• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Ferdi Hasan

Academic year: 2025

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

i

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN KADAR HEMOGLOBIN SEBELUM DAN SESUDAH TRANSFUSI DARAH PADA PASIEN ANEMIA

DI RSUD DR. M. ZEIN. PAINAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tinggi program Diploma III Teknologi Laboratorium Medik STIKes Perintis Padang

Oleh:

SUCI PARA SISKA 1613453029

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS

PADANG 2019

(2)

i

(3)

ii

(4)

iii

KATA PERSEMBAHAN

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila kamu selesai ( dari suatu urusan ) Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh suatu ( urusan ) Yang lain, dan hanya kepada ALLAH kamu berharap.”

( Q.S Al-insyirah : 6-8 )

Dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain

Karena hidup hanyalah sekali

Ingat hanya pada Allah apapun dan dan dimanapun kita berada

Kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon

Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillahirobbil’alamin...

Penyayang, atas takdirmu telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa

berpikir, berilmu, beriman dan bersabar menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita

besarku.

Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih, menadahkan doa dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukmu. Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda dan Ibundaku tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. Ayah (Syarial), Ibu (Hastuti ), terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk membalas semua pengorbananmu, dalam hidupmu demi hidupku kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang separuh nyawa hingga segalanya. Maafkan anakmu Ayah, Ibu masih saja ananda menyusahkanmu.

Dalam setiap langkah aku berusaha mewujudkan harapan-harapan yang kalian impikan didiriku, meski belum semua itu kuraih’ Insyaallah atas dukungan doa dan restu semua itu akan terjawab dimasa penuh kehangatan nanti. Untuk itu kupersembahkan ungkapan terimakasihku kepada:

(5)

iv

Kepada Kakak ku tercinta Sardia Nofi Amd.Kep yang telah menjadi orang tua kedua aku selama proses perkuliahan dari awal sampai akhir, awalnya aku sempat merasakan kecewa karena aku tidak di terima di PTN yang aku inginkan serta cita-cita yang aku dambakan dari dahulu, dan kakak q menyuruh aku kuliah di PTS serta bertanggung jawab atas uang kuliah ku dari awal sampai akhir. Semoga Allah membalas segala kebaikan mu kak, aku berjanji pada diri ku sendiri InsyaAllah tidak akan mengecewakan kakak ketika Allah mengizinkan aku sukses nanti, aku tidak tau harus membalas jasa kakak dengan apa, kakak berani mengorbankan materi untuk adek-adek mu kak, kau tidak pernah memikirkan untuk menabung kan uang dari hasil jerih payahmu. Engkau selalu memikirkan kebahagiaan keluarga kita kak. Sungguh kau kakak terbaik bagi adek-adekmu.

Terimah kasih untuk kakak kedua ku Nofrika yang telah menasehati ku selama menjalani pendidikan 3 tahun ini. Dia yang selalu mengingatkan untuk terus semangat dalam menjalani perkuliahan, tidak mengikuti gaya orang, yang selalu mengingatkan untuk hidup berhemat dan sederhana, karena dia sadar kalau kuliah disini akan banyak mengeluarkan uang, dan dia juga yang terus bertanya-tanya dalam perihal kesehatan dan mengontrol keuangan ku dan untuk adek ku ketrin aldama semangat untuk sekolah jangan jadi anak yang nakal serta barbakti kepada kedua orang tua.

Terima Kasih Kepada sahabat-sahabat ku yang dari zaman putih abu-abu yang sampai sekarang masih bersama, walaupun kadang jarang jumpa karena kesibukkan masing-masing. Tapi percayalah kita sibuk karena cita-cita kita masing-masing, semoga Allah memudahkan jalan bagi kita untuk mewujudkan apa yang kita impikan selama ini,terimah kasih ku kepada waktu yang sempat memperkenalkan kita dengan sebuah istilah persahabatan,semangat buat sahabat aku terutama untuk yang pejuang D III( Jasmi ramah,utari rahma,riza oktaviani)Semoga kita bisa wisuda bareng tahun ini.

Terima kasih juga kepada Sahabat-sahabat aku pejuang D III TLM (Riza oktaviani, utari rahma nora,abdul azisman,)semangat untuk kita semuanya dalam menghadapi tantangan dunia kerja.

Terima kasih kepada Ibu dosen pembimbing Chairani, S.SiT M.Biomed yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing kami dalam menyelesaikan KTI ini dari awal sampai akhir yang telah mensumbangsihkan ilmu dan pemikiran nya kepada kami sehingga kami mampu membuat sebuah karya tulis.Dan terimah kasih juga kepada bapak

(6)

v

Dr. Almurdi, DMM, M. kes yang telah menjadi penguji yang baik dalam dalam pemberian kritikan dan saran, sehingga dapat menambah wawasan ananda dalam membuat sebuah karya tulis ini.

Banyak kata yang tak bisa terucap, banyak orang yang tak tersebutkan namanya, maafkan aku yang masih banyak kekurangan di diri ini, akupun tak ahli dalam merangkai kata,tapi percayalah, setiap orang yang hadir di hidupku akan selalu punya tempat dihatiku dan teringat di kepalaku.

Atas segala kekhilafan salah dan kekuranganku, kerendahan hati serta diri menjabat tangan meminta beribu- ribu maaf tercurah. Karya tulis ilmiah ini ku persembahkan.

Your’re are the best all.

By : Suci Para Siska. Amd Kes

(7)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Suci Para Siska

Tempat tanggal lahir : Padang Lawas, 01 Februari 1998 Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Status Perkawinan : Belum Nikah

Alamat :Padang Lawas, Kenagarian Amping Parak, Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan.

No.Telp/Handphone : 085271251214

 SD N 16 PADANG LAWAS 2004-2010

 MTSN SURANTIH 2010-2013

 SMA N 2 SUTERA 2013-2016

 D III Teknologi Laboratorium Medik STIKes Perintis Padang 2016-2019

1. 2018, PBL di Puskesmas Surantih, Pesisir Selatan 2. 2019, PBL di Poltekes Kemenkes Jakarta III 3. 2019, PBL di Stikes Ahmad Yani Cimahi

4. 2019, PBL di UNIMUS (Universitas Muhammadiyah Semarang) 5. 2019, PBL di STIKes Wira Medika PPNI Bali

6. 2019, Praktek Kerja Lapangan di RSUD M. Zein Painan.

7. 2019, PMPKL di Kecamatan Guguk VIII Koto,Kabupaten Lima Puluh Kota

Judul KTI : Gambaran Kadar Hemoglobin Sebelum Dan Sesudah Transfusi Darah Pada Pasien Anemia Di RSUD Dr. M. Zein Painan

DATA PRIBADI

PENDIDIKAN FORMAL

PENGALAMAN AKADEMIS

(8)

vii ABSTRACT

Hemoglobin is the main component of red blood cells, the iron content in hemoglobin makes blood red. Hemoglobin has two important transport functions in the human body, namely the transport of oxygen to tissues and the collection of carbon dioxide. One of the causes associated with hemoglobin levels is anemia.

Anemia is a condition when blood that does not have healthy red blood cells or hemoglobin levels that measure the body's cells will not get enough oxygen so that symptoms of anemia arise such as fatigue. This research was conducted at the RSUD dr. M. Zein Painan. Thursday, February - May 2019. This type of research is describe the levels of hemoglobin before and after blood transfusion in anemia patient, The population in this study were all anemic patient who came to the RSUD Dr. M. Zein Painan. many samples in this study were 30 samples taken randomly. while the sample in this study were anemic patients who received a blood transfusion, consisting of 24 people with female sex (80%) and 6 people with male sex (20%), the average hemoglobin level of female patients before transfusion 6.7 g / dl and after transfusion 8.4 g / dl while the mean hemoglobin level of male patients before transfusion was 5.4 g / dl and after transfusion 8.1 g / dl. Data is presented in table form based on gender. Hemoglobin level examination in anemic patients using a hematology analyzer is included as the gold standard in establishing a diagnosis of hematological examination including determination of blood hemoglobin level.

Keywords: Hemoglobin Levels, Blood Transfusion, Anemia.

