• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan hukum pidana islam dan Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang hak cipta terhadap pembajakan film via bigo live di gedung bioskop.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan hukum pidana islam dan Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang hak cipta terhadap pembajakan film via bigo live di gedung bioskop."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM DAN UNDANG-UNDANG

NO 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA TERHADAP

PEMBAJAKAN FILM VIA BIGO LIVE

DI GEDUNG BIOSKOP

SKRIPSI

Oleh

Intan Aulia Ridyana

NIM C03213024

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Syariah dan Hukum

Jurusan Hukum Publik Islam Prodi Hukum Pidana Islam

Surabaya

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Tinjauan Hukum Pidana Islam Dan Undang-Undang No 28 Tahun

2014 Tentang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Film Via Bigo Live Di Gedung Bioskop”. Skripsi ini adalah hasil penelitian kepustakaan untuk menjawab pertanyaan bagaimana proses pembajakan film via aplikasi Bigo Live dalam gedung bioskop serta bagaimana tinjauan hukum pidana islam dan Undang-undang No 28 Tahun 2014 terhadap pembajakan film via aplikasi Bigo Live.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Setelah data terkumpul, data diolah dan dianalisis dengan metode deskriptif analisisdan dengan pola fikir deduktif untuk memperoleh kesimpulan yang khusus dan dianalisis menurut hukum pidana Islam.

Hasil penelitian ini menghasilkan bahwa proses pembajakan film via Bigo Live dilakukan dengan cara live streaming di gedung bioskop oleh pengguna aplikasi tersebut yang kemudian disebarluaskan melalui smarthphone ketika film sedang berlangsung. Pembajakan film tersebut menurut hukum pidana Islam adalah termasuk pencurian yang tidak memenuhi syarat yang mengharuskan dilaksanakannya hukuman takzir, karena telah merugikan seseorang dan mengambil hak seseorang tanpa kerelaan orang tersebut. Ketentuan hukumannya ditentukan oleh ulil amri. Sedangkan menurut Undang-undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, pembajakan film via Bigo Live telah melanggar aturan pasal 113 ayat (3) yaitu jika tanpa hak/ tanpa izin pencipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 9 ayat (1) huruf b yaitu penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) Tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 1000.000.0000,00 (satu miliar rupiah). Serta pembajakan film via Bigo Live melanggar Undang-undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronika Pasal 48 ayat 1 dan 2 karena telah menyalahgunakan aplikasi tersebut menggunakan alat elektronik dengan ancaman Pidana 8 tahun penjara dan denda 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

PERSEMBAHAN ... ix

MOTTO ... xi

DAFTAR ISI... ... xii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Kajian Pustaka ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 12

G. Definisi Operasional ... 12

H. Metode Penelitian ... 13

(8)

BAB II : PEMBUNUHAN DALAM HUKUM PIDANA ISLAM

A. Pengertian Pembunuhan... 20

B. Macam-Macam Pembunuhan ... 21

C. Unsur-Unsur Pembunuhan... ... 22

D. Sanksi Hukuman Pembunuhan... ... 28

BAB III : PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LAMONGAN NOMOR: 186/PID.B/2014/PN.LMG TENTANG PEMBUNUHAN BERENCANA SETELAH MENDAPAT PEMAAFAN DARI KELUARGA A. Sekilas Tentang Pengadilan Negeri Lamongan ... 41

B. Deskripsi Kasus ... 43

C. Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Lamongan dalam Putusan Nomor: 186/Pid.B/2014/PN.Lmg ... 46

D. Amar Putusan Majelis Hakim Pengadilan N e ge ri La m on gan Nom or 186/ P i d. B/ 20 14/ P N. Lm g ... 57

BAB IV : PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LAMONGAN NOMOR: 186/PID.B/2014/PN.LMG TENTANG PEMBUNUHAN BERENCANA SETELAH MENDAPAT PEMAAFAN DARI KELUARGA DALAM PRESPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM A. Analisis Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Lamongan dalam Memutuskan Perkara Pidana Pembunuhan Berencana Setelah Mendapat Pemaafan dari Keluarga Nomor: 186/Pid.B/2014/PN.Lmg ... ... 59

B. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Lamongan Nomor: 186/Pid.B/2014/PN.Lmg Tentang Tindak Pidana Pembunuhan Berencana Setelah Mendapat Pemaafan dari Keluarga ... 63

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

(9)

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman dari waktu ke waktu telah menjadikan dunia semakin modern.Seiring perkembangan tersebut, kejahatan dalam kehidupan manusia senantiasa berkembang dan seiring dengan tumbuh kembangnya manusia, yang mana merupakan persoalan yang dialami manusia dari waktu ke waktu. Semakin modern peradaban manusia semakin besar pula potensi kejahatan itu terjadi, jika manusia tersebut tidak mempunyai landasan yang kuat untuk mencegah terjadinya kejahatan.

Melihat sejarah perjuangan bangsa Indonesia sudah sejak dulu terbukti. Perjuangan ini tidak lepas dari peran pemuda yang tampil lebih awal secara positif dan murni menuju Indonesia merdeka.Hal ini dapat dilihat sejak

generasi ’08.’28, dan generasi ’45, bahkan sampai dengan perjuangan

mengisi kemerdekaan gerak langkah generasi muda pada awal perjuangan tersebut tampak kompak bersatu dalam perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan sehingga mendapat dukungan rakyat Indonesia.1

Pada akhir abad ke-20 terjadi adanya suatu perkembangan kehidupan di tingkat nasional maupun internasional yang berkembang dengan pesat, terutama dibidang-bidang informasi, telekomunikasi, transportasi, perekonomian, hukum pada umumnya dan pemberian perlindungan hukum

(11)

2

yang semakin efektif terhadap hak-hak atas kekayaan intelektual (intellectual

property right), khususnya dibidang hak cipta.2

Perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan banyak karya cipta dan kreatifitas manusia diberbagai bidang kehidupan. Banyak hasil karya cipta manusia yang telah dipatenkan untuk mendapatkan perlindungan hukum sekaligus sebagai upaya penghargaan atas hasil karya cipta tersebut. Namun pada kenyataannya, banyak terjadi tindakan illegal yang berupa pelanggaran terhadap hasil karya cipta yang bernilai ekonomis dengan cara melakukan pembajakan atas hasil karya cipta.

Hak cipta merupakan sesuatu yang harus dilindungi, tidak seorang pun berhak untuk memperbanyak, terutama utuk mengkomersialkan ke khalayak umum tanpa seizin pencipta atau pun penerima hak, namun karena didalam hak cipta intelektual terkandung nilai ekonomi yang tinggi, seringkali membuat pihak tertentu untuk melanggar ketentuan hukum yang berlaku demi keutungan dan kepentingan pribadi.3

Kemajuan teknologi yang pesat pada era saat ini memudahkan bagi usaha pembajakan dengan memperoleh keuntungan yang cepat, hanya dengan sebuah aplikasi pada smartphone saja dapat digunakan sebagai usaha pembajakan film maupun produk-produk lainnya. Seperti Media sosial yang berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir ini, kegemaran orang berinteraksi satu sama lain di dunia maya memunculkan kreatifitas baru dari para pengembang aplikasi yang tidak hanya berbasis foto, teks atau pesan

2 Eddy Damain, Hukum Hak Cipta, (Bandung: Alumni, 2002), hlm. 1.

3Muhammad Irvan Alimudin, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Barang Hasil bajakan,

(12)

3

singkat, kini banyak bermunculan juga media sosial berbasis video streaming. Salah satunya aplikasi yang sedang populer adalah Bigo Live.4

Bigo Live termasuk aplikasi populer di Indonesia saat ini dan digandrungi oleh kalangan anak muda. Bigo Live adalah aplikasi broadcast

dalam bentuk video live streaming yang digunakan untuk menyiarkan kegiatan diri sendiri secara online melalui kamera smarthphone dan bisa ditonton oleh para pengguna Bigo Live yang lain secara bersamaan.5 Penguna bisa menjadi broadcaster (penyiar) maupun viewer (penonton).

Salah satu keistimewaan Bigo Live ini yaitu broadcaster dapat menghasilkan uang cash dari hasil Broadcasting secara Live, Semakin banyak orang yang memberikan Gift kepada broadcaster maka akan semakin banyak

Diamond terkumpul, yang pada akhirnya nanti Diamond tersebut bisa

ditukarkan menjadi uang cash, minimal penarikan adalah 6700 diamond atau setara dengan Rp. 2.000.000;.6

Banyak sisi positif dari aplikasi Bigo Live ini, salah satunya para broadcaster menggunakan Bigo Live untuk menunjukkan bakat dan kekreatifitasannya. Misalnya dengan menggambar, menari, bernyanyi, menjadi konsultan kesehatan, atau melakukan hal-hal yang bersifat religius.

