• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA ANAK KELOMPOK B TK ISLAM TUNAS MELATI YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA ANAK KELOMPOK B TK ISLAM TUNAS MELATI YOGYAKARTA."

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA ANAK KELOMPOK B

TK ISLAM TUNAS MELATI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Ika Wahyu Wiranti NIM 11111241032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

Belajar adalah sikap berani menantang segala ketidakmungkinan bahwa ilmu yang tak dikuasai akan menjelma di dalam diri manusia menjadi sebuah ketakutan, belajar dengan keras hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang

bukan penakut—Anwar Fuadi

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

1. Bapak ibuku yang telah memberikan banyak hal.

2. Program Studi PG PAUD FIP UNY yang kubanggakan.

(7)

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA ANAK KELOMPOK B

TK ISLAM TUNAS MELATI YOGYAKARTA

Oleh: Ika Wahyu Wiranti NIM. 11111241032

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media film animasi terhadap motivasi belajar pada anak kelompok B TK Islam Tunas Melati Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan menggunakan desain Nonequivalent Control Group Design. Subjek penelitian adalah anak kelompok B TK Islam Tunas Melati Yogyakarta dengan jumlah anak kelas eksperimen dan kelas kontrol sebanyak 28 anak. Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar observasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan statistik parametris, yaitu uji-t dengan teknik independent sampel t-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media film animasi terhadap motivasi belajar pada anak kelompok B TK Islam Tunas Melati Yogyakarta, ditunjukkan dengan tingkat motivasi belajar kelas eksperimen dengan media film animasi lebih tinggi dari kelas kontrol dengan media gambar. Hasil penghitungan uji-t menunjukkan nilai p 0,00 pada taraf signifikansi 0,05. Oleh karena nilai p < 0,05, yang artinya menerima hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh antara penggunaan media film animasi terhadap motivasi belajar pada anak kelompok B TK Islam Tunas Melati Yogyakarta.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan hanya pada Allah, Tuhan semesta alam. Semoga keselamatan senantiasa Dia berikan pada Nabi Muhammad SAW dan orang yang senantiasa mengikuti ajaran yang dibawanya. Atas segala yang Allah berikan akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Film Animasi Terhadap Motivasi Belajar Pada Anak Kelompok B TK Islam Tunas Melati Yogyakarta” dengan baik. Tanpa bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga pada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi ini. 4. Ketua program studi PG PAUD yang telah memberikan saran, motivasi

dan nasehat pada penulis untuk menyelesaikan studi tepat waktu.

5. Bapak Sungkono, M. Pd dan Ibu Nelva Rolina, M. Si, dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu, selalu memberikan saran, arahan, dan motivasi pada penulis untuk tetap semangat menyelesaikan skripsi.

6. Kepala sekolah TK Islam Tunas Melati Yogyakarta, guru, karyawan, dan siswa kelompok B yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan dalam kegiatan penelitian.

7. Rifana Jita dan Septi Nugraheni sebagai teman seperjuangan bimbingan. 8. Yosimi Ratna yang selalu memberikan masukkan-masukkan berharga. 9. Marlina, Mutia, Febri, Rifi dan Novia atas semua doa dan dukungannya. 10. Teman-teman PG-PAUD angkatan 2011 yang telah memberikan banyak

(9)

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

(10)

DAFTAR ISI

2. Manfaat Media Pembelajaran ... 11

3. Kriteria Media Pembelajaran ... 12

4. Jenis-Jenis Media Pembelajaran ... 15

B. Hakikat Film Animasi ... 16

1. Pengertian Film Animasi ... 16

2. Teknik Film Animasi... 16

3. Kriteria Film yang Baik untuk Anak ... 19

4. Kelebihan dan Kekurangan Media Film Animasi... 20

C. Motivasi Belajar ... 21

1. Pengertian Motivasi Belajar... 21

2. Fungsi Motivasi Belajar... 22

3. Faktor yang Memengaruhi Motivasi Belajar ... 23

4. Ciri-ciri Motivasi... 26

5. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah ... 27

6. Strategi Motivasi Belajar ... 31

D. Belajar Anak Usia Dini ... 32

1. Karakteristik Anak Usia Dini... 32

2. Pengertian Belajar Anak Usia Dini ... 33

(11)

4. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Anak Usia Dini... 37

E. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak... 40

1. Pembelajaran Tematik ... 40

2. Prinsip Pembelajaran Tematik ... 41

3. Tema Pembelajaran di Taman Kanak-kanak ... 42

F. Kerangka Pikir ... 43

G. Hipotesis ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 46

B. Variabel Penelitian... 49

C. Lokasi dan Waktu Penelitian... 49

1. Lokasi Penelitian ... 49

2. Waktu Penelitian ... 50

D. Populasi dan Sampel Penelitian... 50

1. Populasi Penelitian ... 50

2. Sampel Penelitian ... 50

E. Teknik Pengumpulan Data ... 51

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 52

G. Uji Validitas... 54

H. Uji Reliabilitas ... 55

I. Teknik Analisis Data... 56

1. Uji Prasyarat... 56

2. Uji Hipotesis ... 57

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian... 59

1. Deskripsi Lokasi... 59

2. Subjek Penelitian... 59

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 60

1. Data Hasil Pretes ... 60

2. Pelaksanaan Treatment dan Data Postes... 64

(12)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Tema Semester I... 42

Tabel 2. Tema Semester II ... 42

Tabel 3. Bentuk Desain Penelitian... 46

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Motivasi Belajar Anak Kelompok B TK Islam Tunas Melati... 53

Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas dengan SPSS 20 for Windows ... 55

Tabel 6. Kategori Motivasi Belajar Anak ... 57

Tabel 7. Data Nama Anak Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen.... 60

Tabel 8. Data Pretes Motivasi Belajar Kelompok Kontrol ... 61

Tabel 9. Distribusi Nilai Pretes Motivasi Belajar Kelompok Kontrol... 61

Tabel 10. Data Pretes Motivasi Belajar Kelompok Eksperimen... 62

Tabel 11. Distribusi Nilai Pretes Motivasi Belajar Kelompok Eksperimen .... 63

Tabel 12. Perbandingan Nilai Pretes Motivasi Belajar Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 63

Tabel 13. Data Perolehan Nilai Postes Kelompok Kontrol... 66

Tabel 14. Distribusi Nilai Postes Motivasi Belajar Postes Kelompok Kontrol 66 Tabel 15. Data Perolehan Nilai Postes Kelompok Eksperimen ... 67

Tabel 16. Distribusi Nilai Postes Motivasi Belajar Postes Kelompok Eksperimen... 67

Tabel 17. Perbandingan Nilai Postes Motivasi Belajar Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 68

Tabel 18. Hasil Pengujian Homogenitas dengan Uji Levene... 69

Tabel 18. Hasil Pengujian Normalitas dengan Uji Shapiro-Wilk ... 70

(13)

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Kerangka Pikir... 44 Gambar 2. Histogram Nilai Pretes dan Postes Kelompok Kontrol

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Surat Keterangan Validasi... 81

Lampiran 2. Lembar Observasi ... 83

Lampiran 3. Rencana Kegiatan Harian ... 85

Lampiran 4. Rekapitulasi Nilai Pretes dan Postes ... 98

Lampiran 5. Hasil Pengujian dengan SPSS 20 for Windows ... 104

Lampiran 6. Foto Penelitian ... 106

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa globalisasi ini, manusia dihadapkan dengan fenomena perkembangan teknologi yang tumbuh dengan cepat. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Nana Syaodih S. (1997: 67), bahwa sebenarnya sejak dahulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Namun teknologi yang digunakan waktu itu masih sederhana, sedangkan kini teknologi yang berkembang sudah kompleks dan beragam.

