga jual ideal ke depan Rp 4.500 per potong.

Penjualan mi segar tanpa diduga juga mengalami penipisan margin keuntungan. Bulan Januari 2007, harga jual Rp 6.000 per kilogram dengan margin keuntungan 24 persen. Ketika harga terigu melonjak pad Desember 2007, harga jualnya dinaikkan menjadi Rp 9.000 per kilogram, keuntungannya bisa mencapai 29 persen.

Jika harga terigu diestimasi terus naik dan harga jual mi dipertahankan Rp 9.000 per kilogram, keuntungannya tinggal 7 persen. Ekspektasi minimal keuntungan UKM_20 persen saja, harga jual ideal Rp 10.000 per kilogram.

Namun, ada juga produk makanan yang diperkirakan tetap memiliki untung yang cukup besar, seperti martabak manis. Survei menunjukkan bahwa biaya produksi ditambah kemasan diperkirakan Rp 7.573 per potong. Dengan harga jual Rp 15.000, keuntungannya masih 50 persen.

(35)

Kompas Senin, 14 Januari 2008

Jika diekspektasi terjadi kenaikan harga terigu pada bulan-bulan mendatang dan harga jual martabak telur dipertahankan, margin keuntungannya masih 39 persen. Keuntungan ini tertekan karena produk ini juga dipengaruhi kenaikan harga minyak goreng dan komponen bahan baku lainnya.

Terobosan Baru

Untuk menyelamatkan produsen maupun UKM berbasis terigu, China dan India sudah menetapkan pengetatan terhadap ekspor produk pangan dan mengurani pajak impor untuk berbagai komoditas pangan untuk menjaga ketersediaan pangan dalam negeri. Yordania pun sudah mengambil langkah hampir sama dengan membebaskan pajak.

Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Thomas Darmawan mengatakan, kunci persoalan berakar dari lonjakan harga gandum internasional. Kini, diperparah lagi dengan munculnya spekulan-spekulan internasional maupun dalam negeri.

Menurut Thomas, pemerintah harus mengevaluasi kembali untuk menghadapi krisis pangan akibat semakin tingginya harga komoditas impor yang sangat dimanfaatkan sektor UKM. Di lain sisi, kebijakan fiskal akan membuat harga di tingkat konsumen menjadi terjangkau sehingga meningkatkan daya beli.

Tantangan terberat dihadapi UKM_bukannya terigu, tetapi juga kenaikan harga kedelai dan jagung. Lucunya, gandum yang diimpor dikenai bea masuk, sedangkan komoditas lain seperti jagung dan kedelai tidak dikenai bea masuk. Polanya masih diskrimatif.

(36)

Kompas Senin, 14 Januari 2008

Usa h a Ke cil Gu n ca n g

Krisis ekonomi 10 tahun silam meluluhlantakkan banyak perusahaan besar. Konglomerasi yang tumbuh subur di paruh kedua pemerintahan Orde Baru terbukti memiliki landasan yang rapuh.

Mereka besar dan menggurita karena banyak berutang dari dalam dan luar negeri, bergantung pada bahan baku impor, dan jago kandang karena pasar domestik diproteksi penguasa.

Akibatnya, ketika datang krisis, mereka tak bisa melepaskan diri dari belitan masalah kronis, dan lari kencang menjauh dari perangkap kebangkrutan.

Dalam kurun waktu singkat, banyak dari mereka segar bugar kembali, bahkan telah menjelma menjadi kekuatan yang jauh lebih besar ketimbang pada masa prakrisis.

Aset-aset lama mereka kuasai kembali dengan tebusan sangat murah setelah "dicuci bersih" di Badan Penyehatan Perbankan Nasional sehingga terbebas dari berbagai jenis kewajiban kepada pihak ketiga.

Segala biaya yang dibenamkan untuk menyelamatkan perbankan dan pengusaha hingga kini telah mencapai lebih dari Rp 1.000 triliun, yang semuanya ditanggung rakyat.