(9)

viii ABSTRAK

Hemoglobin merupakan komponen utama dari sel darah merah, kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. Hemoglobin mempunyai dua fungsi pengangkutan penting dalam tubuh manusia, yakni pengangkutan oksigen ke jaringan dan pengambilan karbondioksida. Salah satu penyebab yang berhubungan dengan kadar hemoglobin adalah anemia. Anemia suatu kondisi ketika darah yang tidak memiliki sel darah merah sehat atau kadar Hb yang ukuran sel-sel tubuh tidak akan mendapatkan oksigen yang cukup sehingga timbul gejala anemia seperti kelelahan. Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. M. Zein Painan Februari- Mei 2019 jenis penelitian ini adalah Deskriptif yaitu menggambarkan kadar Hb sebelum dan sesudah transfusi darah pada pasien anemia, Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien anemia yang datang ke RSUD Dr. M. Zein Painan, Banyak sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 30 sampel yang diambil secara acak. sedangkan sampel pada penelitian ini adalah pasien anemia yang mendapatkan transfusi darah, terdiri dari 24 orang dengan jenis kelamin perempuan (80%) dan 6 orang dengan jenis kelamin laki-laki (20%), rata-rata kadar hemoglobin pasien perempuan sebelum transfusi 6,7g/dl dan setelah transfusi 8,4 g/dl sedangkan rata-rata kadar hemoglobin pasien laki-laki sebelum transfusi adalah 5,4 g/dl dan setelah transfusi 8,1 g/dl. Data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan jenis kelamin. Pemeriksaan kadar hemoglobin pada pasien anemia menggunakan alat Hematologi analyzer termasuk sebagai gold standar dalam menegakkan diagnosis pemeriksaan hematologi termasuk penetapan kadar hemoglobin Darah.

Kata Kunci: Kadar Hemoglobin, Transfusi Darah, Anemia

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadiran Allah SWT, Karena atas rahmat dan ridho-Nya jua lah maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah . Ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi D. III Teknologi Laboratorium Medik dan memperoleh gelar Ahli Madya analis kesehatan . Dalam Karya ini penulis meneliti tentang “Gambaran Kadar Hemoglobin Sebelum dan Sesudah Transfusi Darah Pada Pasien Anemia Di RSUD Dr. M. Zein Painan”

Penulis menyadari sepenuh nya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, baik dari teknik penulisan maupun materi. Hal ini karena keterbatasan, kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna penyempurnaan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang.

Penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, saran keterangan dan data-data baik secara tertulis maupun secara lisan. Maka pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp.M, Biomed, selaku Ketua STIKes Perintis Padang.

2. Ibu Endang Suriani, SKM, M, Kes. Selaku Ketua Program Studi D III Teknologi Laboratorium Medik STIKes Perintis Padang.

3. Ibu Chairani, M. Biomed. sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan kesempatan untuk memberi petunjuk, pengarahan dan tenaga dalam memberikan bimbingan, sumbangan pikiran dan saran sampai selesainya Karya Tulis Ilmiah ini.

(11)

x

4. Dr. Almurdi DMM, M, Kes sebagai penguji yang telah meluangkan waktunya dan kesempatannya untuk memberi kritik dan saran pada Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Seluruh Staf Dosen yang telah banyak memberikan bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan di STIKes Perintis Padang.

6. Terima kasih penulis ucapkan kepada keluarga terutama Ayah dan Ibu yang telah bersabar memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa tulus selama ini.

Semoga Allah S.W.T melimpahkan berkah kepada kita semua.

Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah. Wasalamu’alaikum Wr. Wb.

Padang, Juli 2019

Penulis

(12)

xi DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

KATA PERSEMBAHAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACK... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.2 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.4.1 Tujuan Umum ... 3

1.4.2 Tujuan Khusus ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Defenisi Transfusi Darah ... 4

2.2 Sejarah Transfusi Darah ... 6

2.3 Indikasi Transfusi Darah... 7

2.4 Pemeriksaan Yang Dilakukan Pada Donor Darah ... 7

2.5 Fakta Tentang Kebutuhan Transfusi ... 10

2.6 Komponen Darah Yang Ditransfusikan... 11

2.7 Dasar-Dasar Pemberian Transfusi Darah ... 13

2.8 Indikasi Transfusi Darah... 13

2.9 Kontra Indikasi Transfusi Darah ... 14

2.10 Defenisi Anemia ... 15

2.1.1 Jenis Anemia Dan Temuan Laboratorium ... 15

2.1.2 Etiologi ... 17

2.1.3 Manifestasi klinis ... 17

2.1.4 Komplikasi Penyakit Akibat Anemia ... 18

2.1.5 Faktor Resiko ... 18

2.1.6 Prognosis ... 19

(13)

xii

2.11 Hemoglobin ... 20

2.11.1 Defenisi Hemoglobin ... 20

2.11.2 Kadar Hemoglobin ... 20

2.11.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin ... 21

2.11.4 Fungsi Hemoglobin ... 22

2.11.5 Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin ... 22

2.12 Metode Konvensional ... 23

2.13 Sumber Kesalahan Pemeriksaan Kadar Hb ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian ... 25

3.3 Populasi Dan Sampel ... 25

3.3.1 Populasi Sampel ... 25

3.3.2 Sampel Penelitian ... 25

3.4 Persiapan Alat Dan Bahan ... 25

3.4.1 Persiapan Alat ... 25

3.4.2 Persiapan Bahan ... 25

3.4.3 Spesimen ... 25

3.5 Langkah Kerja ... 25

3.5.1 Pengambilan Darah Vena ... 25

3.6 Analisa Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1 Hasil Penelitian ... 27

4.2 Pembahasan ... 28

BAB V PENUTUP ... 31

5.1 Kesimpulan ... 31

5.2 Saran ... 31 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin ... 27 Tabel 4.2 Hasil Rata-rata Kadar Hemoglobin darah sebelum dan

sesudah transfusi berdasarkan jenis kelamin ... 27

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Izin Pengambilan Data Dari STIKes ... 34

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Pengambilan Data ... 35

Lampiran 3. Hasil Rekapitulasi Data Penelitian ... 37

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian ... 38

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari seseorang donor (resipien). Transfusi bertujuan mengganti darah yang hilang, akibat pendarahan, luka bakar, mengatasi shock dan mempertahankan daya tahan tubuh terhadap infeksi (Setyati, 2010).

Manusia memiliki sistim transportasi yang handal yaitu darah, darah manusia memiliki sifat-sifat yang unik yang disebabkan oleh faktor genetik selama ribuan tahun, sifat-sifat unik tersebut tidak dapat dilihat dan dibedakan oleh kasat mata setiap tahun. Berjuta-juta kehidupan manusia dibumi terselamatkan oleh kegiatan transfusi darah. Agar didapatkan hasil transfusi darah yang optimal maka harus ada penyediaan darah harus aman dan diperlukan suatu alur kerja yang berkesinambungan sehingga dapat menunjang pengobatan pemerintah ( Zainuddin, 2014).

Tingginya angka kematian akibat kekurangan darah masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Salah satu bukti kejadian diatas tercermin dalam angka kematian ibu melahirkan yang sebagian besar akibat pendarahan, masih menjadi masalah besar didunia kesehatan terutama di Indonesia. Darah adalah suatu cairan yang kental dan berwarna merah.

Kedua sifat utama ini yang membedakan darah dari cairan tubuh yang lain kekentalan ini disebabkan oleh banyak nya macam berat molekul , dari yang kecil hingga yang besar seperti protein. Transfusi pada hakikatnya adalah pemberian darah atau komponen darah dari suatu individu (donor) ke individu lain (resipien). Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti, kehilangan darah dalam jumlah besar yang disebabkan oleh trauma, operasi, syok, dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah (Syafrizal fahmy, 2014).

Dimana darah berguna sebagai penyelamat nyawa dan meningkatkan derajat kesehatan indikasi tepat transfusi darah dan komponen darah yang lain dalam mengatasi kondisi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang

(17)

2

bermakna.

Anemia adalah suatu kondisi ketika darah yang tidak memiliki sel darah merah sehat atau kadar hemoglobin yang cukup. Hemoglobin merupakan bagian utama dari sel darah merah dan mengikat oksigen, seseorang memiliki jumlah sel darah merah di bawah batas normal atau kadar hemoglobin rendah, sel-sel tubuh tidak akan mendapat oksigen yang cukup, sehingga timbul gejala anemia berupa kelelahan (Edmundson, A. 2013).