4http://www.whaffindonesia.com/2016/08/cara-menghasilkan-uang-dari-bigo-live.html?m=1,

diakses pada hari Minggu 7-5-2017, 22.00 WIB.

5Mu Tmm, “Tentang Bigo Live dan Cara Menggunakannya”

http://www.menitinfo.com/2016/09/tentang-bigo-live-dan-cara-menggunakan.html?m=1, diakses pada hari Minggu 7-5-2017, 23.30 WIB.

6Dimas Maulana,“Bigo live, Kenapa Bisa Tenar?”,

(13)

4

Namun, banyak juga dari sisi negatifnya, salah satunya menggunakan aplikasi ini secara live streaming didalam sebuah bioskop.

Larangan menggunakan handphone didalam gedung bioskop ketika film sedang berlangsung itu sudah ada, namun tidak menutup kemungkinan para broadcaster tetap menggunakannya demi kepopuleran di dunia maya, apalagi jika menggunakan aplikasi Bigo Live ini menguntungkan bagi mereka, hingga tidak memikirkan bahwa yang dilakukannya adalah perbuatan yang sangat merugikan hak pencipta bahkan termasuk tindak pidana pembajakan.

Dalam Undang-undang No 28 Tentang Hak Cipta, telah diatur mengenai tindak pidana pembajakan yang merupakan pelanggaran terhadap hak pencipta. Pada pasal 113 ayat (3) yang berbunyi :7

“Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/ atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/ atau huruf g untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”

Hal ini tentu secara ekonomi memberikan keuntungan bagi masyarakat luas terutama bagi para broadcaster. Hanya saja keadaan ini tidakdibenarkan hukum, sebab ada pihak lain yang dirugikan yakni pencipta dan penerbit. Pembajakan tetap merupakan tindakan kurang baik, tindakan tidak terpuji, bertentangan dengan prinsip moralitas, apalagi dilakukan

(14)

5

dengan unsur kesengajaan untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan jerih payah orang lain.8

Secara prinsip, islam mengakui dan menghargai hak cipta sama dengan penghargaan islam yang tegas terhadap hak individu untuk memiliki, mengambil keuntungan dengan kerja keras dan hasil kreasi buah pikirannya sendiri. Maraknya pembajakan atas hak cipta membuat para pemegang hak cipta sangat dirugikan.

Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari al-Qur’an dan al -Hadits. Apapun bentuk kejahatan yang dilakukan manusia pasti telah ada sanksinya dalam hukum Islam. Dalam hukum pidana Islam bentuk kejahatan sering disebut dengan jinayah yaitu perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh

syara’ yang diancam dan dapat mengakibatkan hukuman had atau takzir.9

Istilah lain yang sepadan dengan istilah jinayah adalah jarimah yaitu larangan-larangan syarak yang diancam Allah dengan hukuman had atau takzir.10

Dalam al-Qur’an telah dijelaskan hukum bagi perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual dan larangan tindakan pembajakan. Pertama, tuntutan hukum untuk tidak memakan harta sesama dengan carayang batil melainkan dengan cara yang dibenarkan oleh syarak. Firman Allah dalam surat al-Nisa’ ayat 29:

8H. Ok. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), (Jakarta:

Rajawali Pers, 2010),113.

9 A Djazuli, Fiqih Jinayah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada 1996), 2.

(15)

6

ِم ٍضاارا ت ْناع ًةارااِِ انوُكات ْناأ اِإ ِلِطاابْلِِ ْمُكانْ يا ب ْمُكالااوْماأ اوُلُكْاَ ا اوُنامآ انيِذلا ااه ياأ اَ

ااو ْمُكْن

ااك اَا نِإ ْمُكاسُفْ ناأ اوُلُ تْقا ت

اًميِحار ْمُكِب ان

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamu dengan cara yang batil, kecuali dengan cara perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh Allah Maha Penyayang

kepadamu”11

Kedua, larangan perbuatan yang menyebabkan kerugian pada diri dan hak orang lain. Termasuk tindak pidana pembajakan terhadap Hak Kekayaan Intelektual yang merugikan hak-hak pencipta dan pemegang hak, baik ekonominya maupun hak moralnya. Firman Allah dalam Surat as-Syu’ara’ ayat 183 yang berbunyi:

انيِدِسْفُم ِضْراْْا ِِ اْوا ثْعا ت اااو ْمُاءاايْشاأ اسانلا اوُساخْبا ت اااو

Artinya: “Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan

janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.”12

Para ulama komtemporer telah membahas masalah hak kekayaan intelektual dalam karya-karya mereka. Mengenai hak kepengarangan (haqq al-ta’lif), sebagai salah satu bagian dari hak cipta. Wahbah al-Zuhaili menegaskan “Berdasarkan hal (bahwa hak kepengarangan adalah hak yang dilindungi oleh syara’ atas dasar qaidah istishlah, maka mencetak ulang atau

mencopy buku tanpa seizin yang sah dipandang sebagai pelanggaran atau

11Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : CV Penerbit Diponegoro,

2010), h. 83.

(16)

7

kejahatan terhadap hak pengarang, ini berarti perbuatan tersebut adalah sebuah kemaksiatan yang menimbulkan dosa dalam pandangan syara’.

Perbuatan tersebut merupakan pencurian yang mengharuskan ganti rugi terhadap hak pengarang atas naskah yang dicetak secara melanggar dan zalim, serta menimbulkan kerugian moril bagi penciptanya.”13

Kecerdasan intelektual masyarakat dalam suatu bangsa memang sangat ditentukan oleh seberapa jauh penguasaan ilmu pengetahuan dan tekologi oleh individu-individu dalm suatu negara. Kreatifitas manusia melahirkan karya-karya intelektualitas yang bermutu seperti hasil penelitian, karya sastra yang bernilai tnggi serta apresiasi budaya yang memiliki kualitas seni yang tinggi, tidak lahir begitu saja. Kelahirannya memerlukan banyak energi dan tidak jarang diikuti dengan pengeluaran biaya-biaya yang besar.14

Oleh karena itu, perlindungan terhadap Hak kekayaan Intelektual harus lebih ditingkatkan kembali mengingat para pelaku pembajakan lebih mudah mendapat hasil karya cipta seorang pencipta yang mana mereka telah bekerja keras, menguras waktu dan pikiran mereka untuk menciptakan hasil karya cipta yang baik dan bernilai ekonomi yang tinggi. Namun, tidak bisa dipungkiri kenyataannya di luar masih banyak tindakan pembajakan dan dalam undang-undang di Indonesia hal ini termasuk pelanggaran hak ekonomi pencipta. Selain dalam hukum pidana islam hal ini termasuk dalam kategori jarimah takzir karena merupakan sebuah larangan syarak yang diancam dengan hukuman takzir.

13Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu Juz IV, (Bairut : Dar al-Fikr Mu’ashir,

1998), h. 2862.

(17)

8

Dari uraian yang disampaikan diatas.Penulis tertarik untuk membahas tentang masalah ini dan dikaitkan dengan undang-undang Hak Cipta yakni undang-undang nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta. Dan juga pandangan dari hukum pidana islam itu sendiri. Itulah yang menarik perhatian peneliti dan yang menjadi alasan peneliti untuk menulis judul “Tinjauan Hukum Pidana Islam dan Undang-undang No 28 Tahun 2014

Tentang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Film Via Bigo Live di Gedung Bioskop”.

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah

Dari latar belakang tersebut dapat diidentifikasi beberapa masalah yang dapat dijadikan bahan penelitian diantaranya:

1. Pembajakan yang dilakukan via Bigo Livedigedung bioskop.

2. Pandangan Undang-undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta terhadap pembajakan film via Bigo Live di gedung bioskop.

