533
ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA DHUNG-DHUNG (POHON LONTAR) DI KECAMATAN DUNGKEK KABUPATEN SUMENEP
Siti Romlah1)
1) Mahasiswa Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Unija,
email: Romlahs903@gmail.com
ABSTRAK
Lontar (siwalan) adalah salah satu tanaman perkebunan yang memiliki banyak manfaat, salah satunya yaitu batang dari pohon tersebut yang dapat dijadikan usaha
kerajinan yaitu usaha dhung-dhung yang terdapat di Kecamatan Dungkek.
Dhung-dhung adalah batang lontar yang dipotong dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi
(lesung 1 dan 2 meter, pot 80 centimeter, guci 60 centimeter). Tujuan dari usaha
dhung-dhung yaitu untuk mendapatkan keuntungan dari usaha yang dijalankan dan nilai efisiensi >1 dengan cara merinci semua biaya-biaya yang dikeluarkan. Untuk mendapatkan data peneliti menggunakan teknik wawancara dan observasi secara
langsung dengan responden terkait. Sedangkan untuk menganalisis
keuntungan/pendapatan dan nilai efisiensi peneliti menggunakan analisis biaya (Suparmoko, 2013), analisis penerimaan (Soekartawi, 2003), analisis pendapatan dan efisiensi (R/C rasio) menurut Soekrtawi (1995) dengan hasil analisis bahwa pendapatan
yang diperoleh oleh responden dhung-dhung adalah sebesar Rp.295.258.396 per tahun,
dan nilai efisiensi sebesar 1,43, sehingga usaha dhung-dhung di Kecamatan Dungkek
dapat dikatakan menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.
Kata Kunci: Pendapatan, Efisiensi, Lontar (Siwalan) PENDAHULUAN
Lontar (siwalan) adalah salah satu tanaman perkebunan yang berasal dari pinang-pinangan (palma) yang banyak tumbuh di daerah beriklim kering (Efendi, 2018). Tanaman lontar sering disebut sebagai 800 pohon kegunaan karena banyaknya manfaat yang dimiliki (Tambunan, 2010). Hampir semuan bagian dari tanaman
lontar dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat, mulai dari batang, daun, buah dan bunganya (mayang sari). Akan tetapi bagian yang sering dimanfaatkan dari tanaman tersebut yaitu bunganya yang dapat disadap baik
untuk diminum langsung (nira),
difermentasi menjadi tuak maupun diolah menjadi gula, seperti gula merah (gula siwalan). Batang dari tanaman lontar juga dapat dijadikan sebagai
bahan bangunan ataupun produk
kerajinan. Adapun daun dari tanaman lontar dapat dijadikan sebagai bahan anyaman untuk membuat produk kerajinan seperti tikar. Sedangkan buahnya dapat dijadikan sebagai bahan tambahan makanan dan minuman, produk olahan seperti manisan, selai dan lain-lain (Nasri dkk, 2017).
Kabupaten Sumenep
merupakan salah satu kabupaten yang berada di Pulau Madura yang memiliki
534
luas lahan tanaman perkebunan rakyat yang cukup siginifikan dengan total luas lahan 5.535,70 hektar (Badan Pusat Statistik Sumenep, 2018).
Adapun berbagai macam
tanaman perkebunan yang ada di Kabupaten Sumenep meliputi kelapa, jambu mete, lontar (siwalan), kapok randu, asam jawa, serat nanas, pinang, lada, mlinjo, kopi, kakao, cengkeh, kenanga dan kemiri. Tanaman lontar
merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang ada di Kabupaten Sumenep yang dapat menyumbangkan dan menopang perekonomian yang ada
terkait banyaknya manfaat yang
dimiliki tanaman tersebut. Tanaman lontar di Kabupaten Sumenep disebut juga dengan siwalan (taal).
Hampir semua bagian dari
pohon lontar dimanfaatkan oleh
masyarakat Kecamatan Dungkek, baik batang, daun, buah dan bunganya. Namun, secara umum bunga dari
tanaman lontar lebih banyak
dimanfaatkan, yaitu disadap yang kemudian diolah menjadi gula seperti gula merah. Kegiatan penyadapan
tersebut sudah menjadi mata
pencaharian pokok masyarakat
setempat. Selain itu, batang tanaman lontar juga memiliki manfaat, yaitu bisa dijadikan bahan bangunan rumah. Akan tetapi ada salah satu usaha yang memanfaatkan batang lontar seperti
usaha dhung-dhung. Usaha
dhung-dhungterdapat di Desa Jadung, Romben Guna, Dan Romben Rana Kecamatan
Dungkek. Dhung-dhung adalah batang
lontar yang dipotong dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi, yaitu seperti lesung dengan ukuran 1 dan 2 meter, pot hiasan besar dengan ukuran 80 centimeter, dan ada yang berbentuk seperti guci berukuran 60 centimeter,
dengan diameter menyesuaikan dari
bentuk batang lontar itu sendiri.
