• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan Dan Efisiensi Usaha Dhung-Dhung (Pohon Lontar) Di Kecamatan Dungkek Kabupaten Sumenep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Pendapatan Dan Efisiensi Usaha Dhung-Dhung (Pohon Lontar) Di Kecamatan Dungkek Kabupaten Sumenep"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

533

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA DHUNG-DHUNG (POHON LONTAR) DI KECAMATAN DUNGKEK KABUPATEN SUMENEP

Siti Romlah1)

1) Mahasiswa Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Unija,

email: Romlahs903@gmail.com

ABSTRAK

Lontar (siwalan) adalah salah satu tanaman perkebunan yang memiliki banyak manfaat, salah satunya yaitu batang dari pohon tersebut yang dapat dijadikan usaha

kerajinan yaitu usaha dhung-dhung yang terdapat di Kecamatan Dungkek.

Dhung-dhung adalah batang lontar yang dipotong dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi

(lesung 1 dan 2 meter, pot 80 centimeter, guci 60 centimeter). Tujuan dari usaha

dhung-dhung yaitu untuk mendapatkan keuntungan dari usaha yang dijalankan dan nilai efisiensi >1 dengan cara merinci semua biaya-biaya yang dikeluarkan. Untuk mendapatkan data peneliti menggunakan teknik wawancara dan observasi secara

langsung dengan responden terkait. Sedangkan untuk menganalisis

keuntungan/pendapatan dan nilai efisiensi peneliti menggunakan analisis biaya (Suparmoko, 2013), analisis penerimaan (Soekartawi, 2003), analisis pendapatan dan efisiensi (R/C rasio) menurut Soekrtawi (1995) dengan hasil analisis bahwa pendapatan

yang diperoleh oleh responden dhung-dhung adalah sebesar Rp.295.258.396 per tahun,

dan nilai efisiensi sebesar 1,43, sehingga usaha dhung-dhung di Kecamatan Dungkek

dapat dikatakan menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.

Kata Kunci: Pendapatan, Efisiensi, Lontar (Siwalan) PENDAHULUAN

Lontar (siwalan) adalah salah satu tanaman perkebunan yang berasal dari pinang-pinangan (palma) yang banyak tumbuh di daerah beriklim kering (Efendi, 2018). Tanaman lontar sering disebut sebagai 800 pohon kegunaan karena banyaknya manfaat yang dimiliki (Tambunan, 2010). Hampir semuan bagian dari tanaman

lontar dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat, mulai dari batang, daun, buah dan bunganya (mayang sari). Akan tetapi bagian yang sering dimanfaatkan dari tanaman tersebut yaitu bunganya yang dapat disadap baik

untuk diminum langsung (nira),

difermentasi menjadi tuak maupun diolah menjadi gula, seperti gula merah (gula siwalan). Batang dari tanaman lontar juga dapat dijadikan sebagai

bahan bangunan ataupun produk

kerajinan. Adapun daun dari tanaman lontar dapat dijadikan sebagai bahan anyaman untuk membuat produk kerajinan seperti tikar. Sedangkan buahnya dapat dijadikan sebagai bahan tambahan makanan dan minuman, produk olahan seperti manisan, selai dan lain-lain (Nasri dkk, 2017).

Kabupaten Sumenep

merupakan salah satu kabupaten yang berada di Pulau Madura yang memiliki

(2)

534

luas lahan tanaman perkebunan rakyat yang cukup siginifikan dengan total luas lahan 5.535,70 hektar (Badan Pusat Statistik Sumenep, 2018).

Adapun berbagai macam

tanaman perkebunan yang ada di Kabupaten Sumenep meliputi kelapa, jambu mete, lontar (siwalan), kapok randu, asam jawa, serat nanas, pinang, lada, mlinjo, kopi, kakao, cengkeh, kenanga dan kemiri. Tanaman lontar

merupakan salah satu tanaman

perkebunan yang ada di Kabupaten Sumenep yang dapat menyumbangkan dan menopang perekonomian yang ada

terkait banyaknya manfaat yang

dimiliki tanaman tersebut. Tanaman lontar di Kabupaten Sumenep disebut juga dengan siwalan (taal).