Darah sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Karena darah mempunyai fungsi seperti memberikan kebutuhan akan oksigen, dan melakukan pembersihan sisa metabolisme. Sebagai alat transportasi makanan, sebagai alat penyeimbang pada tubuh. Donor darah sudah pasti berkaitan dengan tranfusi darah, seseorang yang memerlukan tranfusi darah sudah pasti dalam kondisi secara kesehatannya yang mengancam kehidupannya, dan donor darah merupakan satu-satunya cara agar tersedia darah untuk di transfusi (Purwanto, 2014).

Di Indonesia donor darah masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan akan ketersediaan darah, karena menurut WHO (Word Health Oganization) idealnya ketersedian darah adalah 2% dari jumlah penduduk Indonesia saat ini memerlukan 4,6 juta kantong darah, namun PMI hanya mendapatkan kurang dari 0,5% kebutuhan itu pada tahun 2005 (Winarsih, 2013).

Kebutuhan darah yang selalu meningkat membuat membuat PMI yang selalu mencari cara agar masyarakat tertarik dalam mendonorkan darah nya tersebut, kebanyakan pendonor darah berasal dari kalangan mahasiswa yang ingin berpartisipasi dalam hal tersebut (Purwanto, 2014).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran kadar hemoglobin darah pada pasien anemia sebelum dan sesudah transfusi Darah?

1.3 Batasan Masalah

1. Pemeriksaan ini hanya melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin pada pasien anemia sebelum dan sesudah transfusi Darah.

(18)

3

2. Penelitian ini hanya melakukan pemeriksaan pada pasien anemia.

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui kadar hemoglobin sebelum dan sesudah transfusi darah pada pasien anemia di RSUD Dr. M. Zein Painan

1.4.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui kadar hemoglobin sebelum dan sesudah transfusi darah pada pasien anemia berdasarkan jenis kelamin

2. Untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin sebelum dan sesudah transfusi darah pada pasien anemia.

1.5 Manfaat Penelitian.

1. Memberikan informasi tentang pengaruh transfusi darah terhadap kadar hemoglobin.

2. Memberikan pengetahuan tentang pencegahan penurunan hemoglobin pada pendonor darah.

(19)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Transfusi Darah

Pelayanan darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial (Pasal 86 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan ). Sedangkan pelayanan transfusi darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang meliputi perencanaan , pengerahan dan pelestarian pendonor darah, penyediaan darah, pendistribusian darah, dan tindakan medis pemberian darah kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan (Dian A.P, 2014).

Kegiatan pelayanan darah sudah dirintis sejak masa perjuangan revolusi oleh Palang Merah Indonesia (PMI). Kemudian melalui peraturan pemerintah Nomor 18 Tahun 1980, ditetapkan bahwa pengelolaan dan pelaksanaan transfusi darah ditugaskan kepada PMI atau instansi yang ditetapkan oleh menteri Kesehatan.Peraturan ini kemudian diganti dengan peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang pelayanan Darah. Menurut Peraturan Pemerintah tersebut, tepatnya pada pasal 3 disebutkan bahwa”Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk mengatur, membina dan mengawasi pelayanan darah dalam rangka melindungi masyarakat “. Kemudian pada tahun 2014, dikeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 83 yang mengatur mengenai Unit Transfusi Darah, Bank Darah Rumah Sakit dan Jejaring Pelayanan Transfusi Darah (Dian A. P, 2014).

Pelayanan penyediaan darah di Indonesia dilaksanakan oleh Unit Transfusi Darah (UTD). UTD merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan donor darah, penyediaan darah, pendidikan, dan pendistribusian darah. UTD hanya diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah teknis atau unit pelayanan di rumah sakit milik pemerintah. UTD yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah juga dapat berbentuk lembaga

(20)

5

teknis daerah, unit pelaksana teknis daerah , atau unit pelayanan dirumah sakit milik pemerintah daerah (Teguh, 2014).

Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) adalah suatu unit pelayanan di rumah sakit yang bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk transfusi yang aman, berkualitas, dan dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan dirumah sakit. BDRS melaksanakan penerimaan dan penyimpanan darah dari UTD, melakukan uji silang serasi, menyerahkan darah ke pasien melacak reaksi transfusi dan mengembalikan darah yang tidak layak ke UTD. Setiap Rumah Sakit diwajibkan memiliki BDRS dan menjadi persyaratan akreditasi rumah sakit, namun pada tahun 2014 terdata baru 432 rumah sakit yang memiliki bank darah. Sistem distribusi tertutup dengan rantai dingin juga belum berjalan disemua BDRS karena kurangnya sumber daya manusia dan persediaan darah di rumah sakit , sehingga keluarga pasien masih ikut terlibat dalam penyerahan darah (Dian A. P, 2014).

Untuk menjaga kualitas darah, kegiatan penyampaian darah dari UTD ke rumah sakit melalui BDRS hingga diterima pasien harus dengan sistim distribusi tertutup dan sistim rantai dingin. Sistim distribusi tertutup merupakan sistim pendistribusian darah. Yang harus dilakukan oleh.

Penyimpanan produk darah dan komponennya yang sesuai rentang suhu optimal selama penyimpanan dan transportasi sangat menentukan kelangsungan hidup sel darah merah yang terdapat pada kantong darah.

Penyimpanan pada suhu yang tidak optimal dapat menyebabkan sel darah mati, meningkatnya berbagai kandungan zat kimia yang tidak diinginkan serta dapat meningkatkan resiko berkembangbiaknya mikroorganisme. Hal tersebut berpotensi untuk terjadinya reaksi transfusi seperti febris, infeksi, bahkan sepsis ( Teguh, 2014).

Proses transfusi darah harus memenuhi persyaratan yaitu aman bagi penyumbang darah, dan bersifat pengobatan bagi resipien, transfusi darah bertujuan memelihara dan mempertahankan kesehatan donor, memelihara keadaan biologis darah, atau komponen-komponen yang bermanfaat untuk memelihara komponen darah yang benar pada peredaran darah, (stabilitas

(21)

6

peredaran darah) mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah, meningkatkan oksigen jaringan, memperbaiki fungsi hemostatis, tindakan terapi kasus tersebut (PMI, 2007).

Tidak semua orang dapat menjadi donor, supaya transfusi tidak membahayakan donor dan juga melindungi resipien dengan menjamin bahwa darah yang didonorkan adalah darah yang sehat, maka darah donor harus diseleksi, seperti tidak menderita penyakit HIV, hepatitis B, hepatitis C, dan orang yang tidak beresiko karena seks bebas (Hutomo, 2011).

2.2 Sejarah Transfusi Darah

Transfusi darah adalah penginjeksian darah dari seseorang (yang di sebut donor) ke dalam sistem perdarahan darah seseorang yang lain (yang di sebut resipien). Transfusi darah tidak pernah terjadi kecuali setelah ditemukan adanya sirkulasi darah sirkulasi darah yang tidak pernah berhenti dalam tubuh ( Abdul, 2007).

Tahun 1665 Dr. Richard Lower ahli anatomi dari inggris berhasil mentransfusikan darah seekor anjing pada anjing yang lain. Dua tahun kemudian Jean Baptiste Denis seorang dokter. filsuf dan astronom dari perancis berusaha melakukan transfusi darah pertama kali pada manusia.

Beliau mentransfusikan darah seekor anak kambing ke dalam tubuh pasiennya yang berusia 15 tahun. Hasilnya adalah bencana yaitu kematian anak tersebut dan dia sendiri dikenai tuduhan pembunuhan . Sejak saat itu terjadi stagnasi panjang dalam bidang transfusi darah terapan (Fikih, 2007).

Sekitar 150 tahun kemudian, tepatnya tahun 1818 Dr. James Blundell dari Rumah sakit St, Thomas and Guy berhasil melakukan transfusi darah dari manusia ke manusia untuk pertama kali Beliau berhasil melakukannya setelah menemukan alat transfusi darah secara lansung dan mengingatkan bahwa hanya darah manusia yang dapat di transfusikan ke manusia. Akan tetapi alat yang di ciptakan oleh Dr. Lower itu baru bisa di gunakan secara umum tahun 1901. Tepat pada tahun itu, Karl Landsteiner ilmuan dari Wina berhasil menemukan jenis-jenis darah. Menurut temuan ini, jika jenis darah yang di transfusikan tidak cocok maka terjadi penggumpalan sel darah merah,

(22)

7

yang akan berlanjut pada kerusakan masing-masing darah tersebut (Abdul, 2007).

2.3 Indikasi Transfusi darah

Indikasi transfusi darah secara rasional adalah pemilihan bahan transfusi yang tepat, jumlah sesuai dengan kebutuhan, pada saat yang tepat dengan cara yang benar, tepat klien dan waspada efek samping yang terjadi.

Sehubungan dengan hal tersebut petugas kesehatan yang mempunyai kewenangan pemberian transfusi darah perlu memahami tentang transfusi darah, antara lain berbagai komponen darah, manfaat masing2 komponen, sirkulasi peredaran darah stabilitas dan umur berbagai komponen darah dalam tubuh serta adanya indikasi transfusi itu sendiri.

Ada 5 indikasi transfusi darah adalah sebagai berikut:

1. Kehilangan darah akut, bila 20-30% total volume darah hilang dan perdarahan terus terjadi

2. Anemia berat

3. Syok septik (jika cairan IV tidak mampu mengatasi gangguan sirkulasi darah dan sebagai tambahan faktor pembekuan karena komponen darah spesifik tidak ada.

4. Transfusi tukar pada neonatus dengan icterus berat (http://www.ichrc.org/106-transfusi darah)

2.4 Pemeriksaan Yang Dilakukan pada Darah Donor Sebelum di Berikan Kepada Pasien

1. Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO

Pemeriksaan golongan darah juga dilakukan oleh resipien sebelum menerima transfusi darah dari pendonor.

2. Prinsip Pemeriksaan Golongan Darah

Antigen yang terdapat dipermukaan sel eritrosit direaksikan dengan antibodi Antisera A dan B yang terdapat dalam plasma atau serum dan jika antigen bertemu dengan antibodi spesifik maka akan terjadi reaksi antigen-antibodi dengan timbulnya aglutinasi eritrosit.

(23)

8

3. Tujuan

Menentukan aglutinogen yang terdapat dalam sel eritrosit penderita.

4. Metode

Slide Aglutinasi, Antigen terdapat pada permukaan eritrosit, sedangkan antibodi terdapat pada serum/plasma.

5. Jenis-Jenis Golongan Darah

1. Golongan darah A : Golongan darah A mempunyai antigen A dan antibodi B

2. Golongan darah B: Mempunyai Antigen B dan Antibodi A.

3. Golongan darah AB: Mempunyai antigen A dan antigen B, tetapi tidak mempunyai antibodi A dan antibodi B.

4. Golongan Darah O: Mempunyai antibodi A dan antibodi B, tetapi tidak mempunyai antigen A dan antigen B.

Jenis Golongan darah yang berkaitan dengan rhesus.

Orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.

Orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah B-negatif atau O-negatif

1. Orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-B-O apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.

2. Orang dengan golongn darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah A-B-O apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif (Alrasyid, 2010).

(24)

9

Penularan infeksi tertentu misalnya HIV, Virus Hepatitis (HBV), Virus hepatitis C (HCV) Dan sifilis, malaria, Toxoplasmosis, dari donor kepada resipien merupakan salah satu jalur ideal dari transfusi darah.

Untuk mengurangi resiko ini, kita harus melakukan beberapa skrining terhadap darah yang terkumpul dari donor tentang faktor-faktor resiko yang dimulai dari riwayat medis sampai beberapa tes spesifik. Tujuan utama skrining atau uji saring adalah untuk mencegah agar darah yang dikumpul dapat bebas dari infeksi dengan cara periksa sebelum darah tersebut di transfusikan kepada resipien dengan beberapa tes tertentu. Uji yang dilakukan sebelum transfusi darah adalah

1. Tes HbsAg 2. Tes Anti HIV

3. Tes Sipilis VDRL (HTA Indonesia, 2013).

1. Uji Crossmatching

Uji cocok serasi antara darah donor dengan darah resipien

1. Tujuan: Untuk mengetahui ada tidaknya antibodi baik antibodi komplek (tipe IgM) maupun antibodi inkompleks (tipe IgG) yang terdapat didalam serum pasien maupun di dalam serum atau plasma donor

2. Reaksi yang terjadi apabila darah donor tidak cocok dengan darah pasien

1. Demam

Dapat terjadi karena antibodi resipien bereaksi dengan leukosit donor insiden terjadi 1-3% dari episode transfusi

2. Reaksi alergi

Gambaran klinis urtikaria pada kasus berat dapat terjadi dispnea, Udema fasial dan kaku

3. Kontaminasi Bakteri

Kontaminasi bakteri dapat terjadi waktu pengambilan darah donor, karena darah terlalu lama dalam suhu kamar atau tusukan ke dalam

(25)

10

labu darah. Gejala berupa panas tinggi, nyeri kepala, menggigil, muntah, sakit perut, diare, syok, segera hentikan transfusi

4. Reaksi Anafilatik.

Reaksinya terjadi dengan cepat hanya beberapa menit setelah transfusi dimulai gejala dan tanda reaksi anafilatik biasanya adalah angiodema, muka merah (flushing), urtikaria, gawat pernapasan, hipotensi dan renjatan.

5. Cedera paru akut

Cedera paru akut disebabkan oleh plasma donor yang mengandung antibodi yang melawan leukosit pasien. Kegagalan fungsi paru biasanya timbul dalam 1-4 jam sejak awal transfusi.

6. Purpura pasca transfusi

Merupakan komplikasi yang jarang tetapi potensial membahayakan pada transfusi sel darah merah/trombosit (Rochmi ardiningsih, 2010)

2.5 Fakta Tentang Kebutuhan Darah untuk Transfusi.

Keputusan melakukan transfusi harus selalu berdasarkan penilaian tepat dari segi klinis penyakit dan hasil pemeriksaan laboratorium. Seseorang membutuhkan darah bila sel komponen darahnya tidak mencukupi untuk menjalankan fungsinya secara normal. Sel darah merah indikatornya adalah kadar hemoglobin (Hb). Indikasi transfusi secara umum adalah bila kadar Hb menunjukkan kurang dari 7 g/dl (Hb normal pada pria adalah 13-18 g/dl sedangkan pada perempuan adalah 12-16 g/dl).

Faktor penting dalam pemberian transfusi darah adalah sebagai berikut.

1. Sebelum Transfusi.

Dokter harus menentukan jenis serta jumlah kantong darah yang akan di berikan. Oleh karena itu pasien harus menjalani pemeriksaan laboratorium darah lengkap terlebih dahulu, untuk mengetahui kadar Hb.

Dokter dapat menentukan secara pasti apakah pasien menderita anemia atau tidak berdasarkan keadaan klinis klien serta pemeriksaan darah.

Selain itu juga harus menentukan jenis transfusi, Misalnya pasien dengan

(26)

11

kadar trombosit yang sangat rendah jenis transfusi yang akan dipilih adalah transfusi trombosit. Selain itu pendonor juga ditimbang berat badannya karena menentukan jumlah darah yang akan diberikan. Dokter juga perlu menetapkan target kadar Hb yang ingin dicapai setelah transfusi. Hal tersebut disebabkan karena selisih antara target kadar Hb dengan Hb sebelum di transfusi berbanding lurus dengan jumlah darah yang akan di transfusi.

2. Selama Transfusi.

Dalam pemberian transfusi harus diberikan secara bertahap, sedikit demi sedikit, karena dapat menyebabkan gagal jantung akibat beban kerja jantung yang bertambah secara mendadak.

3. Golongan darah dan rhesus

Golongan darah dan rhesus harus sama antara pendonor dan resipien. Manusia mempunyai tipe-tipe antigenic tertentu dikategorikan sebagai golongan darah atau tipe. Golongan darah terdiri dari A, B, AB, dan O. Seseorang memiliki antibodi terhadap plasma dari golongan darah yang lain. Seseorang dengan golongan darah A tidak dapat menerima golongan darah B dan sebaliknya Golongan darah O akan disertai antibodi terhadap Adan B, sedangkan golongan darah AB tidak akan menyebabkan timbulnya antibodi terhadap golongan darah lain. Rhesus ada dua jenis yaitu Rhesus positif dan Rhesus negative. Orang Indonesia kebanyakan rhesus positif (+). Darah donor yang tidak cocok dengan darah resipien (penerima) maka dapat terjadi reaksi yang dapat membahayakan pasien.

2.6 Komponen Darah yang di Transfusikan . 1. Darah Lengkap (Whole Blood)

Whole blood atau darah lengkap pada transfusi adalah darah yang di ambil dari donor menggunakan container atau kantong darah dengan antikoagulan yang steril dan bebas pyrogen. Whole blood merupakan sumber komponen darah yang utama (Anonim, 2002). Whole blood diambil dari pendonor 450-500 ml darah yang tidak mengalami

(27)

12

pengolahan. Komposisi whole blood adalah eritrosit, plasma, leukosit, trombosit (Hutomo, 2011).

Darah yang diambil langsung dari donor yang disebut Whole blood bercampur dengan antikoagulan yang tersedia di kantong darah. Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, trombosit dan faktor pembekuan labil (V,VIII), satu unit kantong darah lengkap berisi 450 ml darah dan 63 ml antikoagulan di Indonesia 1 kantong darah lengkap berisi 250 ml darah dengan 37 Antikoagulan, ada juga yang 1 unit kantong berisi 350 ml darah dengan antikoagulan. Suhu disimpan pada 2-4 0C Satu unit darah (250-450 ml) dengan antikoagulan sebanyak 15 ml/ 100 ml darah (sudoyono, 2009)

Masa penyimpanan whole blood ada dua yaitu darah segar (fresh blood) darah yang disimpan (stored blood), yaitu darah yang sudah disimpan lebih dari 6 jam. Darah dapat disimpan maksimal sampai dengan 35 hari. Darah yang disimpan tersebut mengandung trombosit dan sebagai faktor pembekuan sudah menurun jumlahnya (Bakta, 2006)

2. Sel Darah Merah (Packed Red Cell)

Packed Red Cell (PRC) adalah suatu konsentrat eritrosit yang berasal dari sentrifugasi whole blood, disimpan selama 42 hari dalam larutan tambahan sebanyak 100 ml yang berisi salin, adenin, glukosa, dengan atau tanpa manitol untuk mengurangi hemolisis eritrosit (Anindita, 2011).

3. Darah Merah Cuci (Washed Erythrocyte)

Volume 260 ml; Hct 0,57 L/L; Leukosit ‹1×108 ; plasma ‹0,2 ml.

Transfusi masif pada neonatus sampai usia ‹1 tahun transfusi intrauterin penderita dengan anti IgA atau defisiensi IgA dengan riwayat alergi transfusi berat, riwayat reaksi transfusi berat yang tidak membaik dengan pemberian premedikasi. Defisiensi IgA yang belum pernah mendapat transfusi komponen darah (eritrosit, plasma, trombosit).

Defisiensi IgA yang tidak pernah mengalami reaksi alergi terhadap komponen darah sebelumnya, belum diketahui mempunyai antibodi anti

(28)

13

IgA tidak pernah mengalami reaksi transfusi berat terhadap eritrosit.

(Aritonang, 2016).

4. Trombosit

Trombosit dibuat dari konsentrat whole blood (Buffy Coat), Dan diberikan pada pasien dengan perdarahan karena trombositopenia. Produk trombosit harus disimpan dalam kondisi spesifik untuk menjamin penyembuhan dan fungsi optimal setelah tranfusi. Umur dan fungsi trombosit optimal pada penyimpanan di suhu ruangan 20-24 oC (Cahyadi, 2011).

5. Plasma Beku (Fresh Frozen Plasma).

Fresh Frozen Plasma (FFP) adalah plasma segar yang dibekukan dalam waktu 8 jam dan disimpan pada suhu minimal -200C dapat bertahan satu tahun, yang berisi semua faktor koagulasi kecuali trombosit. FFP di berikan untuk mengatasi kekurangan faktor koagulasi yang masih belum jelas dan defisiensi anti-thrombin III FFP berisi plasma, semua faktor pembekuan stabil dan labil, komplemen dari protein plasma. Volume sekitar 200-250 ml. Setiap unit FFP biasanya dapat menaikkan masing- masing kadar faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa. Dosis inisial adalah 10-15 ml/kg. (Harlinda, 2006).

2.7 Dasar-Dasar Pemberian Transfusi Darah

Dasar- dasar pemberian transfusi darah secara rasional adalah pemilihan bahan transfusi yang tepat, jumlah sesuai dengan kebutuhan, pada saat yang tepat dan dengan benar, tepat pasien dan waspada efek samping yang terjadi. Sehubungan dengan hal tersebut petugas kesehatan yang mempunyai kewenangan pemberian transfusi darah perlu memahami tentang transfusi darah antara lain berbagai komponen darah, manfaat masing- masing komponen, sirkulasi peredaran darah, stabilitas dan umur berbagai komponen darah dalam tubuh serta adanya indikasi transfusi itu sendiri.

Ada 5 indikasi umum tranfusi darah adalah sebagai berikut :

1. Kehilangan darah akut, bila 20-30% total volume darah hilang dan perdarahan masih terus terjadi

(29)

14

2. Anemia berat.

3. Syok septik ( jika cairan IV tidak mampu mengatasi gangguan sirkulasi darah dan sebagai tambahan dari pemberian antibiotik )

4. Memberikan plasma dan trombosit sebagai tambahan faktor pembekuan, karena komponen darah spesifik yang lain tidak ada.

5. Transfusi tukar pada neonatus dengan ikterus berat (http://www.ichrc.org/106-transfusi-darah).

2.8 Indikasi Transfusi Darah.

Whole blood harus dicadangkan untuk pendarahan medis atau bedah yang parah, misalnya selama perdarahan saluran makanan yang cepat atau pada trauma mayor saat diperlukan pemulihan daya angkut oksigen, volume, dan faktor pembekuan. Bahkan pada syok hemoragik, kombinasi sel darah merah dan larutan kristaloid atau koloid biasanya efektif, pada keadaan darurat, pergantian volume secara cepat biasanya mendahului penggantian sel darah merah dan cairan resusitasi bebas sel harus digunakan apabila jenis darah resipien sedang ditentukan, bila defisit sel darah merah kritis, di indikasikan pemberian sel darah merah tipe O atau untuk spesifik tipe yang tidak dicocokkan terlebih dahulu. Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan volume plasma dalam waktu yang bersamaan, misalnya pada pendarahan aktif dengan kehilangan darah lebih dari 25-30% volume darah total (Sudoyo, 2009).

2.9 Kontra Indikasi Pada Transfusi Darah

Darah lengkap sebaiknya tidak di berikan pada pasien dengan anemia kronik yang normovolemik atau yang bertujuan meningkatkan sel darah merah. Satu unit darah lengkap 250 ml pada orang dewasa meningkatkan Hb sekitar 0.1-1 g/dl. Darah lengkap 8 ml/kg pada anak anak akan meningkatkan Hb sekitar 1 g/dl. Pemberian darah lengkap sebaiknya melalui filter darah dengan kecepatan tetesan tergantung keadaan klinis pasien. Namun setiap unitnya sebaiknya diberikan dalam 4 jam ( Sudoyo, 2009).

Spesimen atau bahan pemeriksaan kadar hemoglobin adalah darah lengkap (whole blood) yang diperoleh dari darah vena maupun darah kapiler.

(30)

15

Darah lengkap yaitu darah yang sama bentuk atau kondisinya seperti ketika beredar dalam aliran darah (Riswanto, 2013).

Antikoagulan EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetate) merupakan antikoagulan yang baik dan sering di gunakan untuk berbagai macam pemeriksaan hematologi. Digunakan dalam bentuk garam Na2EDTA atau K2EDTA. K2EDTA lebih banyak digunakan karena daya larut dalam air kira- kira 15 kali lebih besar dari Na2EDTA. EDTA dalam bentuk kering dengan pemakaian 1-1,5 mg EDTA/ml sedang dalam bentuk larutan EDTA 10 % pemakaiannya 0,1 ml/ml darah. Garam-garam EDTA mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk yang bukan ion. Tiap 1 miligram EDTA menghindarkan membekunya 1 mililiter darah (Gandasoebrata, 2011).

