• Tidak ada hasil yang ditemukan

COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) ISLAMI PADA SEORANG GADIS YANG MENDERITA INSOMNIA DI DRIYOREJO GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) ISLAMI PADA SEORANG GADIS YANG MENDERITA INSOMNIA DI DRIYOREJO GRESIK."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Devi Dwi Hariyaningrum (B73213083), Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami pada Seorang Gadis yang Menderita Insomnia di Driyorejo Gresik

Fokus penelitian adalah tentang (1). Bagaimana proses menggunakan Cognitive

Behavior Therapy (CBT) Islami pada seorang gadis yang menderita insomnia di Driyorejo Gesik? (2). Bagaimana hasil menggunakan Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami pada seorang gadis yang menderita insomnia di Driyorejo Gresik?

Dalam permasalahan tersebut , peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, jenis penelitian studi kasus dengan analisis deskriptif komparatif, yang mana

penulis membandingkan antara sebelum dan sesudah pelaksanaan Cognitive

Behavior Therapy (CBT) Islami dengan menggunakan teknik menghentikan pikiran negatif dan mengubahnya menjadi pikiran positif. Kedua menggunakan teknik penugasan rumah. Dalam penelitian ini, masalah yang diteliti adalah insomnia. Bagaimana seorang gadis bisa menderita insomnia. Penyebab-penebab dari insomnia tersebut adalah pemikiran yang dapat menimbulkan kecemasan sehingga gadis tersebut mengalami insomnia.

Hasil dari dari proses Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami dinyatakan

berhasil karena terdapat perubahan yang terjadi pada konseli. Dengan membandingkan sebelum dan sesudah proses Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami bahwa gejala-gejala yang dialami dulu, sekarang sudah ada perubahan.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI... iii

MOTTO... iv

PERSEMBAHAN... v

PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL...xiii

BAGIAN INTI BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Definisi Konsep... 9

F. Metode Penelitian... 14

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 14

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian... 15

3. Tahap-Tahap Penelitian... 15

4. Jenis dan Sumber Data... 16

5. Teknik Pengumpulan Data... 17

6. Teknik Analisis Data... 19

7. Teknik Keabsahan Data... 20

G. Sistematika Pembahasan... 21

(8)

xi

1. Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami

a. Pengertian Cognitive Behavior Therapy... 23

b. Sejarah Perkembangan Psikoterapi dengan Cognitive Behavior Therapy... 24

c. Konsep Dasar Cognitive Behavior Therapy... 26

d. Tujuan Cognitive Behavior Therapy... 28

e. Teknik Cognitive Behavior Therapy... 28

f. Prinsip-Prinsip Cognitive Behavior Therapy... 30

g. Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami... 34

2. Dewasa Awal... 36

a. Makna Masa Dewasa Dini (Dewasa Awal) ... 36

b. Karakteristik Perkembangan Orang Dewasa... 37

1) Perkembangan Psikologi Masa Dewasa Dini... 37

2) Perkembangan Kognitif Masa Dewasa Dini.... 38

3) Perkembangan Fisik Masa Dewasa Dini... 43

4) Perkembangan Psikososial Masa Dewasa Dini... 46

3. Insomnia... 48

a. Pengertian Insomnia... 48

b. Penyebab Insomnia... 50

c. Gejala-Gejala Insomnia... 53

d. Dampak Insomnia... 57

e. Tipe Insomnia... 58

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan... 59

BAB III: PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian... 63

B. Deskripsi Hasil Penelitian... 75

BAB IV: ANALISIS DATA A. Analisis Data Proses Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami pada Seorang Gadis Penderita Insomnia di Driyorejo Gresik... 88

(9)

xii

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan... 93 B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa dewasa adalah masa pencarian kemantapan dan masa

reproduktif, yaitu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan

emosional, periode isolasi, periode komitmen dan masa ketergantungan,

perubahan nilai-nilai, kreativitas, dan penyesuaian diri pada pola hidup

yang baru. Secara etimologis, istilah dewasa berkaitan erat dengan istilah

adult” yang berasal dari kata kerja bahasa latin, seperti halnya istilah

adolesene-adolescere” yang berarti “tumbuh menjadi kedewasaan”.

Dalam konteks lain, “adult” berasal dari kata kerja adultus dapat

diartikan “ telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna

atau telah menjadi dewasa”. Oleh karena itu, orang dewasa adalah

individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan sebelumnya dan siap

menerima kedudukan dalam masyarakat bersama orang dewasa lainnya1.

Pertumbuhan sebelumnya yang dimaksudkan adalah pertumbuhan

sebelum menuju ke masa dewasa.

Masa dewasa disini menurut Hurlock dibagi dalam tiga kelompok

yaitu pertama, masa dewasa dini secara usia dimulai umur 18 tahun

sampai sekitar40 tahun. Kedua, masa dewasa madya dimulai umur 40

tahun sampai sekitar 60 tahun. Ketiga, masa dewasa lanjut dimulai umur

(11)

2

60 tahun sampai kematian2. Erickson mengatakan bahwa seseorang yang

digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan

hangat dekat dan komunikatif dengan atau idak melibatkan kontak

seksual. Apabila gagal dalam bentuk keintiman, ia akan mengalami

isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri

karena berbeda dari orang lain) 3 . menurut para ahli psikologi

perkembangan, Santrock, orang dewasa muda termasuk masa transisi,

baik transisi secara fisik, transisi secara intelektual, serta transisi peran

sosial. Agoes Soejanto memandang masa adolescence, sebagai masa

peralihan dari masa remaja atau masa pemuda ke masa dewasa4. Dari tiga

pengertian dewasa awal dapat disimpulkan bahwa dewasa awal

merupakan masa dimana fisik dan tertentu mengalami perubahan yang

bersamaan dengan masalah-masalah penyesuaian diri dan

harapan-harapan terhadap perubahan yang muncul pada dirinya.

Hurlock mengkategorikan masa dewasa dini pada dua bagian,

yaitu masa dewasa dini dalam konteks penyesuaian pribadi dan sosial

serta masa dewasa dini dalam konteks penyesuaian pekerjaan dan

keluarga. Masa dewasa dini atau masa dewasa awal merupakan masa

yang penuh konflik. Orang dewasa awal diharapkan dapat memainkan

peranan baru, seperti peran suami istri, orang tua, pencari nafkah, dan

2 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Hidup, (Jakarta: Erlangga, 1980), hlm.246

3 Monks, Knoers & Haditiono, Psikologi Perembangan pengantar dalam Berbagai Bagaiannya, (Yogyakara: Gadjah Mada University Press, 2006), hlm. 135

(12)

3

mengembangkan sikap baru, keinginan baru, dan nilai-nilai baru, sesuatu

dengan tugas barunya5. Selain itu, masa dewasa awal mulai membentuk

kehidupan keluarga dengan pasangan hidupnya, yang telah dibina sejak

masa remaja atau masa sebelumnya. Havighurst mengemukakan

tugas-tugas pada masa dewasa awal, diantaranya mencari dan menemukan

calon pasangan hidup, membina kehidupan rumah tangga, meniti karier

dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga, dan

menjadi warga negara yang bertanggung jawab6. Menurut Hurlock dan

Havighurs tugas atau tanggung jawab pada masa dewasa awal ini

sangatlah banyak. Maka dari itu perlulah persiapan saat memasuki masa

dewasa awal ini.

Masa dewasa dikatakan sebagai masa yang sulit dan bermasalah.

Hal ini dikarenakan seseorang harus mengadakan penyesuaian dengan

peran barunya. Ada tiga faktor yang membuat masa ini begitu rumit yaitu;

pertama, individu ini kurang siap dalam menghadapi babak baru bagi

dirinya dan tidak dapat menyesuaikan dengan babak atau peran baru ini.

Kedua, karena kurang persiapan, maka ia kaget dengan dua peran atau

lebih yang harus diembannya secara serempak. Ketiga, ia tidak

memperoleh bantuan dari orang tua atau siapapun dalam menyelesaikan

masalah7. Jadi apabila tugas-tugas pada masa dewasa awal ini tidak

terselesaikan dengan baik maka bisa menimbulkan rasa yang tidak

5 Rosleney Mariani Perkembangan, (Bandung, Psikologi: CV Pustaka Setia, 2015), hlm.189

6 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003), hlm.105

(13)

4

tenang seperti stres atau kecemasan. Ada kegelisahan yang dalam,

biasanya memikirkan suatu permasalahan yang dihadapi.

