P U T U S A N
Perkara Nomor: 23/KPPU-L/2010
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia (selanjutnya disebut Komisi) yang memeriksa dugaan pelanggaran terhadap Pasal 19 Huruf (d) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999) terkait Persetujuan Perpanjangan Give Away Haji oleh PT Garuda Indonesia (Persero) kepada PT Gaya Bella Diantama dan PT Uskarindo Prima untuk Periode Tahun 2009/2010 dan Periode Tahun 2010/2011, yang dilakukan oleh: ---
1. Terlapor I: PT Garuda Indonesia (Persero), yang beralamat di Gedung Garuda
Indonesia Jalan Kebon Sirih No. 44 Jakarta 10110; --- 2. Terlapor II: PT Gaya Bella Diantama, yang beralamat di Jalan Ring Road Selatan,
Rukaman Tamantirto Kasihan, Bantul, Yogyakarta;--- 3. Terlapor III: PT Uskarindo Prima, yang beralamat di Jalan Prof. Dr. Latumenten No.
7R, Jakarta 11320; ---
telah mengambil Putusan sebagai berikut: ---
Majelis Komisi: --- Setelah membaca surat-surat dan dokumen-dokumen dalam perkara ini;--- Setelah membaca Laporan Hasil Pemeriksaan Pendahuluan; --- Setelah membaca Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan;--- Setelah membaca tanggapan/pembelaan para Terlapor; --- Setelah membaca Berita Acara Pemeriksaan (selanjutnya disebut “BAP”);---
TENTANG DUDUK PERKARA
1. Menimbang Komisi telah menerima laporan mengenai adanya dugaan pelanggaran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang berkaitan dengan Persetujuan Perpanjangan Give Away Haji oleh PT Garuda Indonesia (Persero) kepada PT Gaya Bella Diantama dan PT Uskarindo Prima untuk Periode Tahun 2009/2010 dan Periode Tahun 2010/2011;--- 2. Menimbang bahwa setelah Komisi melakukan penelitian dan klarifikasi, laporan
3. Menimbang bahwa atas laporan yang lengkap dan jelas tersebut, Rapat Koordinasi tanggal 17 Maret 2010 menindaklanjuti dan menetapkan laporan tersebut ke tahap Pemeriksaan Pendahuluan (vide bukti A2); --- 4. Menimbang bahwa selanjutnya, Komisi menerbitkan Penetapan KPPU Nomor:
66/KPPU/PEN/III/2010 tanggal 25 Maret 2010 untuk melakukan Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 23/KPPU-L/2010 terhitung sejak tanggal 25 Maret 2010 sampai dengan tanggal 06 Mei 2010 (vide bukti A2);--- 5. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Pemeriksaan Pendahuluan, Komisi menerbitkan
Keputusan Nomor: 134/KPPU/KEP/III/2010 tanggal 25 Maret 2010 tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai Tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 23/KPPU-L/2010 (vide bukti A3); --- 6. Menimbang bahwa untuk membantu Tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan Pendahuluan, Sekretariat Komisi menerbitkan Surat Tugas Nomor: 430/SJ/ST/III/2010 tanggal 25 Maret 2010 yang menugaskan staf Sekretariat Komisi membantu Tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 23/KPPU-L/2010 (vide bukti A4); --- 7. Menimbang bahwa setelah melakukan Pemeriksaan Pendahuluan, Tim Pemeriksa
menemukan adanya bukti awal yang cukup terhadap pelanggaran Pasal 19 huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 (vide bukti A23);--- 8. Menimbang bahwa berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pendahuluan, Tim Pemeriksa merekomendasikan kepada Rapat Komisi agar pemeriksaan dilanjutkan ke tahap Pemeriksaan Lanjutan (vide bukti A23); --- 9. Menimbang bahwa atas dasar rekomendasi Tim Pemeriksa tersebut, Komisi menyetujui
dan menerbitkan Penetapan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor: 95/KPPU/PEN/V/2010 tanggal 07 Mei 2010 tentang Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 23/KPPU-L/2010, terhitung sejak tanggal 07 Mei 2010 sampai dengan 02 Agustus 2010 (vide bukti A24); --- 10. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Pemeriksaan Lanjutan, Komisi menerbitkan
Keputusan Nomor: 174/KPPU/KEP/V/2010 tanggal 07 Mei 2010 tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai Tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 23/KPPU-L/2010 (vide bukti A25);--- 11. Menimbang bahwa untuk membantu Tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan Lanjutan,
12. Menimbang bahwa setelah melakukan Pemeriksaan Lanjutan, Tim Pemeriksa merekomendasikan kepada Rapat Komisi agar pemeriksaan dilanjutkan ke tahap Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan; --- 13. Menimbang atas dasar rekomendasi Tim Pemeriksa tersebut, Komisi menyetujui dan
menerbitkan Keputusan Nomor: 272.1/KPPU/Kep/VIII/2010 tanggal 03 Agustus 2010 tentang Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 23/KPPU-L/2010, terhitung sejak tanggal 03 Agustus 2010 sampai dengan 17 September 2010 (vide bukti A35); --- 14. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, Komisi
menerbitkan Keputusan Nomor: 272.2/KPPU/Kep/VIII/2010 tanggal 03 Agustus 2010 tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai Tim Pemeriksa dalam Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 23/KPPU-L/2010 (vide bukti A36);--- 15. Menimbang bahwa untuk membantu Tim Pemeriksa dalam Perpanjangan Pemeriksaan
Lanjutan, Sekretariat Komisi menerbitkan Surat Tugas Nomor: 1160.2/SJ/ST/VIII/2010 tanggal 03 Agustus 2010 yang menugaskan staf Sekretariat Komisi membantu Tim Pemeriksa dalam Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 23/KPPU-L/2010 (vide bukti A37);--- 16. Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Pendahuluan, Pemeriksaan Lanjutan, dan
Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, Tim Pemeriksa telah mendengar keterangan para Terlapor dan keterangan para Saksi (vide bukti B1 s/d B18); --- 17. Menimbang bahwa identitas serta keterangan para Terlapor dan para Saksi telah dicatat dalam BAP yang telah diakui kebenarannya dan ditandatangani oleh para Terlapor, para Saksi, dan Pemerintah (vide bukti B1 s/d B18); --- 18. Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Pendahuluan, Pemeriksaan Lanjutan, dan
Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, Tim Pemeriksa telah mendapatkan, meneliti dan menilai sejumlah surat dan atau dokumen, BAP serta bukti-bukti lain yang telah diperoleh selama pemeriksaan dan penyelidikan; --- 19. Menimbang bahwa setelah melakukan Pemeriksaan Lanjutan dan Perpanjangan
terhadap penerimaan Negara juga memiliki kewajiban yang terkait dengan kemanfaatan umum (public service
obligation), yaitu dengan melayani rute-rute penerbangan
sesuai kebutuhan masyarakat umum meskipun tidak selalu menguntungkan secara komersial (vide bukti B3, B18); ---- 19.1.1.2. Terlapor II, PT Gaya Bella Diantama, beralamat di Jalan Ring Road Selatan, Rukaman Tamantirto Kasihan, Bantul, Yogyakarta, adalah pelaku usaha berdasarkan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia berupa suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas Nomor 156 tanggal 21 Mei 1991 yang dibuat Notaris Teguh Hartanton S.H. serta dengan Akta Perubahan Terakhir Nomor 11 tanggal 20 Maret 1999 yang dibuat oleh Notaris Ny. Suparyatun, S.H., yang melakukan kegiatan usaha antara lain di bidang industri, perdagangan umum, kontraktor, bidang jasa dan pengangkutan (vide bukti B4, C9);--- 19.1.1.3. Terlapor III, PT. Uskarindo Prima, beralamat di Jalan
Prof. Dr. Latumenten No. 7R, Jakarta 11320, adalah pelaku usaha berdasarkan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia berupa suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas Nomor 16 tanggal 19 Oktober 1987 yang dibuat oleh Notaris Jacinta Susanti, S.H. yang melakukan kegiatan usaha antara lain di bidang perdagangan umum, perdagangan komisi dan keagenan, supplier atau leveransir, grosir, distributor, dan industri (vide bukti B5, C8);--- 19.1.2. Dugaan Pelanggaran Awal; --- 19.1.2.1. Adanya dugaan pelanggaran Pasal 19 Huruf (d)
---19.1.3. Latar Belakang Perkara ; --- 19.1.3.1. Majelis Komisi Perkara No. 09/KPPU-L/2008 pada
tanggal 24 September 2008 memutuskan Terlapor II dan Terlapor III terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak sehat dalam pelaksanaan Tender Give Away Haji Tahun 2007 (vide bukti L6):--- 19.1.3.2. Majelis Komisi perkara tersebut menghukum Terlapor II
untuk membayar denda sebesar Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan Terlapor III sebesar Rp 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah) (vide bukti L6);---- 19.1.3.3. Majelis Komisi hanya memberikan saran kepada Terlapor I untuk menerapkan secara konsisten ketentuan dalam RFP Pengadaan Give Away Haji pada periode berikutnya (vide bukti L6); --- 19.1.3.4. Selanjutnya, Terlapor II mengajukan keberatan ke
Pengadilan Negeri (PN) Bantul pada tanggal 4 Nopember 2008, dan Terlapor III mengajukan keberatan ke Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Barat tanggal 20 Oktober 2008 atas putusan Majelis Komisi perkara No. 09/KPPU-L/2008 tersebut (vide bukti L6);--- 19.1.3.5. Pengadilan Negeri Jakarta Barat mengabulkan permohonan keberatan Terlapor II dan Terlapor III, selanjutnya membebaskan Terlapor II dan Terlapor III dari sanksi denda melalui Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor: 002/Pdt.P/KPPU/2008/PN.JKT.BAR pada tanggal 23 Maret 2009 (vide bukti L6); --- 19.1.3.6. KPPU menyatakan keberatan atas Putusan PN Jakarta
19.1.4. Kronologis Proses Persetujuan Perpanjangan Give Away Haji Untuk Periode Tahun 2009/2010 dan Periode Tahun 2010/2011; --- 19.1.4.1. Surat undangan Terlapor I kepada Terlapor II dengan
Nomor: GARUDA/IBG-20008/09 tanggal 17 Februari 2009 perihal Klarifikasi dan Negosiasi yang akan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 18 Februari 2009 jam 14.00 WIB bertempat di Gedung Menara Cardig Lantai Mezanin Jalan Raya Halim Perdana Kusuma Jakarta (vide bukti B4, C5); --- 19.1.4.2. Surat undangan Terlapor I kepada Terlapor III dengan
Nomor: GARUDA/IBG-20007/09 tanggal 17 Februari 2009 perihal Klarifikasi dan Negosiasi yang akan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 18 Februari 2009 jam 14.00 WIB bertempat di Gedung Menara Cardig Lantai Mezanin Jalan Raya Halim Perdana Kusuma Jakarta (vide bukti B5, C4); --- 19.1.4.3. Berdasarkan Berita Acara Klarifikasi dan Negosiasi Harga Perpanjangan Perjanjian Pengadaan Give Away Haji Tahun 2009/2010 tertanggal 18 Februari 2009, disepakati beberapa hal sebagai berikut (vide bukti B3, B18, C5); --- a. Disepakati kontrak perjanjian diperpanjang untuk
kebutuhan Give Away Haji periode tahun 2009 dan periode tahun 2010 (perpanjangan kontrak 2 tahun). b. Spesifikasi:
(1) Spesifikasi Give Away Haji (Koper) sama dengan spesifikasi Give Away Haji tahun 2008 (sebelumnya), kecuali untuk warna akan disampaikan Terlapor I kepada Terlapor II dan Terlapor III paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sejak tanggal berita acara ini ditanda- tangani.