3. Pandangan Hukum Pidana Islam terhadap pembajakan film via Bigo Live di gedung bioskop.

4. Penyebab adanya pembajakan film via Bigo Livedi gedung bioskop. Dari masalah-masalah yang dapat diidentifikasi tersebut, maka penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas yaitu:

1. Proses terjadinya pembajakan film via Bigo Live digedung bioskop. 2. Tinjauan hukum pidana Islam dan Undang-undang No 28 Tahun 2014

(18)

9

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, agar lebih praktis dan opeasional, maka penulis mengambil rumusan masalah dalam beberapa bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembajakan film via Bigo Live di gedung bioskop? 2. Bagaimana Tinjauan hukum pidana Islam dan Undang-undang No 28

Tahun 2014 Tentang Hak Cipta terhadap pembajakan film via Bigo Live digedung bioskop?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/ penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian penelitian yang telah ada15

Penulisan skripsi mengenai tindak pidana pembajakan telah ada yang menulis, diantaranya adalah :

Skripsi yang ditulis oleh Ema Rochimatusshodiq Jurusan Siyasah Jinayah

tahun 2004 berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pembajakan Atas Hak

Cipta dibidang Ilmu Pengetahuan Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2002” inti dari pembahasan skripsi tersebut adalah tentang sanksi pembajakan

atas hak cipta di bidang ilmu pengetahuan yang teelah diatur dalam pasal 72, khususnya ayat (1), (2), dan (4) dan didalam hukum islam pembajakan atas

15Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan

(19)

10

hak cipta dibidang ilmu pengetahuan ini termasuk kategori jarimah pencurian biasa dengan hukuman takzir, yaitu hukuman yang telah ditentukan kadar dan batasannya ditentukan oleh hakim dengan mempertimbangkan aspek kemaslahatan masyarakat dan dapat disesuaikan deengan Undang-undang No 19 Tahun 2002 serta dilaksanakan secara tegas oleh pemerintah dan aparat yang berwenang.16

Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Hadi Amaarullah Prodi Muamalah

tahun 2013 berjudul “Analisis Hukum Islam dan Undang-undang Hak Cipta

No.19 Tahun 2002 Terhadap Jual Beli Jasa Download Free Software OpenOffice.org di www. Tusnet.us” inti dari pembahasan skripsi tersebut

adalah tentang jual beli jasa download Free Software OpenOffice.org yang dilakukan oleh www.tusnet.us, menurut hukum islam merupakan sebuah kegiatan transaksi jual beli yang tidak seuai dengan jual beli yang telah ditentukan oleh islam. Sebab salah satu ada salah satu rukun akad jual beli yang tidak terpenuhi, yakni status barang yang diperjualbelikan adalah barang bebas yang tidak di komersialkan.Sedangkan menurut Undang-undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 tidak melanggar tersebut, sebab Free Software

OpenOffice.org disamping menganut aturan copyright, juga menganut aturan

copyleft, yaitu aturan menjamin bahwa seseorang itu dapat meng-copy,

mengembangkan dan menyebarluaskan software tersebut.17

16Ema Rochimatusshodiq, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pembajakan Atas Hak Cipta

Dibidang Ilmu Pengetahuan Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2002. Skripsi (IAIN Sunan Ampel Jurusan Siyasah Jinayah).

17Muhammad Hadi Amarullah, Anilisis Hukum Islam dan Undang-undang Hak Cipta No.19

(20)

11

Skripsi yang ditulis oleh Moh. Zainul Huda Jurusan Hukum Perdata

Islam tahun 2015 berjudul “Tinjauan Hukum Pidana Islam dan

Undang-undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Terhadap Jual Beli Lagu Free

Download di Bayu Phone Jl. Pabrik Kulit Wonocolo Surabaya” inti dari

pembahasan skripsi tersebut adalah tentang mekanisme jual beli lagu yang dilakukan oleh Bayu Phone yaitu dengan mengkoleksi lagu-lagu melalui free download di internet yang kemudian diperjualbelikan untuk kepentingan komersial dengan harga Rp. 25.000; pembeli mendapatkan copyan lagu-lagu sebanyak 300 fie Mp3 berbagai musisi tanpa seizin pencipta lagu terlebih dahulu. Serta menurut tinjauan hukum Islam, jual beli lagu oleh Bayu Phone akad jual belinya tidak sah karena orang yang melakukan akad tidak memiliki izin atau lisensi dari pencipta lagu. Dan menurut Undang-undang Tahun 28 Tahun 2014 melanggar pasal 8 dan 9 tentang hak ekonomi yang merupakan hak eksklusif untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaannya.18

Begitu banyak kajian yang membahas tentang Pembajakan Hak Ciptaakan tetapi semua itu berbeda dengan kajian yang akan dibahas oleh penulis karena penulis lebih menekankan pada Undang – Undang dan hukum pidana Islam tentang Pembajakan film via Bigo Live di Gedung Bioskop serta dikuatkan dengan adanya contoh kasus nyata tentang pembajakan film via Bigo Live di Gedung Bioskop.

E. Tujuan

18Muh. Zainul Huda, “Tinjauan Hukum Pidana Islam dan Undang-undang No 28 Tahun 2014

Tentang Hak Cipta Terhadap Jual Beli Lagu Free Download di Bayu Phone Jl. Pabrik Kulit Wonocolo Surabaya”, Skripsi (UIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan

(21)

12

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui proses pembajakan film via Bigo Live digedung bioskop.

2. Untuk mengetahui ketentuan hukum pidana Islam dan Undang-undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta terhadap pembajakan film via Bigo Livedi gedung bioskop.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sekurang-kurangnya untuk:

1. Aspek Keilmuan (Teoritis)

a. Sebagai upaya bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang tindak pidana Islam yang berkaitan dengan masalah pembajakan film via Bigo Live di gedung bioskop.

b. Hasil studi ini bisa dijadikan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya agar lebih mudah terutama yang berkaitan dengan masalah pembajakan film via Bigo Live digedung bioskop.

2. Aspek Terapan (Praktis)

(22)

13

G. Definisi Operasional

Adapun untuk mempermudah gambaran yang jelas dan konkrit tentang permasalahan yang terkandung dalam konsep penelitian ini, maka perlu dijelaskan makna yang terdapat dalam penelitan ini, “judul” definisi

operasional dari judul tersebut adalah:

1. Hukum pidana Islam adalah larangan syara' yang dijatuhi sanksi oleh pembuat syariat (Allah) dengan hukuman hadd atau takzir.19 Hukum pidana Islam yang dimaksud dalam tulisan ini adalah hukum pidana Islam yang dinyatakan oleh empat madzhab fikih yang terkenal yaitu madzhab Malikiyah, Hanabilah, Syafi’i Dan Hanafiyah. Dalam hal ini

menggunakan teori tentang jarimah takzir.

2. Pembajakan adalah menggunakan tanpa izin pemegang hak intelektual yang sah dengan melakukan tindakan mengcopy hasil karya seseorang yang asli dan kemudian memasarkannya. Dalam hal ini, biasanya karya cipta yang dicopy merupakan karya cipta yang terkenal dan diminati khalayak ramai.

3. Bigo Liveadalah aplikasi berbasis Android dan IOS yang saat ini sedang digemari oleh pengguna khususnya dari Indonesia. Bigo Livedigunakan untuk menyiarkan aktivitas sehari-hari broadcaster (penyiar) ke pengguna Bigo Live lainnya. Dengan adanya fitur penukaran Diamond

menjadi uang cash inilah yang menyebabkan banyak para Broadcaster

(istilah yang sedang siaran) rela melakukan hal-hal unik dan melampaui

(23)

14

batas.

4. Gedung Bioskop adalah tempat untuk menonton pertunjukan film dengan menggunakan layar lebar, gambar film dengan menggunakan proyektor. 5. Undang-undang No 28 Tahun 2014 adalah undang-undang yang dibuat

untuk melindungi hak eksklusif bagi para pencipta untuk mendistribusikan suatu ciptaan atau memberikan izin kepada pihak lain untuk melakukan hal yang sama.

H. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini sendiri berarti sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, membina, serta mengembangkan ilmu pengetahuan.20 Metode penelitian dalam hal ini akan mengarahkan penelitian tersebut untuk dapat mengungkap kebenaran secara sistematis dan konsisten.

1. Data Yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa:

a. Data tentang pembajakan film dari Undang-undang No 28 Tahun 2014 tentang hak cipta.

b. Hukum pidana Islam beserta ketentuan-ketentuan pidananya. 2. Sumber Data

a. Sumber primer

(24)

15

Sumber primer adalah penelitian langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang diteliti.21 Bahan primer dalam penulisan ini yaitu menggunakan bahan yang diambil dari hukum positif Indonesia yang diambil dari KUHP, UU No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta serta UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

b. Sumber sekunder

Sumber Sekunder yaitu sumber yang mendukung atau sumber tambahan bagi sumber primer. Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung diperoleh peneliti dari subyek penelitian.22 Bahan sekunder berupa kitab-kitab atau bahan bacaan lain yang memiliki keterkaitan dengan penulisan skripsi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Kategori penelitian ini adalah literatur, maka teknik pengumpulan datanya diselaraskan dengan sifat penelitian. Dalam hal ini, teknik yang digunakan adalah pustaka, yakni menggali data dengan buku-buku dan literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian.