Hampir semua bagian dari

pohon lontar dimanfaatkan oleh

masyarakat Kecamatan Dungkek, baik batang, daun, buah dan bunganya. Namun, secara umum bunga dari

tanaman lontar lebih banyak

dimanfaatkan, yaitu disadap yang kemudian diolah menjadi gula seperti gula merah. Kegiatan penyadapan

tersebut sudah menjadi mata

pencaharian pokok masyarakat

setempat. Selain itu, batang tanaman lontar juga memiliki manfaat, yaitu bisa dijadikan bahan bangunan rumah. Akan tetapi ada salah satu usaha yang memanfaatkan batang lontar seperti

usaha dhung-dhung. Usaha

dhung-dhungterdapat di Desa Jadung, Romben Guna, Dan Romben Rana Kecamatan

Dungkek. Dhung-dhung adalah batang

lontar yang dipotong dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi, yaitu seperti lesung dengan ukuran 1 dan 2 meter, pot hiasan besar dengan ukuran 80 centimeter, dan ada yang berbentuk seperti guci berukuran 60 centimeter,

dengan diameter menyesuaikan dari

bentuk batang lontar itu sendiri.

Dhung-dhung yang diproduksi di Kecamatan Dungkek masih dalam tahapan proses produksi kerajinan setengan jadi yang kemudian dikirim ke luar kota seperti

ke Bali dan Yogyakarta untuk

diproduksi lebih lanjut menjadi

kerajinan yangutuh.

Proses pembuatan dhung-dhung

di Kecamatan Dungkek dilakukan secara terus-menerus, maka akan ada pendapatan yang akan diperoleh dari

setiap produksi yang dihasilkan.

Namun, dengan manajemennya yang

masih sederhana produsen

dhung-dhung selama ini tidak pernah mencatat biaya-biaya yang dikeluarkan termasuk Pendapatan yang diperoleh. Pendapatan adalah seluruh penerimaan total setelah dikurangi biaya- biaya. Selain itu, tingkat efisiensi dari usaha Dhung-dhung belum diketahui secara pasti. Efisiensi bertujuan untuk mengetahui suatu usaha layak dikembangkan atau tidak. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Pendapatan dan Efisiensi

Usaha Dhung- dhung (Pohon Lontar) di

Kecamatan Dungkek, Kabupaten

Sumenep. Berdasarkan latar belakang

diatas maka ditetapkan rumusan

masalah yaitu berapakah pendapatan

yang diporoleh usaha dhung-dhung di

Kecamatan Gapura Kabupaten

Sumenep, dan apakah usaha

dhung-dhung di Kecamatan Dungkek efisien. Adapun tujuannya untuk mengetahui pendapatan dan nilai efisiensi usaha

dhung-dhung di Kecamatan Dungkek

Kabupaten Sumenep.

METODEPENELITIAN

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan observasi secara

(3)

535

langsung dengan responden terkait biaya-biaya yang dikeluarkan oleh

responden dhung-dhung. Lokasi

penelitian dilakukan di Kecamatan Dungkek yaitu pada 3 desa, Jadung, Romben Guna dan Romben Rana,

responden terdiri dari 3 orang

pengusaha, dengan metode

pengambilan sampel menggunakan metode sensus (Supranto, 1998) yaitu pengumpulan data dengan cara meneliti satu per satu seluruh elemen populasi. Metode analisis yang digunakan yaitu

analisis biaya dengan rumus

(Suparmoko,2013):

TC = TFC + TVC

Dimana:

TC = Biaya total (Total Cost)

TFC = Biaya tetap total (Total Fixed Cost) TVC= Biaya variabel total (Total Variabel Cost)

Analisi penerimaan (Soekartawi, 2003) dengan rumus sebagai berikut:

TR = Q x P

Dimana:

R/C Rasio = Rasio perbandingan antara penerimaan total dan biaya total

TR = Penerimaan total (Total revenue)

TC = Biaya Total (Total Cost)

I. HASIL DANPEMBAHASAN

Biaya produksi merupakan

pengeluaran selama proses produksi meliputi pengeluaran yang dilakukan untuk faktor produksi dan jasa yang digunakan selama proses produksi. Biaya produksi terbagi menjadi 2 yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang besarnya dapat berubah-ubah sesuai dengan faktor produksi yang digunakan.