c. Jumlah estimasi kebutuhan Give Away Haji Tahun 2009 diperkirakan masih sama dengan jumlah kebutuhan Give Away Haji tahun 2008.
d. Apabila ada penambahan/pengurangan akan diberitahukan secara tertulis kepada Terlapor II dan Terlapor III.
e. Time Frame distribusi Give Away Haji 2009 ke Kanwil-Kanwil Departemen Agama paling lambat tanggal 20 September 2009.
19.1.4.4. Berdasarkan Berita Acara Persetujuan Perpanjangan Give Away Haji Untuk Periode Tahun 2009/2010 dan Periode Tahun 2010/2011 pada hari Selasa tanggal 24 Februari 2009, yang menjadi dasar pertimbangan pembahasan adalah (vide bukti B3, B18, C7-C13); --- a. Perjanjian Nomor: DS/PERJ/DC-3129/07 tanggal 19 Juli 2007 antara Terlapor I dengan Terlapor II perihal Perjanjian Pengadaan Give Away Haji Tahun 2007-2008 dan Tahun 2007-2008-2009 untuk Paket B dan C, berikut Amandemen Nomor: DS/PERJ/AMAND-I/DC-3129/07/08.
b. Perjanjian Nomor: DS/PERJ/DC-3130/07 tanggal 19 Juli 2007 antara Terlapor I dengan Terlapor III perihal Perjanjian Pengadaan Give Away Haji Tahun 2007-2008 dan Tahun 2008-2009 untuk Paket A, berikut Amandemen Nomor: DS/PERJ/AMAND-II/DC-3130/07/08.
c. Surat Terlapor II Nomor: 001/GBL-Give Away Haji/I/09 tanggal 8 Januari 2009 perihal Permohonan Perpanjangan Kontrak.
d. Surat Terlapor III Nomor : 363/UP/XII/2008 tanggal 24 Desember 2008.
f. Berita Acara Klarifikasi dan Negosiasi Harga Perpanjangan Perjanjian antara Terlapor I dengan Terlapor II tanggal 18-02-2009.
g. Berita Acara Klarifikasi dan Negosiasi Harga Perpanjangan Perjanjian antara Terlapor I dengan Terlapor III tanggal 18-02-2009.
19.1.4.5. Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, dengan memperhatikan hal-hal berikut (vide bukti B3, B18, C22-C25, C33);--- a. Sesuai dengan ketentuan perpanjangan/roll over dapat dilakukan maksimum sampai 3 (tiga) kali perpanjangan dengan pertimbangan antara lain kualitas barang yang baik, harga tetap atau lebih rendah dan kinerja supplier yang dinyatakan baik. b. Hasil assessment terhadap kinerja Terlapor II dan
Terlapor III dinyatakan cukup baik di atas standar yang ditetapkan Terlapor I.
c. Harga lebih rendah dari harga perjanjian lama ref Berita Acara Klarifikasi dan Negosiasi Harga Perpanjangan Perjanjian Give Away .
Terlapor II
Embarkasi Harga Lama/Set (Rp)
Harga Negosiasi (Rp)
Solo 135.000 134.350
Makasar 152.000 151.350
Balikpapan 152.000 151.350 Banjarmasin 152.000 151.350
Dengan asumsi jumlah jamaah sama seperti tahun lalu untuk setiap embarkasi (total 58.296 jamaah) maka terdapat selisih harga sebesar ± Rp 1.178 Milyar/Tahun. Terlapor III
Embarkasi Harga Lama/Set (Rp)
Harga Negosiasi (Rp)
Banda Aceh 144.500 143.850
Surabaya 139.750 139.100
Padang 144.500 143.850
Palembang 135.000 134.350
Dengan asumsi jumlah jamaah sama seperti tahun lalu untuk setiap embarkasi (total 51.551 jamaah) maka terdapat selisih harga sebesar ± Rp. 1.266 Milyar/Tahun. Sehingga dengan dilaksanakan perpanjangan perjanjian akan didapat selisih sebesar:
Total Anggaran 2009/2010
Realisasi (Perpanjangan)
Selisih
Rp. 35.590.428.00,- Rp. 30.701.364.400,- Rp. 4.889.063.600,-
19.1.4.6. Pada bulan April 2009, Terlapor I melakukan perpanjangan kontrak Give Away Haji untuk periode tahun 2009/2010 dan periode tahun 2010/2011 dengan Terlapor II dan Terlapor III; --- 19.1.5. Peraturan Pengadaan Yang Terkait; --- 19.1.5.1. Pengadaan barang dan jasa di lingkungan Terlapor I
dilaksanakan berdasarkan SK Nomor: JKTDZ/SKEP/50014/09 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan PT Garuda Indonesia (Persero) (vide bukti B3, B18, C1);--- 19.1.5.2. Penggunaan SK Nomor: JKTDZ/SKEP/50014/09 tidak
terlepas dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2008 tanggal 3 September 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara (vide bukti C21);--- 19.1.5.3. Terkait dengan supplier atau rekanan, pada Pasal 9 ayat 2 disebutkan Supplier yang terlibat dalam proses pengadaan
barang/jasa harus memenuhi persyaratan (vide bukti
C17):
a. Memiliki keahlian, pengalaman, dan kemampuan
teknis dan manajemen dalam bidang usahanya;
b. Memiliki sumber daya yang diperlukan dalam
pengadaan barang/jasa;
c. Perusahaan/Badan Usaha diutamakan yang
d. Perusahaan/Pengurus perusahaan tidak dalam
proses peradilan dan atau tidak sedang menjalani
sanksi baik pidana maupun perdata;
e. Tidak membuat pernyataan yang tidak benar tentang
kualifikasi, klasifikasi, dan sertifikasi yang
dimilikinya.
19.1.5.4. Khusus untuk perpanjangan kontrak, Terlapor I menggunakan pedoman yaitu Manual: Contract Renewal
Work Instruction (WI.PPM-5.2.1-vo). SK Direksi hanya
memuat garis besar pengadaan barang dan jasa di lingkungan Terlapor I, dan ketentuan-ketentuan rinci yang terkait dengan proses pengadaan barang/jasa, seperti halnya spesifikasi barang/jasa, pengelolaan persediaan, metode pengadaan, kontrak, pengelolaan supplier dan lain sebagainya diatur dalam Manual Pengadaan Barang/Jasa yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Keputusan ini (vide bukti C3);--- 19.1.5.5. Dalam manual Contract Renewal, Pasal 6 disebutkan when
there is a need to renew contracts, unless the Supplier is a
monopoly, some of the following conditions should be met
to be considered for roll over (vide bukti C3, C17);---
a. Alignmet with Garuda procurement strategy
b. Very good supplier perfomance
c. Quantity the same or higher (optional)
d. No change in availibility of alternate supplier
(optional).