Pengumpulan data dalam teknik ini yakni mengkaji bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat. Seperti kitab

(25)

16

perundang-undangan. Dalam hal ini penulis menggunakan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Dan bahan hukum sekunder adalah buku-buku hukum serta catatan tulisan yang mendukung dan memperjelas bahan hukum primer.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif analisis, yakni untuk memberikan deskripsi mengenai subyek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subyek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis.23

Maksudnya menggunakan teknik analisa dengan cara menggambarkan teori dan proses tindak pidana pembajakan film via Bigo Live di gedung bioskop sesuai dengan Undang-undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Juga pola pikir deduktif yang berpangkal dari prinsip-prinsip dasar kemudian menghadirkan objek yang hendak diteliti.Berpangkal dari prinsip-prinsip umum yang berupa hukum pidana Islam kemudian ditarik jarimah yang berbentuk takzir.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas pada skripsi ini, penulis akan menguraikan isi uraian pembahasan. Adapun Sistematika pembahasan skripsi ini terdiri dari lima bab dengan pembahasan secara sistematis sebagai berikut:

(26)

17

Bab I, memuat tentang pendahuluan yang terdiri dari, Latar Belakang, Identifikasi dan Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Kajian Pustaka, Tujuan Penelitian, Kegunaan Hasil Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.

Bab II, bab ini membahas landasan teori tentang tinjauan umum jarimah takzir dan tinjauan umum undang-undang hak Cipta meliputi: pengertian tindak pidana, jarimah takzir, macam-macam jarimah takzir, dasar hukum jarimah takzir, pengertian hak cipta, dan pelanggaran hak cipta serta pelanggaran melalui media elektronik.

Bab III, bab ini merupakan pembahasan mengenai aplikasi Bigo Live meliputi: Sejarah Bigo Live, Pengertian Bigo Live, bentuk penyalahgunaan Bigo Live, cara menggunakan Bigo Live, dan bentuk Penyalahgunaan Aplikasi Bigo Live di Indonesia.

Bab IV, bab ini merupakan analisis tentang Pembajakan film via Bigo Live digedung bioskop meliputi: analisis pembajakan dalam hukum pidana islam dan analisis pembajakan dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2014.

(27)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG JARIMAH TAKZIR DAN HAK CIPTA

MENURUT UNDANG-UNDANG NO 28 TAHUN 2014

A. Tindak Pidana atau Jarimah Menurut Hukum Islam

1. Pengertian Tindak Pidana atau Jarimah

Hukum pidana islam sering disebut dalam fiqh dengan istilah

jinayah atau jarimah.1 Menurut bahasa Jarimah berasal dari kata (

اماراج

)

yang sinonimnya (

اعاطاق او اباساك

) artinya : berusaha dan bekerja. Hanya

saja pegertian usaha disini khusus untuk usaha yang tidak baik atau usaha yang dibenci oleh manusia. Dari pengertian tersebut dapatlah ditarik suatu definisi yang jelas, bahwa jarimah itu adalah:2

ِمْيِقاتْسُمْا ِقْيِرّطلااو ِلْداعلْااو ِّقاحْلِل ٌفِل اُ اوُ اام ِّلُك ُبااكِتْر

ِا

Artinya: “Melakukan setiap perbuatan yang menyimpang dari kebenaran,

keadilan, dan jalan yang lurus (agama)”.

Dari keterangan ini jelaslah bahwa jarimah menurut arti bahasa adalah melakukan perbuata-perbuatan atau hal-hal yang dipandang tidak baik, dibenci oleh manusia karena bertentangan dengan keadilan, kebenaran, dan jalan yang lurus (agama).

1Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, (Sleman: Logung Pustaka, 2004), 1. 2 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Sinar Grafika,

(28)

20

Sedangkan menurut istilah, Imam Al Mawardi mengemukakan definisi sebagai berikut:

ٍرْيِزْعا تْواأ ٍّداِِ ااهْ ناع اَااعا ت ُه اراجاز ٌةيِعْراش ِتاارْوُظْا ُمِئااراْْاا

“Jarimah adalah Perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara’,

yang diancam dengan hukuman had atau takzir”.3

Menurut Abd al-Qadir Awdah, Jinayah atau jarimah memiliki arti sebagai berikut :4

اكِلااذ ْْاغْواا لاام ْواا ٍسْفا ن ىالاع ُلْعِفلْا اعاقاو ٌءااواس اًعْراش ٌمرُِ ٌلْعِف ايِاو ُةاياانِج

“Perbuatan yang dilarang oleh syara’ baik perbuatan itu mengenai jiwa, harta benda, atau lainnya”.

Jadi, Jinayah atau jarimah merupakan suatu tidakan yang dilarang oleh syara’ karena dapat menimbulkan bahaya bagi jiwa, harta, keturunan, dan akal.

Para Fuqaha menyatakan bahwa lafal Jinayah atau Jarimah adalah setiap perbuatan yang dilarang oleh syara’, baik perbuatan itu mengenai jiwa, harta, benda, atau lain-lainnya. Sayid Sabiq memberikan definisi jinayah sebagai berikut :5

لا ُاراظاح ٍلْعِف لُك ُمراحُمْا ُلْعِفلْااو .

ٍمراُ ٍلْعِف لُك : ِعْرشلا ِفْرُع ِِ ِةاياانِِِْْ ُداار

ُ

مْااو

ُعِراش

ِهْيِف اامِل , ِهْيِف اعاناماو

ْقاعلْاِواأ ِسْف نلاِواأ ِنْيِّدلا ىالاع ٍعِقااو ٍراراض ْنِم

ِلا

ا

مْاِواأ ِضْراعلْاِواأ ِل

3Ibid., 9.

4Makhrus Munajat,; Dekonstruksi Hukum Pidana Islam..., 2.

(29)

21

Artinya: “Yang dimaksud dengan jinayah dalam istilah syara’ adalah setiap perbuatan yang dilarang dan perbuatan yang dilarang itu adalah setiap perbuatan yang oleh syara’ dilarang untuk melakukannya, karena adanya bahaya terhadap agama, jiwa, akal, kehormatan, atau harta benda.6

Adapun definisi dari istilah jarimah yang dikemukakan oleh para ulama ialah :

ٌناايْتِإ امِإ ايِ ُتاارْوُظْحامْلااو ٍرْيِزْعا ت ْواأ ِّداِِ ااهْ ناع اهاراجاز ُةيِعْراش ُتاارْوُظْا

ُهْناع ِّيِهْنام ًلْعِف

ِهِبٍرْوُمْعام ٍلْعِف ُكْرا ت ْواا

“Segala larangan-larangan yang haram karena dilarang oleh Allah

dan diancam dengan hukum baik had maupun takzir, maksud al-mahdhurat ialah baik mengerjakan perbuatan yang dilarang maupun meninggalkan perbuatan yang diperintahkan”.7

Larangan-larangan tersebut, ada kalanya berupa mengerjakan perbuatan-perbuatan yang dilarang, atau meninggalkan perbuatan yang diperintahkan.Dengan kata-kata syarak pada pengertian tersebut di atas, yang dimaksud ialah bahwa sesuatu perbuatan baru dianggap jarimah apabila dilarang oleh syarak.

Selanjutnya Islam menganggap sebagian perbuatan-perbuatan manusia itu merupakan tindak pidana jarimah yang oleh karenanya dikenakan sanksi.Hal ini memelihara kemaslahatan masyarakat, serta

6Ibid., 13.

7Syafiqotul Maula, “Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Tindak Pidana Penipuan Oleh

(30)

22

memelihara peraturan-peraturan yang merupakan tiang berdirinya masyarakat yang kuat dan berakhlak sempurna.8

2. Unsur-unsur Tindak Pidana dalam Hukum Islam

Untuk menentukan suatu hukuman terhadap suatu tindak pidana dalam hukum islam, diperlukan unsur normatif dan moral sebagai berikut: a. Secara yuridis normatif disatu aspek harus didasari oleh suatu dalil yang menentukan larangan terhadap perilaku tertentu dan diancam dengan hukuman. Aspek lainnya secara yuridis normatif mempunyai unsur materiil, yaitu sikap yang dapat di nilai sebagai suatu pelanggaran terhadap sesuatu yang diperintahkan oleh Allah SWT. b. Unsur moral yaitu, kesanggupan seseoranguntuk menerima sesuatu

yang secara nyata mempunyai niai yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam halini disebut mukallaf. Mukallaf adalah orang islam yang sudah baligh dan berakal sehat.

Selain unsur-unsur Tindak pidana dalam hukum islam yang telah disebutkan, perlu diungkapkan bahwa hukum Pidana islam dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu sebagai berikut:9

a. Dari segi berat atau ringannya hukuman, maka hukum pidana islam dapat dibedakan menjadi jarimah hudud, jarimah kisas dan jarimah takzir.

b. Dari segi unsur niat, ada dua jarimah, yaitu yang disengaja dan tidak disengaja.

