• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Komunitas Sumberdaya Ikan Padang Lamun di Teluk Ekaslombok Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Struktur Komunitas Sumberdaya Ikan Padang Lamun di Teluk Ekaslombok Timur"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Biologi Tropis, Juni 2015: Volume 15 (1): 5 ± 14 ISSN: 1411-9587

5

Struktur Komunitas Sumberdaya Ikan Padang Lamun di

Teluk EkasLombok Timur

Karnan1*, Lalu Japa1, Ahmad Raksun1

1

Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Universitas Mataram Jln. Majapahit 65 Mataram, Nusa Tenggara Barat 83117

*Email: karnan.ikan@unram.ac.id

Abstract

Research on seagrass fishes resources condition was conducted in the intertidal zone of

Ekas Bay, East Lombok. Sampling of fishes was conducted using the swept area

method with beach seine. The result of this research in three station showed that the

degree of fishes diversity was low. There was a strong indication that the fishes species

in the research area were dominated by certain fish species. In general, the firtility of

Ekas Bay coastal water was semilar with the other coastal waters, however the

environmental condition mainly the low of persentage of seagrass covering in the

research location was the main couse of the low diversity of seagrass fish of the area.

High exploitation followed by destruction methods of exploitation can be the main

causes of fish degradation habitat, mainly in the seagrass of Ekas Bay, East Lombok.

Key words

: fish habitat, Lombok, marine,seagrass fishs

Abstrak

Penelitian kondisi sumberdaya ikan padang lamun telah dilakukan di wilayah intertidal

Teluk Ekas, Lombok Timur. Pengambilan sampel ikan menggunakan metode

swept

area

dengan pukat pantai (beach seine) di tiga stasiun pengamatan menunjukkan

bahwa tingkat keanekaragaman ikan di lokasi penelitian rendah. Ada indikasi yang

sangat kuat bahwa dominansi suatu jenis ikan di setiap stasiun pengamatan. Secara

umum, kesuburan perairan Teluk Ekas relatif sama dengan perairan lainnya, namun

kondisi lingkungan terutama persentasi penutupan padang lamun yang rendah menjadi

penyebab utama rendahnya keanekaragaman ikan padang lamun di lokasi penelitian.

Tingkat eksploitasi yang tinggi disertai dengan cara eksploitasi yang tidak

mempertimbangkan kesinambungan pemanfaatan sumberdaya menjadi penyebab

rusaknya habitat ikan, khususnya padang lamun di Teluk Ekas, Lombok Timur.

(2)

Jurnal Biologi Tropis, Juni 2015: Volume 15 (1): 5 ± 14 ISSN: 1411-9587

6

Pendahuluan

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir di daerah tropis yang memiliki produktivitas tinggi selain terumbu karang dan mangrove. Kompleksitas yang terbentuk dari komponen lamun memungkinkan adanya habitat yang potensial bagi berbagai jenis biota laut, termasuk ikan untuk berlindung, mencari makan, dan memijah (Aswandy dan Azkab, 2000). Berbagai jenis ikan ekonomis penting telah berhasil diidentifikasi peneliti di berbagai lokasi di Indonesia, misalnya di Teluk Ambon, Maluku (Latuconsina et al, 2012), Barrang Lompo, Sulawesi Selatan (Rappe, 2010), Riau (Fahmi dan Adrim, 2009). Sementara di perairan Nusa Tenggara Barat, informasi tentang kekayaan hayati bahari yang strategis ini belum banyak terungkap. Laporan mengenai ikan padang lamun di pulau Lombok terakhir dilaporkan oleh Peritiwady (1994) yang mengungkapkan keberadaan ikan lamun di pantai Kuta, Lombok. Dengan demikian, penelitian tentang sumberdaya hayati laut ini perlu diungkap sesuai kondisi yang ada saat ini.

Karnan et al (2012a dan 2012b) mengemukakan bahwa permintaan pasar yang terus meningkat terhadap sumberdaya ikan telah memaksa nelayan untuk melakukan penangkapan terhadap sumberdaya ikan dengan cara yang merusak (desructive), seperti penggunaan potassium, bom, dan beraneka ragam bentuk alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Teknik penangkapan ini telah terbukti memberikan dampak yang buruk tidak hanya terhadap habitat ikan, seperti terumbu karang dan padang lamun, tetapi juga terhadap sumberdaya ikan itu sendiri. Jika kondisi ini dibiarkan terus berlangsung dapat berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat yang

selama ini menggantungkan kehidupannya dari sumberdaya ini.