Biaya tetap pada usaha

dhung-dhung terdiri dari biaya sewa lahan dan biaya penyusutan peralatan, adapun alat-alat yang digunakan yaitu meteran, linggis, pacul, serut manual, cangkul

dan gergaji mesin(Chainsaw).

Tabel 1. Biaya Tetap Total Pada Usaha Dhung-dhung Di Kecamatan Dungkek Dalam 1 Tahun

No Uraian Biaya (Rp)

1 Sewa Lahan 4.000.000

2 Penyusutan Alat 10.571.604

Biaya Tetap Total 14.571.604

Rata-rata 4.857.201

(Sumber : data diolah 2019)

Tabel 2. Biaya Variabel Total PadaUsahaDhung-dhung Di Kecamatan Dungkek Dalam 1Tahun

No Uraian Biaya (Rp)

1 Biaya Bahan Baku (Pohon Lontar) 389.850.000

(4)

536

3 Biaya Bensin Chainsaw 24.320.000

4 Biaya Oli Chainsaw 22.800.000

Biaya Variabel Total 664.970.000

Rata-rata 221.656.666

(Sumber : data diolah 2019)

Tabel 3. Biaya Total PadaUsahaDhung-dhung Di Kecamatan Dungkek Dalam 1 Tahun

No Jenis Biaya Biaya (Rp)

1 Biaya Tetap Total 14.571.604

2 Biaya Variabel Total 664.970.000

Biaya Total 679.541.604

Rata-rata 226.513.868

(Sumber : diolah 2019)

Tabel 4. Penerimaan Total Pada Usaha Dhung-dhung Di Kecamatan Dungkek Dalam 1 Tahun

No Uraian Produksi Harga (Rp) Penerimaan (Rp)

1 Pot (80 centimeter) 303 450.000 136.350.000 2 Lesung (2 meter) 331 700.000 231.700.000 3 Lesung (1 meter) 1.155 300.000 346.500.000 4 Guci (60 centimeter) 1.735 150.000 260.250.000 Total 3.524 974.800.000 Rata-rata 324.933.333

(Sumber : data diolah 2019)

Tabel 5. Pendapatan Total Pada Usaha Dhung-dhung Di Kecamatan Dungkek Dalam 1 Tahun

No Jenis Biaya Biaya (Rp)

1 Penerimaan Total 974.800.000

2 Biaya Total 679.541.604

Pendapatan Total 295.258.396

Rata-rata 98.419.465

(Sumber : data diolah 2019)

Tabel 6. Efisiensi (R/C Rasio) Pada Usaha Dhung-dhung Di Kecamatan Dungkek Dalam 1Tahun

No Uraian Biaya (Rp)

1 Total Penerimaan 974.800.000

2 Biaya Total 679.541.604

Efsiensi (R/C Rasio) 1.43

(5)

537

Hasil perhitungan dari penelitian diatas pada tabel 1 menunjukkan bahwa biaya

tetap pada usaha dhung-dhung yang

terdiri dari 3 responden dengan menjmlahkan biaya sewa lahan dan biaya penyusutan yang menghasilkan biaya sebesar Rp.14.571.604 dengan rata-rata per responden Rp.4.857.201 per tahun. Tabel 2 biaya variabel yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja, dan biaya bahan bakar pada

mesin chainsaw (bensin dan oli) yang

menghasilkan biaya sebesar

Rp.664.970.000 dengan rata-rata per responden Rp.221.656.666 per tahun. Tabel 3 biaya total yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel yang menghasilkan Rp.679.541.604 dengan rata-rata per responden Rp.226.513.868 per tahun. Tabel 4 analisis penerimaan yang terdiri dari jumlah produksi dan