8Ibid., 22.

(31)

23

c. Dari segi cara mengerjakan, ada dua jarimah, yaitu yang positif dan negatif.

d. Dari segi si korban. Jarimah itu ada dua, yaitu perorangan dan kelompok.

e. Dari segi tabiat, jarimah terbagi dua, yaitu yang bersifat biasa dan bersifat politik.

B. Pegertian Jarimah Takzir

Jarimah takzir secara harfiah bermakna memuliakan atau menolong.Namun pengertian berdasarkan istilah hukum Islam, yaitu takzir adalah hukuman yang bersifat mendidik yang tidak mengharuskan pelakunya dikenai had dan tidak pula harus membayar kafarat atau diat.

Takzir adalah bentuk masdar dari kata ُرِزْعا ي – ارازاع yang secara etimologis

berarti ُعانامْااو درلا yaitu menolak dan mencegah.Kata ini juga memiliki arti ُاراصان

menolong atau menguatkan.10Hal ini seperti dalam Qur’an surat al-Fath ayat 9 :11

ًليِصاأاو ًةارْكُب ُوُحِّباسُتاو ُوُرِّقاوُ تاو ُوُرِّزاعُ تاو ِهِلوُساراو َِِِ اوُنِمْؤُ تِل

”Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya, dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang.”

Kata takzir dalam Ayat ini juga berarti

ُااوا قاو ُهانااعاأاو ُار قاواو ُهامظاع

yaitu

membesarkan, memperhatikan, membantu, dan menguatkan (agama

10 M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah ..., 136.

(32)

24

Allah).Sementara itu, al-Fayyumi dalam al-Misbah al-Munir mengatakan bahwa takzir adalah pengajaran dan tidak termasuk ke dalam kelompok had.12

Penjelasan al-Fayyumi ini sudah mengarah pada definisi takzir secara syariat sebab ia sudah menyebut istilah had. Begitu pula dengan beberapa definisi di bawah ini :13

1. Ibrahim Anis, dkk., tim penyusun kamus al - Mu’jam al – Wasit

Takzir ialah pengajaran yang tidak sampai pada ketentuan had

syar’i, seperti pengajaran terhadap seseorang yang mencaci-maki (pihak

lain) tetapi bukan menuduh (orang lain berbuat zina). Dalam definisi ini

terdapat kalimat tidak sampai pada ketentuan had syar’i. Hal ini sesuai

dengan pernyataan al-Fayyumi dalam definisi di atas, yaitu takzir adalah pengajaran dan tidak termasuk dalam kelompok had. Dengan demikian, takzir tidak termasuk ke dalam kategori hukuman hudud.Namun, bukan berarti tidak lebih keras dari hudud, bahkan sangat mungkin berupa hukuman mati.

2. Al-Mawardi dalam kitab al -Akhkam al-Sultaniyyah

Takzir adalah pengajaran (terhadap pelaku) dosa-dosa yang tidak diatur oleh hudud.Status hukumnya berbeda-beda sesuai dengan keadaan dosa dan pelakunya. Takzir sama dengan hudud dari satu sisi, yaitu sebagai pengajaran (untuk menciptakan) kesejahteraan dan untuk melaksanakan ancaman yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan

(33)

25

yang(dikerjakan). Definisi takzir yang dikemukakan oleh al-Mawardi ini dikutip oleh Abu Ya’la.

3. Abdul Aziz Amir dalam al - Takzir fi Al - Syari’ah al -Islamiyyah

Takzir ialah sanksi yang tidak ada ketentuannya. Hukumnya wajib sebagai hak Allah atau manusia karena melakukan kemaksiatan yang tidak termasuk ke dalam sanksi had dan kafarat. Takzir sama dengan hudud dalam hal fungsi, yaitu sebagai pengajaran (untuk menciptakan) kesejahteraan dan sebagai ancaman. Definisi ini memiliki kesamaan dengan definisi takzir Al-Mawardi.

4. Abdul Qadir Audah dalam al - Tasyri al - Jina’i al - Islami Muqaranan

bi al -Qanun al- Wad’i

Takzir ialah pengajaran yang tidak diatur oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena melakukan beberapa tindak pidana yang oleh syariat tidak ditentukan dengan sebuah sanksi hukuman tertentu.

5. Wahbah al-Zuhaili dalam kitab al -Fiqh al- Islami wa Adillatuh

(34)

26

pendidikan masyarakat, dan berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai masa dan tempat.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa takzir ialah sanksi yang diberlakukan kepada pelaku jarimah yang melakukan pelanggaran, baik berkaitan dengan hak Allah maupun hak manusia dan tidak termasuk ke dalam kategori hukuman hudud atau kafarat.14

Dalam takzir, hukuman itu tidak ditetapkan dengan ketentuan (dari Allah dan Rasul-Nya, dan kadi diperkenankan untuk mempertimbangkan baik bentuk hukuman yang akan dikenakan maupun kadarnya). Bentuk hukuman dengan kebijaksanaan ini diberikan dengan pertimbangan khusus tentang berbagai faktor yang mempengaruhi perubahan sosial dalam peradaban manusia dan bervariasi berdasarkan pada keanekaragaman metode yang dipergunakan pengadilan ataupun jenis tindak pidana yang dapat ditunjukkan dalam Undang-undang. Pelanggaran yang dapat dihukum dengan metode ini adalah yangmengganggu kehidupan dan harta orang serta kedamaian dan ketentraman masyarakat.15

C. Macam-macam Jarimah Takzir

Berikut ini macam-macam jarimah takzir, yaitu sebagai berikut: 16

14Ibid., 136-140.

15Syafiqotul Maula, “Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Tindak Pidana Penipuan Oleh

Dukun Penggandaan Uang: Studi Direktori Putusan Nomor. 225/Pid.B/2014/PN.Lmg”. (Skripsi--UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2017), 27.

(35)

27

1. Jarimah hudud atau kisas – diat yang terdapat syubhat, dialihkan ke sanksi takzir, seperti :

a. Orang tua yang mencuri harta anaknya. Dalilnya yaitu :

اكْيِبااِا اكُل ااماو اتْناا

“Kamu dan hartamu adalah milik ayahmu”.(HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

b. Orang tua yang membunuh anaknya. Dalilnya yaitu :

ُدااقُ ياا

ِِدالاوِبُدِلااولا

“Orang tua tidak dapat dijatuhi hukuman kisas karena membunuh

anaknya”. (HR. Ahmad dan Al-Tirmidzi)

Kedua hadis tersebut melarang pelaksanaan kisas terhadap seorang ayah yang membunuh anaknya. Begitu pula ayah yang mencuri harta anaknya tidak akan dikenakan hukuman had potong tangan. Dengan adanya kedua hadis itu menimbulkan syubhat bagi pelaksanaan kisas dan had. Adapun mengenai syubhat, didasarkan atas hadis berikut :

وُءارْدا

ْا

ادوُدُ

ِتااهُ بشلِِ

“Hindarkanlah had, jika ada syubhat”. (HR. Al-Baihaqi)

(36)

28

3. Jarimah yang ditentukan al-Quran dan hadis, namun tidak ditentukan sanksinya. Misalnya, penghinaan, tidak melaksanakan amanah, saksi palsu, riba, suap, dan pembalakan liar.

4. Jarimah yang ditentukan ulil amri untuk kemaslahatan umat, seperti penipuan, pencopetan, pornografi dan pornoaksi, penyelundupan, pembajakan, human trafficking, dan money laundring.

Jarimah takzir apabila dilihat dari hak yang dilanggar dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:17

1. Jarimah takzir yang menyinggung hak Allah, yaitu semua perbuatan yang berkaitan dengan kemaslahatan umum. Misalnya, berbuat kerusakan dimuka bumi, pencurian yang tidak memenuhi syarat, mencium wanita yang bukan istrinya, penimbuhan bahan-bahan pokok dan penyelundupannya.

2. Jarimah takzir yang menyinggung hak perorangan (individu), yaitu setiap perbuatan yang mengakibatkan kerugian pada orang tertentu,bukan orang banyak. Contonya, penghinaan, penipuan dan pemukulan.

Berdasarkan pelanggarannya, maka tindak pidana takzir terbagi menjadi tujuh kelompok, yaitu sebagai berikut:18

1. Pelanggaran terhadap kehormatan, di antaranya : a. Perbuatan-perbuatan yang melanggar kesusilaan. b. Perbuatan-perbuatan yang melanggar kesopanan.

c. Perbuatan-perbuatan yang berhubungan dengan suami istri.

17M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah ...,144.

(37)

29

d. Peculikan.

2. Pelanggaran terhadap kemuliaan, di antaranya: a. Tuduhan-tuduhan palsu.

b. Pencemaran nama baik.

c. Penghinaan, hujatan, dan celaan.

3. Perbuatan yang merusak akal, di antaranya :

a. Perbuatan-perbuatan yang berhubungan dengan sesuatu yang dapat merusak akal, seperti menjual, membeli, membuat, mengedarkan, menyimpan, atau mempromosikan minuman khamar, narkotika, psikotropika, dan sejenisnya.

b. Menjual bahan-bahan tertentu, seperti anggur, gandum, atau apapun dengan maksud dibuat khamar oleh pembelinya

4. Pelanggaran terhadap harta, di antaranya : a. Penipuan dalam masalah muamalat. b. Kecurangan dalam perdagangan. c. Ghasab (meminjam tanpa izin). d. Pengkhianatan terhadap amanah harta. 5. Gangguan keamanan, di antaranya :

a. Berbagai gangguan keamanan terhadap orang lain, selain dalam perkara hudud dan kisas.

b. Menteror, mengancam, atau menakut-nakuti orang lain.

(38)

30

6. Subversi/gangguan terhadap keamanan negara, di antaranya : a. Makar, yang tidak melalui pemberontakan.

b. Spionase (mata-mata). c. Membocorkan rahasia negara

7. Perbuatan yang berhubungan dengan agama, di antaranya : a. Menyebarkan ideologi dan pemikiran kufur.

b. Mencela salah satu dari risalah Islam, baik melalui lisan maupun tulis.

c. Pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan syariat, seperti

d. meninggalkan salat, terlambat membayar zakat, berbuka puasa siang hari di bulan Ramadan tanpa uzur.

Jenis tindak pidana takzir tidak hanya terbatas pada macam-macam tindak pidana di atas.Takzir sangat luas dan elastis, sehingga perbuatan apapun (selain hudud dan jinayah) yang menyebabkan pelanggaran terhadap agama, atau terhadap penguasa, atau terhadap masyarakat, atau terhadap perorangan, maka dapat dikategorikan sebagai kejahatan takzir.

D. Macam-Macam Sanksi Hukum Jarimah Takzir

1. Sanksi takzir yang berkaitan dengan badan

Adapun mengenai sanksi takzir yang berkaitan dengan badan, dibedakan menjadi dua, antara lain :19

a. Hukuman mati

(39)

31

Mazhab Hanafi membolehkan sanksi takzir dengan hukuman mati apabila itu dilakukan berulang-ulang dan dapat membawa kemaslahatan bagi masyarakat. Contohnya, pencurian yang dilakukan berulang-ulang dan menghina Nabi beberapa kali yang dilakukan oleh kafir dzimmi yang baru islam.

Kalangan Malikiyah dan sebagian Hanabilah juga membolehkan hukuman mati sebagai sanksi takzir tertinggi.Sanksi ini dapat diberlakukan terhadap mata-mata dan orang yang melakukan kerusakan di muka bumi. Demikian pula sebagian Syafi’iyah yang membolehkan hukuman mati, seperti dalam kasus homoseks. Selain itu, hukuman mati juga boleh diberlakukan dalam kasus penyebaran aliran-aliran sesat yang menyimpang dari al-Quran dan Sunnah.

Dari uraian di atas, tampaknya yang lebih kuat adalah pendapat yang membolehkan hukuman mati. Meskipun demikian, pembolehan ini disertai persyaratan yang ketat. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :20

1) Jika terhukum adalah residivis di mana hukuman-hukuman sebelumnya tidak memberi dampak apa-apa baginya.

2) Harus dipertimbangkan betul dampak kemaslahatan umat serta pencegahan kerusakan yang menyebar di muka bumi.

Kesimpulannya adalah hukuman mati sebagai sanksi takzir tertinggi hanya diberikan kepada pelaku jarimah yang berbahaya

(40)

32

sekali yang berkaitan dengan jiwa, keamanan, dan ketertiban masyarakat, di samping sanksi hudud tidak lagi memberi pengaruh baginya.21

b. Hukuman Cambuk

Hukuman cambuk cukup efektif dalam menjerakan pelaku jarimah takzir.Hukuman ini dalam jarimah hudud telah jelas jumlahnya bagi pelaku jarimah zina ghairu muhson dan jarimah

qadhaf. Namun dalam jarimah takzir, Hakim diberikan kewenangan

untuk menetapkan jumlah cambukan disesuaikan dengan kondisi pelaku, situasi, dan tempat kejahatan.22

Hukuman ini dikatakan efektif karena memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan hukuman lainnya, yaitu sebagai berikut:23

1) Lebih menjerakan dan lebih memiliki daya represif, karena dirasakan langsung secara fisik.

2) Bersifat fleksibel. Setiap jarimah memiliki jumlah cambukan yang berbeda-beda.

3) Berbiaya rendah. Tidak membutuhkan dana besar dan penerapannya sangat praktis.

4) Lebih murni dalam menerapkan prinsip bahwa sanksi ini bersifat pribadi dan tidak sampai menelantarkan keluarga terhukum. Apabila sudah dilaksanakan, terhukum dapat langsung dilepaskan dan dapat beraktivitas seperti biasanya. Dengan demikian, hal ini

(41)

33

tidak membawa akibat yang tidak perlu kepada keluarganya. Allah Swt. berfirman dalam Surah al-An’am Ayat 164 :

ۚ

ااهْ يالاع اِإ ٍسْفا ن لُك ُبِسْكات اااو

ۚ

ٍءْياش ِّلُك بار اوُاو ًِار يِغْباأ َِا اْْاغاأ ْلُق

ِهيِف ْمُتنُك ااِِ مُكُئِّبا نُ يا ف ْمُكُعِجْرم مُكِّبار

ۚ

اَِإ ُث

ۚ

ۚ

ىارْخُأ ارْزِو ٌةارِزااو ُرِزات اااو

انوُفِلاتْاَ

Artinya: Katakanlah, “Apakah aku akan mencari Tuhan selain

Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri, dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan.

Adapun mengenai jumlah maksimal hukuman cambuk dalam jarimah takzir, ulama berbeda pendapat :24

1) Mazhab Hanafi, tidak boleh melampaui batas hukuman had. Hal ini sesuai hadis berikut :

اناي ِداتْعُمْا انِم اوُها ف ٍداح ِْْاغ ِِْ اًذداح اغالا ب ْنام

“Barangsiapa yang melampaui hukuman dalam hal selain hudud, maka ia termasuk melampaui batas”. (HR. Al-Baihaqi

dari Nu’am bin Basyir dan Al-Dhahak).

2) Abu Hanifah, tidak boleh lebih dari 39 kali, karena had bagi peminum khamar adalah dicambuk 40 kali.

(42)

34

3) Abu Yusuf, tidak boleh lebih dari 79 kali, karena had bagi pelaku qadhaf adalah dicambuk 80 kali.

4) Ulama Malikiyah, sanksi takzir boleh melebihi had selama mengandung maslahat. Mereka berpedoman pada keputusanUmar bin Al-Khaththab yang mencambuk Ma’an bin Zaidah 100 kali karena memalsukan stampel baitulmal. 5) Ali pernah mencambuk peminum khamar pada siang hari di

bulan Ramadan sebanyak 80 kali dan ditambah 20 kali sebagai takzir.

Dalam hal ini tentu harus dilihat kasus jarimahnya. Misalnya, percobaan zina hukuman takzirnya kurang dari 100 kali cambuk (zina ghairu muhsan).

Kemudian pendapat ulama mengenai jumlah minimal cambukan dalam jarimah takzir adalah sebagai berikut: 25

1) Ulama Hanafiyah, batas terendah takzir harus mampu memberi dampak preventif dan represif.

2) Batas terendah satu kali cambukan.

3) Ibnu Qudamah, batas terendah tidak dapat ditemukan, diserahkan kepada ijtihad Hakim sesuai tindak pidana, pelaku, waktu, dan pelaksanaannya.

4) Pendapat Ibnu Qudamah lebih baik, tetapi perlu tambahan

(43)

35

5) ketetapan ulil amri sebagai pegangan semua Hakim. Apabila telah ada ketetapan Hakim, tidak ada lagi perbedaan pendapat. Hal ini sesuai kaidah berikut :

ا ي ِمِكاا ْا ُمْكُح

اف الِ ْا ُعافْر

Keputusan Hakim itu meniadakan perbedaan pendapat.”

