• Tidak ada hasil yang ditemukan

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah ventarisasi Mineral Logam di Kab. Kep. Sangihe-DIPA 2010

MAKALAH

INVENTARISASI MINERAL LOGAM

DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA

Oleh :

Moe’tamar

SARI

Lokasi kegiatan inventarisasi mineral logam secara administratif terletak di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe yang secara geografis terletak pada posisi antara 125°19´40,8´´hingga 125° 45´ 00´´ Bujur Timur, dan 3° 26’ 45,6" hingga 4° 11´ 45,6’ Lintang Utara.

Pelaksanaan inventarisasi dilakukan dengan metoda pemetaaan geologi, ubahan dan mineralisasi, geokimia sedimen sungai aktif dan bor tangan.

Morfologi wilayah Kabupaten Sangihe terdiri dari perbukitan terjal gunung api dan pedataran sungai dan pantai.

Stratigrafi daerah inventarisasi dari tua ke muda disusun oleh: Batuan gunungapi berkomposisi andesitik hingga basaltik yang berumur Pliosen Awal hingga Holosen, batuan terobosan berkomposisi dioritik- andesitik, dan endapan permukaan yang menempati pedataran pantai dan sungai.

Daerah uji petik terbagi dalam 3 sektor yang terdiri dari 7 pulau mulai dari utara ke selatan yaitu sektor Pulau Kawaluso dan Pulau Lipang, sektor Pulau Sangihe Besar bagian utara dan Nusa Tabukan, sektor Pulau Beeng Darat dan Pulau Beeng Laut, yang secara administratif termasuk Kecamatan Kendahe, Kecamatan Tabukan Utara, Kecamatan Nusa Tabukan, Kecamatan Tahuna, dan Kecamatan Tabukan Tengah Tenggara.

Berdasarkan pengamatan lapangan ada 4 daerah mineralisasi yaitu hematite di Kawaluso, mineralisasi malahit di Pulau Lipang, batuan terubah kuat diduga argilik lanjut dengan hadirnya mineral alunit, mineral logam yang terjebak berupa piritisasi dan staining malahit hasil analisis kimia batuan argilik (TH 074 Rc) menunjukkan kandungan 126 ppm Cu di Pulau Sangihe bagian utara dan Pulau Nusa Tabukan, batuan argilik (TH 117 R) menunjukan kandungan 171 ppb Au di Pulau Beeng Darat dan Pulau Beeng Laut. Geokimia endapan sungai aktif pada Pulau Sangihe bagian utara dan

Pulau Nusa Tabukan menghasilkan 6 zona anomali gabungan unsur kimia (Fe – Ag – Zn – Pb); ( Ag – Cu – Fe – Mn); ( Fe-Ag-Zn); (Au-Hg); ( Mn-Pb) dan (Sb-Hg).

(2)

Makalah ventarisasi Mineral Logam di Kab. Kep. Sangihe-DIPA 2010

1. PENDAHULUAN

Inventarisasi dan evaluasi sumber daya mineral di daerah Kabupaten Kepulauan Sangih, Provinsi Sulawesi Utara ini merupakan salah satu kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun Anggaran 2010

Maksud kegiatan inventarisasi mineral ini adalah untuk melakukan inventarisasi dan evaluasi potensi mineral logam di daerah Pulau Sangihe Besar dengan melakukan pemetaan dan penentuan batas sebaran bahan galian mineral di daerah tersebut.

Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui penyebaran dan menentukan wilayah keprospekan mineral logam serta sumber daya hipotetik di daerah penyelidikan guna melengkapi data-data yang sudah ada.

Lokasi kegiatan inventarisasi mineral logam secara administrasi terletak di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara.(Gambar 1)

2. GEOLOGI DAN INDIKASI

MINERALISASI Stratigrafi

Sangihe Besar terbentuk dari batuan gunungapi berkomposisi andesitik hingga basaltik yang berumur Pliosen Awal hingga Holosen (Samodra, 1994). Selain itu dijumpai juga batuan terobosan berkomposisi dioritik hingga andesitik.

Geologi umum daerah penyelidikan termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar Sangihe dan Siau sekala 1 : 250.000 (Hanang Samodra, 1994) yang diterbitkan oleh Puslitbang Geologi. Batuan penyusun Sangihe Besar dari yang tertua (Mio-Pliosen) hingga termuda (Holosen)yang terdapat di daerah ini adalah sebagai berikut: Batuan Gunungapi Biaro, Batuan Gunungapi Bukide, Batuan Gunungapi Kalama, Batuan Gunungapi Sahendaruman, BatuanTerobosan, Formasi Pintareng, Batuan Gunungapi Awu dan Alluvium (Gambar 2).

