• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sanksi pidana terhadap cyberporn dengan media sosial “bigo live” dalam pasal 27 ayat 1 uu nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik perspektif hukum pidana Islam.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sanksi pidana terhadap cyberporn dengan media sosial “bigo live” dalam pasal 27 ayat 1 uu nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik perspektif hukum pidana Islam."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

Siti Risdatul Ummah

NIM. C03213053

Jurusan Hukum Publik Islam

Prodi Hukum Pidana Islam

Fakultas Syariah Dan Hukum

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan dengan judul Sanksi Pidana

Terhadap cyberporn dengan

Media Sosial‚Bigo Live‛Dalam Pasal 27 Ayat 1 UU

Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Perspektif

Hukum Pidana Islam, yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan bagaimana

sanksi pidana terhadap cyberporn dengan media social Bigo Live dalam pasal 27

ayat 1 UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE serta bagaimana tinjauan hukum

pidana Islam terhadap cyberporn dengan media social Bigo Live dalam pasal 27

ayat 1 UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Data penelitian yang dihimpun adalah bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder, yang dihimpun melalui pengumpulan data dengan cara

observasi, kepustakaan dan dokumentasi yang selanjutnya akan dianalisis

menggunakan teknik deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa

cyberporn dengan media sosial

Bigo Live telah melanggar pasal 27 ayat 1 UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

ITE, sanksi pidana bagi

broadcaster (penyiar) terdapat dalam pasal 45 ayat (1)

yaitu hukuman pidana penjara paling lama enam tahun dan/atau denda paling

banyak Satu Miliar Rupiah. Sanksi pidana terhadap perusahaan Bigo ltd. Adalah

pasal 34 ayat (1) dan sanksi pidananya ditentukan dalam Pasal 50 UU Nomor 11

Tahun 2008 Tentang ITE,

dengan ancaman pidananya yaitu pidana penjara

paling lama 10 tahun dan/atau denda paling banyak Sepuluh Miliar Rupiah.

Dalam perspektif hukum pidana Islam cyberporn dengan media sosial Bigo Live

yang melanggar pasal 27 ayat 1 UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE

merupakan tindakan yang mengarah pada perzinaan, Hukuman yang tepat bagi

pelaku kejahatan cyberporn

dengan Bigo Live adalah hukuman ta’zi>r yang berupa

penjara hidup atau penjara duapuluh tahun, sedangkan sanksi pidana Islam bagi

perusahaan Bigo ltd. lebih berat daripada sanksi bagi pelakunya yaitu hukuman

ta’zi>r berupa penjara hidup yang lebih lama w

aktunya, karena perusahaan Bigo

ltd. merupakan sarana untuk mendekatkan diri pada perbuatan yang dilarang oleh

syariat Islam yaitu perzinaan.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ...

i

PERNYATAAN KEASLIAN ...

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...

iii

PENGESAHAN...

iv

MOTTO ...

v

PERSEMBAHAN ...

vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ...

x

DAFTAR TRANSLITERASI ... xii

BAB PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah ...

1

B.

Identifikasi Masalah ...

7

C.

Batasan Masalah ...

8

D.

Rumusan Masalah ...

8

E.

Kajian Pustaka ...

9

F.

Tujuan Penelitian ...

11

G.

Kegunaan Hasil Penelitian ...

11

H.

Definisi Operasional ...

12

I.

Metode Penelitian ...

14

J.

Sistematika Pembahasan ...

16

BAB II

CYBERPORN DITINJAU DARI HUKUM POSITIF DAN

HUKUM PIDANA ISLAM.

A.

Pornografi dan Cyberporn... 18

B.

Cyberporn Ditinjau dari Hukum Positif ... 22

(8)

BAB III MEDIA SOSIAL BIGO LIVE

A.

Sejarah dan Tujuan Bigo Live ...

41

B.

Cara Mendapatkan Gift dari Bigo Live ... 44

C.

Penyalahgunaan Bigo Live di Indonesia dan Kebijakan

Perusahaan Untuk Mengatasinya ...

46

D.

Pendapat Ahli Hukum Tentang Bigo Live dan Sanksi

Hukum di Indonesia ...

53

BAB IV

ANALISIS SANKSI PIDANA TERHADAP

CYBERPORN

DENGANMEDIA SOSIAL BIGO LIVE PERSPEKTIF UU

NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ITE DAN HUKUM

PIDANA ISLAM

A.

Analisis Sanksi Pidana Terhadap

Cyberporn dengan

Bigo Live Dalam Pasal 27 Ayat 1 UU Nomor 11 Tahun

2008 Tentang ITE ... ..

58

B.

Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap

cyberporn

dengan Bigo Live dalam Pasal 27 Ayat 1 UU Nomor 11

Tahun 2008 Tentang ITE ... ..

64

BAB V PENUTUP

A.

Kesimpulan ...

71

B.

Saran ...

72

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Media sosial mampu memberikan kemudahan bagi para pengguna untuk

berkomunikasi dan bersosialisasi.

1

Dengan kemudahan-kemudahan yang

disediakan, tentu saja media sosial lebih diminati oleh masyarakat dibanding

dengan media tradisional. Kemudahan-kemudahan yang dimaksud yaitu media

sosial tidak dibatasi oleh tempat dan waktu, yang artinya siapapun dapat

menggunakan media sosial di mana saja dan kapan saja, asalkan memiliki

akses

internet.

2

Dari sinilah, media sosial semakin berkembang dan semakin diminati

oleh masyarakat.

3

Dengan semakin tingginya minat masyarakat terhadap media sosial,maka

masyarakat akan semakin tergantung dengan media sosial, dan hal ini akan

mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari.

4

Anggapan yang mengatakan

bahwa internet identik dengan pornografi, memang tidak salah. Dengan

kemampuan penyampaian informasi yang dimiliki internet, pornografi pun

merajalela. Di internet terdapat gambar-gambar pornografi yang bisa

mengakibatkan dorongan kepada seseorang untuk bertindak kriminal.

5

1

Eni Maryani, Media Dan Perubahan Sosial, (Jakarta, Rosda : 2011), 17.

2

Ibid., 21

3

Ibid., 23

4

Soetandyo Wignjosoebroto, Pergeseran Dalam Kajian-Kajian Sosial Dan Hukum, (Bandung, Setara Press : 2013), 45

5

(10)

Kejahatan yang tergolong baru tersebut adalah kejahatan dunia maya

(Cyber crime). Kejahatan dunia maya (Cyber crime) yang berkembang beberapa

saat terakhir ini salah satunya adalah aplikasi media sosial Bigo Live, yang

merupakan aplikasi berbasis Android dengan menggunakan IOS yang saat ini

sedang digemari oleh pengguna khususnya dari Indonesia. Dari deskripsinya,

Bigo Live digunakan untuk menyiarkan aktivitas sehari-hari

broadcaster

(penyiar) ke

member Bigo Live lainnya. Pada halaman muka, akan disuguhkan

dengan beragam pilihan

broadcaster Bigo Live yang dapat ditonton siarannya.