e. Price the same or lower (optional)
khusus dengan sistem kuota (vide bukti B3, B10, B18, C14-C16, C19, C20); --- 19.1.6.2. Paket Give Away Haji merupakan permintaan dari
Departemen Agama yang biayanya dibebankan kepada komponen biaya tiket pesawat yang dibayarkan Departemen Agama kepada Terlapor I (vide bukti B3, B10, B18, C14-C16, C19, C20); --- 19.1.6.3. Dengan menggunakan Give Away Haji, pihak
Departemen Agama menginginkan adanya keseragaman tas jemaah haji Indonesia dan membantu Terlapor I dalam mengontrol bagasi jemaah haji Indonesia (vide bukti B3, B10, B18, C14-C16, C19, C20); --- 19.1.6.4. Terlapor I menginginkan agar pengadaan paket Give Away
Haji dikembalikan ke Departemen Agama, namun sampai saat ini permintaan tersebut belum terealisasi (vide bukti B3, B10, B18); --- 19.1.6.5. Bahwa Terlapor I adalah perusahaan penerbangan terbesar
yang digunakan oleh Departemen Agama Republik Indonesia untuk melayani jemaah haji dari Indonesia dengan sistem kuota (vide bukti B3, B10, B18); --- 19.1.7. Tentang Negosiasi Harga Penawaran; --- 19.1.7.1. Bahwa dalam proses negosiasi harga untuk perpanjangan
kontrak Give Away Haji ini, Terlapor I mengundang Terlapor II dan Terlapor III untuk memberikan harga penawaran. Terlapor I tidak membuka penawaran baru dalam perpanjangan kontrak Give Away Haji, dalam hal negosiasi harga Terlapor I melakukan penilaian sendiri dan mempertimbangkan faktor-faktor seperti inflasi dan HPS sebelumnya. Dalam negosiasi harga tersebut, Terlapor II dan Terlapor III akhirnya menurunkan harga sebesar Rp 650,-/set untuk setiap paket /daerah pengiriman (vide bukti B3-B5, B18, C6, C25); --- 19.1.7.2. Terlapor I tidak mempertimbangkan bahwa pada Putusan
melakukan persekongkolan horizontal dengan cara melaksanakan pertemuan untuk pengaturan harga penawaran. Sehingga dari Putusan KPPU Perkara No. 09/KPPU-L/2008 ini diketahui bahwa harga yang didapatkan oleh Terlapor I pada saat itu bukanlah harga yang kompetitif melainkan harga yang didapat dari hasil persekongkolan para pelaku usaha (vide bukti B3, B18); --- 19.1.7.3. Terlapor I juga tidak pernah menerima penawaran harga
dari pemasok atau perusahaan lain sebelum memperpanjang kontrak dengan Terlapor II dan Terlapor III (vide bukti B3, B18); --- 19.1.7.4. Berdasarkan keterangan dari PT Seruni Indah, harga bahan baku pasaran dunia untuk pembuatan paket Give Away Haji ini sudah turun dari medio tahun 2007-2009 seperti bahan polyster, kawat, zipper. Maka seharusnya pada saat negosiasi harga penawaran dilaksanakan, Terlapor I bisa mendapatkan harga yang lebih baik daripada harga yang ditawarkan pada tahun 2007 (vide bukti B14, L6); --- 19.1.7.5. Tetapi karena Terlapor I tidak melakukan survey harga
pasar dan juga tidak menerima penawaran harga dari pemasok lain maka Terlapor I tidak memiliki pembanding harga mana yang lebih murah sehingga hal ini menyebabkan negara cq. Jamaah haji yang menggunakan paket Give Away Haji ini mengalami kerugian karena tidak mendapatkan barang dengan harga yang kompetitif (vide bukti B3, B14, B18, C6, C25, L6); --- 19.1.8. Tentang Pengalihan Pekerjaan Pembuatan Paket Give Away Haji kepada pihak ke-3;--- 19.1.8.1. Terlapor I dalam melaksanakan perpanjangan kontrak ini
berpedoman pada Contract Renewal Work Instruction dimana kemampuan keuangan perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk mengerjakan pekerjaan sendiri haruslah dijadikan penilaian (vide bukti B3, B18, C3, C17);--- 19.1.8.2. Berdasarkan data yang dimiliki oleh Tim Pemeriksa,
difungsikan sebagai pabrik oleh Terlapor II yang berlokasi di Kel. Tamantirto, Kec. Kasihan Bantul Yogyakarta telah dilelang oleh PT Bank BNI (Persero) Tbk (via SKH Suara Merdeka, tanggal 1 Desember 2009), sehingga dengan demikian sebenarnya Terlapor II sudah tidak memiliki pabrik dan keuangan yang memadai untuk melaksanakan pekerjaan (vide bukti B14, L6); --- 19.1.8.3. Berdasarkan keterangan dari PT YKK Indonesia, Tim
Pemeriksa mendapatkan informasi bahwa baik Terlapor II dan Terlapor III sudah tidak melakukan pemesanan lagi untuk pengadaan risluiting paket Give Away Haji ini kepada perusahaan sejak tahun 2008. PT YKK Indonesia juga menanyakan kepada Terlapor II perihal tidak adanya pemesanan kembali untuk tahun berikutnya, dan Terlapor II hanya memberikan jawaban bahwa Terlapor I tidak mempersyaratkan risluiting dari PT YKK lagi untuk paket Give Away Haji ini dan bisa menggunakan risluiting dengan merek yang setara (vide bukti B13, C27-31); ---
19.1.8.4. Bahwa dalam ketentuan SK Nomor:
JKTDZ/SKEP/50014/09 memang tidak diatur secara khusus penggunaan local content pada pengadaan Give Away Haji ini. Tetapi pada Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2008 tanggal 3 September 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara pada pasal 2 ayat 2 diatur ”pengguna barang dan jasa harus mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri...” dan pada ayat 3 diatur “dalam rangka mendorong pertumbuhan industri dalam negeri, pengguna barang dan jasa dapat memberikan preferensi penggunaan produksi dalam negeri dengan tetap mengindahkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku” (vide bukti C1, C21); --- 19.1.8.5. Tindakan Terlapor II dan Terlapor III yang tidak
mengindikasikan kedua perusahaan ini telah mengalihkan pekerjaan paket Give Away Haji kepada pihak ke-3 baik untuk mengerjakan sebagian barang ataupun keseluruhannya. Hal ini juga diperkuat dengan adanya fakta bahwa pabrik milik Terlapor II sudah dilelang oleh PT Bank BNI (Persero) Tbk, sehingga Terlapor II notabene tidak memiliki kemampuan keuangan yang cukup dan tempat usaha/pabrik guna melakukan pengerjaan paket Give Away Haji ini (vide bukti B13, C27-31, L6); --- 19.1.8.6. Bahwa dikarenakan dalam aturan yang dimiliki oleh
Terlapor I yaitu: Contract Renewal Work Instruction tidak dijelaskan secara rinci adanya klausul mengenai penggunaan local content dan larangan untuk mengalihkan pekerjaan kepada pihak ketiga, telah membuka kesempatan bagi Terlapor II dan III dapat mengalihkan pekerjaan tersebut baik sebagian ataupun seluruhnya kepada pihak ke-3 (vide bukti C3, C8, C9, C17);--- 19.2. Fakta Lain ---
19.2.1. Terlapor I pernah dipanggil sebagai Saksi dalam penanganan perkara KPPU Nomor 09/KPPU-L/2008, tetapi menurut Terlapor I pihaknya tidak mengikuti proses hukum yang terkait dengan perkara tersebut (vide bukti B3, B18);--- 19.2.2. Dalam perpanjangan kontrak Give Away Haji, Terlapor I melakukan
assesment/penilaian dari aspek produk dan pengiriman, dan tidak
mempertimbangkan hasil putusan KPPU dan putusan kasasi MA serta Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan PT Garuda Indonesia (Persero) (vide bukti B3, B18, C1, C3, C17, C24, L6); --- 19.2.3. Menurut Terlapor I, pihaknya tidak akan memperpanjang kontrak Give Away Haji dengan Terlapor II dan Terlapor III apabila mengetahui hasil putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dan MA (vide bukti B3, B18); --- 19.2.4. Perpanjangan kontrak Give Away Haji merupakan inisiatif dari
19.2.5. Bahwa Terlapor II dan Terlapor III pernah menyampaikan kepada Terlapor I (salah satunya kepada Narko Krisbudianto), terkait dikabulkannya permohonan keberatan mereka atas putusan bersalah KPPU oleh PN Jakarta Barat (vide bukti B4, B5); --- 19.2.6. Bahwa Terlapor I tidak mempertimbangkan bunyi Pasal 9 ayat 2 huruf d SK Nomor: JKTDZ/SKEP/50014/09, yang isinya menyatakan
perusahaan yang bisa menjadi rekanan/supplier adalah
Perusahaan/Pengurus perusahaan tidak dalam proses peradilan dan
atau tidak sedang menjalani sanksi baik pidana maupun perdata,
dalam perpanjangan kontrak Give Away Haji dengan Terlapor II dan Terlapor III (vide bukti C1); --- 19.2.7. Bahwa pada saat proses perpanjangan kontrak ini dilaksanakan, baik
Terlapor II dan Terlapor III tidak beritikad menyampaikan kepada Terlapor I tentang proses hukum yang sedang dijalani oleh kedua perusahaan di MA terkait Putusan KPPU Nomor 09/KPPU-L/2008; --- 19.2.8. Bahwa Terlapor I tidak melakukan proses due diligence secara menyeluruh terutama pada aspek hukum dan kemampuan keuangan perusahaan dari Terlapor II dan Terlapor III yang berakibat pada dirugikannya negara karena telah mendapatkan barang yaitu paket Give Away Haji dengan harga yang tidak kompetitif; --- 19.3. Analisis; --- Berdasarkan fakta-fakta yang didapat selama Pemeriksaan Lanjutan dan Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, Tim Pemeriksa menilai sebagai berikut: ---
19.3.1. Tentang Perpanjangan Kontrak; --- 19.3.1.1. Bahwa landasan hukum Terlapor I pengadaan Give Away
Haji dan perpanjangan kontrak adalah SK Nomor JKTDZ/SKEP/50014/09 dan Manual:Contract Renewal
Work Instruction; ---