Mengenai pelaksanaan hukuman cambuk, ulama menyebutkan ukuran cambuk tersebut mutadil , tidak kecil juga tidak besar. Diriwayatkan bahwa pada suatu hari Rasulullah akan mencambuk seseorang. Beliau diberikan cambuk yang kecil, tetapi beliau meminta cambuk yang lebih besar. Lalu diberikan kepada beliau cambuk lain yang lebih besar. Menurut beliau, cambuk itu terlalu besar dan beliau meminta cambuk yang pertengahan (antara cambuk kecil dan cambuk besar). Atas dasar inilah, Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa untuk mencambuk harus digunakan cambuk yang sedang, karena memang sebaik-baiknya perkara adalah yang pertengahan.26

Adapun sifat dari hukuman cambuk dalam jarimah takzir adalah untuk memberikan pelajaran dan tidak boleh menimbulkan kerusakan.Apabila si terhukum itu laki-laki, maka baju yang menghalangi sampainya cambuk ke kulit harus dibuka. Sementara itu, apabila si terhukum itu perempuan, maka

(44)

36

bajunya tidak boleh dibuka, karena auratnya akan terbuka. Hukuman cambuk diarahkan ke punggung, tidak boleh diarahkan ke kepala, wajah, dan farji. Karena apabila diarahkan ke tiga bagian itu, dikhawatirkan akan menimbulkan cacat, bahkan tersangka bisa meninggal dunia.27

2. Sanksi Takzir Yang Berkaitan Dengan Kemerdekaan Seseorang

Mengenai hal ini ada dua jenis hukuman, yaitu hukuman penjara dan hukuman pengasingan. Berikut ini penjelasannya :28

a. Hukuman penjara

Dalam bahasa Arab, ada dua istilah untuk hukuman penjara, yaitu

al -habsu dan al -sijnu yang keduanya bermakna al - man’u , yaitu

mencegah, menahan. Menurut Ibnu al-Qayyim, al -habsu ialah menahan seseorang untuk tidak melakukan perbuatan yang melanggar hukum, baik itu di rumah, masjid, maupun tempat lain. Demikianlah yang dimaksud dengan al -habsu di masa Nabi dan Abu Bakar. Akan tetapi setelah wilayah Islam bertambah luas pada masa pemerintahan Umar, ia membeli rumah Syafwan bin Umayyah dengan harga 4.000 dirham untuk dijadikan penjara.

Berdasarkan pemikiran ini, kebanyakan ulama membolehkan ulil amri untuk membuat penjara. Sebaliknya, ada pula ulama yang tidak membolehkannya karena Nabi dan Abu Bakar tidak membuatnya,

(45)

37

meskipun beliau pernah menahan seseorang di rumahnya atau di masjid.

Para ulama yang membolehkan sanksi penjara, juga berdalil

tindakan Utsman yang memenjarakan Zhabi’ bin Harits (seorang

pencopet dari Bani Tamim), Ali yang memenjarakan Abdullah bin Zubair di Mekkah, dan Rasulullah saw. yang menahan seorangtertuduh untuk menunggu proses persidangan. Mengenai tindakan yang terakhir, hal itu beliau lakukan karena khawatir si tertuduh akanmelarikan diri, menghilangkan barang bukti, dan mengulangi melakukan kejahatan.

Hukuman penjara dapat menjadi hukuman pokok dan dapat juga menjadi hukuman tambahan, apabila hukuman pokok yang berupa hukuman cambuk tidak membawa dampak bagi terhukum. Selanjutnya, hukuman ini dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :29

1) Hukuman penjara terbatas

Hukuman penjara terbatas ialah hukuman penjara yang lama waktunya dibatasi secara tegas. Hukuman ini diterapkan antara lain untuk jarimah penghinaan, menjual khamar, memakan riba, berbuka puasa pada siang hari di bulan Ramadan tanpa uzur, mengairi ladang dengan air milik orang lain tanpa izin, dan bersaksi palsu.

(46)

38

Adapun mengenai lamanya hukuman penjara, tidak ada kesepakatan. Menurut Imam al-Mawardi, hukuman penjara dalam takzir berbeda-beda, tergantung pada pelaku dan jenis jarimahnya. Diantara pelaku ada yang dipenjara selama satu hari ada pula yang lebih lama.

Mengenai batas maksimal untuk hukuman ini juga tidak ada kesepakatan di kalangan fukaha. Menurut Syafi’iyah, batas maksimalnya adalah satu tahun. Mereka mengqiyaskannya pada hukuman pengasingan had zina yang lamanya satu tahun dan hukuman takzir tidak boleh melebihi hukuman had. Akan tetapi,

tidak semua ulama Syafi’iyah menyepakati pendapat tersebut.

Adapun menurut pendapat yang dinukil dari Abdullah al-Zubairi, masa hukuman penjara adalah satu bulan atau enam bulan. Demikian pula Imam Abu al-Majasyun dari ulama Malikiyah menetapkan lamanya hukuman adalah setengah bulan, dua bulan, atau empat bulan, tergantung harta yang ditahannya.

(47)

39

menurut Ibnu Qudamah, tidak ada ketentuan yang pasti dan hal ini diserahkan kepada imam.Ia menambahkan, apabila hukumanpenjara (takzir) ditentukan batasnya, maka tidak ada bedanya antara hukuman had dan hukuman takzir.

2) Hukuman penjara tidak terbatas

Hukuman penjara tidak terbatas tidak dibatasi waktunya dan berlangsung terus sampai si terhukum meninggal dunia atau bertaubat. Hukuman ini dapat disebut juga dengan hukuman penjara seumur hidup, sebagaimana yang telah diterapkan dalam hukum positif Indonesia. Hukuman seumur hidup ini dalam hukum pidana Islam dikenakan kepada penjahat yang sangat berbahaya. Misalnya, seseorang yang menahan orang lain untuk dibunuh oleh orang ketiga atau seseorang yang mengikat orang lain lalu melemparkannya ke kandang harimau. Menurut Imam Abu Yusuf, apabila orang tersebut mati dimakan harimau itu, si pelaku dikenakan hukuman penjara seumur hidup (sampai ia meninggal di penjara).

b. Hukuman Pengasingan

Hukuman pengasingan termasuk hukuman had yang diterapkan untuk perampok.30 Hal ini didasarkan pada Surah al-Maidah Ayat 33:

(48)

40

ْنِّم مُهُلُجْراأاو ْمِهيِدْياأ اعطاقُ ت ْواأ ْاوُبلاصُي ْواأ ْاوُل تاقُ ي ناأ اًدااساف ِضْراْا ِِ انْواعْساياو ُهالوُساراو اَّا انوُبِرااُُ انيِذلا ءاازاج ااَِإ

ٌٌ ٣٣ ٌميِظاع ٌبااذاع ِةارِخآا ِِ ْمُاَاو اايْ ندلا ِِ ٌيْزِخ ْمُاَ اكِلاذ ِضْراْا انِم ْاْوافنُي ْواأ ٍفلِخ

Artinya: Sesugguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh, atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal-balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.31 Hukuman pengasingan merupakan hukuman had. Namun dalam praktiknya hukuman tersebut diterapkan juga sebagai hukuman takzir. Di antara jarimah takzir yang dikenakan hukuman pengasingan adalah orang yang berperilaku mukhamnats (waria) yang pernah dilaksanakan oleh Nabi dengan mengasingkannya ke luar Madinah. Demikian pula tindakan Umar yang mengasingkan Nashr bin Hajjaj karena banyak wanita yang tergoda olehnya, karena konon ia berwajah sangat tampan dan menarik, walaupun sebenarnya ia tidak melakukan jarimah.Selain itu, Umar yang juga menjatuhi hukuman pengasingan dan cambuk terhadap Mu’an bin Zaidah karena telah memalsukan stempel baitulmal.32

Hukuman pengasingan ini dijatuhkan kepada pelaku jarimah yang dikhawatirkan dapat memberikan pengaruh buruk terhadap

(49)

41

masyarakat. Dengan diasingkannya pelaku, mereka akan terhindar dari pengaruh tersebut.33

3. Sanksi Takzir Yang Berkaitan Dengan Harta

Fukaha berbeda pendapat tentang dibolehkannya hukuman takzir dengan cara mengambil harta. Menurut Imam Abu Hanifah dan diikuti oleh muridnya Muhammad bin Hasan, hukuman takzir dengan cara mengambil harta tidak dibolehkan. Akan tetapi menurut Imam Malik Imam al-Syafi’i, Imam Ahmad bin Hanbal, dan Imam Abu Yusuf membolehkannya apabila membawa maslahat.34

Hukuman takzir dengan mengambil harta bukan berarti mengambil harta pelaku untuk diri Hakim atau untuk kas negara, melainkan menahannya untuk sementara waktu. Adapun jika pelaku tidak dapat diharapkan untuk bertaubat, Hakim dapat menyerahkan harta tersebut untuk kepentingan yang mengandung maslahat.35