6

Ketika masuk, akan dapat melihat

broadcaster beraksi dan berinteraksi dengan

pengunjung, dan dapat mengirim pesan atau mengirim hadiah ke

broadcaster

favorit. Dari berbagai banyak pilihan broadcaster, sebagian besar dari mereka

didominasi perempuan. Namun sayangnya, para

broadcaster ini tampil

berpakaian seksi dan terlihat menunjukkan bagian vital mereka ke publik.

7

Salah satu keistimewaan Bigo Live ini yaitu

broadcaster dapat

menghasilkan uang

cash dari hasil Broadcasting secara live. Semakin banyak

orang yang memberikan

Gift kepada broadcaster maka akan semakin banyak

Diamond terkumpul, yang pada akhirnya nanti Diamond tersebut bisa ditukarkan

menjadi uang cash, minimal penarikan adalah 6700 diamond atau setara dengan

Rp. 2.000.000. Dengan sebab inilah broadcaster rela berbuat tindakan asusila

8

6David Le, “ All About Bigo Live”

http://Www.Bigo.Sg/About.Html, diakses pada 17 Januari 2017.

7Nana Mandani, “Mengapa Wanita Rela Um

bar Aurat di Bigo Live?Ternyata ini

Imbalannya”, Tribun News, (27 Agustus 2016), 1.

8

(11)

Saat ini masalah

cyberporn semakin memprihatinkan dan dampak

negatifnya semakin nyata. Pemerintah secara tegas telah mengambil langkah

nyata membendung arus cyberporn serta cybercrime lainnya, dengan membentuk

undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik dan telah disahkan pada tanggal 21 April 2008.

9

Didalam

undang-undang tersebut, yaitu

cyberporn telah diatur dalam pasal 27 ayat (1) Tentang

perbuatan yang dilarang, yang berbunyi :

10

‚Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau

mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik

dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan melanggar kesusilaan‛.

Penerapan ketentuan pasal kesusilaan ini jelas akan merujuk pada

ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang secara khusus mengatur

pornografi yakni UU No 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi dan pasal 282

KUHP Tentang Pornografi.

11

Sedangkan pendapat ahli hukum terkait penerapan pasal 27 ayat 1 terhadap

penyalahgunaan aplikasi media sosial ‚Bigo Live‛

, adalah sebagai berikut :

12

1.

Brigjen Pol Agung Setya,meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika

(Kemenkominfo) untuk melakukan pemblokiran terhadap Bigo Live. Karena

9Budi suhariyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cyber Crime), (Jakarta, PT Rajagrafino Persada, 2013), 104

10UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

11Hidayat Lubis, “Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Cyberporn Pada UU RI Nomor 11

Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik”, (skripsi--UIN Sunan Kalijaga, 2009).

12Ray Jurdan, “Pendapat Ahli Hukum terkait penyalahgunaan Bigo live”,

(12)

menurutnya Bigo Live telah melanggar Pasal 27 Ayat (1) UU Nomor 11

Tahun 2008 Tentang ITE.

13

2.

Muhammad Tajri, SH, menyatakan bahwa aplikasi ini mempertontonkan video

streaming (tayangan video langsung), yang berpotensi melanggar Undang

Undang No 44 Tahun 2008 tentang Pornografi Serta Pasal 27 Ayat (1) UU

Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dia

menegaskan pula bahwa kedua pasal saling memperkuat.

14

3.

Subdit

Cyber Crime Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Dit Reskrimsus)

Polda Metro Jaya, menjalin kesepakatan dengan Kementerian Komunikasi dan

Informasi (kemenfomas). Kesepakatan tersebut terkait dengan rencana

penutupan semua konten yang bersifat asusila di aplikasi Bigo Live.

15

4.

Kyai Kholil, anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Jombang,

Jawa Timur, mengatakan semua hal yang berbau porno, baik yang tersiar

melalui internet ataupun terlihat dan terdengar secara langsung, tidak

dibenarkan. Live video streaming ini termasuk ke dalam perbuatan yang

dilarang dalam UU ITE khususnya pasal 27 ayat 1 karena terdapat muatan

kesusilaan.

16

Salah satu dampak dari Bigo Live adalah semakin banyak dan luasnya

pasar dari pengguna Bigo Live, termasuk di kalangan remaja. Kaum remaja ini

13

Ray Jurdan, 2.

14Muhammad Tajri, “Bigo Live diancam UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE”,

http://jurnalapps.co.id/apakah-bigo-live-itu-1502., diakses pada 12 februari 2017.

15Didik, “Bigo Live Terancam Diblokir”,

http://jurnalapps.co.id/bigo-live-terancam-blokir-1567/, diakses pada 12 februari 2017

16Megapolitan, “Respon Majelis Ulama Indonesia terkait Bigo Live”

(13)

adalah pasar paling berbahaya jika ditinjau dari segi usia dan kematangan

berpikir. Kelabilan dan rasa keakuan serta perjalanan mencari jati diri membuat

para remaja yang masih rentan ini bisa salah melangkah jika tidak diawasi

dengan baik. Remaja wanita bisa ikut-ikutan siaran dengan cara sensual dan

menjual dirinya demi alasan status kepopuleran dan iming-iming materi yang

disuguhkan. Remaja pria, pikiran mereka akan terkontaminasi dengan tayangan

yang berpotensi merusak pola pikir anak remaja pada umumnya. Dan mereka

akan terbiasa menyaksikan hal-hal semacam itu sambil ikut berkomentar dengan

kata-kata yang tidak hanya frontal tetapi juga vulgar.

17

Dalam agama Islam, larangan untuk melihat atau memperlihatkan aurat,

mendekati perbuatan zina, serta perintah untuk menjaga kehormatan, tertuang

jelas dalam Al-

Qur’An, Hadis, serta dalam kaidah

-kaidah Fiqh dan Ushul Fiqh.

Sebab agama Islam sangat peduli dalam mengatur tentang adab kesusilaan dan

menjaga kehormatan. Islam mewajibkan menutup aurat dan haram hukumnya

untuk melihat ataupunmemperlihatkannya.

18

Dalam pandangan hukum Islam, pengharaman pornografi terkait erat

dengan pengaturan menutup aurat dengan pemahaman tentang perzinaan.

Dengan demikian, kriteria porno dalam kamus Islam adalah semua produk

(gambar, tulisan, suara dsb) yang mempertontonkan, mendeskripsikan,

menguraikan segala hal tentang aurat pria dan wanita tanpa tujuan yang

17

Renji, “Konten Pornografi pada Tayangan Bigo Live”,

http://renjiblues.blogspot.co.id/2017/02/konten-pornografi-pada-tayangan-bigo.html, diakses pada 18 Maret 2017.

18

(14)

dibenarkan syar’i seperti untuk pendidikan, medis, hukum atau penelitian.

19

Segala perbuatan-perbuatan yang melanggar kesusilaan dan melecehkan

kehormatan seperti yang terjadi pada Bigo Live dan segala hal yang dapat

mengarahkan pada perzinaan adalah hal yang diharamkan dalam Islam.

Kaidah-kaidah Fiqh yang menyebutkan

ماَرَح َوُهَ ف ِمارَََْا ََِا

ىدَاَاَم

(

apa saja yang mendorong pada perbuatan haram maka itu adalah haram).