1. BATUAN GUNUNGAPI BIARO berupa perulangan breksi gunungapi dan lava, bersisipan tuf lapili dan batupasir tufan. Tebal satuan lebih dari 300 m.

2. BATUAN GUNUNGAPI BUKIDE : Tuf hablur padu, breksi gunungapi dan lava. Tuf padu yang kompak mengandung mineral euhedral kuarsa, felspar dan piroksin, juga kepingan batu apung andesit dan basal. Secara stratigrafi umurnya disimpulkan Pliosen, berfasies darat peralihan dengan tebal lebih 300 m.

3. BATUAN TEROBOSAN : Diorit (di) dan andesit (an). Stok dan retas diorit dan andesit keduanya menerobos Batuan Gunungapi Sahendaruman. Terobosan andesit yang cukup besar terdapat di Gunung Areng Kambing dan diorite di sekitar Lapango dan

Sowaeng. Kegiatan ini menyebabkan pengersikan, penyilikaan dan ubahan pada breksi dan tuf, serta pemineralan emas. Karena Formasi Pintareng tidak dipengaruhi oleh terobosan, kegiatan magmatik ini diduga terjadi pada akhir Plio-Plistosen, sebelum pengendapan sediment klastika asal-gunungapi. 4. BATUAN GUNUNGAPI KALAMA :

Perulangan breksi gunungapi dan lava, bersisipan tuf berbatuapung. Tebal satuan lebih dari 200 m.

5. BATUAN GUNUNGAPI

SAHENDARUMAN : Batuan gunungapi Sahendaruman tersusun oleh perulangan breksi gunungapi dan lava, tuf, aglomerat, bersisipan tuf lapili dan batupasir tufan. Akibat penunjaman yang terus menerus sampai dengan akhir Tersier maka aktivitas volkanik pada Kala Plio-Plistosen yang menghasilkan Batuan Gunungapi Sahendaruman serta pengangkatan sebagian daerah (Samodra, 1994).Retas andesit memotong lapisan ini. Singkapan lava di Lapango terpiritkan di sepanjang retakan, setempat mengandung senolit basal. Sebagian runtunan breksi gunungapi dan tuf keduanya dipotong oleh urat kuarsa mengandung emas. Satuan ini tebalnya lebih dari 500 m. 6. FORMASI PINTARENG: terdiri dari

konglomerat, pasir kerikilan, pasir, lanau dan lempung hitam bersisipan tuf. Sebagian satuan berfasies darat (sungai terayam) tebalnya sekitar 100 m. (Samodra, 1994).

7. BATUAN GUNUNGAPI AWU: Sistem retakan pada kala Plistosen memberi jalan untuk terjadinya terobosan andesit dan diorit (Batuan Terobosan) yang menyebabkan terjadinya mineralisasi (Samodra, 1994). Kegiatan penunjaman masih terjadi hingga sekarang, ditunjukkan oleh aktivitas volkanisme Gunungapi Awu yang menghasilkan Batuan Gunungapi Awu yang masih berlangsung hingga sekarang (Samodra, 1994). Batuan gunungapi Awu tersusun oleh aglomerat, lava, tuf, timbunan awan panas, endapan jatuhan dan lahar.

8. ALUVIUM: Endapan aluvium berupa kerakal, kerikil, pasir, dan lanau asal gunungapi, lempung, lumpur dan kepingan koral.

(3)

Makalah ventarisasi Mineral Logam di Kab. Kep. Sangihe-DIPA 2010 Secara tektonik, Kepulauan Sangihe

merupakan jalur kepulauan gunung api yang berada di sebelah utara Pulau Sulawesi, jalur ini menerus hingga ke negara Filipina. Perlipatan berarah timurlaut-baratdaya disebabkan oleh adanya gaya mampatan dari arah baratlaut-tenggara. Gaya yang bekerja diduga berasal dari penunjaman Lempeng Maluku ke arah barat di bawah Busur Sangihe. Tunjaman ini adalah bagian dari tunjaman ganda yang melibatkan Busur Sangihe di barat dan Busur Halmahera di timur. Data kegempaan menunjukkan lajur Benioff di bawah Busur Sangihe menerus ke bawah hingga kedalaman lebih dari 600 km.

Indikasi Sumber Daya Mineral

Batuan terobosan yang berkomposisi andesit dan diorit dijumpai di daerah ini terbentuk oleh sistem retakan dan menyebabkan pemineralan. Pemineralan emas, perak, besi, tembaga, timbal dan seng, serta mineral sulfida (pirit dan kalkopirit, terjebak pada batuan gunungapi Neogen Akhir atau Plio Plistosen (Samodra, 1994). Emas terdapat di daerah Lapango dan Binebase. Emas letakan didulang oleh penduduk setempat di daerah Lapango dan Sowaeng. Hematit dijumpai di Sowaeng, Gunung Bukide dan Bukit Bahu (Pulau Siau).

