• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rusli *), Iska Sulfiany Ismail **) ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rusli *), Iska Sulfiany Ismail **) ABSTRAK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Media Farmasi Vol. XIII. No. 2. November 2017

40

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN OBAT TANPA RESEP SEBAGAI SWAMEDIKASI MENGGUNAKAN MODEL FORMULIR

KEAMANAN PENGOBATAN DI KELURAHAN TANAH LOE KECAMATAN GANTARANG KEKE KABUPATEN BANTAENG

Rusli*), Iska Sulfiany Ismail **)

*)Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes RI Makassar **)Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur

ABSTRAK

Telah melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarang Keke Kabupaten Bantaeng terhadap penggunaan obat tanpa resep. Penelitian ini di lakukan di Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarang Keke Kabupaten Bantaeng selama 2 minggu dengan jumlah sampel 97 responden dengan kriteria usia minimal 20 tahun, pernah menggunakan obat tanpa resep sebagai swamedikasi, Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan obat tanpa resep di Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarang Keke Kabupaten Bantaeng kategori cukup sebesar 28,9 % dan kategori kurang sebesar 71,1 %.

Kata Kunci : Pengetahuan Obat Tanpa Resep, Swamedikasi PENDAHULUAN

Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang hidup dalam suatu daerah tertentu, yang telah cukup lama dan mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka, untuk menuju kepada tujuan yang sama Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo didalam Huda Nurul 2014).

Banyaknya masyarakat yang melakukan swamedikasi dikarenakan adanya informasi mengenai iklan obat bebas dan obat bebas terbatas. Obat-obatan yang dijual di pasaran memudahkan seseorang melakukan swamedikasi terhadap keluhan penyakitnya, karena relatif lebih cepat, hemat biaya, dan praktis tanpa perlu periksa ke dokter. Namun, untuk melakukan swamedikasi diperlukan informasi yang benar agar dapat dicapai mutu swamedikasi yang baik, yaitu tersedianya obat yang cukup dengan informasi yang memadai akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.( Yusrizal, 2014).

Pelaksanaan swamedikasi didasari oleh pemikiran bahwa pengobatan sendiri cukup untuk mengobati masalah kesehatan yang dialami tanpa melibatkan tenaga kesehatan, Alasan lain adalah karena semakin mahalnya biaya pengobatan ke dokter, tidak cukupnya waktu yang dimiliki untuk berobat dan kurangnya akses ke

fasilitas-fasilitas kesehatan (Hermawati, didalam Nurul Huda, 2014).

Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami. Pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang rasional, antara lain ketepatan pemilihan obat, ketepatan dosis obat, tidak adanya efek samping, tidak adanya kontraindikasi, tidak adanya interaksi obat, dan tidak adanya polifarmasi, Dalam praktiknya, kesalahan penggunaan obat dalam swamedikasi ternyata masih terjadi, terutama karena ketidaktepatan obat dan dosis obat. Apabila kesalahan terjadi terus-menerus dikhawatirkan dapat menimbulkan resiko kesehatan. Beberapa penelitian terdahulu memperlihatkan bahwa Faktor umur dan pendidikan terakhir diketahui berhubungan secara bermakna dengan tindakan swamedikasi yang sesuai dengan aturan, Umumnya swamedikasi dilakukan untuk mengatasi keluhan atau penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti demam, batuk, flu, 3 nyeri, diare dan gastritis (Prameshwari, didalam Nurul Huda, 2014 ).