Stres atau kecemasan merupakan faktor penyebab insomnia.

Insomnia muncul sewaktu-waktu pada saat stres. Insomnia adalah

gangguan kesulitan untuk tidur8. insomnia memberi sedikit atau banyak

dampak pada kualitas hidup, produktivitas, dan keselamatan9.

Individu-individu dengan beragam gangguan perkembangan juga memiliki resiko

yang lebih tinggi mengalami gangguan tidur. Jadi, pada masa dewasa

awal ketika hubungan orang tua-anaknya kurang baik dan banyak

tuntutan orang tua pada masa dewasa awal bisa menjadikan kecemasan

yang juga memiliki resiko mengalami gangguan tidur. Ternyata

penyebab dari gangguan tidur adalah berbagai macam penyakit,

obat-obatan, kafein, stres, kecemasan, depresi, kurang beraktivitas, dan

kebiasaan tidur buruk10. Kecemasaan merupakan faktor penyebab dari

gangguan tidur, pikiran-pikiran yang selalu menimbulkan kecemasan

bahkan bisa stres.

Sebagaimana salah satu fenomena yang ada, pada kasus yang

saya temukan di Daerah Driyorejo Gresik ada seorang gadis yang berusia

26 tahun yang bernama Wika. Wika mengalami masalah dalam hidupnya

yang mana gadis tersebut mengalami gangguan tidur atau insomnia.

Setiap malam Wika selalu berusaha untuk bisa tidur lebih awal tetapi

8 Jeffrey S. Nevid, Psikologi Abnormal, (Jakarta: Penerbir Erlangga, 2003), hlm. 61 9 Rafknowledge, Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004), hlm.60

(14)

5

yang terjadi semakin tidak bisa tidur sampai pagi tiba. Kenyataannya

yang terjadi ia selalu berusaha untuk tidur tetapi tidak bisa untuk

memejamkan mata.

Kesulitan tidur ini disebabkan karena kecemasan yang selalu

timbul. Kecemasan tersebut timbul pada saat mengerjakan skripsi. Pada

saat kuliah Wika mengambil jurusan teknik informatika. Wika kuliah di

Daerah Jogjakarta, Wika tinggal bersama teman-temannya karena jauh

dari rumah orang tua. Setiap malam selalu mengerjakan skripsinya,

ketika skrpsinya belum selesai maka Wika tidak akan bisa tidur dengan

lelap. Kecemasan yang muncul sebelum tidur karena skripsinya belum

selesai. Sehingga Wika tidak jadi untuk tidur dan kembali

menyelesaikannya bahkan sampai pagi. Pengerjaan skripsi tidaklah

singkat, butuh waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikannya. Setiap

hari selalu mengerjakan skripsi sampai pagi, bahkan pernah dua hari

tidak tidur. Kejadian seperti ini menyebabkan kebiasaan terus menerus

meskipun skripsinya sudah usai. Saat selesai kuliah Wika kembali

tinggal bersama orang tuanya di daerah Gresik. Meskipun Wika sudah

tidak kuliah, sudah tidak mengerjakan skripsi kebiasaan untuk tidak bisa

tidur pada malam hari terbawa pada saat Wika sudah tinggal dirumah.

Kebiasaan tersebut memberikan dampak yang buruk bagi kehidupannya

sehari-hari.

Wika tidak pernah keluar rumah karena jadwal tidurnya terbalik

(15)

6

membangunkannya tetapi Wika tetap tidur sampai siang. Dampak lain

yang ditimbulkan akibat insomnia ini yaitu raut wajah yang tidak segar,

kurangnya bergaul dengan lingkungan sekitar karena waktunya hanya di

habiskan untuk tidur kalau pagi sampai siang hari, kurang

informasi-informasi terkini karena Wika hanya menghabiskan waktunya dirumah.

Semenjak lulus dari kuliah Wika sudah melamar pekerjaan kemana-mana

tetapi saat interview selalu saja gugur sehingga sampai saat ini Wika

selalu berada di rumah mengisi hari-harinya dengan menonton drama,

membaca buku dan selalu di kamar.

Sebenarnya pada saat baru lulus kuliah Wika mendapatkan

pekerjaan tetapi dengan lokasi yang berada di Jawa Barat sehingga orang

tua tidak menyetujui kalau ia jauh lagi dari orang tua. Akhirnya Wika

mencoba untuk melamar pekerjaan di daerah-daerah yang bisa dijangkau

untuk pulang ke rumah tetapi tidak pernah ada panggilan untuk bekerja

sampai saat ini. Selain keinginan orang tua agar anaknya segera bekerja.

Orang tuanya juga menginginkan anaknya agar segera menikah, tetapi

kenyataanya pada usia saat ini Wika tidak memiliki teman dekat sama

sekali sehingga menyebabkan kecemasan-kecemasan yang timbul setiap

harinya memikirkan masalah keinginan orang tua. Ia sudah berusaha

untuk menghilangkan apa yang dipikirkan dengan mencoba tidur dengan

cepat, yang dilakukan Wika adalah membaca buku tetapi dengan

membaca buku malah membuatnya tidak bisa tidur sampai bukunya

(16)

7

Melihat permasalahan gangguan tidur yang muncul semenjak

skripsi kemudian ditambah dengan tuntutan orang tua sehingga

munculah beban pikiran yang mengakibatkan kecemasan yang

mengakibatkan kesusahan untuk tidur. Oleh karena itu peneliti akan

menggunakan Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami untuk

mengurangi kecemasan dan membantu untuk tidur lebih baik. Dengan

cara agar Wika dapat berpikir dengan baik bahwa Allah selalu

memudahkan jalan kita disetiap kita merasa kesusahan di samping itu

agar bisa merubah perilaku sehari-hari sehingga kecemasan yang muncul

bisa hilang dan tidur dengan baik. Setelah melihat fenomena diatas

sehingga penulis melakukan penelitian dan terpilihlah judul Cognitive

Behavior Therapy (CBT) Islami pada Seorang Gadis yang

Menderita Insomnia di Driyorejo Gresik”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah tersebut maka penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses menggunakan Cognitive Behavior Therapy (CBT)

Islami pada seorang gadis yang menderita insomnia di Driyorejo

Gesik?

2. Bagaimana hasil menggunakan Cognitive Behavior Therapy (CBT)

Islami pada seorang gadis yang menderita insomnia di Driyorejo

(17)

8

C. Tujuan Penelitain

Adanya penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui bagaimana proses menggunakan Cognitive Behavior

Therapy (CBT) Islami pada seorang gadis yang menderita insomnia

di Driyorejo Gresik.

2. Mengetahui hasil dari gadis tersebut setelah melakukan proses

menggunakan Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami pada

seorang gadis yang menderita insomnia di Driyorejo Gresik.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap akan munculnya

dari hasil penelitian ini secara teoritis dan praktis bagi para pembacanya,

antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah keilmuan bagi peneliti yang lain dalam hal Cognitive

Behavior Therapy (CBT) Islami pada seorang gadis yang

menderita insomnia.

b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi jurusan Bimbingan

Konseling Islam khususnya bagi mahasiswa UIN Sunan Ampel

Surabaya.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai sumber informasi dan juga sebagai referensi untuk

(18)

9

E. Definisi Konsep

1. Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami

Cognitive Behavior Therapy (CBT) merupakan salah satu

pendekatan psikoterapi yang paling banyak diterapkan dan telah

terbukti efektif dalam mengatasi berbagai gangguan, termasuk

kecemasan. Asumsi yang mendasari Cognitive Behavior Therapy

(CBT), terutama untuk kasus kecemasan yaitu bahwa gangguan

emosional berasal dari distorsi (penyimpangan) dalam berpikir.

Perbaikan dalam keadaan emosi hanya dapat berlangsung lama kalau

dicapai perubahan pola berpikir selama proses terapi. Demikian pula

pada pasien pola berpikir yang maladaptive (disfungsi kognitif ) dan

gangguan perilaku. Dengan memahami dan merubah pola tersebut,

pasien diharapkan mampu melakukan perubahan cara berpikirnya

dan mampu mengendalikan gejala-gejala dari gangguan yang di

alami. Dalam hal seperti ini, kognitif behavioral digunakan untuk

mengidentifikasi, memperbaiki perilaku yang sesuai, dan fungsi

kognisi yang terhambat, yang mendasari aspek kognitifnya yang ada.

