• Tidak ada hasil yang ditemukan

REFLEKSI PEMBELAJARAN KIMIA DI PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REFLEKSI PEMBELAJARAN KIMIA DI PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

 

REFLEKSI PEMBELAJARAN KIMIA DI PROGRAM STUDI S1

KESEHATAN MASYARAKAT STIKES DHARMA HUSADA

BANDUNG

Nina Rosliana 1 dan Anna Permanasari 2

1) Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Dharma Husada Bandung

2) Program Studi S3 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai alumni Sekolah Tinggi Kesehatan Masyarakat (STIKes) dapat melakukan pekerjaan profesinya dengan baik, jika mempunyai kompetensi kimia yang memadai. Tetapi di sisi lain matakuliah kimia sering dianggap sulit, sehingga sulit untuk mendapat nilai yang bagus, bahkan untuk sekedar lulus saja. Hal ini akan menjadi tekanan bagi mahasiswa. Peneliti ingin mengetahui bagaimana refleksi mahasiswa terhadap pembelajaran kimia dengan maksud untuk mengurangi atau menghilangkan rasa tertekan terhadap pembelajaran kimia dan angka ketidaklulusan pada mahasiswa melaui suatu strategi atau program perkuliahan kimia yang dapat diterima dengan baik oleh mahasiswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, menggunakan kuesioner, model penelitiannya deskripsi observasional, untuk melihat refleksi mahasiswa mengenai pembelajaran kimia di Prodi S1Kesehatan Masyarakat STIKes DHB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang memiliki tanggapan negatif cukup tinggi ( > 50% ) adalah tanggapan mahasiswa terhadap bahan ajar, maka bahan ajar harus dikaji lagi supaya relevan dengan profesi Kesehatan Masyarakat sehingga mahasiswa termotivasi untuk mempelajarinya karena akan berpengaruh terhadap kompetensi profesinya kelak. Bahan ajar perlu dirumuskan lagi mulai dari standar kompetensi dan kompetensi dasarnya, sehingga akan muncul pokok bahasan apa yang penting untuk dikemukakan di kelas yang relevan dengan profesi Kesehatan Masyarakat, juga dibuat indikator yang jelas, supaya tujuan pembelajaran tercapai.

Kata Kunci : kimia, refleksi, kompetensi, pembelajaran PENDAHULUAN

Selama bertahun-tahun yang lalu, telah banyak dilakukan penelitian tentang pembelajaran kimia dan sains di sekolah-sekolah ataupun di tingkat perguruan tinggi, tetapi penelitian tentang pembelajaran kimia di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) masih jarang dilakukan, padahal masih banyak penolakan / ketidaksukaan dari mahasiswa STIKes terhadap materi kimia yang masih belum tertangani, sementara pekerjaan tenaga kesehatan yang akan menjadi profesi alumni STIKes, hampir selalu berkaitan dengan kimia, maka dirasakan perlu dilakukan pendekatan kimia terhadap mahasiswa STIKes melalui relevansi kimia dengan kehidupan sehari-hari dan profesi Kesehatan Masyarakat. Nancy

El-Farargy (2009), melakukan penelitian dengan cara pendekatan pembelajaran kimia kepada mahasiswa Kesehatan Masyarakat dengan menggunakan poster. Diperoleh perubahan sikap mahasiswa Kesehatan Masyarakat terhadap pembelajaran kimia, yang tadinya menolak menjadi menerima. Sarjana Kesehatan Masyarakat akan dapat melakukan pekerjaan dengan baik, jika mempunyai kompetensi kimia yang memadai. Bagi mahasiswa Kesehatan Masyarakat, untuk memudahkan dalam mempelajari matakuliah-matakuliah tertentu selanjutnya, maka perlu mempunyai kompetensi dalam matakuliah kimia, terutama pada saat mempelajari matakuliah; biokimia, farmakologi, kesehatan lingkungan, asuhan keperawatan, dan kebutuhan dasar

(2)

 

manusia1, kebutuhan dasar manusia 2 dan kebutuhan dasar manusia 3. Untuk mempelajari matakuliah-matakuliah tersebut perlu didukung oleh kompetensinya dalam bidang kimia yang diperoleh mahasiswa dari matakuliah kimia.