Menurut WHO, di banyak Negara menunjukkan angka sampai 80% penyakit di coba untuk di obati sendiri oleh penderita dan data survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001 di Indonesia menunjukkan bahwa 87,88% penduduk yang

(2)

Media Farmasi Vol. XIII. No. 2. November 2017

41

melakukan pengobatan sendiri. Penduduk di

perkotaan lebih banyak menggunakan obat yaitu 85,04% sedangkan penduduk pedesaan 83,02% (Depkes,2006),

Sejumlah 103.860 atau 35,2% dari 294.959 rumah tangga di Indonesia menyimpan obat untuk swamedikasi, dengan proporsi tertinggi rumah tangga di DKI Jakarta (56,4%) dan terendah di NTT (17,2%). Terdapat 81,9% rumah tangga menyimpan obat keras dan antibiotika yang di peroleh tanpa resep. Adanya obat keras dan antibiotika untuk swamedikasi menunjukkan pengobatan obat yang tidak rasional (Riskesdes,2013).

Berdasarkan data dari laporan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012, terdapat 44,14% masyarakat Indonesia yang berusaha untuk melakukan pengobatan sendiri. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 juga mencatat sejumlah 103.860 (35.2%) rumah tangga dari 294.959 rumah tangga di Indonesia menyimpan obat untuk swamedikasi (Kemenkes RI., 2014)

Berdasarkan penelitian Dian Hermawati tahun 2012 tentang pengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi yang dilakukan di Depok, dimana dari jumlah responden yang di peroleh sebanyak 97 responden, bahwa edukasi dapat secara bermakna meningkatkan pengetahuan swamedikasi dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi responden, (Hermawati Dian,2012).

Berdasarkan penelitian Lestari Suhartini tahun 2013 tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan ketepatan pemilihan obat influenza pada mahasisswa farmasi di Surakarta, diperoleh hasil penelitian kategori baik sekali untuk pengetahuan sebesar 46%, dan baik sebesar 33%. Hasil ketepatan pemilihan obat 24% tepat berdasarkan kerasionalannya meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis dan tepat saat pemberian. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan ketepatan pemilihan obat influenza dimana kontribusi pengetahuan dalam ketepatan pemilihan obat adalah sebesar 10.9% (p> 0.05), (Lestari Suhartini,2013).

Berdasarkan penelitian Wenny Wiyono tahun 2013 dampak penyuluhan pada pengetahuan masyarakat terhadap

pemilihan dan penggunaan obat batuk swamedikasi yang dilakukan di manado, diperoleh hasil penelitian nilai rata-rata sebelum penyuluhan 64,55 dan sesudah penyuluhan sebesar 90,11, dan nilai p (0,000) < nilai α (0.05) maka disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan pengetahuan masyarakat sebelum dan sesudah penyuluhan. Penyuluhan dengan pemberian leaflet secara signifikan mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang pemilihan dan penggunaan obat batuk swamedikasi (Wiyono Wenny dkk, 2013).

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah adalah bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat di Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan terhadap penggunaan obat tanpa resep sebagai swamedikasi?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan obat tanpa resep sebagai swamedikasi di Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan.

METODE DAN BAHAN Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan obat tanpa resep sebagai suatu swamedikasi di Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Agustus di Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan.

Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi penelitian adalah masyarakat di Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan. 2. Sampel

Sampel penelitian adalah masyarakat di Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan

(3)

Media Farmasi Vol. XIII. No. 2. November 2017

42

dengan kriteria inklusinya pernah

menggunakan obat tanpa resep dan berumur minimal 20 – 59 tahun. Secara Demografi di Wilayah Kelurahan Tanah Loe Jumlah penduduk sebanyak 2.890 jiwa dan jumlah kepala keluarga sebanyak 813 jiwa.

Berdasarkan Rumus Slovin, ukuran sampel dapat ditentukan dengan Rumus Penetapan (Putra Raden, 2013) :

96,65 97 keterangan : n : Sampel N : Populasi

d : Presisi pada tingkat signifikasi yang di toleransi 10% (0,1) Instrumen Penelitian

1. Kuesioner :

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan pernyataan tertulis kepada responden . 2. Wawancara :

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive sampling di mana sampel yang di ambil secara sengaja dengan menggunakan kriteria-kriteria yang di tentukan peneliti.

