KEPUTUSAN
DI REKTUR JENDERAL PERLI NDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM
Nomor : SK. 158/ I V-KKH/ 2009
TENTANG
PENETAPAN RENCANA PRODUKSI KARANG HI AS HASI L TRANSPLANTASI TAHAP KEDUA (PERI ODE JULI – DESEMBER) TAHUN 2009
DI REKTUR JENDERAL PERLI NDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 19 ayat (1) Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 447/ Kpts-I I / 2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar, dalam rangka menjamin keefektifan pengendalian pemanfaatan spesimen tumbuhan dan satwa liar hasil penangkaran maka ditetapkan batasan jumlah hasil penangkaran;
b. bahwa untuk batasan jumlah hasil unit usaha penangkaran atau
transplantasi karang hias disebut juga dengan Rencana Produksi Karang Hias Hasil Transplantasi, merupakan salah satu dasar dalam pemberian izin pemanfaatan untuk kepentingan peredaran di dalam negeri dan atau ke luar negeri (ekspor) kepada masing-masing unit usaha transplantasi karang hias;
c. bahwa berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam Nomor SK.14/ I V-SET/ 2009 Tanggal 11 Februari 2009 telah ditetapkan Rencana Produksi Karang Hias Hasil Penangkaran/ Transplantasi Tahap Pertama (Periode Januari-Juni) Tahun 2009 yang berakhir sampai dengan 30 Juni 2009;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, huruf b dan huruf c di atas, maka perlu ditetapkan Rencana Produksi Karang Hias Hasil Transplantasi Tahap Kedua (Periode Juli – Desember) Tahun 2009 dengan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
2. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang
diperbaiki dengan Undang-undang No. 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004, tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1994 tentang Perburuan
Satwa Buru;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota;
8. Keputusan Presiden Republik I ndonesia Nomor 43 Tahun 1978
tentang Pengesahan Convention on I nternational Trade in Endangered Spesies of Wild Fauna and Flora (CI TES);
9. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 104/ Kpts-I I / 2003 tentang
Penunjukan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Selaku Otoritas Pengelola (Management Authority) CI TES di I ndonesia;
10. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 355/ Kpts-I I / 2003 tentang
Penandaan Spesimen Tumbuhan dan Satwa Liar;
11. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447/ Kpts-I I / 2003 tentang
Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar;
12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/ Menhut-I I / 2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan, sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.71/ Menhut-I I / 2005;
13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 19/ Menhut-I I / 2005
tentang Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar;
14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 02/ Menhut-I I / 2007
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam;
M E M U T U S K A N :
Menetapkan : KEPUTUSAN DI REKTUR JENDERAL PERLI NDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM TENTANG PENETAPAN RENCANA PRODUKSI KARANG HI AS HASI L TRANSPLANTASI TAHAP KEDUA (PERI ODE JULI – DESEMBER) TAHUN 2009.
KESATU : Menetapkan Rencana Produksi Karang Hias Hasil Transplantasi Tahap
Kedua (Periode Juli - Desember) Tahun 2009 untuk unit usaha transplantasi karang hias dan hasil kegiatan pemberdayaan masyarakat di Taman Nasional Kepulauan Seribu sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1 (satu) dan Lampiran 2 (dua) Keputusan ini.
KEDUA : Rencana Produksi Karang Hias Hasil Transplantasi sebagaimana pada
Amar KESATU merupakan batas maksimal jenis dan jumlah spesimen karang hias yang dapat dimanfaatkan dari hasil setiap usaha/ kegiatan transplantasi untuk kepentingan peredaran di dalam negeri dan atau ke luar negeri selama periode Juli – Desember 2009.
KETI GA : Jenis spesimen karang hias masing-masing unit/ kegiatan transplantasi
a. Untuk unit usaha transplantasi, adalah jenis-jenis karang hias yang tercantum dalam I zin Transplantasi Karang Hias dan I zin Pengedar Dalam Negeri Karang Hias Hasil Transplantasi untuk peredaran dalam negeri atau I zin Pengedar Luar Negeri Karang Hias Hasil Transplantasi untuk peredaran luar negeri, serta sesuai dengan rekomendasi Kepala Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) – LI PI ;
b. Untuk hasil kegiatan pemberdayaan masyarakat di Taman
Nasional Kepulauan Seribu, adalah jenis-jenis karang hias yang tercantum dalam Berita Acara Penanaman dan Berita Acara Pemanenan serta sesuai dengan rekomendasi Kepala Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) – LI PI .
KEEMPAT : Dalam pelaksanaan pemanfaatan peredaran di dalam negeri dan
atau ke luar negeri sebagaimana pada Amar KETI GA, masing-masing unit usaha/ kegiatan transplantasi karang hias berkewajiban untuk :
1. Mentaati ketentuan peraturan dan undang-undang yang berlaku;
2. Melakukan regenerasi indukan minimal 15 % dari produksi karang
hias hasil transplantasi;
3. Setiap peredaran di dalam negeri dan atau ke luar negeri, semua
karang hias hasil transplantasi harus selalu memiliki tanda yang menempel pada spesimen;
4. Menyampaikan laporan bulanan kepada Kepala UPT KSDA
setempat dengan tembusan kepada Direktur Jenderal PHKA cq Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Otoritas Keilmuan cq Kepala Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) – LI PI .
KELI MA : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan sampai dengan tanggal 31
Desember 2009, dan mempunyai daya laku surut terhitung mulai tanggal 1 Juli 2009.
Ditetapkan di : J a k a r t a
1. Sekretaris Direktorat Jenderal PHKA;
2. Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati;
3. Kepala Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) – LI PI ;
4. Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat;
5. Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur;
6. Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Timur;
7. Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Selatan;
8. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Lampung;
9. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam DKI Jakarta;
10. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah;
11. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali;
12. Kepala Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu;
13. Direktur Eksekutif Asosiasi Koral, Kerang dan I kan Hias I ndonesia (AKKI I );
14. Koordinator I ndonesian Coral Reef Working Group (I CRWG);