Keberadaan padang lamun telah dikenal lama sebagai daerah penangkapan ikan. Sejumlah spesies ikan ekonomis penting menghabiskan sebagian siklus hidup dan sepanjang hidupnya pada ekosistem padang lamun. Ditemukan juga spesies non-komersial sebagai sumber makanan penting untuk spesies komersial sehingga membentuk hubungan trofik yang cukup kompleks (Gillanders, 2006). Pengelolaan yang dilakukan beradasarkan hasil penelitian yang terkini secara terintegrasi merupakan langkah yang sangat diperlukan guna menyelamatkan sumberdaya ikan saat ini.

Teluk Ekas merupakan salah satu wilayah perairan di Pulau Lombok yang memiliki hamparan padang lamun yang luas. Tetapi keberadaan potensi ini belum dikelola secara baik. Salah satu penyebabnya adalah informasi ilmiah yang tersedia sebagai dasar pengelolaannya masih sangat terbatas. Peneliltian ini bertujuan untuk menganalisis struktur komunitas ikan padang di Teluk Ekas, Lombok Timur.

Bahan dan Metode

Penelitian ini dilaksanakan di Perairan teluk Ekas, Lombok Timur. Pengambilan sampel dilakukan pada hamparan padang lamun yang terdapat di kawasan perairan teluk Ekas. Pengambilan sampel dilakukan di tiga titik pemntauan (stasiun) dengan memertimbangkan kondisi lamun yang ada di dasar perairan. Pengumpulan data dilakukan dalam periode Agustus, September dan Oktober 2015.

Ikan contoh dikoleksi dengan metode swept areamenggunakan pukat pantai (beach seine) yang ditarik pada hamparan padang lamun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 (empat) kali. Ikan yang

(3)

Jurnal Biologi Tropis, Juni 2015: Volume 15 (1): 5 ± 14 ISSN: 1411-9587

7 tertangkap ditempatkan pada kantong plastik yang diberi label kemudian dibawa ke laboratorium Pendidikan MIPA FKIP Universitas Mataram untuk diidentifikasi. Identifikasi spesies ikan dilakukan dengan mengacu kepada Allen (1999), Kuiter dan Tonozuka (2001). Munro (1967) dan Masuda et al. (1987).

Struktur komunitas ikan yang dianalisa meliputi jumlah (komposisi) spesiess, indeks keanekaragaman (), indeks dominansi (D), dan indeks keseragaman (E). Indeks keanekaragaman hayati merupakan suatu ukuran secara matematis dari kekayaan spesies dalam suatu komunitas

(http://www.tiem.utk.edu/~gross/bioed/bea

lsmodules/shannonDI.html). Besaran ini

menggambarkan secara lebih detil mengenai komposisi komunitas seperti jumlah spesies yang ada. Indeks keanekaragaman mempunyai nilai terbesar jika semua individu berasal dari spesies yang berbeda-beda. Sedangkan nilai terkecil didapat jika semua individu berasal dari satu satu spesies saja (Odum, 1983). Nilai indeks keanekaragaman Shannon - Wiener (+¶) (Odum, 1983) dihitung menggunakan formula :

*" = F ÍLE.HJLE

GLPDQD +¶ ,QGHNV

Keanekaragaman, Pi = Proporsi jumlah individu (ni/N).

Nilai indeks Dominansi memberikan gambaran tentang dominansi ikan dalam suatu komunitas yang dapat menerangkan bilamana suatu spesies ikan lebih banyak terdapat selama pengambilan data, dengan formula Margalef (Magurran, 1998) :

% =Í(JE 0)

2

dimana: C = Indeks Dominansi Simpson, N = Jumlah individu seluruh spesiesies, ni =

Jumlah individu dari spesies ikan ke-i. Nilai Indeks keseragaman (E), semakin besar menunjukkan kelimpahan yang hampir seragam dan merata antar spesies (Magurran, 1998). Formula dari indeks keseragaman (E)yaitu:

' = * " HJ5

GLPDQD ( ,QGHNV .HVHUDJDPDQ GDQ +¶ Indeks Keanekaragaman, dan S = Jumlah spesies.

