• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN SEKS ISLAMI DALAM KELUARGA BAGI ANAK USIA 0-12 TAHUN : DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDIDIKAN SEKS ISLAMI DALAM KELUARGA BAGI ANAK USIA 0-12 TAHUN : DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN SEKS ISLAMI DALAM KELUARGA

BAGI ANAK USIA 0-12 TAHUN

(DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat

Memperoleh gelar megister dalam Program Studi Ilmu Keislaman pada Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI)

OLEH

NINO INDRIANTO 09770014

Oleh:

Toyyibatur Rohmah NIM: F03213058

PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Judul : Pendidikan Seks Islami dalam Keluarga bagi Anak Usia 0-12 tahun (di Desa Parseh Kecamatan Socah Kabupaten

Bangkalan)

Penulis : Toyyibatur Rohmah

Pembimbing : Dr. Husniyatus S. Zainiyati, M.Ag

Kata Kunci : Pendidikan Seks Islami, Keluarga, Usia 0-12 tahun

Masalah dalam penelitian ini adalah: (1) mengapa pendidikan seks Islami dalam keluarga perlu diberikan bagi anak usia 0-12 tahun di Desa Parseh Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan. (2) Bagaimana pola pendidikan pendidikan seks Islami dalam keluarga bagi anak usia 0-12 tahun di Desa Parseh Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

(7)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PRASYARAT ...

PERNYATAAN KEASLIAN ...

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...

PENGESAHAN TIM PENGUJI………..

TRANSLITERASI ARAB LATIN ...

ABSTRAK ...

UCAPAN TERIMA KASIH ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR LAMPIRAN ... i

ii

iii

iv

v

vi

vii

x

xi

xii

BAB I : PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah ...

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah………...

C.Rumusan Masalah ...……

D.Tujuan Penelitian ...

E. kegunaan Penelitian ...

F. Penelitian Terdahulu ...

G.Sistematika Penulisan ...

1

1

7

8

8

8

9

(8)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A.Pendidikan Seks…...

1. Definisi Pendidikan Seks……...

2. Dasar Pendidikan Seks…...

3. Tujuan Pendidikan Seks…...

4. Pola Pendidikan Seks Islami pada Anak…...

5. Metode Pendidikan Seks…...

B. Konsep Keluarga……….………..

1. Definisi Keluarga……….…………..

2. Fungsi Keluarga………...…………..

3. Tujuan Keluarga………..…………..

C.Kareakter Anak Usia 0-12 tahun………...

1. Pengertian anak usia 0-12 tahun ...

2. Karakteristik Aspek Perkembangan anak ...

a. Perkembangan motorik anak...

b. Perkembangan intelektual ...

c. Perkembangan bahasa...

d. Perkembangan keagamaan / moral...

e. Perkembangan psikoseksual………..

f. Perkembangan social dan kepribadian………..

D.Pendidikan Seks Islami dalam Keluarga bagi Anak Usia 0-12

tahun………....

17

17

21

23

26

44

47

47

48

50

52

52

54

54

56

57

59

60

61

(9)

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A.Metodologi Penelitian……….

1. Jenis Penelitian………...

2. Lokasi Penelitian………..…..

3. Teknik Penarikan Informan………

B. Metode Pengumpulan Data……….

1. Observasi………

2. Wawancara ………

3. Dokumentasi………...

C. Metode Analisis Data………..

1. Reduksi Data………..

2. Penyajian Data………

3. Penarikan Kesimpulan………

D.Pengecekan Keabsahan Data………..

BAB IV : GAMBARAN UMUM DESA PARSEH KECAMATAN

SOCAH KABUPATEN BANGKALAN

A.Keadaan Geografis Desa Parseh Kecamatan Socah

Kabupaten Bangkalan………..

B.Keadaan Demografis Desa Parseh Kecamatan Socah

Kabupaten Bangkalan………..

1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin……….

2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Umur………...

71

71

71

71

73

73

74

75

75

76

76

77

77

79

80

80

(10)

3. Keadaan Penduduk Menurut Agama………

4. Keadaan Sarana dan Prasarana……….

5. Sarana Pendidikan………

6. Prasarana Kesehatan……….

BAB V : PAPARAN DATA PENELITIAN DAN ANALISIS

A.Perlunya Pendidikan Seks Islami dalam Keluarga bagi Anak

Usia 0-12 Tahun di Desa Parseh Kecamatan Socah Kabupaten

Bagkalan……….……...

B. Pola Pendidikan Seks Islami dalam keluarga bagi anak usia

0-12 tahun di Desa Parseh Kecamatan Socah Kabupaten

Bagkalan………...

1. Menanamkan sifat feminism dan maskulin……...

2. Mengenalkan mahrom-mahromnya ……. ……...

3. Menikahkan anak yang siap menikah ……. ...

BAB VI : PENUTUP

A. Simpulan ...

B. Saran-saran ...

C. Keterbatasan Penelitian ...

82

83

84

84

85

92

93

96

99

107

108

109

DAFTAR PUSTAKA

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan tunas, potensi dan generasi penerus cita-cita bangsa,

memiliki peran strategis dalam menjamin eksistensi bangsa dan negara di

masa mendatang. Mereka perlu mendapatkan kesempatan yang

seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental,

social maupun spiritual. Mereka perlu mendapatkan hak-haknya, perlu

dilindungi dan disejahterakan.1

Berdasarkan hak tersebut maka didapati berbagai segi atau aspek

pendidikan yang harus mereka dapatkan. Di antara aspek-aspek pendidikan

tersebut adalah pendidikan budi pekerti, pendidikan kecerdasan, pendidikan

sosial, pendidikan jasmani, pendidikan agama dan pendidikan seks.

Semua orang tua selalu menginginkan anaknya menjadi anak yang

baik. sehingga sudah sepantasnya orang tua memberikan bekal berupa

pendidikan yang menyeluruh, termasuk pendidikan seks. Secara umum

pendidikan seks adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas

manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan,

kehamilan, sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungna seksual dan

aspek-aspek kesehatan reproduksi lainnya.2

1

Abu Huraerah, KekerasanTerhadap Anak (Bandung: Nuansa Cendekia, 2012), 11.

2

Nurkaib, “Sang Pembelajar dan Guru Peradaban”, Terj: Mohammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Leadership & Manajemen Muhammad S.A.W “The Super Leader Super Manager, (Jakarta: Tazkia Publishing, 2010), 198.

(12)

2

Al-Qur'an membicarakan masalah seks dengan terbuka. Dalam

al-Qur’an, dapat ditemukan pembahasan mengenai reproduksi dan

penciptaan manusia, menstruasi, kehidupan keluarga, posisi-posisi seksual

dan bahkan ejakulas. Sebagaimana firman Allah dalam Qs. Al-Baqa>rah:

222-223:































Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu adalahsuatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. apabila mereka telah Suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. 3

Maraknya kasus kekerasan seksual yang terjadi belakangan ini tidak

lagi hanya mengancam para anak atau remaja yang rentan terhadap informasi

yang salah mengenai seks. Eksploitasi seks pada anak di bawah umur sering

3

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/ Pentafsir al-Qur’an, 1971), 35.

(13)

3

dilakukan oleh orang-orang terdekat dan bahkan dilakukan oleh keluarga

korban sendiri. Misalnya kasus yang terjadi di dalam keluarga ialah kasus

yang terjadi pada MM (48), warga Parseh Kecamatan Socah yang telah

melakukan pencabulan terhadap anaknya sendiri St (20) hingga hamil.4

bahkan yang sangat miris adalah kasus yang menimpa siswi kelas IV SD

yang mengaku menjadi korban pencabulan oleh pamannya sendiri, AA (38)

sejak dirinya kelas II SD5 dan berbagai kasus lainnya.

Meningkatnya kasus kekerasan seks pada anak menurut peneliti

merupakan bukti nyata kurangnya pengetahuan anak mengenai pendidikan

seks yang seharusnya sudah mereka peroleh dari tahun pertama oleh orang

tuanya.

Mengingat urgennya pendidikan seks bagi anak, maka keluarga atau

orang tua dituntut memiliki kepekaan, keterampilan, dan pemahaman terkait

pendidikan seks agar mampu memberi informasi dalam porsi tertentu, yang

justru tidak membuat anak semakin bingung atau penasaran. Orang tua adalah

pihak yang paling bertanggung jawab terhadap anak dalam masalah

pendidikan, termasuk pendidikan seks.

Kesadaran orang tua dan pendidik akan pendidikan seks kepada anak

masih minim dan kurang jelas. Salah satunya adalah membiasakan dan

membimbing anak yang usia PAUD-SD terkait pendidikan seks serta

menyembunyikan urusan seksual dari anak-anak pada saat mereka

membutuhkan bimbingan yang murni, yaitu umur tujuh hingga 12 tahun,

4

Ahmad Nawai, Wawancara, 20 Oktober 2015.

5

Ibid.

(14)

4

sehingga mereka tidak mengatahui apa-apa tentang masalah seksual sampai

mereka menginjak usia puber. Padahal dalam Islam, seorang anak mumayiz

harus dikenalkan pada kaidah-kaidah yang berkaitan dengan pendidikan

seksual, untuk mempersiapkan dan membekali anak menghadapi perubahan

dalam pertumbuhannya dan melawan arus globalisasi yang semakin

transparan dalam berbagai hal termasuk seksualitas.6

Jika metode pendidikan dan pengarahan gagal dalam menyiapkan dan

melatih anak untuk memikul tanggung jawab maka bisa dipastikan mereka

akan terjerumus ke dalam pergaulan bebas dan keterpurukan yang

berkelanjutan. Berbagai tugas yang diberikan kepada anak menjelang dewasa,

sebenarnya hanya untuk mempersiapkan mereka secara dini dan bertahap

untuk menghadapi berbagai perubahan baru. Jika metode pendidikan tidak

dapat melakukan hal tesebut, maka berbagai tantangan hidup akan

memberatkan remaja puber dan mengancam keamanan mereka.7

Pada dasarnya pendidikan apapun cara dan bentuk yang diajarkan

mempunyai pengaruh yang tidak sedikit pada pola pikir anak apalagi jika

ditambah dengan penanaman nilai-nilai keagamaan, budaya dan sosial yang

dapat menjadikan anak lebih peka terhadap perbedaan sejak dini. Penyerapan

nilai tidak berlangsung serentak melainkan dibutuhkan pola pengajaran yang

biasa dipakai nalar.8

6

Yusuf Madani, Pendidikan Seks untuk Anak dalam Islam, Panduan bagi Orang Tua, Guru, Ulama, dan Kalangan Lainnya. Ter: Irwan Kurniawan (Jakarta: Pustaka Zahra. 2003), 23.

7

Yusuf Madan, Sex Education 4 Teens Pendidikn seks remaja dalam Islam (Jakarta Selatan: Mizan publiasi), 4.

8

Michail Reiss dan J. Mark Halstead, Pendidikan Seks Bagi Remaja dari Prinsip Kepraktek

(Yogyakarta: Acenia Press, 2006), vi.

(15)

5

Hal yang perlu diingat bahwa pendidikan seks di sini, bukanlah

mengajarkan cara-cara berhubungan badan, melainkan lebih kepada upaya

memberikan pemahaman yang benar kepada anak, sesuai dengan tingkat

usianya, mengenai fungsi-fungsi alat seksual dan masalah naluri alamiah

yang mulai timbul. Di samping itu, pendidikan seks untuk anak adalah

memberikan pemahaman tentang perilaku pergaulan yang sehat dan

resiko-resiko yang dapat terjadi di seputar masalah seksual. Dengan demikian

anak-anak lebih dapat melindungi diri dan terhindar dari bahaya pelecehan seksual

(khususnya wanita). Sementara itu, bagi anak lebih dapat bertanggung jawab

ketika masuk ke dunia remaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan

dan pendidikan seks dapat mencegah perilaku seks bebas, kehamilan yang

tidak diinginkan, aborsi, pelecehan seksual, sampai pada penularan

HIV/AIDS.9

Untuk menghindari hal-hal seperti itu perlu sekali diterapkan

moral-moral agama dalam seks. Moral berarti ajaran baik dan buruknya tingkah laku

manusia. Seks yang berjalan sesuai dengan moral agama, pasti akan berjalan

dengan baik, wajar tanpa menodai harkat dan marabat manusia. Disinilah

letak pentingannya pendidikan seks yang sesuai dan sejalan dengan tuntunan

agama.10

Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas pendidikan seks Islami

dalam keluarga bagi anak usia 0-12 tahun tepatnya di Desa Parseh Kecamatan

Socah Kabupaten Bangkalan. Desa ini merupakan Desa padat penduduk

9

Ibid., vi.

10

M. Bukhori, Islam dan Adab Seksualitas (Solo: Amzah 2001), 3.

(16)

6

dengan kondisi sebagian besar masyarakat yang agamis. Hal ini terbukti

dengan adanya kegiatan pengajian rutin dan acara keagamaan masyarakat

cukup kuat. Pendidikan agama baik formal maupun non-formal cukup banyak

dan bahkan sepertinya pendidikan agama menjadi suatu kewajiban orang tua

untuk menyekolahkan anaknya, bahkan kebanyakan orang tua di Desa ini

adalah alumni pondok pesantren baik salaf maupun modern. Akan tetapi

penyimpangan seks yang terjadi pada anak usia dini belakangan ini

meningkat dikarenakan ketidak fahaman orang tua tentang cara memeberikan

pendidikan seks pada anak sejak dini, misalnya banyak orang tua membiarkan

anak laki laki dan perempuanya tidur bersama di ruang tamu dengan alasan

karena saudara kandung dan masih kecil, para ibu-ibu kebanyakan membuka

aurat di depan anaknya dengan hanya memakai sarung tanpa memakai baju

dengan alasan mereka semua adalah keluarga, dan yang lebih ironinya

mereka orang tua membiarkan anak laki-laki atau perempunya yang

mendekati fase mumayyiz di cium oleh selain muhrimnya.

Selain itu terjadinya kasus pelecehan seksual yang di lakukan oleh

anak usia dini di lingkungan rumah kepada temannya yang lain jenis dengan

alasan hanya permainan belaka, serta terjadinya free seks di tempat sepi.

Penyimpangan diatas membuktikan bahwa pendidikan seks amat perlu

diberikan kepada anak sejak dini agar mereka terhindar dari kesalah pahaman

dalam memahami makna seksual yang mengakibatkan munculnya sikap yang

(17)

7

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Topik mengenai Pendidikan pada anak memang sangat penting untuk

dibahas karena anak merupakan aset penting generasi penerus bangsa

sehingga memunculkan banyak kerangka bahasan di dalamnya antara lain

ialah pendidikan seks pada anak usia dini-remaja, kekerasan seks pada anak

baik terjadi di rumah, lingkungan sekitar, dan di sekolah.

Mengingat keluasan pembahasan tentang pendidikan pada anak, maka

permasalahan yang akan diangkat dalam rangka untuk memproyeksikan

penelitian ini lebih lanjut ialah mengkonsentrasikan diri pada pendidikan seks

dalam kelurga pada anak usia 0-12 tahun di Desa Parseh Kecamatan Socah

Kabupaten Bangkalan. Alasan pemilihan usia 0-12 tahun ialah karena pada

usia 0-8 tahun dikatakan golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat

berharga dibanding usia-usia selanjutnya karena karakter dasar manusia itu

dibentuk pada masa kanak-kanak, dan ahli psikoanalisa telah membuktikan

tentang pengaruh yang baik atau tidak baik pada tahun-tahun pertama

terhadap pertumbuhan karakter dasar anak. Pendidikan yang salah dapat

mempengaruhi perkembangan berbagai bentuk penyimpangan seksual pada

masa-masa berikutnya. Pendidikan seks pada anak usia dini dimungkinkan

dapat meluruskan pemahaman dan prilaku seks anak-anak sehingga bisa lebih

positif dan usia tersebut mencapai titik kuliminasi pada usia 18 tahun.

C. Rumusan Masalah

Pada penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas

(18)

8

1. Mengapa pendidikan seks Islami dalam keluarga perlu diberikan bagi

anak usia 0-12 tahun di Desa Parseh Kecamatan Socah Kabupaten

Bangkalan?

2. Bagaimana pola pendidikan seks Islami bagi anak usia 0-12 tahun di

Desa Parseh Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian ini,

maka tujuan penelitian meliputi:

1. Untuk mengetahui alasan pentingnya pendidikan seks Islami dalam

keluarga bagi anak usia 0-12 tahun di Desa Parseh Kecamatan Socah

Kabupaten Bangkalan.

2. Untuk mengetahui pola pendidikan seks Islami bagi anak usia 0-12 tahun

di Desa Parseh Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.

E. Kegunaan penelitian

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah

keilmuan terkait dengan pendidikan seks Islami dalam keluarga pada anak

usia 0-12 tahun yang konstruktif kepada instansi pendidikan khususnya pada

semua orang tua.

Adapun secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan

dalam memberikan pengarahan bagi semua kelurga khususnya keluarga di

Desa Parseh Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan untuk lebih

(19)

9

usia 0-12 tahun serta dapat mengurangi adanya kesalahan-kesalahan dan

penyelewengan terhadap seksual khususnya bagi anak.

F. Penelitian Terdahulu

Sepanjang pengamatan penulis, judul pendidikan seks dalam keluarga

bagi anak usia 0-12 tahun belum ada yang membahas, akan tetapi penyusun

menemukan beberapa judul skripsi yang masih ada kaitannya dengan judul

tesis penulis. Diantaranya:

1. Agung Hastomo (2007) telah melakukan penelitian dengan judul

“Pendidikan seks anak (pendekatan praktis bentuk dan antisipasi

penyimpangan seks anak)”. Hasil dari penelitian ini adalah peran urgen

orang tua bagi seorang anak. Orang tua sebaiknya senantiasa melakukan

monitor demi tumbuh kembang anak yang optimal. Membentuk perilaku

anak dan penyesuaian perkembangan seksual yang proporsional

setidaknya memberikan rangsangan yang terarah dan positif harapannya

daripada rangsangan yang kurang menentu.11

2. Istiqomah (2009) telah melakukan penelitian dengan judul “Studi

komparasi pendidikan seks di Barat dengan pendidikan seks dalam Islam

(kajian tentang tujuan dan materi)”. Skripsi ini merupakan penelitian

kepustakaan (Library Research). Hasil dari penelitian ini adalah

penekankan pada perbedaan tujuan dan materi terkait pendidikan seks

menurut Pandangan Barat dan Islam. Pendidikan seks di Barat mempunyai

11

Agung Hastomo, “Pendidikan Seks Anak Pendekatan Praktis Bentuk dan Antisipasi Penyimpangan Seks Anak” (Skripsi—Universitas Negeri Yogyakarta, 2007).

(20)

10

tujuan berdasarkan fakta yang mencakup aspek kesehatan fisik dan

psikisnya sedangkan pendidikan seks dalam Islam meliputi aspek

kesehatan, social dan relegius.12

3. Wisna Sepriatna (2010) telah melakukan penelitian dengan judul

“Pendidikan seks anak dalam keluarga menurut Abdullah Nashih Ulwan”.

Skripsi ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research) yang

menggunakan kitab Tarbiyatul Aulad fil Islam sebagai refrensi primer.

Penelitian ini hanya mengupas tentang pemikiran dan cara mendidik anak

menurut pandangan Abdullah Nashih Ulwan. Menurutnya pendidikan seks

merupakan upaya pengajaran, penyadaran dan penerangan tentang

masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri dan perkawinan,

sehingga anak akan mengetahui hal-hal yang di haramkan dan dihalalkan

bahkan mampu menerapkan prilaku Islami dan tidak mengikuti syahwat

dan hedonisme.13

4. Mutimmatul Faridah (2010) telah melakukan penelitian dengan judul

“Integrasi pendidikan seks dalam kurikulum pendidikan agama Islam

(Penelitian Pengembangan bagi Siswa SMA di Surabaya)”. Hasil

penelitian ini ialah merumuskan integrasi pendidikan seks dalam

kurikulum pendidikan agama Islam di SMA dan menghasilkan perangkat

pembelajaran pendidikan seks yang terintegrasi dalam kurikulum

pendidikan agama Islam yang berkualitas di SMA. Penelitian ini

12

Istiqomah, “Studi Komparasi Pendidikan Seks Di Barat dengan Pendidikan Seks dalam Islam (Kajian Tentang Tujuan Dan Materi)” (Skripsi—Universitas Negeri Yogyakarta, 2009).

13

Wisna Sepriatna, “Pendidikan Seks Anak dalam Keluarga Menurut Abdullah Nashih Ulwan” (Skripsi--UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010).

(21)

11

merupakan penelitian pengembangan model Plomp, dengan menempuh

lima fase, yaitu investigasi, disain, konstruksi, validasi dan

implementasi.P13F 14

5. Sri Ainani Masroh (2011) telah melakukan penelitian dengan Judul

“Pendidikan seks pada anak usia dini dalam perspektif pendidikan Islam”.

skripsi ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research) dengan

teknik analisis deskriptif kualitatif dan induktif. Hasil penelitian ini adalah

memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak

bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan

terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Adapun

langkah-langkah Islam pada anak usia dini ini hanyalah berupa tuntunan yang

bersifat pencegahan untuk menyongsong perubahan-perubahan biologis

yang terjadi pada masapertumbuhan yang lain.P14F 15

6. Fitriana (2011) telah melakukan penelitian dengan judul “Pendidikan seks

dan implikasinya terhadap akhlak remaja (perspektif pendidikan Islam)”.

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan teknik analisis

deduktif, induktif dan komparatif. Hasil dari penelitian ini adalah:

pendidikan seks yang harus dilaksanakan dalam keseluruhan konteks

ideology Islam, agar para remaja disamping memperoleh pengetahuan

14

Mutimmatul Faridah, “Integrasi Pendidikan Seks dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Penelitian Pengembangan bagi Siswa SMA di Surabaya)” (Disertasi—IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2010).

15

Sri Ainani Masroh, “Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini dalam Perspektif Pendidikan Islam” (Skripsi—IAIN Wali Songo, Semarang, 2011).

(22)

12

fisiologis dengan baik, juga memiliki kesadaran penuh akan kesucian

hubungan seks dalam Islam.16

7. Yuni Sasmita (2011) telah melakukan penelitian (Skripsi) dengan judul

“Pendidikan seks untuk anak (Usia 06-12 tahun dalam perspektif Islam)”,

Penelitian Skripsi ini menggunakan penelitian kepustakaan dengan teknik

analisis Deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah a. pendidikan seks

dalam Islam merupakan bagian integral dari pendidikan akidah, akhlak dan

ibadah, b. pendidik utama dalam pendidikan seks adalah orang tua, c. alat

dalam pendidikan seks adalah perintah-larangan, pujian, hukuman-hadiah

dan nasehat, d. materi pendidikan seks adalah menanamkan jiwa maskulin

dan feminism sejak dini. .17

8. Pipih Indah Permatasari (2011) telah melakukan penelitian (Skripsi)

dengan judul “Peranan orang tua dalam membimbing pendidikan seks bagi

anak menurut pandangan agama Islam”. Penelitian ini menggunakan

penelitian tematik dengan teknik analisis deduktif, induktif dan

komparatif. Hasil dari penelitian ini adalah: pentingnya pengetahuan dan

cara orang tua dalam mendidik serta memberi arahan secara agamis yang

tepat terhadap anak akan pendidikan seks, karena pendidikan seks bagi

anak memberikan kontribusi yang positif bagi pertumbuhannya

menjadi sosok manusia baik laki-laki ataupun perempuan. Sehingga

16

Fitriana, “Pendidikan Seks dan Implikasinya Terhadap Akhlak Remaja (perspektif pendidikan Islam)” (Skripsi—UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2011).

17

Yuni Sasmita, “Pendidikan Seks untuk Anak (Usia 06-12 Tahun dalam Perspektif Islam)” (Skripsi—UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2011).

(23)

13

mempunyai fungsi agar anak mengerti dan puas dengan peran jenis

kelaminnya.18

9. Nur Rizki Amalia Siregar (2012) telah melakukan penelitian dengan judul

“Peran orang tua dalam memberikan pendidikan seks pada anak

perempuan usia remaja awal”. Penelitian ini menggunakan penelitian

kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah: lebih menekankan pada

peran orang tua dalam mendidik putrinya yang berusia remaja awal.

Anggapan bahwa seorang anak perempuan lebih perlu diberi pengetahuan

dan arahan yang lebih terkait pendidikan seks.19

10. Alwahdania S(2013) telah melakukan penelitian dengan judu

“Pendidikan seks dalam keluarga bagi anak usia remaja studi kasus

keluarga dari tingkat pendidikan atas, menengah dan bawah (di kelurahan

Manggala)”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif purposive

sampling. Penelitian ini mengungkap betapa pentingkan pendidikan seks

pada anak dan membedakan cara pengajaran atau arahan bagi orang tua

yang berbeda tingkat pendidikannya.20

11. Rokhana Nur Solikhah (2014) telah melakukan penelitian dengan

judul “Persepsi orangtua terhadap pendidikan seks pada anak usia dini di

Desa Tawang Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo”. Tujuan penelitian

18

Pipih Indah Permatasari, “Peranan Orang Tua dalam Membimbing Pendidikan Seks Bagi Anak Menurut Pandangan Agama Islam Pendidikan Seks untuk Anak (Usia 06-12 Tahun dalam Perspektif Islam)” (Skripsi—IAIN Syekh Nurati, Cirebon, 2011).

19

Nur Rizki Amalia Siregar, “Peran Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seks pada Anak Perempuan Usia Remaja Awal” (Skripsi—Universitas Mercu Buana, Jakarta, 2012).

20

Alwahdania S., “Pendidikan Seks dalam Keluarga Bagi Anak Usia Remaja Studi Kasus Keluarga dari Tingkat Pendidikan Atas, Menengah Dan Bawah (di Kelurahan Manggala)” (Skripsi—Universitas Hasanuddin, Makassar, 2013).

(24)

14

ini untuk mengetahui tingkat persepsi orang tua terhadap pendidikan seks

pada anak usia dini di Desa Tawang Kecamatan Weru Kabupaten

Sukoharjo dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat persepsi orang

tua. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kuantitatif dengan pendekatan survey. Penelitian dilakukan di Desa

Tawang. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki

anak usia 4-6 tahun sebanyak 215 orang tua. Peneliti mengambil sampel

sebanyak 45 orang tua dengan menggunakan teknik Purposive

proportional random sampling. Data persepsi orang tua dan data

faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi orang tua diperoleh melalui

angket.P20F 21

Semua penelitian di atas mempunyai persamaan dan perbedaan

dengan penelitian yang akan penulis teliti. Adapun persamaannya yaitu

semua judul Skripsi dan tesis diatas sama-sama membahas akan pentingnya

pendidikan seks bagi anak, hanya saja perberbedaanya terletak pada objek

dan lokasi yang akan diteliti. Pada penelitian sebelumnya semua objek

penelitiannya adalah anak usia dini dan remaja, sedangkan objek yang akan

diteliti oleh penulis adalah anak yang usia 0-12 tahun. Adapun lokasi yang

menjadi tempat penelitian adalah dusun Parseh selatan dan dusun Parseh

utara Desa Parseh kecamatan Socah kabupaten Bangkalan. Adapun objek dan

lokasi penelitian belum pernah ada yang meneliti sebelumnya.22

21

Rokhana Nur Solikhah, Persepsi Orangtua Terhadap Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini di Desa Tawang Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo” (Skripsi—Universitas Muhammadiyah, Surakarta, 2014).

22

H. Ismail (sekretaris Desa Parseh), wawancara, 12 Oktober 2016.

(25)

15

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika dari penulisan karya ilmiah ini selanjutnya akan

diuraikan dalam lima bab dengan rincian:

Bab Pertama adalah Pendahuluan. Merupakan bagian awal dari

sebuah penelitian sebagai pengantar dalam memahami pokok-pokok

permasalahan. Pembahasan dalam bab ini meliputi: latar belakang,

identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, dan sistematika pembahasan..

Bab kedua adalah Landasan Teori. pertama bab ini berisi tentang

pendidikan seks yang meliputi definisi pendididkan seks, dasar pendidikan

seks, tujuan pendidikan seks, pokok pendidikan seks dan metode pendidikan

seks. Kedua adalah konsep keluarga yang meliputi definisi, fungsinya dan

tujuan keluarga. Ketiga adalah pengertian anak dan karakteristik anak usia

0-12 tahun. Keempat adalah konsep pendidikan seks Islami dalam keluarga bagi

anak usia 0-12 tahun.

Bab ketiga berisi tentang metode penelitian yang meliputi jenis

penelitian, lokasi penelitian, teknik penarikan informan, metode pengambilan

data, metode analisi data dan pengecekam keabsahan data.

Bab keempat berisi tentang gambaran umum Desa Parseh

Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan yang meliputi tentang keadaan

geografis Desa Parseh Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan dan keadaan

(26)

16

meliputi tentang keadaan penduduk menurut jenis kelamin, tingkatan umur,

agama, sarana dan prasarana, sarana pendidikan dan sarana kesehatan.

Bab kelima berisi tentang paparan data penelitian dan analisis.

Adapun paparan tersebut berisi tentang hasil penelitian tentang pentingnya

pendidikan seks Islami dalam keluarga bagi anak usia 0-12 tahun di Desa

Parseh Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan, pola pendidikan seks islami

dalam keluarga bagi anak usia 0-12 tahun di Desa Parseh Kecamatan Socah

Kabupaten Bangkalan dan analisis data.

Bab keenam Penutup yang berisi tentang kesimpulan, saran dan

kritik terkait penelitian pendidikan seks Islami dalam keluarga bagi anak usia

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Seks

1. Definisi Pendidikan Seks

Pendidikan berasal dari kata "didik", mendidik yang berarti

memelihara dan memberi latihan atau ajaran mengenai akhlak dan

kecerdasan pikiran. Sedangkan arti pendidikan sendiri adalah proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang

dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

latihan; perbuatan dan cara mendidik.1 Sedangkan dalam arti luas,

pendidikan berisi tiga pengertian, yakni pendidikan itu sendiri,

pengajaran dan latihan.2

Secara sepintas ketiga istilah tersebut akan dianggap sama

artinya, padahal sebenarnya mengandung arti yang berbeda. Ketiga

istilah tersebut akan lebih jelas kalau dilihat dari konteks kata

kerjanya, yaitu mendidik, mengajar dan melatih.

Menurut Muhammad Naquib al-At}t}as, Pendidikan adalah

proses mengajarkan sesuatu dengan sungguh-sungguh kepada

peserta didik.3

1 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), 3.

2

Daryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Apollo, 1998), 156.

3

Muhammad Naquib al-Attas, The Concept of Education Islam (Kualalumpur: International Islamic University Malaysia, 1994), 13.

(28)

18

Sedangkan menurut At}i>yah Al-Abrasyi>, pendidikan adalah

kemampuan-kemampun alamiah anak agar mampu membimbing

kehidupan yang berakhlak, sehat serta bahagia.4

Sedangkan Muhammad Fad}i>l al-Jamali> memberikan arti

pendidikan Islam dengan upaya mengembangkan, mendorong serta

mengajak manusia lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang

tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang

sempurna baik yang berkaitan dengan akal perasan maupun

perbuatan.5

Dari pendapat ilmuan diatas maka bisa disimpulkan bahwa,

pendidikan Islam dapat diartikan sebagai pembinaan, pengembangan

dan pemeliharaan terhadap segala potensi yang ada pada diri

manusia dalam aspek kehidupannya dengan berdasarkan nilai-nilai

ajaran Islam sehingga terbentuk insan kamil, yaitu manusia yang

mempunyai kestabilan sempurna, berbudi pekerti luhur, dan

berkepribadian utuh yang memahami, mengahayati dan

mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya.

Pandangan Islam terhadap seks sangat obyektif dan

bijaksana. Islam tidak menutup mata pada kenyataan bahwa seks

merupakan kebutuhan hidup bagi seluruh umat manusia. Islam tidak

mengharuskan manusia menghindari seks untuk dapat mendekatkan

diri kepada Allah, Islam sangat menghargai seks dan tidak anti seks.

4

At}i>yah Al-Abrasyi>, Ru>hu at-Tarbi>yah wa Ta'li>m (Mesir: Isa Al-Babi>l Al-Halal wa Shirkah, 1950), 6.

5

(29)

19

Sebelum menjelaskan pendidikan seks lebih lanjut,

alangkah lebih baiknya kita mengetahui perbedaan antara seks,

seksual dan seksualitas, berikut ulasannya:

a) Seks ialah segala hal yang berhubungan dengan jenis kelamin.6

b) Seksual ialah segala yang berhubungan dengan seks atau

persetubuhan antara laki-laki dan perempuan.7

c) Seksualitas ialah ciri, sifat, atau peranan seks; dorongan/

kehidupan seks.8

Berbicara masalah seks, Islam memiliki beberapa

peraturan, pedoman, petunjuk, perintah dan larangan mengenai

hubungan seks antar manusia dengan tujuan manusia mendapat

manfaat, keuntungan, keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan

baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu Islam mengatur

semuanya tentang seks dan penyalurannya secara tegas dan jelas

tertuang dalam Al-Qur'an dan H{adit>h.

Berbagai pendapat tentang pengertian pendidikan seks

yang diberikan oleh para tokoh antara lain:

a) Pendidikan seks menurut Abdullah Nashih Ulwan9 adalah upaya

pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang

masalah-6

W.J.S. Poewadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balaipustaka, 1991), 890

7

Ibid.

8

Ibid.

9

Abdullah Nashih Ulwan adalah seorang tokoh muslim, Beliau mempunyai nama lengkap Al-Ustadz Syaikh Abdullah Nashih Ulwan putra Syekh Ulwan, ia dilahirkan di kota Halab Suriah pada tahun 1928 tepatnya didaerah qodhi askar. pada umur 15 beliau sudah menghafal al-Qur'an dan menguasai ilmu Bahasa Arab dengan baik dan orang yang pertama kali memperkenalkan mata pelajaran Tarbiyah Islamiyah sebagai pelajaran dasar di sekolah. Lihat: Abdullah Nashih Ulwan,

Pendidikan Anak …., 595.

(30)

20

masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti

masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri, dan

perkawinan.

b) Nina Surtiretna mendefinisikan pendidikan seks adalah upaya

memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis

psikologis, dan psikososial sebagai akibat perumbuhan dan

perkembangan manusia”.10

c) Menurut Moh. Rosyid yang dikutip oleh Utsman tujuan

pendidikan seks adalah: Memberikan informasi yang benar dan

memadai kepada generasi muda sesuai kebutuhan untuk

memasuki masa baligh (dewasa) menjauhkan generasi muda di

lembah kemesuman, mengatasi problem seksual, dan agar

pemuda-pemudi memahami batas hubungan yang baik-jelek

atau yang perlu dijauhi atau lainnya dengan lawan jenis.11

d) Mugi Kasim mengartikan seks sebagai sumber rangsangan baik

dari dalam maupun luar yang mempengaruhi tingah laku

syahwat yang bersifat kodrat.12

e) Syamsudin mendefinisikan pendidikan seks sebagai usaha untuk

membimbing seseorang agar dapat mengerti benar-benar tentang

10

Nina Surtiretna, Remaja Problema Seks: Tinjauan Islam dan Medis (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), 2.

11

Moh. Rosyid, Pendidikan Seks Mengubah Seks Abnormal Menuju Seks yang Lebih Bermoral

(Semarang: Syiar Media Publishing, 2007), 85.

12

(31)

21

arti kehidupan seksnya, sehingga dapat mempergunakannya

dengan baik selama hidupnya.13

Dari berbagai pendapat diatas, penulis menyimpulkan

bahwa pendidikan seks yaitu memberikan pengetahuan tentang

perubahan biologis, psikologis dan psikososial sebagai akibat

pertumbuhan dan perkembangan manusia. Sedangkan pendidikan

seks Islami adalah upaya untuk memberikan pengetahuan tentang

fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika, serta

komitmen dengan menanamkan nilai-nilai agama Islam agar tidak

terjadi penyalahgunaan organ produksi.14

2. Dasar Pendidikan Seks

Pendidikan seks dalam Islam merupakan bagian integral

dari pendidikan aqidah, akhlak dan ibadah. Terlepasnya pendidikan

seks dengan ketiga unsure tersebut akan menyababkan

ketidakjelasan arah dari pendidikan seks itu sendiri.

Adapun yang menjadi landasan atau dasar pelaksanaan

pendidikan seks dalam Islam terdapat dalam Qs. An-Nu>r:58-58:























13

Syamsudin, Pendidikan Kelamin dalam Islam (Solo: Ramadhani, 1985), 14.

14

(32)

22































Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah hamba-hamba kamu dan orang-orang Yang belum baligh dari kalangan kamu, meminta izin kepada kamu (sebelum masuk ke tempat kamu), Dalam tiga masa; (yaitu) sebelum sembahyang subuh, dan ketika kamu membuka pakaian kerana kepanasan tengah hari, dan sesudah sembahyang Isyak; itulah tiga masa bagi kamu (yang biasanya terbuka aurat kamu padanya). kamu dan mereka tidaklah bersalah kemudian daripada tiga masa yang tersebut, (kerana mereka) orang-orang Yang selalu keluar masuk kepada kamu, dan kamu masing-masing sentiasa berhubung rapat antara satu dengan yang lain. Demikianlah Allah menerangkan kepada kamu ayat-ayat-Nya (yang menjelaskan hukum-hukum-Nya); dan (ingatlah) Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana. Dan apabila kanak-kanak dari kalangan kamu telah baligh, maka hendaklah mereka meminta izin sama seperti cara orang-orang (yang telah cukup umur) yang tersebut dahulu, meminta izin. Demikianlah Allah menerangkan kepada kamu ayat-ayat Nya (yang menjelaskan hukum-hukum Nya) dan (ingatlah) Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana.15

15

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/ Pentafsir al-Qur’an, 1971), 357.

(33)

23

Ayat di atas menjelaskan tentang hukumnya meminta izin

ketika membuka pakaian dirumah.16 Selain ayat tersebut Allah juga

berfirman dalam Qs. An-Nu>r:30:











Katakanlah (Wahai Muhammad) kepada orang-orang lelaki Yang beriman supaya mereka menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka. yang demikian itu lebih suci bagi mereka; Sesungguhnya Allah amat mendalam pengetahuannya tentang apa yang mereka kerjakan.17

Penjelasan ayat diatas adalah Allah mewewajibkan kita

untuk menjaga pandangan dan memelihara kehormatan.

3. Tujuan Pendidikan Seks

Pendidikan seks sebagai bagian dari pendidikan secara

keseluruhan mempunyai berbagai tujuan. Secara garis besar ada dua

tujuan pendidikan seks, diantaranya:18

a. Secara umum

Pendidikan seks bertujuan untuk menyiapkan badan

membentuk manusia dewasa yang dapat menjalankan kehidupan

yang bahagia, dapat mempergunakan fungsi seksualnya serta

dapat bertanggung jawab terhadap seksnya, baik secara individu

16

Mohammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Leadership…, 201.

17

al-Quran, 24 (an-Nur): 30. Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/ Pentafsir al-Qur’an, 1971), 353.

18

Yuni Sasmita, “Pendidikan Seks untuk Anak (Usia 06-12 Tahun dalam Perspektif Islam)” (Skripsi—UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2011), 123.

(34)

24

maupun agam. Selain itu menurut Menurut Ninuk Widyantoro

yang dikutip oleh Akhmad Azhar, mengemukakan bahwa

tujuan akhir pendidikan seks adalah pencegahan kehamilan

diluar pernikahan. Tujuan umum tersebut mengandung arti

sangat luas, karena sasaran dan tujuan utama pendidikan seks

adalah melahirkan individu–individu yang senantiasa dapat

menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya, serta

bertanggung jawab baik terhadap dirinya sendiri maupun orang

lain.19

b. Tujuan khusus

Dalam agama Islam, Pendidikan seks termasuk bagian

pendidikan akhlak, sedangkan pendidikan akhlak merupakan

bagian dari pendidikan Islam, oleh karena itu pendidikan seks

menurut Islam harus sesuai dengan tujuan Islam. Sedangkan

tujuan pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak dan budi

pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral,

laki-laki maupun perempuan, jiwa yang bersih, kemauan keras,

cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, mengetahui arti

kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak manusia,

bisa membedakan mana yang buruk dengan baik, memilih

fadhilah karena cinta fadhilah, menghindari perbuatan yang

19

Akhmad Azhar Abu Migdad, Pendidikan Seks Bagi Remaja (Bandung: Mitra Pustaka, 1997), 16

(35)

25

tercela, dan mengingat Tuhan dalam setiap pekerjaan yang

mereka lakukan.

Tujuan khusus pendidikan seks Islami Menurut Ali Akbar

yang dikutip oleh Ahmad Azhar Abu> Migdad adalah:

Tujuan dari sex education dalam Islam adalah untuk mencapai hidup bahagia di dalam membentuk rumah tangga, yang akan memberikan sakinah (ketenangan),

mawadah (syahwat), rahmah (kasih sayang) serta

keturunan muslim yang taat kepada Allah S.W.T. dan selalu mendoakan kepada kedua orang tuanya yaitu untuk menyelamatkan kesucian dan kehormatan seorang anak.20

Jadi tujuan pendidikan seks adalah untuk membentuk suatu

sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan

membimbing anak ke arah hidup dewasa yang sehat dan

bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini

dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang

mudah, menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan

manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting

untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak

tersebut bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan

hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan dan waktu

tertentu (yang baik).

4. Pola Pendidikan Seks

Setiap orang tua memiliki impian, agar putra-putrinya

memiliki Akhlak mulia, salah satu terbentuknya akhlak mulia yaitu

20

Ibid., 53.

(36)

26

melalui pendidikan seks yang didasarkarkan pada penguatan

keimanan. Karena keimanan yang kokoh mampu mengarahkan

perbuatan seks yang suci dan terhormat. Adapaun pendidikan seks

yang pantas diberikan kepada anak yaitu pendidikan seks yang

manakala mampu mengarahkan rasa keimanan dan mendekatkan diri

pada Allah S.W.T.21

Pendidikan seks untuk anak-anak walaupun diberikan

sejak dini juga harus memperhatikan faktor usia dan tingkat

pemahaman anak. Orang tua harus memberikan penjelasan dengan

bahasa yang dimengerti oleh anak. Oleh sebab itu orang tua harus

menciptakan hubungan yang baik dengan anak, dengan begitu

anak akan mudah menerima masukan dari orangtua, dan yang

tidak ketinggalan adalah membina hubungan kerjasama dengan

pihak sekolah, dengan tujuan pergaulan anak di sekolah dapat

terpantau.22

Dengan demikian anak sudah mempunyai bekal untuk

kehidupannya kelak ketika menginjak masa remaja dengan

menjaga dirinya sebaik mungkin. Selain itu anak menjadi tahu

batasan dan sebab akibat dari bahaya pergaulan bebas. Beberapa

tahapan umur dan cara memberikan pendidikan seks sesuai dengan

tingkat usia anak anda.

a) Balita 1-2 tahun

21

Aswarni Sudjud, Konsep Pendidikan Pra Sekolah (Yogyakarta: FIP IKIP, 1997), 46

22

Ibid.

(37)

27

Pada usia ini, orang tua bisa mulai menanamkan

pendidikan seks. Caranya cukup mudah, yaitu dengan

membiasakan anak untuk menutup anggota tubuh khususnya alat

vitalnya misalnya membiasakan anak yang masih balita untuk

memakai kaos dan celana dalam.23

Kemudian mulai memperkenalkan kepada anak

organ-organ seks miliknya secara singkat. Tidak perlu memberi

penjelasan detail karena rentang waktu atensi anak biasanya

pendek. Misalnya saat memandikan anak, orang tua bisa

memberitahu berbagai organ tubuh anak, seperti rambut, kepala,

tangan, kaki, perut, dan jangan lupa penis dan vagina atau vulva.

Lalu terangkan perbedaan alat kelamin dari lawan jenisnya,

misalnya jika anak memiliki adik yang berlawanan jenis. Selain

itu, tandaskan juga bahwa alat kelamin tersebut tidak boleh

dipertontonkan dengan sembarangan, dan terangkan juga jika ada

yang menyentuhnya tanpa diketahui orang tua, maka anak harus

berteriak keras-keras dan melapor kepada orang tuanya. Dengan

demikian anak bisa dilindungi terhadap maraknya kasus kekerasan

seksual dan pelecehan seksual terhadap anak.24

b) Umur 3-5 tahun

Pada rentang umur ini, orang tua mengajarkan mengenai

organ tubuh dan fungsi masing-masing organ tubuh serta jangan

23

Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis : Anak Remaja dan Keluarga (Jakarta: Gunung Mulia 2004), 86.

24

(38)

28

ragu juga untuk memperkenalkan alat kelamin si kecil. Saat yang

paling tepat untuk mengajarkannya adalah di saat Anda sedang

memandikannya. Diharapkan untuk hindari penyebutan sesuatu

yang dianggap tidak sopan di masyarakat untuk menyebut alat

kelamin yang dimilikinya. Misalkan seperti vagina atau penis,

jangan diistilahkan dengan kata lain seperti “apem” atau

“burung”. Anda tidak perlu membahas terlalu detail mengenai

jenis kelamin anak Anda atau mengajarkannya dalam kondisi

belajar yang serius.25

Pertanyaan yang sering dilontarkan anak pada usia ini ,

seperti “mama, kita lahir dari mana?”, Anda juga bisa

memberikan penjelasan mengenai darimana bayi berasal dengan

menggunakan sebuah cerita agar si buah hati bisa lebih

memahami dan tertarik untuk mendengarkannya. Di usia ini juga,

seorang anak sudah bisa diajarkan apa itu perempuan dan

laki-laki. Jadi bila Anda memiliki dua anak yang berlawanan jenis,

akan lebih mudah untuk Anda menjelaskan perbedaan penis dan

vagina kepadanya.

Ajarkan kepada anak bahwa seluruh tubuhnya, termasuk

alat kelaminnya, adalah milik pribadinya yang harus dijaga

baik-baik. Dengan demikian, anak harus diajarkan untuk tidak

menunjukkan kelaminnya secara sembarangan. Tekankan kepada

25

Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis : Anak Remaja dan Keluarga (Jakarta: Gunung Mulia 2004), 90.

(39)

29

mereka bahwa mereka memiliki hak dan bisa saja menolak

pelukan atau ciuman dan segala macam bentuk kasih sayang yang

dinyatakan melalui sentuhan fisik. Hal ini menjadi penting, karena

disukai atau tidak, banyak pelaku pelecehan seksual adalah

orang-orang yang dekat dengan kehidupan si anak. Orang tua juga

diharapkan untuk tidak memaksa seorang anak untuk memeluk

atau mencium orang lain jika dia tidak menginginkannya agar

seorang anak bisa belajar untuk menyatakan penolakannya.26

c) Umur 6 - 9 tahun

Anak-anak sering sekali menjadi korban pelecehan dan

kekerasan seksual dari orang dewasa karena ketidakberdayaan dan

ketidaktahuan yang bisa dimanfaatkan dengan mudah oleh

oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Masalah utama

dalam kasus pencabulan anak adalah anak kecil tidak sadar bahwa

dirinya telah mengalami pencabulan, baik karena keluguan

seorang anak atau karena pelaku berdalih bahwa hal yang

dilakukan adalah tanda “kasih sayang”. 27

Pada usia ini, seorang anak diajarkan mengenai apa saja yang

harus dilakukan untuk melindungi dirinya sendiri. Orang tua bisa

mengajarkan anak menolak untuk membuka pakaian bahkan jika

ada imbalan sekalipun atau menolak diraba alat kelaminnya oleh

26

Hanny Ronosulistyo, Seto Mulyadi, Lia Muliawati, Ketika Anak Bertanya Seks.

http://kumpulan.info/keluarga/anak/40-anak/258-pendidikan-seks-anak.html#bagaimana; Jumat.

10 September 2016 | 20:59 WIB.

27

(40)

30

temannya. Anak Anda harus diajarkan untuk berteriak sekencang

mungkin meminta pertolongan dan melapor ke orang tua jika

orang dewasa yang berada di sekitar mereka mengancam untuk

memberikan hukuman atau mengintimidasi mereka di saat mereka

menolak untuk melakukan hal-hal yang menurut anak tidak

nyaman untuk dilakukan.

Selain itu, di rentang umur ini, Anda bisa menggunakan

hewan tertentu yang tumbuh dengan cepat dan terlihat jelas

perbedaan jenis kelaminnya (seperti: anak ayam) di saat

bertumbuh dewasa untuk mengajarkan mengenai perkembangan

alat reproduksi. Ajaklah anak anda untuk turut mengamati

perkembangannya. Jika mereka tidak terlalu memperhatikan

hingga detail terkecil, Anda bisa berikan informasi lebih lanjut

nanti sembari menekankan bahwa alat kelamin mereka juga akan

berubah seiring mereka bertumbuh dewasa nanti.28

Orang tua harus memperhatikan suasana hati anak agar saat

menyampaikan materi seksualitas, si anak tidak merasa

terpojokkan, malu, bodoh, ataupun menjadi terlalu liar dalam

menyikapi seks.

d) Umur 9 - 12 tahun

Berikan informasi lebih mendetail apa saja yang akan

berubah dari tubuh si anak saat menjelang masa puber yang

cenderung untuk berbeda-beda di setiap individu. Ajarkan kepada

28

(41)

31

anak bagaimana menyikapi menstruasi ataupun mimpi basah yang

akan mereka alami nanti sebagai bagian normal dari tahap

perkembangan individu. Pada umur 10 tahun, sebelum menjelang

masa puber, Anda sudah bisa memulai topik mengenai kesehatan

alat kelamin. Pastikan juga pada anak Anda, jika dia mengikuti

semua peraturan kesehatan ini, maka mereka tak perlu banyak

khawatir.29

e) 12 - 14 tahun

Data yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2010 menunjukkan

bahwa 51 persen remaja di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi

telah berhubungan seksual sebelum menikah. Penulis memang

tidak mendapatkan angka pasti untuk data di tahun 2012, tetapi

dengan adanya berita di berbagai media massa yang menyatakan

adanya peningkatan dalam tingkat aktivitas seksual remaja, maka

tentunya harus ada pendidikan yang memadai untuk

menanggulangi hal ini.30

Dorongan seksual di masa puber memang sangat

meningkat, oleh karena itu, orang tua sebaiknya mengajarkan apa

itu sistem reproduksi dan bagaimana caranya bekerja. Penekanan

terhadap perbedaan antara kematangan fisik dan emosional untuk

hubungan seksual juga sangat penting untuk diajarkan.

29

Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis…, 70

30

file:///C:/Users/user/Documents/Patimah%20Rusli%20%20%20materi%20Pendidikan%20seks.h tm, diakses pada 10 September 2016.

(42)

32

Beritahukan kepada anak segala macam konsekuensi yang ada

dari segi biologis, psikologis, dan sosial jika mereka melakukan

hubungan seksual. Orang tua selain mengajarkan keterbukaan

komunikasi dengan anak terutama dalam membicarakan

seksualitas, juga perlu menambahkan keuntungan menghindari

aktivitas seksual terlalu dini sebelum mencapai masa dewasa.

Hindari penggunaan kata-kata yang menghakimi remaja

agar ia tidak merasa ragu, takut, enggan ataupun marah saat

membicarakan pengalaman seksual mereka. Jika orang tua merasa

agak berat untuk membicarakan topik-topik seksual dengan anak,

orang tua bisa meminta bantuan psikolog atau konselor untuk

memberikan pendidikan seksual kepada anak dan membantu

orang tua merasa nyaman membicarakan topik ini.

Adapun pokok-pokok pendidikan seks yang bersifat praktis,

yang perlu diterapkan dan diajarkan kepada anak adalah sebagai

berikut :

a. Menanamkan jiwa maskulin dan feminim

Kesadaran tentang perbedaan hakiki dalam penciptaan

manusia secara berpasangan laki-laki dan perempuan karena hal

tersebut akan sangat berguna bagi pergaulannya. Pembentukan

(43)

33

dilakukan dengan pemberian peran kepada anak sesuai dengan

jenis kelaminnya.31 dalam Qs. A>li Imron: 36 Allah berfirman:



















Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai Dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk."32

Ayat diatas menjelaskan bahwa adanya perbedaan antara

anak-perempuan dan anak laki-laki, Misalnya dengan

membelikan anak perempuan sebuah mainan yang sifatnya lebih

feminim seperti mainan masak-masakan dan boneka serta mobil

atau motor-motoran bagi anak laki-laki. Adanya perbedaan tugas

ini dapat ditanamkan pada anak sedini mungkin dengan harapan

dapat menumbuhkan sifat maskulinitas dan feminimitas anak.

Selain itu, dalam ayat diatas dijelaskan pula bahwa Allah

melarang laki-laki menyerupai perempuan begitu juga sebaliknya

b. Mendidik cara berpakaian dan berhias

31

Suraji, Pendidikan Seks bagi Anak (Yogyakarta: Pustaka fahima, 2008), 74-75.

32

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/ Pentafsir al-Qur’an, 1971), 353.

(44)

34

Pakaian merupakan bahan tekstil dan serat yang digunakan

sebagai penutup tubuh. Pakaian adalah kebutuhan pokok manusia

selain makanan dan tempat berteduh/tempat tinggal (rumah).

Manusia membutuhkan pakaian untuk melindungi dan menutup

dirinya memiliki makna ibadah dan manfaat lainnya.

Anak hendaknya dibiasakan untuk senantiasa mengenakan

pakaian Islami, model-model pakaian yang baik, serta meluruskan

konsep-konsep mengenai model pakaian pada diri anak, agar

mereka tidak terjerumus pada konsep model pakaian barat yang

lebih menonjolkan erotikannya, Sebagaimana firman Allah dalam

Qs. An-Nu>r:31 :

….

ﺔﯾﻷأ

.

Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dada dan anganlah menampakkan perhiasan kecuali pada suami mereka.33

Kewajiban menutup aurat adalah bagian dari prinsip Islam

yang harus diperhatikan oleh kaum muslimin. Tujuannya adalah

agar lingkungan masyarakat terbebas dari hal-hal yang

mendorong perbuatan mesum. Islam juga menganjurkan untuk

Membiasakan anak meminta izin ketika akan membuka pakaian

33

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/ Pentafsir al-Qur’an, 1971), 353.

(45)

35

di dalam rumah,34 sebagaimana firman Allah dalam Qs. An-Nu>r:

58-59:















<

Referensi

Dokumen terkait

Program komunikasi pemasaran Bank XYZ Syariah yang paling baik dan disadari penting oleh nasabah, diukur dari tingkat persepsi konsumen dan dihitung dengan analisis Descriptive

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari perancangan ini diperlukan feedback dari satelit sebagai pengontrol alat pada stasiun bumi yaitu dengan cara

Karakter kualitatif warna daun pucuk, warna permukaan atas tangkai daun, dan warna permukaan bawah tangkai daun pada delapan populasi tersebut menunjukkan tingkat keragaman

Adapun rumus uji yang digunakan dalam analisis segregasi kesesuaian distribusi normal karakter agronomi tanaman kedelai dari populasi F 2 adalah uji Khi-kuadrat.. Uji

Perbedaan kenaikan angka oktan terhadap penggunaan komponen busi &amp; koil standar maupun racing tidak memperlihatkan hasil yang signifikan terhadap perubahan daya maupun torsi

Gereja menyediakan layanan internet dalam kegiatan kesekretariatan, memiliki alamat website, email, tidak sedikit yang juga memiliki akun media sosial – Facebook,

Berdasarkan hasil perhitungan untuk reliabilitas komposit dari model penelitian skenario campuran keenam, didapatkan bahwa semua variabel yang digunakan telah

Yaitu, perlunya sistem dan struktur yang baik dalam mengelola perusahaan, agar tercapai peningkatan nilai pemegang saham dengan tetap mengakomodasi kepentingan berbagai pihak yang