PENYIMPULAN
Kegiatan manusia yang bertitik tolak dari
pengetahuan yang telah dimiliki bergerak
ke pengetahuan baru.
Pengetahuan yang telah dimiliki = titik
pangkal atau antecedens atau premis
(yang mendahului)
Pengetahuan baru = kesimpulan.
Penyimpulan dapat dibedakan menjadi 2:
1. Penyimpulan langsung titik pangkal satu putusan kemudian dibuat kesimpulannya dengan memakai subjek dan predikat yang sama.
Macam-macam penyimpulan langsung:
1. Ekuivalensi menyatakan hal yang sama dengan perumusan yang berlainan
Contoh:
Ada orang pintar yang kurus
Menjadi
Tak ada mahasiswa yang fakir (premis)
Disimpulkan menjadi:
2
. Pembalikan
Menyusun suatu putusan baru dengan mengganti posisi subjek menjadi predikat dan predikat menjadi subjek.
Aturan pembalikan:
a) Putusan A hanya boleh dibalik menjadi putusan I
Contoh: Semua ikan berenang
b). Putusan I dapat dibalik menjadi putusan I lagi. Contoh:
Sebagian ikan berharga mahal Kesimpulannya:
Sebagian yang berharga mahal adalah ikan
Sebagian orang desa bergelar sarjana Kesimpulannya:
c). Putusan E selalu boleh dibolak balik Contoh: Anjing bukan kucing
Menjadi kucing bukan anjing. Segitiga bukan lingkaran
Menjadi lingkaran bukan segitiga
d). Putusan O tidak dapat dibalik
Contoh: Sebagian manusia bukan dokter
3. OBVERSI (Negasi ganda)
Penyimpulan langsung dengan cara mengganti bentuk afirmasi menjadi negasi ganda untuk menegaskan pendapat atau menyatakan kekurangsetujuan
terhadap suatu pendapat. Contoh:
Kekuasaan kepala negara terbatas ditegaskan menjadi:
Ibu sayang kamu
Bukannya ibu tidak sayang kamu. 4. KONTRAPOSISI
Menukar posisi subjek menjadi predikat dan predikat menjadi subjek dan mengganti bentuknya menjadi komplemennya
A = B -- > – B = - A Semua siswa lulus ujian
5.
OPOSISI (Perlawanan)
Terdapat antara dua putusan, yang mempunyai
subjek dan predikat yang sama, tetapi berbeda dlm luas dan atau bentuknya (afirmatif/negatif).
Berpangkal dari putusan yang satu dapat diambil
Macam-macam perlawanan:
a). Menurut luas dan bentuknya, yaitu: Antara A – O
Antara E – I
Disebut perlawanan kontradiktoris apabila yang satu benar, yang lain pasti salah dan sebaliknya. Contoh:
Semua mahasiswa pandai benar
Atau kalau dibalik:
Semua mahasiswa pandai salah
Sebagian mahasiswa tidak pandai benar
b). Menurut bentuknya saja
1. A – E (kontraris = berlawanan)
1. Kontraris (berlawanan) A - E
• Kalau yang satu benar, yang lain tentu salah
• Kalau yang satu salah, yang lain dapat benar, dapat salah.
Jadi, ada kemungkinan ketiga: Yaitu dapat kedua-duanya salah. Contoh:
Semua siswa lulus ujian benar (B) Maka, pernyataan:
Semua siswa lulus ujian salah (S) Maka, pernyataan:
Semua siswa tidak lulus ujian dapat benar dapat juga salah (B/S)
2. Subkontraris (kurang berlawanan/perlawanan bawahan) I – O
Kalau yang satu salah, yang lainnya benar
Contoh:
Sebagian siswa lulus ujian salah (S) Maka,
Sebagian siswa tidak lulus ujian benar (B) Sebagian siswa lulus ujian benar (B)
Maka,
c. Menurut luasnya subalterna (bawahan)
Perlawanan antara dua putusan yang berbeda luasnya (antara universal dan partikular)
Antara A – I Antara E – O
Contoh: A – I
Semua siswa lulus ujian B Sebagian siswa lulus ujian B Semua siswa lulus ujian S
Sebagian siswa tidak lulus ujian B/S
Contoh: E – O
Semua siswa tidak lulus ujian B Sebagian siswa tidak lulus ujian B Semua siswa tidak lulus ujian S
Sebagian siswa tidak lulus ujian B/S
PENYIMPULAN TIDAK LANGSUNG Dua bentuk utama:
Induksi Deduksi
A. Induksi – suatu bentuk penalaran yang menyimpulkan suatu proposisi umum dari sejumlah proposisi khusus S ini adalah P
Kesimpulan induksi merupakan hasil generalisasi dari proposisi-proposisi khusus.