Fenomena perkembangan teknologi ini dipengaruhi oleh semakin meningkatnya kualitas sumber daya manusia. Seiring dengan upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kini pendidikan sudah tidak lagi dianggap sepele oleh kebanyakan orang. Adanya keyakinan bahwa pendidikan merupakan sarana utama yang dapat menghantarkan seseorang menuju ke arah kesuksesan dalam berbagai bidang membuat tingginya fenomena kesadaran akan pentingnya pendidikan di masyarakat luas. Oleh karena itu, munculnya fenomena mengenai banyaknya orang tua yang menyekolahkan buah hatinya hingga ke perguruan tinggi bukanlah menjadi hal yang tabu lagi. Bahkan, banyak diantara para orang tua itu yang sudah jauh-jauh hari mengupayakan agar anaknya memperoleh pendidikan yang berkualitas yang diharapkan akan semakin memperlancar langkah anak pada jenjang selanjutnya melalui pembelajaran sedini mungkin.

(16)

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada usia sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang nantinya akan diselenggarakan pada jalur formal, non formal dan informal.

Taman Kanak-kanak (TK) merupakan pendidikan formal untuk anak usia dini. Pendidikan ini berkonsentrasi pada anak usia 4-6 tahun, terbagi lagi menjadi dua kelompok, kelompok A untuk anak usia 4-5 tahun dan kelompok B untuk anak usia 5-6 tahun. Pada dasarnya, anak pada usia TK merupakan individu yang unik, ia mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi terhadap lingkungan sekitar, akan tetapi anak juga memiliki rentan konsentrasi yang relatif pendek. Untuk itu diperlukan motivasi agar anak dapat bertahan pada kegiatannya sehingga tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut dapat tercapai dengan optimal.

Standar kompetensi TK yang tercantum dalam tujuan pendidikan di Taman Kanak-kanak adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak, baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, seni dan fisik motorik. Berbagai potensi itu dikembangkan melalui kegiatan yang beraneka ragam dan dijadikan sebagai bahan pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Kegiatan pembelajaran di TK pada umumnya dikemas agar anak tertarik, sehingga tanpa adanya kekangan anak dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. Salah satu upaya yang dilakukan guru untuk membuat anak tertarik adalah dengan menggunakan media pembelajaran.

(17)

bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap anak. Media yang mengandung dan membawa informasi ini mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan anak.

Salah satu media pembelajaran yang cukup relevan dengan kemajuan teknologi dan disukai anak-anak saat ini adalah film animasi. Film animasi atau sering dikenal dengan animasi termasuk jenis media visual audio, karena terdapat gerakan gambar dan suara. Marsh (1987) dalam Muhammad Rahmatullah (2011: 5) menjelaskan tentang kelebihan dari film animasi yang dapat memberikan anak pengalaman belajar yang lebih bermakna dan memberikan stimulus yang lebih besar dibandingkan sekadar membaca buku teks, terutama dalam membahas topik-topik tertentu. Media animasi yang merupakan penggabungan unsur media lain seperti audio, teks, video, gambar, grafik, dan suara menjadi satu kesatuan penyajian memiliki kelebihan karena selain menarik perhatian anak juga dapat dinikmati oleh anak dengan tipe belajar berbeda.

(18)

Salah satu film animasi yang dapat diterapkan di TK sebagai media pembelajaran adalah film produksi dari Kastari Animation. Kastari Animation telah banyak membuat film kartun dengan berbagai seri, salah satunya adalah seri Kutahu Nama Kendaraan. Pada seri ini, terdapat dua tokoh kakak beradik bernama Ela dan Elo berusia sekitar 5-7 tahun, serta tokoh burung yang serba tahu bernama Kiko. Meskipun tokoh dalam film ini tidak mengenakan pakaian muslim, akan tetapi nilai-nilai agama islam cukup kental dalam dialog tokoh. Bahasa yang digunakan dalam film ini menggunakan bahasa anak sehari-hari, sehingga dapat dengan mudah dipahami.

Media pembelajaran sebenarnya sudah banyak terdapat di TK, akan tetapi kebanyakan diantara media tersebut masih sederhana dan apa adanya. Kondisi ini memunculkan sikap anak yang terlihat bosan sehingga anak mencari objek lain yang lebih mengasyikkan seperti mengobrol dengan teman, bermain dengan media di sekitarnya serta berjalan-jalan keluar kelas. Hal ini mengindikasikan rendahnya motivasi anak dalam kegiatan pembelajaran.

(19)

target yang ingin dicapai dan memiliki sikap senang atau antusias terhadap kegiatan.

A. M. Sardiman (2007:74) berpendapat bahwa dalam kegiatan belajar mengajar apabila anak tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki penyebabnya. Kemudian setelah penyebab itu ditemukan, sebisa mungkin guru harus menumbuhkan motivasi dengan memberikan ragsangan-rangsangan tertentu.Misalnya dengan membujuk anak secara verbal hingga mengubah penggunaan media yang lebih menarik untuk anak. Jika terdapat anak yang tidak tertarik mendengarkan penjelasan guru, guru juga dapat memanfaatkan media agar muncul motivasi anak untuk mendengarkan penjelasan. Media dapat menggunakan gambar, suara maupun penggabungan antara keduanya.

(20)

Berkenaan dengan permasalahan guru dalam upaya memotivasi anak, penggunaan media yang belum optimal serta adanya indikasi potensi film animasi dalam meningkatkan motivasi belajar anak, peneliti tertarik untuk melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan sebuah penelitian yang dituangkan pada sebuah skripsi yang berjudul, “Pengaruh Penggunaan Media Film Animasi Terhadap Motivasi Belajar Pada Anak Kelompok B TK Islam Tunas Melati Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Media pembelajaran masih sederhana dan apa adanya.

2. Media gambar yang digunakan guru berukuran kecil, sehingga tidak dapat dijangkau oleh pandangan seluruh anak.

3. Motivasi anak dalam mengikuti pembelajaran masih rendah.

4. Fasilitas berupa LCD, layar dan komputer yang sudah tersedia namun belum digunakan sebagai media pembelajaran anak di kelas.

5. Media film animasi pada umumnya disenangi anak, namun di sekolah belum terdapat meda film animasi sebagai media pembelajaran di kelas. 6. Film animasi produksi dari Kastari Animation banyak beredar di

(21)

C. Batasan Masalah

Mengingat akan luasnya masalah, maka masalah dibatasi padamedia film animasi pada umumnya disenangi anak, namun belum terdapat penelitian mengenai pengaruh media ini terhadap motivasi anak TKdan motivasi anak dalam mengikuti pembelajaran masih rendah.

D. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah adakahpengaruh penggunaan film animasi terhadap motivasi belajar pada anak kelompok B TK Islam Tunas Melati Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, dapat dirumuskan bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan film animasi terhadap motivasi belajar pada anak kelompok B TK Islam Tunas Melati Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini, peneliti uraikan dalam beberapa bagian yaitu: 1. Manfaat Teoritis

(22)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Sebagai masukkan untuk meningkatkan motivasi belajar melalui penggunaan media film animasi.

b. Bagi Anak

1) Mempermudah anak dalam memahami materi yang diajarkan guru dalam pembelajaran.