3.KEGIATAN ENYELIDIKAN

Kegiatan penyelidikan yang dilakukan dalam inventarisasi mineral logam meliputi kegiatan penyelidikan lapangan, analisis laboratorium dan pengolahan data.

Penyelidikan Lapangan

Penyelidikan lapangan terdiri dari : pengumpulan data lapangan (data primer) dan informasi/data sekunder.

Pengumpulan Data Primer

Dalam melaksanakan inventarisasi logam dilakukan pengumpulan data primer dengan metode uji petik pada daerah penyelidikan di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara. Daerah uji petik dilakukan di 3 blok yaitu : (Gambar 3).

1. Blok Pulau Kawaluso dan Lipang, 2. Blok Pulau Beeng Laut dan Beeng Darat 3. Blok Pulau Sangihe Besar bagian utara dan

Pulau Nusa Tabukan

Metoda uji petik terdiri dari pengamatan/pemetaan geologi, pemercontoan sedimen sungai aktif, pemercontoan konsentrat dulang, pengamatan dan pemercontoan batuan ubahan, mineralisasi serta melakukan pengeboran tangan pada endapan pasir besi di daerah terpilih serta menguji beberapa data sekunder yang ada.

Analisis Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan terhadap conto-conto yang diambil dari lapangan dan diseleksi sesuai kebutuhan sebagai berikut :

· Analisis kimia untuk unsur-unsur Au, Ag, Cu, Pb, Zn, Mo, Mn, Fe, As, Sb dan Hg untuk conto sedimen sungai aktif dan batuan

· Analisis Fisika (magnetic degree, berat jenis, mineralogi butir lengkap)

· Analisis petrografi dan mineragrafi terhadap conto batuan.

· Analisis PIMA= 25 conto.

4. HASIL PENYELIDIKAN

4.1 Hasil Pengumpulan Data Primer

Geologi Daerah Penyelidikan Morfologi

Secara umum morfologi daerah penyelidikan ini dapat dibagi ke dalam tiga satuan utama yaitu, morfologi perbukitan terjal, morfologi perbukitan bergelombang dan pedataran alluvial sungai dan pantai (Gambar 4).

Satuan morfologi perbukitan terjal sangat luas menempati daerah penyelidikan daerah Gunung Awu dan perbukitan di sekitarnya (Pulau Sangihe Besar), pada level ketinggian diatas 400 m di atas permukaan laut, sebagian besar tersusun dari litologi gunung api muda.

Satuan morfologi perbukitan bergelombang landai hingga menengah menempati sebagian daerah penyelidikan di bagian timur pada Pulau Sangihe Besar, sebagian besar di daerah pulau pulau kecil antara lain Pulau Kawaluso, Pulau Lipang, Pulau Nusa Tabukan, Pulau Beeng Darat dan Pulau Beeng Laut. Satuan morfologi ini berada pada ketinggian antara 100 m hingga di bawah 400 m di atas permukaan laut. Morfologi ini tersusun dari batuan gunung api antara lain lahar, breksi dan tuff dan batuan gunung api yang sudah terubah dan lapuk.

(4)

Makalah ventarisasi Mineral Logam di Kab. Kep. Sangihe-DIPA 2010 menunjukkan komposisi batuan yang mencirikan

morfologi pedataran ini adalah endapan lumpur, pasir dan kerikil yang cukup luas.

Stratigrafi

Satuan batuan yang terdapat di daerah penyelidikan yang teramati di lapangan mengacu pada Peta Geologi Lembar Sangihe dan Siau, Sulawesi Utara, Skala 1: 250.000 yang dipublikasikan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (Hanang Samodra, dkk., 1994) ini meliputi batuan gunungapi berupa lahar, tuf, lava dan breksi kedua batuan tersebut mempunyai perselingan yang tidak bisa terpisahkan, sedangkan batuan yang lain adalah batuan sedimen (Gambar 5, Gambar 6 dan Gambar 7). Urutan stratigrafi dari batuan tertua ke yang muda adalah sebagai berikut :

Satuan batuan sedimen

Batupasir kuarsa

Batuan ini teramati berupa singkapan dengan kedudukan N 40° E/34° diduga kontak struktur dengan batuan andesit piroksin lokasi pada pantai utara Pulau Kawaluso