harga jual dari dhung-dhung yang

menghasilkan Rp.974.800.000 dengan rata-rata per responden Rp.324.933.333 per tahun. Tabel 5 pendapatan pada

usaha dhung-dhung yang terdiri dari

penerimaan dikurangi dengan biaya

total yang menghasilkan

Rp.295.258.396 dengan rata-rata per responden Rp.98.419.465 per tahun. Tabel 6 efisiensi terdiri dari penerimaan dibagi dengan biaya total yang menghasilkan 1,43 yang berarti efisien dan layak untuk dikembangkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan Pembahasan

penelitian usaha dhung-dhung di

Kecamatan dungkek dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Usaha dhung-dhung di Kecamatan

Dungkek memperoleh pendapatan sebesar Rp.295.258.396 per tahun dengan rata-rata per responden sebesar Rp.98.419.465 pertahun.

Nilai efisiensi (R/C Rasio) pada usaha

dhung-dhung di Kecamatan dungkek

adalah 1.43, sehingga usaha dhung-

dhung di Kecamatan Dungkek dapat

dikatakan menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, M. 2015. Etnobotani

Tumbuhan Lontar (Borassus

Flabellifer) Di Des Bonto

Kassi Kecamatan

Galesong Selatan

Kabupaten Takalar.

[SKRIPSI]. Fakultas Sains Dan

Teknologi UIN Alauddin. Makassar. http://repository.uin.- alauddin.ac.id/2015/etnobotani- tumbuhan-lontar-borassus- flabellifer-di-desa-bonto-kassi- kecamatan-galesong-selatan-kabupaten-takalar/ [23 Februari2019]

Badan Pusat Statistik. 2018. Sumenep

Dalam Angka 2018. Kabupaten

Sumenep

Badan Pusat Statistik. 2018.

Kecamatan Dungkek Dalam

Angka 2018. Kabupaten

Sumenep

Boediono. 2016. Ekonomi Mikro. Edisi

ke

2. Yogyakarta:Universitas Gadjah

Mada

Buana. D. 2015. Analisis Efisiensi

Biaya Produksi Dengan

Menggunakan Informasi

(6)

538

Pengambilan Keputusan

Perolehan Bahan Baku (Studi

Kasus Pada PT Ciomas

Adisatwa). [SKRIPSI]. Fakultas

Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Lampung.

Lampung.

http://fe-akuntansi-unila.ac.id [26 Maret 2019]

Dailami, Azmi, Mirwa, Triyanto. 2018.

Analisis Nilai Estetis Kerajinan Miniatur Kapal Pada Pengrajin Kriya Asmidar Di Medan Perjuangan. Jurnal Seni Rupa. p- ISSN: 2301-5942 | e-ISSN: 2580-

2380 Volume 7 Nomor 2. Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan. Sumatera

Utara. http://jurnal.unimed.ac.id/2018/ analisis-nilai-estetis-kerajinan- miniatur-kapal-pada-pengrajin- kriya-asmidar-di-medan-perjuangan/[24 Februari 2019]

Efendi, F. 2018. Tumbuhan Lontar

Sebagai Ide Dasar Penciptaan Motif Batik Untuk Kemeja Pria

Khas Lamongan. [SKRIPSI].

Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

http://eprints.uny.ac.id [27

Maret 2019]

Fahriyah dan Meta. 2012. Analisis

Efisiensi Biaya Dan

Keuntungan Pada Usahatani Jagung (Zea Mays) Di Desa

Kramat, Kecamatan

Bangkalan, Kabupaten

Bangkalan, Madura. Jurnal

Sosial Ekonomi Pertanian

Universitas Brawijaya. ISSN: 1412-1425 VolumeXIINomor 3. Malang.

http://agrise.ub.ac.id[26 Maret 2019]

Fanty, Joachim, Audrey. 2018. Analisis

Keuntungan Mebel Kayu

Kelapa Di Blpt Kaaten Kota Tomohon Provinsi Sulawesi

Utara. Jurnal Agri-Sosial

Ekonomi. ISSN Volume

14 Nomor 3. Sulawesi Utara.http://ejournal.unsrat.ac.i d/2018/09/analisis-keuntungan- mebel-kayu-kelapa-di-blpt- kaaten-kota-tomohon-sulawesi-utara/[26 Februari 201