Terapis dengan pendekatan kognitif behavior mengajar klien agar

berpikir lebih realistis dan sesuai sehingga dengan demikian akan

menghilangkan atau mengurangi gejala berkelainan yang ada11.

Cognitive Behavior Therapy (CBT) berorientasi pada

pemecahan masalah dengan terapi yang dipusatkan pada keadaan

(19)

10

“disini dan sekarang”, yang memandang individu sebagai pengambil

keputusan terpenting tentang tujuan atau masalah yang akan

dipecahkan selama proses terapi. Penelitian disini juga menggunakan

keislaman yaitu Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami dengan

melatih kognitif seperti akal, pikiran dan ingatan untuk tetap terjaga

bahwa Allah SWT selalu membantu hamba-hambanya yang

kesusahan atau memiliki masalah yang menyebabkan kecemasan itu

muncul sehingga mengakibatkan gangguan tidur, dengan

memasrahkan semua permasalah kepada Allah SWT. Sedangkan

untuk behaviornya yaitu dengan membiasakan membaca ayat-ayat

suci Al-Qur’an sesudah sholat bahkan sebelum tidur dengan

membaca doa agar tidur tetap terjaga. Mengapa dalam laporan

skripsi ini memilih teknik Cognitive Behavior Therapi (CBT) Islami

dalam menangani penderita insomnia, karena disini klien sedang

mengalami gejala kecemasan sehingga menimbulkan masalah

gangguan tidur atau sulit tidur dan sesuai dengan teknik Cogitive

Behavior Therapy (CBT) Islami bahwa teknik tersebut mampu

membantu permasalahan yang di hadapi konseli untuk bisa merubah

pola pikir dan tingkah laku gadis tersebut dengan pembiasaan

(20)

11

2. Dewasa Awal

Masa dewasa awal adalah masa pencarian kemantapan dan

masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan

ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan

masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreatifitas dan

penyesuaian diri pada pola hidup baru.

Menurut Hurlock masa dewasa awal dimulai dari umur 18

tahun sampai sekitar umur 40 tahun12. Sedangkan menurut ahli

psikologi perkembangan, dewasa awal ialah mereka yang berusia 20

tahun sampai 40 tahun13. Batas-batas dewasa awal berdasarkan

Hurlock dan Santrock maka disini penulis menyimpulkan untuk

batas dewasa awal yaitu 20 tahun sampai 40 tahun.

Masa dewasa dikatakan sebagai masa sulit bagi individu

karena pada masa ini seseorang dituntut untuk melepaskan

ketergantungannya terhadap orang tua dan berusaha untuk dapat

mandiri14.

Dalam penelitian ini, Wika yang merupakan obyek

peneliti tidak memiliki kedekatan hubungan dengan lawan jenis atau

bisa saja disebut tidak memiliki teman dekat. Begitu pula dengan

pekerjaan, Wika belum mempunyai pekerjaan. Masa dewasa awal ini

seharusnya seorang indvidu mulai mempersiapkan untuk mempunyai

12 Rosleney Mariani Perkembangan, (Bandung, Psikologi: CV Pustaka Setia, 2015), hlm. 182

13 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, (Jakarta: PT Grasindo, 2003), hlm. 3

(21)

12

peran ganda. Karena masalah usia yang sudah 26 tahun belum juga

menikah dan bekerja menjadikan hal tersebut masalah sehingga

memunculkan tuntuttan-tuntuttan orang tua yang menjadi beban

baginya. Tuntuttan dari orang tua menjadikan beban bagi

kehidupannya sehingga gadis tersebut selalu berpikir terus-menerus

tentang apa yang di inginkan orang tua.

3. Insomnia

Insomnia berasal dari bahasa latin in-, yang artinya “tidak”

atau “tanpa”, dan somnus, yang artinya “tidur”. insomnia yang muncul sewaktu-waktu terutama pada saat kita stres, bukanlah

sesuatu yang abnormal. Namun, insomnia yang terus ada dan

memiliki karakteristik kesulitan tidur atau untuk tetap tidur adalah

pola perilaku abnormal15. Tidur adalah fungsi biologis, yang

memiliki fungsi restoratif dan sebagaian besar dari kita

membutuhkan setidaknya 7 jam atau lebih untuk tidur pada malam

hari agar kita dapat berfungsi dengan baik. Masalah tidur yang

menyebabkan stres pribadi yang signifikan fungsi sosial, pekerjaan,

atau peran lain diklasifikasikan dalam sistem DSM sebagai

gangguan tidur (sleep disorder). Orang dengan gangguan tidur

biasanya menghabiskan beberapa malam dipusat tidur, dimana

mereka dihubungkan dengan kabel ke alat-alat yang mencatat respon

(22)

13

fisiologis mereka selama tidur atau berusaha untuk tidur, gelombang

otak, tingkat jantung dan pernafasan, dan seterusnya.

DSM mengelompokan gangguan tidur menjadi dua

kategori utama yaitu dissomnia dan parosomnia. Dissomnia

(dyssomnias) adalah gangguan tidur yang memiliki karakteristik

terganggunya jumlah, kualitas, atau waktu dari tidur. Salah satu jenis

dissomnia adalah insomnia. DSM (Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorers) adalah kumpulan berbagai gangguan

campur aduk yang dikelompokkan bersama dalam berbagai kelas

tanpa suatu kerangka konseptual yang konsisten16.

Dalam penelitian ini Wika mengalami kecemasan karena

pikiran-pikiran yang membuatnya cemas yaitu pertama, tentang

pekerjaan yang mana Wk belum mendapatkan pekerjaan selama ini.

Kedua, orang tua yang mana disini orang tua selalu bertanya tentang

kedekatan hubungannya dengan lawan jenis. Ketiga, usia yaitu

tetang usia Wika yang sudah 26 tahun tetapi belum juga menikah,

dan lain-lain. kecemasan-kecemasan yang muncul tersebut

menyebabkan mengalami gangguan tidur. Sehingga Wika selalu

kesulitan untuk tidur dan mendapatkan tidur yang berkualitas.

(23)

14

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Judul penelitian yang membahas masalah pribadi, dan

penelitian ini akan mengkaji dan mendeskripsikan tentang Cognitve

Behavior Therapy (CBT) Islami pada Seorang gadis yang Menderita

Insomnia, peneliti menggunakan penelitian kualitatif. Metode

penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti kondisi

objek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis

data bersifat induktif/kualitatif17.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan

data-data yang di dapat nantinya adalah data-data kualitatif berupa

kata-kata atau tulisan tidak bentuk angka dan untuk mengetahui serta

memahami fenomena secara terperinci, mendalam, dan menyeluruh.

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi

khasus. Studi khasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif

mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu

organisasi (komunitas) atau situasi sosial. Peneliti studi khasus

berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang

diteliti18.

17 Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, R&D, (Bandung: ALFABETA, 2014). Hal.9

(24)

15

2. Sebjek penelitian

Nama : Wika

Tanggal lahir : 28 April 1990

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Perumahan Sumput Asri, Driyorejo,

Gresik

3. Tahap-tahap penelitian

a. Tahap pra-lapangan

Peneliti melakukan observasi pendahuluan melalui

pengamatan dan mencari suatu informasi dari salah satu

sebagaian sumber terhadap sesuatu, yang dijadikan tempat untuk

memperoleh judul, dan yang sesuai gambaran umum keadaan

dilapangan serta memperoleh kepastian antara judul dengan

kenyataan yang ada di lapangan.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Peneliti berusaha menerapkan Cognitive Behavior

Therapy (CBT) Islami pada seorang gadis yang menderita

insomnia.

c. Tahap penyelesaian/analisis data

Tahap selanjutnya menganalisis data yang telah

dikumpulkan selama kegiatan lapangan. Proses

(25)

16

kategori, dan suatu uraian dasar. Peneliti menganalisis data yang

dilakukan dalam suatu proses.