Batuan Gunungapi

Breksi Gunungapi

Penyebaran batuan ini cukup luas di lapangan sangat bervariasi teramati komponen batuan terdiri dari andesit hingga basal, dengan kemas terbuka hingga tertutup diameter komponen 5 cm hingga 25 cm disemen oleh tuf

Sebaran batuan ini diantaranya di hulu Sungai Kakewang/Sura, sepanjang Sungai Maslihe, di Kampung Biru teramati batuan ini mengalami ubahan dan mengandung limonit, Fe oksida serta pirit halus spotted hingga tersebar. Pada hulu Sungai Kakewang teramati kontak breksi dengan lava andesit-basal. Di Pulau Nusa Tabukan, Pulau Beeng Darat teramati batuan tersebut masih segar.

Lava Andesit - Basal

Batuan ini banyak teramati berupa lava dengan struktur berlembar dan pada lain tempat dijumpai struktur meniang. Umumnya bertekstur halus hingga porfiritik sebagaimana teramati di bagian hulu Sungai Kakewang (Sura)

Andesit piroksin

Satuan batuan Andesit piroksin tersingkap di Pulau Kawaluso dan Pulau Lipang, Marongge dan Pantai Akembawi Pulau Sangihe Besar. Secara megaskopis batuan andesit piroksin kompak, padu dan hablur mengandung plagioklas subhedral

Lahar

Satuan batuan ini menempati daerah lembah dan sungai-sungai besar, merupakan produk gunung api Awu. Penyebaran batuan ini teramati di lembah dan muara sungai antara Beha hingga Melebuh, Talawid, Kalasuge hingga Tabukan Lama. Satuan lahar tidak terlalu kompak

dengan fragmen andesit – basal tersemen tufa lempung hingga pasir, batuan ini banyak ditambang untuk bahan bangunan Aluvial

Aluvium dan endapan pantai (Qal), terdiri dari lumpur, pasir, kerikil dan kerakal, teramati di daerah penyelidikan adalah di pantai utara hingga timur pada muara sungai dan pedataran pantai tidak menerus di Pulau Sangihe Besar diantaranya di Desa Kalasuge, Desa Naha, Desa Kalurae, sebagian daerah tersebut terdapat endapan pasir besi

Struktur Geologi

Petunjuk struktur geologi di daerah penyelidikan teramati adanya air terjun di Sura (hulu Sungai Kakewang) memperlihatkan indikasi sesar dengan arah N 355° E/70° yang berlokasi di Pulau Beeng (Foto 15). Pola umum sesar di daerah penyelidikan mempunyai arah relatif utara selatan.

Ubahan dan Mineralisasi

Ada beberapa ubahan dan mineralisasi yang teramati di daerah penylidikan yang diuraikan sebagai berikut (Gambar 5, Gambar 6, Gambar 7 )

Ubahan

(5)

Makalah ventarisasi Mineral Logam di Kab. Kep. Sangihe-DIPA 2010

Foto 1. Singkapan batuan ubahan argilik terjadi pada batuan lava yang disertai pirit halus dan tersebar lokasi di Pulau Beeng Laut

Mineralisasi

Mineralisasi yang ditemukan berdasarkan pengamatan lapangan antara lain sebagai berikut :

1. Pulau Kawaluso

Mineralisasi di Pulau Kawaluso secara megaskopik teramati pada singkapan batuan andesit piroksin, terjebak mineral hematit, pada batuan tidak terubah signifikan, mineral tersebut mengisi celah-celah joint ataupun bidang belah, dari hasil analisis kimia batuan (TH 023 R) menunjukkan kandungan 4,62 % Fe, 69 ppm Pb dan 0,58% TiO2 .

2. Pulau Lipang

Mineralisasi di Pulau Lipang secara megaskopik teramati pada singkapan batuan andesit piroksin dan terjebak mineral malahit berwarna hijau, pada batuan tidak terubah signifikan, mineral tersebut mengisi celah celah joint ataupun bidang belah dari hasil analisis kimia batuan (TH 028 F) menunjukan kandungan 1,188 % Cu, 84 ppm Pb dan 4,64% Fe

3. Pulau Sangihe Bagian Utara

Pantai utara-timur laut Pulau Sangihe besar yang relatif datar dan gelombang laut yang kuat serta adanya sebaran batuan produk gunung api yang luas mengakibatkan terendapkannya pasir besi pada pantai tersebut, daerah tersebut telah di dilakukan uji petik berupa 2 titik lokasi pemboran tangan di Desa Kalasuge dengan kedalaman 1,80 m dan lebar tegak lurus pantai 21 m dengan ketebalan bervariasi. Penyebaran pasir besi meluas dan menebal ke arah timur, sedangkan ke arah barat menyempit dan semakin tipis endapan pasir besinya. Hasil analisis menunjukkan kandungan dalam pasir besi sebesar 38,07 % Fe total dan 5,70 % TiO2.