Pengharaman zina misalnya. Al-

Qur’an dengan sangat tegas melarang perbuatan

-perbuatan yang akan membuat pelakunya berbuat zina karena -perbuatan

pengantar zina yang dilakukanseperti tindakan kesusilaan yang ada pada Bigo

Live.

20

Allah SWT berfirman:



















Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu

perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.

يِبَلَج نِم نِهْيَلَع َِْْنْدُي َِْْنِمْؤُمْلا ِءآَسِنَو َكِتاَنَ بَو َكِتانَبَو َكِجَوْز َأِ ْلُق ِِنلا اَه يَأَي

نِهِب

ِلَذ

.اًمْيِحر اًروُفَغ ُهّللا َناَكَو َنْيَذْؤُ ي َاَف َنْفَرْعُ ي ْنَأ ََْدَأ َك

‚Hai Nabi! Katakanlah kepada istri

-istrimu, anak-anak perempuanmu dan

isteri-isteri orang mukmin, ‘hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh

tubuh mereka’

. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,

karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang.‛

19Ibid., 40

(15)

Dengan Melihat fenomena yang sedang populer sekarang ini di media sosial yaitu

Aplikasi Android Bigo Live, yang menimbulkan dampak kerusakan moral yang

meresahkan masyarakat, maka atas dasar inilah penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentangSanksi Pidana Terhadap

Cyberporn dengan Media

Sosial‚Bigo Live‛dalam Pasal 27 Ayat 1 UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik Perspektif Hukum Pidana Islam.

B.

Identifikasi Masalah

Berangkat dari uraian pada latar belakang masalah di atas, penulis

mengidentiikasi beberapa masalah yang timbul sebagai berikut:

1.

Munculnya aplikasi baru media sosial ‚Bigo Live‛ yang

mengandung unsur

cyberporn.

2.

Unsur nudity

yang ada pada ‚Bigo Live‛ melanggar pasal 27 ayat 1 UU No

11 Tahun 2008 Tentang ITE.

3.

Merusak moral bangsa.

4.

Sanksi Pidana dalam pasal 27 ayat 1 UU No 11 Tahun 2008 Tentang ITE

terhadap cyberporn dengan media sosial BigoLive

5.

Pendapat para Ahli Hukum dan Ulama tentang UU ITE dan Bigo Live.

6.

Tentang sejarah lahirnya Bigo Live.

(16)

C.

Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan juga bertujuan agar

permasalahan ini dikaji dengan baik, maka penulis membatasi penulisan karya

ilmiah dengan batasan:

1.

Sanksi Pidana Terhadap

Cyberporn dengan Media Sosial‚Bigo Live‛

Dalam Pasal 27 Ayat 1 UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik.

2.

Tinjauan hukum pidana Islam terhadap

Cyberporn dengan Media

Sosial‚Bigo Live‛ Dalam Pasal 27 Ayat 1 UU Nomor 11 Tahun 2008

Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

D. Rumusan Masalah

Dengan memahami serta mempertimbangkan dasar pemikiran yang tertuang

dalam latar belakang masalah tersebut maka diperlukan adanya rumusan masalah

sebagai berikut:

1.

Bagaimana Sanksi Pidana Terhadap

Cyberporn Dengan Media Sosial‚Bigo

Live

Dalam Pasal 27 Ayat 1 UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik?

2.

BagaimanaTinjauan hukum pidana Islam terhadap

Cyberporn dengan Media

Sosial‚Bigo Live‛ Dalam Pasal 27 Ayat 1 UU Nomor 11 Tahun 2008

(17)

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan tujuan

untuk mendapatkan gambaran mengenai pembahasan dan topik yang akan diteliti

dengan penelitian yang sejenis yang mungkin pernah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya sehingga diharapkan tidak ada pengulangan materi secara mutlak.

Dalam penelusuran awal, sampai saat ini penulis menemukan penelitian atau

tulisan yang sedikit kemiripan dalam penelitian yang dilakukan penulis,

diantaranya adalah :

Skripsi dari

Hidayat Lubis, yang berjudul ‚Ti

njauan Hukum Pidana Islam

Terhadap Cyberporn Pada UU RI Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan

Transaksi Elektronik‛ penelitian tersebut terfokus membahas tentang kriteria

cyberporn pada UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi

Elektronik serta pandangan hukum Islam terhadap sanksi

cyberporn pada UU

Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

21

Sedangkan

mengenai masalah yang penyusun teliti adalah lebih terfokus pada kriteria

cyberporn dalam Bigo Live serta membahas tentang sanksi pidana dalam pasal

27 ayat (1) UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE dikomparasikan dengan

pandangan hukum Islam.

Tesis yang ditulis oleh Marissa Amalia Shari Harahap, yang berjudul

‚Analisis Penerapan UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik dalam Tindak Pidana Siber‛. Penelitian ini terfokus pada p

enyelesaian

21Hidayat Lubis, “Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Cyberporn Pada UU RI Nomor 11

(18)

tindak pidana siber di Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan juga mengetahui dan

menganalisis tentang ketentuan pidana Undang-Undang tersebut. Hasil dari

penelitian ini yaitu memberikan pengertian mengenai apa sesungguhnya yang

dimaksud dengan tindak pidana

siber serta penjabarannya tentang bagaimana

ketentuan UU yang berlaku di Indonesia.

22

Penelitian tersebut masih sangat luas

yaitu membahas tentang keseluruan dari tindak pidana siber sedangkan mengenai

masalah yang penyusun teliti sudah terfokus dengan satu objek yaitu tindak

pidana

cyberporn dalam aplikasi media sosial Bigo Live serta ditinjau juga dari

hukum pidana Islam.

Skripsi karya Desi Tri Astutik yang berjudul ‛Tindak Pidana Kejahatan

Mayantara (Cyber Crime) Dalam Perspektif UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

Infor

masi dan Transaksi Elektronik dan Fiqih Jinayah‛. Skripsi ini membahas

persepsi atau pendapat dari tokoh dalam UU ITE dalam perspektif Jinayah

dimana dalam analisis yang digunakan hanya membahas tentang UU dan

kejahatan elektronik berdasarkan hukum Fiqih Jinayah. Dalam UU kejahatan

tersebut diancam dengan kejahatan cybercrime sedangkan dalam Fiqih

Jinayahdihukum dengan hukuman

ta

zi>r

.

23

Sama seperti penelitian sebelumnya,

penelitian ini juga masih global membahas tentang kejahatan mayantara menurut

UU ITE dalam perspektif hukum pidana Islam, sedangkan mengenai masalah

22Marissa Amalia, “Analisis Penerapan UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik Dalam Tindak Pidana Siber”, (Tesis--Universitas Inonesia, 2011)

23Desi Tri Astutik, ”Tindak Pidana Kejahatan Mayantara

(19)

yang penyusun teliti terfokus pada sanksi pidana cyberporn yang terdapat dalam

media sosial Bigo Live dalam pasal 27 ayat 1 UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

ITE.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin

dicapai penulis antara lain:

1.

Untuk mengetahui Sanksi Pidana Terhadap

Cyberporn Dengan Media

Sosial‚Bigo Live‛ Dalam Pasal 27 Ayat 1 UU Nomor 11 Tahun 2008

Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

2.