Pengumpulan dan Penggunaan Data Data hasil kuisioner yang di berikan kepada masyarakat kemudian di kumpulkan dan di olah serta di analisis dengan distribusi frekuensi relative atau nilai presentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan obat tanpa resep sebagai swamedikasi yang dilaksanakan di

Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarang Keke Kabupaten Bantaeng.yang berlangsung selama 2 minggu (14 Hari) yang dimulai dari tanggal 14 Agustus sampai dengan 28 Agustus. Data hasil penelitian di uraikan sebagai berikut : 1. Kelompok Umur

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarang Keke Kabupaten Bantaeng Tahun 2017

Umur n Persentase 20-28 29-36 37-44 45-53 54-61 29 19 26 19 4 29,9 19,6 26,8 19,6 4,1 Total 97 100

Sumber : Data Primer 2017

Tabel 1. menunjukkan bahwa dari 97 responden terdapat tertinggi kelompok umur 20 – 28 tahun sebanyak 29,9 % dan terendah kelompok 54-61 tahun sebanyak 4,1%.

2. Jenis Kelamin

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarang Keke Kabupaten Bantaeng Tahun 2017 Jenis Kelamin n Persentase

Laki – laki Perempuan 42 55 43,3 56,7 Total 97 100.0

Sumber : Data Primer 2017

Tabel 2. Menunjukkan bahwa dari 97 responden terdapat jenis kelamin laki-laki berjumlah 42 orang sebanyak 43,3 % dan perempuan berjumlah 55 orang sebanyak 56,7 %

3. Pendidikan

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarang Keke Kabupaten Bantaeng Tahun 2017 Pendidikan n Persentase SD SMP SMA Diploma Sarjana 36 16 26 3 16 37,1 16,5 26,8 3,1 16,5 Total 97 100.0

(4)

Media Farmasi Vol. XIII. No. 2. November 2017

43

Tabel 3. menunjukkan bahwa dari

97 responden terdapat tertinggi pendidikan SD sebanyak 37,1 % dan terendah pendidikan Diploma sebanyak 3,1 %. 4. Pekerjaan

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarang Keke Kabupaten Bantaeng Tahun 2017 Pekerjaan n Persentase Mahasiswa PNS/Polisi IRT Wiraswasta Petani 7 13 36 22 19 7,2 13,4 37,1 22,7 19,6 Total 97 100

Sumber : Data Primer 2017

Tabel 4. menunjukkan bahwa dari 97 responden terdapat tertinggi pekerjaan IRT sebanyak 37,1 % dan terendah pekerjaan Mahasiswa sebanyak 7,2 % 5. Penghasilan

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan di Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarang Keke Kabupaten Bantaeng Tahun 2017 Penghasilan n Persentasi < 1.000.000 1.000.000 - 2.000.000 2.000.000 - 3.000.000 3.000.000 - 4.000.000 > 5.000.000 44 27 14 10 2 45,4 27,8 14,4 10,3 2,1 Total 97 100

Sumber : Data Primer 2017

Tabel 5. menunjukkan bahwa dari 97 responden terdapat tertinggi penghasilan < 1.000.000 sebanyak 45,4% dan terendah penghasilan > 5.000.000 sebanyak 2,1%. 6. Pemahaman Tentang Indikasi Obat Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan

Pemahaman Masyarakat Tentang Indikasi Obat Tanpa Resep Pemahaman Masyarakat Tentang Indikasi Obat n Persentase Cukup Kurang 63 34 64,9 35,1 Total 97 100

Sumber : Data Primer 2017

Tabel 6. menunjukkan bahwa dari 97 responden terdapat Pemahaman Masyarakat Tentang Indikasi obat tanpa resep kategori Cukup sebesar 64,9 % dan kategori kurang sebesar 35,1%.

7. Pemahaman Masyarakat Tentang Aturan Minum

Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan Pemahaman Masyarakat Tentang Aturan Minum Tanpa Resep SebagaiSwamedikasi di Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarang KekeKabupaten Bantaeng Tahun 2017 Pemahaman Masyarakat Tentang Aturan Minum n Persentase Cukup Kurang 17 80 17,5 82,6 Total 97 100

Sumber : Data Primer 2017

Tabel 7. menunjukkan bahwa dari 97 responden terdapat Pemahaman Masyarakat Tentang Aturan Minum obat tanpa resep kategori Cukup sebesar 17,5 % dan kategori kurang sebesar 82,5%.

8. Pemahaman Masyarakat Tentang Jumlah Dosis Obat

Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan Pemahaman Masyarakat Tentang Jumlah Dosis Obat Tanpa Resep Sebagai Swamedikasi di Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarang Keke Kabupaten Bantaeng Tahun 2017 Pemahaman Masyarakat Tentang Jumlah Dosis Obat n Persentase Cukup Kurang 29 68 29,9 70,1 Total 97 100

Sumber : Data Primer 2017

Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 97 responden terdapat Pemahaman Masyarakat Tentang Jumlah Dosis Obat obat tanpa resep kategori Cukup sebesar 29,9 % dan kategori kurang sebesar 70,1 %.

(5)

Media Farmasi Vol. XIII. No. 2. November 2017

44

9. Pemahaman Masyarakat Tentang

Penggunaan Obat

Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan Pemahaman Masyarakat Tentang Penggunaan Obat Tanpa Resep Sebagai Swamedikasi di Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarang Keke Kabupaten Bantaeng Tahun 2017 Pemahaman Masyarakat Tentang Penggunaan Obat n Persentase Cukup Kurang 47 50 48,5 51,5 Total 97 100

Sumber : Data Primer 2017

Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 97 responden terdapat Pemahaman Masyarakat Tentang Penggunaan Obat tanpa resep kategori Cukup sebesar 48,5 % dan kategori kurang sebesar 51,5%

10. Pemahaman Masyarakat Tentang Penyimpanan Obat

Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan Pemahaman Masyarakat Tentang Penyimpanan Obat Tanpa Resep Sebagai Swamedikasi di Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarang Keke Kabupaten Bantaeng Tahun 2017 Pemahaman Masyarakat Tentang Penyimpanan Obat n Persentase Cukup Kurang 64 33 66,0 34,0 Total 97 100

Sumber : Data Primer 2017

Tabel 10 menunjukkan bahwa dari 97 responden terdapat Pemahaman Masyarakat Tentang Penyimpanan Obat tanpa resep kategori Cukup sebesar 66,0 % dan kategori kurang sebesar 34,0%.

11. Pemahaman Masyarakat Tentang Efek yang Merugikan dari Obat

Tabel 11. Distribusi responden berdasarkan Pemahaman Masyarakat Tentang Efek yang Merugikan dari Obat Tanpa Resep Sebagai

Swamedikasi di Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarang Keke Kabupaten Bantaeng Tahun 2017

Pemahaman Masyarakat Tentang Efek yang Merugikan

dari Obat n Persentase Cukup Kurang 12 85 12,4 87,6 Total 97 100

Sumber : Data Primer 2017

Tabel 11. menunjukkan bahwa dari 97 responden terdapat Pemahaman Masyarakat Tentang Efek yang Merugikan dari Obat tanpa resep kategori Cukup sebesar 12,4 % dan kategori kurang sebesar 87,6 %.

12. Pengetahuan Obat Tanpa Resep Tabel 12. Distribusi responden berdasarkan

Pengetahuan Obat Tanpa Resep Sebagai Swamedikasi di

Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarang Keke Kabupaten Bantaeng Tahun 2017 Pengetahuan Obat Tanpa Resep n Persentase Cukup Kurang 28 69 28,9 71,1 Total 97 100

Sumber : Data Primer 2017

Tabel 12. menunjukkan bahwa dari 97 responden terdapat pengetahuan obat tanpa resep kategori Cukup sebesar 28,9 % dan kategori kurang sebesar 71,1 %.