Hasil dan Pembahasan

Data jenis dan komposisi jenis ikan padang lamun yang dikumpulkan selama penelitian ini selengkapnya disajikan dalam Lampiran 1. Berdasarkan Lampiran 1, di lokasi penelitian terdapat 35 jenis ikan padang lamun yang termasuk dalam 28 famili. Dari lampiran 1 ini terlihat bahwa jumlah spesies menyebar merata di tiga stasiun, 20-21 spesies dengan variasi kepadatan yang tinggi. Tingkat keanekaragaman ikan di ketiga stasiun terindikasi rendah (0,84 ±1,55). Sementara indeks dominansi dan keseragaraman ikan di stasiun pengamatan berkisar antara 0,37 ± 0,71 dan dan 0,28 ± 0,52 secara berurutan.

Komposisi jenis ikan

Jumlah ikan contoh yang berhasil ditangkap dalam penelitian ini adalah 498 ekor. Secara keseluruhan, mereka diidentifikasi menjadi 35 jenis ikan padang lamun yang termasuk dalam 28 famili (Lampiran 1). Dari keseluruhan spesies yang ada, ikan Stelephorus sp, Ambligaster sirm, Hemiramphus far, Secutor interruptus, dan Triacanthus nieuhofi Bleeker merupakan ikan-ikan yang paling dominan yang ditemukan di padang lamun teluk Ekas (Gambar 1).

(4)

Jurnal Biologi Tropis, Juni 2015: Volume 15 (1): 5 ± 14 ISSN: 1411-9587

8

Gambar 1. Proporsi beberapa jenis ikan padang lamun yang ditangkap di Teluk Ekas,

2015

Sebagai negara kepulauan, beberapa wilayah pesisir Indonesia ditemukan wilayah pasang surut yang ditumbuhi padang lamun. Kondisi potensi sumberdaya ikan yang ditemukan di Teluk Ekas ini tidak terlalu berbeda dengan yang ditemukan di beberapa lokasi lain di Indonesia. Fahmi dan Adrim (2009) mendapatkan 37 spesies ikan dan 23 suku berhasil dikumpulkan dari sembilan lokasi pengambilan sampel di perairan pantai Pulau Combol dan Pulau Galang Baru. Sebanyak 27 jenis ikan dari 17 suku ditemukan di perairan pantai Pulau Combol, 20 jenis ikan dari 16 suku di selatan Pulau Galang Baru, dan delapan jenis dari tujuh suku ikan dari sebelah tenggara Pulau Galang Baru. Jenis ikan yang paling umum ditemui yang diindikasikan olehkeberadaannya di setiap stasiun pengambilan sampel antara lain adalah Ambassisnalua (Ambassidae), Gerres abbreviatus (Gerridae), Hyporhamphus dussumieri(Hemiramphidae) dan Sillago maculata (Sillaginidae).

Rappe (2010) mendeskripsikan hasil penelitian pada ekosistem padang lamun di

perairan Pulau Barrang Lompo, Sulawesi

Selatan, bahwa secara keseluruhan

ditemukan 28spesies ikan yang berasal dari 14 famili yaitu 1 spesies dari famili Gerreidae, 3spesies dari Siganidae, 2 spesies dari Labridae, 8 spesies dari Pomacentridae, 3 spesies dari Nemipteridae, 2 spesies dari Gobiidae, 2 spesies dari Apogonidae, dan

masing-masing 1 spesies dari

Sphyraenidae,Muraenidae, Monachantidae, Tetraodontidae, Hemiramphidae, Serranidae, dan Acanthuridae.

