• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KOMUNIKASI WOMEN’S CRISIS CENTER (WCC) JOMBANG DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT ADIL GENDER (dalam Tinjauan Teori Konstruktivisme Jesse Delia).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI KOMUNIKASI WOMEN’S CRISIS CENTER (WCC) JOMBANG DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT ADIL GENDER (dalam Tinjauan Teori Konstruktivisme Jesse Delia)."

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KOMUNIKASI

WOMEN’S CRISIS CENTER

(WCC) JOMBANG

DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT ADIL GENDER

(

dalam Tinjauan Teori Konstruktivisme Jesse Delia)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom) Dalam Bidang Ilmu Komunikasi

Oleh :

LENNY LUTHFIYAH

NIM.B56212091

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ix

ABSTRAK

Lenny Luthfiyah, B56212091, 2016. Strategi Komunikasi Women’s Crisis Center (WCC)Jombang dalam Mewujudkan Masyarakat Adil Gender (dalam Tinjauan Teori Konstruktivisme Jesse Delia)

Kata kunci: Strategi, Komunikasi, Gender

Proses penelitian ini dibangun akan fenomena gunung es kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan yang mengundang keprihatinan. Isu akan kesetaraan gender dan realitasnya kekerasan, diskriminasi terhadap perempuan masih banyak terjadi di masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan strategi komunikasi yang digunakan oleh Women’s Crisis Center (WCC) Jombang, dalam melaksanakan setiap program-programnya untuk membantu mewujudkan masyarakat adil gender.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Teknik analisis data menggunakan tiga alur kegiatan yaitu : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Sedangkan teori yang digunakan adalah Konstrutivisme Jesse Delia.

Hasil penelitian ini strategi komunikasi WCC Jombang meliputi Strategi perencanaan komunikasi dilakukan identifikasi permasalahan, identifikasi khalayak, menyusun pesan, menetapkan metode, memilih dan menetapkan media serta pentingnya peranan komunikator. Tindakan Komunikasinya adalah menggunakan komunikasi membangun kepercayaan, komunikasi repetisi dan menggunakan opinion leader. Sementara itu evaluasi komunikasi dilakukan dengan evaluasi program (summative evaluation).

(7)

2. Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian ...21

3. Jenis dan Sumber Data ...21

(8)

xi

1. Profil Informan ...55

2.Profil Women’s Crisis Center (WCC) Jombang ...59

a. Sejarah Berdiri...59

b. Visi dan Misi...61

c. Tujuan Organisasi ...61

d. Struktur Organisasi ...63

e. Fungsi Kinerja Divisi ...63

B. Deskripsi Data Masyarakat Adil Gender ...73

1. Identifikasi Masalah Ketidakadilan Gender di Jombang ...73

2. Langkah perencanaan komunikasi solusi

3. Hasil dari Komunikasi Adil Gender ...101

4. Sistem Evaluasi Komunikasi WCC Jombang dalam Mewujudkan Masyarakat Adil Gender ...104

BAB IV ANALISIS DATA STRATEGI KOMUNIKASI MASYARAKAT ADIL GENDER A. Hasil Temuan Penelitian ...107

1.Perencanaan Komuniaksi Women’s Crisis Center (WCC) Jombang dalam Mewujudkan Masyarakat Adil Gender...107

2. TindakanKomuniaksi Women’s Crisis Center (WCC) Jombang dalam Mewujudkan Masyarakat Adil Gender ....115

a. Komunikasi MembangunTrust(Kepercayaan) ...115

b. Komunikasi Repetisi ...117

c. MenggunakanOpinion Leader...118

3.Evaluasi Komunikasi Women’s Crisis Center (WCC) Jombang dalam Mewujudkan Masyarakat Adil Gender ....120

A. Konfirmasi Temuan dengan Teori ...120

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...136

(9)

(10)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Data Informan Penelitian 25

Tabel 1.2 : Data Hasil Wawancara 25

Tabel 1.3 : Data Observasi 26

Tabel 1.4 : Data Hasil Dokumentasi 27

(11)

DAFTAR BAGAN

(12)

xv

DAFTAR GAMBAR

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran, status dan kedudukan perempuan di masyarakat menjadi suatu

permasalahan yang selalu menarik untuk dibahas. Catatan sejarah mengatakan

bahwa sejak masa kolonialisme dan imperialisme barat, beberapa perempuan

terlibat secara aktif dalam dan tampil sebagai pimpinan pemberontakan melawan

penjajah.

Ruth Indian Rahayu dalam Tryas Retno Wulan mengatakan bahwa :

Jaman kaum perempuan bergerak di Indonesia dibuka oleh pikiran R.A. Kartini sampai terbangunnya organisasi-organisasi perempuan seperti Putri Mardika (1912), Jong Java Meiskering, Wanita Oetomo, Wanito Muljo, serta Aisyiah (1917). Pembentukan Perserikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPI) pada Kongres Perempuan I tahun 1928 bisa menjadi indikator kuatnya gerakan perempuan di masa prakemerdekaan.1

Seiring dengan perjalanan panjang sejarah Bangsa ini dimulai dari masa

penjajahan, orde lama, orde baru hingga reformasi,pergerakan perempuan

mengalami dinamika pasang surut baik dari tujuan maupun bentuk dan jenis

kegiatan. Dinamika tersebut terjadi selain dikarenakan tuntutan zaman juga

dipengaruhi oleh keadaan sosial politik Indonesia.

Edriana Noerdin mengatakan bahwa Kerusuhan Mei 1998 yang dikenal

dengan sebutan Tragedi Mei, mencuatkan isu perkosaan yang dilakukan oleh

orang atau sekelompok orang terhadap perempuan. Isu kekerasan ini pun menjadi

keprihatinan bersama kalangan aktivis perempuan, yang beramai-ramai pergi

1 Tryas Retno Wulan, “Pemetaan Gerakan Perempuan Di Indonesia Dan Implikasin

(14)

2

menghadap B.J.Habibie yang pada saat itu menjadi Presiden RI, dan mengusulkan

dilahirkannya Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.2

Tryas Retno Wulan mengatakan bahwa dalam upaya menghapus

kekerasan terhadap perempuan, repertoar aksi tumbuh pesat sejak kebangkitan

gerakan perempuan pada tahun 1980-an tersebut. Repertoar ini tumbuh mulai dari

usaha pembentukan wacana serta penyadaran publik di akhir tahun 1980-an,

pemberian layanan kepada korban termasuk pendampingan, konseling,

pembukaan hotline dan penyediaan safe house. Ini semua bermuara pada

pembentukan Women’s Crisis Center (WCC) pada awal 1990-an, dan kemudian

berkembang menjadi pemberian bantuan hukum bagi para korban mulai

pertengahan tahun 1990-an.3

Saat ini jumlah organisasi perempuan yang menangani masalah kekerasan

terhadap perempuan telah tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Berdasarkan

catatan Komnas Perempuan selama tahun 2003-2008, mereka telah menggalang,

mengelola dan menyalurkan dana bantuan Pundi Perempuan kepada 32 lembaga

Women’s Crisis Center (WCC) atau lembaga pengadalayanan di 15 provinsi di

Indonesia.4

Tumbuhnya lembaga yang mengangani persoalan kekerasan terhadap

perempuan mengindikasikan masih banyaknya persoalan kekerasan terhadap

perempuan di negara ini yang perlu untuk ditangani dan diselesaikan. Cita-cita

Kartini untuk mewujudkan kesetaraan pendidikan antara perempuan dan laki-laki

2Edriana Noerdin , “Organisasi Perempuan di Tengah Keterbukaan Politik”, dalam

Debra H. Yatim (ed), Jurnal Afirmasi Women Research Institute, Vol.02, ISSN-2089-0281 (Jakarta: Women Research Institute, 2013) hlm.37.

3

Wulan, Pemetaan Gerakan Perempuan,....,

4

(15)

3

di satu sisi mungkin relatif telah terwujud. Tetapi di sisi lain keseteraan yang

sebenarnya belum benar-benar terealisasikan.