4. Jenis dan sumber data

a. Jenis data

Janis data adalah hasil pencatatan penelitian baik yang berupa

fakta ataupun angka, dengan kata lain segala fakta dan angka

yang dijadikan bahan untuk menyusun informasi. Penelitian

akan kurang valid jika tidak ditemukan jenis data atau sumber

datanya. Adapun jenis data penelitian ini adalah:

1) Data primer adalah data inti dari penelitian ini, yaitu proses

dalam pemberian teknik Cognitive Behavior Therapy (CBT)

Islami kepada seorang gadis di Driyorejo Gresik yang di

ambil dari observasi di lapangan, tingkah laku, kegiatan

keseharian, dan latar belakang, serta respon dari gadis yang

telah diberikan teknik Cognitive Behavior Therapy (CBT)

Islami.

2) Data sekunder adalah data yang diambil dari sumber kedua

atau berbagai sumber guna melengkapi data primer19.

Diperoleh dari keadaan lingkungan dan perilaku keseharian.

(26)

17

b. Sumber data

Untuk mendapat keterangan dan informasi, peneliti

mendapatkan informasi dari sumber data, yang di maksud

sumber data adalah subjek dari mana data di peroleh20. Adapun

yang dijadikan sumber data adalah:

1) Sumber data primer, yaitu sumber data yang diperoleh

langsung dari konseli yakni Wika serta didapat dari peneliti

sebagai konselor.

2) Sumber data sekunder, yaitu data-data yang di peroleh dari

perpustakaan yang digunakan untuk mendukung dan

melengkapi data primer21.

5. Teknik pengumpulan data

Mendapatkan data dari sumber penelitian maka ada beberapa

teknik pengumpulan data yang sesuai yaitu:

a.Interview (wawancara)

Wawancara ini dilakukan pada konseli yaitu Wika ,

keluarga, dan orang-orang di lingkungan sekitar.

Menggunakan wawancara terstruktur yaitu digunakan sebagai

teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data

20 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal.129

(27)

18

telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan

diperoleh.

b.Observasi (pengamatan)

Teknik observasi ini diklarifikasikan menurut tiga cara.

Pertama, pengamat bertindak sebagai partisipan atau observasi

partisipatif yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari

orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti

ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut

merasakan suka dukanya, dengan observasi partisipan ini maka

data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai

mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang

nampak. Kedua, observasi dapat dilakukan secara terus terang

yaitu peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan

terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan

penelitian. Jadi meraka yang diteliti mengetahui sejak awal

sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Ketiga, observasi yang

menyangkut latar penelitian dan dalam penelitian ini

digunakan teknik observasi yang mana pengamat bertindak

sebagai partisipan22.

(28)

19

6. Teknik analisis data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke

dalam ketegori, menjabarkan ke unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh

diri sendiri mupun orang lain23.

Dalam penelitian ini setelah data terkumpul maka data tersebut

dianalisis. Sedangkan data pelaksanaan Cognitive Behavior Therapy

Islami yang dilakukan konselor untuk penderita insomia disajikan

dalam bentuk “deskriptif komparatif”, yakni membandingkan hasil

data pelaksanaan Cognitive Behavior Therapy Islami dilapangan

dengan teori yang ada pada umumnya, untuk membandingkan

kondisi gadis tersebut antara sebelum dan sesudah pelaksanaan

Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami, serta mengetahui berhasil

tidaknya Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami dalam mengatasi

penderita insomnia seorang gadis di daerah Driyorejo Gresik.

Usaha untuk mengetahui hasil akhir menggunakan Cognitive

Behavior Therapy Islami ini dapat dilakukan dengan

membandingkan perilaku konseli antara sebelum dan sesudah

pelaksanaan Cognitive BehaviorTherapy (CBT) Islami.

(29)

20

7. Teknik keabsahan data

Dalam penelitian kualitatif tidak menjamin pelaksanaan

penelitian akan mendapatkan hasil yang optimal, kesalahan pada

peneliti juga besar kemungkinan akan terjadi. Dalam hal ini, peneliti

menganalisa data langsung di lapangan untuk menghindari kesalahan

pada data-data tersebut. Maka dari itu, untuk mendapatkan hasil

yang optimal peneliti perlu memikirkan keabshan data. Peneliti

dalam melakukan pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik

sebagai berikut:

a. Ketekunan pengamatan

Melakukan ketekunan berarti melakukan pengamatan

secara lebih cermat dan berkesinambung dengan cara tersebut

maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam

secara pasti dan sistematis.

Memperdalam pengamatan terhadap hal-hal yang diteliti

yaitu tentang proses menggunakan Cognitive Behavior Therapy

(CBT) Islami pada seorang gadis yang menderita insomnia.

b. Observasi yang diperdalam

Menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang

sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari

(30)

21

c. Trinaggulasi

Teknik pemerksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pemeriksaan

atau sebagai perbandingan terhadap data itu. Peneliti memeriksa

data-data yang diperoleh dengan subjek peneliti, baik melalui

wawancara maupun pengamatan, kemudian data tersebut

peneliti bandingkan dengan data yang ada di luar yaitu sumber

lain, sehingga keabsahan data bisa dipertanggung jawabkan.

G. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan suatu penelitian diperlukan sistemtika

pembahasan bertujuan untuk mempermudahkan penelitian,

langkah-langkah pembahasan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini berisi pendahuluan yang meliputi latarbelakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi konsep, metode penelitian,

sistematika pembahasan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini berisi tinjauan pustaka yang meliputi kajian teoritik

dan penelitian terdahulu yang relevan.

(31)

22

Dalam bab ini berisi penyajian data yang terdii dari deskripsi

umum objek penelitian dan deskrpsi hasil penelitian.

Bab IV Analisis Data

Dalam bab ini berisi analisis data.

Bab V Penutup

Dalam bab ini berisi tentang penutup yang di dalamnya terdapat

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Cognitive Behavior Theraphy (CBT) Islami

a. Pengertian Cognitive Behavior Therapy

Cognitive Behavior Therapy adalah terapi yang dikembangkan

oleh Beck tahun 1976, yang konsep dasarnya meyakini bahwa pola

pemikiran manusia terbentuk melalui proses rangkaian Stimulus –

Kognisi – Respon (SKR), yang saling berkaitan dan membentuk

semacam jaringan dalam otak manusia, dimana proses cognitive akan

menjadi faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia

berpikir, merasa, dan bertindak24.

Terapi perilaku kognitif (CBT- Cognitive Behavior Therapy)

menggunakan teori dan riset tentang proses-proses kognitif. Pada

faktanya terapi tersebut menggunakan gabungan paradigma kognitif

dan belajar. Para terapis perilaku kognitif memberikan perhatian pada

peristiwa-peristiwa dalam diri, pemikiran, persepsi, penilaian,

pernyataan diri, bahan asumsi-asumsi yang tidak diucapkan (tidak

disadari), dan telah mempelajari serta memanipulasi proses-proses

24

(33)

24

tersebut dalam upaya memahami dan mengubah perilaku bermasalah

yang terlihat maupun tidak terlihat25.

Terapi kognitif-behavioral (cognitive behavioral therapy) ini

berusaha untuk mengintegrasi teknik-teknik terapeutik yang berfokus

untuk membantu individu melakukan perubahan-perubahan, tidak

hanya perilaku nyata tetapi juga dalam pemikiran, keyakinan, dan

sikap yang mendasarinya. Terapi kognitif-behavioral memiliki asumsi

bahwa pola pikir dan keyakinan mempengaruhi perilaku, dan

perubahan pada kognisi ini dapat menghasilkan perubahan perilaku

yang diharapkan26.

b. Sejarah perkembangan psikoterapi dengan Cognitive Behavior

Therapy (CBT)

Penerapan terapi pada klien dengan berbagai gangguan klinis

psikologis telah banyak dipermasalahkan sejak awal munculnya

psikoterapi. Kasus klasik Anna O. yang ditangani dengan aliran

Freudian dan khasus manusia tikus merupakan salah satu contoh

penggunaan psikoterapi pada khasus gangguan kepribadian. Berbagai

bentuk yang berbeda tentang terapi Cognitive Behavior dikembangkan

oleh beberapa ahli27.

