Zat gizi pada klien
dengan anemia
 Defenisi
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika hemoglobin kurang dari 14 gr% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita yang memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 12 gr% maka dudah dikatakan anemia.
 Anemia adalah jumlah sel darah merah dalam darah kurang dari normal, salah satu sebabnya adalah kurangnya suplemen zat gizi, yaitu kadar hemoglobin kurang dari 12 gr%. Karena itulah anemia sering disebut kurang darah
 Anemia dapat dianggap sebagai bentuk berkurangnya kadar hemoglobin dan jumlah sel darah merah di bawah normal, yang berakibat penyajian oksigen ke berbagai jaringan terganggu
 Kalsifikasi anemia:
1. Anemia ringan,bila kadar Hb > 9 mg%
2. Anemia sedang,bila kadar Hb 5-8 mg%
3. Anemis berat kadar Hb < di bawah 5 mg%
4. Normal (tidak anemia), Hb 12-14 mg%
 Faktor Penyebab Anemia
Ada beberapa faktor terpenting yang dapat menyebabkan terjadinya anemia, yaitu
1. Kehilangan darah karena perdarahan
2. Kehilangan sel-sel darah merah dari tubuhnya terlalu banyak.
Perdarahan yang mendadak dan banyak disebut perdarahan akut,
misalnya pada kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan hebat. Jika hemoglobin diukur dengan segera orang tersebut belum menderita anemia.
 Kehilangan darah juga dapat disebabkan dari perdarahan kronis atau
perdarahan menahun, pengaruhnya terlihat sebagai akibat defisiensi besi bila tidak diimbangi dengan masukan besi yang cukup. Perdarahan di
saluran pencernaan, kebocoran pada saringan darah di ginjal, ganguan menstruasi berlebih, serta para pendonor darah yang tidak diimbangi dengan gizi yang baik dapat memiliki resiko anemia.
 Penyakit-penyakit kronik seperti cacing usus, infeksi, malaria, dapat menyebabkan anemia. Penyakit kronik ini menyebabkan kerusakan sel darah merah sehingga penghancuran sel darah merah lebih cepat dari pembuatannya.
 Anemia juga dapat disebabkan karena produksi sel darah merah tidak mencukupi. Hal ini dikarenakan asupan makanan yang tidak dapat
mengabsorbsi dengan baik zat-zat tersebut, sehingga hanya sekitar 2 mg saja yang diserap oleh tubuh, dan sisanya akan dibuang bersama kotoran.
 Sedangkan setiap hari tubuh kita membutuhkan sekitar 20 mg zat besi dari makanan. Jika tidak tersedia cukup banyak gizi yang diperlukan, maka terjadi gangguan pembuatan sel darah merah baru. Bila keadaan ini
berlangsung lama, hal ini dapat menyebabkan anemia defisiensi besi dan umumnya disertai dengan defisiensi asam folat
 Tanda dan Gejala
Gejala awal anemia adalah lemah, letih, lesu, lelah, dan lunglai. Dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, sementara tensi dalam batas
normal, perlu dicurigai anemia defisiensi. Secara klinik dapat dilihat tubuh yang malnutrisi dan pucat.
 Orang yang menderita anemia gizi mengalami gejala awal berupa rasa lelah, lemah, kurang energi, kurang nafsu makan, daya kosentrasi
menurun dan pandangan berkunang-kunang terutama bila bangkit dari duduk. Selain itu wajah, selaput lendir, kelopak mata, bibir, kuku dan kulit penderita terlihat pucat. Kalau anemia sangat berat dapat berakibat sesak nafas, bahkan lemah jantung.
 Ada beberapa zat gizi yang harus dipenuhi : 1. Karbohidrat
Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Makanan yang kaya akan sumber energi adalah makanan sumber lemak (lemak atau gajih dan minyak), makanan sumber karbohidrat
(beras, jagung, sereal) dan makanan sumber protein (daging, ikan, telur, susu dan aneka produk keturunannya).
2. Zat gizi mikro
Selama kehamilan, disamping zat gizi makro yaitu energi dan protein, ibu juga membutuhkan tambahan zat gizi mikro seperti diuraikan berikut ini:
1. Asam folat
Kekurangan asam folat pada ibu hamil akan menyebabkan resiko
terjadinya cacat tabung syaraf, berat bayi lahir rendah (BBLR) dan resiko lahirnya prematur. Sumber pangan yang banyak mengandung asam folat adalah brokoli, jeruk, bayam, roti, daging, sayuran hijau dan susu.
2. Vitamin A
Adanya pertumbuhan janin, berarti terjadi peningkatan pertumbuhan dan pembelahan sel dalam tubuh ibu. Vitamin A dalam bentuk retinoic acid mengatur pertumbuhan dan pembelahan sel dalam jaringan. Dengan
mengkonsumsi buah-buahan, daging, unggas, ikan, telur, sayuran berdaun hijau, akar dan umbi-umbian sehari-hari akan membantu ibu memenuhi kebutuhan vitamin A.
3. Zat besi
Kekurangan zat besi akan menghambat pembentukan hemoglobin yang berakibat pada terhambatnya pembentukan sel darah merah. Ibu hamil dan menyusui merupakan kelompok yang beresiko tinggi terhadap anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi. Hal ini tidak terlepas dari
banyaknya darah yang dikeluarkan selama masa persalinan. Sumber makanan yang banyak mengandung zat besi adalah nabati kedelai, kacang-kacangan, sayuran daun hijau dan rumput laut.
Kebutuhan gizi pada klien dengan anemia
 Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia yaitu sebanyak 3 – 5 gram di dalam tubuh manusia dewasa.
 Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh yaitu: sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektro di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh.
 Defisiensi besi secara umum disebut sebagai anemia gizi besi.
 Kekurangan besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja, menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan
penyembuhan luka.
 Kebutuhan zat besi wanita lebih tinggi daripada pria karena terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 – 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30 – 40 mgr. Pada kehamilan wanita
memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta.
 Agar kebutuhan besi terpenuhi dengan baik sebaiknya perlu diperhatikan kombinasi makanan sehari-hari, yang terdiri atas campuran sumber besi berasal dari hewan dan tumbuhan serta sumber gizi lain yang dapat
membantu absorpsi.
 Menu makanan sebaiknya terdiri dari: nasi, daging/ayam/ikan, kacang- kacangan, serta sayur-sayuran dan buah-buahan yang kaya akan vitamin C.
 Sumber besi yang baik adalah daging, ayam,
hati, ikan, telur, serelia tumbuk, kacang-
kacangan, sayuran hijau
dan dan beberapa jenis
buah.
Dampak anemia pada TK
 Anemia patut jadi ancaman produktivitas sebab berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional pada Agustus 2015, sebanyak 37,16 persen jumlah
tenaga kerja di Indonesia adalah wanita. Namun, produktivitas kerja seringkali menurun bagi para wanita yang menderita anemia.
Wanita dengan anemia defisiensi zat besi lekas
merasa lelah, konsentrasi turun karena kekurangan oksigen pada jaringan tubuh termasuk otak,
sehingga mengurangi kemampuan melakukan
Seseorang mengalami anemia ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah di bawah normal. Hemoglobin sendiri berfungsi untuk mengikat oksigen dan mendistribusikannya ke seluruh jaringan tubuh. Rendahnya pasokan oksigen dalam
tubuh berakibat gangguan fungsi otot dan otak.
Fungsi otot yang terganggu bisa menimbulkan rasa cepat lelah, lesu, letih dan lemah. Sedangkan saat fungsi otak
terganggu, orang akan sulit berkonsentrasi, mudah mengantuk,
mudah pusing dan kepala terasa sakit.
 Anemia dapat disebabkan oleh kebutuhan zat besi yang tidak terpenuhi. Oleh karena itu, untuk
mencegah anemia perlu memperbanyak makan
makanan sumber zat besi. Perbanyak juga makan dan minuman yang membantu tubuh dalam menyerap zat besi. Misalnya jus jeruk, stroberi, brokoli, atau buah dan sayuran lainnya yang mengandung vitamin C.
 Hindari minum kopi atau teh sebagai minuman saat makan. Minuman tersebut akan menyulitkan tubuh dalam menyerap zat besi. Untuk menambah zat besi dapat juga meminum tablet zat besi setiap bulan.
Wanita sebagai calon ibu, harus menjaga pola makan dan zat gizinya sebelum menjadi ibu hamil dan
menyusui serta supaya menghindari anemia yang cukup serius.