Pada era sekarang ini kita tidak heran melihat para perempuan yang

menduduki posisi penting di lingkungan sosial masyarakat. Beberapa dari mereka

menjadi pucuk pimpinan sebuah perusahaan ternama, menjadi wirausahawan

muda, memimpin partai politik, menjadi bupati, hakim, dokter, bahkan dalam

catatan sejarah negara ini pernah dipimpin oleh seorang perempuan.

Namun, keadilan untuk perempuan tidak hanya berhenti pada persoalan

keterbukaan akses pendidikan dan kesuksesan sejumlah perempuan dalam

memenangkan persaingan di dunia politik, sosial, maupun bisnis. Usia,

pendidikan, pekerjaan, wilayah tempat tinggal dan lain-lain, tidaklah bisa

menyamaratakan semua permasalahan perempuan terhadap isu-isu diskriminasi,

stereotipe, marginalisasi, pelecehan seksual, kekerasan terhadap perempuan

(KTP), kekerasan di dalam rumah tangga (KDRT), Kekerasan Dalam Pacaran

(KDP) dan permasalahan lainnyaa. Permasalah-permasalahan tersebut tetap

menjadi ancaman bagi para perempuan secara umum.

Komnas Perempuan sebagai salah satu lembaga nasional yang dibentuk

untuk menangani berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan di seluruh

Indonesia setiap tahunnya melakukan pendataan terhadap kasus-kasus kekerasan

yang ditangani oleh lembaga mitra yang ada di Indonesia.

Berdasarkan data catatan tahunan komnas perempuan tahun 2016 dari 232

lembaga mitra dari 34 provinsi di Indonesia. Jumlah kasus Kekerasan terhadap

perempuan yang berhasil didokumentasikan mencapai 16.217 kasus. Terdapat tiga

(16)

4

Timur11%(1.785), dan Jawa Barat 9% (1540). Terdapat pula tiga provinsi dengan

jumlah kasus terendah yaitu Papua 0% (21), Maluku Utara dan Papua Barat

masing - masing 0% (4). Persebaran data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut

ini.5

Salah satau lembaga yang menangani masalah kekerasan terhadap

perempuan di daerah Jawa Timur adalah Women’s Crisis Center (WCC)

Jombang. Berdasarkan data per Maret 2016, kasus kekerasan terhadap perempuan

yang kini ditangani oleh Women’s Crisis Center (WCC) Jombang berjumlah 12

kasus, dengan rincian Kekerasan Terhadap Istri (KTI) 2 kasus, Perkosaan (PKS) ,

Pelecahan Seksual (PS) 2 kasus, Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) 4 kasus,

Trafficking 1 kasus.

Women’s Crisis Center (WCC) Jombang berfokus pada penanganan kasus

kekerasan perempuan dan anak dalam pemenuhan hak korban kekerasan, serta isu

kesetaraan Gender. Bentuk kegiatan yang dilakukan bervariatif. Kegiatan tersebut

5 Catatan Tahunan Komisi Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, “Kekerasan terhadap

Perempuan Meluas: Negara Urgen Hadir Hentikan Kekerasan terhadap Perempuan di Ranah Domestik, Komunitas Dan Negara”, (Jakarta: Komnas Perempuan, 7 Maret 2016), hlm. 15.

Gambar 1.1

(17)

5

adalah pendampingan perempuan korban kekerasan, pendampingan kelompok

perempuan yang ada di desa, dan sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat.

Pendampingan yang diberikan kepada korban berupa pendampiangan psikologis,

hukum, konsultasi serta pemberian hak-hak perawatan medis.

Keadilan manusia adalah keadilan gender. Diakui atau tidak data-data

kasus kekerasan terhadap perempuan diatas merupakan salah satu bentuk nyata

ketidakadilan gender. Dalam upaya mewujudkan masyarakat yang bebas dari

kekerasan terhadap perempuan, WCC Jombang tidak bisa bekerja sendiri.

Dikarenakan pekerjaan ini juga menyangkut bagaimana merubah mindset

masyarakat, mereka membentuk jaringan dengan beberapa organisasi lain yang

dapat mendukung pekerjaan mereka.

Selain itu mereka juga menggagas pendampingan kepada beberapa

kelompok masyarakat yang ada di desa Kras, Mojowarno, Mojongapit, dan

Plandaan. Kelompok dampingan ini diharapkan menjadi perpanjangan tangan

WCC Jombang untuk dapat menyadari, mengenali serta menangani kasus

kekerasan di sekitar mereka.

Salah satu wujud dari upaya pendampingan kelompok tersebut beberapa

waktu yang lalu kelompok dampingan yang berada di desa Kras dan Mojowarno

dengan mandiri melaporkan tindak kekerasan terhadap perempuan di wilayahnya

kepada pihak yang berwajib.6

Berdasarkan fenomena dan fakta-fakta tersebut, penulis berasumsi bahwa

WCC Jombang melakukan langkah strategis dalam upaya penanganan korban dan

mengadakan komunikasi dengan masyarakat melalui pemberian informasi dalam

6

(18)

6

rangka mengajak mereka untuk menyadari, peduli serta mengambil tindakan pada

isu-isu kekerasan perempuan dan ketidak adilan gender.

Kemandirian kelompok dampingan tersebut dalam melaporkan kekerasan

di diwilayahnya tidak akan terjadi jika pihak WCC Jombang dalam proses

pendampingannya tidak menggunakan strategi komunikasi tepat guna. Mengingat

bahwa permasalahan mengenai kekerasan terhadap perempuan terkadang

bersumber dari proses internalisasi nilai-nilai sosial dalam masyarakat, budaya

masyarakat setempat maupun ajaran agama yang dimaknai secara bias gender.

Strategi komunikasi yang tepat dalam menyampaikan informasi

mengenai kekerasan pada perempuan terhadap masyarakat dengan keragaman

latar belakang pendidikan, budaya, nilai agama yang dianut dapat menghasilkan

pemikiran yang sama untuk mewujudkan masyarakat yang bebas dari

ketidakadilan gender.

Ketertarikan peneliti juga dikarenakan WCC Jombang adalah salah satu

LSM yang masih berkegiatan di tengah dinamika mengalami keterbatasan staff

dan beberapa LSM dalam bidang serupa yang vakum karena permasalahan yang

sama. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis memiliki ketertarikan untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Strategi Komunikasi Women’s Crisis

Center (WCC) Jombang dalam Mewujudkan Masyarakat Adil Gender (Dalam

Tinjauan Teori Konstruktivisme)”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut maka batasan penelitian dalam

penelitian ini adalah strategi komunikasi yang dilakukan pada setiap program

yang di jalankan oleh Women’s Crisis Center (WCC) Jombang dalam upayanya

(19)

7

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perencanaan komunikasi yang dilakukan oleh WCC Jombang

dalam mewujudkan masyarakat adil gender?

2. Bagaimana tindakan komunikasi yang digunakan WCC Jombang dalam

menjalankan program-program guna mewujudkan masyarakat adil

gender?

3. Bagaimana evaluasi komunikasi yang dilakukan WCC Jombang dalam

mewujudkan masyarakat adil gender?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan perencanaan komunikasi yang

digunakan oleh WCC Jombang dalam mewujudkan masyarakat adil

gender.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan tindakan komunikasi yang

digunakan WCC Jombang dalam menjalankan program-programnya guna

mewujudkan masyarakat adil gender.

3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan evaluasi strategi komunikasi yang

dilakukan WCC Jombang dalam mewujudkan masyarakat adil gender.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti

(20)

8

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

mengembangkan ilmu komunikasi terutama pada strategi komunikasi

yang dapat digunakan untuk menangani kasus kekerasan terhadap

perempuan dan anak serta isu-isu gender.

b. Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi lembaga yang

memberikan pelayanan sosial untuk dapat mengembangakan strategi

komunikasi yang digunakan pada proses pendampingan dan

penanganan kasus-kasus yang menyangkut isu ketidakadilan gender.

2. Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi individu yang terlibat

dalam penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak

serta isu-isu gender, agar dapat memperbaiki kemampuan

komunikasinya khususnya dalam hal strategi mengkomunikasikan

pesan pada komunikan yang merupakan korban, pelaku, relasi kerja

ataupun edukasi masyarakat.

F. Kajian Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah perbandingan penelitian terdahulu dengan penelitian

yang akan dilakukan:

1. Strategi Komunikasi Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam

(YAKETUNIS) Dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Keagamaan

Pada Tunanetra yang ditulis oleh Nuningsih Handayani tahun 2010

Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Penelitian tersebut terfokus pada bagaimana strategi

(21)

9

meningkatkan pemahaman keagamanaan pada tunanetra dalam

kegiatan keagamaan kuliah agama islam. Dan untuk mengetahui usaha

pengasuh YAKETUNIS dalam meningkatkan pemahaman keagamaan

pada tunanetra.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan

menggunakan unsur komunikasi yaitu komunikator, pesan, media,

komunikan dan efek. Strategi komunikasi meliputi pengenalan

khalayak, penyusunan pesan, penetapan metode, pemilihan media dan

peranan komunikator. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan wawancara, dokumentasi, dan observasi. Adapun

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif kualitatif.

Hasil dari penelitian ini adalah pengasuh kegiatan keagamaan

kuliah agama islam di YAKETUNIS Yogyakarta menggunakan

strategi komunikasi yang diungkapkan oleh Anwar Arifin yakni

pengenalan khalayak dengan memahami kerangka berfikir para

penyandang tunanetra dengan pendekatan personal dan interaksi

langsung. Metode yang digunakan yaitu informative, persuasive,

educative dan cursive.

Persamaan, Jenis penelitian sama-sama deskriptif kualitatif.

Objek yang diteliti sama-sama strategi komunikasi.

Perbedaan, Pada penelitian yang akan dilakukan pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan studi kasus. Persoalan yang di

(22)

10

dilakukan oleh YAKETUNIS dalam meningkatkan pemahaman

keagamaan pada tunanetra. Sedangkan dalam penelitian yang akan

dilakukan, persoalan yang akan diteliti adalah strategi komunikasi

yang digunakan oleh WCC Jombang dalam melaksanakan

program-programnya guna mewujudkan masyarakat yang adil gender.

2. Strategi Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus

Kelompok Swadaya Wanita Di Yayasan Sosial Bina Sejahtera

Cilacap) yang ditulis oleh Desy Sylvia Indra Visnu tahun 2014.

Mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Penelitian tersebut terfokus pada strategi komunikasi seperti

apa yang dibuat oleh Tim KSW sehingga program pemberdayaan

masyarakat ini dapat terjalin, terwujud, dan bahkan merubah perilaku

masyarakat menuju masa depan yang lebih cerah.

Penelitiannya bersifat kualitatif. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode studi kasus. Teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah Focus Group Discussion FGD). Teknik analisa

data menggunakan metode interaktif yang terdiri dari tiga hal utama,

yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan/verifikasi. Untuk pembuktian validitas data penelitian ini

ditentukan dengan cara memperpanjang observasi, pengamatan yang

terus-menerus, triangulasi dan membicarakan hasil temuan dengan

(23)

11

referensi. Adapun untuk reliabilitas dilakukan dengan pengamatan

sintesis, berulang, dan dalam situasi yang berbeda.

Hasil dari penelitian ini adalah strategi komunikasi yang

dilakukan oleh tim Kelompok Swadaya Wanita (KSW) pemberdayaan

masyarakat adalah dengan strategi momong, strategi hati nurani, dan

strategi tanggung renteng. Peneliti melihat bahwa memang tidak ada

pengkhususan atau pedoman yang benar-benar digunakan sebagai

pegangan. Semua tindakan dan strategi yang dilakukan di dalam

proses pemberdayaan masyarakat ini berbasis kemanusiaan,

kekeluargaan dan kepercayaan.

Persamaan, Jenis penelitian sama-sama kualitatif. Pendekatan

yang digunakan sama studi kasus. Objek yang diteliti sama-sama

strategi komunikasi.

Perbedaan, Persoalan yang di teliti dalam penelitian tersebut

adalah strategi komunikasi pemberdayaan masyarkat. Sedangkan

dalam penelitian yang akan dilakukan persoalan yang akan diteliti

adalah strategi komunikasi yang digunakan oleh WCC Jombang

dalam melaksanakan program-programnya guna mewujudkan

(24)

12

G. Definisi Konsep

Adapun untuk memudahkan pembahasan ini dan memperoleh gambaran

yang jelas mengenai penelitian ini, maka penulis mendefinisikan judul penelitian

sebagai berikut :

1. Strategi Komunikasi

Strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu “stratos” yang

artinya tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin.7

Menurut Onong Uchjana Effendy “Strategi pada hakekatnya

adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu

tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi

sebagai peta jalan yang menunjukkan arah saja, melainkan harus

menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya”.8

Menurut Hafied Cangara “Strategi komunikasi adalah kiat atau

taktik yang bisa dilakukan dalam melaksanakan perencanaan

komunikasi”.9

Menurut Anwar Arifin “Suatu strategi juga merupakan

keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan

guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan strategi komunikasi, selain

diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama memperhitungkan

kondisi dan situasi khalayak”.10

7

Hafied Cangara, Perencanaan & Strategi Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013 ), hlm. 61.

8

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 32.

9

Cangara, Perencanaan & Strategi Komunikasi ,..., hlm. 63.

10

(25)

13

Maka, strategi komunikasi yang diaksud pada penelitian ini dapat

dioperasionalkan sebagai berikut:

Penyusunan rencana disertai tindakan yang akan dijalankan guna

mencapai tujuan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator WCC

Jombang pada komunikan-komunikannya yang berbeda latar belakang

pendidikan, nilai maupun norma yang dianut dalam rangka menyamakan

persepsi baik pikiran maupun tindakan untuk mewujudkan masyarakat

Jombang yang adil gender.

2. Masyarakat Adil Gender

a. Masyarakat

Dalam KBBI Masyarakat diartikan sebagai “sejumlah manusia

dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka

anggap sama:--terpelajar;”.11

Masyarakat (sebagai terjemahan dari istilah society) adalah

sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tetutup (atau semi

terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antar individu-individu

yang berada dalam kelompok tersebut.

Menurut Koentjaraningrat “masyarakat adalah kesatuan hidup

manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang

bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama”.12

Menurut Poerwadarminta dalam Alfan “masyarakat mengandung

makna pergaulan hidup manusia yang terhimpun atau orang yang hidup

11

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 721.

12

(26)

14

bersama dalam suatu tempat dengan ikatan aturan tertentu, dan berarti juga

orang atau khalayak ramai”.13

b. Adil

Menurutt KBBI adil didefinisikan sebagai “1 sama berat;tidak

berat sebelah;tidak memihak:keputusan hakim itu-; 2 berpihak kepada

yang benar; berpegang kepada kebenaran; 3 sepatutnya; tidak

sewenang-wenang: para buruh mengemukakan tuntutan yg-;14

c. Gender

Sedangkan, Gender didefinisikan sebagai perilaku yang dipelajari

yang membentuk feminitas dan maskulinitas di dalam sebuah budaya.

Karenanya Gender dapat diubah dan menunjukkan apapun yang diterima

oleh sebuah budaya dalam jangka waktu tertentu bagi peran-peran ini.15

Gender diartikan sebagai konsep sosial yang membedakan (dalam

arti: memilih atau memisahkan) peran antara laki-laki dan perempuan.

Pembeda ini didasarkan bukan karena kodrat tetapi lebih kepada faktor

sosial menurut kedudukan, fungsi, dan peranan masing-masing dalam

berbagai bidang kehidupan masyarakat.16

Jadi, Masyarakat Adil Gender yang dimaksud dalam penelitian

adalah terbangunnya kesadaran masyarakat Jombang menghilangkan

kekerasan terhadap perempuan yang diakibatkan oleh ketimpangan

gender. Kesadaran tersebut disertai dengan tindakan memberikan ruang

13

Muhammad Alfan, Filsafat Kebudayaan, (Bandung : Pustaka Setia, 2013), hlm. 132.