Terlapor III menunjukkan hasil yang baik dimana penilaiannya mencakup kualitas, harga, waktu, service dan inovatif dari para supplier. Proses ini tidak mencakup survey menyeluruh terhadap Terlapor II dan Terlapor III yakni apakah kedua perusahaan sedang menghadapi proses hukum di peradilan atau tidak dan perhitungan kemampuan keuangan perusahaan bersangkutan untuk menjadi rekanan Terlapor I; --- 19.3.1.4. Bahwa berdasarkan bunyi Pasal 9 ayat 2 huruf d SK
Nomor: JKTDZ/SKEP/50014/09, rekanan/supplier yang dalam proses hukum dan atau sedang menjalani sanksi pidana maupun perdata tidak boleh terlibat dalam proses pengadaan barang/jasa, Terlapor I sepatutnya mempertimbangkan hal tersebut dan mengklarifikasi dalam proses negosiasi perpanjangan kontrak padahal Terlapor I pernah di panggil sebagai Saksi perkara KPPU Nomor 09/KPPU-L/2008. Bahkan Terlapor II dan Terlapor III telah menyampaikan hasil putusan PN Jakarta Barat kepada Telapor I, serta Terlapor II dan Terlapor III mengetahui bahwa KPPU mengajukan keberatan Kasasi kepada MA sebelum kontrak baru;--- 19.3.1.5. Bahwa Terlapor I memperpanjang kontrak dengan
Terlapor II dan Terlapor III pada bulan April 2009, padahal putusan Kasasi MA belum keluar, dan baru diputus MA pada tanggal 24 September 2009, sehingga pada saat perpanjangan kontrak dilakukan Terlapor II dan Terlapor III sedang dalam proses hukum;--- 19.3.1.6. Bahwa dalam melakukan negosiasi harga, Terlapor I
19.3.1.7. Bahwa berdasarkan penjelasan dari pelaku usaha lain, diketahui selama kurun waktu tahun 2007 hingga tahun 2009 terjadi penurunan harga bahan baku untuk pembuatan Give Away Haji ini seperti harga baja; --- 19.3.1.8. Bahwa berdasarkan penjelasan dari pelaku usaha lain,
biaya produksi satu set Give Away Haji yang terdiri dari Tas Koper, Tas Jinjing, dan Tas Pasport adalah sebesar Rp. 119.889,00 per set dan harga ini sudah termasuk biaya kirim;--- 19.3.1.9. Bahwa berdasarkan penjelasan dari pelaku usaha lain,
penurunan harga 1 (satu) set Give Away Haji yang terdiri dari Tas Koper, Tas Jinjing, dan Tas Paspor bisa mencapai Rp. 5.000,00 per set. Ini sangat jauh dibandingkan penurunan harga yang disepakati pada perpanjangan yaitu Rp. 650,00; --- 19.3.1.10. Bahwa harga yang disepakati antara Terlapor I dengan Terlapor II dan Terlapor III belum termasuk dalam kategori harga yang menguntungkan karena dengan keuntungan sebesar 10% dari harga yang ditawarkan pelaku usaha lain, maka Terlapor I masih bisa membeli paket Give Away Haji sebesar Rp. 131.877,90,-; --- 19.3.1.11. Bahwa Terlapor I dapat memperoleh harga satu set Give Away Haji sebesar Rp. 131.877,90 apabila proses yang digunakan dalam menentukan rekanan adalah proses tender;--- 19.3.1.12. Bahwa apabila dengan asumsi harga Give Away Haji untuk semua embarkasi sebesar Rp. 131.877,90,- dan dengan asumsi jumlah jamaah sama seperti tahun lalu untuk setiap embarkasi total sebanyak 109.847 jamaah, maka terdapat penghematan harga sebesar Rp. 864.290.519,-/tahun apabila proses yang digunakan dalam menentukan rekanan oleh Terlapor I menggunakan proses tender;--- 19.3.1.13. Bahwa terdapat pelaku usaha lain (terdaftar sebagai
Away Haji kepada Terlapor I sebelum tahun 2008, sehingga terdapat pelaku usaha lain yang memenuhi standar kualitas untuk produk barang dalam paket Give Away Haji; --- 19.3.1.14. Bahwa dengan demikian proses penunjukan langsung oleh Terlapor I tidaklah sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam SK Nomor: JKTDZ/SKEP/50014/09;--- 19.3.2. Tentang Putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2008; --- 19.3.2.1. Bahwa berdasarkan Putusan PN Jakarta Barat, Terlapor II dan Terlapor III dinyatakan tidak bersalah atas Putusan KPPU Nomor : 09/KPPU-L/2008 pada tanggal 23 Maret 2009, dan pihak KPPU menyatakan keberatan Kasasi kepada MA; --- 19.3.2.2. Bahwa setelah keluarnya putusan tersebut, Terlapor II dan Terlapor III menyampaikan hasilnya kepada Terlapor I, dan pada bulan April 2009 Terlapor I melakukan perpanjangan kontrak (Amandemen) dari kontrak sebelumnya untuk pengadaan Give Away Haji untuk periode 2009/2010 dan 2010/2011; --- 19.3.2.3. Bahwa setelah perpanjangan kontrak dilakukan oleh Terlapor I dengan Terlapor II dan Terlapor III, pada tanggal 28 September 2009 Mahkamah Agung mengabulkan permohonan kasasi KPPU dalam perkara Keberatan terhadap Putusan PN Jakarta Barat yang telah membatalkan Putusan KPPU dimana menyatakan Terlapor II dan Terlapor III tidak bersalah dalam Perkara KPPU Nomor : 09/KPPU-L/2008; --- 19.3.2.4. Bahwa Terlapor I seharusnya mengetahui dan
serta selayaknya membuka proses tender agar diperoleh penawaran dari pelaku usaha lain yang memiliki kompetensi yang sama dengan Terlapor II dan Terlapor III; 19.3.3. Tentang Dugaan Pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999;--- Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 19 huruf (d) UU No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (“UU No.5/1999”), yakni sebagai berikut:
“Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik
sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat berupa:
d. Melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha
tertentu”.
Beberapa unsur dalam Pasal 19 huruf (d) UU No.5 Tahun 1999 dapat diuraikan sebagai berikut
19.3.3.1. Pasar Bersangkutan; --- a. Bahwa yang dimaksud pasar bersangkutan
berdasarkan Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah pasar yang berkaitan
dengan jangkauan atau daerah pemasaran tertentu
oleh pelaku usaha atas barang dan atau jasa yang
sama atau sejenis atau substitusi dari barang dan
atau jasa tersebut;---
b. Pasar bersangkutan dalam putusan ini adalah pengadaan Give Away Haji untuk periode 2009/2010 dan 2010/2011 oleh Terlapor I;---
19.3.3.2. Unsur Pelaku Usaha ; --- a. Bahwa yang dimaksud pelaku usaha berdasarkan
bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi;--- b. Bahwa pelaku usaha yang dimaksud dalam laporan
ini adalah Terlapor I. sebagaimana dalam akta pendirian perusahaan tersebut;--- c. Bahwa dengan demikian maka unsur pelaku usaha
terpenuhi;--- 19.3.3.3. Unsur Melakukan Praktek Diskriminasi Terhadap
Pelaku Usaha Tertentu;--- a. Bahwa yang dimaksud dengan praktek diskriminasi
adalah tindakan, sikap dan perlakuan yang berbeda terhadap pelaku usaha tertentu untuk mendapatkan kesempatan yang sama dengan pelaku usaha lain pada pasar bersangkutan yang sama;--- b. Bahwa Terlapor I adalah perusahaan penerbangan
terbesar yang digunakan oleh Departemen Agama Republik Indonesia untuk melayani jemaah haji dari Indonesia;--- c. Bahwa Terlapor I memperpanjang kontrak Terlapor
II dan Terlapor III sebagai perusahaan rekanan pemasok Give Away Haji dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut:
(1) Terlapor II dan Terlapor III adalah perusahaan pemasok Give Away Haji pada tahun sebelumnya;--- (2) Terlapor II dan Terlapor III adalah perusahaan
yang terdaftar sebagai rekanan Terlapor I;--- (3) Terlapor II dan Terlapor III bersedia
menyediakan Give Away Haji dengan harga yang lebih murah dari tahun sebelumnya;--- d. Bahwa Terlapor I dalam melaksanakan pengadaan
Cara Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan PT Garuda Indonesia (Persero);--- e. Bahwa persyaratan untuk menjadi rekanan atau
supplier di Terlapor I harus memenuhi persyaratan sebagaimana diatur pada Pasal 9, tetapi pada saat perpanjangan kontrak Give Away Haji, Terlapor II dan Terlapor III sedang dalam proses hukum/peradilan terkait dengan perkara KPPU Nomor 09/KPPU-L/2008, namun Terlapor I tetap melakukan perpanjangan kontrak dengan Terlapor II dan Terlapor III tanpa melakukan klarifikasi ataupun pengecekan ke pengadilan atas proses hukum yang dijalani oleh Terlapor II dan Terlapor III;--- f. Bahwa atas negosiasi penurunan harga yang
dilaksanakan antara Terlapor I dengan Terlapor II dan Terlapor III sebesar Rp. 650,-/set belum merupakan harga yang efisien, karena Terlapor I belum melaksanakan survey pasar dan tidak menerima pertimbangan harga dari pelaku usaha lain yang kompeten untuk menyediakan paket;--- g. Bahwa dalam PM tercantum klausul tidak boleh
mengalihkan pekerjaan kepada pihak lain, dan diduga Terlapor II mengalihkan ke pihak lain dalam proses pengerjaan paket ini karena didapatkan informasi pabrik dan aset perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan telah dilelang oleh BNI sehingga perusahaan yang bersangkutan tidak kompeten untuk pengerjaannya;--- h. Bahwa atas hal ini, Terlapor I mengaku tidak tahu
Terlapor I tidak melakukan survey secara periodik kepada suppliernya;--- i. Bahwa Terlapor I memiliki kesempatan untuk
mendapatkan harga Give Away Haji yang lebih kompetitif yaitu sebesar Rp. 131.877,90,- apabila tidak melakukan perpanjangan kontrak dengan Terlapor II dan Terlapor III;--- j. Bahwa dengan perpanjangan kontrak yang tidak