2) Memfasilitasi anak dengan gaya belajar auditif maupun visual. c. Bagi Sekolah

Bahan pertimbangan bagi sekolah dalam pengambilan kebijakan yang terkait dengan media pembelajaran yang akan digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar anak menggunakan film animasi.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh penggunaan film animasi terhadap motivasi belajar anak usia dini.

G. Definisi Operasional 1. Film Animasi

(23)

animasi ini terbagi menjadi tiga seri, yaitu pengenalan alat transportasi darat yang meliputi kereta api, sepeda motor serta becak, alat transportasi air yang meliputi kapal laut, kapal layar serta rakit dan alat transportasi udara yang meliputi helikopter, balon udara serta pesawat terbang. Film animasiini diciptakan oleh Kastari Animation yang diunduh dari youtube.

2. Motivasi Belajar

(24)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki peranan yang penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah. Kehadiran media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk menghadirkan efektifitas dan efisiensi pengajaran. Berbagai penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan media dalam pembelajaran sampai pada kesimpulan, bahwa proses dan hasil belajar pada anak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pembelajaran tanpa media dengan pembelajaran menggunakan media.

Soeparno (1998: 1) mengatakan bahwa, media adalah suatu alat yang dipakai sebagai suatu saluran (channel) untuk menyampaikan suatu pesan (massage) dari sumber (resource) kepada penerima (receiver). Sementara itu, Oemar Hamalik (1980: 23) berpendapat bahwa media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan anak dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sedangkan menurut Arief S. Sadiman (2003: 6) media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian anak sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

(25)

menyampaikan materi pelajaran kepada anak dalam rangka mengefektifkan komunikasi dan interaksi guru dan anak dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

2. Manfaat Media Pembelajaran

Sudjana dan Rivai dalam Azhar Arsyad (2011: 24) mengemukakan terdapat beberapa manfaat media pembelajaran. Uraian mengenai fungsi dan manfaat media dijelaskan di bawah ini:

a. Pembelajaran akan lebih menarik anak sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan menjadi lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami anak dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

c. Metode belajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga anak tidak bosan. Selain itu, guru tidak kehabisan tenaga, apalagi apabila guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

d. Anak dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

(26)

saja. Media pembelajaran dapat membuat anak tertarik dan termotivasi mengikuti pembelajaran karena metode belajar menjadi lebih bervariasi sehingga anak merasa tidak bosan.

3. Kriteria Pemilihan Media Pendidikan

E. Mulyasa (2009: 81) berpendapat bahwa, media pembelajaran yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Tujuan

Media pembelajaran hendaknya sesuai dan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Karena pada dasarnya, media pembelajaran digunakan untuk membantu guru dalam menyampaikan informasi kepada anak agar tujuan pembelajaran dicapai dengan benar.

b. Materi Pembelajaran

Materi yang dipilih hendaknya relevan dan tidak out of date. Materi yang lebih dekat dengan anak lebih mudah untuk diterima, seperti jumlah kaki kucing, bentuk pohon dan manusia. Selain itu, materi yang sudah pernah disampaikan jika kembali disajikan akan membuat anak kurang semangat mengerjakan.

c. Metode atau Pendekatan

(27)

d. Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah untuk mengukur keberhasilan tujuan. Hal ini dilakukan untuk dijadikan sebagai refleksi pemilihan media diwaktu yang akan datang. Oleh karena itu, hendaknya media yang dipilih selain mengacu pada tujuan juga mempertimbangkan evaluasi yang nantinya akan digunakan.

e. Anak

Pemilihan media pembelajaran perlu disesuaikan dengan perkembangan intelektual anak, yaitu disesuaikan dengan kemampuan anak dalam hal membaca, mendengar dan melihat. Hasil belajar akan tidak maksimal ketika media yang digunakan guru tidak dapat dimengerti oleh anak.

Selanjutnya, Yudhi Munadi (2008: 187) juga menjelaskan mengenai faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media dalam proses pembelajaran, diantaranya:

a. Karekteristik Anak

Pemilihan media harus mempertimbangkan karakteristik anak, yaitu menyangkut keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada anak sebagai hasil dari pembawaan dan pengalamannya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-cita. Media yang dapat digunakan untuk anak-anak yang tergolong pasif kurang dapat maksimal jika diterapkan pada anak yang tergolong aktif, begitupun sebaliknya.

b. Tujuan Belajar

(28)

dalam proses belajar, oleh karena itu media harus dirancang sesuai dengan tujuan belajar agar potensi anak dapat berkembang dengan optimal.

c. Sifat Bahan Ajar

Isi bahan ajar memiliki keragaman dari sisi tugas yang ingin dilakukan anak. Setiap kategori pembelajaran menuntut aktivitas dan perilaku yang berbeda-beda, dan dengan demikian akan mempengaruhi media beserta teknik dan pemanfaatannya.

d. Pengadaan Media

Media dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu media jadi dan media rancangan. Aspek teknis lain yang butuh perhatian dan menjadi pertimbangan adalah waktu, tenaga, fasilitas dan peralatan pendukung, karena aspek-aspek tersebut seringkali menjadi penghambat dalam pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran secara maksimal.

e. Sifat Pemanfaatan Media

Pemilihan media harus sesuai dengan sifat pemanfaatannya, yaitu media primer (media yang diperlukan guru untuk proses pembelajaran) dan sekunder (media yang mempunyai tujuan memberikan pengayaan materi). Pemanfaatan media tidak hanya disesuaikan dengan tuntutan, materi, dan karakteristik anak, tetapi juga pengalaman dan profesionalisme guru.

(29)

pendekatan yang digunakan, kemampuan guru dalam menggunakan media, pengadaan media serta evaluasi pembelajaran.

4. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Para ahli mengemukakan bahwa terdapat banyak jenis-jenis media pembelajaran. Yudhi Munadi (2008: 55) membagi jenis-jenis media menjadi empat kelompok, yaitu:

a. Media audio, yaitu media yang melibatkan indera pendengaran yang hanya mampu memanipulasi kemampuan suara saja,

b. Media visual, yaitu media yang hanya melibatkan indera penglihatan, c. Media audio-visual, yaitu media yang melibatkan indera penglihatan dan

pendengaran sekaligus dalam satu proses, dan

d. Media multimedia, adalah media yang melibatkan berbagai indera dalam satu kali proses pembelajaran.

(30)

B. Hakikat Film Animasi 1. Pengertian Film Animasi

Dina Indriana (2011: 91) berpendapat bahwa film merupakan media yang menyajikan pesan audio-visual dan gerak, sehingga memberikan kesan impresif dan atraktif bagi penikmatnya. Sementara itu, seperti dikutip dari Cinemags (2004: 6), kata animasi diambil dari bahasa latin “anima” yang berarti jiwa, hidup, nyawa semangat. Animasi adalah gambar dua dimensi yang seolah-olah bergerak karena kemampuan otak untuk selalu menyimpan atau mengingat gambar yang terlihat sebelumnya. Sedangkan, M. Tholib (2007: 1) menyatakan bahwa film animasi tidak hanya sekadar film kartun saja, tetapi dapat juga digunakan untuk media-media pendidikan, informasi, dan media pengetahuan lainnya yang tidak dapat dijangkau melalui kamera foto atau video. Lebih jauh M. Tholib (2007: 3) menyatakan bahwa film animasi mengandung pengertian sebagai gambar hidup atau rangkaian gambar-gambar yang bergerak menjadi suatu alur cerita yang ditonton orang, bentuk film yang mengandung unsur dasar cahaya, suara, dan waktu.

Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa film animasi adalah media audio-visual berupa serangkaian gambar diam yang diproyeksikan sehingga terlihat hidup (bergerak) dan mengandung pesan yang efektif karena memiliki gambar menarik dan interaktif.

2. Teknik Film Animasi

(31)

besar, film animasi dwi-matra (flat animation) dan film animasi tri-matra (object/plastic animation).

a. Film Animasi Dwimatra (Flat Animation)

Film animasi dwimatra seluruhnya menggunakan bahan papar yang dapat digambar di atas permukaannya. Disebut juga jenis film animasi gambar karena hampir semua objek animasinya melalui runtun kerja gambar. Semua runtun kerja jenis film animasi ini dikerjakan di atas bidang datar atau papar. Hallas (1976: 15) kemudian membagi jenis ini menjadi dua macam, yaitu:

1) Film Animasi Sel (Cel Technique), merupakan teknik dasar dari film animasi kartun (cartoon animation). Teknik animasi ini memanfaatkan serangkaian gambar yang dibuat diatas lembaran plastik tembus pandang, disebut sel. Figur animasi digambar sendiri-sendiri diatas sel untuk tiap perubahan gambar yang bergerak selain itu ada bagian yang diam yaitu latar belakang (background) dibuat untuk tiap adegan digambar memanjang lebih besar daripada lembaran sel.

2) Penggambaran Langsung Pada Film, merupakan jenis film animasi yang teknik penggambaran menggunakan objek animasi yang dibuat langsung pada pita seluloid baik positif atau negatif, tanpa melalui runtun pemotretan kamera.

b. Film Animasi Trimatra (Object Animation)

(32)

memperhitungkan karakter objek animasi, sifat bahan yang dipakai, waktu, cahaya, dan ruang. Contoh film animasi trimarta adalah sebagai berikut:

1) Film Animasi Boneka (Puppet Animation), merupakan penyederhanaan dari bentuk alam benda yang ada. Film animasi boneka terbuat dari bahan-bahan yang mempunyai sifat lentur (plastik).

2) Film Animasi Model, merupakan jenis film animasi yang objek animasinya berupa macam-macam bentuk animasi yang bukan boneka dan sejenisnya, seperti bentuk-bentuk abstrak, misalnya balok, bola, prisma, piramida, silinder, kerucut, dan lain-lain.

3) Film Animasi Potongan (Cut Out Animation), merupakan jenis film animasi yang pembuatannya menggunakan teknik yang sederhana dan mudah. Figur atau objek animasi dirancang, digambar pada lembaran kertas lalu dipotong sesuai dengan bentuk yang telah dibuat, dan diletakkan pada sebuah bidang datar sebagai latar belakangnya. Karakter figur dibuat terpisah, biasanya, terdiri dari tujuh bagian yang berbeda, yaitu: kepala, leher, badan, dua tangan, dan dua kaki. Untuk menggerakan dan menghidupkan karakter, pemisahan itu dapat disesuaikan dengan tuntutan cerita, dapat dibuat kurang dari tujuh bagian tersebut atau lebih. 4) Film Animasi Bayangan (Silhoutte Animation),merupakan jenis film

(33)

kebutuhan, film animasi bayangan seluruhnya menggunakan bahan kertas berwarna gelap atau warna hitam, baik itu figur maupun objek animasi lainnya.

5) Film Animasi Kolase (Collage Animation), merupakan jenis film animasi yang menggunakan sebuah teknik yang bebas mengembangkan keinginan untuk menggerakan objek animasi semaunya di meja dudukan kamera. Teknik yang digunakan cukup sederhana dan mudah.

Selanjutnya, dalam penelitian ini peneliti memilih film animasi dengan teknik Dwimarta (Flat Animation) dari jenis Animasi Sel (Cel Technique) karena lebih mudah dijumpai oleh anak dan banyak ditayangkan di televisi.

3. Kriteria Film yang Baik untuk Anak

YKAI atau Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia dalam Sunarto (2009: 106) mempunyai kategori aman untuk ditonton oleh anak, kategori itu kemudian dijabarkan sebagai berikut:

a. Program anak tidak menempatkan tema anti sosial, tema seksualitas, tema supra natural dan tema-tema yang bertentangan dengan pendidikan sebagai daya tarik acara tersebut.

b. Program tersebut memiliki alur cerita yang simpel, memperlihatkan batas yang jelas antara baik dan buruk, boleh dan tidak boleh, dan tidak mendua. c. Tidak menggunakan kata-kata yang tidak pantas diucapkan dan didengar

oleh anak.

(34)

4. Kelebihan dan Kekurangan Media Film Animasi

Film animasi sebagai media audio-visual yang tersusun dari gambar tidak hidup untuk selanjutnya dirangkai dan diproyeksikan agar nampak hidup mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya:

a. Mengembangkan imajinasi.

b. Membuat objek diam menjadi menarik dan bergerak. c. Rata-rata banyak disukai oleh anak-anak.

d. Menjadi media hiburan dan informasi. e. Menjelaskan sesuatu yang terlihat abstrak.

f. Penayangannya dapat diulang, dihentikan maupun dipercepat sesuai kebutuhan.

g. Dapat memfasilitasi anak dengan kebutuhan belajar auditif, visual maupun kinestetik.

h. Bagus untuk menjelaskan suatu proses melalui gambar-gambar tidak hidup.

Selain memiliki kelebihan, film animasi juga memiliki kekurangan. Kekurangan-kekurangan tersebut diantaranya adalah:

a. Memerlukan kemampuan khusus untuk membuat gambar atau membuat efek gambar agar nampak hidup.

b. Tidak semua film animasi dapat dijadikan media pembelajaran, kecuali jika film tersebut sengaja dirancang dan dipoduksi dengan tujuan khusus. c. Membutuhkan alat pendukung yang komplek, seperti televisi atau laptop

(35)

Dengan adanya kelebihan dan kelemahan tersebut, media film animasi tetap dianggap efektif untuk digunakan dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Selain rata-rata anak menyukai tayangan film animasi karena tampilannya yang menarik juga dikarenakan informasi yang mudah diterima anak.

C. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

A. M. Sardiman (2007: 75) mengatakan bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri anak yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai. Frederick J. Mc Donald dalam Oemar Hamalik (2007: 106) berpendapat bahwa motivasi belajar adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Tujuan di sini merujuk pada tujuan suatu pembelajaran. Clayton Alderfer dalam H. Nashar (2004: 42) berpendapat, motivasi belajar adalah kecenderungan anak dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin.

(36)

membuat cara belajar anak yang sistematis, penuh konsentrasi dan dapat menyeleksi kegiatan-kegiatannya.

2. Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi mendorong anak untuk melakukan kegiatan belajar. Sementara itu, hasil belajar akan menjadi optimal apabila seorang anak memiliki motivasi yang tinggi. Hamzah B. Uno (2010: 27) berpendapat bahwa, ada beberapa peranan motivasi dalam belajar, diantaranya adalah:

a. Menjadi penguat belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat hal-hal yang pernah dilaluinya. Karena suatu peristiwa dapat menjadi penguat belajar untuk seseorang jika orang tersebut benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu.

b. Memperjelas tujuan belajar

Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu jika materi yang dipelajari dapat diketahui dan dinikmati manfaatnya bagi anak.

c. Menentukan ketekunan belajar

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha memelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan bahwa ia akan memeroleh hasil yang baik.

(37)

a. Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi berfungsi sebagai penggerak atau motor anak untuk melakukan kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yaitu menuju arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat dari tujuan tersebut.

Dari penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi berfungsi sebagai daya penggerak dan penguat anak untuk melakukan perbuatan yang ditujukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan adanya motivasi pada diri anak akan menimbulkan kesiapan untuk memulai atau melanjutkan suatu tindakan dalam belajar. Selanjutnya akan membuat anak menjadi tekun dan senang dalam belajar. Sebaliknya, apabila anak kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak akan tahan lama belajar. Oleh karena itu, keberadaan motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar.

3. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

(38)

yang berasal dari luar diri anak. Faktor ekstrinsik ini meliputi adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan yang menarik.

Selanjutnya, Dimyati dan Mudjiono (1994: 89) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, yaitu:

a. Cita-cita atau Aspirasi Anak

Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Cita-cita anak untuk ”menjadi seseorang” akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan pelaku belajar. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ektrinsik sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.

b. Kemampuan Belajar

Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri anak. Misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikir dan fantasi. Di dalam kemampuan belajar ini, sehingga perkembangan berfikir anak menjadi ukuran. Anak yang taraf perkembangan berfikirnya konkrit (nyata) tidak sama dengan anak yang berfikir secara operasional (berdasarkan pengamatan yang dikaitkan dengan kemampuan daya nalarnya). Jadi anak yang mempunyai kemampuan belajar tinggi, biasanya lebih termotivasi dalam belajar, karena anak seperti itu lebih sering memperoleh sukses oleh karena kesuksesan memperkuat motivasinya.

c. Kondisi Jasmani dan Rohani Anak

(39)

dan kondisi psikologis, tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologis. Misalnya anak yang kelihatan lesu, mengantuk mungkin juga karena malam harinya bergadang atau juga sakit.

d. Kondisi Lingkungan Kelas

Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datangnya dari luar diri anak. Lingkungan anak sebagaimana juga lingkungan individu pada umumnya ada tiga yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Jadi unsur-unsur yang mendukung atau menghambat kondisi lingkungan berasal dari ketiga lingkungan tersebut. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan cara guru harus berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menampilkan diri secara menarik dalam rangka membantu anak termotivasi dalam belajar.

e. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar yang tidak stabil, kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali. Unsur-unsur ini meliputi lingkungan sekitar.

f. Upaya Guru Membelajarkan Anak

Upaya yang dimaksud di sini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan anak mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian anak.

(40)

yaitu yang berasal dari dalam dan luar diri anak. Faktor yang berasal dari dalam diri anak berupa keinginan dan dorongan belajar, harapan akan cita-cita atau aspirasi anak dan kemampuan belajar. Sedangkan faktor dari luar diri anak dapat berupa kondisi jasmani, kondisi lingkungan kelas, unsur-unsur dinamis dalam belajar serta upaya guru saat membelajarkan anak. Faktor-faktor ini perlu dimengerti guru agar dalam pembelajaran guru lebih bijak untuk memberikan respon saat menghadapi anak yang kurang termotivasi belajar.

4. Ciri-ciri Motivasi

Ada beberapa indikator motivasi belajar menurut Abin Syamsudin Makmun (2007: 40), yaitu:

a. Durasinya kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktu untuk melakukan kegiatan)

b. Frekuesi kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu)

c. Presistensinya (ketepatan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan.

d. Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan.

e. Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, pikiran, bahkan jiwanya atau nyawanya) untuk mencapai tujuan.

f. Tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target dan idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.

(41)

h. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike, positif atau negatif)

Penting bagi guru untuk mengetahui ciri-ciri anak yang termotivasi, karena motivasi ikut mengambil peran penting dalam menentukan proses dan hasil belajar. Ketika seorang anak nampak tidak termotivasi untuk mengikuti pembelajaran, guru harus cepat dalam mengambil sikap agar anak tersebut tidak mempengaruhi anak lainnya.

5. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah

A.M. Sardiman (2007: 92) ada 11 cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, diantaranya: memberi angka, hadiah, saingan/kompetisi, ego-incolvment, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan yang diakui.

a. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajar. Angka-angka yang baik yang diberikan bagi anak merupakan motivasi yang sangat kuat. Namun kemudian banyak anak yang belajar hanya ingin mengejar nilai saja, sehingga dimungkinkan pembelajaran yang dilakukan kurang meninggalkan makna.Olehkarena itu, guru perlu mengupayakan agar selain anak mencapai angka yang baik juga hasil belajar lebih bermakna.

b. Hadiah.

(42)

bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut.

c. Saingan/kompetisi.

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar anak. Suatu persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar anak. Anak akan lebih termotivasi jika anak mengerjakan kegiatan bersama dengan teman daripada mengerjakan tanpa partner.

d. Ego-involvement.

Menumbuhkan kesadaran kepada anak agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dalam mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Kesadaran ini dapat berasal dari dalam diri anak maupun pengaruh lingkungan sekitar anak.

e. Memberi ulangan.

Anak akan menjadi giat belajar apabila mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Akan tetapi, hal ini kurang relevan jika dilakukan pada pembelajaran di TK.

f. Mengetahui hasil.

(43)

g. Pujian.

Apabila ada anak yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar sekaligus akan membangkitkan harga diri, namun terlalu banyak memuji anak tidaklah bagus. Jadi pujian harus diberikan sesuai dengan kadarnya.

h. Hukuman.

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi jika diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

i. Hasrat untuk belajar.

Artinya, ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.

j. Minat.

(44)

k. Tujuan yang diakui.

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh anak, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

Peran motivasi sangat penting dalam kegiatan berajar mengajar, sebab adanya motivasi mendorong semangat belajar dan sebaliknya kurang adanya motivasi akan melemahkan semangat belajar. Seorang anak yang belajar tanpa motivasi atau kurang motivasi, tidak akan berhasil dengan maksimal, oleh karena itu diperlukan tindakan dari guru untuk menumbuhkan motivasi belajar anak dapat dilakukan melalui beberapa poin yang telah disebutkan di atas.

De Decce dan Grawford dalam Syaiful Bahri Djamarah (1994: 168) menjelaskan lebih jauh mengenai peranan guru dalam meningkatkan motivasi belajar anak, diantaranya:

a. Menggairahkan anak dengan cara memelihara minat anak pada pembelajaran dengan menggunakan metode belajar yang bisa memotivasi anak.

b. Memberikan harapan yang realistis.

(45)

semangat dalam hal kegiatan di sekolah, dan memberikan penghargaan pujian yang wajar.

d. Mengarahkan perilaku anak dengan memberikan penugasan, membimbing anak, memberikan hukuman yang mendidik, menegur dengan lemah lembut dan memberikan nasehat yang baik.

6. Strategi Motivasi Belajar

Dorongan dari dalam dan luar individu anak menentukan keberhasilan belajar. Oleh karena itu peranan motivasi dalam kegiatan pembelajaran sangat diperlukan. Dalam upaya menumbuhkan motivasi anak, yang terpenting adalah memelajari kebutuhan anak secara individu sedalam dan seluas mungkin, sehingga guru dapat menyusun strategi mengajar yang sesuai dengan kebutuhan anak usia dini. Selanjutnya, Catharina Tri Anni (2006: 186) mengungkapkan jika ada beberapa strategi motivasi belajar yang dapat diterapkan untuk menumbuhkan motivasi anak, antara lain:

a. Membangkitkan Minat Belajar

(46)

b. Mendorong Rasa Ingin Tahu

Guru yang terampil akan mampu menggunakan cara untuk membangkitkan dan memelihara rasa ingin tahu anak selama kegiatan pemmbelajaran. Metode pembelajaran studi kasus, diskoveri, inkuiri, diskusi, curah pendapat, dan sejenisnya merupakan beberapa metode yang dapat digunakan untuk membangkitkan hasrat ingin tahu anak.

c. Menggunakan Variasi Metode Penyajian yang Menarik

Motivasi untuk belajar sesuatu dapat ditingkatkan melalui penggunaan materi pembelajaran yang menarik dan juga penggunaan variasi metode penyajian.

d. Membantu Anak dalam Merumuskan Tujuan Belajar

Prinsip yang mendasar dari motivasi adalah anak akan belajar keras untuk mencapai tujuan apabila tujuan itu dirumuskan atau ditetapkan oleh dirinya sendiri dan bukan dirumuskan atau ditetapkan oleh orang lain.

Dari keempat poin di atas menunjukkan bahwa peran guru dalam menumbuhkan motivasi anak sangatlah besar, terutama bagi guru TK yang anak didiknya belum memiliki kematangan berpikir.

D. Belajar Anak Usia Dini 1. Karakteristik Anak Usia Dini

(47)

potensial untuk belajar, e) memiliki sikap egosentris, f) memiliki rentan daya konsentrasi yang pendek, dan g) merupakan bagian dari mahluk sosial.

Sementara itu, M. Solehuddin dan Ihat Hatimah dalam Mohammad Ali (2007: 1097), berpendapat bahwa anak usia dini memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa, yaitu unik, egosentris, aktif dan energik, memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal, eksploratif dan berjiwa petualang, spontan senang dan kaya dengan fantasi, masih mudah frustasi, masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu, memiliki daya perhatian yang pendek, bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman, serta semakin menunjukkan minat terhadap teman.

Berdasarkan karakteristik-karakteristik tersebut hendaknya guru menjadikan pertimbangan sebelum memilih media ataupun metode yang akan diterapkan dalam pembelajaran. Sebagai contoh, anak yang tinggal di daerah pelosok desa tidak mungkin memahami jika diminta bercerita mengenai bagaimana sebaiknya saat naik pesawat, karena selain topik itu jauh dari lingkungan sehari-hari anak, bisa jadi anak juga belum memiliki pengalaman pernah pergi ke bandara. Maka guru handaknya berusaha untuk mengkongkritkan pemikiran anak tentang begaimana langkah tersebut dengan menggunakan media berupa gambar atau video.

2. Pengertian Belajar Anak Usia Dini

Stephen A. Romine dalam Oemar Hamalik (1983: 58) berpendapat “learning is defined as the modification or strengthening of behaviour through

(48)

memperteguh kelakuan melalui pengalaman.Azhar Arsyad (2006: 1) memberikan definisi mengenai belajar sebagai sesuatu yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Dalyono (1997: 49) memberkan definisi lebih jauh mengenai belajar yang merupakan suatu usaha atau kegiatan, yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, perubahan ini dapat mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan serta keterampilan dan sebagainya.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pendapat di atas adalah belajar merupakan suatu proses pada diri seseorang yang membawa pada perubahan, perubahan-perubahan ini berasal dari pengalaman seseorang untuk membangun pengetahuannya. Belajar juga kegiatan manusia yang sangat penting dan harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar manusia dapat melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup, dengan kata lain melalui belajar dapat memperbaiki nasib, menggapai cita-cita yang didambakan.

(49)

3. Prinsip Belajar Anak Usia Dini

Forum PAUD (2007) dalam modul online Mujahidah Rapi (sulsel.kemenag.go.id) mengatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada pelaksanaannya menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Berorientasi pada Kebutuhan Anak

Seyogyanya suatu kegiatan pembelajaran berorientasi pada anak, terlebih pada pendidikan untuk usia dini. Karena anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis. Proses pembelajaran yang dilakukan harus berangkat dari yang dimiliki anak. Setiap anak membawa seluruh pengetahuan yang dimilikinya terhadap pengalaman-pengalaman baru.

b. Belajar melalui Bermain

Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya. Melalui kegiatan bermain yang beraneka ragam, anak dapat belajar mengenal lingkungan dan bersosialisasi dengan orang lain sehingga menambah pengalaman baru bagi anak.

c. Menggunakan Lingkungan yang Kondusif

(50)

berbagai aspek tersebut, kegiatan belajar akan semakin bermakna sehingga informasi yang ingin guru sampaikan dapat diterima anak dengan baik.

d. Menggunakan Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Pemilihan tema harus mempertimbangkan kedekatannya dengan anak. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.

e. Mengembangkan Berbagai Kecakapan Hidup

Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri. Kecakapan tersebut akan menjadi bekal anak untuk memasuki jenjang yang lebih tinggi atau saat anak terjun ke masyarakat.

f. Menggunakan berbagai Media Edukatif dan Sumber Belajar

(51)

g. Pembelajaran secara Bertahap

Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan–kegiatan yang berluang.

Anak usia dini belajar melalui interaksinya dengan lingkungan, seperti saat berinteraksi dengan anak lain, orang tua, atau orang dewasa lainnya dalam suatu lingkungan untuk mencapai tugas perkembangan. Interaksi yang dibangun tersebut merupakan faktor yang akan mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Pada dasarnya, pembelajaran anak usia dini adalah melalui bermain. Sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang bersifat aktif dalam melakukan berbagai ekplorasi terhadap lingkungannya, maka aktivitas bermain merupakan bagian dari proses pembelajaran. Oleh karena itu, dengan menekankan prinsip pembelajaran yang sesuai untuk anak usia dini dan karakteristik anak, pembelajaran pada usia dini harus dirancang agar anak merasa tidak terbebani dalam mencapai tugas perkembangnya.

4. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Anak Usia Dini

Wasty Sumanto (1983: 107) berpendapat ada bermacam-macam faktor yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu digolongkan tiga macam yaitu:

(52)

bahan pelajaran, berartinya suatu bahan pelajaran, berat dan ringannya materi pelajaran serta sarana lingkungan eksteral.

b. Faktor-faktor metode belajar. Faktor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal sebagai berikut: 1) kegiatan berlatih atau praktek, 2) overlearning dan drill, 3) resitasi selama belajar, 4) pengenalan tentang hasil-hasil belajar, 5) belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian, 6) penggunaan set dalam belajar, 7) bimbingan dalam belajar, dan 8) kondisi-kondisi insentif.

c. Faktor-faktor individual. Faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang yaitu: kematangan individu, usia kronologis, perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasits mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani dan motivasi.

Sementara itu, menurut Sumadi Suryabrata (1983: 107), ada dua faktor yang mempengaruhi seseorang dalam belajar, yaitu: faktor yang berasal dari luar diri anak dan faktor yang berasal dari dalam diri anak.

a. Faktor yang berasal dari luar diri anak digolongkan menjadi 2 golongan yaitu:

1) Faktor-faktor non sosial, seperti keadaan udara, suhu, udara, cuaca, waktu, tempat, serta alat-alat yang dipakai untuk belajar.