14

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 8.

15

Richard West & Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi, Analisis dan Aplikasi Ed.3 Buku 2, (Jakarta: Salemba Humanika, 2014), hlm. 200.

16

Trisakti Handayani dan Handayani. Konsep dan Teknik Penelitian Gender (Malang:Pusat

(27)

15

yang sama atas peran laki-laki dan perempuan di lingkungan sosial dengan

tetap memperhatikan batasan berupa norma-norma lokal kota Jombang.

H. Kerangka Pikir Penelitian

Proses penelitian ini dibangun berawal dari perhatian akan fenomena

gunung es kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan yang mengundang

keprihatinan dan isu akan kesetaraan gender. Perlakukan yang sama dan saling

menghormati sesama manusia dipadang sebagai sumber kedamaian, akan tetapi

pada realitasnya kekerasan, diskriminasi terhadap perempuan masih banyak

terjadi di masyarakat. Kenyataan ini mengindikasikan bahawa masyarakat adil

gender belum benar-benar terwujud.

Berdasarkan relitas tersebut kemudian penulis tertarik untuk mengetahui

bagaimana strategi komunikasi yang digunakan oleh Women’s Crisis Center

(WCC) Jombang, yakni salah satu lembaga yang menangangani kasus kekerasan

terhadap perempuan dan isu kesetaraan gender dalam melaksanakan setiap

program-programnya untuk membantu mewujudkan masyarakat adil gender.

Mengingat bahwa, semua aktivitas komunikasi bukanlah suatu hal yang

asal jadi. Seperti halnya pendapat Alo Liliweri bahwa “Komunikasi manusia

harus direncanakan, diorganisasikan, ditumbuhkembangkan agar menjadi

komunikasi yang berkualitas, salah satu langkah terpenting adalah menetapkan

“strategi komunikasi”.17

Strategi dapat menjadi sebuah acuan atau perencanaan dari tindakan

komunikasi yang akan dilakukan agar kegiatan komunikasi tersebut dapat

mencapai tujuannya.

17

(28)

16

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan metode

penelitian deskriptif kualitatif. Studi kasus yang dimaksudkan dalam penelitian ini

adalah penelitian secara mendalam yang terfokus pada strategi komunikasi yang

dilakukan oleh pekerja sosial WCC Jombang dalam menjalankan setiap

program-programnya.

Subjek dalam penelitian ini adalah para pekerja sosial yang ada di WCC

Jombang. Informanya yaitu Direktur Eksekutif WCC Jombang, Divisi

pendampingan, Divisi advokasi, Divisi internal. Selain itu, informan lainnya

adalah beberapa komunikan yang terlibat dalam proses komunikasi dengan WCC

Jombang, baik itu korban kekerasan, kelompok pendampingan maupun mitra

kerja.

Sumber data atau informan dipilih secara purposive dan bersifat snowball

sampling , dengan syarat informan yang mengalami secara langsung peristiwa

yang menjadi fokus penelitian, mampu menceritakan kembali peristiwa yang

dialaminya, dan bersedia dijadikan informan penelitian.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

wawancara, dan observasi partisipan yang dicatat dan direkam, serta telaah

dokumen.

Teknik wawancara dilakukan pada pekerja sosial WCC Jombang, yaitu

Direktur Eksekutif WCC Jombang, Divisi pendampingan, Divisi advokasi, Divisi

internal. Selain itu, informan lainnya adalah beberapa komunikan yang terlibat

dalam proses komunikasi dengan WCC Jombang, baik itu korban kekerasan,

(29)

17

Sementara observasi partisipan dilakukan dengan mencatat dan merekam

secara langsung proses komunikasi selama WCC Jombang menjalankan

program-programnya. Teknik analisis data menggunakan analisis data interaktif 4 alur

kegiatan yaitu : pengumpulan data, reduksi data, display data, dan penarikan

kesimpulan/verifikasi. Sedangkan teori yang digunakan adalah teori

konstruktivisme Jesse Delia.

Teori Konstruktivisme dikembangkan leh Jesse Delia. Teori ini

menyatakan bahwa Individu melakukan intrepretasi dan bertindak berdasarkan

berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikirannya. Teori ini mengakui efek

interaksi sosial dan budaya dalam sistem kognitif,namun teori konstruktivisme

lebih mengutamakan pengamatan pada perbedaan individu melalui kompleksifitas

konstruksi personal dan juga strategi yang digunakan dalam berkomunikasi.18

Pada penelitian ini, penulis menggunakan teori tersebut untuk menganalisa

mengenai bagaimana konstuksi individu dengan kompleksitas kognitif para

pekerja sosial di WCC Jombang berpengaruh terhadap kemampuan mereka

dalam memahami orang lain dan membingkai pesan. Sehingga lebih mudah

dipahami oleh orang lain. Orang memiliki kemampuan menyesuaikan tingkat

komunikasinya dengan tingkat komunikasi orang lain.

Korelasi teori tersebut pada permasalahan penelitian ini yaitu para petugas

pelayanan sosial WCC Jombang selaku komunikator memiliki kompleksitas

kognitif yang berbeda-beda dalam menyusun strategi komunikasi maupun

melakukan tindakan komunikasi pada pelaksanaan program-programnya.

18

Morrisan, , Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media

(30)

18

Kompleksitas kognitif tersebutlah yang kemudian juga mempengaruhi

bagaimana memilih logika mendisain pesan yang mereka akan disampaikan pada

komunikan-komunikannya untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh WCC

Jombang.

Ilustrasi kerangka pikir penelitian “Strategi Komunikasi Women’s Crisis

Center (WCC) Jombang dalam Mewujudkan Masyarakat Adil Gender (Dalam

Tinjauan Teori Konstruktivisme)” adalah sebagai berikut :

(31)

19

I. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Wardi Bachtiar mendeskripsikan metode penelitian sebagai

“seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang berkenaan dengan

masalah tertentu yang diolah, dianalisis dan diambil kesimpulan”.19

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan

dan Tylor sebagaimana dikutip oleh Lexy J Moelong “metode kualitatif

sebagai prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati”.20

Sebagaimana yang di jelaskan oleh Burhan Bungin, pendekatan

kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan format

deskriptif. Metode ini digunakan untuk menggambarkan,meringkaskan

berbagai kondisi, berbagai situasi atau variabel yang timbul di masyarakat

dan menjadi objek penelitian tersebut. Kemudian menarik ke permukaan

sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel

tertentu.21

Burhan Bungin mendefinisikan studi kasus sebagai “pendekatan yang

bertujuan untuk mempertahankan keutuhan (wholeness) dari objek penelitian,

dalam arti objek dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi”.22

Menururt Lincoln dan Guba dalam Dedy Mulyana penggunaan studi

kasus sebagai suatu metode penelitian kualitatif memiliki beberapa

keuntungan, yaitu :23

19

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1999), hlm.1

20

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009) hlm. 4.

21

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, Format-format kuantitatif dan Kualitatif,

(Surabaya: Airlangga University Press, 2001), hlm. 48.

22

(32)

20

1. Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti.

2. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa

yang dialami pembaca kehidupan sehari-hari.

3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan

antara peneliti dan responden.

4. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan

bagi penilaian atau transferabilitas.

Pada dasarnya penelitian dengan jenis studi kasus bertujuan untuk

mengetahui tentang sesuatu hal secara mendalam. Maka dalam penelitian ini,

penulis akan menggunakan metode studi kasus untuk mengungkap tentang

Bagaimana strategi komunikasi yang digunakan oleh pekerja sosial WCC

Jombang dalam setiap program yang dilaksanakan. Strategi dalam cara

berkomunikasi dalam menyampaikan maksud pesan dan perencanaan pesan komunikasi

menjadi hal yang sangat perlu untuk diperhatikan untuk tercapainya tujuan dan

menyelamatkan komunikasi dari kegagalan maupun mengubah perilaku individu.