Pembahasan

Penelitian ini di laksanakan di Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarang Keke Kabupaten Bantaeng dengan memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.890 jiwa. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 97 responden yang di peroleh dengan menggunakan rumus slovin. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling yaitu penetapan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti. Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari 18 pertanyaan.

1. Indikasi Obat

Indikasi adalah alasan untuk membenarkan pengobatan atau terapi tertentu. Dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik atau hanya mendengarkan keluhan pasien untuk menentukan tindakan yang terbaik. Jika hal tersebut tidak memberikan informasi

(6)

Media Farmasi Vol. XIII. No. 2. November 2017

45

yang cukup, ada cara-cara yang lebih

spesifik untuk memutuskan tindakan yang tepat untuk dilakukan seperti mengevaluasi darah atau jaringan untuk melihat apakah ada unsur-unsur yang dapat diobati.

Indikasi obat merupakan suatu keadaan seseorang mengalami sakit yang memerlukan obat sesuai dengan keluhan. Dari hasil penelitian pemahaman masyarakat tentang indikasi obat menunjukkan bahwa dari 97 responden terdapat Pemahaman Masyarakat Tentang Indikasi obat tanpa resep kategori Cukup sebesar 64,9 % dan kategori kurang sebesar 35,1 %., banyaknya responden yang menjawab benar di karenakan dalam pemilihan obat di dasari sesuai keluhan yang mereka alami dan telah mengetahui kegunaan obat yang akan di minum. 2. Aturan Minum

Aturan minum obat yang paling baik adalah sesuai dengan petunjuk. Penting diperhatikan adalah waktu yang tepat untuk minum obat, agar didapatkan khasiat maksimal dari obat. Selain itu, kerja obat yang tidak maksimal bisa menjadikan efek samping yang tidak diinginkan. Misal saja, karena obat tidak terserap dengan maksimal menyebabkan dosis berkurang, sehingga penyakit menjadi kebal.

Sebagian obat diminum setelah makan, namun yang lain mempunyai aturan minum sebelum makan. Bahkan, ada obat yang dianjurkan diminum ketika sedang makan (di sela-sela waktu makan). Selain itu, sebagian obat dikonsumsi dengan cara ditelan, yang lain diharuskan untuk dikunyah.

Berdasarkan hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa dari 97 responden terdapat Pemahaman Masyarakat Tentang Aturan Minum obat tanpa resep kategori Cukup sebesar 17,5% dan kategori kurang sebesar 82,5%. kurangnya responden yang menjawab benar di karenakan responden masih banyak yang keliru dan kurang pengetahuan tentang aturan minum obat.

Waktu yang baik untuk minum obat harus di perhatikan karena beberapa

obat akan lebih baik efeknya apabila di minum pada malam hari karena dapat menyebabkan kantuk dan ada obat justru akan lebih baik diminum pada pagi hari, ada pula obat yang lebih baik diminum setelah makan karena sifat iritasi terhadap lambung serta ada obat yang lebih baik diminum sebelum makan karena perut dalam keadaan kosong dapat meningkatkan penyerapan obat.

3. Dosis Obat

Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam

satuan berat (gram,

milligram,mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau unit-unit lainnya (Unit Internasional). Kecuali bila dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis obat yaitu sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa, juga disebut dosis lazim atau dosis medicinalis atau dosis terapeutik. Bila dosis obat yang diberikan melebihi dosis terapeutik terutama obat yang tergolong racun ada kemungkinan terjadi keracunan, dinyatakan sebagai dosis toxic. Dosis toxic ini dapat sampai mengakibatkan kematian, disebut sebagai dosis letal.