Sebagian lagi masuk ke relung-relung kekuasaan untuk menghirup darah segar baru lewat konsesi dan fasilitas baru dan bentuk-bentuk praktik pemburuan rente gaya lama.

Perekonomian Indonesia terhindar dari keterpurukan yang lebih dalam, antara lain, karena dua faktor. Pertama, topangan dari kegiatan ekonomi yang berbasis sumber daya alam, yang pada umumnya berada di luar Jawa. Kedua, dinamika yang terjadi di dunia usaha kecil dan menengah serta sektor informal.

Kelompok inilah yang menyerap lebih dari 80 persen tenaga kerja. Mereka tak banyak berutang karena perbankan tak ramah kepada mereka.

Pemerintah jarang menyapa mereka, tak memberikan perlindungan sepatutnya, apalagi menggelontorkan fasilitas dan perlakuan istimewa sebagaimana dinikmati perusahaan kroni.

Bahkan, beberapa sektor usaha kecil justru bertambah lincah pada pascakrisis karena lepas dari ketergantungan pada perusahaan besar yang menikmati monopoli maupun monopsoni.

Kini, keadaan berbalik. Dinamika usaha kecil dan atau sektor informal meredup. Kekuatan yang tersisa lambat laun terkikis dari berbagai arah. Harga-harga bahan baku langsung (direct input) melambung.

(37)

Kompas Senin, 14 Januari 2008

Subsidi lewat produsen

Kecenderungan tersebut sangat kentara sejak tahun 2006, terutama di Jawa. Kemerosotan daya beli tercermin dari penurunan upah riil buruh tani di Jawa dan pekerja informal.

Pada tahun 2007 (berdasarkan data bulan Desember), dari tiga jenis kegiatan sektor informal, hanya upah riil buruh bangunan yang meningkat, itu pun hanya naik 0,75 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Ternyata kemerosotan upah riil sudah merembet ke sektor industri manufaktur, bahkan dengan kondisi yang lebih parah. Data terakhir menunjukkan, upah nominal di tiga jenis industri padat karya yang tersedia seluruhnya merosot. Ketiga industri tersebut adalah industri rokok, industri pakaian jadi, dan industri batu bata/ubin.

Dengan demikian, bisa kita bayangkan, betapa kemerosotan daya beli praktis telah terjadi merata di kalangan masyarakat berpendapatan rendah. Padahal, kelompok masyarakat inilah yang merupakan konsumen utama dari usaha-usaha kecil yang sekarang mengalami guncangan.

Kita harus memberikan perhatian khusus bagi usaha-usaha kecil yang terpukul karena imbas perkembangan harga pangan dan minyak mentah dunia. Tak sampai sebulan harga kedelai sudah melonjak 70 persen. Harga tepung terigu merangkak naik sebagai akibat dari kenaikan harga gandum yang dalam setahun terakhir telah naik lebih dari 100 persen.

Sangat tidak populer, memang, seandainya pemerintah membantu usaha-usaha kecil ini dengan mekanisme subsidi lewat produsen besar. Tapi, itulah langkah yang paling efektif dalam jangka pendek.

Pemerintah hanya mengawasi satu perusahaan saja. Jika perlu, pemerintah bisa menempatkan aparatnya di perusahaan itu.

Perusahaan yang diberikan amanat mengelola dana subsidi diikat dengan syarat untuk menekan harga sesuai kesepakatan.

Tanpa mekanisme demikian, kita akan menghadapi risiko kemerosotan industri dan usaha yang lebih meluas dan lebih parah. Upaya lain ialah dengan penghapusan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan bea masuk atau kedua pungutan ini ditanggung oleh negara.

Instrumen ini bisa diberlakukan secara fleksibel mengikuti perkembangan harga internasional, seperti penerapan pungutan ekspor untuk minyak sawit.