Jadi dalam penelitian ini penulis akan mendeskripsikan,

menggambarkan , meringkaskan secara mendalam hasil data yang diperoleh

dari hasil wawancara maupun observasi pada proses komunikasi yang terjadi

pada saat WCC Jombang melaksanakan program-programnya. Proses

komunikasi yang dimaksud disini adalah meliputi strategi komunikasi yang

digunakan oleh WCC Jombang dan proses pelaksanaannya.

Penulis juga merekam dan mentraskrip ke dalam teks data yang

diperoleh dari wawancara dengan keseluruhan informan. Selanjutnya, penulis

23

(33)

21

menggabungkan menggabungkan semua data yang ada kemudian

mengolahnya atau mencocokan berdasarkan dengan teori yang berlaku dan

mengambil kesimpulan.

2. Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah para pekerja sosial yang ada di

WCC Jombang. Informanya yaitu Direktur Eksekutif WCC Jombang, Divisi

pendampingan, Divisi advokasi, Divisi internal. Selain itu, informan lainnya

adalah beberapa komunikan yang terlibat dalam proses komunikasi dengan

WCC Jombang, baik itu korban kekerasan, kelompok pendampingan maupun

mitra kerja.

Objek dalam penelitian ini sendiri adalah strategi komunikasi yang

dilakukan oleh pekerja sosial WCC Jombang dalam menjalankan

program-programnya untuk mewujdukan masyarakat adil gender.

Lokasi penelitian ini dilakukan pada Women’s Crisis Center (WCC)

Jombang yaitu lembaga pendampingan perempuan korban kekerasan

melakukan pendampingan psikologis dan hukum dan melakukan

pendampingan terhadap masyarakat.

3. Jenis dan Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland yang dikutip Lexy J. Moleong sumber

data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan,

selebihnya data tambahan seperti dokumen dan dan lain-lain.24

Menurut Sumbernya data penelitian digolongkan menjadi data primer

dan sekunder :25

1. Sumber Data Primer

24

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif.....,hlm. 157.

25

(34)

22

Data Primer atau data tangan pertama adalah data yang

diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat

pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai

sumber informasi yang dicari.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil

wawancara maupun observasi pada proses komunikasi yang terjadi

pada saat WCC Jombang melaksanakan program-programnya. Proses

komunikasi yang dimaksud disini adalah meliputi strategi komunikasi

yang digunakan oleh WCC Jombang dan proses pelaksanaannya.

2. Sumber Data Sekunder

Sedangkan sumber data sekunder atau data tangan kedua

adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh

peneliti dari subjek penelitiannya, Data sekunder biasanya berwujud

data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia.

Pada penelitian ini sumber data sekunder diperoleh dari

buku-buku, majalah, jurnal dan publikasi lainnya yang berkaitan dengan

strategi komunikasi, isu kekerasan kepada perempuan, kesetaraan

gender serta organisasi perempuan di Indonesia. Selain itu data

sekunder juga dapat diperoleh dari catatan tahunan WCC Jombang.

Dokumentasi kegiatan dan lain sebagainya.

Menurut Saifuddin data primer dan data sekunder dapat pula

digolongkan menurut jenisnya sebagai data kuantitatif yang berupa

angka-angka dan data kualitatif yang berupa kategori-kategori.26

26Ibid

(35)

23

4. Tahap – Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian terdiri atas tahap penelitian secara umum dan

tahap penelitian siklikal. Pada tahap penelitian secara umum terdiri dari atas

tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data.27

Dalam penelitian ini, agar pelaksanaannya terarah dan sistemastis

maka disusun tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut :

a. Tahap pra lapangan

Penulis mengadakan survei pendahuluan yakni dengan mencari subjek

sebagai narasumber. Selama proses survei ini penulis melakukan

penjajagan lapangan (field study) terhadap latar penelitian, mencari data

dan informasi tentang lokasi penelitian WCC Jombang. Penulis

melakukan kunjungan awal ke organisasi tersebut untuk memperoleh

pengetahuan sementara mengenai tempat penelitaian dan aktivitas yang

ada disana. Penulis juga melakukan penelusuran literatur buku dan

referensi pendukung penelitian mengenai strategi komunikasi. Pada

tahap ini peneliti melakukan penyusunan rancangan penelitian yang

meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, garis

besar metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian,

kemudian menyusunnya dalam sebuah proposal penelitian. Tahap pra

lapangan dilakukan peneliti selama bulan April 2016.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Dalam hal ini penulis memasuki dan memahami latar penelitian dalam

rangka pengumpulan data. Yakni, melakukan proses observasi,

27

(36)

24

wawancara, pencatatan pengamatan (penelitian). Tahap ini

dilaksanakan minggu ke tiga bulan Mei – Juni 2016.

c. Tahap analisis data

Tahapan yang ketiga dalam penelitian ini adalah analisis data. Penulis

dalam tahapan ini melakukan serangkaian proses analisis data kualitatif

sampai pada interpretasi data-data yang telah diperoleh sebelumnya.

Selain itu penulis juga menempuh proses triangulasi data yang

diperbandingkan dengan teori kepustakaan. Tahap analisis data

dilakukan selama bulan Juni-Juli 2016.

d. Tahap evaluasi dan pelaporan

Pada tahap ini penulis menuliskan hasil penelitian dari data-data yang

sudah dikumpulkan dan dianalisisis. Tahap penulisan laporan ini

dilaksanakan selama bulan Juni-Juli 2016.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini penulis menggunakan

teknik sebagai berikut:

a. Wawancara

Sudjana menyatakan bahwa wawancara adalah proses

pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak

penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab

(interviewee).28 Wawancara dilakukan dengan cara mengajukan

pertanyaan secara langsung oleh interviewer kepada yang

diwawancarai.

28

(37)

25

No. Daftar Informan

1. Direktur Eksekutif WCC Jombang

2. Divisi pendampingan

1. Sejarah berdirinya WCC Jombang

2. Visi dan Misi WCC Jombang

3. Struktur Organisasi WCC Jombang

4. Program-program WCC Jombang dalam rangka

mewujudkan masyarakat yang adil gender

5. Tahapan perencanaan komunikasi di digunakan dalam menjalankan program-program untuk mewujudkan masyarakat yang adil gender

6. Bentuk tindakan komunikasi yang dilakukan WCC

Jombang dalam menjalankan program

7. Evaluasi komunikasi yang dilakukan dalam

menjalankan proses komuniaksi pada program-program yang dijalankan

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan

menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara

bebas terpimpin yaitu cara mengajukan pertanyaan yang dikemukakan

bebas, artinya pertanyaan tidak terpaku pada pedoman wawancara

tentang masalah-masalah pokok dalam penelitian kemudian dapat

dikembangkan sesuai dengan kondisi di lapangan.29

29

Sutrisno Hadi, Metodologi Research untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis dan Disertasi, Jilid 2, cet.20, (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), hlm. 207.

Tabel 1.1

Data Informan Penelitian

(38)

26

Dalam melakukan wawancara ini, pewawancara membawa

pedoman yang hanya berisi garis besar tentang hal-hal yang akan

ditanyakan.

b. Observasi

Definisi observasi adalah pengamatan, pengawasan,

peninjauan, penyelidikan, riset.30 Sedangkan menurut Cartwright &

Cartwright seperti yang dikutip Haris Herdiansyah mendefinisikan

observasi sebagai suatu proses melihat, mengamati, mencermati serta

merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.31

No Data Observasi

1. Proses perencanaan komunikasi yang dilakukan oleh WCC Jombang

2. Proses tindakan komunikasi yang dilakukan oleh WCC Jombang dalam program-program yang dilaksanakan

3. Proses evaluasi komunikasi WCC Jombang

4. Tingkat partisipasi atau ketertarikan masyarakat pada program-program WCC Jombang

Penulis dalam melakukan pengamatan tidak selamanya

menggunakan pancaindra mata saja, tetapi selalu mengaitkan apa yang

dilihatnya dengan apa yang dihasilkan oleh pancaindra lainnya,

kemudian mencatatnya secara sistematis.