Dhung-dhung yang diproduksi di Kecamatan Dungkek masih dalam tahapan proses produksi kerajinan setengan jadi yang kemudian dikirim ke luar kota seperti
ke Bali dan Yogyakarta untuk
diproduksi lebih lanjut menjadi
kerajinan yangutuh.
Proses pembuatan dhung-dhung
di Kecamatan Dungkek dilakukan secara terus-menerus, maka akan ada pendapatan yang akan diperoleh dari
setiap produksi yang dihasilkan.
Namun, dengan manajemennya yang
masih sederhana produsen
dhung-dhung selama ini tidak pernah mencatat biaya-biaya yang dikeluarkan termasuk Pendapatan yang diperoleh. Pendapatan adalah seluruh penerimaan total setelah dikurangi biaya- biaya. Selain itu, tingkat efisiensi dari usaha Dhung-dhung belum diketahui secara pasti. Efisiensi bertujuan untuk mengetahui suatu usaha layak dikembangkan atau tidak. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Pendapatan dan Efisiensi
Usaha Dhung- dhung (Pohon Lontar) di
Kecamatan Dungkek, Kabupaten
Sumenep. Berdasarkan latar belakang
diatas maka ditetapkan rumusan
masalah yaitu berapakah pendapatan
yang diporoleh usaha dhung-dhung di
Kecamatan Gapura Kabupaten
Sumenep, dan apakah usaha
dhung-dhung di Kecamatan Dungkek efisien. Adapun tujuannya untuk mengetahui pendapatan dan nilai efisiensi usaha
dhung-dhung di Kecamatan Dungkek
Kabupaten Sumenep.
METODEPENELITIAN
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan observasi secara
535
langsung dengan responden terkait biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
responden dhung-dhung. Lokasi
penelitian dilakukan di Kecamatan Dungkek yaitu pada 3 desa, Jadung, Romben Guna dan Romben Rana,
responden terdiri dari 3 orang
pengusaha, dengan metode
pengambilan sampel menggunakan metode sensus (Supranto, 1998) yaitu pengumpulan data dengan cara meneliti satu per satu seluruh elemen populasi. Metode analisis yang digunakan yaitu
analisis biaya dengan rumus
(Suparmoko,2013):
TC = TFC + TVC
Dimana:
TC = Biaya total (Total Cost)
TFC = Biaya tetap total (Total Fixed Cost) TVC= Biaya variabel total (Total Variabel Cost)
Analisi penerimaan (Soekartawi, 2003) dengan rumus sebagai berikut:
TR = Q x P
Dimana:
R/C Rasio = Rasio perbandingan antara penerimaan total dan biaya total
TR = Penerimaan total (Total revenue)
TC = Biaya Total (Total Cost)
I. HASIL DANPEMBAHASAN
Biaya produksi merupakan
pengeluaran selama proses produksi meliputi pengeluaran yang dilakukan untuk faktor produksi dan jasa yang digunakan selama proses produksi. Biaya produksi terbagi menjadi 2 yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang besarnya dapat berubah-ubah sesuai dengan faktor produksi yang digunakan.
Biaya tetap pada usaha
dhung-dhung terdiri dari biaya sewa lahan dan biaya penyusutan peralatan, adapun alat-alat yang digunakan yaitu meteran, linggis, pacul, serut manual, cangkul
dan gergaji mesin(Chainsaw).