Perkuliahan Kimia yang diberikan kepada mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat di STIKes DHB adalah perkuliahan wajib dan merupakan rumpun kimia dasar. Matakuliah ini memiliki beban dua sks dan dilaksanakan pada semester ganjil. Mahasiswa mengontrak matakuliah ini pada semester satu. Bahan ajar kimia perlu diberikan kepada mahasiswa calon Sarjana tenaga kesehatan karena berkaitan erat dengan bidang pekerjaan yang akan ditekuninya kelak, dengan diberikannya matakuliah kimia maka akan menjadi bekal didalam menjalankan profesinya.

Kimia sering dianggap sulit untuk dipelajari (Johnstone, 1999). Sebagian orang (khususnya dengan latar belakang pendidikan tidak terkait langsung dengan kimia) melihat kimia sebagai yang abstrak dan membosankan, dan hanya mereka yang cerdas secara akademis bisa mempelajari subjek ini (Osborne et al., 2003). Tampaknya disini yang penting adalah kurikulum yang harus bisa mencerminkan kebutuhan para mahasiswa, dan berguna bagi karir masa depan mereka, juga untuk mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan pemecahan masalah yang terkait dengan karier (Daly, 1998; Eddy, 2000 ).

Harapan dari setiap kontrak matakuliah adalah kelulusan, tetapi pada kenyataannya untuk matakuliah kimia di S1 Kesehatan Masyarakat STIKes DHB, selalu saja ada yang tidak lulus bahkan kadang cukup banyak mengingat mahasiswanya ada yang berasal dari jurusan IPS, SMK, Keagamaan, dll., dimana bagi mereka pelajaran kimia tidak familiar karena sewaktu di SLTA tidak mendapatkan pelajaran kimia. Ditambah mahasiswa yang berasal dari SMA IPA-pun banyak yang tidak kompeten dalam matakuliah kimia, sehingga yang tidak lulus

bisa mencapai lebih dari 30% , seperti yang ditunjukkan oleh data nilai UAS Kimia Program S1-Kesehatan Masyarakat semester I - tahun ajaran 2012 / 2013; dari 86 orang mahasiswa yang mendapat nilai A hanya 5 orang (5,8 %), nilai B ada 9 orang (10,5 %), nilai C ada 45 orang (52,3%), nilai D ada 22 orang (22,6 %), dan nilai E ada 5 orang (5,8 %). Tampak bahwa yang tidak lulus mencapai 31,4 % (= 25,6% nilai D + 5,8%), dan yang lulus pun mayoritas hanya bertumpu pada nila C saja.

Sudah menjadi pendapat umum di kalangan siswa maupun mahasiswa yang bukan jurusan kimia bahwa pelajaran kimia dianggap sulit untuk dimengerti, karena mereka menganggap begitu banyak teori, rumus dan anomali-anomali dalam ilmu kimia yang harus dikuasai, selain soal-soal yang dianggap sulit untuk dijawab.

Matakuliah kimia masih sering disegani atau mungkin kurang disukai karena dianggap sulit, sulit untuk difahami sehingga sulit untuk mendapat nilai yang bagus atau bahkan

sulit untuk sekedar lulus saja. ” Image sulit ”

ini membuat mahasiswa menjadi malas untuk mendekati atau membuat dirinya menjadi familiar dengan matakuliah ini, sehingga keadaan tidak menjadi baik bagi dirinya karena di sisi lain ia dituntut untuk lulus matakuliah tersebut. Hal ini tentu akan menjadi tekanan tersendiri bagi mahasiswa tersebut.

Peneliti mencoba untuk mengetahui bagaimana refleksi mahasiswa terhadap pembelajaran kimia di STIKes DHB, dengan maksud untuk mengurangi atau menghilangkan tekanan tersebut sekaligus untuk memperkecil atau menghilangkan angka ketidaklulusan, ingin menghilangkan ”Image sulit” pada mahasiswa calon Sarjana Tenaga Kesehatan. Untuk selanjutnya akan dibuat suatu strategi atau program dalam perkuliahan kimia sehingga dapat diterima dengan lebih mudah oleh mahasiswa.

(3)

 

Mahasiswa untuk dapat memiliki kompetensi kimia tidak cukup hanya dengan mempelajari teori dan rumus-rumus atau juga mengetahui anomali-anomalinya, tetapi harus memahami konsepnya, rajin berlatihan soal, aktif bertanya di kelas kalau ada yang tidak dimengerti atau diskusi dengan yang lebih pandai. Selain itu, referensi yang digunakan tidak cukup satu saja tetapi harus ada referensi lain yang relevan sebagai pendamping dalam pemahaman konsep dan pemecahan soal-soal. Dengan demikian kompetensi kimia dari mahasiswa akan meningkat. Jadi bagaimana dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai harapan di atas ?

Persepsi dan sikap yang berkaitan dengan sains dan belajar adalah penting. Dengan melibatkan mahasiswa dalam pembelajaran supaya lebih aktif lagi, diharapkan mereka dapat mengembangkan kemampuannya sendiri dan menjadi peserta didik yang baik. Kimia dapat dipilih dan disajikan sedemikian rupa sehingga dianggap relevan dengan kehidupan kerja mereka sebagai tenaga kesehatan. Kesempatan untuk melakukan kegiatan yang meliputi; melihat kenyataan, membuat keputusan, dan bersikap kritis merupakan keterampilan yang penting untuk dikembangkan dan digunakan di tempat kerja.

Sangat penting bagi pengajar untuk dapat merefleksikan kebijakan dan praktik pendidikan yang terkait dengan belajar dan mengajar. Ini akan meningkatkan kualitas pengajaran dan pendekatan untuk mendorong pembelajaran bagi mahasiswa. Menurut Kellogh dan Kellogh (1999); pengajaran, pembelajaran, dan penilaian semua berhubungan. Jadi para pendidik perlu pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang bagaimana peserta didik belajar, dalam rangka untuk mengembangkan pengajaran, pembelajaran dan metode penilaian yang efektif.

Untuk dapat melaksanakan pembelajaran dengan hasil yang baik, selain kurikulumnya yang harus sesuai maka tentunya kita harus

mempelajari karakteristik mahasiswa yang akan menerima pelajaran tersebut dalam hal : latar belakang pendidikan SLTA sebelumnya, usia, kendala dalam belajar kimia, gaya belajar yang mereka sukai, dll. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penelitian terhadap mahasiswa yaitu untuk mengetahui refleksi mereka terhadap pembelajaran kimia di STIKes DHB.

Studi dilakukan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) DHB pada Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat. Studi difokuskan kepada pembelajaran kimia. Dalam studi disebarkan kuesioner kepada mahasiswa Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat yang sudah pernah mendapat pembelajaran kimia. Jawaban dalam kuesioner ini hanya memilih ya atau tidak, dengan maksud untuk mendapat jawaban yang tegas.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah refleksi mahasiswa terhadap pembelajaran kimia di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes DHB ?

Dari pertanyaan penelitian tersebut dapat diuraikan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana ketertarikan mahasiswa

terhadap pembelajaran kimia ?

2. Bagaimana pendapat mahasiswa

terhadap pembelajaran kimia yang sudah dialaminya?

3. Bagaimana pendapat mahasiswa

terhadap fasilitas untuk pembelajaran kimia?

4. Kendala apa saja yang ditemui

mahasiswa dalam pembelajaran kimia?

5. Pembelajaran kimia yang bagaimana

yang diharapkan ? Tujuan umum

Penelitian ini mempunyai tujuan umum untuk mengetahui refleksi mahasiswa S1-

(4)

 

Kesehatan Masyarakat STIKes DHB terhadap pembelajaran matakuliah Kimia. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui tanggapan

mahasiswa terhadap materi matatakuliah kimia

2. Untuk mengetahui tanggapan

mahasiswa terhadap pengajaran kimia

3. Untuk mengetahui pendapat

mahasiswa mengenai kesesuaian bahan ajar kimia

4. Untuk mengetahui pendapat

mahasiswa tentang fasilitas pembelajaran kimia

5. Untuk mengetahui cara pembelajaran

kimia yang diharapkan oleh mahasiswa

6. Untuk mengetahui pemahaman

mahasiswa terhadap profesi kesehatan masyarakat ditinjau dari aspek kimia Manfaat Penelitian

Matakuliah Kimia merupakan matakuliah wajib bagi mahasiswa calon Sarjana Kesehatan Masyarakat yang dapat dijadikan wadah bagi pemahaman konsep kimia dan meningkatkan keterampilan berpikir reflektif yang sangat diperlukan oleh mahasiswa saat pembelajaran maupun untuk praktek profesional.