30

Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,2001),

hlm.536.

31

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta : Salemba Humanika, 2011), hlm.131.

(39)

27

c. Dokumentasi

Dokumentasi cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan tanskip, buku-buku, surat kabar, majalah, notulen

rapat, agenda, dan sebagainya.32 Dokumen tersebut dapat berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Hal ini

dilakukan untuk memperkuat data-data yang diperoleh dari hasil

penelitian. Dalam hal ini buku, jurnal dan data lain mengenai strategi

komunikasi .

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknis analisi data model interaktif menurut Miles & Huberman.Teknis

tersebut terdiri atas empat tahapan yang harus dilakukan. “Tahapan pertama

adalah tahapan pengumpulan data, tahapan kedua adalah reduksi data,

tahapan ketiga adalah tahap display data, dan tahap yang keempat adalah

tahap penarikan kesimpulan dan/atau tahap verifikasi”.33

Adapaun apa saja yang perlu dilakukan pada setiap tahapan diatas

akan dijelaskan satu persatu berikut ini :

32

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996), hlm.236.

33

Haris Herdiansayah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial,...., hlm. 164.

No Data Dokumentasi

1. Dokumen tertulis jumlah mengenai program-program yang dijalankan WCC

(40)

28

1. Pengumpulan Data

Pada penelitian Kualitatif, proses pengumpulan data

dilakukan sebelum penelitian, pada saat penelitian, dan bahkan di

akhir penelitian. Idealnya, proses pengumpulan data sudah

dilakukan ketika penelitian masih dalam bentuk konsep atau draft.

2. Reduksi data

Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan

penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu

bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis.

3. Display Data

Display data adalah mengolah data setengah jadi yang

sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema

yang jelas kedalam proses kategori tema, subkategori tema dan

proses pengodean sesuai dengan verbatim wawancara yang

dilakukan sebelumnya.

4. Kesimpulan/Verifikasi

Kesimpulan/verifikasi secara esensial berisi tentang uraian

dari seluruh subkategorisasi tema yang tercantum pada tabel

kategorisasi dan pengodean yang sudah terselesaikan disertai

dengan quote verbatim wawancara.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini uji kredibilitas data dilakuakan dengan

menggunakan triangulasi dengan sumber. Triangulasi dengan sumber berarti

(41)

29

yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian

kualitatif. 34

Dalam hal ini dengan cara membandingkan data hasil pengamatan

dengan data hasil wawancara. Dalam penelitian ini penulis membandingkan

jawaban atas pertanyaan wawancara mengenai strategi komunikasi dalam

melaksanakan program-program kerjanya dengan hasil observasi pada saat

proses komunikasi dalam program-program yang dilakukan, kemudian juga

membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.

J. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika dalam pembahasan ini terbagi menjadi bebrapa bab

dan pada tiap babnya terdapat sub-sub sebagaimana uraian beritk ut ini :

BAB I : Pendahuluan,yang berisi tentang latar belakang masalah yang

menjelaskan permasalahan dari objek penelitian, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori,

metode penelitian, sistematika pembahasan, jadwal penelitian.

BAB II : Kajian Teoritis, yang berisi kajian pustaka dan kajian teori.

BAB III : Penyajian Data, berisi deskripsi objek penelitian dan deskripsi

data penelitian.

BAB IV : Analisis Data, di dalamnya membahas tentang pengujian data dan

pembahasan hasil penelitian.

BAB V : Penutup, adapaun bab ini berisi tetang kesimpulan dan

rekomendasi.

34

(42)

30 BAB II

SRATEGI KOMUNIKASI MASYARAKAT ADIL GENDER

A. Strategi Komunikasi

1. Pengertian Strategi Komunikasi

Komunikasi adalah bagian dari keseharian dalam kehidupan. Sederhannya

, selama manusia masih membutuhkan manusia lainnya untuk memenuhi hajat

hidupnya, selama itu pula peristiwa komunikasi akan tetap ada. Walaupun

berkomunikasi sudah menjadi bagian dari keseharian, kita tidak dapat memungkiri

bahwa ternyata berkomunikasi tidak sesederhana yang dibayangkan.

Seringkali dalam keseharian terdapat kesalapahaman atau salah

penafsiran sehingga respon yang kita harapkan dari kegiatan komunikasi tersebut

tidak tercapai. Agar terhindar dari kesalapahaman dan sebuah tujuan komunikasi

dapat tercapai maka penting kiranya untuk menerapkan strategi dalam

berkomunikasi.

Strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu “stratos” yang artinya

tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin. Jadi strategi adalah konsep

militer yang dapat diartikan seni perang par ajenderal (The Art of General), atau

suatu rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan.35

Midlleton dalam Hafied Cangara (1980) menyatakan “ Strategi

komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi mulai

35

(43)

31

dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai pada pengaruh (efek)

yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal.36

Bedasarkan definisi yang dikemukakan oleh Midlleton diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa sebuah strategi komunikasi dilakukan dengan

mengkombinasikan semua elemen komunikasi yang sengaja untuk dirangcang

sedemikian rupa dengan maksud tercapainya tujuan komunikasi yang diinginkan.

Menurut Anwar Arifin “Suatu strategi juga merupakan keseluruhan

keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai

tujuan”.37

Penggunaan strategi komunikasi dalam menunjang ketercapaian tujuan

komunikasi yang diinginkan bukan hanya sebagai petunjuk apa yang harus

dilakukan, tetapi juga menujukkan bagaimana cara pelaksanaannya seperti halnya

yang diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendy.

Menurut Onong Uchjana Effendy “Strategi pada hakekatnya adalah

perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi

untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang

menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik

operasionalnya”.38

36

Ibid.,

37

Anwar Arifin, Strategi..., hlm.59.

38

(44)

32

2. Tujuan Strategi Komunikasi

R. Wayne Pace, Brand D Peterson, dan M. Dallas Burnet dalam Onong

Ucjahana Effendy menyatakan bahwa ada tiga tujuan dalam strategi komunikasi

sebagai berikut : 39

a To Secure Understanding yaitu untuk memastikan bahwa terjadi suatu

pengertian dalam berkomunikasi.

b To Establish Acceptance, yaitu bagaimana cara penerimaan itu terus

dibina dengan baik.

c To Motivate Action yaitu kegiatan di motivasikan, dan

Karena itu maka strategi komunikasi menurut Alo liliweri selalu

dihubungkan dengan :40

1. Siapa yang bicara.

2. Maksud apa yang dibicarakan.

3. Pesan apa yang harus disampaikan kepada seseorang.

4. Cara bagaimana saya menyampaikan pesan kepada seseorang.

5. Bagaimana mengukur dampak pesan tersebut.

3. Langkah-Langkah Strategi Komunikasi

Komunikasi tersebut dilakukan dalam skala yang lebih besar oleh sebuah

lembaga dengan tujuan dan target tertentu, maka penerapan strategi komunikasi

perlu untuk dilakukan untuk menentukan langkah-langkah yang tepat dalam

mencapai tujuan tersebut.

39

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,....,hlm. 32

40

(45)

33

Berikut ini adalah langkah-langkah untuk melakukan strategi Komunikasi

menurut Anwar Arifin : 41

a. Mengenal Khalayak

Langkah pertama yang harus diambil oleh komunikator dalam

usahanya menyampaikan komunikasi yang efektif adalah dengan

mengenal khalayak yang dihadapi. Sebagaimana yang sudah dijelskan

pada proses komunikasi bahwa khalayak yang berperan sebagai

komunikan tidaklah pasif tetapi aktif. Pada proses komunikasi yang

berlangsung komunikan dapat bertukar peran menjadi komunikator,

sehingga mereka dapat saling mempengaruhi.