Mineralisasi di Pulau Sangihe bagian utara secara megaskopik teramati pada singkapan batuan breksi gunungapi yang terubah argilik. Lokasi mineralisasi di sepanjang Sungai Maslihe, di cabang Sungai Sura dan Sungai Leiha secara megaskopik terlihat pirit halus dan tersebar dari

hasil analisis kimia batuan argilik (TH 117 R) menunjukkan kandungan 171 ppb Au

4. Pulau Beeng Laut

Mineralisasi di Pulau Beeng Laut secara megaskopik teramati pada singkapan batuan gunung api lava andesit-basal yang terubah argilik kuat, lokasi mineralisasi di pinggir pantai terutama di pantai sebelah timur, utara, serta sebagian pantai barat indikasi mineralisasi terjebaknya pirit halus tersebar kadang-kadang teramati adanya staining malahit dari hasil analisis kimia batuan (TH 110 R) menunjukan kandungan 109 ppm Cu, 12,5 ppm As (Foto 2; Foto 3).

Foto 2. Kenampakan sebagian Pulau Beeng Laut yang terlihat batuannya terubah dan termineralisasi pirit

Foto 3. Singkapan mineralisasi pirit halus tersebar membentuk urat-urat network veinlet sebagia urat diisi oleh malahit (TH 110) lokasi di Pulau Beeng

Laut

Geokimia Batuan

Penyelidikan geokimia batuan telah dilakukan pemercontoan sebanyak 32 lokasi conto (hasil seleksi), yang seluruhnya dianalisis kimia unsur-unsur Cu, Pb, Zn, Mn, Ag, Fe, Au, As, Sb, Mo dan Hg. Dari hasil analisis data diperoleh adanya pengelompokan nilai unsur-unsur yang tinggi diantaranya pada lokasi conto TH 110 R nilai unsur Cu 109 ppm, Pb 57

(6)

Makalah ventarisasi Mineral Logam di Kab. Kep. Sangihe-DIPA 2010 Untuk penyelidikan geokimia endapan

sungai aktif daerah Pulau Sangir Besar bagian utara dan Pulau Nusa Tabukan dimaksudkan untuk mendapatkan penyebaran anomali geokimia endapan sungai aktif dengan tujuan untuk mendapatkan daerah prospek yang baru maupun perluasan daerah mineralisasi yang telah diketemukan. Penyelidikan Geokimia endapan sungai aktif telah dilakukan pencontoan sebanyak 31 lokasi conto (hasil seleksi), juga dilakukan pengambilan conto sari dulang pada lokasi yang sama yang seluruhnya dianalisis kimia unsur-unsur Cu, Pb, Zn, Mn, Ag, Fe, Au, As, Sb, Mo dan Hg.

Dari analisis data terlihat bahwa hubungan harmonis yang kuat adalah antara unsur Pb-Zn, Zn-Ag, Ag-Fe, Zn-Au, sedangkan hubungan yang kurang kuat antara unsur Zn-Mn dan Zn-Ag.

Anomali Gabungan

Penggabungan dari hasil anomali geokimia unsur-unsur logam menghasilkan zona anomali gabungan beberapa unsur yang penyebarannya bisa dilihat pada (Gambar 9) dengan perincian sebagai berikut.

Anomali Gabungan Geokimia sedimen sungai aktif daerah Pulau Sangihe bagian utara dan sekitarnya, terdiri dari 4 kecamatan: Kecamatan Kendahe, Kecamatan Tahuna, Kecamatan Tabukan Utara dan Kecamatan Nusa Tabukan, Kabupaten Kepulauan Sangihe.

· Zona anomali gabungan Fe – Ag – Zn – Pb

· Zona anomali gabungan Ag – Cu – Fe - Mn.

· Zona anomali gabungan Fe-Ag-Zn

· Zona anomali gabungan Au-Hg

· Zona anomali gabungan Mn-Pb

· Zona anomali gabungan Sb-Hg

4.2. Hasil Pengumpulan Data Sekunder. Data Sekunder Mineral Logam

Pengumpulan data sekunder bahan galian logam di Kabupaten Kepulauan Sangihe diketahui sebarannya antara lain untuk pasir besi di Pulau Sangihe bagian utara dan untuk emas di Pulau Sangihe Besar bagian selatan dengan perincian sebagai berikut (Gambar 10 dan Tabel 1).

Komoditi emas tersebar di Binebase Bawone Kecamatan Tabukan Selatan dengan sumber daya tereka sebesar 4.500.000 ton dan kadar 1,37 gr/ton Au (sumber: Neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral Nasional Komoditi Mineral logam dan Mineral Non Logam, 2004, Proyek Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Galian Mineral Indonesia).

1. Di Daerah Toware Kecamatan Tabukan sumberdaya tereka sebesar 662,50 ton kadar 5 gr/ton Au dan 4 gr/ton Ag berdasarkan penelitian dalam rangka Evaluasi dan Cadangan Bahan Galian untuk Pertambangan Skala kecil, oleh Pusat Sumber Daya Geologi, 2007 3. Di Daerah Sungai Curing dengan sumberdaya tereka sebesar 33,30 ton kadar 0,15 gr/ton Au dan 3 gr/ton Ag berdasarkan penelitian dalam rangka Evaluasi dan Cadangan Bahan Galian untuk Pertambangan Skala kecil, oleh Pusat Sumber Daya Geologi, 2007 4. Di Daerah Kaluare hingga Kalassuge Kecamatan Tabukan Utara terdapat penyebaran pasir besi dengan sumberdaya terukur sebesar 335.125,05 ton konsentrat berdasarkan penelitian/eksplorasi rinci pasir besi yang dilakukan oleh PT. Enpeka Tabukan Feronusa, dalam rangka penyusunan studi kelayakan pada Pebruari 2008.

5. Di Daerah Blok Naha hingga Kaluare Kecamatan Tabukan Utara terdapat penyebaran pasir besi dengan sumber daya tereka sebesar 1.598.783,71ton dan sumber daya hipotetik 41.453.450,00 ton konsentrat berdasarkan penelitian/eksplorasi pasir besi yang dilakukan oleh PT. Enpeka Tabukan Feronusa 2008. 6. Di Daerah Blok Sensong hingga

Lesahe Kecamatan Tabukan Tengah dan Kecamatan Tabukan Selatan terdapat penyebaran pasir besi dengan sumber daya tereka sebesar 408.900 ton konsentrat berdasarkan penelitian/eksplorasi pasir besi yang dilakukan oleh PT. Enpeka Tabukan Feronusa 2008.

4.3. Pembahasan

Interpretasi Model Endapan

(7)

Makalah ventarisasi Mineral Logam di Kab. Kep. Sangihe-DIPA 2010 mineralisasi tersebut sebagai hasil proses

pengayaan dari mineralisasi utama yang terbentuk di posisi yang lain atau di bawahnya.

Mineralisasi pirit halus tersebar yang terjebak batuan gunung api terubah argilik di sepanjang Sungai Maslihe dan di cabang Sungai Sura dengan Sungai Layhe, diduga dikontrol oleh struktur berarah utara selatan dan timur barat atau sebagai Erossion window dari formasi yang lebih tua yang berada dibawahnya (Formasi Suhedaruman).

Di Pulau Beeng Laut mineralisasi pirit halus tersebar kadang-kadang teramati adanya staining malahit yang terjebak pada singkapan batuan gunung api lava andesit-basal yang terubah argilik kuat/argilik lanjut. Mineralisasi ini diduga dikontrol oleh struktur berarah timurlaut-baratdaya dan baratlaut-tenggara serta adanya batuan terubah argilik kuat dapat diinterpretasikan ada heat source yang menyebabkan terubahnya batuan tersebut. Hal tersebut diduga terjadi akibat adanya proses hidrotermal. Pada umumnya singkapan batuan terubah teramati adanya urat-urat tipis yang membetuk jaring- jaring/network dan stock work dan sedikit adanya single vein maka diduga mineralisasinya mempunyai tipe high sulphidation.

Endapan pasir besi terendapkan di pantai utara dan timur bagian utara Pulau Sangihe disebakan pantainya relatif datar dan gelombang laut yang kuat serta adanya sebaran batuan produk gunungapi yang luas memungkinkan terendapkannya pasir besi sedangkan pantai barat relatif curam sehingga tidak memungkinkan pasir besi terendapkan (Gambar 11).

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Secara umum geologi daerah penyelidikan didominasi oleh batuan gunung api, ubahan dan mineralisasi logam umumnya menempati pada batuan gunungapi yang diduga berumur Plio-Plistosen.

Mineralisasi hematit yang terdapat di Kawaluso maupun malahit di Pulau Lipang terjebak pada batuan andesit piroksen.

Mineralisasi yang berada di hilir Sungai Maslihe, berupa piritisasi halus dengan ubahan Argilik terjadi pada batuan gunung api (lava andesit-basal dan breksi gunungapi) diduga berumur Plio-Plistosen sebagai erossion window.

Mineralisasi di Pulau Beeng Laut secara megaskopik teramati piritisasi, staining malahit dan identifikasi PIMA diantaranya menunjukkan mineral alunit, adanya ubahan argilik lanjut menjadi petunjuk mineralisasi tipe high sulphidation. Ubahan/mineralisasi terjadi pada batuan lava andesit-basal (Batuan gunungapi Sahendaruman).

Geokimia endapan sungai aktif pada pulau Sangihe bagian utara menghasilkan 6 zona anomali gabungan unsur kimia Fe-Ag-Zn-Pb; Ag-Cu-Fe-Mn; Fe-Ag-Zn; Au-Hg; Mn-Pb; dan Sb-Hg.

Hasil inventarisasi data sekunder potensi bahan galian mineral logam di Kabupaten Kepulauan Sangihe sebanyak 8 titik lokasi.

5.2. Saran

1. Melakukan kegiatan inventarisasi seluruh bahan galian yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Sangihe untuk pembuatan database dan neraca sumber daya mineral .

2. Untuk memudahkan pembuatan neraca sumber daya mineral diperlukan data yang lengkap tentang produksi bahan galian.

3. Lokasi titik bahan galian perlu diukur menggunakan GPS untuk mendapatkan koordinat yang akurat, sehingga kesalahan dalam penentuan titik lokasi di lapangan dapat dihindari.

DAFTAR PUSTAKA

Darman, Herman (Shell) & Sidi, F.H., 2000, An Outline of The Geology of Indonesia, Ikatan

Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Hamilton, W.H., 1979. Tectonics of the

Indonesian region, U.S.

Geol.Surv., Prof.Pap.1078, 345 p Purwanto, C., dkk, 2004, Laporan

Identifikasi Potensi Energi dan Sumberdaya Mineral Pulau-Pulau Kecil Sangir Talaud,

Sulawesi Utara, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Bandung

Samodra, H., 1994, Peta Geologi Lembar

Sangihe dan Siau, Sulawesi

skala 1 : 250.000, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung

Sasongko, Y., dkk., 1995, Laporan

Pemetaan Geologi Gunungapi Awu Kabupaten sangir Talaud

Sulawesi Utara, Proyek

pengamatan/pengawasan dan Pemetaan Gunungapi, Direktorat Vulkanologi, Bandung

(8)

Makalah ventarisasi Mineral Logam di Kab. Kep. Sangihe-DIPA 2010

Sulawesi, Indonesia, Buletin Geologi,

Departemen Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung

---, 2008, Sangihe dalam Angka

Tahun 2008, Badan Pusat

Statistik Kabupaten Kepulauan Sangihe.

(9)

Makalah ventarisasi Mineral Logam di Kab. Kep. Sangihe-DIPA 2010

(10)

Makalah ventarisasi Mineral Logam di Kab. Kep. Sangihe-DIPA 2010

Gambar 3. Peta Lokasi Uji Petik di Kabupaten Times New Roman KepulaTimes

New Roman uan Sangihe

(11)

Makalah ventarisasi Mineral Logam di Kab. Kep. Sangihe-DIPA 2010

Gambar 5. Peta Geologi, Ubahan dan Mineralisasi Daerah Pulau Kawaluso dan Pulau Lipang Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara

(12)

Makalah ventarisasi Mineral Logam di Kab. Kep. Sangihe-DIPA 2010

Gambar 7. Peta Geologi, Ubahan dan Mineralisasi Daerah Pulau Sangihe Besar Bagian Utara dan Pulau Nusa Tabukan Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara

(13)

Makalah ventarisasi Mineral Logam di Kab. Kep. Sangihe-DIPA 2010

(14)

Makalah ventarisasi Mineral Logam di Kab. Kep. Sangihe-DIPA 2010

Gambar 10. Peta Sebaran Potensi Bahan Galian Mineral Logam di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Propinsi Sulawesi Utara

Tabel 1. Sebaran Potensi Bahan Galian Mineral Logam di Kabupaten

Kepulauan Sangihe, Propinsi Sulawesi Utara

BIJIH LOGAM BIJIH LOGAM BIJIH LOGAM BIJIH LOGAM

1 Emas Binebase- Bawone

Tabukan Selatan 125,647100 3,489300 Prospeksi 4.500.000,00 6.165 Volkanogenik, tipe urat mengandung barit dengan kadar 1,37 gr/ton Au

Neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral Nasional Komoditi Mineral logam dan Mineral Non Logam, 2004, Proyek Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Galian Mineral Indonesia