Julita, M. 2016. Analisis Nilai Tambah

Dan Pendapatan Usaha Pada AV. Mandiri Perabot Di Desa

Langung Kecamatan

Meureubo Kabupaten Aceh

Barat. [SKRIPSI]. Fakultas

Pertanian Universitas Teuku Umar. Meulaboh Aceh Barat. http://repository.utu.ac.id/2016/ analisis-nilai-tambah-dan- pendapatan-usaha-pada-av- mandiri-perabot-di-desa- langung-kecamatan-meureubo-kabupaten-aceh-barat/(20 Desember 2018] Mahmud, Z. 2013.

Lontar (Borrasus Flabellifer)

Sebagai Sumber

Bioetanol Potensial. Pusat

Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Badan Penelitian

Dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

http://perkebunan.litbang.depta n.go.id[27 Maret 2019]

Nasri, Rahma, Edi. 2017.

Ekologi, Pemanfaatan, Dan Sosial Budaya Lontar (Borassus

(7)

539

Flabellifer Linn) Sebagai Flora Identitas Sulawesi Selatan. Jurnal Info Teknis EBONI.

Volume 14 Nomor 1. Universitas Hasanuddin. Sulawesi Selatan. http://balithutmakassar.org/201 7/11/ekologi-pemanfaatan-dan- sosial-budaya-lontar-borassus- flabellifer-L-sebagai-flora-identitas-Sulawesi-Selatan/ [20 Desember 2018] Permatasari, D. 2014. Analisis Pendapatan Usahatani

Gula Tumbu (Kasus

Kecamatan

Dawe Kabupaten Kudus).

[SKRIPSI].

Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang. http://eprints.undip.ac.id/2014/ analisis-pendapatan-usahatani- gula-tumbu-kecamatan-dawe-kabupaten-kudus/ [26 Februari2019]

Rahmat. B. 2011. Studi Tentang

Kerajinan Kuningan Di

CENTRAL OF BONZES Milik H.Istono. [SKRIPSI]. Fakultas

Sastra Universitas Negeri

Malang. Malang.

http://jurnalonline.um.ac.id [25 Maret 2019]

Riswanti, Rudianda, Tuti. 2016.

Analisis Pendapatan Usaha Kerajinan Rotan Di Kabupaten Indragiri Hulu (Studi Kasus di Desa Buluh Rampai Kecamatan

Seberida KabupatenIndragiri

Hulu Provinsi Riau ). Jurnal Fakultas Pertanian. Volume 3 Nomor 2. Universitas Riau.

Provinsi Riau.

http://jom.unri.ac.id[25 Maret

2019]

Setyo Yuwono, S. 2015. Pohon

Siwalan (Borassus Flabellifer Linn). Universitas Brawijaya. http://darsatop.lecture.ub.ac.id/ 2015/09/pohon-siwalanborassus-flabellifer-L/ [21 Desember 2018] Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani.

Jakarta. Universitas

Indonesia(UI-Press)

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi

Produksi. Jakarta. Raja

Garfindo Persada

Suhardi, M. 2016. Analisis Break Even

Point (Bep) Usaha Ikan Asin Di Desa Tanjung Aru

Kecamatan Tanjung Harapan

Kabupaten Paser. Jurnal

Administrasi Bisnis. ISSN

2355-5408 Volume 4 Nomor 1. Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Mulawarman. Kabupaten Paser. http://e-journal.adbisnis.fisip- unmul.ac.id/2016/analisis- break-event-point-usaha-ikan- asin-di-desa-tanjung-aru- kecamatan-tanjung-harapan-kabupaten-paser/[24 Februari 2019]

Suparmoko. 2013. Pengantar Ekonomi

Mikro. Edisi ke 3. Yogyakarta. BPFE

Suryaningsih, Rudianda, Tuti. 2018.