2.10 Defenisi Anemia

Anemia adalah dimana kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan tubuh. Anemia adalah suatu kondisi dimana konsentrasi hemoglobin lebih rendah dari biasanya kondisi ini mencerminkan kurangnya jumlah normal eritrosit dalam sirkulasi. Akibatnya, jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan tubuh juga berkurang. Anemia bukanlah penyakit yang spesifik namun merupakan tanda kelainan mendasar, Klasifikasi anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah besar dan jumlah Hb tiap sel juga bertambah.

Ada banyak bentuk anemia, masing masing dengan penyebabnya sendiri. Anemia bisa bersifat sementara atau jangka panjang. Dan bisa berkisar dari ringan dan berat. Tingkat normal hemoglobin umumnya berbeda pada pria dan wanita. Bagi pria, kadar hemoglobin biasanya di definisikan sebagai tingkat lebih dari 13,5 gram/100 ml, dan pada wanita sebagai hemoglobin lebih dari 12,0 gram/100 ml.

Anemia pada pasien tertentu di sebabkan oleh kerusakan atau oleh produksi eritrosit yang tidak memadai berdasarkan faktor kemampuan sumsum untuk merespon eritrosit yang menurun ( yang di buktikan dengan peningkatan jumlah retikulosit dalam darah yang beredar. Tingkat di mana

(31)

16

eritrosit muda berkembang biak di sumsung tulang (seperti yang diamati pada biopsi sumsum tulang), serta ada tidaknya hasil akhir dari kerusakan eritrosit dalam sirkulasi (misalnya, peningkatan kadar Bilirubin, penurunan tingkat hemoglobin.

2.1.1 Jenis Anemia dan Temuan laboratorium 1. Anemia defisiensi kekurangan Fe.

penurunan retikulosit, zat besi, fertin, kejenuhan besi, MCV (mean corpuscular volume); TIBC (total iron-binding capacity) meningkat 2. Kekurangan vitamin B12 (Megaloblastic)

Penurunan tingkat vitamin B12; peningkatan MCV (mean corpuscular volume)

3. Kekurangan folat (megaloblastik)

Penurunan tingkat folat; peningkatan MCV (mean corpuscular volume).

Penurunan produksi eritropoietin (misalnya, dari disfungsi ginjal)

Penurunan kadar eritropoietin; MCV (mean corpuscular volume);

normal dan mean corpuscular hemoglobin; tingkat kreatinin meningkat (kemungkinan)

4. Kekurangan folat (megaloblastik)

Penurunan tingkat folat; peningkatan MCV (mean corpuscular volume).

Penurunan produksi eritropoietin (misalnya, dari disfungsi ginjal)

Penurunan kadar eritropoietin; MCV (mean corpuscular volume); normal dan mean corpuscular hemoglobin; tingkat kreatinin meningkat (kemungkinan)

5. Kanker/ radang

MCV normal; normal atau menurun tinkat eritropoietin; peningkatan saturasi besi, tingkat feritin; penurunan besi.

6. Pendarahan

Akibat kehilangan sel darah merah berlebih

7. Perdarahan saluran gastrointestinal, epistaksis (mimisan), trauma, peningkatan kadar retikulosit; Hgb dan Hct normal jika di ukur segera setelahnya pendarahan dari saluran genitourinari(misalnya, menorrhagia).

(32)

17

Pendarahan di mulai, namun tingkat menurun setelahnya; MCV normal awalnya tapi kemudian menurun; penurunan kadar feritin dan zat besi (belakangan).

8. Hemolitik

Kondisi di mana hancurnya sel darah merah (erirosit) lebih cepat di bandingkan pembentukannya.

9. Perubahan eritropoiesis (anemia sel sabit, talasemia, hemoglobinopati lainnya)

Penurunan MCV; sel darah merah yang terfragmentasi; peningkatan tingkat retikulosit

10. Hipersplenisme (hemolisis) Peningkatan MCV

11. Anemia yang di sebabkan obat Meningkatnya kadar sferosit 12. Anemia autoimun

Meningkatnya kadar sferosit

13. Mekanisme jantung terkait katup jantung

Sel darah merah Terfragmentasi (Sugeng jitowiyono, 2018).

2.1.2 Etiologi

Pada dasarnya, hanya tiga penyebab Anemia yang ada: kehilangan darah, Peningkatan kerusakan sel darah merah (hemolisis), dan penurunan produksi sel darah merah. Masing-masing penyebab ini mencakup sejumlah kelainan yang membutuhkan terapi spesifik dan tepat. Etiologi genetik meliputi:

a. Hemoglobinopati b. Thalassaemia

c. Kelainan enzim pada jalur glikolitik d. Cacat sitos keleton sel darah merah e. Anemia persalinan kongenital f. Penyakit Rh null

g. Xerocytosis herediter

(33)

18

h. Abetalipoproteinemia i. Anemia fanconi 2.1.3 Manifestasi Klinis

Selain tingkat keparahan anemia itu sendiri, ada beberapa faktor mempengaruhi perkembangan gejala yang berhubungan dengan anemia.

Faktor tersebut antara lain kecepatan anemia, kronisitas anemia, kebutuhan metabolik pasien, gangguan fisik (misalnya penyakit jantung atau paru), serta gambaran umum dari kondisi yang menyebabkan anemia.

Secara umum, semakin cepat anemia berkembang, semakin parah gejalanya. Orang yang biasanya sangat aktif atau memiliki tuntutan signifikan terhadap kehidupan mereka cenderung memiliki gejala yang lebih tinggi dari pada orang yang lebih banyak duduk. Beberapa anemia di perparah oleh berbagai kelainan lain yang tidak diakibatkan oleh anemia namun secara inheren dikaitkan dengan penyakit tertentu.

2.1.4 Komplikasi Penyakit Akibat Anemia.

Apabila tidak di obati, Anemia dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan, seperti:

a. Kelelahan berat. Bila anemia cukup parah, seseorang mungkin merasa sangat lelah sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas sehari-hari

b. Komplikasi kehamilan. Wanita hamil dengan anemia defisiensi folat mungkin lebih cenderung mengalami komplikasi, seperti kelahiran prematur.

c. Masalah jantung. Anemia dapat menyebabkan detak jantung cepat atau ireguler (aritmia). Bila seseorang menderita anemia, jantung harus memompa lebih banyak darah untuk mengimbangi kekurangan oksigen dalam darah. Hal ini dapat menyebabkan jantung membesar atau gagal jantung.

d. Kematian. Beberapa anemia turunan, seperti anemia sel sabit, bisa menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa. Kehilangan banyak darah dengan cepat mengakibatkan anemia akut dan berat dan bisa berakibat fatal.

(34)

19

2.1.5 Faktor Resiko

Faktor-faktor ini menempatkan seseorang pada peningkatan resiko anemia:

a. Diet. Memiliki diet yang secara konsisten rendah zat besi, vitamin B-12 dan folat meningkatkan resiko anemia

b. Gangguan usus. Memiliki kelainan usus yang mempengaruhi penyerapan nutrisi di usus kecil, seperti penyakit Crohn dan penyakit celiac, membuat seseorang beresiko mengalami anemia.

c. Haid. Secara umum, wanita yang belum mengalami menopause memiliki resiko anemia kekurangan zat besi lebih tinggi di banding pria dan wanita pasca menopause. Hal ini karena menstruasi menyebabkan hilangnya sel darah merah.

d. Kehamilan. Wanita hamil yang tidak mengonsumsi multivitamin dengan asam folat beresiko mengalami anemia.

e. Kondisi kronis. Kanker, gagal ginjal, atau kondisi kronis lainnya, meningkatkan resiko anemia.

f. Riwayat keluarga. Jika keluarga anda memiliki riwayat anemia bawaan, seperti anemia sel sabit, Anda juga beresiko tinggi terkena penyakit anemia.

g. Faktor lainnya. Riwayat infeksi tertentu, penyakit darah dan gangguan autoimun, alkoholisme, paparan bahan kimia beracun, dan penggunaan beberapa obat dapat mempengaruhi produksi sel darah merah dan menyebabkan anemia.

h. Usia. Orang yang berusia di atas 65 tahun beresiko tinggi mengalami anemia.