Generalisasi memerlukan kecermatan agar tidak terjadi generalisasi ceroboh atau generalisasi tergesa-gesa. Misal:
A mahasiswa PLB tidak lulus ujian dari dosen X B mahasiswa PLB tidak lulus ujian dari dosen X C mahasiswa PLB tidak lulus ujian dari dosen X
• Penalaran induktif tidak memberikan jaminan
kepastian bagi kebenaran kesimpulannya, meskipun premis-premisnya benar. Kesimpulan hanya bersifat probabilita (mungkin betul).
• Induksi adalah dasar metode ilmiah, terutama dalam eksperimen maupun kuasi-eksperimen.
Misalnya:
Mana yang lebih baik panen padi yang menggunakan pupuk kimia atau pupuk organik?
B. Deduksi:
Suatu penarikan kesimpulan yang hakikatnya sudah tercakup di dalam suatu proposisi atau lebih.
Kesimpulan yang muncul merupakan konsekuen dari hubungan yang terlihat di dalam
proposisi-proposisinya.
Deduksi sering digunakan dan hampir setiap putusan adalah deduksi.
Syllogisme
Proses logis yang terdiri dari tiga bagian: Dua bagian pertama premis
Bagian ketiga kesimpulan yaitu perumusan hubungan antar-premis lewat bantuan term penengah (M).
Syllogisme mempunyai dua bentuk asli: Syllogisme kategoris
Syllogisme hipotetis
Contoh Syllogisme kategoris:
Semua binatang harus makan premis mayor Sapi adalah binatang premis minor
Jadi, sapi harus makan kesimpulan
Bentuk-bentuk syllogisme kategoris: a. Bentuk I Sub-pre
M - - - - P S - - - - M
S P
Premis dan kesimpulan bersifat afirmatif. Contoh:
b. Bentuk II Bis-pre P - - - - M
S - - - - M S P
Term M menjadi predikat dalam premis2-nya. Salah satu premis harus negatif
Contoh:
Semua mahasiswa UNY harus mengisi KRS Jojon tidak mengisi KRS
c. Bentuk III Bis-sub M - - - - P
M - - - - S S P
Term M menjadi subjek di dalam premis mayor dan minor. Contoh:
Hukum-hukum syllogisme:
1. Term S, P dan M dalam satu pemikiran harus tetap sama artinya. Kata analogi dan ekuivokal tidak
boleh digunakan. Contoh salah: Yang bersinar di langit itu bulan
Bulan itu 30 hari
Jadi, 30 hari bersinar di langit
3. Term M harus sekurang-kurangnya satu kali universal Semua orang jujur adalah orang bermoral
Sebagian orang jujur adalah orang kaya
Sebagian orang kaya adalah orang bermoral
Setiap warga negara yang baik harus mempunyai rasa nasionalisme
4. Kesimpulan harus sesuai dengan premis yang paling lemah.
Jika premis2-nya ada yg universal dan partikular, maka kesimpulannya partikular
Jika premis2-nya ada yang afirmatif dan negatif, maka kesimpulannya negatif
Setiap mahasiswa S1 wajib menulis skripsi Arman bukan mahasiswa S1
Syllogisme hipotetis:
1. Syllogisme kondisional 2. Syllogisme disjungtif
Ad 1). Syllogisme kondisional
Contoh:
Jika Ani lulus ujian, maka ia akan bersedekah (Premis mayor)
Nah, ternyata Ani lulus ujian (Premis minor) Jadi, Ani bersedekah (Kesimpulan)
Jika Ani lulus ujian, maka ia akan bersedekah Nah, ternyata ia tidak bersedekah
Jika Ani lulus ujian, maka ia akan bersedekah Nah, ternyata Ani bersedekah
Belum tentu ia lulus ujian
Jika ani lulus ujian, maka ia akan bersedekah Nah,ternyata Ani tidak lulus ujian
Jadi, hanya ada dua bentuk syllogisme kondisional yang sah:
• Jika A, maka B Nah, A
Jadi B
2. Jika A, maka B Nah, tidak B Jadi, tidak A
Ad 2). Syllogisme disjungtif:
Syllogisme yang hanya mengandung dua kemungkinan, tdk kurang dan tidak lebih.
Hanya satu kemungkinan yang benar. Jika ada kemungkinan dua-duanya benar berarti syllogismenya tidak sah.
Contoh:
Ani kuliah atau ke supermarket Nah, Ani kuliah
Contoh salah:
Kesebelasan PSS menang atau kalah melawan PSIM Nah, PSS tidak kalah
Jadi, PSS menang ? (belum tentu, bisa saja seri) Bunga itu berwarna merah atau putih
Nah, ternyata bunga itu tidak putih