Di lokasi lain,

Marasabessy(2010)mendapatkan 58 spesies dari 30 famili pada ekosistem padang lamun perairan kepulauan Derawan, Kalimantan Timur.Jenis-jenis ikan yang tertangkap di lokasi ini didominasi oleh jenis-jenis yang tergolong dalam suku Gerridae sebanyak 58,38% dari seluruh hasil tangkapan. Dua jenis ikan dari suku Gerridae yang mendominasi hasil tangkapan tersebut adalah Gerres abreviatus dan G. macrosoma, sedangkan jenis-jenis lainnya tertangkap dengan jumlah individu yang relatif lebih

Stolephorus sp 46% Ambligaster sirm 24% Hemiramphus far 9% Secutor interruptus (Valenciennes, 18 35) 6% Triacanthus nieuhofi Bleeker, 1852 3% Apogon moluccensis 1% Stolephorus indicus 1% Arothron immaculatus 1% Lainnya 9%

(5)

Jurnal Biologi Tropis, Juni 2015: Volume 15 (1): 5 ± 14 ISSN: 1411-9587

9 sedikit.

Kondisi keanekaragaman ikan yang lebih baik ditemukan di padang lamun kecamatan Wori, Selawesi Utara, terdiri dari 75 spesies yang tergolong kedalam 34 famili (Manik, 2011). Spesies ± spesies utama

meliputi: Apogon

Margaritiphorus(Apogonidae), Aeoliscus strigatus (Centriscidae , Cheilio inermis,Halichoeres melanurus, H. papilionaceus, Stetojulis strigiventer (Labridae),Syngnathoides biaculeatus (Syngnathidae) dan Parupeneus barberinus (Mullidae).

Berikutnya, di Tanjung Tiram Teluk Ambon, Maluku ditemukan 68 spesies ikan padang lamun (Latuconsina et.al, 2012). Ada 10 spesies ikan dengan komposisi spesies tertinggi yang ditemukan yaitu : Siganus canaliculatus(62,91 %), Aeoliscus strigatus (8,54 %), Syngnathoides biaculeatus (3,31 %),Pelates quadrilineatus(2,78), Parupeneus barberinus(2,75 %),Acriecthys tomentosus (2,31 %), Lethrinusharak(2,25 %), Scarus sp (2,05 %),Pentapodus trivittatus(1,86 %), danScolopsis ciliata(1,33 %). Tidak jauh dari lokasi ini, di perairan pulau Kei Besar, Maluku Tenggara dilaporkan ada 56 jenis ikan padang lamun yang termasuk dalam 29 famili (Triandiza, 2013). Dari keseluruhan ikan tersebut diketahui ada beberapa spesies yang dominan jumlah spesiesnya, yaitu Labridae, Mulidae, Gobbidae, Lethrinidae, dan Pomacentridae.

Hasil penelitian terhadap potensi sumberdaya ikan padang lamun juga dilaporkan oleh peneliti lain di belahan dunia yang lain. Acosta et.al (2007) melaporkan ada 134 jenis ikan padang lamun di perairan Cairn Harbour, Florida. Diprediksi kepadatannya mencapai 8.809 ekor/Ha, terutama ikan gobi.Schaffleret.al (2013) melaporkan ada 31 specses ikan padang lamun yang diidentifikasi Chesapeake Bay Amerika Serikat. Di perairan ini, ikan

Bairdiella chrysouraditemukan sangat mendomnasi spesies yang ditangkap, yaitu mencapai 86,1% dari seluruh spesies yang ditemukan.

Jika dicermati, jenis-jenis ikan yang ditemukan di setiap lokasi hampir sama, Pada umumnya, jenis ikan yang ditemukan merupakan ikan pelagis pantai dan ikan-ikan tertentu yang diidentifikasi sebagai ikan-ikan khas padang lamun. Menurut Adrim (2006) terdapat beberapa familia ikan yang umum dijumpai dipadang lamun, seperti Apogonidae, Belonidae, Geriidae, Gobiidae, Hemiramphidae,Labridae, Lethrinidae, Monacanthidae, Syngnathoidea, Siganidea, dan Scaridae.

Struktur Komunitas ikan

Pada lampiran 1 ditunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman ikan padang lamun di ketiga stasiun diketahui berkisar antara 0,84 ± 1,55. Sementara indeks dominansi dan dan keseragaraman ikan di stasiun pengamatan berkisar antara 0,37 ± 0,71 dan 0,28 ± 0,52 secara berurutan.Besaran tingkat keanekaragaman ikan padang lamun di Teluk Ekas Lombok Timur berdasarkan hasil penelitian ini dikategorikan rendah. Kondisi ini serupa dengan yang dilaporkan Marassabessy (2010) yang mendapatkan tingkat keanekaragaman jenis ikan padang lamun di Pulau Derawan Kalimantan Timur adalah 0,84 ± 2,22. Dalam tahun yang sama, indeks keanekaragaman jenis ikan padang lamun di perairan Barang Lompo Sulawesi Selatan berkisar antara 1,10 ± 2,44. Besaran indeks yang serupa juga dikemukakan peneliti di daerah lain, yaitu Manik (2011) yang mendapatkan indeks keanekaragaman jenis sebesar 1,70 ± 2,59 untuk ikan padang lamun di kecamatan Wori Sulawesi Utara. Selain itu, Triandiza (2013) menemukan tingkat keanekaragaman jenis () ikan padang lamun pada beberapa titik

(6)

Jurnal Biologi Tropis, Juni 2015: Volume 15 (1): 5 ± 14 ISSN: 1411-9587

10 pemantauan di perairan Kei Maluku berkisar antara 1,694 - 2,504. Besaran nilai indeks keanekaragaman hayati yang bervariasi di setiap daerah tersebut terjadi terutama sebagai dampak dari jumlah jenis dan kelimpahan tiap jenis.

Sebagaimana yang dinyatakan ditunjukkan dalam Lampiran 1 bahwa nilai indeks dominansi ikan padang lamun di teluk Ekas adalah 0,37 ± 0,71; sedangkan indeks kesamaannya berkisar antara 0,28-0,52. Ini mengindikasikan bahwa penyebaran ikan padang lamun di masing-masing titik pengamatan di teluk Ekas tidak merata. Di stasiun I dan III ada indikasi dominansi salah satu atau beberapa spesies, sedangkan di stasiun II dominansi spesies tidak terlalu mencolok. Deskripsi ini ditunjang oleh nilai indeks kesamaan yang rendah pada stasiun I dan III. Ini berarti bahwa ada dominansi yang sangat mencolok pada penyebaran ikan padang lamun di lokasi penelitian, terutama di stasiun I.

Jika dicermati lebih jauh, proporsi jenis ikanAmbligaster sirmdi stasiun I terlihat sangat dominan yang mencapai lebih dari 84% dari seluruh sampel yang ada. Begitu pula dengan di Stasiun III, ikan Stelophous Sp melampaui 70% dari total jenis ikan yang ditangkap di stasiun ini. Sementara itu, di Stasiun II proporsi ikan jenis Stelophorus Sp sebenarnya cukup tinggi yaitu 54%. Namun dominansi ini menjadi tidak terlalu menonjol karena proporsi ikan jenis Hemiramphus far juga relatif tinggi, yaitu 21%.

Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa kompleksitas yang terbentuk dari komponen lamun memungkinkan adanya habitat yang potensial bagi berbagai jenis biota laut, termasuk ikan untuk berlindung, mencari makan, dan memijah (Aswandy dan Azkab, 2000). Berbagai jenis ikan ekonomis penting telah berhasil diidentifikasi peneliti di berbagai lokasi di Indonesia, misalnya di

Teluk Ambon, Maluku (Latuconsina et al, 2012), Barrang Lompo, Sulawesi Selatan (Rappe, 2010), Riau (Fahmi dan Adrim, 2009).

Dengan demikian, kondisi lingkungan baik kondisi biotik maupun abiotik akan sangat menentukan keberadaan ikan padang lamun di suatu kawasan tertentu. Kondisi penutupan lamun dipastikan menjadi faktor yang sangat menentukan terhadap keberadaan biota yang berasosiasi dengannya, misalnya ikan dan lain-lain. Selain itu, faktor lingkungan yang lain seperti kesuburan dan waktu pengamatan juga berpengaruh terhadap biota yang berasosiasi. Karnan et al (2015) melaporkan bahwa kesuburan perairan yang digambarkan berdasarkankondisi plankton,perairan Teluk Ekas Lombok Timur berada dalam kondisi baik yang mendukung kehidupan biota lain di wilayah tersebut. Rendahnya tingkat keanekaagaman ikan padang lamun di lokasi penelitian ini dipastikan bukan karena faktor kesuburan perairan saja, namun oleh kondisi lingkungan yang lain, misalnya penutupan (coverage) lamun. Sebagaimana diketahui secara luas bahwa kawasan teluk Ekas merupakan kawasan intertidal yang secara EHUNDOD PHUXSDNDQ ORNDVL ³PDGDN´ EDJL masyarakat sekitar. Madak merupakan suatu aktivitas masyarakat di daerah intertidal untuk mencari dan mengambil biota laut, baik untuk tujuan konsumtif maupun lainnya, ketika air laut surut. Kegiatan ini dilakukan oleh ratusan orang pada waktu yang bersamaan.

3DGD VDDW ³PDGDN´ berlangsung, pemadak mengoleksi biota dengan menggunakan berbagai macam alat, seperti arit (sabit) dan penggaruk (gareng). Alat ini dijadikan alat bantu mengoleksi biota seperti kerang dan ikan. Dalam mengoperasikannya, pemadak biasanya tidak mempedulikan keselamatan biota dan lingkungan lain,

(7)

Jurnal Biologi Tropis, Juni 2015: Volume 15 (1): 5 ± 14 ISSN: 1411-9587

11 khususnya tumbuhan lamun, yang secara ekologis berperan sangat penting bagi kehidupan di lokasi tersebut. Dengan demikian, rendahnya tingkat keanekaragaman ikan di lokasi penelitian ini terkait kondisi lingkungan, teruama penutupan lamun yang sangat rendah dan aktivitas eksploitasi yang terlalu tinggi disertai cara eksploitasi yang tidak mempedulikan keberlanjutan pemanfaata sumberdaya.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Ditemukan ada 35 jenis yang termasuk dalam 28 famili ikan padang lamun di perairan intertidal Teluk Ekas, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

2. Tingkat keanekaragaman ikan padang lamun di daerah intertidal Teluk Ekas, Lombok Timur termasuk kategori rendah, sedangkan tingkat dominiasi tinggi disertai oleh tingkat kesamaan yang rendah.

Saran

Dari kondisi sumberdaya ikan yang ditemukan berdasarakan hasil penelitian ini, maka dapat disarankan bahwa:

1. Perlu adanya aksi nyata untuk menyelamatkan habitat ikan padang lamun di Teluk Ekas, misalnya melalui upaya rehabilitasi lamun. 2. Peningkatan kesadaran masyarakat

akan arti penting padang lamun sebagai habitat ikan dan peranan fisiknya sebagai pelindung pantai, baik melalui pendidikan formal maupun melalui pendidikan nonformal seperti ke masyarakat pengguna sumberdaya lamun.

3. Perlu adanya pemantauan yang berkala terhadap sumberdaya lamun di Teluk Ekas, Lombok Timur untuk memastikan kondisi dan fungsinya berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Ucapan Terima kasih

Penelitian ini dibiayai oleh Universitas Mataram melalui dana PNBP tahun 2015. Karena itu, terima kasih penulis sampaikan kepada para pimpinan Universitas Mataram yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan penelitian ini dengan sumber dana PNBP dimaksud.

Daftar Pustaka

Acosta. A, C. Bartels, J. Colvocoresses, dan M. F. D. Greenwood. 2007. Fish assemblages in seagrass habitats of the Florida Keys, Florida: spatial and temporal characteristics. Bulletin of Marine Science 81 (1): 1±19.

Adrim, M.. 2006. Asosiasi Ikan di Padang Lamun. Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI. Bulletin Ilmiah Oseana 31 (4): 1 ± 7.

Allen, G. 1999. Marine fishes of SouthEast Asia; a guide for anglers and divers. Periplus Editions. Singapore. 292p. Aswandy, I dan M.H. Azkab. 2000.

Hubungan fauna dengan padang lamun. Oseana, 25(3):19-24.

Fahmi dan M. Adrim. 2009. Diversitas ikan pada komunitas padang lamun di perairanpesisir Kepulauan Riau. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 35 (1): 75 - 90.

Gillanders, B.M. 2006. Seagrasses, Fish, and Fisheries. In Seagrasses: biology, ecology, and conservation , ed. A.W.D. Larkum, R.J. Orth, and C.M.

(8)

Jurnal Biologi Tropis, Juni 2015: Volume 15 (1): 5 ± 14 ISSN: 1411-9587

12 Duarte, 503 ± 536. Amsterdam: Springer

http://biology.kenyon.edu/courses/biol229/di versity.pdf. Diakses 28 November 2015.

http://www.tiem.utk.edu/~gross/bioed/beals modules/shannonDI.html. Diakses 28 November 2015.

Karnan, L. Japa, A. Raksun. 2015. Analisis Struktur Komunitas Sumberdaya Ikan Padang Lamun. Laporan Peneliltian Universitas Mataram. Karnan, M S Baskoro, Iskandar B H, E.

Lubis, dan Mustaruddin, 2012a, Potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikn unggulan di perairan Selat Alas, Nusa Tenggara Barat, Buletin PSP Vol 20 nomor 4 Desember 2012.

Karnan, M S Baskoro, Iskandar B H, E. Lubis, dan Mustaruddin, 2012b, Perikanan cumi-cumi di Perairan Selat Alas Nusa Tenggara Barat, Jurnal Biologi Tropis Vol 13 N0 1 Januari 2012.

Kuiter, R.H. dan T. Tonozuka. 2001. Indonesian reef fishes. Part 2. Fusiliers to dragonets: Caesionidae to Callyonimidae. Zoonetic, Melbourne. Australia. 161p.

Latuconsina, H, M. N. Nessa, dan R. A. Rappe. 2012. Komposisi spesies dan struktur komunitas ikan padang lamun di perairan Tanjung Tiram ± Teluk Ambon Dalam. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, vol. 4 (1) : 35-46.

Magurran, A. E. 1988. Ecological Diversity and its Measurement. Princeton University Press, Princeton, NJ. Manik, N. 2011. Struktur Komunitas Ikan di

Padang LamunKecamatan Wori, Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia37 (1) : 29 ± 41.

Marasabessy, M.D. 2010. Sumberdaya ikan di perairan padang lamun pulau-pulau DerawanKalimantan Timur. J. Oseanologi dan Limnologi Indonesia, 36 (2):193-210.

Masuda, H., K. Amaoka, C. Araga, T. Uyeno and T. Yoshino. 1984. The Fishes of The Japanese Archipelago. Vol 1 (text). Tokaido UniversityPress. Japan : 437 pp (text), 370 pls. Munro, I.S.R. 1967. The fishes of New

Guinea. Departement of Agriculture, Stock and Fisheries, Port Moresby, New Guinea: 651 pp.

Peristiwady, T. 1994. Makanan ikan-ikan utama di padang lamunP. Lombok Selatan. Dalam Kiswara et.al. (eds). Struktur komunitas biologi padang lamun di patai selat Lombik da kondisi lingkungannya, P20-LIPI, Jakarta.pp.112-125.

Rappe, R. A. 2010. Struktur komunitas ikan pada padang lamun yang berbeda di pulau Barrang Lompo. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropisvol. 2 (2) : 62-73

Schaffler J.J, J. van Montfrans, C. M. Jones and R.J. Orth. 3013. Fish Species Distribution in Seagrass Habitats of Chesapeake Bay are Structured by Abiotic and Biotic Factors. Marine and Coastal Fisheries: Dynamics, Management, and Ecosystem Science (5):114±124.

http://www.bioone.org/doi/full/10.10 80/19425120.2013.804013.

(9)

Jurnal Biologi Tropis, Juni 2015: Volume 15 (1): 5 ± 14 ISSN: 1411-9587

13

Lampiran 1.

Data jenis dan jumlah ikan padang lamun (ekor) yang dikumpulkan dalam tahun 2015.