Berdasarkan hal di atas maka manfaat penelitian ini adalah:

1. Sumbangan bagi pengembangan

pembelajaran kimia

2. Sebagai masukan dalam mengevaluasi

pembelajaran

3. Alternatif pembelajaran bagi dosen

4. Model pembelajaran bagi mahasiswa

calon Sarjana Kesehatan Masyarakat .

BAHAN DAN METODE Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan menggunakan kuesioner yang relevan.

Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian deskripsi observasional, untuk melihat refleksi dari mahasiswa mengenai

pembelajaran kimia di Prodi S1Kesehatan Masyarakat STIKes DHB

Rancangan Penelitian

Untuk mengetahui refleksi mahasiswa sebagai responden terhadap pembelajaran kimia di S1 STIKes DHB, maka dibuat kuesioner yang relevan dan diujikan terlebih dahulu, kemudian diisi oleh mahasiswa. Respondennya adalah mahasiswa Prodi S1 Kesehatan Masyarakat dan yang sudah pernah mendapat pembelajaran kimia di STIKes DHB sebanyak 60 (enam puluh) orang. Jawaban kuesioner bersifat tertutup dengan maksud untuk memudahkan responden mengisi kuesionernya, tanpa mengurangi keakuratan hasil penelitian. Hasilnya diolah secara statistik sehingga dapat terdeskripsi refleksi mahasiswa terhadap pembelajaran kimia di S1 STIKes DHB.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner yang sudah diujikan terlebih dahulu di tempat yang memiliki karakter yang mirip dengan sampel penelitian. Pengisian kuesioner dilakukan oleh responden yang didampingi peneliti, kemudian dihimpun oleh peneliti.

Analisis Data

Pengolahan Data 1. Editing

Data yang diperoleh dari setiap kuesioner

di cek ; apakah jawaban kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten.

2. Koding

Data dari kuesioner yang berupa tulisan dan sudah diedit diberi kode dengan angka untuk memudahkan dalam pengolahan data selanjutnya.

(5)

 

3. Processing

Setelah diberi kode maka data di-entry ke paket program komputer yang sudah dipilih sehingga dapat diproses secara komputerisasi.

4. Cleaning

Setelah processing data, dilakukan cleaning (pembersihan data), kegiatan ini merupakan pengecekan kembali terhadap data yang telah di-entry sekaligus untuk memperbaiki kesalahan sewaktu entry data.

Analisis Data

Data yang telah diolah selanjutnya

dianalisis secara visual untuk diinterpretasikan dan disimpulkan, sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari penelitian ini dan dapat tercapainya tujuan dari penelitian.

Cara Penafsiran

Hasil yang diperoleh dari kuesioner dikelompokkan kedalam dua katagori, yaitu katagori positif (tanggapan positif, nilai=1) dan katagori negatif (tanggapan negatif, nilai = 0). Maksudnya disini adalah tanggapan

positif / negatif terhadap pembelajaran kimia

yang berlangsung di S1 STIKes DHB. Jika tanggapan positifnya signifikan (nilai positif lebih dari 50%) maka cara pembelajaran yang sekarang berlangsung berarti sudah baik. Tetapi jika tanggapan negatifnya justru yang signifikan (nilai negatif lebih besar dari 50%), maka berarti masih ada kekurangan dalam pembelajaran kimia di S1 STIKes DHB dan selanjutnya harus dibuat rencana untuk perbaikan.

Penyimpulan Hasil Penelitian

Jika dari hasil penelitian disimpukan bahwa tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran kimia di STIKes DHB adalah positif maka berarti pembelajaran yang telah berlangsung selama ini sudah baik dan perlu dipertahankan, tetapi jika yang terjadi adalah sebaliknya maka pembelajaran yang ada sekarang perlu diperbaiki, harus dibuat rancangan untuk perbaikan selanjutnya, baik

mengenai bahan ajar, cara pembelajaran, ataupun fasilitas, sesuai dengan hasil kuesioner dalam penelitian ini.

HASIL DAN DISKUSI

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner, kuesioner yang dibuat semula terdiri atas 35 soal yang terdiri atas 7 variabel seperti yang tercantum pada tabel di bawah ini, yaitu ; karakteristik mahasiswa, tanggapan mengenai mata kuliah Kimia, tanggapan mengenai Dosen, tanggapan mengenai metode, tanggapan mengenai bahan ajar, pendapat mengenai fasilitas pembelajaran kimia, dan pemahaman mengenai profesinya.

Setelah kuesioner diujicoba di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Jenderal Achmad Yani, terhadap 28 orang (semula diperuntukan untuk 30 orang tetapi yang dua orang lagi tidak mengembalikan kuesioner), maka soal yang valid dan reliabel tinggal 30 soal. Ke-30 soal inilah yang digunakan dalam penelitian ini terhadap 60 responden, yaitu mahasiswa Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes DHB. Kisi-kisi instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut (table 1):

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

NO SUBJEK / VARIABEL ∑SOAL

1 Karakteristik mahasiswa 1 2 Tanggapan mengenai mata kuliah 5 3 Tanggapan mengenai Dosen 6 4 Tanggapan mengenai metode mengajar 13 5 Tanggapan mengenai bahan ajar 1 6 Pendapat mengenai fasilitas 2 7 Pemahaman mengenai profesinya 2

30 TOTAL JUMLAH SOAL

Dari instrumen yang disebar kepada 60 responden sebagai subyek penelitian (sampel) diperoleh data yang dapat menggambarkan refleksi mahasiswa terhadap pembelajaran kimia di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes DHB, adapun data hasil

(6)

 

penelitian tersebut adalah seperti pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Refleksi Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Kimia

NO. VARIABEL

PENILAIAN JUMLAH

TOTAL

POSITIF NEGATIF

Frek. Persen Frek. Persen Frek. Persen

1. Karakteristik Mahasiswa 34 57 26 43 60 100 2. Matakuliah Kimia 184 61,3 116 38,7 300 100 3. Dosen 227 63 133 37 360 100 4. Metode Mengajar 491 63 289 37 780 100 5. Bahan ajar 21 35 39 65 60 100 6. Fasilitas 43 35,8 77 64,2 120 100 7. Pemahaman Profesi 92 76,7 28 23,3 120 100

Keterangan: frek = frekuensi

Untuk memudahkan analisis, maka data di atas diubah kedalam bentuk grafik kolom sbb :

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 57.00% 61.30% 63% 63% 35.00% 35.80% 77% 43.00% 38.70% 37% 37% 65.00% 64.20% 23% NEGATIF POSITIF

Gambar 1. Grafik Refleksi Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Kimia Dari grafik tampak bahwa yang memiliki

tanggapan negatif cukup tinggi ( > 50% ) adalah tanggapan mahasiswa terhadap bahan

ajar yang paling tinggi disusul dengan tanggapan terhadap fasilitas pembelajaran. Tampaknya kedua item inilah yang penting

(7)

 

untuk diprioritaskan supaya segera ditindaklanjuti. Yang bertanggung jawab untuk menangani kekurangan fasilitas adalah institusi pendidikan yang bersangkutan dalam hal ini adalah STIKes DHB, sedangkan kekurangan dalam bahan ajar menjadi tanggungjawab dosen. Jadi yang penting untuk ditindaklanjuti oleh peneliti adalah masalah bahan ajar. Bahan ajar perlu dikaji lebih lanjut, harus tampak relevansinya dengan profesi Kesehatan Masyarakat sehingga mahasiswa termotivasi untuk mau mempelajarinya karena akan berpengaruh terhadap kompetensi profesi dan karirnya kelak. Bahan ajar perlu dirumuskan lagi mulai dari standar kompetensi dan kompetensi dasarnya, sehingga akan muncul pokok bahasan apa yang penting untuk dikemukakan di kelas yang ada relevansinya dengan profesi Kesehatan Masyarakat, dan juga harus dibuat indikator yang jelas, supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai. Jadi setelah penelitian ini ada tindaklanjut yang harus dikerjakan, untuk pihak institusi adalah mengatasi kekurangan fasilitas, sedangkan untuk dosen adalah merumuskan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan bahan ajar, yang divalidasi terlebih dahulu sebelum digunakan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

• Dari hasil penelitian mengenai refleksi

mahasiswa terhadap pembelajaran Kimia ini diperoleh bahwa bahan ajar dan fasilitas pembelajaran menjadi prioritas untuk segera diperbaiki

• Perlu dirumuskan kembali standar

kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan bahan ajar Kimia disesuaikan dengan visi dan misi prodi S1 Kesehatan

Masyarakat

• Fasilitas pembelajaran perlu dilengkapi

untuk untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam pembelajaran Kimia supaya lebih berkaitan dengan profesi Sarjana Kesehatan Masyarakat dan keseharian masyarakat, yaitu dengan cara melakukan pengembangan perkuliahan Kimia Kontekstual di Prodi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes DHB.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Abrari Rusyan.1989.Pendekatan dalam

Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remadja Kosdakarya

[2]. Creswell, John W. 2008. Educational

Research. New Jersey : Pearson Education, Inc.

[3]. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto,

Sutijan.2000.Belajar dan Pembelajaran

I.Surakarta: UNS

[4]. Hastono, Sutanto P. 2001. Analisis Data

. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat:UI

[5]. C., Laurie & R., Sandra.2003. Sains

Dalam Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC

[6]. Mulyasa.2007. Menjadi Guru

Profesional. Bandung : PT Remadja Kosda karya

[7]. Nursalam & Efendi, F. 2008. Pendidikan

Dalam tenaga kesehatan. Jakarta.: Salemba Medika

[8]. Sudijono, Anas. 2011. Pengantar

Statistik Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

[9]. www.rsc.org/cerp. Peter Hall and Wynne Evans. 2006. Open learning support for foundation chemistry as taught to health science students

[10].www.rsc.org/cerp. Neil A. Williams

* , Will Bland and Gillian Christie. 2007.Improving student achievement and satisfaction by adopting a blended learning approach to inorganic chemistry

[11].www.rsc.org/cerp. Isabelle Kermen

a and Martine Méheut

b

. 2008. Different models used to interpret chemical changes: analysis of a curriculum and its impact on French students’ reasoning.

(8)

 

[12].www.rsc.org/cerp. Nancy El-Farargy.

2009. Chemistry for student nurses:applications-based learning.

(9)

 

Nama Penanya : Yohanes Martono

Instansi : UKSW

Pertanyaan : Kompetensi kimia utama apakah yang dibutuhkan mahasiswa STIKES ?

Jawaban : Mahasiswa STIKES harus memilki kompetensi mengenai :

1. Stoikiometri

2. Kimia Larutan (Oralit, cairan infus, pelarut obat, asam-basa darah

dan cairan tubuh, dll.)

3. Kinetika (Peluruhan dalam pengobatan tumor/kanker, laju dan

penyembuhan/ pengobatan,dll.)

4. Thermokimia (Panas untuk pengobatan, suhu tubuh, dll.)

Gambar

Tabel 2. Refleksi Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Kimia

Referensi

Dokumen terkait

Koneksi sosial, yang meliputi: mencari tahu apa yang sekarang ini dilakukan oleh teman lama, berhubungan kembali dengan orang-orang yang sudah lama kehilangan kontak, menjaga

Hasil rata-rata dari penghitungan nilai validitas 3 orang validator tersebut adalah 86,48% dan melihat tabel kriteria penafsiran, maka disimpulkan validasi dari

sawah, museum, kebun binatang, tenaga ahsli, pemuka agama, lingkungan sekitar dan lain-lain36 Dalam hal ini AECT Association Educational Comunication and Teknology menjelaskan

(1) mengurutkan lembar kerja siswa; (2) memeriksa setiap lembar jawaban siswa untuk mengetahui kelengkapan data; (3) memberi skor pada jawaban siswa dan

[r]

Pada saat tersebut PHP adalah sekumpulan script yang digunakan untuk mengolah. data

Faktor yang berhubungan dengan kejadian Fasciolopsiasis pada anak sekolah dasar adalah sanitasi dasar rumah, minum air mentah, makan tumbuhan rawa mentah, bermain di rawa,

Test dengan tingkat keyakinan 95%, menghasilkan tingkat signifikansi 0.009 atau lebih kecil dari 0.05 dan f hitung 7,110 > f tabel 3,93, maka Ho ditolak, berarti