2.1.6 Prognosis

Anemia umumnya memiliki prognosis yang sangat baik dan mungkin dapat disembuhkan dalam banyak kasus. Prognosis keseluruhan tergantung pada penyebab anemia, tingkat keparahannya, dan kesehatan keseluruhan pasien.

(35)

20

Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium ditemui:

a. Jumlah Hb lebih rendah dari normal (12-14 g/dl).

b. Kadar Ht menurun ( normal 37%-41% ).

c. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik).

d. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi.

e. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong di ganti lemak ( pada anemia aplastik)

2.11 Hemoglobin

2.11.1 Defenisi Hemoglobin

Hemoglobin merupakan protein utama dalam tubuh manusia yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen ke jaringan dan media transport karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru, pengangkutan oksigen berdasarkan atas interaksi kimia antara molekul oksigen dan heme, suatu cincin tetrapirol porfirin yang mengandung besi, komponen heme dalam darah berguna untuk memberi warnah merah pada darah, kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah bewarna merah (Tarwoto, 2008).

Hemoglobin merupakan komponen utama dari sel darah merah berupa Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah bewarna merah, salah satu penyakit yang berhubungan dengan kadar hemoglobin adalah anemia (Chen-Bin 2012). Hemoglobin mempunyai dua fungsi pengangkutan penting dalam tubuh manusia, yakni pengangkutan oksigen ke jaringan dan pengangkutan karbondioksida dan proton dari jaringan perifer ke organ respirasi

2.11.2 Kadar Hemoglobin

Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut 100% (Evelyn, 2009).

Kadar hemoglobin pada anak 6 bulan - 6 tahun 11,0 gr/dl, anak 6 -14 tahun 12,0 gr/dl, pria dewasa 13,0 gr/dl, wanita dewasa 12,0 gr/dl dan pada ibu hamil 11,0 gr/dl. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin juga dapat

(36)

21

dipengaruhi oleh peralatan pemeriksaan yang dipergunakan.Batas hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa (WHO dalam Arisman, 2004).

Faktor penting dalam pemberian transfusi darah menurut Depkes RI 2008 adapun guna hemoglobin antara lain:

1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan tubuh.

2. Mengambil oksigen dari paru- paru kemudian di bawah ke seluruh jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.

3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk dibuang. Untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah yang disebut anemia (Widayanti, 2008).

2.11.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah:

1. Kecukupan besi dalam tubuh.

Menurut Parakasi 2006, besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikro nutrient esensial dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi menghantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk diekskresikan ke dalam udara pernapasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistim enzim pernapasan seperti enzim sitokrom oksidase, katalase, peroksidase besi berperan dalam sintetis hemoglobin dalam sel darah merah dan myoglobin dalam sel otot kandungan, 0,004% berat tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai feritin di dalam hati, hemosiderin didalam limfa dan sumsum tulang (Zaryanis, 2006).

(37)

22

2. Metabolisme besi dalam tubuh

Menurut Wira Kusuma (2004), besi yang terdapat dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5 gram) myoglobin (150 mg), phorypirin hati limpa dan sumsum tulang.

2.11.4 Fungsi Hemoglobin

Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai resevoir oksigen menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot (Zaryanis, 2006).

1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida dalam jaringan- jaringan tubuh.

2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa keseluruh tubuh jaringan-jaringan tubuh untuk digunakan untuk bahan bakar.

3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil 2.11.5 Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin

1. Metode Otomatis.

Hematology Analyzer adalah alat yang dipergunakan secara invitro untuk melakukan pemeriksaan hematologi secara otomatis, menggunakan reagen maupun cleaning sesuai dengan manual book.

Analisis semua data akan di tampilkan di IPU (Information Prosseing Unit). Dengan kapasitas analisa 80 spesimen jam (Sysmex Manual Book).

Pemeriksaan Hematology Analyzer termasuk sebagai gold standar dalam menegakkan diagnosis pemeriksaan hematologi termasuk penetapan kadar hemoglobin. Ada beberapa metode pengukuran yang digunakan pada alat Hematology Analyzer, yaitu: Electrical Impedance, Fotometri, Flowcytometry, dan Histogram. Hemoglobin diukur melalui metode fotometri dan non cyanide SLS- Hb method. Sodium Lauryl Sulfate (SLS) adalah surfaktan anionic yang bersifat hidrofobik dan berikatan sangat kuat dengan protein. Terdapat 4 tahap reaksi non cyanide SLS-Hb

(38)

23

method, setelah sel darah merah mengalami lisis. Absorpsi SLS pada membran sel darah merah menghasilkan perubahan struktur protein. Tahap kedua adalah perubahan konformasi molekul globin. Tahap ketiga, perubahan hemoglobin dari Fe2- menjadi Fe3- yang diindikasi perubahan molekul globin pada tahap sebelumnya. Tahap terakhir adalah terjadinya ikatan antara gugus hidrofil dari SLS dengan Fe3+ membentuk kompleks yang stabil (Sysmex Manual Book).

Alat hematology analyzer memiliki beberapa kelebihan, diantaranya efisiensi dalam waktu dan volume sampel. Hasil yang dikeluarkan oleh alat hematology analyzer sudah melalui quality control yang dilakukan oleh Intern laboratorium. Kekurangan hematology analyzer: antara lain perawatan, suhu ruangan, harus dilakukan kontrol secara berkala (Aritonang, 2016).

2.12 Metode Konvensional 1. Metode Sahli

Metode sahli didasarkan pada pembentukan warna dengan menggunakan HCl 0.1 N sebagai pereaksi. Hemoglobin dalam darah akan bereaksi dengan HCl membentuk hematin asam dengan warna coklat tua. HCl tidak mampu bereaksi dengan semua fraksi hemoglobin seperti methemoglobin, sulfhemoglobin dan karboksihemoglobin.

Penyimpangan pemeriksaan sahli mencapai 15% sampai 30%

Prinsip kerja: Darah yang ditambahkan asam lemah (HCl 0,1 N), maka hemoglobin akan dirubah menjadi hematin asam yang berwarna coklat tua. Warna yang terbentuk diencerkan menggunakan aquadest sampai warna yang terjadi sama dengan warna standar (Gilang Nugraha, 2018)

2. Metode Sianmed hemoglobin

Hemoglobin darah diubah menjadi sianmethemoglobin (hemoglobin sianida) dalam larutan yang berisi kalium ferrisianida dan kalium sianida, Absorbansi larutan diukur pada gelombang 540 nm atau filter hijau. Larutan Drabkin yang dipakai pada cara ini mengubah

(39)

24

hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi sianmed hemoglobin. Sulfhemoglobin tidak berubah dan karena itu tidak ikut diukur.

Prinsip kerja: Hemoglobin akan diubah oleh kalium ferisianida (K3Fe( CN)6) menjadi methemoglobin yang kemudian diubah menjadi hemoglobin sianida ( HiCN) oleh kalium sianida (KCN).

2.13 Sumber Kesalahan Pemeriksaan Kadar Hemoglobin

1. Tahap Pra Analitik atau tahap persiapan awal, dimana tahap ini sangat menentukan kualitas sampel yang nantinya akan dihasilkan dan mempengaruhi proses kerja berikutnya. Tahap pra analitik meliputi:

a. Kondisi pasien. Sebelum pengambilan spesimen form permintaan laboratorium diperiksa. Identitas pasien pasien harus ditulis dengan benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis dan sebagainya) disertai diagnosis atau keterangan klinis. Identitas harus ditulis dengan benar sesuai dengan pasien yang akan diambil spesimen.

b. Teknik atau cara pengambilan spesimen harus dilakukan dengan benar sesuai Standar Operating Procedure (SOP) yang ada.

c. Spesimen yang akan diperiksa volume mencakupi, kondisi baik tidak lisis, segar atau tidak kadarluarsa, tidak berubah warna, tidak berubah bentuk, pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat, ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat dan identitas sesuai dengan data pasien.