25 Gerald C. Davision, Psikologi Abnormal edisi ke-9, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm.74

26 Jeffrey S. Nevid, Psikologi Abnormal/Edisi Kellima/Jilid 1, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005), hlm.113

(34)

25

Pada tahun 1960, salah satu psikolog penting di Amerika yaitu

Aaron (Tim) Beck merasa dikecewakan oleh terapi psikoanalisis, yang

dia anggap tidak cukup ampuh atau mujarab. Beck menjadi sangat

tertarik pada emosi yang ditampilkan oleh klien-kliennya, dimana

emosi tersebut tidak terlihat berhubungan dengan kisah-kisah masa

kecil yang mereka ceritakan kepadanya.

Ketika bekerja dengan beberapa klien, Beck menjelaskan

contoh pertamanya yang sangat jelas, tentang rentetan pikiran

kliennya yang muncul seiring dengan kisah yang diceritakan

kliennya28. Latar belakang sebagai seorang psiokanalisis dimana Ia

sering menemukan adanya karakteristik pola pikir yang menyimpang

dalam kasus-kasus klinis yang ditanganinya, membuat Beck tertarik

untuk menjajah pikiran otomatis klien dalam teori cognitivenya. Beck

meyakinkan bahwa klien dengan gangguan emosi cenderung memiliki

kesulitan berpikir logis yang menimbulkan gangguan pada kapasitas

pemahamannya, yang disebut dengan distorsi cognitve antara lain:

1) Mudah membuat kesimpulan tanpa data yang mendukung,

cenderung berpikir secara ‘catastrophic’ atau berpikir

seburuk-buruknya.

2) Memiliki pemahaman yang selektif, membatasi kesimpulan

berdasarkan hal yang terbatas.

(35)

26

3) Mudah melakukan generalisasi, sebagai proses meyakini suatu

kejadian untuk diterapkan secara tidak tepat pada situasi lain.

4) Kecenderungan memperbesar dan memperkecil masalah,

membuat klien tidak mampu menilai masalah secara obyektif.

5) Personalisasi, membuat klien cenderung menghubungkan antara

kejadian eksternal dengan diri sendiri dan menyalahkan diri

sendiri.

6) Pemberian label atau kesalahan memberi label, menentukan

identitas diri berdasarkan kegagalan atau kesalahan.

7) Pola pemikiran yang terpolarisai, kecenderungan untuk berpikir

dan menginterpretasikan segala sesuatu dalam bentuk ‘ all-or-nothing’ (semua atau tidak sama sekali).

Perinsip dasar terapi ini menekankan kepada kapasitas klien

dalam menemukan diri sendiri dan merubah pola pikirnya demi

memperoleh cara pandang yang berbeda terhadap diri dan

sekelilingnya29.

c. Konsep dasar Cognitive Behavior Therapy

Teori Cognitive Behavior pada dasarnya meyakini bahwa pola

pemikiran manusia terbentuk melalui proses rangkaian stimulus –

kognisi – respon (SKR), yang saling berkaitan dan membentuk

semacam jaringan SKR dalam otak manusia, dimana proses cognitive

(36)

27

akan menjadi faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia

berpikir, merasa dan bertindak. Sementara dengan adanya keyakinan

bahwa manusia memiliki potensi untuk menyerap pemikiran yang

rasional dan irasional, dimana pemikiran yang irasional dapat

menimbulkan gangguan emosi dan tingkah laku, maka Terapi

Cognitive Behavior diarahkan kepada modifikasi fungsi berpikir,

merasa dan bertindak, dengan menekankan peran otak dalam

menganalisa, memusatkan, bertanya, berbuat, dan memutuskan

kembali. Dengan merubah status pikiran dan perasaannya, klien

diharapkan dapat mengubah tingkah lakunya dari yang negatif

menjadi positif.

Bagaimana seseorang menilai situasi dan bagaimana cara

mereka mengintepretasikan suatu kejadian akan sangat berpengaruh

terhadap kondisi reaksi emosional yang kemudian akan

mempengaruhi tindakan yang dilakukan. Demi memahami

psikopatologi gangguan mental dan perilaku, Cognitive Behavior

mencoba menguraikan penyebabkan sebagai akibat dari: 1) Adanya

pikiran dan asumsi irasional, 2) Adanya distorsi dalam proses

pemikiran manusia30.

(37)

28

d. Tujuan Cognitive Behavior Therapy

Tujuan Cognitive Behvior Therapy adalah untuk mengajak

konseli menentang pikiran dan emosi yang salah dengan

menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan

mereka tentang masalah yang dihadapi31. Terapis diharapkan mampu

menolong klien untuk mencari keyakinan yang sifatnya dogmatis

dalam diri klien dan secara kuat mencoba menguranginya. Terapis

harus waspada terhadap munculnya pemikiran yang tiba-tiba

mungkin dapat dipergunakan untuk merubah mereka.

Dalam proses ini, beberapa ahli cognitive-behavior memiliki

pendapat bahwa masa lalu tidak perlu menjadi fokus penting dalam

terapi, karenanya cognitive-behavior lebih banyak bekerja pada

status kognitif masa kini untuk dirubah dari negatif menjadi positif32.

e. Teknik Cognitive Behavior Therapy (CBT)

CBT adalah pendekatan psikoterapeutik yang digunakan oleh

konselor untuk membantu individu kearah yang lebih positif.

Berbagai variasi teknik perubahan kognisi, emosi, dan tingkah laku

menjadi bagaian terpenting dalam Cognitive Behavior Therapy.

Metode ini berkembang sesuai dengan kebutuhan konseli, dimana

31 Kasandra, Oemardi, Pendekatan Cognitive Behavior dalam Psikoterapi, (Jakarta: Kreativ Media Jakarta, 2003), hlm.9

(38)

29

konelor bersifat aktif, direktif, terbatas waktu, berstruktur, dan

berpusat pada konseli.

Konselor atau terapis Cognitive Behavior biasanya

menggunakan berbagai teknik intervensi untuk mendapatkan

kesepakatan perilaku sasaran dengan konseli. Teknik yang biasa

dipergunakan oleh para ahli dalam Cogniive Behavior Therapy (CBT)

yaitu:

1) Menata keyakinan irasional.

2) Bibliotherapy, menerima kondisi emosional internal sebagai

sesuatu yang menarik ketimbang sesuatu yang menakutkan.

3) Mengulang kembali penggunaan beragam pernyataan diri dalam

role play dengan konselor.

4) Mencoba berbagai penggunaan pernyataan diri yang berbeda

dalam situasi riil.

5) Mengukur perasaan, misalnya mengukur perasaan cemas yang

dialami pada saat ini dengan skala 0-100.

6) Menghentikan pikiran. Konseli belajar untuk menghentikan

pikiran negatif dan mengubahnya menjadi pikiran positif.

7) Desensitization systematic. Digantinya respon takut dan cemas

dengan respon relaksasi dengan cara mengemukakan

permasalahan secara berulang-ulang dan berurutan dari respon

takut terberat sampai yang teringan untuk mengurangi intensitas

(39)

30

8) Pelatihan keterampilan sosial. Melatih konseli untuk dapat

menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosialnya.

9) Assertiveness skill training atau pelatihan keterampilan supaya

bisa bertindak tegas.

10)Penugasan rumah. Mempraktikan perilaku baru dan strategi

kognitif antara sesi konseling.

11)In vivo exposure. Mengatasi situasi yang menyebabkan masalah

dengan memasuki situasi tersebut.

12)Convert conditioning, upaya pengkondisian tersembunyi dengan

menekankan kepada proses psikologis yang terjadi didalam diri

individu. Peranannya didalam mengontrol perilaku berdasarkan

kepada imajinasi dan presepsi33.

f. Prinsip-prinsip Cognitive Behavior Therapy

Berikut ini adalah prinsip-prinsip dari CBT berdasarkan

kajian yang diungkapkan oleh Aron T Beck:

1) Prinsip 1: Cognitive Behavior Therapy berdasarkan pada

formulasi yang terus berkembang dai permasalahan konseli

dan konseptualisasi kognitif konseli. Formulasi konseling terus

diperbaiki seiring dengan perkembangan evaluasi dari setiap

sesi konseling. Pada momen yang strategis, konselor

mengkoordinasikan penemuan-penemuan konseptualisasi

(40)

31

kognitif konseli yang menyimpang dan meluruskannya

sehingga dapat membantu konseli dalam penyesuaian antara

berpikir, merasa, dan bertindak.