Untuk mengetahui Tinjauan hukum pidana Islam terhadap Cyberporn dengan

Media Sosial‚Bigo Live‛ Dalam Pasal 27 Ayat 1 UU Nomor 11 Tahun

2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

G. Kegunaan Hasil Penelitian

1.

Secara Teorotis (Keilmuan)

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran bagi

mahasiswa fakultas Syariah khususnya prodi Hukum Pidana Islam dan sebagai

bahan informasi pendahuluan yang penting bagi peneliti yang mungkin memiliki

kesamaan di masa mendatang, atau sebagai bahan informasi pembanding bagi

peneliti lama yang serupa namun berbeda sudut pandang. Serta berfungsi juga

sebagai tambahan literatur Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya. Serta

(20)

ilmu pengetahuan pada penelitian berikutnya tentang hal-hal yang berkenaan

denganSanksi Pidana Terhadap

Cyberporn dengan Media Sosial‚Bigo Live‛

dalam Pasal 27 Ayat 1 UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik Perspektif Hukum Pidana IslamSecara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai inspirasi dan alternatif

pencegahan bagi masyarakat untuk berhati-hati dalammelakukan tindakan yang

dapat melanggar Undang-Undang ITE, memberikan wawasan dan pengetahuan

bagi pembaca mengenai

cyberporn dengan media sosial Bigo Live serta

bagaimana sanksi pidana yang diatur dalam pasal 27 Ayat 1 UU Nomor 11

Tahun 2008 Tentang ITE.

H. Definisi Operasional

Adapun untuk mempermudah pemahaman serta terhindar dari salah

pengertian terhadap istilah dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan sebagai

berikut :

1.

Sanksi pidana adalah suatu nestapa atau penderitaan yang ditimpakan kepada

seseorang yang bersalah melakukan perbuatan yang dilarang oleh hukum

pidana, dengan adanya sanksi tersebut diharapkan orang tidak akan melakukan

tindak pidana.

24

2.

Pasal 27 ayat 1 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 atau UU ITE

merupakan pasal yang mengatur tentang cyberporn, sedangkan UU ITE adalah

UU yang mengatur tentang Informasi serta Transaksi Elektronik, atau

24Tim PenyusunPusatKamus,

(21)

teknologi informasi secara umum. UU ini memiliki yurisdiksi yang berlaku

untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang ini, baik yang berada di wilayah hukum Indonesia

maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di

wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan

merugikan kepentingan Indonesia.

25

3.

Cyberporn adalah konten pornografi yang dimuat secara digital, salah satunya

melalui jaringan internet. Konten pornografi yang tersebar melalui jaringan

internet dianggap lebih cepat menyebar karena sangat mudah menemukan link

pornografi di seacrch engine.

26

4.

Bigo Live adalah aplikasi berbasis

Android dan IOS yang saat ini sedang

digemari oleh pengguna khususnya dari Indonesia. Bigo Live digunakan untuk

menyiarkan aktivitas sehari-hari

broadcaster (penyiar) ke member Bigo Live

lainnya. Dengan adanya

fitur penukaran Diamon menjadi uang cash inilah

yang menyebabkan banyak para

Broadcaster (istilah yang sedang siaran) rela

melakukan hal-hal unik dan melampaui batas.

27

5.

Fiqih Jinayah atau biasa juga disebut dengan hukum pidana Islam adalah ilmu

tentang hukum

Shara

yang berkaitan dengan masalah perbuatan yang

dilarang

(Jari>mah) dan hukumannya (U>>qu>bah), yang diambil dari dalil-dalil

yang terperinci. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa objek

25UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

26Yoga Permana, ‚Pengertian Cyberporn‛, yogapermana09.blogspot.co.id, diakses pada 31 Juli 2017.

27Dimas Maulana,‚Bigo live, Kenapa Bisa Tenar?‛,https://www.kaskus.co.id/thread/578f74

(22)

pembahasan Fiqih Jinayah itu secara garis besar ada dua, yaitu

Jari>mah atau

tindak pidana dan U>>qu>bah atau hukumannya.

28

I.

Metode Penelitian

Metode penelitian adalah metode yang akan diterapkan dalam penelitian

yang akan dilakukan.

29

Dalam hal ini meliputi:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (studi kasus) yaitu

penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu

program, peristiwa dan aktivitas baik dalam tingkat perorangan, lembaga atau

organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa

tersebut.

30

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian secara intensif

terhadap media sosial Bigo Live untuk mendapatkan pengetahuan yang

mendalam tentang konten cyberporn dalam media sosial Bigo

Live.

2.

Data yang dibutuhkan

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah konten cyberporn yang

bersumber dari aplikasi media sosial Bigo Live.

3. Sumber Data

a.

Bahan hukum primer

Bahan hukum primer dalam penelitian ini berasal dari aplikasi media

sosial BigoLive.

28Ahmad mawardi muslich, Pengantar dan AsasHukum Pidana Islam,( Jakarta: Sinar Grafika,2006), hal 136.

29Bambang Wahyu, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta : Sinar Grafika, 2002), 17. 30

(23)

b.

Bahan hukum sekunder

Adapun bahan hukum sekunder adalah bahan yang diambil dari

UUNomor 11 Tahun 2008 TentangInformasi dan Transaksi Elektronoik,

KUHP, serta buku-buku literatur yang berhubungan dengan tema judul

yang diangkat penulis, serta

situs internet, surat kabar, jurnal, makalah,

ensiklopedi dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang dikaji.

4. Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif

yaitu pendekatan

yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah

teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-undangan

yang berhubungan dengan penelitian ini. Pendekatan ini juga dikenal dengan

pendekatan kepustakaan, yakni dengan mempelajari buku-buku, peraturan

perundang-undangan dan dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian

ini. Disamping itu juga didasarkan pada dalil-dalil yang ada dalam Al-

Qur’An

dan Hadist serta pendapat para Fuqaha.

3.

Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitiannya yakni penelitian lapangan (studi

kasus), maka penelitian ini dilakukan dengan cara:

a.

Observasi

Sebagai metode ilmiah observasi dapat diartikan sebagai pengamatan,

metode observasi ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dengan

(24)

mendapatkan hasil yang diinginkan. Dalam penelitian ini penulis melakukan

observasi dengan cara streaming dalam media sosial Bigo Live.

b.

Studi Kepustakaan

Penelitian ini juga dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai

buku terkait dengan permasalahan yang diteliti, kemudian memilih secara

mendalam sumber data kepustakaan yang relevan dengan masalah yang

dibahas.

c.

Dokumentasi

Dokumentasi merupakan langkah mencari data mengenai hal-hal atau

variabel berupa catatan, buku majalah dan sebagainya. Dalam

melaksanakan metode ini peneliti mempelajari dari buku-buku, majalah,

media sosial. Data dokumentasi ini berupa foto-foto, majalah, berita dari

media masa dan lain-lainya.

4.

Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh baik dari studi kepustakaan maupun dari penelitian

lapangan akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif

kualitatif yaitu metode analisis data yang mengelompokan dan menyeleksi

data yang diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan

kebenarannya, kemudian dihubungkan dengan teori-teori, asas-asas dan

kaidah-kaidah hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan sehingga diperoleh

jawaban atas permasalahan yang dirumuskan.

(25)

Agar memudahkan dalam pembahasan dan mudah dipahami, maka

pembahasannya dibentuk dalam bab-bab yang masing-masing mengandung sub

bab. Penulis membuat sistematika pembahasan sebagai berikut :

Bab I : Menguraikan alasan dan ketertarikan penulis dalam meneliti masalah ini,

gambaran secara keseluruhan skripsi, seperti yang terdapat di dalam

latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan

masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian,

definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II : Bab kedua berisi tentang landasan teori terkait

cyberporn menurut

hukum pidana positif serta

cyberporn menurut hukum pidana Islam,

yang akan dijadikan landasan analisis masalah, yang meliputi :

pengertian, macam-macam dasar hukum, unsur-unsur dan sanksi.

Bab III :Bab ketiga penulis menjelaskan tentang aplikasi media sosial Bigo Live,

yang meliputi : Sejarah lahirnya Bigo Live, Tujuan dilahirkannya Bigo

Live, Bigo Live di Indonesia, konten cyberporn dengan Bigo Live.

Bab IV : Bab ini membahas tentang analisis sanksi pidana terhadap

cyberporn

dengan media sosial

Bigo Live

dalam pasal 27 ayat 1 UU Nomor 11

Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik serta analisis

tinjauan hukum pidana Islam terhadap

Cyberporn dengan Media

Sosial‚Bigo Live‛ Dalam Pasal 27 Ayat 1 UU Nomor 11 Tahun 2008

Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Bab V: Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari

(26)

18

BAB II

CYBERPORN DITINJAU DARI HUKUM POSITIF DAN HUKUM

PIDANA ISLAM

A.

Pornografi dan Cyberporn.

1.

Pornografi

Pornografi merupakan Istilah yang berasal dari bahasa Yunani,

pornographia. Istilah ini bermakna tulisan atau gambaran tentang pelacur.

1

Kata

ini pertama kali muncul di Inggris pada masa Ratu Victoria (1837-1901). Ketika

itu arkeolog baru saja menemukan peninggalan benda-benda bersejarah (artefak)

dari penggalian bekas kota Pompei dan Herculanum dekat Napoli di Italia

Selatan.

2

Karena hal itulah masyarakat Eropa ketika itu menyimpulkan bahwa

benda peninggalan seperti itu berhubungan dengan tempat pelacuran sehingga

kemudian lahirlah istilah pornografi (tulisan/gambar tentang pelacur). Kamus

besar Bahasa Indonesia merumuskan pornografi sebagai berikut : Pertama,

Penggambaran tingkahlaku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk

membangkitkan nafsu birahi. Kedua, Bahan bacaan yang sengaja dan

semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu birahi atau seks.

3

Sejarah kemunculan pornografi adalah pada masa paleolitikum telah ada

manusia telanjang dan aktvitas-aktivitas seksual, seperti patung venus. Pada

reruntuhan bangunan Romawi di Pompei, ditemukan lukisan-lukisan porno.

Selain itu disisi-sisi jalan di Pompei juga dapat dijumpai gambar-gambar alat

1

Azimah Soebagijo, Pornografi Dilarang Tapi Dicari, (Jakarta, Gema Insani : 2008), 17.

2

Ibid., 26 3

(27)

kelamin pria yang dahulunya digunakan sebagai petunjuk jalan menuju ke tempat

pelacuran dan hiburan. Seiring dengan revolusi industri yang menghasilkan

banyak penemuan-penemuan, seperti mesin cetak dan fotografi, media pornografi

pun mulai beralih. Pada awalnya pornografi hanya ditulis, diukir dan di lukis di

daun-daun, kulit-kulit pohon, batu-batu dan tembok-tembok, tetapi dengan

penemuan tersebut pornografi dapat dicetak dalam jumah yang banyak, seperti

dalam bentuk majalah, koran dan komik.

4

Ragam pornografi dibagi menjadi dua yaitu ragam pornografi berdasarkan

muatannya dan ragam pornografi berdasarkan mediumnya.

5

Ragam pornografi

berdasarkan mediumnya adalah sexually violent material (materi pornografi d

engan menyertakan kekerasan), nonviolent material depicting degradation, domi

nation, subordinatio, or humiliation (Jenis ini tidak menggunakan kekerasan

dalam materi seks yang disajikannya),

nonviolent and nondegrading materials

(prodak media yang membuat adegan hubungan seksual tanpa unsur kekerasan

atau pelecehan terhadap perempuan),

nudity (materi seksual yang menampilkan

model telanjang),

child pornography adalah produk media yang menampilkan

anak atau remaja sebagai modelnya.

6

Sedangkan Ragam pornografi berdasarkan

mediumnya adalah media elektronik, media cetak dan media luar ruang.

7

2.

Dampak Pornografi

Dampak dari pornografi sangat berbahaya, karena mengkonsumsi pornografi

dapat menimbulkan efek negatif bagi perkembangan psikologis dan biologis.

4

Indra Perwira, “Sejarah Pornografi”,Bima Sakti, 03, (15 Mei 2015), 03

5

Azimah Soebagiy, Pornografi Dilarang Tapi Dicari, (Jakarta, Gema Insani : 2008), 34

6

Ibid., 36

7

(28)

Catherine Mackinnon

menyatakan bahwa ‚pornografi didunia maya adalah

pornografi dalam lingkup lebih luas, lebih dalam, lebih buruk, dan lebih banyak

(‚pornography in cyberspace is pornography in society

-just broader, deeper,

worse and more of it‛).

8

Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi saat ini terjadi peningkatan pornografi dan pornoaksi dalam berbagai

bentuknya. Kecenderungan ini telah menimbulkan keresahan dan kekuatiran

masyarakan beragama akan hancurnya sendi-sendi moral dan etika.

9

Pornografi merupakan akar permasalahan yang akan menimbulkan berbagai

permasalahan sosial, seperti penyimpangan perilaku, pelacuran, seks bebas,

penyakit mematikan dan merosotnya moral generasi penerus bangsa.

10

Kecanduan pornografi di internet dapat menimbulkan beberapa dampak

negatif, yaitu :

a.

Dari segi finansial, pelaku akan menghabiskan banyak waktu untuk

mengakses materi-materi tersebut yang otomatis meningkatkan biaya akses

internet. Bahkan, uang mereka bisa dihabiskan untuk berlangganan pornografi

komersial.

b.

Bagi perkembangan pribadi, pornografi bisa menyebabkan seseorang menjadi

budak nafsu,turunnya konsentrasi, malas kerja keras, suka berbohong, suka

berkhayal, sampai kehilangan orientasi masa depan.

11

8

Ibid., 51

9

Adi Maulana, Blokir Pornografi, (Bandung, Nuansa Cendikia : 2012), 35

10

Ibid., 38

11

(29)

3.

Cyberporn

Dalam situs www.computeruser.com,

cyberporn didefinisikan sebagai

‚materi pornografi yang tersedia online‛

(‚pornographic material available

online‛).