memenuhi ketentuan internalnya, Terlapor I diduga telah menutup kesempatan kepada pelaku usaha tertentu yang menjadi pesaing Terlapor II dan Terlapor III seperti PT Seruni Indah, PT Graha Cendana Abadi Mitra, PT Huda Rachma Grupindo, PT Damai Columbus International, CV Penta, PT Patria Nusantara Perkasa, dan Koperasi Karyawan SBU Garuda Cargo (KOKARGO) untuk menjadi supplier Paket Give Away Haji tahun 2009/2010 dan 2010/2011;--- k. Bahwa tindakan Terlapor I sebagaimana diuraikan
diatas dapat diduga sebagai tindakan diskriminasi karena Terlapor I telah mengistimewakan Terlapor II dan Terlapor III serta tidak memberikan kesempatan kepada perusahaan lain untuk mendapatkan pekerjaan pengadaan Give Away Haji untuk periode 2009/2010 dan 2010/2011 dari Terlapor I;--- l. Bahwa dengan demikian unsur praktek diskriminasi
terpenuhi;--- 19.3.3.4. Unsur Persaingan Usaha tidak sehat;--- a. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 6
b. Bahwa tindakan Terlapor I memperpanjang kontrak dengan Terlapor II dan Terlapor III diduga melanggar ketentuan SK Nomor: JKTDZ/SKEP/50014/09;---
c. Bahwa tindakan Terlapor I yang memperpanjang kontrak Terlapor II dan Terlapor III sebagai pelaksana pengadaan Give Away Haji untuk periode 2009/2010 dan 2010/2011 diduga sebagai tindakan menghambat persaingan karena menutup kesempatan perusahaan lain untuk ikut melaksanakan pengadaan Give Away Haji untuk periode 2009/2010 dan 2010/2011;--- d. Bahwa dengan demikian, tindakan perpanjangan
kontrak yang dilakukan oleh Terlapor I dengan Terlapor II dan Terlapor III merupakan tindakan persaingan usaha tidak sehat sehingga unsur persaingan usaha tidak sehat terpenuhi;--- 20. Menimbang bahwa Tim Pemeriksa Lanjutan telah menyampaikan Laporan Hasil
Pemeriksaan Lanjutan kepada Komisi untuk dilaksanakan Sidang Majelis Komisi; --- 21. Menimbang bahwa selanjutnya, Komisi menerbitkan Penetapan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha Nomor: 156/KPPU/Pen/IX/2010 tanggal 16 September 2010, untuk melaksanakan Sidang Majelis Komisi terhitung sejak tanggal 17 September 2010 sampai dengan 28 Oktober 2010 (vide bukti A53); --- 22. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Sidang Majelis Komisi, Komisi menerbitkan
Keputusan Nomor: 334/KPPU/Kep/IX/2010 tanggal 16 September 2010 tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai Majelis Komisi dalam Sidang Majelis Komisi Perkara Nomor 23/KPPU-L/2010 (vide bukti A54);--- 23. Menimbang bahwa untuk membantu Majelis Komisi dalam Sidang Majelis Komisi,
maka Sekretariat Komisi menerbitkan Surat Tugas Nomor: 1398/SJ/ST/IX/2010, Surat Tugas Nomor: 1399/SJ/ST/IX/2010, dan Surat Tugas Nomor: 1400/SJ/ST/IX/2010 tanggal 16 September 2010 (vide bukti A55, A56, A57); --- 24. Menimbang bahwa Majelis Komisi telah menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan
25. Menimbang bahwa dalam Sidang Majelis Komisi pada tanggal 18 Oktober 2010, Terlapor I: PT. Garuda Indonesia (Persero) menyampaikan pembelaannya yang pada pokoknya berbunyi sebagai berikut (vide bukti C40): --- 25.1. Bahwa Terlapor I sudah memperlihatkan itikad baiknya untuk melakukan
perubahan perilaku dalam perkara aquo sesuai dengan aturan Pasal 37 Perkom 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penanganan Perkara. Upaya untuk melakukan perubahan perilaku ini sudah Terlapor I sampaikan melalui surat No. GARUDA/JKTDI-20055/10 tanggal 3 Mei 2010, sedangkan surat No. GARUDA/JKTDI-20055/10 tanggal 3 Mei 2010 dikirimkan pada saat pemeriksaan pendahuluan masih berlangsung. Maka dengan adanya penyampaian surat tersebut maka Terlapor I sudah beritikad untuk melakukan perubahan perilaku dan seharusnya Pemeriksaan Lanjutan tidak perlu dilakukan; 25.2. Bahwa persetujuan perpanjangan Give Away Haji oleh Terlapor I kepada PT
Gaya Bella Diantama dan PT Uskarindo Prima untuk periode Tahun 2009/2010 dan 2010/2011 yang menjadi obyek perkara aquo adalah pengadaan barang/jasa yang berkaitan dengan kepentingan umum. Pengadaan Give Away Haji ini adalah untuk melaksanakan tugas yang telah dibebankan oleh Departemen Agama RI kepada Terlapor I sebagaimana tertera di dalam Surat No.GARUDA/DZ-2174/06 tanggal 20 Juni 2006. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa pengadaan Give Away Haji ini adalah pengadaan yang berkaitan dengan kepentingan umum, yaitu jamaah haji Indonesia; --- 25.3. Bahwa Pengadaan Give Away Haji oleh Terlapor I juga merupakan salah satu pelaksanaan dari ketentuan Pasal 66 ayat (1) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 yang menyatakan: “Pemerintah dapat memberikan penugasan khusus
kepada BUMN untuk menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum dengan
tetap memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan BUMN” ; ---
25.4. Bahwa dalam perkara aquo, tujuan menjaga kepentingan umum bisa terganggu apabila Tim Pemeriksa KPPU bersikeras untuk membatalkan Persetujuan Perpanjangan Give Away Haji oleh Terlapor I kepada PT Gaya Bella Diantama dan PT Uskarindo Prima untuk periode tahun 2009/2010 dan 2010/2011 mengingat yang menjadi objek perkara perkara aquo adalah pengadaan barang/jasa yang berkaitan dengan kepentingan umum;--- 25.5. Bahwa mengingat tindakan Terlapor I dalam perkara aquo pada dasarnya
Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 34 tahun 2009 dan Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, maka jelas dengan berdasarkan Pasal 50 huruf (a) Undang-undang No. 5 Tahun 1999, maka tindakan Terlapor I dikecualikan dari ketentuan Undang-undang tersebut dan sudah semestinya Terlapor I dibebaskan dari tuduhan Pasal 19 huruf (d) Undang-undang tersebut;--- 25.6. Bahwa terkait dengan pemenuhan unsur Pasal 19 huruf (d) mengenai tindakan
diskriminasi yang dilakukan oleh Terlapor I tidak pernah terbukti karena semenjak pemeriksaan hingga proses pemeriksaan dokumen (inzage) pada tanggal 8 Oktober 2010, Tim Pemeriksa KPPU sama sekali tidak pernah memberitahukan dan menyatakan siapa pelaku usaha tertentu yang menerima perlakuan diskriminasi dari Terlapor I; --- 25.7. Bahwa ketidakjelasan siapa pelaku usaha tertentu yang menerima perlakuan
diskriminasi dari Terlapor I mengakibatkan dugaan pelanggaran yang dituduhkan kepada Terlapor I menjadi tidak jelas dan kabur sehingga seharusnya Terlapor I haruslah dibebaskan dari segala tuduhan dalam perkara
aquo;---
maupun tertulis dari pihak manapun berkaitan dengan harga sebesar Rp. 131.877,90 tersebut; --- 25.10. Bahwa penggunaan local content sebagaimana disampaikan pada LHPL Huruf F halaman 9-10 dalam perkara aquo adalah tidak relevan dengan tuduhan. Tidak relevan karena objek pengadaan dalam perkara aquo adalah Tas Haji (Give Away), sehingga apabila bahan baku tas (seperti polyester, kawat dan zipper, dll) tersebut dibeli oleh pihak Terlapor II dan/atau Terlapor III selaku vendor dari pihak ke-3, maka hal itu tidak dapat ditafsirkan sebagai pengalihan kepada pihak ke-3. Karena di dalam kontrak pengadaan antara Terlapor I dengan Vendor (Terlapor II dan Terlapor III) juga telah diatur mengenai pengalihan pekerjaan kepada pihak ke-3 serta batasan-batasannya. Terlebih lagi Tim Pemeriksa KPPU menggunakan dasar Peraturan Menteri Negara (Permen) BUMN No. PER-05/MBU/2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa BUMN di dalam melakukan analisanya yang terkait dengan sinergi BUMN, untuk mempersalahkan Terlapor I terkait dengan persoalan local content, adalah tidak tepat, karena perpanjangan yang dilakukan oleh Terlapor I bukanlah cakupan dari Permen tersebut; --- 25.11. Bahwa berkaitan dengan isi LHPL Angka 3 Huruf H yang menyatakan bahwa pabrik dan aset milik Terlapor II telah disita dan dilelang, Terlapor I menyatakan sudah melakukan due diligence atau kunjungan ke lokasi pabrik Terlapor II dan II, dan dari hasil due diligence tersebut Terlapor I melihat bahwa pabrik-pabrik tersebut masih beroperasi. Hal ini juga pernah disampaikan oleh Terlapor I secara langsung kepada Tim Pemeriksa KPPU maupun secara tertulis melalui surat Terlapor I No. GARUDA/JKTDI-20080/10 tanggal 17 September 2010;--- 25.12. Bahwa atas penjelasan diatas maka Terlapor I berharap Tim Pemeriksa KPPU
dapat memberikan putusan yang seadil-adilnya dan membebaskan Terlapor I dari segala tuduhan dalam perkara aquo;--- 26. Menimbang bahwa dalam Sidang Majelis Komisi pada tanggal 18 Oktober 2010,
Terlapor II: PT. Gaya Bella Diantama menyampaikan pembelaannya yang pada pokoknya berbunyi sebagai berikut (vide bukti C41): --- 26.1. Bahwa adanya Surat dari PT Gaya Bella Diantama No. 01/GBL-GIVE AWAY