2) Prinsip 2: Cognitive Behavior Therapy didasarkan pada

pemahaman yang sama antara konselor dan konseli terhadap

permasalahan yang dihadapi konseli. Melalui situasi konseling

yang penuh dengan kehangatan, empati, peduli, dan orisinilitas

respon terhadap permasalahan konseli akan membuat

pemahaman yang sama tehadap permasalahan yang dihadapi

konseli. Konseli tersebut akan menunjukan sebuah

keberhasilan dari konseling.

3) Prinsip 3: Cognitive Behvior Therapy memerlukan kolaborasi

dan partisipasi aktif. Menempatkan konseli sebagai tim dalam

konseling. Maka keputusan konseling merupakan keputuasan

yang dispakati dengan konseli. Konseli akan lebih aktif dalam

mengikuti setiap sesi konseling, karena konseli mengetahui apa

yang harus dilakukan dari setiap sesi konseling.

4) Prinsip 4: Cognitive Behavior Therapy berorentasi pada tujuan

dan berfokus pada permasalahan. Setiap sesi konseling selalu

dilakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat pencapaian

tujuan. Melalui evaluasi ini diharapkan adanya respon konseli

terhadap pikiran-pikiran yang mengganggu tujuannya, dengan

(41)

32

5) Prinsip 5: Cognitive Behavior Therapy berfokus pda kejadian

saat ini. Konseling dimulai dari menganalisis permasalahan

konseli pada saat ini dan disini. Perhatian konseling beralih

pada dua keadaan. Pertama, ketika konseli mengungkapkan

sumber kekuatan dalam melakukan kesalahannya. Kedua,

ketika konseli terjebak pada proses berpikir yang menyimpang

dan keyakinan konseli di masa lalunya yang berpotensi

merubah kepercayaan dan tingkah laku ke arah yang lebih baik.

6) Prinsip 6: Cognitive Behavior Therapy merupakan edukasi ,

bertujuan mengajarkan konseli untuk menjadi terapis bagi

dirinya sendiri, dan menekankan pada pencegahan. Sesi

pertama CBT mengarahkan konseli untuk mempelajari sifat

dan permasalahan yang dihadapinya termasuk proses konseling

cognitive-behavior serta model kognitifnya karena CBT

meyakini bahwa pikiran mempengaruhi emosi dan perilaku.

Konselor membantu menetapkan tujuan konseli,

mengidentifikasi dan mengevaluasi proses berpikir serta

keyakinan konseli. Kemudian merencanakan rancangan

pelatihan untuk perubahan tingkah lakunya.

7) Prinsip 7: Coginitive Behavior Therapy berlangsung pada

waktu yang terbatas. Pada kasus-kasus tertentu, konseling

membutuhkan pertemuan antara 6 sampai 14 sesi. Agar proses

(42)

33

secara kontinyu konselor dapat membantu dan melatih konseli

untuk melakukan self-help.

8) Prinsip 8: Cognitive Behavior Therapy yang terstruktur ini

terdiri dari tiga bagian konseling. Bagian awal, manganalisis

perasaan dan emosi konseli, menganalisis kejadian yang terjadi

dalam satu minggu kebelakang, kemudian menetapkan agenda

untuk setiap sesi konseling. Bagian tengah, meninjau

pelaksanaan tugas rumah, membahas permasalahan yang

muncul dari setiap sesi yang berlangsung, serta merancang

pekerjaan rumah baru yang akan dilakukan. Bagian akhir,

melakukan umpan balik terhadap perkembangan dari setiap

sesi konseling. Sesi konseling yang terstruktur ini membuat

proses konseling lebih dipahami oleh konseli dan

meningkatkan kemungkinan mereka mampu melakukan

self-help diakhir sesi konseling.

9) Prinsip 9: Cognitive Behavior Therapy mengajarkan konseli

untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggai

pemikiran disfungsional dan keyakinan mereka. Setiap hari

konseli memiliki kesempatan dalam pemikiran-pemikiran

otomatisnya yang akan mempengaruhi suasana hati, emosi,

dan tingkah laku mereka. Konselor membantu konseli dalam

mengidentifikasi pikirannya serta menyesuaikan dengan

(43)

34

konseli untuk merasa lebih baik secara emosional, tingkah laku

dan mengurangi kondisi psikologis negatif.

10)Prinsip 10: Cognitive Behavior Therapy menggunakan

berbagai teknik untuk merubah pemikiran, perasaan, dan

tingkah laku. Pertanyaan-pertanyaan yang berbentuk sokratik

memudahkan konselor dalam melakukan konsling

cognitive-behavior. Pertanyaan dalam bentuk sokratik merupakan inti

atau kunci dari evaluasi konseling. Dalam proses konseling,

CBT tidak mempermasalahkan konselor menggunakan

teknik-teknik dalam konseling lain seperti teknik-teknik Gestalt,

Psikodinamik, Psikoanalisis, selama teknik tersebut membantu

proses konseling yang lebih singkat dan memudahkan konselor

dalam membantu konseli. Jenis teknik yang dipilih akan

dipengaruhi oleh konseptualisasi konselor terhadap konseli,

masalah yang sedang ditangani, dan tujuan konselor dalam sesi

konseling tersebut34.

g. Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami

Islam memberikan perhatian kepada pertumbuhan jasmani.

Islam menghimbau manusia untuk menjaga kesehatannya dari

segala penyakit dan faktor penyebab kelemahan, kelayuan, dan

kerentanan. Tubuh adalah media untuk melakukan

(44)

35

pekerjaan besar, dan alat untuk menunaikan seluruh tugas yang

dibebankan oleh syariat.

Berdasarkan paparan definisi mengenai CBT bahwa penulis

penulis menyimpulkan tentang CBT dengan menggunakan konsep

Islami bahwa CBT Islami adalah suatu pendekatan konseling yang

menitik beratkan pada pembenahan kognitif yang menyimpang

akibat kejadian yang merugikan dirinya dan dengan menekankan

pada konsep-konsep Islam untuk mengubah pemikiran-pemikiran

negatif. Disini konseli diarahkan pada pemikiran-pemikiran dan

keyakinan tentang agama bahwa setiap kesulitan selalu ada jalan

keluar dengan menekankan perubahan pemikiran negatif menjadi

positif. Selain itu juga, merubah tingkah laku sehari-hari menjadi

kebiasaan baik atau perilaku yang islami.

Rasululah pernah mengobati salah satu sahabatnya yang

terkena insomnia (susah tidur) dan kegelisahan dalam tidur dan

menggunakan doa sebagai obat penawar. Di riwayatkan dari

Buraidah RA, ia berkata: Khalid bin walid al-makhzumi RA

pernah mngadu kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah SAW, semalam aku tidak dapat tidur karena gelisah.” Rasulullah SAW

(45)

36

,ۡ ْتهلظَٱۡام ۡعْب ه ٰلإۡتإۡوم هٰلإۡ ْب ۡهمهلهلإۡ:ْۡلقفۡ شإۡرفَۡ إۡتْيه َٱإ َۡۡٱ

ۡ

ۡ ب

ۡ

ْۡلخۡ ًشۡ ْ مإً اجِۡۡ ْ كۡ, ْتهلضَٱام ۡ ْْطاٗ ه شلإۡ ب ۡ, ْتهلقَٱۡام ۡ ْْضْ َلْإ

ۡ ق

َۡ ۡ,كؤۡان شۡهلجۡ هَعۡهَعۡيغْبيۡ ْ َٱْ َٱۡ,دحَٱَۡعۡ رْ يۡ ْ َٱۡاًعَْْٗۡمهيك

ۡ

َۡ

إ

إ

ۡتْنَٱ هَ

إ

إَۡ

إ

إَۡ,ك ْْغ

Jika kamu hendak merebahkandiri ditempat tidur, maka

ucapkanlah: “ya Allah SWT, Tuhan penguasa tujuh langit dan

segala yang diliputinya, Penguasa bumi dan segala yang diatasnya, Penguasa setan dan orang yang telah diesatkan. Jadilah engkau sebagai penjagaku dari niat buruk seseorang, betapa agung segala

pujimu,dan tiada tuhan selain-Mu, tiadaa Tuhan selain Engkau”

Diriwayatkan dari ’Amrubin Syu’aib, dari ayahnya, dari

kakeknya, bahwa Rasulullah SAW pernah berkata35:

ۡغۡ ْ مۡتاماهتلإۡ هَإۡتامَبۡ ْوعَٱۡۡ:ْلقْٗلفۡ ْوهنلإِْۡۡ ۡدحَٱۡعَۡفۡإ إإ

ۡاقع ۡهبض

ۡ َُْْۡ ْ َۡٱ ۡ ْْطاٗ ه شلإۡتۡإََۡ ْ م ۡ ۡ ابعۡ يش ۡهب

ۡهُتۡ ْ لا هَ

افۡ,

إ

ۡه

“jika salah satu dari kalian sudah tidur, maka berdoalah: “aku

berlindung dengan seluruh kalimat Allah SWT yang sempurna

dari murka, siksa, dan keburukan hamban-Nya, serta dari fitnah setan yang hadirmenggangu. Maka dengan doa itu tidak akan

membahayakan dirinya”

2. Dewasa Awal

a. Makna Masa Dewasa Dini (Dewasa Awal)

Masa dewasa dini atau dewasa awal merupakan masa yang

penuh konflik diantara ketiga pola (masa dewasa awal, madya, dan

masa tua). Hurlock mendefinisikan masa dewasa dini sebagai periode

penyesuaian diri terhadap pola kehidupan baru dan harapan sosial

(46)

37

baru. Orang dewasa muda diharapkan dapat memainkan peran baru,

seperti peran suami istri, orang tua, pencari nafkah, dan

mengembangkan sikap baru, keinginan baru, dan nilai-nilai baru,

sesuai dengan tugas baru ini. Penyesuaian diri menjadikan periode ini

sebagai suatu periode khusus dan sulit dari rentang hidup seseorang.

b. Karakteristik Perkembangan Orang Dewasa

Pada umumnya terdapat beberapa karakteristik perkembangan

orang dewasa, yaitu sebagai berikut:

1) Perkembangan psikologi masa dewasa dini

Dewasa awal adalah masa kematangan fisik dan

psikologis. Menurut Anderson, terdapat tujuh ciri kematangan

psikologi, yaitu sebagai berikut:

a) Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego, yaitu

berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya dan tidak

condong pada perasaan diri sendiri atau kepentingan pribadi.

b) Tujuan jelas dan kebiasaan kerja yang efisen, yaitu melihat

tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan

tujuan-tujuan itu dapat di definisikannya secara cermat dan

mengetahui mana yang pantas dan tidak bekerja secara

terbimbing menuju arahnya.

c) Mengendalikan perasaan pribadi, yang dapat menyetir

(47)

38

perasaannya dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan

dengan orang lain.

d) Keobjektifan, yaitu memiliki sikap objektif, yakni berusaha

mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan

kenyataan.

e) Menerima kritik dan saran, yaitu memiliki kemauan yang

realitis, paham bahwa dirinya tidak selalu benar sehingga

terbuka pada kritik dan saran.

f) Pertanggung jawaban terhadap usaha-usaha pribadi, yaitu

memberi kesempatan kepada orang lain membantu usahanya

untuk mencapai tujuan.

g) Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru, orang

matang memiliki ciri fleksible dan dapat menempatkan diri

dengan kenyataan yang dihadapinya dengan situasi-situasi

baru36.

2) Perkembangan kognitif masa dewasa dini

Ketika memasuki pada dewasa muda, biasanya indvidu

telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan

yang matang. Dengan modal itu, seorang individu akan siap untuk

menerapkan keahlian tersebut dalam dunia pekerjaan. Dengan

demikian, individu akan mampu memecahkan masalah secara

(48)

39

sistematis dan mampu mengembangkan daya inisiatif-kreatifnya

sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru.

a) Kreatifitas dewasa muda

Munandar seorang profesor di bidang psikologi

keberbakan dan kreatifitas dari Universitas Indonesia,

mengemukakan pengertian tentang dasar kreatifitas. Menurut

munandar, kreatifitas memiliki beberapa pengertian dasar

sebagai berikut: kreatifitas merupakan kemampuan untuk

membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau

unsur-unsur yang ada. Kreativitas adalah kemampuan untuk

menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu

masalah.

Masa dewasa muda sering kali dianggap sebagai masa

untuk berprestasi yang setinggi-tingginya sehingga tidak

menutup kemungkinan mereka dapat mengekspresikan

segala potensinya untuk menciptakan karya-karya yang baru,

inofatif, dan kreatif.

b) Perkembangan pemilihan karier

Menurut Donald Super, perkembangan pemilihan

karier dibagi menjadi lima tahap, yaitu:

(1) Masa kristalisasi

Masa individu berusaha mencari bekal

(49)

40

formal dan nonformal, untuk persiapan masa depan

hidupnya. Upaya ini ditempuh sejak remaja pasa usia

14-18 tahun. Namun, dalam kenyataannya masa tersebut

juga ditempuh pada masa kanak-kanak.

(2) Masa spesifikasi

Ketika individu telah menyelesaikan pendidikan

tingkat sekolah menengah umum (SMU), ia akan

meneruskan pada jenjang pendidikan khusus yang sesuai

dengan bakat minatnya. Masa spesifikasi ini lebih

mengarah pada jalur pendidikan yang menjurus pada

taraf profesional atau keahlian. Masa spesifikasi ini

ditempuh sejak usia 18-25 tahun.

(3) Implementasi

Masa ini individu mulai menerapkan pengetahuan

dan keterampilan yang diperoleh pada masa sebelumnya,

secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan

bidang keahlian atau profesi. Masa ini terjadi pada usia

25-40 tahun.

(4) Masa stabilisasi

Tahap individu menekuni bidang profesinya

sampai benar-benar ahli di bidangnya sehingga individu

dapat mencapai prestasi puncak. Taraf ini ditandai

(50)

41

misalnya sebagai dekan fakultas, rektor universitas,

direktur perusahaan, dan lain sebagainya. Masa ini

terjadi pada usia 40-50 tahun.

(5) Masa konsolidasi

Setelah mencapai puncak karier, individu mulai

memikirkan kembali sesuatu yang telah dilakukan

selama ini baik yang berhasil maupun yang gagal.

Lebih dari itu, individu mulai mengintegrasikan

seluruh pengalamannya kedalam aspek kepribadiannya

agar ia dapat melangkah ke masa depan lebih baik dan

bijak. Kepribadian merupakan disposisi psiko-fisiologis

yang mengarahkan dan mengontrol perilaku seseorang

dalam memilih suatu bidang karier tertentu. Berkaitan

dengan kepribadian dan karier. Holland mengemukakan

enam jenis keribadian yang mempengaruhi

perkembangan karier seseorang, yaitu:

(1) Realistik

Individu yang memiliki tipe kepribadian

realistik ditandai dengan keinginan untuk

mengerjakan hal-hal yang memerlukan kemampuan

gerak psikomotorik dan keterampilak fisik yang

(51)

42

(2) Peneliti

Tanda-tanda orang yang memiliki tipe

kepribadian ini adalah orang yang idealis. Ingin

mewujudkan suatu gagasan agar menjadi sesuatu

yang relevan dan berguna untuk hidup banyak orang.

(3) Artistik

Tipe kepribadian artistik adalah kepribadian

orang yang memiliki kecenderungan untuk

mengeluarkan ide-ide baru guna menciptakan karya

kreatifitasnya dalam bentuk seni.

(4) Sosial

Tipe orang yang berkepribadin sosial adalah

tipe orang yang memiliki kecenderungan untuk

membantu dalam menumbuh kembangkan potensi

orang lain melalui kegiatan interaksi sosial.

(5) Wirausaha

Orang yang memiliki kepribadian wirausaha

akan merasa senang kalau selalu dihadapkan dengan

masalah-masalah yang menantang kemampuannya

untuk mengorganisasikan sekelompok orang guna

(52)

43

(6) Konvensional

Tipe orang konvensional adalah orang yang

menyukai jenis pekerjaan yang bersifat rutinitas

sehingga kurang menantang aspek intelektualnya.

c) Perkembangan keagamaan

Keyakinan refleksi ke dalam diri sendiri terjadi pada

masa transisi antara remaja dan masa dewasa awal. Menurut

Flowler, individu mampu mengambil dan melakukan

tanggung jawab secara penuh terhadap apa yang diyakininya.

Sering kali konsekuensi yang paling buruk akibat dari

keyakinan tersebut harus ditanggungnya. Mereka rela hidup

terpisah dan tidak diakui lagi sebagai anggota keluarga atau

komunitas kelompoknya dan mereka rela meninggalkan

lingkungan orang tua dan saudara-saudaranya demi menjalani

ajaran agama yang diyakininya37.

3) Perkembangan fisik masa dewasa dini

Perkembangan masa dewasa dini sebagai berikut:

a) Usia reproduktif

Masa dewasa adalah masa usia reproduktif. Masa ini

ditandai dengan membentuk rumah tangga, tetapi

adakalanya masa ini bisa ditunda dengan beberapa alasan.

(53)

44

Misalnya, belum membentuk keluarga sampai mereka

menyelesaikan dan memulai karier mereka dalam suatu

lapangan.

b) Usia memantapkan letak kedudukan

Dengan pemantapan kedudukan, pola hidup

seseorang berkembang secara individual, yang dapat

menjadi ciri khasnya sampai akhir hayat. Situasi yang lain

membutuhkan perubahan-perubahan dalam pola hidup

tersebut, pada masa setengah baya atau masa tua, yang

dapat menimbulkan kesukaran dan gangguan emosi bagi

orang-orang yang bersangkutan.

c) Usia banyak masalah

Masa ini adalah masa yang penuh banyak masalah.

Jika seseorang tidak siap memasui tahap ini, ia akan

kesulitan dalam menyelesaikan tahap perkembangannya.

Persoalan yang dihadapi, seperti persoalan

pekerjaan/jabatan, persoalan teman hidup ataupun persoalan

keuangan, memerlukan penyesuaian.

d) Usia tenggang dalam hal emosi

Banyak orang dewasa muda mengalami kegagalan

emosi yang berhubungan dengan persoalan yang dialaminya,

seperti persalan jabatan, perkawinan, keuangan, dan

(54)

45

e) Masa keterasingan sosial

Dengan berakhirnya pendidikan formal dan

tujuannya seseorang kedalam pola kehidupan orang dewasa,

yaitu karier, perkawinan dan rumah tangga, hubungan

dengan teman-teman kelompok sebaya semakin menjadi

renggang. Bersamaan dengan itu, keterlibatan dalam

kegiatan kelompok diluar rumah akan terus berkurang.

f) Masa komitmen

Mengenai masa komitmen, bardwick mengatakan,

“seseorang tidak mungkin mengadakan komitmen untuk

selama-lamanya karena hal ini akan menjadi suatu tanggung

jawab yang selalu berat untuk dipikul.

g) Masa kebergantungan

Masa dewasa awal ini adalah masa ketika

kebergantungan pada masa dewasa biasanya berlanjut.

Kebergantungan ini mugkin pada orang tua, lembaga

pendidikan yang memberikan beasiswa sebagian atau

sepenuh atau pada pemerintah karena mereka memperoleh

pinjaman untuk membiayai pendidikan mereka.

h) Masa perubahan nilai

Beberapa alasan terjadinya perubahan nialai pada

orang dewasa adalah karena ingin diterima pada kelompok

(55)

46

i) Masa kreatif

Bentuk kreativitas akan bergantung pada minat dan

kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan

keinginan dan kegiatan yang memberikan kepuasan

sebesar-besarnya38.

4) Perkembangan psikososial dewasa muda

Sebagaian besar golongan dewasa muda telah

menyelesaikan pendidikan sampai taraf universitas dan kemudian

mereka segera memasuki jenjang karier dalam pekerjaannya.

Kehidupan psikososial dewasa muda makin kompleks

dibandingkan dengan masa remaja karena selain bekerja, mereka

memasuki kehidupan pernikahan, membentuk keluarga baru,

memelihara anak-anak, dan tetap harus memperhatikan orang tua

yang makin tua.

Selain itu, dewasa muda mulai membentuk kehidupan

keluarga dengan pasangan hidupnya, yang telah dibina sejak masa

remaja/masa sebelumnya. Havighurst mengemukakan tugas-tugas

perkembangan dewasa muda, diantaranya yaitu:

a) Mencari dan mengemukakan calon pasangan hidup

Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup

yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan

(56)

47

ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga. Mereka

akan menentukan kreteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau

suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya.

b) Membina kehidupan rumah tangga

Papalia, Olds, dan Feldman menyatakan bahwa

golongan dewasa muda berkisar antara 21-40 tahun. Masa ini

dianggap sebagai rentang yang cukup panjang yaitu dua puluh

tahun. Sebagaian besar mereka yang ttelah menyelesaikan

pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna

meraih karier yang tinggi. Dari sini, mereka mempersiapkan

dan membuktikan diri bahwa mereka sudah mandiri secara

ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi dengan orang

tua. Sikap mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka

karena sekaligus dijadikan persiapan untuk memasuki

kehidupan rumah tangga yang baru.

c) Meniti karier dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi

rumah tangga

Masa dewasa muda adalah masa untuk mencapai

puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan

penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan

teman sebaya (atau kelompok yang lebih tua) untuk

(57)

48

yang terbaik, mereka akan mampu memberi kehidupan yang

makmur sejahtera bagi keluarganya.

d) Menjadi warga negara yang bertanggung jawab

Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat

dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang berlaku.

Hal ini diwujudkan dengan cara-cara seperti mengurus dan

memiliki surat-surat kewarganegaraan, membayar pajak,

menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat dengan

mengendalikan diri agar tidak tercela dimata masyarakat,

mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di

masyarakat39.

3. Insomnia

a. Pengertian insomnia

Istilah insomnia berasal dari bahasa latin in- yang artinya

“tidak” atau “tanpa”, dan somnus yang artinya tidur40. insomnia didefinisikan sebagai kebiasaan terjaga, kesulitan tidur yang

berlangsung dari malam ke malam, yang sering terasa seolah-olah

tidak akan berakhir. Tetapi hal ini biasanya berlangsung secara

bertahap. Awal mulanya tertidur setelah satu jam lamanya berbaring,

39 Agoes, Dariyo, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, (Jakarta: PT Gramedia Widiarsana Indonesia, 2003), hlm.105-108

(58)

49

padahal biasanya dapat tertidur setelah setengah jam berada di tempat

tidur. kemudian akan terjaga pada malam hari dan sulit tidur kembali41.

Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau

mempertahankan tidur42. Dengan kata lain penyakit insomia adalah

suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan untuk tidur,

terutama tidur dimalam hari. Pada penderita insomia, umumnya tidak

bangun tidur dalam keadaan fresh atau segar. Mereka justru merasa

lemas, loyo, kurang bersemangat, masih mengantuk, dan perasaan

tidak enak lainnya. Kondisi ini juga bisa menguras energi emosional.

Perasaan dan suasana

Gambar

  Tabel 3.1 No perincian Laki-laki Perempuan
Tabel 4.1

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berjudul Meningkatkan Self Compassion Melalui Cognitive Behavior Therapy (CBT) Dalam Bentuk Kelompok Meningkatkan Self-Compassion pada Mahasiswa Program

Hasil Uji tEfektivitas Pendekatan Cognitive Behavior Therapy (CBT) Dengan Teknik Self-Management Untuk Mengurangi Penggunaan Online Game Secara Berlebihan Pada

Manfaat praktis yang dapat diperoleh pada penelitian ini adalah dengan intervensi Cognitive Behavior Therapy (CBT), dapat membantu subjek mengenali gejala-gejala rasa

Analisis Hasil Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Cognitive Behavior Therapy untuk Mengurangi Shopaholic Online Shop Pada Seorang Mahasiswi UIN Sunan Ampel

Akhirnya, seluruh rangkaian proses CBT (Cognitive Behavior Therapy) mampu mengatasi sisi kognitif subjek dengan momodifikasi distorsi kognitif menjadi

Hipotesis pada riset ini adalalah: Hipotesis nihil(H0):“Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi disaat saat sebelum dan sesudah CBT(Cognitive Behavior

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis mengenai pelaksanaan konseling individu berbasis cognitive behavior therapy (CBT) untuk mengemembangkan penerimaan diri

Akhirnya, seluruh rangkaian proses CBT (Cognitive Behavior Therapy) mampu mengatasi sisi kognitif subjek dengan momodifikasi distorsi kognitif menjadi