Jika kedua upaya tidak menghasilkan penurunan harga yang proporsional dengan kadar subsidi, penghapusan PPN, dan bea masuk, berarti permasalahan ada di tempat lain.

Berapa besar dana yang bisa ditoleransi untuk membantu usaha kecil? Pertanyaan demikian terlalu mengada-ada karena dana yang dibutuhkan niscaya tak seberapa jika dibandingkan dengan dana yang telah dibenamkan pemerintah untuk menyelamatkan para konglomerat dan perbankan nasional.

(38)

Bisnis I ndonesia Selasa, 15 Januari 2008

PM K m od a l UKM p e r lu op t im a lk a n d a n a b e r g u lir

JAKARTA: Kementerian Koperasi dan UKM merekomendasikan agar rancangan peraturan menteri keuangan (PMK) penguatan modal usaha kecil menengah (UKM) mampu mengoptimalkan dana bergulir yang kini mencapai lebih dari Rp5 triliun.

Deputi Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram mengatakan Departemen Keuangan tengah merumuskan rancangan PMK tentang dana penguatan modal UKM, sebagai salah satu dari keluaran Inpres No. 6/2007.

"Yang sedang dirumuskan peraturan menterinya, yang satu paket dalam inpres itu. Tapi belum menyinggung dana bergulir," kata Agus kepada Bisnis, baru - baru ini.

Dia menjelaskan dana bergulir memiliki filosofi yang berbeda dengan bantua sosial dan model penguatan modal yang lain, seperti kredit program, dengan kredit komersial, dengan pasar uang. "Ada stratanya," ujar Agus.

Dana bergulir ini adalah dana untuk masyarakat yang dipakai secara bergantian oleh UKM yang tergabung dalam koperasi maupun kelompok usaha.

Guna dana bergulir untuk memberdayakan mereka dalam memperoleh modal, karena jumlah mereka banyak dan susah mengakses kredit karena bank tidak bisa melayani pinjaman mikro.

Sementara itu, bantuan sosial adalah bantuan yang memang diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan karena memang tidak bisa melakukan pekerjaan, misalnya karena bencana. "Bukan untuk usaha produktif."

Kalau mereka masih mempunyai usaha tapi masih miskin, dan tidak bankable, maka pemerintah bisa turun tangan dengan dana bergulir ditambah pendampingan.

Setelah bisa naik stratanya, lanjut Agus, mereka akan dikenalkan dengan kredit program, yakni penjaminan kredit. Dengan sistem penjaminan, mereka bisa mengikuti prosedur perbankan tanpa menyediakan kolateral.

"Nah, kalau sudah mampu semua, bunga ditangani mereka masuk komersial. Kalau belum mampu silakan ke pasar modal atau pasar uang," ujarnya.

Lintas departemen

Menurut Agus, optimalisasi dana bergulir di setiap kementerian negara atau departemen penyalur perlu komitmen bersama dulu, siapa yang mengoordinasikan hal itu.

(39)

Kompas Rabu, 16 Januari 2008

Pa sa r Ke r a j in a n

Ke sia p a n UKM Pe n d u k u n g Te r u s D it in g k a t k a n

YOGYAKARTA, KOMPAS - Meskipun pembangunan Pusat Seni dan Kerajinan Yogyakarta tersendat akibat belum jelasnya skema sumber pembiayaan, kesiapan pengusaha kecil dan menengah terus ditingkatkan. Pengusaha diharapkan bisa langsung aktif bertransaksi ketika pusat seni itu resmi dibuka.

Pembinaan kesiapan pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) sebagai calon pengisi pusat seni dan kerajinan, seperti disampaikan Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya, antara lain mencakup pendataan, pembangunan jejaring promosi, dan penguatan asosiasi pengusaha. Proses itu berlangsung mulai 2008 hingga dua tahun ke depan.

