• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Perkembangan Sosial Anak Usia 3-6 Tahun Dengan Pendidikan Usia Dini Dan Tanpa Pendidikan Usia Dini Di Kecamatan Peterongan Jombang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbedaan Perkembangan Sosial Anak Usia 3-6 Tahun Dengan Pendidikan Usia Dini Dan Tanpa Pendidikan Usia Dini Di Kecamatan Peterongan Jombang"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 3-6 TAHUN DENGAN PENDIDIKAN USIA DINI DAN TANPA PENDIDIKAN USIA DINI

DI KECAMATAN PETERONGAN JOMBANG

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Oleh :

Retno Wulandari J 50012 0062

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

(2)
(3)

ABSTRACT

The Difference In Social Development Of Children Aged 3-6 Years With Early Childhood Education And Without Early Childhood Education

In Peterongan Sub District Jombang.

Retno Wulandari1, Burhannudin Ichsan2, Yusuf Alam Romadhon2

Background. Growth and development of children is influenced by many factors, including the stimulation of the development of the child and environmental factors. Early childhood education is a form of stimulation that is basically intervention efforts that create the environment for early childhood in order to stimulate all aspects of child development.

Method. This study was observational analytic with cross sectional approach. The sampling technique of random sample (probability samples) with a cluster sampling approach. The used statistical test Chi-Square test (expected values <5, maximal 20% of the number of cells).

Results. Results of Chi-Square p value of 0.002 (p <0.05), there are differences in social development in children aged 3-6 years with early education and without early education. Because the so-called significant when p <0.05 (<5%).

Conclusion. Based on the results of the study conducted by researchers, p value of 0.002 (p <0.05), there are significant differences between social development in children aged 3-6 years with early childhood education and without early childhood education in Peterongan Sub District Jombang.

Keywords. Social development, early childhood education, children aged 3-6 years

1

Student at Medical Faculty of Muhammadiyah University of Surakarta 2

(4)

ABSTRAK

Perbedaan Perkembangan Sosial Anak Usia 3-6 Tahun Dengan Pendidikan Usia Dini Dan Tanpa Pendidikan Usia Dini

Di Kecamatan Peterongan Jombang

Retno Wulandari1, Burhannudin Ichsan2, Yusuf Alam Romadhon2

Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya stimulasi perkembangan dan faktor lingkungan dari anak. Pendidikan anak usia dini merupakan suatu bentuk stimulasi yang pada dasarnya adalah upaya-upaya intervensi yaitu menciptakan lingkungan sekitar anak usia dini agar mampu menstimulasi seluruh aspek perkembangan anak.

Metode. Penelitian ini observasional analitik, dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan teknik random sample (probability samples) dengan pendekatan cluster sampling. Uji statistik yang digunakan uji Chi-Square (nilai expected <5, maksimal 20% dari jumlah sel).

Hasil. Hasil Chi-Square didapatkan nilai p sebesar 0,002 (p<0,05), terdapat perbedaan perkembangan sosial pada anak usia 3-6 tahun dengan pendidikan usia dini dan tanpa pendidikan usia dini. Karena disebut bermakna apabila p<0,05 (<5%).

Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, didapatkan nilai p sebesar 0,002 (p<0,05), terdapat perbedaan yang signifikan antara perkembangan sosial pada anak usia 3-6 tahun dengan pendidikan usia dini dan tanpa pendidikan usia dini di Kecamatan Peterongan Jombang.

Kata kunci. Perkembangan sosial, pendidikan usia dini, anak usia 3-6 tahun

1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta 2

(5)

PENDAHULUAN

Perkembangan secara etimologis berasal dari kata kembang yang artinya maju, menjadi lebih baik. Perkembangan secara termitologis adalah proses kualitatif yang mengacu pada penyempurnaan fungsi sosial dan psikologis dalam diri seseorang dan berlangsung sepanjang hidup (Ikalor, 2013).

Manusia dalam perkembangannya ada beberapa tahapan yang harus dilalui, mulai dari masa anak-anak, remaja hingga dewasa. Tahapan yang harus dilalui manusia dan sangat berpengaruh terhadap manusia baik secara fisik maupun secara psikologis adalah masa anak-anak, karena pada masa anak-anak ini adalah sebagai pondasi dari kehidupan agar kelak menjadi manusia yang berkualitas (Halimah & Kawuryan, 2010).

Perkembangan anak pada usia dini atau yang disebut sebagai masa emas “Golden Age” yang artinya perkembangan pada usia ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan pada periode berikutnya hingga anak menjadi dewasa (Sulistiani, 2009). Usia 0-6 tahun adalah usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter baik sikap, perilaku, dan kepribadian seorang anak di masa depan (Dorlina, 2011). Umumnya pada

tahap ini anak usia dini belajar mengenai berbagai hal termasuk dalam mengembangkan kemampuan motorik, kognitif, bahasa, serta sosioemosional mereka. Perkembangan sosial anak bermula dari semenjak bayi, sejalan dengan pertumbuhan badannya (Mayar, 2013).

Masa balita juga sebagai periode emas bagi orangtua untuk mengembangkan potensi yang anak miliki secara optimal. Masa balita hampir seluruh sel-sel otak berkembang pesat, tidak ada orang yang paling berarti dalam kehidupan seorang balita selain orangtuanya yang dapat memenuhi

segala pertumbuhan dan

perkembangannya. Orangtua mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih, asah melalui komunikasi yang baik dan benar, akan mempengaruhi mutu kepribadian anak menuju manusia dewasa di kemudian hari (BKKBN, 2014).

Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendidikan bapak, stimulasi perkembangan dan faktor lingkungan dari anak (Ardita, Kadir, & Askar, 2012). Anak perkembang dalam lingkungan

(6)

yang beragam. Meadow menyatakan bahwa lingkungan akan mempengaruhi anak dalam berbagai hal, antara lain akan berpengaruh terhadap bagaimana seorang anak berkembang dan belajar dari lingkungan (Martani, 2012).

Pendidikan pada anak usia dini merupakan suatu bentuk stimulasi yang pada dasarnya adalah upaya intervensi yaitu menciptakan lingkungan sekitar anak usia dini agar mampu menstimulasi seluruh aspek perkembangan anak. Intervensi merupakan sejumlah informasi yang diatur melalui pembelajaran tertentu untuk pertumbuhan, perkembangan, maupun perubahan prilaku. Mashar mengutip pendapat dari Foot et al yang menyatakan bahwa anak yang mengalami hambatan ataupun problema perkembangan, tidak akan berkembang secara optimal (Martani, 2012).

Pendidikan anak pada usia dini telah menjadi perhatian para orangtua, ahli pendidikan, dan pemerintah. Pendidikan pada usia dini bermanfaat mengembangkan berbagai kompetensi anak usia dini termasuk kompetensi sosial. Kompetensi sosial adalah kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain. Kompetensi sosial pada anak usia dini terdiri dari karakter individu, keterampilan sosial, hubungan dengan teman sebaya, dan hubungan dengan orang dewasa

(Siti, 2012). Banyak permasalahan yang muncul pada perilaku anak usia dini. Permasalahan tentang perilaku yang mencakup perkembangan sosial, emosi, dan moral ialah perilaku antisosial. Perilaku antisosial ini saat ini sering kita jumpai dan ada pula yang terlihat pada anak usia dini. Perilaku antisosial ini akan menjadi permasalahan yang komplek pada anak dan akan berdampak pada perilaku agresif. Orangtua berharap bahwa di Taman Kanak-kanak (TK) anak akan mendapatkan stimulasi yang memadai bagi perkembangan anak. Lingkungan belajar diluar rumah atau di TK, anak akan belajar dan mendapat stimulasi (Martani, 2012).

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan dengan pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) justru belum banyak mendapat perhatian. Pendidikan usia dini baru diperoleh oleh sebagian kecil anak di Indonesia. Pendataan Depdiknas pada tahun 2002, baru 28 persen dari 26,1 juta anak usia 6 tahun yang mendapat pendidikan usia dini. Sebagian besar di

(7)

antara mereka, yakni 2,6 juta, mendapatkan pendidikan dengan jalan masuk ke Sekolah Dasar pada usia lebih awal (Enung, 2006). Indonesia memiliki fasilitas PAUD yang relatif sedikit. Situasi yang seperti ini menjelaskan mengapa orangtua cenderung untuk menyekolahkan anak-anak mereka lebih awal, sekitar 72 persen anak usia enam tahun telah terdaftar di kelas 1 Sekolah Dasar (UNICEF Indonesia, 2012). Sebanyak 2,5 juta anak mendapat pendidikan di Bina Keluarga Balita (BKB), 2,1 juta anak bersekolah di TK atau Raidhatul Atfhal, dan sekitar 100.000 anak di kelompok bermain (play group). Rasio jumlah lembaga pendidikan dan anak usia dini diperkirakan 1:8. Data tersebut memperlihatkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) belum cukup mendapatkan perhatian padahal kapasitas perkembangan kognitif anak sudah dapat terbentuk pada usia dini jauh dibawah usia sekolah (Enung, 2006). Akses dan kualitas pelayanan PAUD sangat tidak seimbang, menurut UNICEF Indonesia (2012) menyampaikan kira-kira 62 persen anak usia 3 sampai 6 tahun belum pernah berpartisipasi dalam program pendidikan anak usia dini atau prasekolah. Tahun 2009, proporsi anak perkotaan yang mengikuti beberapa bentuk program

PAUD dua kali lipat dari proporsi anak pedesaan.

Balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10 persen dari seluruh populasi. Calon generasi penerus bangsa kualitas tumbuh kembang di Indonesia perlu mendapat perhatian yang serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai sesuai tumbuh kembangnya serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang. Selain hal-hal tersebut, berbagai faktor lingkungan yang mengganggu tumbuh kembang anak juga perlu dieliminasi. Stimulasi yang memadai artinya merangsang otak balita sehingga perkembangan kemampuan gerak, bicara, dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian pada balita dapat berlangsung secara optimal sesuai umur anak (Depkes RI, 2007). Perkembangan sosial mengacu pada perilaku anak dalam hubungannya dengan lingkungan sosial agar mandiri dan dapat berinteraksi untuk menjadi manusia sosial. Kemandirian adalah salah satu komponen dari kecerdasan emosional. Para ahli pendidikan dan psikolog berpendapat bahwa kemandirian menentukan keberhasilan dalam kehidupan seseorang (Retnowati, 2008).

Pemeriksaan tumbuh kembang di Jawa Timur pada tahun 2010 telah

(8)

dilakukan pada 2.321.542 anak balita dan prasekolah atau 63,48% dari 3.657.353 anak balita. Cakupan tersebut menurun dibandingkan tahun 2009 sebesar 64,03% dan masih dibawah target 80%, perlu perbaikan agar dapat diperbaiki apabila terjadi masalah atau keterlambatan tumbuh kembang pada anak prasekolah (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2011). Pemantauan tersebut harus dilakukaan secara teratur dan berkesinambungan. Sedini mungkin pemantauan dapat dilakukan oleh orangtua. Pemantauan juga dapat dilakukan oleh masyarakat melalui kegiatan posyandu dan oleh guru di sekolah. Pengetahuan tentang deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan anak perlu dimiliki oleh orangtua, guru, dan masyarakat (Chamida, 2012).

Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur menyatakan Jawa Timur tergolong sebagai daerah rawan kekerasan terhadap anak. Kekerasan pada anak pada Januari sampai Juli 2015 mencapai 263 kasus kekerasan anak. Surabaya memiliki kasus terbanyak yaitu 74 kasus. Lamongan mempunyai 22 kasus kekerasan pada anak. Jombang mempunyai 21 kasus kekerasan pada anak (Anonymus1, 2015) Jombang mendapat anugrah KLA (Kabupaten Layak Anak) dari presiden Joko Widodo belum lama ini, namun kekerasan terhadap anak masih terus

terjadi (Anonymous2, 2015). Satreskrim Polres Jombang merilis data kasus kejahatan seksual terhadap anak dibawah umur atau biasa disebut pedofilia. Sebanyak 27 kasus ditangani penyidik selama bulan Januari hingga Oktober 2015. Sejumlah kalangan menyoroti penghargaan yang diterima Jombang sebagai Kabupaten Layak Anak dari pemerintah pusat belum lama ini. Namun faktanya, kasus kekerasan terhadap anak masih terus terjadi di Jombang (Anonymous3, 2015). Permasalahan perilaku anak tidak terlepas dari proses sosialisasi anak. Perkembangan sosial diperoleh anak melalui kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai stimulus dari lingkungan anak. Perilaku sosial merupakan aktivitas yang berkaitan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orangtua maupun saudara. Perilaku sosial yang dibina pada awal masa kanak-kanak sangat menentukan kepribadiannya. Dengan melakukan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan wawasan yang bermanfaat secara nasional maupun global.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan perkembangan sosial anak usia 3-6 tahun dengan pendidikan usia dini dan tanpa pendidikan usia dini di Kecamatan Peterongan Jombang.

(9)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian yang observasional analitik, dengan pendekatan cross sectional. Data yang menyangkut Pendidikan Usia Dini dan perkembangan sosial anak yang diukur atau dikumpulkan sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2012). Sampel dari penelitian ini adalah anak usia 3-6 tahun dengan pendidikan usia dini dan tanpa pendidikan usia dini. Teknik pegambilan sampel dilakukan dengan cara random sample (probability samples) dengan pendekatan cluster sampling.

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk penelitian analitik kategorik tidak berpasangan (Dahlan, 2013).

Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbandingan, maka masing-masing sampel diambil 31 anak dengan kriteria retriksi, untuk menghindari adanya drop out saat penelitian masing-masing sampel ditambah oleh peneliti sebesar 10% sehingga total sampel menjadi 68

Kriteria Retriksi

1. Kriteria Inklusi : anak usia 3-6 tahun dengan pendidikan usia dini dan tanpa pendidikan usia dini di wilayah kerja Pukesmas Dukuhklopo Kecamatan Peterongan Jombang

2. Kriteria Eksklusi : anak dengan sakit berat, anak yang cacat lahir, anak menderita infeksi kronis, orang tua yang menolak anak diikutkan penelitian

Definisi Operasional 1. Variabel independen :

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) : Pendidikan Usia Dini yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aspek sosial anak yang mengikuti PAUD dan tidak mengikuti PAUD pada usia 3-6 tahun. Penilaian : Melalui metode dokumentasi dengan mencari data anak yang mengikuti kegiatan pendidikan di luar rumah (PAUD) dan data anak dengan kegiatan pendidikan dari lingkungan rumah.

Kategori : mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau tidak mengikuti (PAUD).

Skala : nominal

2. Variabel dependen :

Perkembangan (development) : bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan.

Perilaku sosial (personal social) : Perilaku sosial merupakan aktivitas yang berkaitan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua maupun saudara.

Penilaian : Denver Developmental Screening Test (DDST).

(10)

Kategori : Sesuai dan tidak sesuai Skala : Ordinal

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang berjudul perbedaan perkembangan sosial anak usia 3-6 tahun dengan pendidikan usia dini dan tanpa pendidikan usia dini di wiayah kerja Puskesmas Dukuhklopo Kecamatan Peterongan Jombang yang dilaksanakan pada bulan Desember 2015. Teknik pengambilan data menggunakan metode Cluster Random Sampling. Populasi yang dipilih pada penelitian ini yaitu anak usia 3-6 tahun dengan pendidikan usia dini sejumlah 34 sampel dan tanpa pendidikan usia dini sebanyak 34 sampel di wilayah kerja Puskesmas Dukuhklopo Kecamatan Peterongan Jombang. Data yang diambil merupakan data primer yang didapatkan melalui pemeriksaan Denver Development Skrinning Test II (DDST II). Hasil dari data didapatkan karakteristik berdasarkan usia, jenis kelamin, status pendidikan, perkembangan sosial.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui karakteristik sampel yang terdiri dari usia, jenis kelamin, status pendidikan dan perkembangan sosial

Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Presentase

3 Tahun 17 25%

4 Tahun 27 39,7%

5 Tahun 19 27,9%

6 Tahun 5 7,4%

Total 68 100%

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Presentase Laki-laki 41 60,3%

Perempuan 27 39,7%

Total 68 100%

Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Pendidikan

Status

Pendidikan Jumlah Presentase

PAUD 34 50%

Tidak PAUD 34 50%

Total 68 100%

Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Perkembangan Sosial

Perkembangan

Sosial Jumlah Presentase

Sesuai 31 45,6%

Tidak Sesuai 37 54,4%

Total 68 100%

2. Analisis Bivariat

Penelitian ini merupakan penelitian dengan variabel kategorik tidak berpasangan sehingga perlu dilakukan uji Chi-Square. Dengan kriteria apabila nilai expected count kurang dari 5, maksimal 20 persen dari jumlah sel dan

(11)

apabila tidak memenuhi syarat akan dilakukan uji Fisher. Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan 2 variabel. Pada penelitian ini variabelnya adalah perkembangan sosial anak dengan pendidikan usia dini dan tanpa pendidikan usia dini.

a. Hasil uji Chi-Square

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa anak yang mengikuti PAUD dan memiliki perkembangan sesuai sebanyak 22 anak (64,7%) dan memiliki perkembangan menyimpang atau tidak sesuai sebanyak 12 anak (35,3%). Pada anak yang tidak mengikuti PAUD dan memiliki perkembangan yang sesuai sebanyak 9 anak (26,5%) dan menyimpang atau tidak sesuai sebanyak 25 anak (73,5%).

B. Pembahasan

Berdasarkan dari uji analisis data dengan menggunakan uji statistik Chi-Square dengan syarat tidak berpasangan, tabel 2x2 dan nilai expected Count >5 telah didapatkan nilai

p sebesar 0,002 atau p<0,05. Penelitian yang dilakukan terhadap 68 anak yang berusia antara 3-6 tahun di wilayah kerja Puskesmas Dukuhklopo Kecamatan Peterongan Jombang menunjukkan bahwa perkembangan sosial yang sesuai pada kelompok anak usia 3-6

tahun dengan pendidikan usia dini jauh lebih banyak sekitar 22 anak (64,7%) dibandingkan dengan perkembangan sosial yang sesuai pada kelompok anak usia 3-6 tahun tanpa pendidikan usia dini sekitar 9 anak (26,5%). Sedangkan perkembangan sosial yang tidak sesuai pada kelompok anak usia 3-6 tahun dengan pendidikan usia dini jauh lebih sedikit sekitar 12 anak (35,5%) dibandingkan dengan perkembangan sosial yang tidak sesuai pada kelompok anak usia 3-6 tahun tanpa pendidikan anak usia dini sekitar 25 anak (73,5%). Hasil tersebut dibuktikan dengan menggunakan Chi-Square didapatkan nilai p sebesar 0,002 (p<0,05). Hasil analisis tersebut dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna Tabel 6. Hasil Uji Chi-Square Perbedaan Perkembangan Sosial Anak Usia 3-6 Tahun dengan Pendidikan Usia Dini dan tanpa Pendidikan Usia Dini di Kecamatan Peterongan Jombang.

Perkembangan Sosial

Sesuai Tidak Sesuai Total N Presentase % P N % N % PAUD 22 64,7 12 35,3 34 100,0% 0.002 Tidak PAUD 9 26,5 25 73,5 34 100,0% Jumlah 31 45,6 37 54,4 68 100,0%

(12)

antara perkembangan sosial pada anak usia 3-6 tahun dengan pendidikan usia dini dan tanpa pendidikan usia dini di Kecamatan Peterongan Jombang.

Hasil data analisis univariat menunjukkan distribusi berdasarkan usia anak 3-6 tahun di desa Dukuhklopo, anak usia prasekolah dari Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Jombang Tahun 2015 diperoleh jumlah penduduk di Kabupaten Jombang menurut kelompok usia anak 0-4 tahun berjumlah 53.655 jiwa untuk laki-laki dan perempuan berjumlah 50.976 jiwa dengan total anak usia 0-4 tahun di Jombang sebanyak 104.631 jiwa. Kelompok usia 5-9 tahun berjumlah 50.092 jiwa untuk laki-laki dan perempuan berjumlah 47.804 jiwa dengan total anak usia 5-9 tahun di Jombang terbanyak yaitu 97.869 jiwa. Dalam distribusi tersebut didapatkan anak usia 6 tahun yang harusnya masih mengikuti program PAUD hanya didapatkan sebanyak 5 (7,4%), hal ini karena Indonesia memiliki program PAUD yang relatif sedikit. Situasi yang seperti ini menjelaskan mengapa orangtua lebih cenderung untuk menyekolahkan anak-anak mereka di Sekolah Dasar lebih awal, sekitar 72 persen anak usia 6 tahun telah terdaftar di kelas 1 Sekolah Dasar (UNICEF, 2012).

Distribusi untuk status pendidikan antara anak yang mengikuti program PAUD dan tidak mengikuti program PAUD diambil sama rata masing-masing sebanyak 34 sampel (50%). Penghitungan besar sampel didapatkan dari penggunaan rumus besar sampel untuk penelitian analitik kategorik tidak berpasangan. Penelitian analitik untuk mengetahui hubungan antar variabel dengan menggunakan variabel kategorik yaitu hasil penggukuran dikelompokkan berdasar klasifikasi tertentu dan variabel dikatakan tidak berpasangan apabila data diambil dari kelompok atau individu yang berbeda (Dahlan, 2013).

Ditribusi untuk perkembangan sosial, jumlah sampel terbanyak untuk sampel perkembangan sosial yaitu perkembangan sosial tidak sesuai sebanyak 37 sampel (54,4%) dan perkembangan sosial sesuai sebanyak 31 sampel (45,6%). Hasil Penelitian Darsana (2012) di Bali yang menyatakan bahwa Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembanganya. Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapatkan perhatian. Kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang yang

(13)

menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan atau kerjasama antara keluarga, dengan tenaga profesional (kesehatan, pendidikan dan sosial) akan meningkatkan tumbuh kembang anak usia dini dan kesiapan memasuki jenjang pendidikan formal (Kusbiantoro, 2015). Tingginya angka keterlambatan yang ditemukan merupakan potensi untuk menurunkan kualitas hidup di kemudian hari sehingga perlu diupayakan bagaimana cara mengatasinya.

Anonymous (2012) Rasulullah SAW bersabda: “Utlubul „ilma minal mahdi illal lahdi”, yang artinya tuntutlah ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat. Sabda ini memberikan petunjuk yang tegas tentang pendidikan semenjak usia dini. KI Hajar Dewantoro berpendapat bahwa anak-anak adalah mahluk hidup yang memiliki kodratnya masing-masing. Kaum pendidik hanya membantu menuntun kodratnya tersebut. Jika anak memilki kodrat yang tidak baik, maka tugas pendidik untuk membantunya menjadi baik. Jika anak sudah memiliki kodrat yang baik, maka anak akan lebih baik lagi jika dibantu melalui pendidikan. Kodrat dan lingkungan merupakan konvergensi yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain (Anonymous, 2012).

Musbikin (Delfita, 2011) menyatakan tujuan pendidikan anak usia dini yaitu :

1. Memberikan pengasuhan dan pembimbingan yang memungkinkan anak agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia dan potensinya. 2. Mengidentifikasi penyimpangan yang

mungkin terjadi, sehingga jika terjadi penyimpangan dapat dilakukan intervensi dini segera.

3. Menyediakan pengalaman yang beraneka ragam dan mengundang minat bagi anak usia dini, yang

memungkinkan mereka

mengembangkan potensi dalam berbagai bidang, sehingga siap untuk mengikuti pendidikan formal.

4. Membangun landasan bagi perkembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

5. Mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, dan sosial peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan.

Menurut Diana (2010) Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak secara keseluruhan yaitu faktor gizi (nutrisi) berpengaruh terhadap struktur anatomi otak yang mempengaruhi sel syaraf, faktor infeksi penyakit yang

(14)

disebabkan oleh kuman penyakit (bakteri, virus, ricketsia, jamur, cacing dan sebagainya), faktor pola pengasuhan anak berupa sikap dan perilaku Ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak (memberikan makan, merawat, kebersihan, memberi kasih sayang dan sebagainya). Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak usia dini menurut Hurlock (Mayar, 2013) :

1. Faktor Lingkungan Keluarga

Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan dari orang tua terhadap anak dalam mengenal berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Proses bimbingan orang tua ini lazim disebut sosialisasi.

2. Faktor dari Luar Rumah

Faktor di luar rumah adalah wadah bagi anak untuk bersosialisasi, di luar rumah anak akan bertemu dengan orang yang lebih banyak, seperti teman sebaya, orang yang lebih kecil darinya, orang dewasa, sehinggga sosialnya akan berjalan sesuai dengan perannya di lingkungan tersebut.

3. Faktor Pengaruh Pengalaman Sosial Anak

Dalam pembelajaran anak melalui interaksi sosial baik dengan orang dewasa maupun dengan teman sebaya yang ada dilingkungannya. Salah satu cara anak belajar adalah dengan cara mengamati, meniru, dan melakukan. Orang dewasa dan teman-teman yang dekat dengan kehidupan anak merupakan objek yang diamati dan ditiru anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Setyaningrum, Triyanti, & Indrawani (2014) membuktikan bahwa anak yang mengikuti pembelajaran di PAUD berpeluang mempunyai perkembangan kognitif baik hampir empat kali dibandingkan anak yang tidak ikut pembelajaran di PAUD. Penelitian dari Hastuti, Alfiasari, & Chandriyani (2010) juga membuktikan bahwa pemberian stimulasi psikososial yang optimal kepada anak akan meningkatkan perkembangan kognitif anak. Didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Gultiano & King (2006) di Philipina membuktikan bahwa terjadi peningkatan perkembangan psikososial sebesar 6 – 11% pada anak usia 0-4 tahun yang dilakukan stimulasi selama 2 tahun terhadap 7 domain yang diukur dengan instrument Revised Early Childhood Devolopment Checklist (REC), yaitu : Gross motor, fine motor, self help, receptive language, expressive language, cognitive, socialemotional.

(15)

Penelitian yang dilakukan oleh UNICEF Indonesia pada tahun 2012 membuktikan hasil studi tentang kesiapan bersekolah di enam Kabupaten di Indonesia menunjukkan bahwa program-program PAUD telah membantu mengembangkan kompetensi psikososial dan kognitif.

Kualitas PAUD di Indonesia belum dapat diukur karena belum pernah ada penelitian tentang ini sebelumnya. Dalam membimbing dan mendidik anak usia dini, guru perlu memiliki berbagai macam kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Penelitian dari Novianti, Puspitasari, & Chairilsyah (2012) di Kota Pekanbaru masih banyak guru PAUD yang tidak memahami prinsip-prinsip dalam melakukan asesmen pada anak usia dini. Dengan demikian apabila guru PAUD tidak memiliki kompetensi dalam melaksanakan asesmen maka sulit untuk mengetahui tingkat perkembangan anak yaitu apakah anak berkembang sesuai harapan atau sebaliknya mengalami keterlambatan perkembangan, akibatnya guru tidak dapat memberikan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan tiap anak, selain itu guru juga akan sulit merancang pembelajaran yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Untuk itu Pemerintah harusnya lebih memperhatikan standar tenaga pendidik

yang sesuai dengan kurikulum pada program Pendidikan Anak Usia Dini.

Dinas Pendidikan setempat disarankan untuk melakukan sosialisasi kepada keluarga mengenai pentingnya keikutsertaan anak dalam pendidikan prasekolah. Hal serupa juga ditujukan kepada pengasuh dalam kelompok BKB (Bina Keluarga Balita), Posyandu, dan Pos PAUD yang berperan banyak untuk menyebarluaskan dan menginformasikan kepada keluarga mengenai pentingnya anak mengikuti pendidikan prasekolah dengan menyebarkan leaflet, mengunjungi ke rumah-rumah keluarga dan menjadikan agenda rutin setiap bulan dalam Posyandu. Selain itu, mengingat stimulasi psikososial berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak maka disarankan kepada keluarga untuk memberikan stimulasi yang maksimal kepada anak. Jika dalam pemberian stimulasi terbentur oleh dana disarankan untuk meningkatkan aktivitas ibu dan anak, ibu lebih terlibat dalam pengasuhan (bermain bersama anak, pergi bersama anak), serta memberikan kehangatan dan penerimaan kepada anak serta memberikan teladan kepada anak. Hal ini mengindikasikan pentingnya pendidikan parenting untuk ibu mengenai bagaimana memberikan stimulasi kepada anak yang dapat dilakukan oleh koordinasi tim penggerak PKK dan Kelompok PAUD. Penelitian di

(16)

Amerika Serikat menunjukkan bahwa anak yang tidak banyak distimulasi maka otaknya akan lebih kecil 30 persen dibandingkan anak lain yang mendapatkan rangsangan secara optimal. Untuk itu diperlukan penilaian terhadap perkembangan anak agar gangguan terhadap perkembangan anak dapat diketahui lebih cepat (Diana, 2010).

Penelitian ini mempunyai kelebihan dimana sampel yang digunakan sudah memenuhi kriteria dan sudah memenuhi target. Penelitian ini juga sederhana dan ekonomis. Kelemahan penelitian ini adalah skrining dilakukan hanya sekali, seharusnya dilakukan pemeriksaan ulangan untuk menghindari bias pemeriksaan. Skrining sebaiknya dikombinasi dengan alat skrining yang lain. Skrining pada subjek yang dinilai meragukan dalam penilaian harus dilakukan ulangan pemeriksaan 1-2 minggu kemudian setelah pemeriksaan pertama untuk memastikan adanya keterlambatan perkembangan.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, didapatkan perkembangan sosial yang tidak sesuai pada anak usia 3-6 tahun tanpa pendidikan usia dini (73,5%) lebih

banyak dibandingkan perkembangan sosial yang sesuai pada anak usia 3-6 tahun tanpa pendidikan usia dini (26,5%). Perkembangan sosial yang sesuai pada anak usia 3-6 tahun dengan pendidikan usia dini (64,7%) lebih banyak dibandingkan perkembangan sosial yang tidak sesuai pada anak usia 3-6 tahun dengan pendidikan usia dini (35,3%), maka pada hasil uji Chi-Square nilai p didapatkan sebesar 0,002 (p<0,05). Hasil analisis tersebut dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara perkembangan sosial pada anak usia 3-6 tahun dengan pendidikan usia dini dan tanpa pendidikan usia dini di Kecamatan Peterongan Jombang.

B. Saran

1. Untuk Pemerintah diharapkan untuk memperbaiki kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini agar anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai usia. 2. Untuk petugas Kesehatan diharapkan

memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang pentingnya pendidikan dan stimulasi pada anak usia dini dalam menunjang perkembangan anak.

3. Untuk peneliti selanjutnya yang mengambil berkaitan dengan Perkembangan sosial anak usia dini diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan yang lebih baik

(17)

dengan proposal yang lebih luas dan desain penelitian yang lebih baik. 4. Untuk masyarakat diharapkan

melakukan Denver Developmental Screening Test II rutin setiap penambahan usia anak sebagai deteksi dini adanya gangguan perkembangan pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous., 2012. Modul Filosofi Dan Teori Yang Mendasari Pendidikan Anak Usia Dini.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/fil es/MODUL%20FILOSOFI%20DAN %20TEORI%20PAUD.pdf.

Diakses pada 9 Januari 2016

Anonymous1., 2015. Terjadi 263 Kasus Kekerasan Anak di Jawa Timur. http://m.beritajatim.com/regional/re ad/2341207/terjadi-2630-kaus-kekerasan-anak-di-jawa-timur Diakses pada tanggal 26 Oktober 2015

Anonymous2., 2015. Marak Kasus Anak, Anugerah KLA untuk Jombang Dipertanyakan.

http://m.beritajatim.com/politik_pe merintahan/247739/marak_kasus_ anak,_anugerah_kla_untuk_jomba ng _dipertanyakan.html#VknnWF-ySnM Diakses pada tanggal 2 November 2015

Anonymous3., 2015. 27 Kasus Pedofilia Terjadi di Jombang Selama 2015. http://m.jombangtimes.com/baca/1 02999/20151020/063024/27- kasus-pedofilia-terjadi-di-jombang-selama-2015/ Diakses pada tanggal 2 November 2015

Ardita V., Kadir A., & Askar M., 2012. Deteksi Perkembangan Anak Berdasarkan DDST di RW I

Kelurahan Luminda Kecamatan Wara Utara Kota Palopo. Volume 1 Nomor 2 Tahun 2012. ISSN : 2302-1721

BKKBN 2014. Menjadi Orangtua Hebat dalam Mengasuh Anak (Usia 0 – 6 Tahun). ISBN : 978-602-8068-87-1 Chamida N.A., 2012. Deteksi Dini

Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Dahlan M.S., 2013. Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika

Darsana W., 2012. Hubungan stimulasi kecerdasan multipel dengan perkembangan personal sosial anak usia pra sekolah. http://darsananursejiwa.blogspot.c om/2012/01/hubunganstimulasi-kecerdasanmultipel.html. Diakses 9 Januari 2016

Delfita R., 2011. Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Melalui Permainan Gambar Dalam Bak Pasir di Taman Kanak-Kanak Bina Anaprasa Mekar Sari Padang. Jurnal Pesona PAUD. VOL I NO. I Departemen Kesehatan RI 2007.

Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang

Diana F.M., 2010. Pemantauan Perkembangan Anak Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 4, No. 2

Dinas kesehatan Jawa Timur 2011. Profil Kesehatan 2011 Provinsi Jawa Timur.

http://dinkes.jatimprov.go.id/userfile /dokumen/1321926974_Profil_Kes

(18)

ehatan_Provinsi_Jawa_Timur_201 0.pdf Diakses pada tanggal 15 Agustus 2015

Dorlina N., 2011. Perkembangan Bahasa Anak Prasekolah. Jurnal Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 08 No. 01.Surabaya : UNESA.

Enung F., 2006. Psikologi Perkembangan : Perkembangan Peserta Didik. Bandung : CV Pustaka Setia

Gultiano S.A., & King E.M., 2006. A Better Start in Life : Evaluation Result from an Early Childhood Development Program. Philippine Journal of Development Number 61, First and Second Semesters 2006. Volume XXXIII, Numbers 1 & 2

Halimah N., & Kawuryan F., 2010. Kesiapan Memasuki Sekolah Dasar Pada Anak yang Mengikuti Pendidikan TK dengan yang Tidak Mengikuti Pendidikan TK di Kabupaten Kudus. Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus Volume I, No 1, Desember 2010

Hastuti D., Alfiansari., & Chandriyani., 2010. Nilai Anak, Stimulasi Psikososial, Dan Perkembangan Kognitif Anak Usia 2-5 Tahun Pada Keluarga Rawan Pangan Di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah Keluarga dan Konseling. Vol. 3, No. 1. ISSN : 1907 – 6037. p : 27-34

Ikalor A., 2013. Pertumbuhan dan

Perkembangan. Jurnal

Pertumbuhan dan Perkembangan. Volume: 7, Nomor 1,Mei 2013: 1-6. ISSN: 2104-1994

Kusbiantoro D., 2015. Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah di Taman Kanak-Kanak Aba 1 Lamongan. Surya.

Vol.07, No.01, April 2015

Martani W., 2012. Metode Stimulasi dan Perkembangan Emosi Anak Usia Dini. Jurnal Psikologi. Volume 39, NO. 1, JUNI 2012: 112 – 120 Mayar F., 2013. Perkembangan Sosial

Anak Usia Dini Sebagai Bibit Untuk Masa Depan Bangsa. Jurnal Al-Ta‟lim, Jilid 1, Nomor 6 November 2013, hlm. 459-464

Notoatmodjo S., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Novianti R., Puspitasari E., & Chairilsyah D., 2012. Pemetaan Kemampuan Guru Paud Dalam Melaksanakan Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini di Kota Pekanbaru. Jurnal SOROT. Vol 8 No 1 April hal 1 – 104

Retnowati Y., 2008. Pola Komunikasi Orangtua Tunggal dalam Membentuk Kemandirian Anak (Kasus di Kota Yogyakarta). Jurnal Ilmu Komunikasi. Volume 6, Nomor 3, September - Desember 2008

Setyaningrum S.R., Triyanti., & Indrawani Y.M., 2014. Pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini Dengan Perkembangan Kognitif pada Anak. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.8, No. 6

Siti M., 2012. Peningkatan Kompetensi Sosial Anak Usia Dini Dengan Metode Bermain. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012

Sulistiani W., 2009. Penerapan Metode Bermain untuk Meningkatkan Kemampuan Sosial Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiah Psikologi dan Psikologi Kelautan-Kemaritiman. Vol. 3

(19)

No. 2. Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah.

UNICEF Indonesia 2012. Pendidikan & Perkembangan Anak Usia Dini.

http://www.unicef.org/indonesia/i

d/A3_-_B_Ringkasan_Kajian_Pendidik an.pdf Diakses pada tanggal 15 Agustus 2015

Referensi

Dokumen terkait

- Warna hijau keunguan - Tekstur agak halus - Pola tidak teratur - Biasanya terletak di.. daerah pantai dan muara

Harapannya dengan memiliki pengetahuan yang baik, maka responden lebih mengerti akan pentingnya pengertian dampak sering menonton televisi pada anak usia sekolah,

Kebijakan dividen adalah kebijakan yang rutin dilakukan, karena hal tersebut sudah rutin terjadi, hal ini tidak signifikan mempengaruhi harga saham. Kebanyakn informasi

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh proses dua siklus autoclaving-cooling terhadap kadar pati resisten tepung dan bihun beras yang

Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan B2PTTG-LIPI Subang dan untuk analisa proksimat (kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat,

Observasi kelas merupakan kagiatan pengamatan terhadap berbagai karakteristik, komponen pendidikan serta peraturan yang berlaku di sekolah yang nantinya akan

Director yang dipilih harus yang dianggap mampu menghidupkan ide cerita yang udah disetujui klien, yang secara style sesuai dengan tone and manner yang kita mau capai,

Kelompok Kerja (POKJA) VII pada Kantor Layanan Pengadaan Kabupaten Musi Banyuasin telah membuat Berita Acara Lelang Gagal untuk paket pekerjaan sebagai berikut