Tabel 1. Biaya Tetap Total Pada Usaha Dhung-dhung Di Kecamatan Dungkek Dalam 1 Tahun
No Uraian Biaya (Rp)
1 Sewa Lahan 4.000.000
2 Penyusutan Alat 10.571.604
Biaya Tetap Total 14.571.604
Rata-rata 4.857.201
(Sumber : data diolah 2019)
Tabel 2. Biaya Variabel Total PadaUsahaDhung-dhung Di Kecamatan Dungkek Dalam 1Tahun
No Uraian Biaya (Rp)
1 Biaya Bahan Baku (Pohon Lontar) 389.850.000
536
3 Biaya Bensin Chainsaw 24.320.000
4 Biaya Oli Chainsaw 22.800.000
Biaya Variabel Total 664.970.000
Rata-rata 221.656.666
(Sumber : data diolah 2019)
Tabel 3. Biaya Total PadaUsahaDhung-dhung Di Kecamatan Dungkek Dalam 1 Tahun
No Jenis Biaya Biaya (Rp)
1 Biaya Tetap Total 14.571.604
2 Biaya Variabel Total 664.970.000
Biaya Total 679.541.604
Rata-rata 226.513.868
(Sumber : diolah 2019)
Tabel 4. Penerimaan Total Pada Usaha Dhung-dhung Di Kecamatan Dungkek Dalam 1 Tahun
No Uraian Produksi Harga (Rp) Penerimaan (Rp)
1 Pot (80 centimeter) 303 450.000 136.350.000 2 Lesung (2 meter) 331 700.000 231.700.000 3 Lesung (1 meter) 1.155 300.000 346.500.000 4 Guci (60 centimeter) 1.735 150.000 260.250.000 Total 3.524 974.800.000 Rata-rata 324.933.333
(Sumber : data diolah 2019)
Tabel 5. Pendapatan Total Pada Usaha Dhung-dhung Di Kecamatan Dungkek Dalam 1 Tahun
No Jenis Biaya Biaya (Rp)
1 Penerimaan Total 974.800.000
2 Biaya Total 679.541.604
Pendapatan Total 295.258.396
Rata-rata 98.419.465
(Sumber : data diolah 2019)
Tabel 6. Efisiensi (R/C Rasio) Pada Usaha Dhung-dhung Di Kecamatan Dungkek Dalam 1Tahun
No Uraian Biaya (Rp)
1 Total Penerimaan 974.800.000
2 Biaya Total 679.541.604
Efsiensi (R/C Rasio) 1.43
537
Hasil perhitungan dari penelitian diatas pada tabel 1 menunjukkan bahwa biaya
tetap pada usaha dhung-dhung yang
terdiri dari 3 responden dengan menjmlahkan biaya sewa lahan dan biaya penyusutan yang menghasilkan biaya sebesar Rp.14.571.604 dengan rata-rata per responden Rp.4.857.201 per tahun. Tabel 2 biaya variabel yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja, dan biaya bahan bakar pada
mesin chainsaw (bensin dan oli) yang
menghasilkan biaya sebesar
Rp.664.970.000 dengan rata-rata per responden Rp.221.656.666 per tahun. Tabel 3 biaya total yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel yang menghasilkan Rp.679.541.604 dengan rata-rata per responden Rp.226.513.868 per tahun. Tabel 4 analisis penerimaan yang terdiri dari jumlah produksi dan
harga jual dari dhung-dhung yang
menghasilkan Rp.974.800.000 dengan rata-rata per responden Rp.324.933.333 per tahun. Tabel 5 pendapatan pada
usaha dhung-dhung yang terdiri dari
penerimaan dikurangi dengan biaya
total yang menghasilkan
Rp.295.258.396 dengan rata-rata per responden Rp.98.419.465 per tahun. Tabel 6 efisiensi terdiri dari penerimaan dibagi dengan biaya total yang menghasilkan 1,43 yang berarti efisien dan layak untuk dikembangkan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan Pembahasan
penelitian usaha dhung-dhung di
Kecamatan dungkek dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Usaha dhung-dhung di Kecamatan
Dungkek memperoleh pendapatan sebesar Rp.295.258.396 per tahun dengan rata-rata per responden sebesar Rp.98.419.465 pertahun.
Nilai efisiensi (R/C Rasio) pada usaha
dhung-dhung di Kecamatan dungkek
adalah 1.43, sehingga usaha dhung-
dhung di Kecamatan Dungkek dapat
dikatakan menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M. 2015. Etnobotani
Tumbuhan Lontar (Borassus
Flabellifer) Di Des Bonto
Kassi Kecamatan
Galesong Selatan
Kabupaten Takalar.
[SKRIPSI]. Fakultas Sains Dan
Teknologi UIN Alauddin. Makassar. http://repository.uin.- alauddin.ac.id/2015/etnobotani- tumbuhan-lontar-borassus- flabellifer-di-desa-bonto-kassi- kecamatan-galesong-selatan-kabupaten-takalar/ [23 Februari2019]
Badan Pusat Statistik. 2018. Sumenep
Dalam Angka 2018. Kabupaten
Sumenep
Badan Pusat Statistik. 2018.