Dalam proses komunikasi, baik komunikator maupun khalayak,

mempunyai kepentingan yang sama. Tanpa persamaan kepentingan,

komunikasi tak mungkin berlangsung. Agar tercapinya komunikasi

secara positif, maka komunikator harus menciptakan persamaan

kepentingan dengan khalayak terutama dalam pesan, metode dan

media.

Guna menciptakan persamaan kepentingan, maka komunikator

harus mengerti dan memahami kerangka pengalaman dan kerangka

referensi khalayak yang meliputi :

a. Kondisi kepribadian dan kondisi fisik khalayak yang terdiri

dari:

- Pengetahuan khalayak mengenai persoalan

41

(46)

34

- Kemampuan khalayak untuk menerima pesan-pesan lewat

media yang digunakan

- Pengetahuan khalayak terhadap perbendaharaan kata-kata

yang digunakan

b. Pengaruh kelompok dan masyarkat serta nilai-nilai dan

norma-norma masyarakat yang ada

c. Situasi dimana khalayak itu berada

Hal-hal diatas dapat diketahui dengan melakukan penjajakan atau

penelitian ke lapangan yang fungsingnya sebagai usaha

mengidentifikasi khalayak. Berdasarkan segi kesediaan khalayak

menerima pengaruh, khususnya mengenai inovasi, Schoenfeld dalam

Astrid S Susanto mengemukakan klasifikasi khalayak sebagai berikut

:42

1. Inovator ataupun penemu idea adalah orang-orang yang akaya

akan idea baru, dan karenanya mudah atau sukar menerima

idea baru orang lain.

2. Early Adopters atau orang-orang yang cepat bersedia untk

mencoba apa yang dianjurkan kepadanya.

3. Early Majority, atau kelompok orang-orang yang mudah

menerima idea-idea baru asal saja sudah diterima oleh orang

banyak.

4. Majority atau kelompok dalam jumlah terbanyak yang

menerima atau menolak idea baru, terbatas pada suatu daerah.

42

(47)

35

5. Non-adopters ataupun orang-orang yang tidak suka menerima

idea baru dan mengadakan perubahan atas

pendapat-pendapatnya yang semula.

Selain itu untuk memahami dan mengetahui segmentasi

masyarakat, menurut Hafied Cangara ada tiga cara yang bisa

digunakan untuk memetakan karektirisktik masyarakat, yakni :43

a. Aspek sosiodemografik, mencakup usia, jenis kelamin, pekerjaan,

pendidikan, tingkat pendapatan (Income), agama, ideologi , etnis,

termasuk pemilikan media.

b. Aspek psikologis, mencakup sifat yang ercermin dari kejiwaan

masyarkat, misalnya tempramen, tenang, sabar. Terbuka,

emosional, tidak sabar , dendam, antipati, terus terang, tertutup,

berani, penakut.

c. Aspek karakteristik perilaku masyarakat , mencakup

kebiasaan-kebiasaan yang dijalani dalam kehidupan suatu masyarakat.

Misalnya agamis (religius), santun, suka pesta dan mabuk-mabuka,

suka menabung, suka protes, tegang rasa (teposliro), pelit dan

ekonomis (serba perhitungan), boros, suka menolong, solidaritas

tinggi, individual, jujur, tangung jawab.

Beberapa pendapat dalam uraian diatas menunjukkan bahwa dalam

proses merencanakan strategi komunikasi, komunikator baik lembaga

maupun perorangan perlu terlebih dahulu mengetahui karakteristik

43

(48)

36

khalayak yang akan dihadapi atau dijadikan sasaran dalam strategi

komunikasi yang akan dijalankan.

b. Menyusun Pesan

Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah

selanjunya dalam perumusan strategi dalah ialah menyusun pesan,

yaitu menentukan tema dan materi. Syarat utama agar pesan tersebut

dapat mempengaruhi khalayak, ialah mampu membangkitkan

perhatian. Awal dari suatu efektivitas dalam komunikasi ialah

bangkitnya perhatian dari khalayak terhadap pesan-pesan yang

disampaikan.

Scharmm dalam Yoyon Mudjiono memberikan prinsip yang

disebut “The Condition Of Succes in Communication” yang terdiri dari

:

1. Pesan haruslah direncanakan dan disampaikan sedemikian

rupa, hingga pesan itu dapat menarik sasaran yang dituju.

2. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang didasarkan pada

pengalaman yang sama antar sumber dan sasaran, hingga kedua

pengertian bertemu dan berpadu.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada

sasaran dan menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan

(49)

37

4. Pesan harus menyarankan jalan untuk memperoleh kebutuhan

yang layak dari situasi kelompok, dimana kesadaran pada saat

itu digerakkan untuk memberi respon yang dikehendaki. 44

Anwar Arifin menyatakan bahwa dalam menenetukan tema dan

materi atau isi pesan yang akan dilontarkan kepada khalayak sesuai

dengan kondisinya dikenal dua bentuk penyajian permasalahan yaitu

yang bersifat : one side issue (sepihak) dan both side issue (kedua

belah pihak).

One side issue , yaitu hanya mengemukakan hal yang positif saja,

atauakah hal-hala yang negatif saja kepada khalayak. Juga berarti

dalam mempengaruhi khalayak permasalahan itu berisi konsepsi dari

komunikator semata-mata tanpa mengusik pendapat-pendapat yang

telah berkembang. Sedangkan both side issue berlaku sebaliknya,

suatu permasalahan disajikan baik negatifnya maupun positifnya. Juga

dalam mempengaruhi khalayak, permasalahan diketengahkan baik

dari konsepsi komunikator maupun konsepsi atau pendapat-pendapat

yang berkembang pada khalayak.45

c. Menetapkan Metode

Efektivitas komunikasi selain dipengaruhi oleh isi pesan yang

disesuaikan dengan kondisi khalayak juga dipengaruhi oleh metode

penyampaian yang digunakan pada sasaran.

Metode penyampaian tersebut dapat dilihat dari dua aspek yaitu

dari cara pelaksanannya dan menurut bentuk isinya. Dari cara

44

Yoyon Mudjiono, Bahan Ajar Ilmu Komunikasi, (Surabaya: Jaudar Press, 2012),

hlm.59-60.

45

(50)

38

pelaksanaannya semata-mata melihat komunikasi dari segi

pelaksanannya dengan melepaskan perhatian dari isi pesannya. Sedang

yang kedua melihat komunikasi dari bentuk pernyataan atau bentuk

pesan dan maksud yang dikandung.

Menurut pelaksanaannya dapat diwujudkan dalam dua bentuk

yakni metode redundancy (repetition) dan Canalizing. Metode

redundancy adalah cara memepengaruhi khalayak dengan cara

mengulang-ulang pesan kepada khalayak.46

Perulangan ini dilakukan karena untuk mencapai suatu komunikasi

yang efektif tidak mungkin jika hanya disampaikan dalam satu atau

dua kali. Komunikasi yang dilakukan dengan tujuan untuk

mengarahkan sikap dan perilaku khalayak maka harus dilakukan

perulangan agar pesan tersebut lebih dapat diingat dan menancap di

benak khalayak. Selain itu perulangan diperlukan karena untuk

mengarahkan seseorang pada perubahan perilaku adalah suatu

pekerjaan yang harus dilakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit

hingga tercapai perubahan yang diinginkan.

Sedangkan canalizing dilakukan dengan komunikator terlebih

dahulu mengenal siapa khalayak sasaran dari pesan komunikasinya.

Kemudian mulai melontarkan idenya sesuai dengan kepribadian, sikap

dan motif khalayak. Komunikator memulai komunikasinya dari

dimana khalayak tersebut berada kemudian diubah sedikit demi sedikit

ke arah tujuan komunikator.47

46Ibid.,

hlm. 73.