(53)

b. Faktor yang berasal dari dalam diri anak digolongkan menjadi 2 golongan yaitu:

1) Faktor-faktor fisiologis atau jasmaniah. Faktor ini dapat bersifat bawaan maupun yang diperoleh anak. Seperti penyakit kronis sepert pilek, influensa, sakit gigi, batuk, dan hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indera terutama penglihatan dan pendengaran

2) Faktor-faktor psikologis dalam belajar, seperti kebiasaan-kebiasaan buruk yang mengganggu, seperti frustrasi, konflik psikis dan motivasi yang lemah.

Dari penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar anak usia dini, faktor itu berasal baik dari luar maupun dari dalam diri anak. Faktor dari luar dapat berupa sarana dan prasarana, lingkungan, masyarakat, guru, metode pembelajaran, kondisi sosial, dan lain sebagaianya.Selanjutnya faktor dari dalam diri anak adalah kondisi jasmaniah serta psikologis yang meliputi motivasi, minat, bakat, kepandaian, kesehatan, sikap, perasaan dan faktor pribadi lainnya.

(54)

media yang lebih beragam dan menarik guna meningkatkan motivasi minat serta menemukan bakat yang ada dalam diri anak.

E. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak 1. Pembelajaran Tematik

Anak usia TK termasuk dalam kategori anak usia dini, oleh karena itu pembelajaran pada pada anak usia TK harus didasarkan pada karakteristik anak usia dini. Sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang bersifat aktif dan masih dalam tahap praopersional, pembelajaran dilakukan melalui bermain dan materi pembelajaran terpadu.

(55)

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing), sehingga guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar anak. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga anak akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan.

2. Prinsip Pembelajaran Tematik

Waluyo Adi dalam modul online yang berjudul Konsekuensi Pembelajaran Tematik di TK dan SD menyebutkan bahwa ada tiga prinsip dasar pembelajaran tematik, diantaranya:

a. Bersifat kontekstual/integrasi dengan lingkungan.

Maksudnya adalah pembelajaran tematik disampaikan dalam format yang keterikatan, artinya dalam pembahasan suatu tema harus dikaitkan sesuai yang dihadapi anak. Misalnya ada permasalahan anak maka perlu dipecahkan dengan tema tersebut.

(56)

c. Prinsip efisien.

Maksud efisien dalam pembelajaran dalam hal waktu, metode, materi, sumber belajar, dan lainnya sehingga dapat mencapai ketuntasan kompetensi.

Dari tiga prinsip di atas maka diperlukan kesiapan baik dari sekolah, guru maupun anak agar pembelajaran tematik yang sedianya disusun dapat diterima dengan baik oleh anak. Tentu saja perancangan pembelajaran tematik haruslah memertimbangkan karekteristik anak usia dini dan juga kebutuhan belajarnya sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

3. Tema-Tema Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

Ada beberapa tema pembelajaran di TK seperti yang sudah diatur dalam Pengembangan Silabus Depdiknas pada tahun 2005, tema-tema tersebut dijabarkan dalam perencanaan semester adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Tema Semester I

3 Air, udara, dan api 2 minggu

4 Alat komunikasi 2 minggu

5 Tanah airku 3 minggu

6 Alam semesta 3 minggu

JUMLAH 17 minggu

(57)

F. Kerangka Pikir

Media film animasi merupakan salah satu contoh variasi media pembelajaran. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yanti Eka Sugiyanti pada tahun 2013 mengenai pengaruh penggunaan media film animasi terhadap kemampuan memahami cerita pada anak tunagrahita ringan kelas VIIdi SLB-C Setya Darma menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media film animasi terhadap kemampuan memahami cerita pada anak tunagrahita ringan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Muhammad Rahmatullah pada tahun 2011 mengenai pengaruh pemanfaatan media pembelajaran film animasi terhadap hasil belajar IPS juga menunjukkan perbedaan signifikan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan dan tidak menggunakan media pembelajaran film animasi setelah perlakuan. Berdasarkan dua penelitian tersebut, diketahui bahwa pemanfaatan media film animasi memberikan pengaruh dalam kegiatan pembelajaran di kelas jika dibandingkan dengan kelas yang tanpa menggunakan media film animasi.

(58)

disukai oleh anak karena tampilannya yang menarik, namun belum terdapat penelitian mengenai pengaruh media ini terhadap motivasi anak TK.

Media yang saat ini ada di TK rata-rata masih sederhana dan apa adanya, sehingga motivasi anak dalam mengikuti pembelajaran menjadi kurang optimal. Hal ini ditunjukkan dengan sikap anak yang mencari objek lain yang lebih menarik, seperti mengobrol dengan teman, bermain dengan media di sekitarnya serta berjalan-jalan keluar kelas. Padahal sebenarnya guru dapat melakukan inovasi dalam menggunakan media pembelajaran, salah satunya adalah dengan menggunakan media film animasi. Oleh karena itu, keberadaan media film animasi dianggap sebagai salah satu media alternatif yang memberikan peluang untuk mengatasi rendahnya motivasi belajar anak.

Terkait dengan hal tersebut, maka peneliti ingin mengetahui berapa besar pengaruh penerapan media film animasi terhadap motivasi belajar anak dengan cara melakukan penelitian eksperimen (Experiment Research). Penelitian ini menggunakan media film animasi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak.

(59)

G. Hipotesis

(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pada penelitian ini yang digunakan adalah penelitian kuasi eksperimen dengan desain Nonequivalen Control Group Design. Sugiyono (2011: 118) menjelaskan Nonequivalen Control Group Design adalah desain penelitian yang hampir sama dengan Pretest-Posttest Control Group Design di mana dua kelompok diberi pretes dan postes untuk mengetahui perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, namun pada desain Nonequivalen Control Group Design ini penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak

dipilih secara acak.

Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelompok, kelompok pertama diberi perlakuan sedangkan kelompok kedua tanpa perlakuan. Kelompok yang diberi perlakuan dengan pembelajaran menggunakan media film animasi disebut kelompok eksperimen dan kelompok tanpa perlakuan disebut kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama-sama dinilai motivasinya dalam mengikuti pembelajaran hingga akhir.

Berikut adalah desain pola eksperimen Nonequivalen Pretest-Postest Control Group Design pada penelitian ini:

Tabel 3. Bentuk Desain Penelitian Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 - O4

(61)

Keterangan:

O1 & O3 = Kedua kelompok diberi pre-test O2 = Post-test pada kelompok eksperimen O4 = Post-test pada kelompok kontrol X = Perlakuan pada kelompok eksperimen

- = Kelompok kelompok kontrol diberikan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru yaitu menggunakan media gambar sederhana. Dalam penelitian ini langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah:

1. Tahap Persiapan

a. Memilih tema yang akan digunakan dalam penelitian. Peneliti memilih tema alat transportasi dengan sub tema nama-nama alat transportasi darat, udara dan air.

b. Meminta izin kepada kepala sekolah yang bersangkutan untuk melaksanakan penelitian.

c. Berkonsultasi dengan guru kelas mengenai: 1) Waktu yang digunakan dalam penelitian.

2) Teknik pelaksanaan penelitian dengan guru kelas yang bertindak sebagai guru dalam pembelajaran menggunakan film animasi dan media sehari-hari (gambar), sedangkan peneliti hanya bertindak sebagai observer.

3) Menentukan kelompok yang akan dijadikan sampel. 4) Perangkat pembelajaran berupa LCD.

(62)

e. Mempersiapkan instrumen penelitian yang berupa lembar pengamatan motivasi anak.

2. Tahap Pelaksanaan a. Pretes

Pada tahap ini, peneliti mengamati motivasi anak selama kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru sebelum dilakukan treatment. Pengamatan ini berpedoman pada lembar observasi yang sudah disusun. Pelaksanaan pretes dilakukan satu kali untuk kelompok eksperimen dan satu kali untuk kelompok kontrol.

b. Treatment/Perlakuan

Proses treatment pada kelompok eksperimen dilakukan dengan memberikan media film animasi, sedangkan pada kelompok kontrol dengan tanpa perlakuan/pembelajaran dilakukan dengan menggunakan media sehari-hari berupa gambar. Pemberian perlakuan ini dilakukan sebanyak tiga kali pada masing-masing kelompok kontrol dan eksperimen. c. Postes

Postes dilakukan pada hari yang sama ketikatreatment dilakukan.Pada proses ini, peneliti kembali mengamati motivasi anak selama kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan postes dilakukan sebanyak tiga kali mengikuti jumlah treatment yang dilakukan.

(63)

B. Variabel Penelitian

Sugiyono (2011: 38) mengatakan bahwa variabel penelitian adalah suatu aribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. M. Nasir (2003: 123) juga mengemukakan bahwa variabel merupakan konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai.Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa variabel merupakan suatu hal, ciri khusus dan bermacam-macam yang menjadi objek penelitian dan dapat diukur.

Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Sugiyono (2011: 39) menyatakahn bahwa, variabel independent (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat), sedangkan variabel dependent (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah media film animasi, sedangkan variabel terikat (Y) adalah motivasi belajar.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

(64)

Selain itu, penelitian mengenai film animasi belum pernah di lakukan di sekolah tersebut.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei semester II tahun ajaran 2014/2015.

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Sugiyono (2011: 61) berpendapat bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan Saifudin Azwar (2010: 77) mengatakan populasi adalah sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Jadi, dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan sekelompok subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu untuk dikenai generalisasi hasil penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelompok B TK Islam Tunas Melati yang terdiri tujuh kelompok (B1, B2, B3, B4, B5, B6, dan B7) dengan jumlah 105 anak.

2. Sampel Penelitian

(65)

populasi, sedangkan Sugiyono (2011: 62) berpendapat bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Berdasarkan ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian sampel adalah sebagian anggota populasi yang akan diteliti dalam penelitian.

Pengambilan sampel untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan teknik sampel bertujuan (sampling purposive).Sugiyono (2011: 126) mengatakan bahwa, teknikbertujuan adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pada penentuan sampel ini yang menjadi pertimbangan adalah usia dan kematangan perkembangan. Selanjutnya, kelompok yang memenuhi adalah kelompok B6 dan B7.

E. Teknik Pengumpulan Data

M Nazir (2005: 172) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Sementara itu, Sugiyono (2011: 308) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Merujuk pada kedua pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa teknik pengumpulan data adalah langkah sistematis yang dirancang guna memperoleh data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi.

(66)

dapat dilakukan melalui pengamatan, pendengaran, pencium, peraba, dan pengecap. Penggunaan metode observasi dimaksudkan untuk mengetahui motivasi belajar anakdalam mengikuti pembelajaran.

Peneliti menggunakan pedoman pengamatan untuk mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung dan aktivitas anak. Pengamatan yang digunakan berupa lembar observasi yang sudah dirinci,sehingga menampilkan aspek-aspek dari proses yang harus diamati.

Peneliti menggunakan bentuk skala yaitu skala Likert dengan empat kemungkinan jawaban yaitu a) sangat sesuai, b) sesuai, c) tidak sesuai dan d) sangat tidak sesuai. Skala ukur yang digunakan untuk penskoran menggunakan skala Likert, sehingga skor jawaban adalah a=4, b=3, c=2, dan d=1, jika itemnya positif/favorable. Sedangkan untuk item negatif/unfavorable diberikan skor a=1, b=2, c=3, dan d=4.

F. Instrumen Pengumpulan Data

(67)

yang membantu peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik sehingga lebih mudah diolah. Penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan data berupa lembar observasi.

Berdasarkan teori yang telah disajikan dalam bab sebelumnya maka dapat dikemukakan indikator-indikator dari variabel. Adapun kisi-kisi yang digunakan dalam pedoman pengamatan terhadap motivasi belajar anak adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Motivasi Belajar Anak Kelompok B TK Islam Tunas Melati

(68)

Dari penjabaran di atas, maka dapat dilihat bahwa terdapat delapan pernyataan positif/favorable dan tidak ada pernyataan negatif/unfavorable.

G. Uji Validitas

Suharsimi Arikunto (1998: 160) berpendapat bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dengan kata lain dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.Sukardi (2003: 123), berpendapat bahwa validitas isi merupakan derajat di mana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin diukur. Untuk menguji validitas isi dapat digunakan pendapat dari ahli (expertjudgment).

Penelitian ini dilakukan dengan mengkonsultasikan dan meminta pertimbangan kepada dosen ahli mengenai instrument yang telah disusun. Ahli expertjudgment instrumen dalam penelitian ini adalah ibu Nelva Rolina, M. Si

yang juga bertindak sebagai dosen pembimbing skripsi. Validator memberikan masukkan untuk mengubah lembar observasi yang awalnya berupa rubrik menjadi skala likert, karena jika dibandingkan dengan rubrik, penilaian menggunakan

(69)

skala likert lebih tepat untuk menilai perilaku atau sikap. Setelah melakukan evaluasi tersebut instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan valid.

H. Uji Reliabilitas

Suharsimi Arikunto (1998: 170) mengatakan bahwa, reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik Uji reabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan koefisien reliabilitasAlhpha Croncbach dengan bantuan software SPSS 20 for Windows.Data yang digunakan adalah data hasil pretes kedua kelas. Berikut ini

merupakan hasil dari pengujiankoefisien reliabilitas Alhpha Croncbach dengan software SPSS 20 for Windows.

Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas dengan SPSS 20 for Windows

NilaiAlhpha Croncbach Jumlah Item

0,872 8

Gambar

Tabel 1. Tema Semester ITema
Tabel 3. Bentuk Desain Penelitian
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen PenelitianMotivasi Belajar Anak Kelompok B TK Islam Tunas Melati
Tabel 7. Data Nama Anak Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melalui perubahan paradigma tersebut, kini di TK Bukit Dago diterapkan pembelajaran tari kreatif (creative dance) bertema lingkungan yang melibatkan siswa secara

Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial Facebook.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Sesuai latar belakang masalah yang telah diuraikan, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh Debt to Total Asset Ratio (DAR) dan Debt to Total Equity Ratio (DER)

Peradilan agama hari ini telah sama dan sejajar dengan peradilan lain di Indonesia, kewenangan yang semakin bertambah tentunya harus diiringi dengan kesiapan yang

Persepsi mahasiswa terhadap kualitas pelayanan akademik yang diberikan oleh dosen dalam proses pembelajaran di jurusan PTBB berada pada kategori baik (3,22) sedangkan di jurusan

Plat –plat tulang ini dikepala bersatu dengan tengkorak yang terbuat dari tulang rawan, mulut sebelah kebawah ujung kepala (hidung) runcing, sirip ekor tidak simetris, bertutup

Piston Up, saat udara terisi, motor membuat ayunan piston ke atas dan menyebabkan up presure, sehingga udara akan keluar melalui pipa output dan valve yang terdapat

Tampilan Feature Image dari Post yang telah dibuat adalah seperti ini.. Tampilan dari Post yang telah dibuat adalah seperti