Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 903 I Wayan Redhana1, I Wayan Suja2, Putu Aditya Antara3
ABSTRACT
ABSTRAK
PENDAHULUAN
PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja merupakan salah satu PAUD yang ada di Kabupaten Buleleng. PAUD ini berlokasi di Jalan Ki Barak Panji, Dusun Kembang Sari Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. PAUD ini merupakan salah satu PAUD yang menanamkan nilai-nilai kema-nusiaan untuk membentuk karakter siswa sesuai dengan visinya adalah Menjadi PAUD berka-rakter nilai-nilai kemanusiaan. PAUD ini baru beroperasi berdasarkan SK Ijin Operasional Nomor 421.9/5922/PAUD.PNF/ Disdikpora/
2017 (Gambar 1). SK ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Olah Raga Kabupaten Buleleng tanggal 22 Juni 2017. PAUD ini memiliki Taman Kanak-kanak (TK) Sathya Sai Kumara Singaraja dan Kelompok Bermain (KB) Sathya Sai Kumara Singaraja. TK Sathya Sai Kumara Singaraja terdiri atas TK A dan TK B.
Pendirian PAUD ini diinisiasi oleh para Bhakta Sai (kelompok spiritual yang mengim-plementasikan ajaran Bhagawan Sri Sathya Sai Baba). Ada lima pilar ajaran Bhagawan Sri Sathya Sai Baba yang disebut sebagai Panca Pilar, yaitu sathya (kebenaran), dharma
KEARIFAN LOKAL BALI UNTUK MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI
KEMANUSIAAN SISWA PAUD SATHYA SAI KUMARA
1,2,3Universitas Pendidikan Ganesha
Email:redhana.undiksha@gmail.com
The main problem faced by PAUD Sathya Sai Kumara teachers was that they have not been able to make learning tools that can develop human values. The agreed solution was the creation of learning tools containing Balinese folklore. Community service activities were carried out in three stages, namely the preparation, implementation, and evaluation. The data obtained in the form of product appraisal scores, self-evaluation scores, and teachers’ opinion scores were analyzed descriptively. This community service activities were said to be successful if the minimum product assessment score reached 85, the increase in the normalized gain score for knowledge and skills in making learning tools was at least in the moderate category, and the minimum teacher's opinion was a good category. The results of the community service activities showed that the product assessment scores of learning tools exceeded the 85 criteria by 100%, the normalized gain score increase was 0.60% (moderate), and the teachers responded very well to this community service activity.
Keywords: local wisdom, human values, character education
Permasalahan yang dihadapi oleh guru-guru PAUD Sathya Sai Kumara adalah mereka belum mampu membuat perangkat pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan. Solusi yang disepakati adalah pembuatan perangkat pembelajaran bermuatan cerita rakyat Bali. Kegiatan P2M dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Data yang diperoleh berupa skor penilaian produk, skor penilaian diri, dan skor pendapat guru yang dianalisis secara deskriptif. Kegiatan P2M ini dikatakan berhasil jika skor hasil penilaian produk minimal mencapai 85, peningkatan skor gain ternormalisasi untuk pengetahuan dan keterampilan dalam membuat perangkat pembelajaran minimal termasuk kategori sedang, dan pendapat guru minimal tergolong baik. Hasil kegiatan P2M menunjukkan bahwa skor penilaian produk perangkat pembelajaran telah melampaui kriteria 85 sebanyak 100%, peningkatan skor gain ternormalisasi sebesar 0,60% (sedang), dan guru-guru memberikan respon kegiatan P2M ini dengan sangat baik.
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 904 (kebajikan), shanti (kedamaian), prema (kasih
sayang), dan ahimsa (sikap tanpa kekerasan). Kelima Panca Pilar ini dicetuskan oleh Dr. V. K. Gokak pada tahun 1955.
Gambar 1. Foto Papan Nama PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja
Untuk mengimplementasikan Panca Pilar ini, Organisasi Sai Study Group (SSG, suatu organisasi di atas Yayasan Sathya Sai Vidya Prashanti) memiliki tiga bidang kegiatan, yaitu bidang Spiritual, bidang Pendidikan, dan bidang Pelayanan. Untuk bidang pendidikan, SSG melaksanakan kelas Balvikas. Ada tiga kelom-pok umur yang menjadi sasaran kelas Balvikas, yaitu kelompok I 5-9 tahun, kelompok II 9-12 tahun, dan kelompok III 12-15 tahun. Pada kelas Balvikas ini ditanamkan nilai-nilai kema-nusiaan. Untuk memberikan imbas nilai-nilai kemanusiaan ini kepada masyarakat luas, SSG melalui Yayasan Sathya Sai Vidya Prashanti mendirikan PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pembentukan karakter anak harus dimulai dari jenjang usia dini.
PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja menggunakan gedung yang dimiliki oleh Yayasan Sathya Sai Vidya Prashanti dengan ukuran 10x20 m. Di dalam gedung terdapat 5 ruang kelas yang masing-masing berukuran 4x6 m (Gambar 2). Selain itu, juga ada 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang staf dan UKS, dan 2 buah toilet. Fasilitas yang telah dimiliki adalah lapangan upacara (Gambar 3) dan tempat bermain dengan peralatan seperti ayunan, jungkat jungkit, perosotan, dan mangkok putar (Gambar 4). Sementara itu, beberapa alat permainan edukatif yang dimiliki oleh PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja ditunjukkan pada Gambar 5. Demikian juga, beberapa buku-buku
pelajaran yang dimiliki oleh PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 2. Foto ruang kelas PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja
Gambar 3. Foto lapangan upacara PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja
Gambar 4. Foto fasilitas bermain PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja
Gambar 5. Foto alat permainan edukatif PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja
Gambar 6. Foto buku-buku PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja
Pendanaan untuk kegiatan operasional PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja murni berasal dari donatur para Bhakti Sai. Dengan kata lain, masyarakat yang menyekolahkan
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 905 anaknya di PAUD ini tidak dipunggut biaya
(gratis). Hal ini didasarkan atas semangat untuk mengimplementasikan ajaran Bhagawan, yaitu mencintai semua, melayani semua (love all, serve all). Dalam perjalanannya, orang tua siswa ikut memberikan sumbangan dengan ikhlas sesuai dengan kemampuan mereka setiap bulan.
Guru-guru yang dimiliki oleh PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja sebanyak empat orang, termasuk kepala sekolah. Keempat orang guru tersebut berturut-turut Ni Komang Ana Maryani, S.Pd. (merangkap kepala sekolah), Luh Putu Mas Sutaryani, A.Ma., Ni Nyoman Suartini, dan Kadek Budiartini. Dari empat orang guru tersebut hanya satu orang guru yang bergelar sarjana, itupun sarjana Pendidikan Fisika, satu orang dengan pendidikan terakhir D2 Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak, dan dua orang guru lainnya tamatan SMA. Keempat orang guru tersebut merupakan tenaga tetap yayasan. Sekarang ini, keempat orang guru tersebut sedang mengikuti Pendidikan S1 PG PAUD dengan biaya sendiri karena yayasan belum mampu membantu pendanaan studi dari guru-guru tersebut. Guru-guru memiliki dedi-kasi dan semangat yang tinggi karena bagi mereka dengan menjadi guru, mereka sekaligus juga dapat mengamalkan ajaran Bhagawan Sri Sathya Sai Baba (guru suci mereka). PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja juga memiliki seorang tenaga kebersihan.
Kurikulum PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja mengadopsi Kurikulum PAUD Sai Prema Kumara Denpasar. Hal ini disebabkan oleh PAUD Sai Prema Kumara Denpasar berada dalam satu induk organisasi dengan PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja, yaitu SSG wilayah. Selain itu, PAUD Sai Prema Kumara Denpasar sudah memiliki pengalaman dalam menerapkan nilai-nilai kemanusiaan.
Pembelajaran yang berlangsung di PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja dari jam 7.30 sampai 11.30 dengan lima hari sekolah. Pelaksanaan pembelajaran terdiri atas tiga kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan
pendahuluan diisi dengan apa yang disebut sebagai Lingkaran Pagi yang merupakan penerapan dari nilai-nilai kemanusiaan. Kegia-tan pendahuluan ini berlangsung selama 60 menit. Tahapan dari kegiatan Lingkaran Pagi ini adalah sebagai berikut. Pertama, berdoa yang bertujuan meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada Tuhan (Gambar 7). Kedua, duduk hening atau meditasi cahaya yang bertujuan meningkatkan konsentrasi dan kesa-daran diri anak (Gambar 8). Ketiga, bercerita atau story telling menggunakan cerita yang mengandung nilai-nilai kemanusiaan (Gambar 9). Tujuan kegiatan ini adalah melatih konsen-trasi, kepercayaan diri, dan kemampuan mengambil nilai-nilai yang terkandung dalam cerita dan tentunya membangkitkan nilai-nilai yang ada dalam diri siswa. Keempat, bernyanyi menggunakan lagu-lagu yang mengandung nilai-nilai kemanusiaan (Gambar 10). Tujuan kegiatan ini adalah menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada siswa. Kelima, permainan yang mengandung unsur-unsur nilai-nilai kemanusiaan (Gambar 11). Tujuannya adalah menanamkan dan membiasakan siswa menerap-kan nilai-nilai kemanusiaan melalui permainan. Kegiatan permainan ini mengasah terbentuknya nilai-nilai kemanusiaan pada diri anak (Setiawati & Ariyanta, 2015). Tahap berikutnya adalah kegiatan inti (Gambar 12) dan penutup pembelajaran. Nilai-nilai kemanusiaan ini harus diamalkan dalam perbuatan. Itu artinya, ajaran dan pelaksanaan, keduanya sama-sama pentingnya (Baba, 2014).
Sejak berdiri tahun 2017 minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya di PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja terus meningkat. Berikut adalah data perkembangan jumlah siswa dari tahun ke tahun.
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 906 Gambar 8. Foto kegiatan duduk hening atau meditasi
cahaya
Gambar 9. Foto kegiatan story telling (bercerita)
Gambar 10. Foto kegiatan bernyanyi
Gambar 11 Foto kegiatan bermain
Gambar 12. Foto kegiatan inti pembelajaran Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah siswa secara keseluruhan meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh masyarakat semakin merasakan manfaat dari nilai-nilai kemanusiaan yang mampu membentuk karakter anak-anak mereka. Beberapa orang tua siswa sengaja memindahkan anaknya bersekolah dari PAUD lain ke PAUD Sathya Sai Kumara
Singaraja dengan alasan agar anaknya meme-roleh pembinaan nilai-nilai kemanusiaan. Tabel 1. Perkembangan jumlah siswa PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja
Tahun ajaran Jenjang Jumlah siswa
2017/2018 KB 8 TK B 8 TK A 5 2018/2019 KB 1 TK B 14 TK A 17 2019/2020 KB 5 TK B 9 TK A 35
Kepala sekolah dan guru-guru PAUD Sathya Sai Kumara memiliki motivasi kerja yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan kepala sekolah dan guru merupakan Bhakta Sai. Bagi mereka, selain untuk mendapatkan penghasilan, mereka juga dapat melaksanakan pelayanan yang merupakan ajaran dari Guru Suci mereka (Bhagawan Sri Sathya Sai Baba), yaitu “Love All Serve All.” Dengan kata lain, mereka dapat mengamalkan ajaran suci dari guru mereka sambil bekerja. Demikian juga, pihak yayasan dan komite sekolah memberikan dorongan kepada kepala sekolah dan guru-guru agar mereka bekerja optimal dalam rangka mem-berikan pelayanan.
Motivasi kepala sekolah dan guru-guru dapat dilihat dari usaha-usaha yang dilakukan dan prestasi yang diraih oleh siswa-siswa PAUD. Pertama, kepala sekolah dan guru-guru melanjutkan studi dengan biaya sendiri agar kualifikasi mereka sesuai dengan standar pendidik yang dituntut dalam standar nasional pendidikan, yaitu S1 PAUD. Yayasan belum bisa membantu biaya studi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru-guru karena keter-batasan dana yang dimiliki oleh yayasan. Kedua, kepala sekolah dan guru-guru mendidik anak-anak dengan tekun, tulus, dan sabar. Ketekunan, ketulusan, dan kesabaran ini mengantarkan anak-anak merah prestasi yang sangat memuaskan di ajang lomba baik di tingkat kecamatan, kabupaten, maupun provinsi. Beberapa prestasi yang diraih oleh
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 907 siswa PAUD adalah sebagai berikut (Gambar
13).
1) Juara Harapan III Lomba Karnaval dalam rangka Gebyar PAUD Kabupaten Buleleng Tahun 2017.
2) Juara I Lomba Mewarnai Kategori TK B dalam rangka aneka lomba Kelahiran Sri Sathya Sai Baba di Denpasar Tahun 2018. 3) Juara Harapan III Lomba Mewarnai pada
ajang Buleleng Festival (BULFEST) Tahun 2018.
4) Juara I Lomba Mewarnai Kategori TK A dalam rangka aneka lomba Kelahiran Sri Sathya Sai Baba di Denpasar Tahun 2018. 5) Juara Harapan II Lomba Mewarnai HUT
IGTKI-PGRI se-Kabupaten Buleleng Tahun 2019.
Gambar 13. Foto prestasi yang diraih oleh siswa PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja Ini membuktikan bahwa kepala sekolah dan guru-guru memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam mendidik siswanya. Selain itu, prestasi yang baik dari siswa ini disebabkan oleh sistem pendidikan yang diterapkan di sekolah PAUD di mana siswa telah memiliki tidak saja karakter nilai-nilai kemanusiaan tetapi juga karakter umum yaitu sikap spiritual dan sosial yang dituntut dalam Kurikulum 2013, seperti mensyukuri atas rahmat Tuhan, kejujuan, ketekunan, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, dan kesantunan.
PAUD Sathya Sai Kumara memiliki memiliki sistem pendidikan yang baik serta keunggulannya adalah visinya, yaitu Menjadi PAUD berkarakter nilai-nilai kemanusiaan. Walaupun sekolah ini termasuk baru, sekolah ini telah menjadi rujukan bagi masyarakat di Kecamatan Buleleng dan Sukasada di mana para orang tuanya memilih sekolah ini sebagai tempat studi bagi anak-anak mereka. Bahkan,
ada orang tua dari Kecamatan Kubutambahan (jaraknya cukup jauh dari sekolah) yang menyekolahkan anaknya di sekolah PAUD ini. Hal ini semata-mata karena visi sekolah yang menghasilkan lulusan yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan serta kerja keras dan komitmen guru-gurunya dalam mendidik siswanya. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya jumlah siswa yang bersekolah di PAUD ini (lihat Tabel 1).
Untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh guru-guru PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja, pengusul berdiskusi dengan kepala sekolah PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja (Gambar 14).
Gambar 14. Foto diskusi pengusul dengan Kepala Sekolah PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja
Berdasarkan hasil diskusi dengan kepala sekolah dapat diidentifikasi permasalahan potensial yang perlu segera dicarikan solusinya. Permasalahan utama yang dihadapi oleh guru-guru PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja adalah mereka belum mampu mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan melalui kegiatan belajar inti secara optimal. Akar dari permasalahan ini adalah perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru-guru belum optimal mengembangkan karakter nilai-nilai kemanusiaan, yang meliputi sathya (kebenaran), dharma (kebajikan), shanti (kedamaian), prema (kasih sayang), dan ahimsa (sikap tanpa kekerasan). Karakter nilai-nilai kemanusiaan ini diselipkan pada kegiatan pendahuluan dari pembelajaran melalui kegiatan Lingkaran Pagi. Permasalahan yang dihadapi oleh guru-guru adalah mereka belum mampu mengembangkan nilai-nilai kemanu-siaan pada kegiatan Lingkaran Pagi tersebut. Akar dari semua masalah ini adalah perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru-guru pada kegiatan Lingkaran Pagi belum mengandung
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 908 model atau strategi pembelajaran untuk
men-capai atau mengembangkan karakter nilai-nilai kemanusiaan tersebut.
Bali sangat kaya dengan kearifan lokal Bali. Kearifan lokal Bali ini dapat ditemui dalam cerita rakyat, permainan tradisional, lagu tradisional/geguritan, seni pertunjukan, kitab-kitab kuno, pepatah, petuah, dan sebagainya. Cerita rakyat Bali antara lain adalah Siap Selem, I Tuna teken I Titih, I Lutung teken I Kakua, I Cerukcuk Kuning, I Lacur, I Belog, Putri Ayu, Nang Cubling, Cupak Grantang, Tuwung Kuning, Tunjung Emas, Ni Bawang teken Ni Kesuna, dan Pan Balang Tamak. Sementara itu, permainan tradisional Bali antara lain adalah Terompah/bakiak, Megoak-goakan, Tembing, Gasing, Mengkeb-engkeban, Gala-galan, Deduplak, Congklak, Cagcag, Maling-malingan, Curik-curikan, Nganten-ngantenan, Sut tultaltil, Sut dempul, Nyen durine, Ngengkeban batu, Tajog, Dengkleng, dan Dedil-bedilan. Di lain pihak, nyanyian atau lagu tradisional Bali meliputi Macepet-mepetan, Meyong-meyong, Putri Cening Ayu, Tari Bali, Ratu Anom, Jangi Janger, Dadong Dauh, dan Juru Pencar. Jaman dulu cerita rakyat ini diceritakan oleh orang tua kepada anak-anaknya menjelang tidur. Demikian juga, permainan dan nyanyian tradisional dilakukan oleh anak-anak saat sedang istirahat dari bekerja atau belajar dan orang tua ikut mendampingi anak-anak. Melalui kearifan lokal inilah nilai-nilai karakter ditanamkan (Yetti, 2011; Hartiningsih, 2015; Sudigdo, 2018; Suta, 2017).
Kearifan lokal Bali mengandung nilai-nilai universal, seperti kerja sama, kejujuran, keuletan, kedisiplinan, kasih sayang, kedamai-an, kebenarkedamai-an, tidak menyakiti, kebajikkedamai-an, sikap tanpa kekerasan, persatuan, suka menolong, toleransi, dan rendah hati. Nilai-nilai yang ada dalam kearifan lokal Bali ini sangat sejalan dengan nilai-nilai universal yang dituntut dalam Kurikulum 2013 (seperti jujur, ulet, tekun, rendah hati, disiplin, hidup sehat, ingin tahu, kreatif, estetis, percaya diri, taat aturan, sabar, mandiri, peduli, kerja sama, tanggung jawab,
dan santun) dan juga nilai-nilai universal yang menjadi visi PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja, yaitu nilai-nilai kemanusiaan, yang meliputi sathya (kebenaran), dharma (keba-jikan), shanti (kedamaian), prema (kasih sayang), dan ahimsa (sikap tanpa kekerasan). oleh karena itu, pemanfaatan kearifan lokal bali dalam pembelajaran dapat menjadi alat yang ampuh untuk mengembangkan nilai-nilai universal (Yetti, 2011; Rasna, 2016; Suta, 2017; Relin et al., 2018; Sudigdo, 2018).
Rasna (2016) menegaskan bahwa nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan melalui cerita rakyat dapat meningkatkan nilai karakter (1) rajin dan disiplin pada cerita Cupak Gerantang, (2) pengalaman ilmu pada cerita Laran I Balian Sakti, (3) pendidikan, cinta kasih, kesantunan, religius, dan dermawan pada cerita Tuwung Kuning, (4) tulus ikhlas serta harmoni antara manusia dan alam pada cerita Lelipi Selem Bukit, dan (5) karma pala pada cerita Siap Selem. Sementara itu, Hardiyanti et al. (2018) melaporkan bahwa kearifan lokal cerita rakyat Si Curang dan Si Jujur dapat membentuk karakter kejujuran, kepatuhan, kerja sama, musyawarah, keteguhan, solida-ritas, dan kerja keras. Pandawana dan Ardiana (2017) melaporkan bahwa cerita rakyat I Kekua mampu memberi pesan moral berupa tepat janji, I Cerukcuk Kuning membawa pesan moral kejujuran, dan I Lacur membawa pesan moral suka menolong. Di lain pihak, Sudigdo (2018) menyatakan bahwa siswa dengan mudah menerima pesan moral yang ada pada cerita rakyat yang penuh dengan nilai-nilai karakter yang baik. Sudah barang tentu tidak semua cerita, permainan, dan lagu tradisional Bali cocok digunakan untuk mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai-nilai-nilai universal lainnya untuk anak-anak PAUD. Cerita, per-mainan, dan lagu tradisional Bali yang dipilih harus sesuai dengan tingkat perkembangan usia anak PAUD, misalnya cerita, permainan, dan lagu tradisional yang mengandung nilai kasih sayang, tanggung jawab, santun, toleransi dan seterusnya dan hindari kandungan nilai-nilai seperti kekerasan dan percintaan.
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 909 Table 2. Hubungan antara permasalahan, solusi, dan
target luaran yang dihasilkan dari kegiatan P2M
Permasalahan Solusi yang ditawarkan
Target luaran yang dihasilkan Guru-guru belum mampu membuat perangkat pembelajaran bermuatan kearifan lokal Bali untuk mengembang-kan nilai-nilai kemanusiaan siswa Memberdaya-kan guru-guru membuat perangkat pembelajaran bermuatan kearifan lokal Bali untuk mengembang-kan nilai-nilai kemanusiaan siswa Perangkat pembelajaran bermuatan kearifan lokal Bali untuk mengembangkan nilai-nilai
kemanusiaan siswa
Luaran lainnya adalah artikel yang diseminarkan dalam seminar nasional, HKI, dan video kegiatan
Selain itu, pemanfaatan kearifan lokal dalam pembelajaran dapat melestarikan kearifal lokal yang semakin punah di tengah gempuran hegemoni budaya luar Yetti, 2011; Hidayat, 2013; Lacksana, 2017), seperti cerita dalam film Cinderella, Robinhood, Naruto, Power Ranger, dan Dora Emon. Dengan pengin-tegrasian kearifan lokal ke dalam pembelajaran, baik guru dan siswa akan semakin mencintai budayanya sendiri dan dapat menjadi benteng dari gempuran budaya luar. Demikian juga, anak-anak dapat belajar bahasa Bali secara tidak langsung karena kearifan lokal Bali. Dengan demikian, solusi yang ditawarkan untuk memecahkan masalah di atas adalah pendampingan pembuatan perangkat pembela-jaran bermuatan kearifan lokal Bali. Pada pendampingan pembuatan perangkat pembela-jaran ini hanya digunakan cerita rakyat Bali untuk mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan. Tabel 2 menunjukkan hubungan antara perma-salahan yang dihadapi oleh guru-guru PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja, solusi yang ditawarkan untuk memecahkan masalah, dan target luaran.
Tujuan dari kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut.
1) Membantu guru-guru PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja mengidentifikasi kearifan lokal Bali yang dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan Lingkaran Pagi pada bagian dari pendahuluan pembelajaran.
2) Membantu guru-guru PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja membuat perangkat pembelajaran dalam kegiatan Lingkaran Pagi bermuatan kearifan lokal Bali untuk mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan.
Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan P2M ini adalah meningkatkan penge-tahuan dan keterampilan guru-guru PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja dalam mengiden-tifikasi kearifan lokal Bali dan membuat perangkat pembelajaran bermuatan kearifan lokal Bali. Manfaat lebih jauh adalah meningkatnya kualitas guru dalam melaksana-kan pembelajaran sehingga berdampak pada peningkatan dan perbaikan karakter siswa. METODE
Sasaran dari kegiatan P2M ini adalah guru-guru PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja. Jumlah guru-guru termasuk kepala sekolah sebanyak empat orang. Keempat guru-guru ini belum memenuhi standar pendidik dan seka-rang ini mereka sedang menempuh pendidikan studi lanjut S1 PG PAUD dengan biaya sendiri agar dapat memenuhi standar pendidik.
Permasalahan utama yang dihadapi oleh guru-guru PAUD Sathya Sai Kumara Singaraja adalah guru-guru belum mampu membuat perangkat pembelajaran yang dapat meningkat-kan nilai-nilai kemanusiaan yang merupameningkat-kan penciri atau yang menjadi visi dari sekolah ini, yaitu Menjadi PAUD berkarakter nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai kemanusiaan ini meliputi sathya (kebenaran), dharma (keba-jikan), shanti (kedamaian), prema (kasih sayang), dan ahimsa (sikap tanpa kekerasan). Permasalahan ini dipecahkan melalui metode pendampingan, yaitu Pendampingan pembuatan perangkat pembelajaran bermuatan kearifan lokal Bali untuk mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan. Perangkat pembelajaran ini diterapkan dalam kegiatan Lingkaran Pagi pada saat pendahuluan dari kegiatan pembelajaran.
Metode pelaksanaan kegiatan P2M dan rancangan evaluasi dilakukan sebagai berikut. Tahap Persiapan
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 910 1) Berkoordinasi dengan kepala sekolah PAUD
Sathya Sai Kumara Singaraja berkaitan dengan tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan pendampingan.
2) Menyiapkan materi pendampingan.
3) Menyiapkan flatform video meeting (Zoom). Tahap Pelaksanaan Kegiatan
1) Memberikan pembekalan tentang pendi-dikan usia dini, pendipendi-dikan karakter, kea-rifan lokal Bali, dan nilai-nilai kemanusiaan. 2) Memberikan contoh perangkat pembelajaran
yang menggunakan cerita rakyat Bali untuk mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan. Pada pemberian contoh ini cerita rakyat Bali yang digunakan adalah Siap Selem.
3) Menugaskan kepada guru-guru untuk mem-buat perangkat pembelajaran yang menggu-nakan cerita rakyat Bali untuk mengem-bangkan nilai-nilai kemanusiaan.
4) Memberikan pendampingan penyelesaian tugas pembuatan perangkat pembelajaran. 5) Menugaskan guru-guru mempresentasikan
hasil perangkat pembelajaran yang dibuat. 6) Memberikan masukan untuk
menyempurna-kan perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru-guru.
Tahap Evaluasi Kegiatan P2M
Tahap evaluasi kegiatan P2M meliputi penilaian diri berkaitan dengan pengetahuan guru-guru tentang pendidikan usia dini, pendidikan karakter, kearifan lokal Bali (cerita rakyat Bali), dan nilai-nilai kemanusiaan, dan keterampilan guru-guru dalam membuat perangkat pembelajaran bermuatan kearifan lokal cerita rakyat Bali (pretes dan postes), evaluasi terhadap produk perangkat pembela-jaran bermuatan kearifan lokal Bali yang dibuat oleh guru, serta evaluasi pendapat guru-guru terhadap kegiatan P2M. Instrumen yang digunakan dalam kegiatan P2M ini adalah lembar penilaian diri, rubrik penilaian produk perangkat pembelajaran, dan angket pendapat guru.
Data yang diperoleh berupa skor pretes dan postes berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan guru-guru dalam membuat
perangkat pembelajaran bermuatan kearifan lokal cerita rakyat Bali dalam mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan, skor penilaian produk, serta skor pendapat guru-guru terhadap kegiatan P2M. Data ini dianalisis secara deskriptif dengan menghitung skor rata-rata dan standar deviasi. Skor gain ternormalisasi dari hasil penilaian diri dikelompokkan menjadi 0,00 – 0,29 (rendah), 0,03 – 0,69 (sedang), dan 0,70 – 1,00 (tinggi). Skor hasil penilaian produk yang dicapai oleh guru-guru dibandingkan dengan kriteria minimal, yaitu 85. Skor pendapat guru dikelompokkan menjadi 1,00 – 1,79 (sangat kurang), 1,80 – 2,59 (kurang), 2,60 – 3,39 (cukup), 3,40 – 4,19 (Baik), dan 4,20 – 5,00 (sangat baik). Kegiatan P2M ini dikatakan berhasil jika skor hasil penilaian produk yang dicapai oleh guru-guru minimal 85, skor gain ternormalisasi minimal termasuk kategori sedang, dan skor rata-rata pendapat guru terhadap kegiatan P2M minimal termasuk kategori Baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengetahuan guru-guru berkaitan dengan pendidikan usia dini, pendidikan karakter, kearifan lokal Bali, dan nilai-nilai kemanusiaan, dan keterampilan guru-guru dalam membuat perangkat pembelajaran bermuatan kearifan lokal cerita rakyat Bali. Hasil penilaian diri guru-guru sebelum dan setelah kegiatan P2M ditunjukkan dalam Gambar 15. Skor gain ternormalisasi hasil penilaian diri guru-guru sebesar 0,60 (kategori sedang).
Gambar 15. Perbandingan skor pretes dan postes hasil penilaian diri guru-guru
3,43 4,37 0,62 0,76 0 1 2 3 4 5 Pretes Postes Me an
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 911 Produk yang dihasilkan dari kegiatan
P2M ini berupa perangkat pembelajaran bermuatan kearifan lokal cerita rakyat Bali untuk mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan. Tabel 3 menunjukkan perangkat pembelajaran bermuatan kearifan lokal cerita rakyat Bali beserta skor yang diperoleh. Nama perangkat disesuaikan dengan tema cerita rakyat Bali. Berdasarkan skor hasil penilaian terhadap produk perangkat pembelajaran bermuatan kearifan lokal cerita rakyat bali dapat dilihat bahwa 100% skor produk telah melampaui kriteria 85.
Tabel 3. Perangkat pembelajaran kearifan lokal cerita rakyat Bali beserta skor yang diperoleh
No Nama Perangkat Skor
1 I Cerukcuk Kuning 92,86
2 Anjing Kudisan 90,00
3 Kambing Takutin Macan 87,14 4 Lutung dan Kakua Maling
Lengkuas
85,71
Pendapat guru-guru terhadap kegiatan P2M yang diikuti diukur dengan angket. Skor pendapat guru-guru ditunjukkan dalam Tabel 4. Dari skor rata-rata pendapat guru-guru terhadap kegiatan P2M yang diikuti dapat dikelompok-kan dalam kategori sangat baik.
Hasil-hasil kegiatan P2M menunjukkan bahwa guru-guru mampu membuat perangkat pembelajaran bermuatan kearifan lokal cerita rakyat Bali untuk mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan. Cerita rakyat Bali seperti Siap Selem, I Cerukcuk Kuning, Anjing Kudisan, Kambing Takutin Macan, dan Lutung dan Kakua Maling Lengkuas sangat kaya dengan nilai-nilai karakter.
Pada cerita Siap Selem, nilai-nilai kemanusiaan yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut.
1) Sathya (kebenaran): Siap Selem selalu
mene-gakkan kebenaran.
2) Dharma (kebajikan): Siap Selem selalu
men-jalankan kebaikan.
3) Prēma (kasih sayang): Siap Selem
menya-yangi anak-anaknya dengan mengajak mencari makan.
4) Shānti (kedamaian): Siap Selem beserta
anak-anaknya hidup damai atau tenang.
5) Ahimsa (tanpa kekerasan): Siap Selem
beserta anak-anaknya tidak menyakiti hewan lain. Berbeda dengan Men Kuuk yang selalu berniat jahat ingin memakan hewan lain. Tabel 4. Skor pendapat guru-guru terhadap kegiatan P2M yang diikuti
No Indikator Rata
-rata 1 Saya memperoleh manfaat yang
sangat besar dari kegiatan P2M
5,00 2 Saya memperoleh manfaat yang
sangat besar dari kegiatan P2M
5,00 3 Kegiatan P2M membantu saya
memahami tentang anak usia dini
5,00 4 Kegiatan P2M membantu saya
memahami tentang pentingnya pendidikan anak usia dini
5,00
5 Kegiatan P2M membantu saya memahami tentang kearifan lokal
5,00 6 Kegiatan P2M membantu saya
memahami tentang pentingnya cerita rakyat Bali bagi anak usia dini
5,00
7 Kegiatan P2M membantu saya memahami tentang penting pendidikan nilai-nilai kemanusiaan bagi anak usia dini
5,00
8 Saya menjadi lebih percaya diri mengajar di PAUD
4,75 9 Saya lebih termotivasi terus belajar
mengembangkan potensi diri saya sebagai guru PAUD
5,00
10 Wawasan saya lebih terbuka untuk menjadi guru PAUD
5,00 11 Saya menjadi lebih menyadari akan
tugas-tugas saya sebagai guru PAUD terutama dalam mengembangkan karakter (nilai nilai kemanusiaan) anak usia dini
5,00
12 Saya berharap ada kegiatan sejenisnya untuk meningkatkan profesionalitas saya sebagai guru PAUD
5,00
Skor rata-rata total Standar deviasi 4,98 0,14 Nilai-nilai lainnya yang juga dapat dikembangkan adalah sebagai berikut.
1) Kebersamaan atau persatuan: kebersamaan
Siap Selem dan anak-anaknya dalam mencari makan.
2) Berpikir kritis: pelajaran yang diberikan oleh Siap Selem kepada anaknya, I
Do-Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 912
glagan, untuk bisa meloloskan dari
pemangsa Men Kuuk.
3) Kerja keras dan pantang menyerah: ditunjukkan oleh Siap Selem memelihara anak-anaknya dengan mengajak mencari makan, dan juga kerja keras yang ditunjukkan oleh I Doglagan belajar ter-bang.
4) Percaya diri: ditunjukkan oleh kemampuan
I Doglagan terbang setelah dicoba
diter-bangkan tiga kali.
5) Tanggung jawab: ditunjukkan oleh Siap Selem mengasuh anak-anaknya.
6) Hormat dan sopan santun: Kesantunan
Siap Selem minta ijin kepada Men Kuuk
untuk berteduh di rumahnya.
7) Kemandirian: I Doglagan belajar sendiri atas arahan ibunya walaupun dia ditinggal sendirian oleh ibunya.
8) Keberanian: I Doglagan berani mengha-dapi Men Kuuk, walaupun dia makhluk lemah di hadapan Men Kuuk.
9) Kedisiplinan: Ketaatan I Doglagan terha-dap kata-kata ibunya untuk belajar melo-loskan diri dari Men Kuuk.
10) Kepemimpinan: ditunjukkan oleh Siap Selem memimpin anak-anaknya.
Pada cerita I Cerukcuk Kuning, nilai-nilai kemanusiaan yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut.
1) Sathya (kebenaran): I Kesuna mengajari
bahwa harus selalu bertanggung jawab dan melakukan kewajiban dengan baik dan benar.
2) Dharma (kebajikan): I Kesuna selalu ikhlas dan mau menyelesaikan semua pekerjaan yang diberikan oleh ayah ibunya.
3) Prēma (kasih sayang): I Kesuna mau
membantu I Bawang mengerjakan tugas rumahnya. I Kesuna juga sangat sayang kepada orang tuanya dengan cara selalu membantu orang tuanya mengerjakan pekerjaan rumah, dan juga membantu neneknya memintal benang dan menenun kain.
4) Shānti (kedamaian): I Kesuna tidak mau
bertengkar dan membela diri di depan orang
tuanya karena tahu kepintaran I Bawang
menghasut. I Kesuna lebih baik pergi ke hutan.
5) Ahimsa (tanpa kekerasan): I Kesuna selalu bersabar dan tidak membalas walaupun sudah difitnah oleh I Bawang.
Selain nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai lain juga digali melalui cerita ini. Nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut.
1) Karma Phala: I Kesuna selalu berbuat baik
sehingga ia mendapatkan kebaikan/hadiah dari I Cerukcuk Kuning. Sebaliknya, I
Bawang selalu berbuat jahat sehingga
nasib buruk yang ia dapatkan.
2) Penyabar: I Kesuna selalu bersikap sabar dengan sikap I Bawang.
3) Kerja keras dan pantang menyerah: Ditunjukkan oleh sikap I Kesuna yang selalu mengerjakan tugas rumah dengan semangat dan tidak mengeluh.
4) Tanggung jawab: Ditunjukkan oleh I Ke-suna dalam mengerjakan tugas rumahnya. 5) Hormat dan berbakti: I Kesuna sangat
berbakti kepada orang tua dan neneknya.
6) Murah Hati: Walaupun sudah difitnah oleh
I Bawang, namun I Kesuna tetap
menun-jukkan tempat burung I Cerukcuk Kuning
berada.
7) Tidak Sombong: Walaupun I Kesuna
sudah banyak punya perhiasan, namun ia tidak serta merta ingin pulang ke rumah orang tuanya untuk pamer, ia masih ingin menenangkan hatinya dan tetap tinggal bersama neneknya.
8) Menjaga Kebersihan: Seperti yang dila-kukan I Kesuna, rajin bersih-bersih rumah dan juga tetap rajin membersihkan diri.
9) Selalu mengembangkan diri: Ditunjukkan oleh I Kesuna saat dia begitu mahir dalam mengerjakan pekerjaan rumah, bersih-bersih dan juga kegiatan lainnya seperti memintal benang dan menenun kain.
10) Tekun dan Ulet: I Kesuna mengajarkan untuk selalu tekun dan ulet dalam melakukan pekerjaan. Tidak memilih-milih, apapun tugasnya selalu dikerjakan dengan baik.
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 913 11) Pantang menyerah dan tidak mudah putus
asa: Walaupun I Kesuna sempat ingin mengakhiri hidupnya, namun itu bukan karena putus asa, tetapi karena sedih. I
Kesuna selalu berusaha mengerjakan
apapun dengan baik. Saat sudah terpuruk ia bangkit lagi dan menjalani hidup dengan baik bersama neneknya.
12) Jujur: I Kesuna selalu jujur
Pentingnya cerita rakyat ini dalam mengembangkan nilai-nilai karakter telah dilaporkan oleh beberapa peneliti (Yetti, 2011; Rasna, 2016; Suta, 2017; Relin et al., 2018; Sudigdo, 2018). Cerita rakyat Bali dapat mengembangkan nilai karakter rajin dan disiplin pada cerita Cupak dan Gerantang; pengamalan ilmu pada cerita Laran I Balian Sakti; pendidikan, cinta kasih, kesantunan, religius, dan dermawan pada cerita Tuwung Kuning, tulus ikhlas dan harmoni antara manusia dan alam pada cerita Lelipi Selem Bukit, karma phala pada cerita Siap Selem (Rasna (2016). Karakter kejujuran, kepatuhan, kerja sama, musyawarah, keteguhan dan kerja keras ditemukan pada cerita Si Curang dan Si Jujur (Hardiyanti et al., 2018). Karakter tepat janji ditemukan pada cerita I Kekua, kejujuran ditemukan pada cerita I Cerukcuk Kuning, suka menolong pada cerita I Lacur (Pandawana dan Ardiana (2017).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil-hasil kegiatan P2M dapat disimpulkan bahwa peningkatan penge-tahuan guru-guru tentang pendidikan usia dini, pendidikan karakter, kearifan lokal Bali, dan nilai-nilai kemanusiaan, serta keterampilan guru-guru dalam membuat perangkat pembela-jaran bermuatan kearifan lokal cerita rakyat Bali termasuk kategori sedang. Kualitas produk perangkat pembelajaran bermuatan kearifan lokal cerita rakyat Bali untuk mengembangkan nilai-nilai kema-nusiaan 100% telah melampaui kriteria, yaitu skor 85. Pendapat guru-guru terhadap kegiatan P2M yang diikuti termasuk kategori sangat baik.
Berdasarkan hasil-hasil kegiatan P2M dapat disarankan bahwa guru-guru PAUD Sathya Sai Kumara dapat menggunakan perang-kat pembelajaran bermuatan kearifan lokal cerita rakyat Bali untuk mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan. Perlu adanya penelitian berkaitan dengan penerapan perangkat pembelajaran ini untuk mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya terkait dengan pendidikan karakter secara umum.
DAFTAR RUJUKAN
Baba, S. S. S. (2014). Sathya Sai Speaks. Jilid 37. Jakarta: Yayasan Sri Satya Sai Baba Indonesia.
Hardiyanti, Arisal, & Marhani. (2018). Nilai kearifan lokal dalam cerita rakyat dan peranannya dalam membentuk karakter anak didik. Prosiding Seminar Nasional Administrasi dan Manajemen pendidik-an. Hotel Remcy, Makasar. 21 April. Hartiningsih, S. (2015). Revitalisasi lagu
dola-nan anak dalam pembentukan karakter anak usia dini. Atavisme, 8(2), 247-259 Hidayat, D. (2013). Permainan tradisional dan
kearifan lokal Kampung Dukuh Garut Selatan Jawa Barat. Jurnal Academica, 5(2), 1057-1070.
Lacksana, I. (2017). Kearifan lokal permainan congklak sebagai penguatan karakter peserta didik melalui layanan bimbingan konseling di sekolah. Satya Widya, 33(2), 109-116.
Pandawana, I D. G. A. & Ardiana, D. P. Y. (2017). Aplikasi game cerita rakyat Bali sebagai sarana pendidikan karakter anak berbasis mobile. Lontar Komputer, 8(3), 208-218.
Rasna, I W. (2016). Nilai kearifan lokal cerita rakyat Bali yang relevan untuk pendi-dikan karakter siswa SD Kelas I. Prosiding Seminar Nasional Riset Inovatif (Senari) Ke-4. Inna Grand Bali Beach, Bali. 19 November.
Relin, Rasna, I W., & Binawati, W. S. (2018). Local wisdom values in Balinese folktales that are relevant to character education for the first grade at primary
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 914 school. Journal of Language Teaching
and Research, 9(1), 155-163.
Setiawati, N. P. E. & Ariyanta, I M. (2015). Metode educare sebagai media spiritu-alitas Balvikas dalam spirit multikultu-ralisme. Vidya Samhita: Jurnal Peneli-tian Agama, 1(2), 87-100.
Sudigdo, A. (2018). Penumbuhan budi pekerti berbasis kearifan lokal melalui pembela-jaran sastra anak pada siswa kelas tinggi di Sekolah Dasar Yogyakarta. Bahastra, 38(1), 1-7.
Sujarno. (2011). Permainan tradisional sebagai jembatan pembentukan karakter bangsa. Jantra, VI(12), 116-123.
Suta, M. R. B. (2017). Perancangan buku cerita ilustrasi cerita rakyat Bali Cupak Geran-tang sebagai media edukasi etika Bali. e-Proceeding of Art & Design , 4(3), 189-194.
Yetti, E. (2011). Kearifan lokal dalam cerita rakyat nusantara: Upaya melestarikan budaya bangsa. Mabasan, 5(2), 13-24.