umumnya serta tidak ada unsur pemaksaan kehendak, intimidasi, ataupun janji gratifikasi, dan lain sebagainya ;--- 26.2. Bahwa Terlapor II tidak dalam posisi menentukan atau hanya pada posisi pasif karena sifat surat No. 01/GBL-GIVE AWAY HAJI/I/2009 tanggal 8 Januari 2009 hanya berisi penawaran biasa, dengan konsekuensi bisa dikabulkan atau tidak dikabulkan oleh PT Garuda Indonesia (Persero); --- 26.3. Bahwa karena Terlapor II hanya melakukan sebuah penawaran biasa, maka
kriteria dan dasar hukum perpanjangan kontrak kerja oleh PT Garuda Indonesia (Persero) kepada Terlapor II adalah hak mutlak PT Garuda Indonesia (Persero), dengan pertimbangan-pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan; --- 26.4. Bahwa tentang adanya harga Rp. 119.889,00 per set yang dijelaskan oleh PT
Seruni Indah dalam hal ini PT Gaya Bella Diantama tidak mempunyai untuk memperbandingkannya, hal tersebut juga merupakan hak mutlak PT Garuda Indonesia (Persero). Namun perlu ditelaah lebih lanjut apakah benar harga tersebut sudah pernah ditawarkan kepada PT Garuda Indonesia (Persero) sebelum diadakan perpanjangan kontrak atau muncul setelah ada laporan; --- 26.5. Bahwa berdasarkan ketentuan SK No. JKTDZ/SKEP/50014/09 dan Contract
Renewal Work Instruction tidak dijelaskan secara rinci klausul mengenai
penggunaan local content dan larangan untuk mengalihkan pekerjaan kepada pihak ketiga, sehingga keterangan dari pihak PT YKK Indonesia tidak ada relevansinya dengan perkara aquo dan harus dikesampingkan; --- 26.6. Bahwa pada saat perpanjangan kontrak Give Away Haji Periode Tahun
2009/2010 dan Periode Tahun 2010/2011 yang dilakukan pada bulan April 2009, meski dikatakan sedang ada proses hukum, tetapi belum ada Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van
gewijsde) sehingga perpanjangan kontrak tersebut sah menurut hukum dan
dilakukan due diligence oleh Kantor Akuntan Publik “Hadori Sugiarto Adi dan Rekan” yang ditandatangani pada tanggal 8 September 2010. Dan pembuktian tersebut diatas oleh KPPU tidaklah sempurna karena selama pemeriksaan aquo tidak pernah dilakukan pemeriksaan setempat (plaatsonderzoek);--- 26.9. Bahwa karena proyek Give Away Haji ini menyangkut kepentingan nasional
yang bersifat massal dan sensitif maka Terlapor I tentunya tidak akan main-main dalam menunjuk suppliernya dengan coba-coba untuk supplier yang belum pernah/terbiasa menanganai Give Away Haji tersebut; --- 26.10. Bahwa atas penjelasan diatas maka Terlapor II berharap Majelis Komisi KPPU dapat menerima dan mengabulkan pendapat dan pembelaan Terlapor II untuk seluruhnya, menyatakan menolak laporan perkara aquo atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk verklaard), dan menyatakan Terlapor II tidak terbukti atau turut serta melakukan pelanggaran dalam perkara aquo; --- 27. Menimbang bahwa dalam Sidang Majelis Komisi pada tanggal 18 Oktober 2010,
Terlapor III: PT. Uskarindo Prima menyampaikan pembelaannya yang pada pokoknya berbunyi sebagai berikut (vide bukti C42):--- 27.1. Bahwa pada Bagian III Fakta-fakta Huruf A Latar Belakang dari LHPL, ada 1
(satu) fakta hukum yang tidak dimasukkan, yaitu pada saat ini Terlapor III telah mengajukan Peninjauan Kembali terhadap Putusan Kasasi MA No. 582K/PDT.SUS/2009, sebagaimana ternyata dalam Surat Penyerahan Jawaban Permohonan Peninjauan Kembali No. 002/PDT/P/KPPU/2010/ PN JKT Bar tertanggal 24 Agustus 2010;--- 27.2. Bahwa pada Bagian III Huruf E, Angka 2, halaman 8 dan 9 dari LHPL, memang benar KPPU telah mengeluarkan Putusan atas Perkara No. 09/KPPU-L/2008, namun perlu kami tegaskan bahwa saat ini Terlapor III telah mengajukan Permohonan PK ke MA RI dan apabila MA mengabulkan Peninjauan Kembali dari Terlapor III maka seluruh isi pada Bagian III Huruf E, Angka 2, halaman 8 dan 9 dari LHPL dianggap tidak ada dan seluruh isi keputusan yang mendasarkan pada hal ini haruslah dianggap tidak ada; --- 27.3. Bahwa Bagian IV Huruf A Angka 7 dari LHPL, Tim Pemeriksa menyatakan
melakukan pemeriksaan silang terhadap saksi tersebut dan Tim Pemeriksa menganggap pendapat dari PT Seruni Indah sebagai suatu kebenaran maka kami mensomir Tim Pemeriksa untuk menunjukkan bukti-bukti yang valid yang menggambarkan adanya penurunan harga bahan baku; --- 27.4. Bahwa dalam angka 7 dari LHPL, menurut Tim Pemeriksa berdasarkan
informasi dari pelaku usaha lain biaya produksi 1 (satu) set Give Away Haji adalah sebesar Rp. 119.889,00, sekali lagi mengingat kami tidak dapat melakukan pemeriksaan silang pertanyaan kami apakah Tim Pemeriksa telah memeriksa dan memverifikasi kebenaran informasi tersebut dan kami mensomir Tim Pemeriksa untuk menunjukkan hasil verifikasi secara independen terhadap informasi harga dari pelaku usaha tersebut; --- 27.5. Bahwa Terlapor III mengakui telah menerima perpanjangan kontrak dari
Terlapor I dengan pengurangan harga barang per paket sebesar Rp. 650,00 dari harga yang ditentukan dalam kontrak sebelumnya, harga di sebut terjadi setelah negosiasi dengan Terlapor I, Terlapor III dapat memberikan penurunan dari harga sebelumnya dikarenakan perpanjangan kontrak 2 tahun sehingga Terlapor III berani mengurangi margin keuntungan yang seharusnya diperoleh, mengingat berdasarkan harga bahan baku yang ditawarkan oleh pemasok harga bahan baku untuk tahun 2009 dan 2010 cenderung stabil; --- 27.6. Bahwa Terlapor III adalah supplier dari Terlapor I sehingga ketentuan internal yang berlaku di Terlapor I belum tentu diketahui oleh Terlapor III dan tidak ada kewajiban dari Terlapor III untuk mengetahuinya, Terlapor III memiliki kewajiban untuk mematuhi segala ketentuan dalam proses pengadaan yang diberitahukan kepada Terlapor III oleh Terlapor I;--- 27.7. Bahwa berkaitan dengan diskriminasi, Terlapor III menegaskan kami tidak
memiliki kewenangan apapun untuk melakukan diskriminasi mengingat penentuan supplier adalah kewenangan sepenuhnya dari Terlapor I;--- 27.8. Bahwa kami sadari pembelaan ini hanya berdasarkan bukti-bukti tertulis dan
27.9. Bahwa atas penjelasan diatas maka Terlapor III berharap Majelis Komisi KPPU menyatakan secara keseluruhan dugaan adanya tindakan diskriminasi yang dilakukan oleh Terlapor III dalam perkara aquo yang dibuat oleh dan diantara Terlapor III dan Terlapor I dan menyatakan Terlapor III tidak terbukti melanggar Pasal 19 huruf (d) Undang-undang No. 5 tahun 1999; --- 28. Menimbang bahwa selanjutnya Majelis Komisi menilai telah mempunyai bukti dan
penilaian yang cukup untuk mengambil Putusan; ---
TENTANG HUKUM
1. Menimbang bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan, pembelaan para Terlapor, surat, dokumen dan alat bukti lainnya, Majelis Komisi menilai dan berpendapatsebagai berikut: --- 1.1. Tentang Identitas Terlapor--- 1.1.1. Bahwa Terlapor I: PT Garuda Indonesia (Persero) sebagaimana
telah diuraikan dalam butir 19.1.1.1. bagian Tentang Duduk Perkara yang dalam prakteknya telah mengadakan proses Perpanjangan Give Away Haji kepada PT Gaya Bella Diantama dan PT Uskarindo Prima untuk Periode Tahun 2009/2010 dan Periode Tahun 2010/2011; --- 1.1.2. Bahwa terkait uraian pada butir 1.1.1 bagian Tentang Hukum diatas,
Majelis Komisi menambahkan lebih lanjut bahwa Terlapor I merupakan pelaku usaha berbentuk badan hukum perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia dengan Akta Notaris Raden Kardiman, Nomor 137 tanggal 31 Maret 1950, dengan akta perubahan terakhir yang diterbitkan oleh Notaris Sutjipto, S.H., Nomor 50 tanggal 7 Agustus 2008 dan melakukan kegiatan usaha antara lain jasa angkutan udara niaga berjadwal, jasa angkutan udara niaga tidak berjadwal, reparasi dan pemeliharaan pesawat udara; --- 1.1.3. Bahwa dengan demikian Majelis Komisi berpendapat Terlapor I
merupakan subyek hukum yang memenuhi persyaratan untuk dijadikan Terlapor dalam perkara aquo;--- 1.1.4. Bahwa Terlapor II: PT Gaya Bella Diantama sebagaimana telah
Prima untuk Periode Tahun 2009/2010 dan Periode Tahun 2010/2011, merupakan subyek hukum yang memenuhi persyaratan untuk dijadikan Terlapor dalam perkara aquo;--- 1.1.5. Bahwa Terlapor III: PT. Uskarindo Prima sebagaimana telah
diuraikan dalam butir 19.1.1.3. bagian Tentang Duduk Perkara yang dalam prakteknya telah mengikuti dan melaksanakan Perpanjangan Give Away Haji kepada PT Gaya Bella Diantama dan PT Uskarindo Prima untuk Periode Tahun 2009/2010 dan Periode Tahun 2010/2011, merupakan subyek hukum yang memenuhi persyaratan untuk dijadikan Terlapor dalam perkara aquo;--- 1.1.6. Bahwa berdasarkan fakta diatas, Majelis Komisi menyimpulkan
para Terlapor adalah pelaku usaha sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;--- 1.2. Tentang Aspek Formil;---
1.2.1. Selanjutnya sebelum menilai dan menyimpulkan pokok perkara (aspek materiil) Majelis Komisi terlebih dahulu menilai aspek formil yang ditanggapi oleh Terlapor I yaitu tentang perubahan perilaku; --- 1.2.1.1. Bahwa dalam pendapat atau pembelaannya, Terlapor I menyatakan pada saat pemeriksaan pendahuluan mereka tidak pernah diberikan hak untuk mendapatkan kesempatan merubah perilaku sebagaimana aturan Pasal 37 Perkom 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penanganan Perkara; --- 1.2.1.2. Bahwa kemudian Terlapor I berinisiatif mengirimkan Surat
kepada Tim Pemeriksa KPPU melalui surat No. GARUDA/JKTDI-20055/10 tanggal 3 Mei 2010, sedangkan surat No. GARUDA/JKTDI-20055/10 tanggal 3 Mei 2010 dikirimkan pada saat pemeriksaan pendahuluan masih berlangsung. Dengan adanya penyampaian surat tersebut maka Terlapor I sudah beritikad untuk melakukan perubahan perilaku dan seharusnya Pemeriksaan Lanjutan tidak perlu dilakukan; --- 1.2.2. Atas pendapat atau pembelaan yang disampaikan oleh Terlapor I,
Pasal 4:
(1) Tim Pemeriksa Pendahuluan mempunyai tugas mendapatkan
pengakuan Terlapor berkaitan dengan dugaan pelanggaran
yang dituduhkan dan/atau mendapatkan bukti awal yang cukup
mengenai dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh Terlapor
serta merekomendasikan kepada Komisi untuk menetapkan
perlu atau tidaknya dilakukan Pemeriksaan Lanjutan;---
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), Tim Pemeriksa Pendahuluan mempunyai wewenang:
a. Melakukan penyelidikan dan/atau pemeriksaan; ---
b. Memanggil, menghadirkan dan meminta keterangan
Terlapor dan apabila diperlukan dapat memanggil
pihak lain; ---
c. Mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen
dan alat bukti lain guna penyelidikan dan/atau
pemeriksaan;---
d. Menerima pernyataan kesediaan Terlapor untuk
mengakhiri dan/atau kegiatan yang diduga melanggar
dan merekomendasikan Komisi untuk tidak melakukan
Pemeriksaan Lanjutan secara bersyarat. ---
Pasal 37:
(1) Komisi dapat menetapkan tidak perlu dilakukan Pemeriksaan
Lanjutan meskipun terdapat dugaan pelanggaran, apabila
Terlapor menyatakan bersedia melakukan perubahan perilaku;-
(2) Perubahan perilaku sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dapat dilakukan dengan membatalkan perjanjian dan/atau
menghentikan kegiatan dan/atau menghentikan penyalahgunaan
posisi dominan yang diduga melanggar dan/atau membayar
kerugian akibat dari pelanggaran yang dilakukan; ---
(3) Pelaksanaan perubahan perilaku sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) dilakukan paling lama 60 (enam puluh) hari dan dapat
diperpanjang sesuai dengan penetapan Komisi.---
mengenai tanggapan Para Terlapor atas Salinan Laporan Dugaan Pelanggaran yang telah disampaikan;--- 1.2.4. Bahwa dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Pendahuluan, Majelis
Komisi tidak menemukan adanya pernyataan Para Terlapor yang mengakui kesalahannya sebagaimana yang dituduhkan dalam Salinan Laporan Dugaan Pelanggaran; --- 1.2.5. Bahwa dengan tidak diakuinya dugaan pelanggaran oleh Para
Terlapor, maka Majelis Komisi menilai tindakan Tim Pemeriksa yang tidak menawarkan perubahan perilaku kepada Para Terlapor telah tepat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 dan Pasal 37 Peraturan Komisi No. 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penanganan Perkara di KPPU; ---- 1.2.6. Selanjutnya sebelum menilai dan menyimpulkan pokok perkara (aspek
materiil) Majelis Komisi terlebih dahulu menilai aspek formil yang ditanggapi oleh Terlapor I yaitu Perkara No. 23/KPPU-L/2010 merupakan pengecualian Pasal 50 huruf (a) Undang-undang No. 5 Tahun 1999, karena; ---1.2.6.1. Terlapor I menyatakan dalam pembelaannya bahwa
Perpanjangan Give Away Haji ini dilaksanakan pada dasarnya untuk kepentingan umum dan dalam rangka melaksanakan ketentuan Undang-undang antara lain Undang-undang No. 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 34 tahun 2009, Terlapor I melaksanakan Pengadaan Give Away Haji ini adalah untuk melaksanakan tugas yang telah dibebankan oleh Departemen Agama RI kepada Terlapor I sebagaimana tertera di dalam Surat No. GARUDA/DZ-2174/06 tanggal 20 Juni 2006. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa pengadaan Give Away Haji ini adalah pengadaan yang berkaitan dengan kepentingan umum, yaitu jamaah haji Indonesia; --- 1.2.6.2. Bahwa pengadaan Give Away Haji oleh Terlapor I juga
khusus kepada BUMN untuk menyelenggarakan fungsi
kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan maksud
dan tujuan kegiatan BUMN”; ---
1.2.7. LHPL pada Bab IV Analisa huruf A Tentang Perpanjangan Kontrak dan huruf B Tentang Putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2008, menyatakan sebagai berikut; --- 1.2.7.1. Bahwa landasan hukum Terlapor I pengadaan Give Away
Haji dan perpanjangan kontrak adalah SK Nomor JKTDZ/SKEP/50014/09 dan Procurement Manual (PM):
Contract Renewal Work Instruction; ---
1.2.7.2. Bahwa Terlapor I melakukan negosiasi harga terhadap harga kontrak tahun sebelumnya untuk memenuhi persyaratan dari ketentuan untuk melakukan penunjukan langsung berdasarkan Procurement Manual (PM) Terlapor I; --- 1.2.7.3. Bahwa berdasarkan hasil Proses Asessment Performance, menurut Terlapor I, performance dari Terlapor II dan Terlapor III menunjukkan hasil yang baik dimana penilaiannya mencakup kualitas, harga, waktu, service dan inovatif dari para supplier. Proses ini tidak mencakup survey menyeluruh terhadap Terlapor II dan Terlapor III yakni apakah kedua perusahaan sedang menghadapi proses hukum di peradilan atau tidak dan perhitungan kemampuan keuangan perusahaan bersangkutan untuk menjadi rekanan Terlapor I; --- 1.2.7.4. Bahwa berdasarkan bunyi Pasal 9 ayat 2 huruf d SK
kepada Telapor I, serta Terlapor II dan Terlapor III mengetahui bahwa KPPU mengajukan keberatan Kasasi kepada MA sebelum kontrak baru;--- 1.2.7.5. Bahwa Terlapor I seharusnya mengetahui dan
mempertimbangkan Putusan KPPU yang menyatakan Terlapor II dan Terlapor III telah melakukan persekongkolan dalam memenangkan Tender Give Away Haji Tahun 2007, dan menunggu kepastian hukum terhadap Terlapor II dan Terlapor III, sebelum melanjutkan perpanjangan kontrak (Amandemen) untuk pengadaan Give Away Haji untuk periode 2009/2010 dan 2010/2011 serta selayaknya membuka proses tender agar diperoleh penawaran dari pelaku usaha lain yang memiliki kompetensi yang sama dengan Terlapor II dan Terlapor III; 1.2.8. Untuk menilai apakah Perkara No. 23/KPPU-L/2010 termasuk ruang
lingkup yang dikecualikan dari Pasal 50 huruf (a) atau tidak, Majelis Komisi melihat peraturan perundang-undangan yang terkait dan kontrak kerja antara Terlapor I dengan Departemen Agama Republik Indonesia sebagai berikut; --- 1.2.8.1. Berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 2008 Pasal 1 butir 13 dinyatakan “Transportasi adalah pengangkutan yang
disediakan bagi Jemaah Haji selama Penyelenggaraan Ibadah
Haji ”;---
1.2.8.2. Berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 2008 Pasal 33 dinyatakan:
1) Pelayanan Transportasi Jemaah Haji ke Arab Saudi
dan pemulangannya ke tempat embarkasi asal di Indonesia menjadi tanggung jawab Menteri dan berkoordinasi dengan menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang perhubungan.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
1.2.8.3. Berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 2008 Pasal 34 dinyatakan “Penunjukan pelaksana Transportasi Jemaah Haji
dilakukan oleh Menteri dengan memperhatikan aspek
1.2.8.4. Berdasarkan Undang-undang No. 19 Tahun 2003 Pasal 66 ayat 1 dinyatakan “Pemerintah dapat memberikan penugasan
khusus kepada BUMN untuk menyelenggarakan fungsi
kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan maksud dan
tujuan kegiatan BUMN”; ---
1.2.8.5. Bahwa dalam pendelegasian tugas untuk transportasi pengangkutan Jemaah Haji Indonesia didasarkan pada Kontrak Kerja Transportasi Udara Jemaah Haji Indonesia Tahun 1430 H antara Departemen Agama Republik Indonesia dan PT Garuda Indonesia (Persero) Nomor: D/327/2009 dan Nomor: DS/PERJ/DZ-3230 yang dijabarkan dalam:
Pasal 1:
1) Pihak Pertama memberi tugas kepada Pihak Kedua
untuk melaksanakan pengangkutan jemaah haji
Indonesia Tahun 1430 H;---
2) Pihak Kedua menerima tugas dari Pihak Pertama
untuk melaksanakan pengangkutan jemaah haji
Indonesia Tahun 1430 H;---
Pasal 2:
(1) Lingkup Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh
Pihak Kedua meliputi :
a) Pengangkutan jemaah haji dan petugas haji
dari embarkasi Banda Aceh, Padang,
Palembang, Solo, Banjarmasin, Balikpapan,
dan Makassar ke Jeddah pergi-pulang; ---
b) Pengangkutan jemaah haji dan petugas haji
dari embarkasi Medan, Jakarta (terdiri dari
jemaah haji DKI Jakarta, Banten dan
Lampung) dan sebagian dari embarkasi
Surabaya (Provinsi Jawa Timur); ---
c) Pengangkutan jemaah haji dan petugas haji
sebagaimana tersebut dalam ayat (1) huruf (b)
Pasal ini diberangkatkan ke Madinah dan
I serta diberangkatkan ke Jeddah dan
dipulangkan melalui Madinah untuk
Gelombang II.
1.2.9. Bahwa Majelis Komisi berpendapat berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 2008 dan Kontrak Kerja Transportasi Udara Jemaah Haji Indonesia Tahun 1430 H antara Departemen Agama Republik Indonesia dan PT Garuda Indonesia (Persero) Nomor: D/327/2009 dan Nomor: DS/PERJ/DZ-3230, dijelaskan mengenai pendelegasian tugas dari Menteri Agama RI kepada Terlapor I hanya mencakup pelaksanaan pengangkutan jemaah haji Indonesia; --- 1.2.10. Bahwa berdasarkan uraian 25.1 – 25.5 pada bagian Tentang Duduk
perbuatan yang secara tegas mendapat delegasi dari peraturan perundang-undangan; --- 1.2.10.4. Bahwa Majelis Komisi menilai pengadaan Give Away
Haji tidak termasuk atau diluar penyelenggaraan transportasi haji sebagaimana termaktub dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008; --- 1.2.10.5. Bahwa dengan demikian Majelis Komisi berpendapat
pengadaan Give Away Haji tidak termasuk dalam pengecualian Pasal 50 huruf (a); --- 1.3. Tentang Aspek Materiil; ---
1.3.1. Tentang Pasar Bersangkutan; --- 1.3.1.1. Bahwa dalam LHPL dinyatakan pasar bersangkutan pada
perkara ini adalah pengadaan Give Away Haji untuk periode 2009/2010 dan 2010/2011 oleh Terlapor I;--- 1.3.1.2. Bahwa dalam pendapat atau pembelaannya, Terlapor I,
Terlapor II, dan Terlapor III tidak memberikan pembelaan terkait dengan pasar bersangkutan;--- 1.3.1.3. Bahwa terkait dengan pasar bersangkutan dalam perkara
ini, Majelis Komisi menyatakan sebagai berikut; --- a. Bahwa sebagaimana didefinisikan dalam Pasal 1
Angka 10 Undang-undang No. 5 Tahun 1999, Pasar
Bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan
jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh
pelaku usaha atas barang dan atau jasa yang sama
atau sejenis atau substitusi dari barang dan atau
jasa tersebut; ---
b. Bahwa Pengadaan Give Away Haji ini berdasarkan perjanjian antara Terlapor I dengan Terlapor II dan III meliputi pengadaan tas koper besar, tas jinjing/tangan, dan tas pasport bagi jamaah haji; --- c. Bahwa mengenai Spesifikasi dan paket Give Away
Haji telah diuraikan pada butir 19.1.4 dan 19.1.6 bagian tentang Duduk Perkara; --- 1.3.1.4. Bahwa dengan demikian Majelis Komisi sependapat
perkara ini pengadaan Give Away Haji untuk periode 2009/2010 dan 2010/2011 oleh Terlapor I; --- 1.3.2. Tentang Persetujuan Perpanjangan Pengadaan Give Away Haji Untuk Periode Tahun 2009/2010 dan Periode Tahun 2010/2011; --- 1.3.2.1. Bahwa LHPL menyatakan proses persetujuan
perpanjangan Give Away Haji ini sesuai uraian yang dijelaskan pada butir 19.1.4 dan 19.3.1 Bagian Tentang Duduk Perkara; --- 1.3.2.2. Bahwa dalam pembelaannya Terlapor I, menyatakan Tim
Pemeriksa KPPU sama sekali tidak pernah memberitahukan dan menyatakan siapa pelaku usaha tertentu yang menerima perlakuan diskriminasi dari Terlapor I sehingga mengakibatkan dugaan pelanggaran yang dituduhkan kepada Terlapor I menjadi tidak jelas dan kabur; --- 1.3.2.3. Bahwa dalam pembelaannya Terlapor II, menyatakan
proses persetujuan perpanjangan ini bermula ketika PT Gaya Bella Diantama mengirimkan surat No. 01/GBL-GIVE AWAY HAJI/I/2009 tanggal 8 Januari 2009 kepada PT Garuda Indonesia (Persero) yang menawarkan kerjasama lanjutan;--- 1.3.2.4. Selanjutnya Terlapor II menyatakan perusahaan tidak
hukum tetap (inkracht van gewijsde) sehingga perpanjangan kontrak tersebut sah menurut hukum dan mengikat para pihak yang membuatnya; --- 1.3.2.5. Bahwa dalam pembelaannya Terlapor III, menyatakan
perusahaan adalah supplier dari Terlapor I sehingga ketentuan internal yang berlaku di Terlapor I belum tentu diketahui oleh Terlapor III dan tidak ada kewajiban dari Terlapor III untuk mengetahuinya, Terlapor III memiliki kewajiban untuk mematuhi segala ketentuan dalam proses pengadaan yang diberitahukan kepada Terlapor III oleh Terlapor I; --- 1.3.2.6. Selanjutnya Terlapor III menyatakan berkaitan dengan
diskriminasi, perusahaan tidak memiliki kewenangan apapun untuk melakukan diskriminasi mengingat penentuan supplier adalah kewenangan sepenuhnya dari Terlapor I; --- Bahwa Majelis Komisi menilai proses Perpanjangan Give Away Haji ini didasarkan pada peraturan internal Terlapor I yaitu SK Nomor JKTDZ/SKEP/50014/09 dan Procurement Manual: Contract Renewal Work Instruction; 1.3.2.7. Bahwa pada saat proses perpanjangan kontrak ini
dilaksanakan, Terlapor II dan Terlapor III mengetahui sedang berada dalam proses peradilan atas keberatan terhadap Putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2008 tentang dugaan pelanggaran pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 dalam Pengadaan Give Away Haji Tahun
Anggaran 2007 (1428 H) di PT. Garuda Indonesia (Persero)
“Supplier yang terlibat dalam proses pengadaan
barang/jasa harus memenuhi persyaratan...”
Perusahaan/Pengurus perusahaan tidak dalam proses
peradilan dan atau tidak sedang menjalani sanksi baik
pidana maupun perdata;---
1.3.2.9. Bahwa jika pengecekan dan klarifikasi dilaksanakan, maka Terlapor I dapat mengetahui lebih awal bilamana Terlapor II dan Terlapor III sedang menjalani proses hukum di peradilan, dan seharusnya proses perpanjangan tidak dilaksanakan. Terlapor I seharusnya dapat membuka penawaran tender kembali untuk mengundang perusahaan-perusahaan yang potensial guna menyediakan Paket Give Away Haji dengan harga yang lebih kompetitif; --- 1.3.2.10. Bahwa Majelis Komisi berpendapat dengan perpanjangan kontrak yang tidak memenuhi peraturan internalnya, berarti Terlapor I telah menutup kesempatan kepada pesaing potensial Terlapor II dan Terlapor III untuk menjadi supplier Paket Give Away Haji tahun 2009/2010 dan 2010/2011; --- 1.3.2.11. Bahwa Majelis Komisi menilai walaupun pada saat
perpanjangan kontrak Give Away Haji Periode Tahun 2009/2010 dan Periode Tahun 2010/2011 yang dilakukan pada bulan April 2009, Terlapor II dan Terlapor III sedang menghadapi proses hukum yang belum memiliki kekuatan hukum tetap, seharusnya Terlapor II dan Terlapor III tidak mengikuti proses perpanjangan kontrak dalam pekerjaan pengadaan Give Away Haji; --- 1.3.2.12. Bahwa Majelis Komisi sependapat dengan LHPL yang
menyatakan Terlapor I telah menyalahi prosedur internal perusahaan dalam melaksanakan perpanjangan kontrak karena tidak mengecek dan mengklarifikasi kembali proses hukum yang dijalani oleh Terlapor II dan Terlapor III; --- 1.3.2.13. Bahwa dengan demikian Majelis Komisi
sehingga Terlapor I telah menutup kesempatan kepada pesaing potensial Terlapor II dan Terlapor III untuk menjadi supplier Paket Give Away Haji tahun 2009/2010 dan 2010/2011; --- 1.3.3. Tentang Harga Paket Give Away Haji; --- 1.3.3.1. Bahwa LHPL menyatakan negosiasi harga penawaran ini
sesuai uraian yang dijelaskan pada butir 19.1.7 dan 19.3.1 bagian Tentang Duduk Perkara; --- 1.3.3.2. Bahwa dalam pembelaannya Terlapor I, menyatakan: dasar perhitungan harga Rp. 131.877,90/paket tidak didukung oleh perhitungan yang memiliki dasar yang benar dan akurat, seharusnya Tim Pemeriksa KPPU dapat menjelaskan dasar perhitungan harga Give Away Haji sebesar Rp. 131.877,90 sebagai harga yang wajar diterima oleh Terlapor I. Terlapor I juga tidak pernah menerima surat penawaran baik secara lisan maupun tertulis dari pihak manapun berkaitan dengan harga sebesar Rp. 131.877,90 tersebut dari pihak manapun; --- 1.3.3.3. Bahwa dalam pembelaannya Terlapor II, menyatakan
tentang adanya harga Rp. 119.889,00 per set yang dijelaskan oleh PT Seruni Indah dalam hal ini PT Gaya Bella Diantama tidak mempunyai hak untuk memperbandingkannya, hal tersebut juga merupakan hak mutlak PT Garuda Indonesia (Persero); --- 1.3.3.4. Bahwa dalam pembelaannya Terlapor III, menyatakan
tentang adanya biaya produksi 1 (satu) set Give Away Haji harga Rp. 119.889,00 per set yang dijelaskan oleh pelaku usaha lain, Terlapor III mempertanyakan kebenaran informasi tersebut;--- 1.3.3.5. Selanjutnya Terlapor III menyatakan mengakui telah
sehingga Terlapor III berani mengurangi margin keuntungan yang seharusnya diperoleh, mengingat berdasarkan harga bahan baku yang ditawarkan oleh pemasok harga bahan baku untuk tahun 2009 dan 2010 cenderung stabil;--- 1.3.3.6. Bahwa untuk menilai tentang harga paket Give Away
Haji, Majelis Komisi memperhatikan beberapa hal sebagai berikut;--- 1.3.3.6.1. Paket Give Away Haji merupakan
permintaan dari Departemen Agama yang biayanya dibebankan kepada komponen biaya pelayanan transportasi jemaah haji yang dibayarkan Departemen Agama kepada Terlapor I; --- 1.3.3.6.2. Dengan menggunakan Give Away Haji,
pihak Departemen Agama menginginkan adanya keseragaman tas jemaah haji Indonesia dan membantu Terlapor I dalam mengontrol bagasi jemaah haji Indonesia; --- 1.3.3.7. Bahwa dengan demikian Majelis Komisi berpendapat
produk paket Give Away Haji adalah produk yang hanya dibuat khusus (custom made) kepada Terlapor I dan bukan merupakan produk yang tersedia bebas di pasar (ready
made) sehingga tidak ada harga pasar (market price) untuk
produk paket Give Away Haji dan salah satu cara untuk mendapatkan harga pasar untuk produk paket Give Away Haji adalah dengan melalui mekanisme tender; --- 1.3.3.8. Bahwa pada butir 19.3.1.13 dan 19.3.3.3 butir j bagian