12

Sementara dalam situs http://encyclopedia.thefreedictionary.com,

definisi

internet pornography adalah

‚ pornography that is distributed via the

internet, primarily via websites, peer to peer file sharing, or usenet news groups‛

.

Definisi tersebut menunjukan bahwa

cyberporn merupakan penyebaran

bahan-bahan atau materi-materi pornografi melalui internet, baik itu tulisan, gambar,

foto, suara maupun film/video. Materi-materi pornografi di internet dapat

dijumpai pada situs-situs porno, situs-situs media informasi seperti situs majalah

dan koran. Misalnya situs playboy.com atau situs-situs hiburan dan lainya. Di

dunia maya tersedia ratusan bahkan ribuan situs porno yang dapat dijumpai dan

dibuka setiap saat.

13

Cyberporn merupakan bentuk media pornografi yang strategis bagi industri

pornografi. Penyebaran pornografi melalui internet akan lebih mudah, lebih

murah, sangat cepat dan yang paling penting adalah aman dari razia aparat. Pada

proses distribusi pengelola situs porno cukup dengan memasukkan materi

pornografi ke dalam situs yang dimilikinya. Jadi tidak perlu biaya dan waktu

yang lama untuk mendistribusikannya ke agen-agen secara sembunyi-sembunyi.

Keuntungan lainnya adalah cyberporn tidak perlu mencari-cari konsumen, tetapi

12

Rahma Maula, “DevinisiCyberporn”, http://www.computeruser.com/resaurces/dictionary/s earcher.html?q=1&obj=C, diakses pada 05 April 2017

13Adi Basuki, “Definisi Internet Pornography”

(30)

konsumenlah yang dengan sendirinya akan mencari dan membuka situs-situs

porno untuk sekedar melihat, mendownload atau sampai dengan membeli dan

memesan produk pornografi yang ditawarkan.

14

Cyberporn memiliki cakupan yang luas, dalam arti hampir semua bentuk

pornografi ada didalamnya. Mulai dari tulisan sampai dengan komunikasi

interaktif. Dalam sebuah situs porno terdapat berbagai pilihan fitur atau layanan,

mulai dari cerita-cerita porno, video porno, tips-tips porno, foto-foto porno, suara

atau audio porno, komunikasi interaktif baik audio maupun audio visual, bahkan

ada juga pelacuran on-line.

15

B.

Pornografi Ditinjau Dari Hukum Positif

1.

KUHP

Dalam KUHP, pornografi merupakan kejahatan yang termasuk golongan

tindak pidana melanggar kesusilaan yang termuat dalam Pasal 282,

16

yaitu :

a.

Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan dimuka

umum tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar

kesusilaan, atau barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan

atau ditempelkan dimuka umum, membuat tulisan, gambaran atau benda

tersebut, memasukkannya ke dalam negeri, meneruskannya, mengeluarkannya

dari negeri, atau memiliki persediaan, ataupun barang siapa secara

14Adi Maulana, Blokir ..., 48

15Arief, Pornografi pornoaksi dan cybersex cyberporn, (Semarang, Pustaka Magster : 2011), 48

(31)

terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannya atau

menunjukkannya sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara

paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu

lima ratus rupiah.

b.

Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka

umum tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, ataupun

barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau

ditempelkan di muka umum, membikin, memasukkan ke dalam negeri,

meneruskan mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, ataupun

barang siapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa

diminta, menawarkan, atau menunjuk sebagai bisa diperoleh, diancam, jika

ada alasan kuat baginya untuk menduga bahwa tulisan, gambaran atau benda

itu melanggar kesusilaan, dengan pidana paling lama sembilan bulan atau

pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

c.

Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama

sebagai pencarian atau kebiasaan, dapat dijatuhkan pidana penjara paling lama

dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak tujuh puluh lima

ribu rupiah.

Perbuatan-perbuatan yang tercantum dalam Pasal 282 KUHP baik yang

terdapat dalam ayat (1), (2) maupun (3) dapat digolongkan menjadi tiga

macam,

17

yaitu:

17

(32)

a. Menyiarkan, mempertontonkan atau menempelkan dengan

terang-terangan tulisan dan sebagainya.

b. Membuat, membawa masuk, mengirimkan langsung, membawa keluar

ataumenyediakan tulisan dan sebagainya untuk disiarkan, dipertontonkan

atau ditempelkan dengan terang-terangan.

c. Dengan terang-terangan atau dengan menyiarkan suatu tulisan menawarkan

dengan tidak diminta atau menunjukkan, bahwa tulisan dan sebagainya itu

boleh di dapat.

2.

UU Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi

Sejak tahun 2006 telah bergulir pembahasan Rancangan Undang-Undang

Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) di Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia. Dalam perjalanannya, RUU APP berganti menjadi RUU

Pornografi dan pada tanggal 30 Oktober 2008, DPR RI mengesahkan UU

Pornografi melalui Sidang Paripurna dengan nama Undang-Undang Nomor 44

Tahun 2008 tentang pornografi.

18

Pasal 1 angka 1 UU Pornografi menegaskan bahwa ‚Pornografi adalah

gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi,

kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai

bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat

kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam

masyarakat‛.

19

18Adi Budiman, “Pornografi dan Hukum yang Mengaturnya”,

http://www.pornografi-dan-hukum-mengaturnya-0=67, diakses pada 23 April 2017.

19

(33)

Sedangkan pada Pasal 44 UU Pornografi menegaskan bahwa bagi orang yang

memiliki website yang menyajikan cerita porno, foto bugil, film porno, dan

berbagai informasi bermuatan pornografi akan dijerat dengan pasal 4 ayat (1) UU

No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dengan pidana penjara paling singkat 6

(enam) bulan dan paling lama 12 (duabelas) tahun dan/atau pidana denda paling

sedikit Rp.250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling

banyak Rp.6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah).

20

Di dalam UU Pornografi terdapat 10 pasal yang merupakan pemidanaan bagi

para pelaku tindak pidana pornografi. Dimana masing-masing pasal memuat

ketentuan pidana penjara dan pidana denda, adapun ketentuan pidana tersebut

dapat berupa pidana tunggal atau pidana kumulatif, artinya Hakim dapat saja

menjatuhkan pidana penjara atau pidana denda ataupun pidana penjara dan

pidana denda karena menggunakan frase ‚

dan/atau

‛.

21

3.

UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Indonesia telah memiliki peraturan perundang-undangan yang memuat

larangan penyebaran pornografi dalam bentuk informasi elektronik yakni UU No.

11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).UU ITE

mulai dirancang pada bulan maret 2003 oleh kementerian Negara komunikasi dan

informasi (kominfo), pada mulanya RUU ITE diberi nama undang-undang

informasi komunikasi dan transaksi elektronik oleh Departemen Perhubungan,

Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, serta bekerja sama dengan

20

UU Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi

21

(34)

Tim dari universitas yang ada di Indonesia yaitu Universitas Padjajaran (Unpad),

Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Indonesia (UI).