Dosis obat merupakan jumlah atau ukuran yang diharapakan dapat menghasilkan efek terapi pada fungsi tubuh yang mengalami gangguan diberikan pada pasien untuk menghasilkan efek yang diharapkan.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 97 responden terdapat Pemahaman Masyarakat Tentang Jumlah Dosis Obat obat tanpa resep kategori Cukup sebesar 29,9 % dan kategori kurang sebesar 70,1%. hasil ini menunjukkan kurangnya pengetahuan responden dalam penentuan dosis obat yang di sebabkan karena beberapa faktor seperti umur, pendidikan dan pekerjaan responden. 4. Penggunaan Obat

Penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif, tidak aman, dan juga tidak ekonomis saat ini telah menjadi masalah dalam pelayanan kesehatan, baik di negara maju maupun negara berkembang. Masalah ini dijumpai di unit-unit pelayanan kesehatan misalnya

(7)

Media Farmasi Vol. XIII. No. 2. November 2017

46

di rumah sakit, Puskesmas, praktek

pribadi, maupun di masyarakat luas Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 97 responden terdapat Pemahaman Masyarakat Tentang Penggunaan Obat tanpa resep kategori Cukup sebesar 48,5 % dan kategori kurang sebesar 51,5 %.

Banyaknya responden yang menjawab benar ini di karenakan responden sebelum minum obat terlebih dahulu mematuhi semua informasi yang tertera pada kemasan obat. Dengan menggunakan obat secara tepat bisa didapatkan manfaat yang optimal dari obat.

5. Penyimpanan Obat

Masa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena lambat laun obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu. Akhirnya khasiat obat akan berkurang. Tanda-tanda kerusakan obat kadangkala tampak dengan jelas, misalnya bila larutan bening menjadi keruh dan bila warna suatu krim berubah tidak seperti awalnya ataupun berjamur. Akan tetapi dalam proses rusaknya obat tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Bentuk dan baunya obat tidak berubah, namun kadar zat aktifnya sudah banyak berkurang, atau terurai dengan membentuk zat-zat beracun. berkurangnya zat aktif hanya dapat ditetapkan dengan analisa di laboratorium. Menurut aturan internasional, kadar obat aktif dalam suatu sediaan diperbolehkan menurun sampai maksimal 10%, lebih dari 10% dianggap terlalu banyak dan obat harus dibuang.

umumnya cara penyimpanan obat yang paling sesuai adalah dengan disimpan pada suhu kamar, terlindung dari cahaya matahari langsung, namun ada juga obat yang harus di simpan di lemari es, cara penyimpanan obat yang sesuai sangat diperlukan untuk menjaga kestabilan obat sehingga mutu obat tetap terjamin.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 97 responden terdapat Pemahaman Masyarakat Tentang Penyimpanan Obat tanpa resep kategori Cukup sebesar 66,0 % dan kategori

kurang sebesar 34,0 %. Dari banyaknya masyarakat yang menjawab benar karena mendapatkan informasi dari televisi, membaca brosur atau kemasan obat.

6. Efek Samping

Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan dan tidak diharapkan yang terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi.

Hampir sebagian besar obat memiliki efek samping karena jarang sekali obat yang beraksi cukup selektif pada target aksi tertentu. Suatu obat bisa bekerja pada suatu reseptor tertentu yang terdistribusi luas dalam berbagai jaringan di tubuh. Sehingga walaupun sasarannya adalah reseptor pada pembuluh darah jantung misalnya, ia bisa juga bekerja pada reseptor serupa yang ada di saluran nafas, sehingga menghasilkan efek yang tak diinginkan pada saluran nafas. Contohnya, obat anti hipertensi propanolol dapat memicu serangan sesak nafas pada pasien yang punya riwayat asma. Misalnya Digitalis : meningkatkan konstraksi miokard, Efek sampingnya: mual, muntah.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 97 responden terdapat Pemahaman Masyarakat TentangEfek yang Merugikan dari Obat tanpa resep kategori Cukup sebesar 12,4 % dan kategori kurang sebesar 87,6 %.