Imam Ibnu Taimiyah membagi hukuman takzir berupa harta ini menjadi tiga bagian dengan memperhatikan atsar (pengaruhnya) terhadap

harta, yaitu sebagai berikut:36 a. Menghancurkannya (al-itla>f)

Penghancuran barang ini tidak selamanya merupakan kewajiban dan dalam kondisi tertentu boleh dibiarkan atau disedekahkan. Atas dasar pemikiran ini, Imam Malik dalam riwayat Ibnu Al-Qasim

(50)

42

dengan menggunakan istilah istihsan membolehkan penghancuran atas makanan yang dijual melalui penipuan dengan caradisedekahkan kepada fakir miskin, seperti halnya susu yang dicampur air. Dengan demikian kepentingan dapat tercapai sekaligus, yaitu penghancuran sebagai hukuman dan memberikan manfaat bagi orang miskin, bisa juga untuk tawanan perang.

a. Mengubahnya (al-thaghyir>)

Hukuman takzir yang berupa mengubah harta pelaku, antara lain mengubah patung yang disembah oleh orang muslim dengan cara memotong bagian kepalanya sehingga mirip pohon atau vas bunga. b. Memilikinya (al-tamli>k)

Hukuman takzir berupa pemilikan harta pelaku, antara lain Rasulullah saw. melipatgandakan denda bagi seorang yang mencuri buah-buahan di samping hukuman cambuk. Demikian pula keputusan Khalifah Umar yang melipatgandakan denda bagi orang yang menggelapkan barang temuan.

(51)

43

dengan hukuman pokok lainnya, yaitu hukuman denda disertai cambuk.37

4. Sanksi Takzir Lainnya

Selain hukuman-hukuman takzir yang telah disebutkan, masih ada beberapa sanksi takzir lainnya, yaitu :38

a. Peringatan keras.

b. Dihadirkan dihadapan sidang. c. Nasihat.

d. Celaan. e. Pengucilan. f. Pemecatan.

g. Pengumuman kesalahan secara terbuka, seperti diberitakan di media cetak atau elektronik.

E. Hak Cipta

1. Pengertian Hak Cipta

Moh. Syah adalah orang yang pertama kali mengusulkan Istilah hak cipta, pada Kongres Kebudayaan di Bandung tahun 1951 (yang kemudian diterima oleh Kongres tersebut) sebagai pengganti istilah hak pengarang yang dianggap kurang luas cakupan pengertiannya. Istilah hak

(52)

44

pengarang itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah bahasa Belanda Auteurs Rechts.39

Sedangkan istilah hak cipta itu lebih luas, dan ia mencakup juga tentang karang mengarang. Sedangkan pengertian baku dari hak cipta telah diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Hak Cipta, yaitu:40

”Hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan

prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Menurut ketentuan ini, hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak, untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu, dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hak Cipta secara fundamental diatur dalam Pasal 28 H ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945, yakni: “Setiap orang berhak mempunyaihak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.” Berdasarkan ketentuan ini Hak Cipta atau suatu hasil Ciptaan tidak dapat disebarluaskan tanpa sepengetahuan pemilik haknya.41

39 Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual , (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1997),

35.

(53)

45

Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendirisendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi.Sedangkan Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.

Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun baik elektronik atau non elektronik atau melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain.

Penggandaan adalah proses, perbuatan, atau cara menggandakan satu salinan Ciptaan dan/atau fonogram atau lebih dengan cara dan dalam bentuk apapun, secara permanen atau sementara.42

2. Hak-Hak yang Tercakup dalam Hak Cipta

Undang-Undang Hak Cipta (UUHC) merupakan suatu wadah dimana tertuang banyak peraturan-peraturan yang dapat melindungi hak-hak pencipta. UUHC dari zaman ke zaman mengalami banyak sekali perubahan serta pergantian untuk meningkatkan perlindungan terhadap suatu karya cipta dan pemegang karya cipta itu sendiri. Meskipun mengalami banyak perubahan yang cukup spesifik, UUHC tidak pernah terlepas dari pasal-pasal yang menjelaskan tentang hak eksklusif pencipta yaitu Hak ekonomi dan Hak Moral.

(54)

46

a. Hak Eksklusif

Hak cipta ada pada seseorang karena ia telah membuat suatu kreasi, hasil karya yang merupakan bagian dari kepribadian si penciptadan merupakan suatu kesatuan dalam kehidupannya. Namun terdapat satu hal yang mendasari budaya hukum right to copy yakni hak cipta pada sistem hukum sosialis, yaitu kepentingan masyarakatlah yang diutamakan dibandingkan kepentingan perseorangan dalam artian bahwa suatu ciptaan seharusnya tidak hanya berguna bagi pencipta saja melainkan untuk masyarakat luas. Diluar kosongnya suatu aturan haltersebut membuat tidak dipatuhinya sebuah aturan yang ada dan merugikan pihak lain yang seharusnya mendapatkan haknya.43

Sebagaimana telah dipaparkan diatas, dalam hal ini dijelaskan dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Yang dimaksud dengan hak eksklusif adalah adalah hak yang hanya diperuntukkan bagi Pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang dapat memanfaatkan hak tersebut tanpa izin Pencipta.44

b. Hak Ekonomi

Pemegang Hak Cipta yang bukan Pencipta hanya memiliki sebagian dari hak eksklusif berupa hak ekonomi.Arti dari

“mengumumkan atau memperbanyak”, termasuk kegiatan

43Moh. Zainul Huda, Tinjauan Hukum Islam Dan Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang

Hak Cipta Terhadap Jual Beli Lagu Free Download Di Bayu Phone Jl. Pabrik Kulit Wonocolo Surabaya.” (Skripsi--UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2015), 37.

(55)

47

menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan, meminjamkan, mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, merekam, dan mengomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apa pun.45

Hak ekonomi adalah salah satu hak pencipta untuk dapat merasakan manfaat ekonomi atas ciptaannya, sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta yang tidak dapat dihilangkan dengan alasan apapun walaupun hak cipta tersebut telah dialihkan.46

Dalam Undang-undang Hak Cipta terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta yang menyebutkan tentang Hak Ekonomi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana disebutkan dalam Pasal 9 yang berbunyi :

(1) Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan:

a. penerbitan Ciptaan;

b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;

c. penerjemahan Ciptaan;

d. pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan;

e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;

f. pertunjukan Ciptaan;

g. Pengumuman Ciptaan;

h. Komunikasi Ciptaan; dan

i. penyewaan Ciptaan.

(2) Setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mendapatkan izin Penciptaatau pemegang Hak Cipta

45Moh. Zainul Huda, Tinjauan Hukum Islam Dan Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang

Hak Cipta Terhadap Jual Beli Lagu Free Download Di Bayu Phone Jl. Pabrik Kulit Wonocolo Surabaya”. (Skripsi--UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2015), 38.

(56)

48

(3) Setiap orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dilarang melakukan Penggandaan dan/atau Penggunaan secara komersial Ciptaan.

Terkait permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut oleh penulis adalah sejauh mana batasan seorang individu atau kelompok meng-copy, menyalin, mengumumkan dan menggandakan ciptaan dalam

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hukum pidana Islam pelaku penyebaran berita Hoax yang melanggar pasal 28 ayat 1 UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE merupakan tindakan dusta dan fitnah, Hukuman yang

Menurut ketentuan Pasal 182 ayat (2) huruf c KUHAP (yang selanjutnya disebut KUHAP), jika acara pemeriksaan, pembelaan, dan tuntutan telah selesai, maka hakim ketua

Berangkat dari ketentuan pidana dalam pasal 72 ayat 3 Undang-Undang Hak Cipta tahun 2002 nampak bahwa pada hakekatnya mengandakan memperbanyak (dengan cara mengkopi atau

E-book merupakan bagian dari Hak Cipta yang di lindungi yang mana e-book di lindungi pada Pasal 40 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan pasal

Konsep eksekusi hak cipta dalam pelaksanaan eksekusi dengan obyek hak cipta sebagai jaminan fidusia tetap menggunakan landasan ketentuan Pasal 29 ayat (1) Undang-undang

Hak Moral atau Moral Rights sebagaimana yang dapat kita lihat dalam Pasal 5 ayat (1) UUHC 2014, adalah, hak yang melekat secara abadi (tidak dapat

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis problem dalam ketentuan UUHC hubungannya dengan fungsionalisasi hukum pidana sebagai ultimum remedium pada tindak pidana selain

Dimana dalam hal tersebut dapat mengurangi dan merugikan nilai ekonomi bagi si pencipta dengan cara penggunaan secara komersial, yang dimana dalam Pasal 113 ayat (3) juga menegaskan