Setelah perjalanan panjang selama lima tahun hingga pada tanggal 18 Maret

2008 merupakan naskah akhir UU ITE dibawa ke tingkat II sebagai pengambilan

keputusan. 25 Maret 2008, 10 Fraksi menyetujui RUU ITE ditetapkan menjadi

Undang-Undang.

Selanjutnya

Presiden

Susilo

Bambang

Yudhoyono

menandatangani naskah UU ITE menjadi Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, kemudian

dimuat dalam Lembaran Negara Nomor 58 Tahun 2008.

22

Sedangkan pasal yang mengatur tentang larangan penyebaran pornografi di

internet adalah pasal 27 ayat (1)UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik (UU ITE)

.23

dinyatakan bahwa :

‚Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau

mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik

dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar

kesusilaan.‛

Teks pasal 27 ayat (1) tersebut memiliki tiga unsur, diantaranya :

1.

Unsur subjektif pada pelaku, yaitu unsur kesalahan.

Dengan tercantumnya ‚dengan sengaja‛, maka perlu dibuktikan

menganai kesengajaan dari pelaku dalam hal melaksanakan delik yang

22“Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indo

nesia, Buku Panduan Untuk Memahami UU No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,Seputar UU. No

11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)”, www.depkominfo.go.id,

diakses pada 23 april 2017

23

(35)

diancamkan. Karena para pelaku

cybercrime terkadang adalah hanya

sekedar iseng atau bermain-main saja, tanpa ada niat dan motif yang

sungguh-sungguh untuk kebutuhan ekonomi dirinya misalnya.

24

2.

Unsur melawan hukum

Dalam pasal ini tidak dijelaskan secara eksplisit bahwa yang

dimaksud dengan ‚tanpa hak‛ adalah arti atau makna dari ‚melawan

hukum‛. Sebagaimana jika diterjemahkan dalam bahasa Inggris, kata

tersebut dapat diterjemahkan dengan

‚without right‛

yang digunakan

dalam cyberlaw

diberbagai negara yang berbahasa Inggris. Maka ‚tanpa

hak‛ dapat diartikan sebagai ‚melawan hukum‛, hal ini didasarkan pada

pengertian dasar dari elemen melawan hukum yang notabennya mempunyai

istilah asing

‚onrechtmatigheid‛

dalam kepustakaan mempunyai beberapa

makna antara lain, yaitu melawan hukum

(tagen het recht), tanpa hak

sendiri (zonder eigen recht), bertentagan dengan hukum pada umumnya (in

strijd met het recht in het algemeen), bertentangan dengan hak pribadi

seseorang (in strijd met een anders subjectieve recht), bertentangan dengan

hukum objektif (tegen het objectieve recht).

25

3.

Unsur kelakuan

Dalam pasal inidijelaskan terapat tiga perbuatan yang dilarang

yaitu: mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat

dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang

24

Budi Suharianto, Tindak Pidana Teknologi Informasi, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada :

2013) , 108 25

(36)

memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Dalam hal ini jelas

ditegaskan hanya tiga perbuatan atau kelakuan tersebut yang dapat

dikenakan pidana oleh pasal ini, selain itu tidak ternasuk terkena pidana

oleh pasal ini. Dalam perspektif subjek yang terkena keberlakuan dari

undang-undang ITE adalah semua orang pada umumnya baik itu yang telah

dewasa maupun anak-anak.

26

Sanksi pidana pasal 27 ayat (1) terdapat pada pasal 45 ayat (1) yaitu

hukuman pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pasal 27 ayat (1),

diantaranya, yang pertama,dalam hal penerapan pelaku (subjek hukum). Pelaku

yang dapat dijerat oleh ketentuan ini adalah pihak yang mendistribusikannya,

mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi elektronik

dan/atau dokumen elektronik yang mempunyai muatan melanggar kesusilaan,

sedangkan pihak yang memproduksi dan yang menerima distribusi dan transmisi

tersebut tidak dapat dijerat dengan pasal ini. Selain itu juga pihak yang

mengakses informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki

muatan yang melanggar kesusilaan juga tidak dapat dipidana oleh pasal ini.

Terdapat tiga pihak yang bekerja dalam hal mewabahnya pornografi di internet,

yaitu : yang memproduksi (produsen atau pembuat), yang menyebarkan

(distributor), yang menerima penyebaran dan/atau pihak yang mengakses.

27

26

Ibid., 111.

27

(37)

Sedangkan untuk produsen dan pemilik perangkat lunak dan perangkat

keras dalam hal program muatan pornografi tidak dijerat dengan pasal ini tetapi

dikenakan dengan pasal 34 ayat (1) dan dikenakan sanksi pidana sebagaimana

ditentukan dalam Pasal 50 UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik. Dimana ancaman pidananya lebih berat daripada pasal 45

yang diperuntukan untuk distributor.

Yang kedua, dalam hal muatan informasi elektronik dan/atau dokumen

elektronik. Pasal ini mengatur pelanggaran dalam hal penyebaran informasi

elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan melanggar

kesusilaan. Pelanggaran terhadapnya, termasuk pelanggaran terhadap

kesopanan.

28

C.

Pornografi ditinjau dari Hukum Pidana Islam

1.

Batasan Pornografi dalam Islam

Dalam perspektif Islam, pembicaraan tentang pornografi tidak dapat

dipisahkan dengan pembicaraan tentang aurat,

tabarruj (berpenampilan

seronok), dan pakaian. Unsur yang terpenting dalam konsep pornografi adalah

melanggar kesusilaan dan membangkitkan nafsu seks. Sedangkan dalam

terminologi Islam persoalan tersebut erat kaitannya dengan persoalan aurat dan

pakaian. Perintah untuk memelihara kemaluan dan larangan memperlihatkan

bagian tubuh yang tidak biasa tampak pada orang lain adalah mencegah

timbulnya rangsangan pada diri seseorang terhadap orang yang tidak halal

28

(38)

baginya, karena yang demikian tersebut merupakan pintu atau peluang terjadinya

perzinaan.

29

Larangan dan perintah ini merupakan landasan untuk melarang pornografi

dan

cyberporn (pornografi di dunia maya), dimana seseorang bisa mengumbar

tubuhnya untuk dilihat orang lain dan mengumbar pandangan untuk melihat

bagian-bagian tubuh orang lain yang bukan pasangannya yang sah. Perbuatan

tersebut merupakan perbuatan awal terjadinya perzinaan, perbuatan cabul,

pelecehan seksual bahkan perkosaan. Disamping itu dengan mengumbar

pandangan pada gambar atau foto atau video atau film porno di dunia maya juga

dapat menimbulkan seseorang untuk melakukan zina di dunia maya atau yang

dikenal dengan cyber adultery.

30

Sedangkan Q.S al-Nur (24) : 31, yang berbunyi :

































































































































































Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan

pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan

perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka

menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya

kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau

putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara

laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera

29

Neng Djubaedah, Perzinaan, (Jakarta, Kencana : 2010), 157

30Ismayawati Any , ‚Positivisasi Hukum Islam di Indonesia dalam menanggulangi

(39)

saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang

mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan

(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan

janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka

sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang

yang beriman supaya kamu beruntung.