Masih kurangnya pengetahuan responden mengenai efek merugikan obat di karenakan kurangnya informasi mengenai perbandingan manfaat dan resiko obat yang di peroleh. Pada dasarnya semua obat memiliki efek samping, namun efek samping bersifat individual artinya bahwa efek samping belum tentu terjadi pada semua orang pada obat yang sama

7. Pengetahuan Obat Tanpa Resep

Secara umum pengetahuan masyarakat di pengaruhi oleh beberapa yaitu faktor internal adalah hal-hal dalam individu itu sendiri yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan yanitu : pendidikan, umur, pekerjaan dan pengalaman pribadi. Sedangkan faktor eksternal adalah

(8)

hal-Media Farmasi Vol. XIII. No. 2. November 2017

47

hal di luar individu yang mempengaruhi

terbentuknya pengetahuan yaitu : lingkungan di sekitar individu itu sendiri, sosial budaya dan media massa (Notoatmodjo, 2013).

Namun penggunaan obat tanpa resep di masyarakat perlu diperhatikan tentang obat yang di pakai secara terus-menerus, hentikan penggunaan minum obat orang lain walaupun gejala penyakit sama, menggunakan obat sesuai indikasi, bila obat yang di gunakan menimbulkan hal-hal yang tidak di inginkan maka hentikan penggunaan. Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap maka tanyakan kepada tenaga kefarmasian, apoteker atau dokter.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat Pengetahuan masyarakat tentang Obat Tanpa Resep di Kelurahan Tanah Loe Kecamatan gantarang Keke Kabupaten Bantaeng jumlah kategori Cukup sebesar 28,9 % dan kategori kurang sebesar 71,1 % dari hasil penelitian ini menunjukkan masih kurangnya pengetahuan masyarakat di kelurahan Tanah Loe terhadap penggunaan obat tanpa resep yang di sebabkan oleh beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan dan masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pendidikan.

PENUTUP

Kesimpulan

Hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan obat tanpa resep sebagai swamedikasi menggunakan model formulir keamanan pengobatan di Kelurahan Tanah Loe Kecamatan Gantarang Keke Kabupaten Bantaeng dapat di simpulkan bahwa : 1. Pemahaman Masyarakat tentang

Indikasi Obat Tanpa Resep dari 97 responden kategori terdapat cukup sebesar 64,9 %

2. Pemahaman Masyarakat tentang Aturan Minum Obat Tanpa Resep dari 97 responden kategori terdapat cukup sebesar 17,5 %.

3. Pemahaman Masyarakat tentang Jumlah Dosis Obat Tanpa Resep dari 97

responden terdapat kategori cukup sebesar 29,9 %

4. Pemahaman Masyarakat tentang Penggunaan Obat Tanpa Resep dari 97 responden terdapat kategori cukup sebesar 48,5 %

5. Pemahaman Masyarakat tentang Penyimpanan Obat Tanpa Resep dari 97 responden terdapat kategori cukup sebesar 66,0 %

6. Pemahaman Masyarakat tentang Efek yang Merugikan dari Obat Tanpa Resep dari 97 responden terdapat kategori cukup sebesar 12,4 %

7. Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Tanpa Resep dari 97 responden terdapat kategori cukup sebesar 28,9 % dan kategori kurang sebesar 71,1 %.

Saran

1. Bagi Tenaga Kefarmasian Diharapkan memandu masyarakat dalam berswamedikasi dengan memberikan informasi-informasi penting terkait pemilihan obat, aturan pakai, dan efek samping obat.

2. Bagi Masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan mengenai swamedikasi dan perlu mencari informasi-informasi mengenai swamedikas baik dari tenaga kesehatan maupun sumber informasi lain yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

Depertemen Kesehatan RI, 2007. Pedoman penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, di rektorat Bina Farmasi komunitas dan Klinik Dirjen Bina kefarmasian dan alat kesehatan,Jakarta

Dr. Iskandar Junaidi, 2012. Pedoman

Praktis Obat Indonesia (O.I),

Penerbit PT. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.

Hermawati Dian, 2012. Pengaruh Edukasi terhadap Tingkat Pengetahuan dan

Rasionalitas Penggunaan Obat

Swamedikasi Pengunjung di Dua

Apotik Kecamatan Cimanggis,

Skripsi, Depok

Huda Nurul, 2014. Gambaran pengetahuan

(9)

Media Farmasi Vol. XIII. No. 2. November 2017

48

demam di rt. Ii desa jangkang

kecamatan pasak talawang kabupaten Kapuas, Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.

Ita Mellina, 2016. Tingkat pengetahuan pasien dan rasionalitas swamedikasi di empat apotek kecamatan. Medan Lestari Suhartini, 2013. Hubungan Tingkat

Pengetahuan Dengan Ketepatan

Pemilihan Obat Influenza Pada

Mahasiswa Farmasi, Skripsi,

Fakultas Farmasi, Skripsi. Universitas Muhmmadiyah Surakarta.

Raden Putra, 2013. Aplikasi SIG Untuk Penentuan Daerah Quick Count Pemilihan Kepala Daerah, Cirebon. Jurnal Geodesi Undip, Vol. 2, Nomor 4

Riset Kesehatan dasar,2013.Laporan Hasil

Riset Kesehatan Dasar, Badan

penilitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta

Sugiarto Yoanna Rissa Mayasari, 2008. Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penyakit batuk oleh ibu-ibu, skripsi. Yogyakarta.

Syamsuni, hal:11. 2012. Ilmu Resep, penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta

Wiyono Wenny dkk, 2013. Dampak

Penyuluhan Pada Pengetahuan

Masyarakat Terhadap Pemilihan Dan

Penggunaan Obat Batuk

Swamedikasi Di Kecamatan

Malalayang, Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT..Vol. 2 No.03 Yosef wijoyo, 2011. Penggolongan Obat,

Penerbit Aji Farama, Yogyakarta. Yusrizal, 2014. Gambaran Penggunaan

Obat Dalam Upaya Swamedikasi Pada Pengunjung Apotek Pandan Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung. Jurnal Analis Kesehatan

Gambar

Tabel  1.  menunjukkan  bahwa  dari  97  responden  terdapat  tertinggi  kelompok  umur  20  –  28  tahun  sebanyak  29,9  %  dan  terendah  kelompok  54-61  tahun  sebanyak  4,1%

Referensi

Dokumen terkait

Adapun isi laporan penggunaan peralatan adalah catatan dari pemakaian peralatan utama maupun perlatan bantu selama proses pekerjaan persiapan sampai kegiatan

Dibuat dari bahan lempung plastis yang dicampur dengan bahan tahan api sehingga dapat dibakar pada suhu tinggi (1200°-1300°C). Keramik jenis ini mempunyai struktur dan tekstur halus

Derajat hidrolisis yang dihasilkan dari proses hidrolisis protein ikan lele dumbo pada kondisi optimum sebesar 35,37%, lebih tinggi dibandingkan dengan hidrolisat protein ikan

Setiap record pada tabel harus mempunyai unsur unik dalam nilai tiap atributnya. Unsur unik tersebut dapat dikelompokkan dalam kolom tersendiri. Setiap tabel memiliki jenis kunci

Religius pada pasien kanker serviks yaitu pengetahuan pasien baik karena pasien sudah paham mengenai religius, tindakan pasien untuk ibadah shalat tidak dilakukan karena

Evaporasi merupakan proses pemekatan cairan dengan memberikan panas pada cairan tersebut dengan menggunakan energi yang intensif yaitu sejumlah uap sebagai sumber