"Diharapkan dalam dua tahun ke depan pembangunan fisik Pusat Seni dan Kerajinan Yogyakarta sudah selesai sehingga siap beroperasi sebagai sentra perdagangan hasil karya seni dan kerajinan tradisional, sekaligus juga menjadi lokasi pariwisata di Yogyakarta," ujar Aman, Selasa (15/1).

Seperti disampaikan Ketua Komisi II DPRD Kota Yogyakarta Sinarbiyat Nujanat pada rapat bersama Tim Pembangunan Pusat Seni dan Kerajinan Yogyakarta, Senin, pembahasan skema pembiayaan, desain, dan sistem pengelolaan pusat seni diupayakan rampung dalam tahun anggaran 2008. Setelah itu, proses beralih menuju pembangunan fisik yang diperkirakan selesai dalam waktu 12-16 bulan.

"Yang terpenting saat ini, pihak legislatif dan eksekutif telah sepakat, pembangunan pusat seni harus terus berjalan," ujar Sinarbiyat.

Aman mengatakan, meski keberadaan pusat seni amat penting bagi upaya kebangkitan sektor UKM di Yogyakarta, khususnya pada masa pemulihan dan pengembangan pascagempa, pembangunannya tak perlu terburu-buru. Sebab, untuk menjadi pusat seni sebagai pusat niaga dan pariwisata, diperlukan perencanaan matang.

Pusat Seni dan Kerajinan Yogyakarta ini akan didirikan di lahan seluas 1,6 hektar di Umbulharjo, yang sebelumnya digunakan sebagai terminal bus. Pada 2006 pembangunan pusat seni akan dilimpahkan kepada pihak rekanan. Namun, karena pertimbangan berbagai risiko, pengerjaan ini kembali ditangani Pemkot Yogyakarta.

(40)

Kompas Rabu, 16 Januari 2008

I PM Ja ba r

M e n d on g k r a k D a y a Be li, M e m b e r d a y a k a n KUKM

Peningkatan daya beli yang menjadi salah satu bagian dari indeks pembangunan manusia atau IPM Jawa Barat hingga kini masih harus dipacu dengan pesat. Sebab, di antara komponen IPM lainnya, yaitu pendidikan dan kesehatan, daya beli merupakan indeks dengan angka terendah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jabar, angka indeks pendidikan pada 2006 sebesar 80,61. Adapun indeks kesehatan 70,13. Namun, daya beli jauh lebih rendah dibandingkan dengan kedua indeks lainnya, hanya 59,42.

Sosiolog dari Universitas Padjadjaran, Budi Radjab, mengatakan, tingkat daya beli belum beranj

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan Bapak Abdul Khodir untuk membuat grup tersendiri m Grup Kenthongan Dalan Laras adalah salah satu grup kesenian kenthongan yang ada di desa Kaesugihan,

Pada akhir video dicantumkan credit title atau ucapan terimakasih kepada narasumber (Gicela Miftanisa) beberapa brand local yang telah ditampilkan di video (Omutt,

Our previous report noted that ethanolic extract of ficus leaves and sappan wood performed cytotoxic effect on T47D breast cancer cells through cell cycle arrest and apoptosis

Basis data (atau database) adalah kumpulan informasi yang disimpan di dalam komputer secara sistematik sehingga dapat diperiksa menggunakan suatu program

Karena media pembelajaran dengan menggunakan media lagu daerah Sumbawa dapat membuat tampilan pembelajaran lebih menarik yang bisa membuat mata pelajaran bahasa

Following the ap- proach suggested in Mester (1996) we show that if risk and quality factors are not taken into account optimal bank size tends to be overstated. That is, optimal

[r]

Bidang dan Kegiatan Usaha Beroprasi dalam bidang Jasa, Sumber Daya dan Infrastuktur Terkait Energi Jumlah saham yang ditawarkan 550.633.000 Saham Biasa Atas Nama dengan