47Ibid.,

(51)

39

Metode penyampaian pesan menurut bentuk dan isinya dikenal

dengan metode-metode : informatif, persuasif dan kursif.48 Metode

Informatif adalah suatu bentuk isi pesan yang bertujuan untuk

memberikan penerangan kepada khalayak. Metode persuasif

merupakan suatu cara untuk mempengaruhi komunikan dengan jalan

membujuk. Khalayak digugah baik pikiran maupun perasaannya.49

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Hafied Cangara bahwa

komunikasi persuasif berusaha mengubah pengetahuan, sikap, tingkah

laku seseorang atau publik terhadap program yang dilaksanakan.50

Sementara itu menurut Zulkarimein Nasution pendekatan persuasi

digunakan bila komunikator menduga bahwa sejak semula khalayak

telah bersikap negatif terhadap tujuan komunikasi. Pendekatan ini

tidak dinyatakan dengan jelas oleh komunikator.51

Metode edukatif adalah metode yang digunakan untuk mendidik

khalayak akan suatu hal. Menurut Hafien Cangara jika pesan

informatif tekannanya pada unsur kognitif, maka pesan yang bersifat

mendidik punya tekanan pada unsut kognitif , afektif dan

psikomotorik. Pesan mendidik harus memiliki tendensi ke arah

perubahan bukan hanya dari tidak tahu menjadi tahu, tetapi juga

melaksanakan apa yang diketahuinya.52

48Ibid.,

hlm.73.

49

Ibid., hlm.76

50

Hafied Cangara, Perencanaan...hlm. 117.

51

Zulkarimein Nasution, Prinsip-Prinsip Komunikasi untuk Penyuluhan, (Jakarta,1990 : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia), hlm.65.

52

(52)

40

Sedangkan metode kursif (cursive) berarti mempengaruhi khalayak

dengan jalan memaksa. Dalam hal ini khalayak dipaksa, tanpa perlu

berpikir lebih banyak lagi untuk menerima gagasan-gagasan atau

idea-idea yang dilontarkan. Oleh karena itu pesan dari komunikasi ini selain

berisi pendapat-pendapat juga berisi ancaman-ancaman.53

d. Seleksi dan penggunaan media

Sebagaimana dalam menyusun pesan dari suatu komunikasi yang

ingin dilacarkan kita harus selektif dalam arti menyesuaikan keadaan

dan kondisi khalayak, maka dalam sendirinya dalam penggunaan

media pun, harus demikian pula. Selain harus berfikir dalam jalinan

faktor-faktor komunikasi, situasi sosiopsikologis juga harus

diperhitungkan pula. Hal ini karena masing-masing medium tersebut

mempunyai kelemahan-kelemahan tersendiri.54

Menurut Zulkarimein Nasution mengenai kegunaan media ia

berpendapat bahwa media dapat menyampaikan atau menyajikan

hal-hal yang tidak sepenuhnya dapat diketengahkan dengan berbicara.

Misalnya , media dapat menyampaikan hal-hal yang berbentuk visual

atau gamabran. Selain itu ada pula hal-hal yang berbentuk suara

(audio) yang diperlukan untuk memperkuat penjelasan tentang sesuatu

hal yang hanya dapat disampaikan dengan media. 55

Dari segi penyampaian pesan, Anwar Arifin membagi media

menjadi :56

53

Anwar Arifin, Strategi...hlm.77.

54Ibid.,

hlm.78.

55

Zulkarimenin Nasution, Prinsip-Prinsip...,hlm.68.

56

(53)

41

1. The spoken words (yang berbentuk ucapan). Dalam golongan

ini termasuk bentuk bunyi, ucapan secara langsung (face to

face communication) yang digunakan manusia dalam

kehidupan sehari-hari. Kemudian yang lainnya dikenal

misalnya gendang, sirine, telepon telegram dan dalam jaman

mutakhir ini adalah radio.

2. The printed Writing (yang berbentuk tulisan) termasuk di

dalamnya barang-barang tercetak, gambar-gambar atau

lukisan-lukisan yang dalam kehidupan sehari-hari kenal misalnya buku,

pamflet, surat kabar, brosur, majalah dan lain-lain. Bentuk ini

hanya dapat ditangkap oleh mata saja sehingga disebut “the

visual media”.

3. The audio visual media (yang berbentuk gambar hidup)

golongan ini adalah penggabungan golongan pertama dan

kedua, yaitu serentak dan dapat ditangkap oleh mata dan

telinga.

Dalam komunikasi antar pribadi panca indera dianggap sebagai

media komunikasi. Sedangkan dalam komunikasi massa media adalah

alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang

sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan

mendengarnya. Media yang berkaitan dengan komunikasi massa ini

diklasifikasikan oleh Emery, Ault dan Agee57 sebagai media cetak atau

gambar yang membawa pesan-pesan mereka kepada yang diinginkan.

57

Emery, Ault dan Agee, Introduction to Mass Communications, ( New York : Dadd Mead

(54)

42

Misalnya surat kabar, majalah, buku-buku, pamflet, billboard dan surat

kilat. Radio dan Televisi mempunyai fungsi ganda yaitu bisa didengar

dan dilihat (audio-visual).

Adapun menurut Hafied Cangara bahwa kegiatan dan

tempat-tempat tertentu yang banyak ditemui dalam masyarakat pedesaan bisa

juga dipandang sebagai media komunikasi sosial, misalnya

rumah-rumah ibadah, balai desa, arisan, panggung kesenian dan pesta

rakyat.58

Zulkarimein Nasution menyatakan bahwa tidak semua media perlu

dibeli atau disewa dari yang sudah siap pakai atau sudah jadi. Ada

beberapa media ada yang bisa dibuat sendiri. Media yang dapat dibuat

sendiri adalah media sederhana yang dalam pembuatannya tidak

memerlukan peralatan yang canggih. Termasuk dalam media

sederhana tersebut adalah : poster, spanduk, leaflet dan brosur.59

4. Peranan Komunikator

Unsur yang paling dominan dalam mencapai sebuah efektivitas

komunikasi dalah komunikator. Kesemua bentuk langkah-langkah komunikasi di

atas yang mejalankan adalah komunikator. Sebelum komunikator menjalankan

proses komunikasinya ia harus terlebih dahulu melakukan persiapan meliputi

mengenal kahalayak, menyusun pesan , memlihi metode dan menentukan media

yang cocok dengan pesan yang akan disampaikan dan kondisi khalayak sasaran.

Tentu saja tidak setiap komunikasi yang akan dilancarkan memilki

kesempatan meneliti khalayak. Dalam hal seperti ini maka komunikator harus

58

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 25

59

Gambar

Tabel 3.1: Program-program WCC Jombang
Gambar 1.1: Data KTP Lembaga Mitra Pengada Layanan
  Gambar 1.1 Data KTP Lembaga Mitra Pengada Layanan
    Tabel 1.2 Data Hasil Wawancara
+5

Referensi

Dokumen terkait

adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk barang atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual

3HPHULQWDK .DEXSDWHQ 7XODQJ %DZDQJ EHUXSD\D PHQLQJNDWNDQ IXQJVL UHJXODVL IDVLOLWDVL GDQ SHOD\DQDQ GHQJDQ RSWLPDOLVDVL SRWHQVL GDQ DVHW SHPHULQWDK GDHUDK .DEXSDWHQ 7XODQJ

Sebagai pusaka industri, destinasi MUSPERIN dan atraksi wisata koleksi benda-benda museum merupakan modal budaya (Richards, 1997) dan dapat dimanfaatkan generasi milenial

akan membuat mahasiswa mampu mengelola proses konseling dan menjalankan teknik-teknik yang sudah dikuasainya dengan baik sehingga akan bermuara pada.. keberhasilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 ada perbedaan tingkat literasi ekonomi pengusaha mikro kecil di Kecamatan Kota Gede Yogyakarta berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu pengusaha

Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai aparatur daerah yang dipimpin oleh Camat yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati yang memiliki tugas

Suatu metode yang dikembangkan untuk menangani kasus tersebut adalah small area estimation yang merupakan himpunan dari berbagai metode statistika yang berupaya

Cara mendapatkan data suhu tersebut adalah dengan menggunakan sensor suhu non- kontak yang disebut thermopile yang terangkai dalam rangkaian termometer inframerah, yang