Analisis Biaya Produksi

Furniture Kayu Jati Pada Industri Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Di Perabot Berdikari Jaya Jepara Asli,

(8)

540 Pertanian Universitas Riau.VolumeNomor 1. Pekanbaru.http://jom.unri.ac.id/ 2018/04/analisis-biaya- produksi-furniture-kayu-jati- pada-industi-usaha-kecil-dan- menengah-di-perabot- berdikari-jaya-jepara--asli-pekanbaru/[27 Februari 2019]

Syarif, Rustam, Dafina. 2013. Analisis

Nilai Tambah Abon

Sapi Pada Industri Rumah

Tangga Mutiara Hj. Mbok Sri

Di Kota Palu. Jurnal

Agroteknologi Dan Bisnis.

ISSN : 2338-3011. Universitas Tadulako.Palu. http://media.neliti.com/2013/an alisis-nilai-tambah-abon-sapi- pada-industri-rumah-tangga- mutiara-hj-mbok-sri-di-kota-palu/[20 Desember 2018]

Tambunan. 2010. Potensi Dan

Kebijakan Pengembangan

Lontar Untuk

Menambah Pendapatan

Penduduk. Jurnal Analisis

Kebijakan Kehutanan Volume

7 Nomor 1. Bogor.

http://doi.org/10.20886/jakk.20 10.7.1.27-45[27 Maret 2019]

Uswatun, Mayshuri,

Djuwari. 2015. Analisis Nilai

Tambah Agroindusri Sale

Pisang Di Kabupaten Kebumen.

Jurnal Ilmu Pertanian Volume

18 Nomor 3. Fakultas

Pertanian Universitas Gadjah Mada. http://journal.ugm.ac.id/2015/a nalisis-nilai-tambah- agroindustri-sale-pisang-di-kabupaten-kebumen/[20 Desember 2018] Wulandari, D. 2017. Analisis

Pendapatan Dan Nilai Tambah Berbagai Tipe Agroindustri Pengolahan Tape Dan Suwar-Suwir Di Kabupaten Jember.

[SKRIPSI]. Fakultas Pertanian Universitas Jember. http://repository.unej.ac.id/201 7/02/analisis-pendapatan-dan- nilai-tambah-berbagai-tipe- agroindustri-pengolahan-tape- dan-suwar-suwir-di-kabupaten-jember/[20 Desember 2018] Wulandari, W. 2015. Peranan Pdrb

Sub- Sektor Perkebunan

Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Di Kabupaten

Bolaang Mongondow. Jurnal

Fakultas Pertanian Jurusan

Sosial Ekonomi Universitas

Sam Ratulangi.Manado. http:/ejournal.unsrat.ac.id/2015 /peranan-pdrb-sub-sektor-perkebun- an-terhadap pertumbu-han-ekonomi-di-kabupaten-bolaang- mongo-ndow/ [20 Desember 2018]

Gambar

Tabel 3.   Biaya  Total  PadaUsahaDhung-dhung  Di Kecamatan Dungkek Dalam  1 Tahun

Referensi

Dokumen terkait

Apabila ternak unggas yang baru sembuh dari penyakit New Castle dan Bronchitis yang masih memeruskan produksi telur, maka banyak menghasilkan telur dengan

Dapat dilihat pada Tabel 6, bahwa dua nilai eigen untuk model GSTAR(1 1 ) dengan matriks bobot seragam tidak

23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gliserol terhadap karakteristik edible film dan konsentrasi yang terbaik yang ditambahkan dalam pembuatan

Oleh karena itu, penundaan memiliki anak yang banyak terjadi pada wanita bekerja dan telah menikah di Jepang saat ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya taraf pendidikan yang

Epidermis, Epidermis merupakan jaringan penyusun tubuh tumbuhan yang paling luar, umumnya terdiri atas selapis sel dan berfungsi untuk melindungi bagian dalam

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus untuk mengetahui tindakan korektif manajemen krisis Bandung Timur Plaza (BTP)

b) Sekolah Dasar, yang selanjutnya disingkat SD, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan