• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPLIKASI VIRUS | Karya Tulis Ilmiah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REPLIKASI VIRUS | Karya Tulis Ilmiah"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Virus ( bahasa latin yang artinya toxin atau racun) adalah suatu partikel

sub-mikroskopik (ukurannya berkisar antara 15-600 nm) yang dapat menginfeksi

sel dari suatu organisme biologis. Mengandung inti dari DNA / RNA. Virus dapat

berepliksi sendiri jika menginfeksi host cell(bereplikasi di DALAM tubuh inang

menggunakan sistem enzimatik inang, oleh karena ini dia tidak dapat

bereproduksi sendiri. Virus tidak mampu memperbanyak diri di luar sel-sel hidup

sehingga dikatakan bahwa virus bukanlah makhluk hidup yang dapat hidup

mandiri. Virus selalu memanfaatkan sel-sel hidup sebagai inang untuk

memperbanyak dirinya. Replikasi terjadi di dalam sel inang. Untuk dapat

mereplikasi asam nukleat dan mensintesis protein selubungnya, virus bergantung

pada sel-sel inang. Replikasi ini menyebabkan rusaknya sel inang. Setelah itu,

virus akan keluar dari sel inang. Di luar sel inang, virus disebut sebagai partikel

virus yang disebut virion.

Virus memiliki material genetic,yang berupa protective protein coat yang

disebut kapsid. Virus Dapat menginfeksi berbagai varietas organisme, baik

eukariot (hewan, tumbuhan, protista, dan fungi) maupun prokariot (bacteria dan

archae).Virus yang menginfeksi bakteri dikenal bakteriophage (phage).

Virus dapat menyebabkan penyakit yang seris bagi manusia seperti AIDS,

HIV, rabies dll. Terapi untuk menangani virus (yang memiliki viral deasis) viral

diseases seperti antibiotic tidak memberikan efek terapi terhadap virus dan

(2)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Virus

Virus ( bahasa latin yang artinya toxin atau racun) adalah suatu partikel

sub-mikroskopik (ukurannya berkisar antara 15-600 nm) yang dapat menginfeksi

sel dari suatu organisme biologis. Mengandung inti dari DNA / RNA. Virus dapat

berepliksi sendiri jika menginfeksi host cell (bereplikasi di DALAM tubuh inang

menggunakan sistem enzimatik inang, oleh karena ini dia tidak dapat

bereproduksi sendiri. Selain itu virus memiliki beberapa perbedaan dengan

mikroorganisme lain yaitu : 1. Mengandung satu jenis asam nukleat sebagai

genom, 2. Tidak memiliki aktifitas metabolisme, 3. Tidak memilki membran

plasma, sitoplasma dan ribosom, 4. Tidak peka terhadap antibiotika, tetapi peka

terhadap interferon.

B. Siklus Hidup Virus

Siklus hidup virus terbagi atas lima tahap yaitu :

a. Attachment

Attachment adalah ikatan khas diantara viral capsid proteins and specific

receptors pada permukaan sel inang. Virus akan menyerang sel inang yang

spesifik, contohnya human immunodeficiency virus (HIV) hanya menginfeksi

(3)

b. Penetration

Virus masuk ke sel inang menembus reseptor secara endocytosis atau

melalui mekanisme lain.

c. Uncoating

Uncoating adalah proses terdegradasinya viral kapsid oleh enzim viral

atau host enzim yang dihasilkan oleh viral genomic nucleic acid.

d. Replication

Replikasi virus :Dapat dilakukan dengan litik atau lisogenik.

e. Release

Virus dilepaskan dari sel inang melalui lisis. Enveloped viruses (e.g., HIV)

dilepaskan dari sel inangnya melalui “budding”. Disamping itu,virus mendapatkan

phospholipid envelope yang berisi kumpulan viral glycoproteins.

C. Mekanisme Sistem Imun Khusus Untuk Virus

Bagian yang paling pertama menghadapi virus adalah sistem imun alami.

Bagian ini terdiri dari berbagai sel dan mekanisme lain untuk melindungi sel

inang dari infeksi secara non spesifik. Ini berarti sistem imun alami mengenal dan

merespon patogen secara pintas, lain halnya dengan sistem imun dapatan, respon

tersebut tidak bertahan lama dalam melindungi sistem imun sel inang.

Ketika sistem imun dapatan dari suatu vertebrata dimasuki virus, sel inang

akan memproduksi antibodi spesifik yang akan mengikat virus dan akan

mempertahankan keadaan normalnya. Sistem ini disebut imunitas humoral. Dua

(4)

tetapi hanya diproduksi oleh sel sistem imun dalam beberapa minggu. Anti bodi

yang lainnya adalah IgG yang diproduksi dalam waktu tak terbatas. Kehadiran

IgM dalam darah pada sel inang digunakan untuk tes infeksi akut dimana IgG

mengindikasikan infeksi yang pernah terjadi(memori). Dua tipe antibodi ini

diukur ketika melakukan tes imun.

Pertahanan kedua dari vertebrata dalam melawan virus disebut

cell-mediated immunity meliputi sel imun yang dikenal dengan sel T. Sel tubuh selalu

menyajikan fragmen-fragmen kecil proteinnya ke permukaan sel. Dan jika sel T

mengenali terdapatnya fragmen viral yang asing, maka sel inang akan merusak

dengan sel T killer dan virus specific T-cells proliferate. Makrofage merupakan

antigen presentation utama.

Perlakuan diatas tidak berlaku untuk semua infeksi virus, contohnya HIV

menghindari sistem imun dengan selalu mengubah asam amino dari protein pada

permukaan virion. Virus persisten juga selalu menghindari kontrol imun dengan

pengasingan, blokade antigen presentation, resistensi sitokin, menghindari

aktivitas NK sel, menghindari sel dari apoptosis dan antigen shift. Produksi

(5)

PEMBAHASAN

Untuk berkembangbiak, virus memerlukan lingkungan sel yang hidup.

Virus hanya dapat berkembang biak (bereplikasi) pada medium yang hidup

(embrio, jaringan hewan, jaringan tumbuhan). Karena virus tidak memiliki sistem

enzim dan tidak dapat bermetabolisme, maka virus tidak dapat melakukan

reproduksi sendiri. Untuk berkembangbiak mereka harus menginfeksi sel inang.

Ada dua macam cara menginfeksi virus yaitu fase litik dan fase lisogenetik.

Berikut akan diuraikan kedua macam daur hidup virus terutama penginfeksi

bakteri dan fage.

a. Daur litik

virus akan menghancurkan sel hospes setelah berhasil melakukan

replikasi. Adapun tahapannya sebagai berikut :

1. Fase Adsorbsi

Fase adsorbsi ditandai dengan melekatnya ekor virus pada dinding sel bakteri.

Virus menempel hanya pada tempat-tempat khusus, yakni pad permukaan

dinding sel bakteri yang memiliki protein khusus yang dapat ditempeli

protein virus. Menempelnya virus pada protein diding sel bakteri itu sangat

khas, mirip kunci dan gembok. Virus dapat menempel pada sel-sel tertentu

yang diinginkan karena memiliki reseptor pada ujung-ujung serabut ekor.

Setelah menempel, virus mengeluarkan enzin lisozim (enzim penghancur)

(6)

2. Fase Injeksi

Setelah terbentuk lubang, kapsid virus berkontraksi untuk memompa asam

nukleatnya (DNA dan RNA) masuk kedalam sel. Jadi, kapsid virus tetap

berada diluar sel bakteri. Jika telah kosong, kapsid lepas dan tidak berfungsi

lagi.

3. Fase Injeksi

Virus tidak memiliki “mesin” biosintetik sendiri. Virus akan menggunakan

mesin biosintetik inang (misalnya bakteri) untuk melakukan kehidupanya.

Karena itu, pengendali biosintetik bakteri yakni DNA bakteri, harus

dihancur-hancurkan. Untuk itu DNA virus memproduksi enzim penghancur. Enzim

penghancur akan menghancurkan DNA bakteri tapi tidak menghancurkan

DNA virus. Dengan demikian bakteri tidak mampu mengendalikan mesin

biosintetik sendiri. DNA viruslah sangat berperan, DNA virus mengambil alih

kendali kehidupan. DNA virus mereplikasikan diri berulangkali dengan jalan

menkopi diri membentuk DNA virus dengan jumlah banyak. Selanjutnya

DNA virus tersebut melakuakn sintesis protein virus yang akan dijadikan

kapsid dengan menggunakn ribosom bakteri dan enzim-enzim bakteri.

Jelasnya, didalam sel bakteri yang tidak berdaya itu disintesis DNA virus dan

protein yang akan dijadikan sebagai kapsid virus, dalam kendali DNA virus.

4. Fase Perakitan

Kapsid yang disintesis mula-mula terpisah-pisah antara bagian kepala, ekor,

(7)

virus yang utuh, kemudian DNA virus masuk didalamnya. Kini terbentuklah

tubuh virus yang utuh. Jumlah virus yang tebentuk 100-200 buah.

5. Fase Litik

Ketika perakitan virus selesai, virus telah memproduksi enzim lisozim lagi,

yakni enzim penghancur yang akan menghancurkan dinding sel bakteri.

Dinding sel bakteri hancur, dinding sel bakterimengalami lisis (pecah), dan

virus-virus baru akan keluar untuk mencari inang yang lain. Fase ini

merupakan fase lisisnya sel bakteri namun bagi virus merupakan fase

penghamburan virus. Penelitian pada fag yang menyerang bakteri Esherichia

coli menunjukkan bahwa ada virus yang mengakibatkan bakteri mengalami

lisis dan ada yang tidak. Virus T4 mengakibatkan bakteri mengalami lisis dan

(8)

Gambar 1. Daur Litik profag T4

b. Daur lisogenik

Dalam daur lisogenik ini virus tidak menghancurkan sel bakteri. Adapun

(9)

Fase adsorbsi ditandai dengan melekatnya ekor virus pada dinding sel bakteri.

Virus menempel hanya pada tempat-tempat khusus, yakni pad permukaan

dinding sel bakteri yang memiliki protein khusus yang dapat ditempeli

protein virus. Menempelnya virus pada protein diding sel bakteri itu sangat

khas, mirip kunci dan gembok. Virus dapat menempel pada sel-sel tertentu

yang diinginkan karena memiliki reseptor pada ujung-ujung serabut ekor.

Setelah menempel, virus mengeluarkan enzin lisozim (enzim penghancur)

sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri dan sel inang.

2. Fase Injeksi

Setelah terbentuk lubang, kapsid virus berkontraksi untuk memompa asam

nukleatnya (DNA dan RNA) masuk kedalam sel. Jadi, kapsid virus tetap

berada diluar sel bakteri. Jika telah kosong, kapsid lepas dan tidak berfungsi

lagi.

3. Fase Penggabungan

Ketika memasuki fase injeksi, DNA virus masuk kedalam tubuh bakteri.

Selanjutnya, DNA bakteri atau melakukan penggabungan. DNA bakteri

berbentuk silkuler, yakni seperti kalung yang tidak berujung dan berpangkal.

DNA tersebut berupa benang ganda yang terpilin. Mula-mula DNA bakteri

putus, kemudian DNA virus menggabungkan diri diantara benang yang putus

tersebut, dan akhirnya membentuk DNA sikuler baru yang telah disisipi DNA

virus. Dengan kata lain, didalam DNA bakteri terknadung DNA genetik

Virus.

(10)

Dalam keadaan tersebut itu, DNA virus tidak aktif, yang dikenal sebagai

profag. Karena DNA virus menjadi satu dengan DNA bakteri, maka jika DNA

bakteri melakukan replikasi, profag juga ikut melakukan replikasi. Misalnya

saja jika bakteri akan membelah diri, DNA menhkopi diri dengan proses

replikasi. Dengan proses replikasi. Dengan demikian profag juga ikut terkopi.

Terbentuklah dua sel bakteri sebagai hasil pembelahan dan didalm setiap sel

anak bakteri tekandung profag yang identik. Demikian seterusnya hingga

proses pembelahan bakteri berlangsung berulangkali sehingga setiap sel

bakteri yang terbentuk didalam terkadung profag. Dengan demikian jumlah

profag mengikuti jumlah sel bakteri yang ditumpanginya.

5. Fase Sintetis

karena radiasi atau pengaruh zat kimia tertentu profag taktif. Profag tersebut

memisahkan diri dari DNA bakteri, kemudian menghanacurkan DNA bakteri.

Selanjutnya, DNA virus mengadakan sintesis yakni mensintesis protein untuk

digunakan sebagi kapsid bagi virus-virus baru dan juga melakukan replikasi

DNA sehingga DNA virus menjadi banyak.

6. Fase Perakitan

Kapsid-kapsid dirakit menjadi kapsid virus yang utuh, yang berfungsi sebagai

selubang virus. Kapsid yang terbentuk mencapai 100-200 kapsid baru.

Selanjutnya DNA hasil replikasi masuk ke dalamnya guna membentuk virus

yang baru.

(11)

Setelah terbetuk virus-virus baru terjadilah lisis sel bakteri (uraian sama

dengan daur litik). Virus-virus yang terbentuk berhamburan keluar sel bakteri

guna menyerang bakteri baru. Dalam daur selanjutnya virus dapat mengalami

(12)
(13)

KESIMPULAN

Virus bukanlah sel yang dapat berkembang biak sendiri. Cara berkembang

biak virus berbeda dengan makhluk hidup lain. Virus tidak mampu

memperbanyak diri di luar sel-sel hidup sehingga dikatakan bahwa virus bukanlah

makhluk hidup yang dapat hidup mandiri. Virus selalu memanfaatkan sel-sel

hidup sebagai inang untuk memperbanyak dirinya. Replikasi terjadi di dalam sel

(14)

selubungnya, virus bergantung pada sel-sel inang. Replikasi ini menyebabkan

rusaknya sel inang. Setelah itu, virus akan keluar dari sel inang. Di luar sel inang,

virus disebut sebagai partikel virus yang disebut virion.

Ada beberapa tahapan dalam replikasi virus, yaitu tahap adsorpsi

(penempelan) virus pada inang, tahap injeksi (masuknya) asam inti ke dalam sel

inang, tahap sintesis (pembentukan), tahap perakitan, dan tahap litik (pemecahan

sel inang). Berdasarkan tahapan tersebut, siklus hidup virus dapat dibedakan lagi

menjadi siklus litik dan siklus lisogenik.

DAFTAR PUSTAKA

Bosch, I.; K. Xhaja; L. Estevez; G. Raines; H. Melichar; R.V. Warke; M.V. Fournier; F.A. Ennis; A.L. Rothman. (2002) : Increased production of interleukin-8 in primary human monocytes and in human epithelial. J. Virol. Jun;76(11): 5588-5597.

Chen, Y.; T. Maguire; R.M. Mark. (1996). Demonstration of binding of envelope protein to target cells. J. Virol. 70:8765-8772.

(15)

http://masteropik.blogspot.com/2010/05/perkembangbiakan-virus-replikasi-Rantam, F. A. (2003) Metode Imunologi. P. 82-85. Airlangga University Press, Surabaya.

Gambar

Gambar 1.  Daur Litik profag T4

Referensi

Dokumen terkait

projek-projek yang sedang dijalankan diletakkan dalam urutan keutamaan, maka fokus yang sewajarnya boleh diberikan untuk meningkatkan kebarangkalian projek- projek berkeutamaan

Perbandingan absorbansi dari gandum, sorghum, dan barley yang telah dihancurkan dapat dilihat pada Gambar 6. KESIMPULAN

Kesimpulan penelitian oleh [3] adalah dengan adanya penelitian ini, maka penjadwalan mata kuliah akan menjadi lebih mudah dan solusi penjadwalan yang ditemukan dapat

Metode ini memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi teman-temannya (Suprijono, 2011:110).Dalam penerapannya metode ini bisa

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wiryadharma (1993) di Kecamatan Mauk Jawa Barat, cacing-cacing yang ditemukan pada tikus dan dapat menyebabkan penyakit

Praktek internasional desentralisasi fiskal baru dijalankan pada 1 Januari 2001 berdasarkan UU RI No.. 33 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat

Penelitian yang dilakukan Mulyaningrum, Topowijono, Zahroh.(2016) dengan judul Analisis Manajemen Risiko Perbankan Dalam Meminimalisir Kredit Bermasalah Di Bidang Kredit

Kapasitas antioksidan minuman kunyit asam ditampilkan pada Tabel 5, hasil juga menunjukkan bahwa perlakuan yang memberi nilai total fenol tertinggi adalah formulasi satu (F1)