2 Emas Toware Tabukan Tengah 125,599000 4,420689 Emas Plaser, kadar

emas 2.4 gr am/ton, pada Over burden mengan dung butiran emas sangat halus

A.J.H DAVYS, 1989; Report on the Alluvial Bulk Testing of the Toware River Souyh Sangihe, P.T.MEARES SOPUTAN MINING

3 Emas Lapango 125,606556 3,401944 662,50 Dengan kadar 5 ppm

Au dan 4 ppm Ag

Pusat Sumber Daya Geologi, 2007, Lap. Evaluasi dan Cadangan Bahan Galian utk Pertambangan Skala kecil, di

4 Emas S. Curing 125,612889 3,409944 33,00 Dengan kadar 0.15

ppm Au dan 3 ppm Ag

Pusat Sumber Daya Geologi, 2007, Lap. Evaluasi dan Cadangan Bahan Galian utk Pertambangan Skala kecil, di Kab. Kep. Sangihe.

5 Emas Manganitu Manganitu Selatan

125,616667 3,416667 Eksplorasi 23,170000 Infor masi dari dinas Energi dan SDM Kab. Kep. Sangihe KP dibatalkan

PT. Kristalin Ekalestari, Lap. Eksp. Mineralisasi Emas KP. No.149 thn. 2006

6 Pasir besi Desa Kaluare Desa Kalassuge

Tabukan Utara 125,544100 3,675100 Eksplorasi Rinci 335.125,05 PT. Enpeka Tabukan Feronusa, Lap. Eksp. Pasir besi dalam r angka penyusunan studi kelayakan Pebruari 2008 7 Pasir besi Desa Naha

DesaKalurae

Tabukan Utara 125,538167 3,687833 Eksplorasi 41.453.450,00 1.598.783,71 Sumber daya hipotetik 41,453,450

8 Pasir besi Desa Sensong Desa Lesahe

Tabukan Tengah Tabukan Selatan

125,563333 3,630900 Eksplorasi 408.900,00 PT. Enpeka Tabukan

Feronusa, Pebruari 2007

SUMBER DATA

HIPOTETIK TEREKA TERTUNJUK TERUKUR KETERANGAN

TINGKAT PENYELIDIKAN

(15)

Makalah ventarisasi Mineral Logam di Kab. Kep. Sangihe-DIPA 2010

Gambar 11. Peta Geologi, Ubahan, Mineralisasi dan Anomali gabungan unsure-unsur geokimia endapan sungai aktif, Daerah Pulau Kawaluso, Pulau Lipang, Pulau Beeng darat, Pulau

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Inventarisasi Mineral Logam di Kabupaten Kepulauan Sangihe
Gambar 2. Peta Geologi Regional Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara
Gambar 3. Peta Lokasi Uji Petik di Kabupaten Times New Roman KepulaTimes New Roman uan Sangihe
Gambar 5. Peta Geologi, Ubahan dan Mineralisasi Daerah Pulau Kawaluso dan Pulau Lipang Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara
+5

Referensi

Dokumen terkait

Trenggalek, indikasi mineralisasi yang ditemukan adalah ubahan hidrotermal yang didominasi oleh argilik - argilik lanjut dengan beberapa lokasi propilitisasi dan silisifikasi,

Hasil kajian uji petik di Kabupaten Sukabumi menunjukkan adanya petunjuk mineralisasi emas tipe epitermal yaitu di daerah bagian timur Gn.Buleud (daerah Gn.Peti Desa Lebak

Kontrol litologi bertalian dengan keterdapatan temuan indikasi mineralisasi logam di ketiga daerah anomali, telah dilakukan pengamatan dari sejumlah lintasan dan conto-conto

Endapan aluvium adalah merupakan endapan termuda yang terdapat di daerah penyelidikan, terbentuk dari hasil rombakan batuan yang telah ada sebelumnya, dijumpai di pesisir selatan

Geologi daerah uji petik (Kecamatan Liang Fitu, Kecamatan Kilmuri dan Kecamatan Werinama), disusun oleh batuan-batuan relatip tua ke batuan relatip muda adala :

Hasil kajian uji petik di Kabupaten Sukabumi menunjukkan adanya petunjuk mineralisasi emas tipe epitermal yaitu di daerah bagian timur Gn.Buleud (daerah Gn.Peti Desa Lebak

Hasil penelusuran dilapangan menunjukkan di daerah Wermeti dijumpai adanya pirit yang umumnya biasa digunakan sebagai salah satu indikator mineralisasi, namun secara keseluruhan

Trenggalek, indikasi mineralisasi yang ditemukan adalah ubahan hidrotermal yang didominasi oleh argilik - argilik lanjut dengan beberapa lokasi propilitisasi dan silisifikasi,