2. Tahap Analitik adalah tahap pengerjaan pengujian sampel sehingga diperoleh hasil pemeriksaan. Tahap analitik perlu memperhatikan reagen, alat, metode pemeriksaan, pencampuran sampel, dan proses pemeriksaan.

3. Tahap pasca Analitik atau tahap akhir pemeriksaan yang dikeluarkan untuk meyakinkan bahwa hasil pemeriksaan yang dikeluarkan benar- benar valid atau benar (Budiwiyono, 2002).

(40)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Deskriptif yaitu untuk mengetahui Gambaran Kadar Hemoglobin Sebelum dan Sesudah Transfusi Darah Pada Pasien Anemia di RSUD Dr. M. Zein Painan.

3.2 Waktu dan Tempat penelitan

Penelitian ini telah dilakukan di RSUD Dr. M. Zein Painan Pada bulan Februari sampai dengan Mei 2019.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien anemia yang datang ke RSUD Dr. M. Zein Painan.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah pasien anemia yang melakukan transfusi darah yang diambil secara acak sebanyak 30 orang, Yang diambil dari bulan Februari sampai dengan Mei 2019.

3.4 Persiapan Penelitian 3.4.1 Persiapan Alat

Sysmex XS 500 i, Rak Sampel, Torniquet, Vakutainer 3.4.2 Persiapan Bahan

Kapas alkohol 70%, Spuit, kapas kering, tabung EDTA 3.4.3 Spesimen.

Darah Vena 3.5 Langkah Kerja

3.5.1 Pengambilan Darah Vena

Dibersihkan daerah dibawah lipatan siku dengan alcohol Jika memakai vena dalam fossa cubiti, pasanglah ikatan pembendung pada lengan atas dan diminta pasien mengepal dan membuka tangannya berkali-kali agar vena jelas terlihat. Pembendungan vena tidak perlu dengan ikatan erat-erat, bahkan sebaiknya hanya cukup erat untuk memperlihatkan dan agak

(41)

26

menonjolkan vena, tegangkanlah kulit diatas vena itu dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak dapat bergerak, ditusuk kulit dengan jarum dan semprit dalam tangan kanan sampai ujung jarum masuk kedalam lumen vena, lepaskan atau renggangkan pembendungan dan pelahan-lahan tarik pengisap spuit sampai jumlah darah yang dikehendaki didapat, lepaskan pembendungan jika masih terpasang, diletakkan kapas di atas jarum dan cabutlah semprit dan jarum itu, diminta kepada pasien yang darahnya di ambil supaya tempat tusukan itu ditekan selama beberapa menit dengan kapas tadi, angkatlah jarum dari semprit dan alirkanlah (jangan semprotkan) darah dimasukkan kedalam wadah atau tabung yang tersedia melalui dinding tabung (Gandasoebrata, 2011).

3.6 Pengolahan Dan Analisa Data

Hemoglobin pasien sebelum dan sesudah transfusi dengan mencari persentase banyak jumlah laki-laki dan perempuan.

Rata-rata kadar hemoglobin sebelum transfusi π =Total kadar hemoglobin sebelum transfusi

Jumlah sampel

π=Total kadar hemoglobin sesudah transfusi Jumlah sampel

(42)

27 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan Uraian diatas dapat disimpulkan kadar Hemoglobin pasien sebelum dan sesudah transfusi darah pada pasien anemia, penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. M. Zein painan pada bulan Februari-Mei 2019, yang mana sampel yang diambil sebanyak 30 sampel, pengambilan sampel ini dilakukan secara acak. Terdiri dari 24 orang perempuan dan 6 orang laki-laki dari berbagai usia.

Tabel 4.1 distribusi responden berdasarkan jenis kelamin NO Jenis

Kelamin

frekuensi Persentase (%)

1 Laki-Laki 6 20

2 Perempuan 24 80

Total 100

Dari tabel diatas, persentase laki-laki dan perempuan yang melakukan transfusi darah, pada pasien laki-laki didapatkan sebanyak 20% kasus anemia sedangkan pada pasien dengan jenis kelamin perempuan didapatkan sebanyak 80% kasus anemia, jadi pada kasus anemia ini lebih dominan pasien perempuan dibandingkan laki-laki. Karena pada pasien perempuan rata-rata dengan kasus perdarahan dan pasca operasi.

Tabel 4.2 Rata-rata kadar hemoglobin sebelum dan sesudah transfusi berdasarkan jenis kelamin

No Jenis

Kelamin

Kadar Hemoglobin pada pasien

Sebelum transfusi Sesudah transfusi

1 Laki-Laki 5,4 g/dl 8,1 g/dl

2 Perempuan 6,7 g/dl 8,4 g/dl

Berdasarkan tabel diatas jumlah kadar hemoglobin pada pasien laki-laki sebelum transfusi 5,4 g/dl sedangkan setelah transfusi kadar hemoglobin

(43)

28

pasien laki-laki 8,1 g/dl masih di bawah batas normal kadar hemoglobin pada pasien laki-laki. Sedangkan pada perempuan kadar hemoglobin sebelum transfusi 6,7 g/dl setelah transfusi kadar hemoglobin menjadi 8,4 g/dl. Rata- rata kenaikan kadar Hb yaitu 0,5-1 g/dl tergantung kadar Hb pasien sebelum dilakukan transfusi darah dan juga tergantung berat badan pasien dan penyakit anemia yg diderita pasien, setelah transfusi kadar Hb diperiksa kembali minimal 12 jam setelah transfusi darah hal ini juga belum sebanding dengan normal kadar hemoglobin pada pasien anemia.

4.2 Pembahasan

Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa yang banyak melakukan transfusi darah adalah perempuan, salah satu penyebabnya ialah karena pendarahan yang hebat saat melahirkan. Sedangkan yang sedikit melakukan transfusi darah adalah laki-laki, pada pasien laki-laki yang membutuhkan transfusi darah bisa disebabkan karena kecelakaan yang fatal.

Penambahan jumlah darah pada pasien anemia tergantung dari tingkat kadar Hb pasien, Pemberian darah dilakukan secara bertahap Pasien wajib transfusi dengan kadar Hb dibawah 8 g/dl (PMI, 2007).

Kenaikan kadar Hb pada pasien transfusi tidak terlalu cepat meningkatnya karena dipengaruhi oleh zat besi, dan tergantung usia. Usia remaja apabila ditransfusi lebih cepat meningkat kadar Hb nya dibandingkan dengan lanjut usia. Kenaikan kadar Hb juga dipengaruhi oleh banyaknya cairan yang masuk pada tubuh pasien dan bisa juga disebabkan oleh penyakit pasien. Sehingga menyebabkan kadar Hb tidak mencapai kadar normal, pada pasien transfusi kadar Hb juga dipengaruhi oleh masa hidup eritrosit atau lisisnya darah yang akan di transfusikan sehingga kadar Hb setelah ditansfusikan tidak mencapai batas normal.

Anemia terjadi karena berbagai penyebab yang berbeda di setiap wilayah atau negara. Terdapat enam faktor yang sering menyebabkan kejadian anemia. Pertama adalah rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnnya, yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi makanan sumber zat besi. Zat gizi yang menyebabkan terjadinya anemia adalah kekurangan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Oksigen diperlukan tubuh untuk oksidasi makanan, di dalam tubuh oksigen diikat oleh hemoglobin yang ada di dalam sel darah merah (eritrosit), maka orang yang

Atau, dapat dikatakan pula Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan

count/RBC) yang menghitung jumlah total sel darah merah; hemoglobin (Hb) yaitu protein dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen dari paru ke bagian tubuh lainnya;

Oleh karena itu, ikatan karbon monoksida terhadap hemoglobin lebih kuat sehingga mengakibatkan desaturasi hemoglobin (penurunan kadar oksigen dalam sel darah

Ini karena, gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen, sehingga setiap

Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah, lebih kuat dibandingkan oksigen sehingga setiap ada asap tembakau, disamping

Penurunan kadar hemoglobin dari normal disebut anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dalam darah < 11,0 gr/dl pada trimester I dan III, dan < 10,5 gr/dl pada

Anemia merupakan kondisi dimana kadar hemoglobin dan sel darah merah dalam darah kurang dari