Kecamatan Dungkek Dalam
Angka 2018. Kabupaten
Sumenep
Boediono. 2016. Ekonomi Mikro. Edisi
ke
2. Yogyakarta:Universitas Gadjah
Mada
Buana. D. 2015. Analisis Efisiensi
Biaya Produksi Dengan
Menggunakan Informasi
538
Pengambilan Keputusan
Perolehan Bahan Baku (Studi
Kasus Pada PT Ciomas
Adisatwa). [SKRIPSI]. Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Lampung.
Lampung.
http://fe-akuntansi-unila.ac.id [26 Maret 2019]
Dailami, Azmi, Mirwa, Triyanto. 2018.
Analisis Nilai Estetis Kerajinan Miniatur Kapal Pada Pengrajin Kriya Asmidar Di Medan Perjuangan. Jurnal Seni Rupa. p- ISSN: 2301-5942 | e-ISSN: 2580-
2380 Volume 7 Nomor 2. Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan. Sumatera
Utara. http://jurnal.unimed.ac.id/2018/ analisis-nilai-estetis-kerajinan- miniatur-kapal-pada-pengrajin- kriya-asmidar-di-medan-perjuangan/[24 Februari 2019]
Efendi, F. 2018. Tumbuhan Lontar
Sebagai Ide Dasar Penciptaan Motif Batik Untuk Kemeja Pria
Khas Lamongan. [SKRIPSI].
Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
http://eprints.uny.ac.id [27
Maret 2019]
Fahriyah dan Meta. 2012. Analisis
Efisiensi Biaya Dan
Keuntungan Pada Usahatani Jagung (Zea Mays) Di Desa
Kramat, Kecamatan
Bangkalan, Kabupaten
Bangkalan, Madura. Jurnal
Sosial Ekonomi Pertanian
Universitas Brawijaya. ISSN: 1412-1425 VolumeXIINomor 3. Malang.
http://agrise.ub.ac.id[26 Maret 2019]
Fanty, Joachim, Audrey. 2018. Analisis
Keuntungan Mebel Kayu
Kelapa Di Blpt Kaaten Kota Tomohon Provinsi Sulawesi
Utara. Jurnal Agri-Sosial
Ekonomi. ISSN Volume
14 Nomor 3. Sulawesi Utara.http://ejournal.unsrat.ac.i d/2018/09/analisis-keuntungan- mebel-kayu-kelapa-di-blpt- kaaten-kota-tomohon-sulawesi-utara/[26 Februari 201
Julita, M. 2016. Analisis Nilai Tambah
Dan Pendapatan Usaha Pada AV. Mandiri Perabot Di Desa
Langung Kecamatan
Meureubo Kabupaten Aceh
Barat. [SKRIPSI]. Fakultas
Pertanian Universitas Teuku Umar. Meulaboh Aceh Barat. http://repository.utu.ac.id/2016/ analisis-nilai-tambah-dan- pendapatan-usaha-pada-av- mandiri-perabot-di-desa- langung-kecamatan-meureubo-kabupaten-aceh-barat/(20 Desember 2018] Mahmud, Z. 2013.
Lontar (Borrasus Flabellifer)
Sebagai Sumber
Bioetanol Potensial. Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Badan Penelitian
Dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
http://perkebunan.litbang.depta n.go.id[27 Maret 2019]
Nasri, Rahma, Edi. 2017.
Ekologi, Pemanfaatan, Dan Sosial Budaya Lontar (Borassus
539
Flabellifer Linn) Sebagai Flora Identitas Sulawesi Selatan. Jurnal Info Teknis EBONI.
Volume 14 Nomor 1. Universitas Hasanuddin. Sulawesi Selatan. http://balithutmakassar.org/201 7/11/ekologi-pemanfaatan-dan- sosial-budaya-lontar-borassus- flabellifer-L-sebagai-flora-identitas-Sulawesi-Selatan/ [20 Desember 2018] Permatasari, D. 2014. Analisis Pendapatan Usahatani
Gula Tumbu (Kasus
Kecamatan
Dawe Kabupaten Kudus).
[SKRIPSI].
Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang. http://eprints.undip.ac.id/2014/ analisis-pendapatan-usahatani- gula-tumbu-kecamatan-dawe-kabupaten-kudus/ [26 Februari2019]
Rahmat. B. 2011. Studi Tentang
Kerajinan Kuningan Di
CENTRAL OF BONZES Milik H.Istono. [SKRIPSI]. Fakultas
Sastra Universitas Negeri
Malang. Malang.
http://jurnalonline.um.ac.id [25 Maret 2019]
Riswanti, Rudianda, Tuti. 2016.