No

Famili/Jenis Ikan

Stasiun

I

II

I

I

Leiognathidae

1

Secutor interruptus (Valenciennes, 1835)

7

24

60

II

Hemiramphidae

2

Hemiramphus far

7

139

1

3

Strongylura timucu

2

1

III

Belonidae

4

Tylosurus crocodilus crocodilus Peron & Lesueur, 1821

6

IV

Diodontidae

5

Diodon holocanthus

1

V

Tetraodontidae

6

Arothron immaculatus

1

9

8

7

Arothron stellatus

1

7

3

8

Canthigaster impressa

1

VI

Clupeidae

9

Ambligaster sirm

354

16

1

VII

Engraulidae

10

Stolephorus indicus

5

11

3

11

Stolephorus sp

364

350

VIII

Carangidae

12

Caranx melampigus Cuvier, 1833

1

15

IX

Cynoglossidae

13

Paraplagusia bilineata

2

7

X

Chandidae

14

Ambassis buruensis

14

XI

Mullidae

15

Parupeneus barbernus

1

1

16

Parupeneus cilliatus

2

XII

Triachantiphae

17

Triacanthus nieuhofi Bleeker, 1852

5

13

27

XIII

Gobiidae

18

Valensiennea parva

3

XIV

Aracanidae

19

Lactorea kornuta

1

1

XV

Muraenidae

20

Gymnothorax prosopeion

1

XVI

Balistidae

21

Odonus niger

2

3

1

XVII

Serranidae

(10)

Jurnal Biologi Tropis, Juni 2015: Volume 15 (1): 5 ± 14 ISSN: 1411-9587

14

No

Famili/Jenis Ikan

Stasiun

I

II

I

22

Epinephelus areolatus

1

XVIII

Apogonidae

23

Apogon moluccensis

16

4

24

Archamia goni Shen & Shao, 1993

10

XIX

Synodontidae (tokek

25

Synodus dermatogenys Fowler, 1912

1

8

XX

Syngnathidae Kuda

26

Choeroichthys sculptus

5

5

27

Hippichthys cyanospilus (Bleeker, 1854)

2

XXI

Lethrinidae

28

Lethrinus lentjan (Lacepede, 1802)

1

XXII

Monacanthidae

29

Pervagor nigrolineatus

13

2

XXIII

Pomacanthidae

30

Pomacanthus sextriatus

1

XXIV

Lutjanidae

31

Lutjanus sp

1

XXV

EphippidaeBAWAL

32

Drepane punctata (Linnaeus, 1758)

1

XXVI

Pomacentridae

33

Abudefduf sexfasciatus (Lacepede, 1802)

4

XXVII

Centropomidae

34

Gerres acinaces

1

XXVIII

Labridae

35

Halichoeres melanurus (Bleeker, 1851)

9

Total 421

648

498

Jumlah Spesies (S)

20

20

21

Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner (H') 0,84

1,55

1,23

Indeks Dominansi Magalef (D) 0,71

0,37

0,51

Indeks Keseragaman Spesies (E) 0,28

0,52

0,41

Gambar

Gambar  1.  Proporsi  beberapa  jenis  ikan  padang  lamun  yang  ditangkap  di  Teluk  Ekas,  2015

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari hasil tes tingkat kondisi fisik dan kebugaran jasmani anggota UKM Ju- Jitsu Dojo Universitas Negeri Surabaya dapat di simpulkan bahwa yang berjenis

Data primer dalam penenlitian ini adalah tanggapan yang akan dijawab langsung oleh subjek penelitian mengenai motivasi kualitas, motivasi karir, motivasi ekonomi dan minat

Gambar 4 menunjukkan bahwa pakan dari tepung udang rebon memberikan nilai pertumbuhan panjang karavace tukik yang lebih baik hal ini diduga karena kandungan gizi

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan dengan pemberian

Tetapi ada beberapa aktivitas yang dapat menimbulkan biaya tetapi tidak di masukkan dalam penentuan harga pokok hal ini dapat mempengaruhi harga pokok produksi

ICD-10 dan DSM-IV mendefinisikan gangguan penyesuaian sebagai keadaan sementara yang ditandai dengan munculnya gejala dan terganggunya fungsi seseorang akibat tekanan pada

Cekungan Sunda dikenal pada industri /igas sebagai Sunda"!sri Basin, dan eiliki source 7ock yang cukup terkenal yaitu 5orasi Banuwati, dengan batuan

Batu uretra primer sangat jarang terjadi. Pada batu uretra biasanya terjadi karena batu ginjal, ureter dan kandung kemih yang turun ke uretra. Keluhan yang biasa di sampaikan klien