31

Berdasarkan ayat diatas juga menjelaskan tentang perintah Allah agar

laki-laki maupun wanita memelihara pandangan adalah karena pandangan

merupakan sebab menuju zina. Perintah tersebut apabila dikaitkan dengan

pornografi sangat relevan untuk dijadikan dasar pelarangan. Dimana pornografi

adalah perbuatan seseorang yang mengumbar pandangannya tidak hanya pada

wajahnya saja bahkan sampai melihat keseluruh bagian tubuhnya, dengan

melihat gambar atau foto atau video atau film wanita-wanita yang terbuka

auratnya, sedangkan wanita-wanita tersebut bukan yang halal baginya.

32

Maka batasan pornografi dalam Islam adalah sesuai dengan batasan aurat

yang telah dijelaskan dalam Islam yaitu Ulama sepakat bahwasanya aurat

laki-laki ialah anggota tubuh yang terdapat diantara pusar dan lutut, dan oleh karena

itu diboleh kan melihat seluruh badannya kecuali yang tersebut diatas. Bila

demikian itu tidak menimbulkan fitnah dan batasan aurat wanita itu adalah

seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. Serta batasan pandangan

yang harus dilakukan seseorang agar tidak menimbulkan nafsu seks.

33

31

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya di Lengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Hadits Sahih, (Bandung : PT Sygma Examedia arkanleema, 2007), 352

32

Neng Djubaedah, Pornografi Pornoaksi Ditinjau dari Hukum Islam, (Jakarta, Prenada Media : 2003), 85.

33

(40)

2.

Pandangan MUI tentang Pornografi

Terkait dengan masalah pornografi/aksi, sejak tahun 2001 Majelis Ulama

Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa No. 287 yang berisi penolakan

terhadap pornografi/aksi. Dasar-dasar yang digunakan MUI dalam mengeluarkan

fatwa tersebut adalah

34

:

a.

Q.S An-Nur : 30 yang mengatur tentang tata pergaulan dan berbusana kaum

laki-laki.

b.

Q.S An-Nur : 31 yang mengatur tentang tata pergaulan dan berbusana kaum

perempuan.

c.

Q.S Al-Ahzab : 59 yang memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW agar

kaum perempuan menulurkan jilbabnya keseluruh tubuhnya (tata busana) agar

mudah dikenal dan tidak diganggu.

d.

Q.S Al-Maidah : 2 tentang perintah agar setiap orang saling tolong-menolong

dalam kebajikan dan takwa.

e.

H.R. Ahmad Hadis No. 20787 dan H.R. Malik Hadis No.1420 tentang larangan

pakaian tembus pandang, erotis, sensual, dan sejenisnya serta H.R Abu Daud

tentang aurat perempuan.

35

f.

HR. Bukhari Hadis No. 2784 tentang larangan berduaan antara laki-laki

dengan perempuan bukan mahram serta H.R Muslim tentang penghuni neraka

diantaranya kaum perempuan berlenggak-lenggok menggoda atau memikat.

g.

Ka'idah ushul al-fiqh yang menyatakan bahwa semua hal yang dapat

menyebabkan terjadinya perbuatan haram adalah haram.

h.

Kaidah-kaidah fiqh :

1).

ِحِلاَصَمْا

ِبْلَج

يَلَع

مَدَقُم

ِد ِساَفَمْا ُءْرَد

‚Menghindarkan mafsadat didahulukan atas mendatangkan maslahat‛.

2)

.

ُلاَزُ ي

ُرَرَضلا

‚Bahaya harus dihilangkan‛.

34

Fatwa MUI tentang Pornografi dan Pornoaksi, (Jawa Timur, MUI Jatim : 2012), 02.

35

(41)

3)

.

ماَرَح ِمَرَْْا ََِأ ُرَظَلَا

‚Melihat pada (sesuatu) yang haram adalah haram‛.

4)

.

ِماَرَْْا َنِم ُدَلَوَ تَ ب اَم

لُك

ماَرَحَوُهَ ف

Segala sesuatu yang lahir (timbul) dari sesuatu yang haram adalah

haram‛.

36

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka, Majelis Ulama

Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa No. 287 tahun 2001 tentang

Pornografi/aksi dengan keputusan hukum sebagai berikut:

37

a. Menggambarkan, secara langsung atau tidak langsung, tingkah laku secara

erotis, baik dengan lukisan, gambar, tulisan, suara, reklame, iklan, maupun

ucapan, baik melalui media cetak maupun elektronik yang dapat

membangkitkan nafsu birahi adalah haram.

b.

Membiarkan aurat terbuka dan atau berpakaian ketat atau tembus pandang

dengan maksud untuk diambil gambarnya, baik untuk dicetak maupun

divisualisasikan adalah haram.

c.

Melakukan pengambilan gambar sebagaimana dimaksud angka 2 diatas

adalah haram.

d.

Melakukan hubungan seksual atau adegan seksual dihadapan orang,

melakukan pengambilan gambar hubungan seksual atau adegan seksual, baik

terhadap diri sendiri maupun orang lain, dan melihat hubungan seksual atau

adegan seksual adalah haram.

36

Ibid., 12

37

(42)

e.

Memperbanyak, mengedarkan, menjual, membeli dan melihat atau

memperlihatkan gambar orang, baik cetak atau visual, yang terbuka auratnya

atau berpakaian ketat atau tembus pandang yang dapat membangkitkan nafsu

birahi, atau gambar hubungan seksual atau adegan seksual adalah haram.

f.

Berbuat intim atau berdua-duaan

(khalwat) antara laki-laki dengan

perempuan yang bukan mahramnya, dan perbuatan sejenis lainnya yang

mendekati dan atau mendorong melakukan hubungan seksual di luar

penikahan adalah haram.

g.

Memperlihatkan aurat, yakni bagian tubuh antar

Referensi

Dokumen terkait

Merujuk pada UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang menegaskan bahwa setiap

Sektor UMKM yang berpotensi berperan besar menyumbang dalam pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan di Indonesia khususnya Jawa Tengah adalah sektor usaha

Untuk mengetahui media komunikasi instruksional yang digunakan guru pada program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan di SMK Labor Binaan FKIP Universitas

Berdasarkan penelitian kedalaman muka air tanah dari sumur pengamatan terlihat bahwa dari sampel sumur yang diambil muka air paling dangkal yaitu 1,53 m di dusun Singkepan dan

Pada penelitian ini didapatkan bahwa dari 30 sample jaringan KNF yang diperiksa, didapatkan 16 sampel merupakan LMP 1 positif, sedangkan 14 sampel merupakan LMP 1

Penggunaan pembenah tanah telah nyata meningkatkan kualitas tanah di lahan pasir pantai.Penggunaan grumusol dan Lumpur, pupuk kandang dan blotong memberikan pengaruh

Hehtolitrapainot (HLP) olivat kaikilla lajikkeilla ja kaikkina vuosina yli 54 kg, mikä usein on viljan ostajilla elintarvikekauran alaraja.. Vuonna 2018 useilla viljelijöillä

Kuantitas lindi yang dihasilkan tergantung pada jum- lah masuknya air dari luar, terutama air hujan, disam- ping dipengaruhi oleh aspek operasional yang dite- rapkan seperti