Analisis Pendapatan Usaha Kerajinan Rotan Di Kabupaten Indragiri Hulu (Studi Kasus di Desa Buluh Rampai Kecamatan
Seberida KabupatenIndragiri
Hulu Provinsi Riau ). Jurnal Fakultas Pertanian. Volume 3 Nomor 2. Universitas Riau.
Provinsi Riau.
http://jom.unri.ac.id[25 Maret
2019]
Setyo Yuwono, S. 2015. Pohon
Siwalan (Borassus Flabellifer Linn). Universitas Brawijaya. http://darsatop.lecture.ub.ac.id/ 2015/09/pohon-siwalanborassus-flabellifer-L/ [21 Desember 2018] Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani.
Jakarta. Universitas
Indonesia(UI-Press)
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi
Produksi. Jakarta. Raja
Garfindo Persada
Suhardi, M. 2016. Analisis Break Even
Point (Bep) Usaha Ikan Asin Di Desa Tanjung Aru
Kecamatan Tanjung Harapan
Kabupaten Paser. Jurnal
Administrasi Bisnis. ISSN
2355-5408 Volume 4 Nomor 1. Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman. Kabupaten Paser. http://e-journal.adbisnis.fisip- unmul.ac.id/2016/analisis- break-event-point-usaha-ikan- asin-di-desa-tanjung-aru- kecamatan-tanjung-harapan-kabupaten-paser/[24 Februari 2019]
Suparmoko. 2013. Pengantar Ekonomi
Mikro. Edisi ke 3. Yogyakarta. BPFE
Suryaningsih, Rudianda, Tuti. 2018.
Analisis Biaya Produksi
Furniture Kayu Jati Pada Industri Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Di Perabot Berdikari Jaya Jepara Asli,
540 Pertanian Universitas Riau.VolumeNomor 1. Pekanbaru.http://jom.unri.ac.id/ 2018/04/analisis-biaya- produksi-furniture-kayu-jati- pada-industi-usaha-kecil-dan- menengah-di-perabot- berdikari-jaya-jepara--asli-pekanbaru/[27 Februari 2019]
Syarif, Rustam, Dafina. 2013. Analisis
Nilai Tambah Abon
Sapi Pada Industri Rumah
Tangga Mutiara Hj. Mbok Sri
Di Kota Palu. Jurnal
Agroteknologi Dan Bisnis.
ISSN : 2338-3011. Universitas Tadulako.Palu. http://media.neliti.com/2013/an alisis-nilai-tambah-abon-sapi- pada-industri-rumah-tangga- mutiara-hj-mbok-sri-di-kota-palu/[20 Desember 2018]
Tambunan. 2010. Potensi Dan
Kebijakan Pengembangan
Lontar Untuk
Menambah Pendapatan
Penduduk. Jurnal Analisis
Kebijakan Kehutanan Volume
7 Nomor 1. Bogor.
http://doi.org/10.20886/jakk.20 10.7.1.27-45[27 Maret 2019]
Uswatun, Mayshuri,
Djuwari. 2015. Analisis Nilai
Tambah Agroindusri Sale
Pisang Di Kabupaten Kebumen.
Jurnal Ilmu Pertanian Volume
18 Nomor 3. Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada. http://journal.ugm.ac.id/2015/a nalisis-nilai-tambah- agroindustri-sale-pisang-di-kabupaten-kebumen/[20 Desember 2018] Wulandari, D. 2017. Analisis
Pendapatan Dan Nilai Tambah Berbagai Tipe Agroindustri Pengolahan Tape Dan Suwar-Suwir Di Kabupaten Jember.
[SKRIPSI]. Fakultas Pertanian Universitas Jember. http://repository.unej.ac.id/201 7/02/analisis-pendapatan-dan- nilai-tambah-berbagai-tipe- agroindustri-pengolahan-tape- dan-suwar-suwir-di-kabupaten-jember/[20 Desember 2018] Wulandari, W. 2015. Peranan Pdrb
Sub- Sektor Perkebunan
Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Di Kabupaten
Bolaang Mongondow. Jurnal
Fakultas Pertanian Jurusan
Sosial Ekonomi Universitas
Sam Ratulangi.Manado. http:/ejournal.unsrat.ac.id/2015 /peranan-pdrb-sub-sektor-perkebun- an-terhadap pertumbu-han-ekonomi-di-kabupaten-bolaang- mongo-ndow/ [20 Desember 2018]