• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bei)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bei)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP MANAJEMEN LABA DAN PENGARUHNYA

TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di BEI)

Muchamad Danu Setiyanto, Rahardja 1

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851

ABSTRACT

Agency conflicts that occur and the managers who misused skills can create earnings management that will ultimately lead to poor quality of corporate earnings. It can be seen from the many cases of corporate accounting reporting scandals that occurred in Indonesia. The objective of this study is to test the effect of corporate governance mechanisms on earnings management and its influence on corporate performance.

The population in this study is all the companies in the Manufacturing sector registered a positive return on the Indonesia Stock Exchange, with the financial statements from 2008 to 2010. This study is a quantitative study using multiple regression analysis and simple regression, because this study is a replication of a composite type of research. Multiple regression analysis is used to test the effect of corporate governance mechanisms (skills of managers, the proportion of independent board, audit committees, and institutional ownership) of earnings management, while the simple regression is used to test the effect of earnings management on corporate performance. This study used DEA program, which is a program used to analyze the skills of managers through efficiency approach.

The results showed that the skills of managers, the proportion of independent board and audit committee have a negative impact on earnings management, while the ownership of the results showed no significant constitutional, in other words had no effect on earnings management. Related to the performance of the company, based on the analysis conducted it could be concluded that the effect of earnings management on the performance of the company, such as a significant negative effect increasing earnings management, the lower the performance of the company.

Keywords: skills of managers, corporate governance, earnings management and corporate performance.

PENDAHULUAN

Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan dengan principal. Sebagai pengelola, manajer mempunyai tanggungjawab memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi yang berupa laporan keuangan tersebut berisikan mengenai kinerja keuangan perusahaan selama periode waktu tertentu dan informasi-informasi lain yang berguna untuk pihak eksternal perusahaan.

1

(2)

2

Informasi yang disampaikan oleh manajer terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya karena manajer cenderung untuk melaporkan sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya. Pemisahan kepemilikan antara principal dan agent (manajer) ini juga mengakibatkan principal membebankan tanggungjawab kepada agent untuk melaporkan kinerja perusahaan dalam bentuk laporan keuangan perusahaan, dimana laporan keuangan merupakan produk akhir dari proses akuntansi, adalah salah satu informasi yang bermanfaat untuk mengkomunikasikan antar berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (Septoaji, 2002).

Biasanya metode yang umum dilakukan oleh manajemen untuk melakukan manipulasi atas laporan keuangan tersebut adalah manajemen laba. Manajemen laba merupakan usaha pihak manajemen yang disengaja untuk memanipulasi laporan keuangan dalam batasan-batasan yang diperoleh oleh prinsip-prinsip akuntansi dengan tujuan untuk memberikan informasi yang menyesatkan para pengguna laporan keuangan untuk kepentingan pihak manajer (Inten Meutia, 2004). Secara prinsip praktek manajemen laba ini tidak menyalahi prinsip-prinsip akuntansi yang bertema umum, namun adanya praktek ini telah mengakibatkan terkikisnya kepercayaan publik terhadap informasi keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Di samping itu, akibat lebih lanjut lainnya adalah mengakibatkan dipertanyakannya kredibilitas akuntan publik sebagai salah satu pihak yang diharapkan dapat membatasi praktek manajemen laba serta membantu menjaga dan meningkatkan kualitas laporan keuangan.

Salah satu mekanisme yang dapat mengatasi konflik kepentingan yaitu adanya komite audit. Good governance merupakan bentuk pengelolaan perusahaan yang baik, dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik, kepentingan pemilik atau pemegang saham akan dapat disejajarkan dengan kepentingan manajer. Good corporate governance

sebagai bentuk pengelolaan perusahaan yang baik, didalamnya tercakup suatu bentuk perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham sebagai pemilik dan kreditur sebagai penyandang dana ekstern. Mekanisme corporate governance yang baik akan memberikan perlindungan kepada para pemegang saham dan direktur untuk memperoleh kembali atas investasi dengan wajar, tepat dan seefisien mungkin, serta memastikan bahwa manajemen bertindak sebaik yang dapat dilakukan untuk kepentingan perusahaan. Walaupun banyak yang menyadari pentingnya prinsip corporate governance, banyak pihak yang melaporkan masih rendahnya perusahaan-perusahaan di Indonesia yang menerapkan prinsip tersebut.

Sistem corporate governance dapat memberikan perlindungan terhadap pemegang saham dan kreditor akan investasi yang telah mereka lakukan. Corporate governance juga dapat menciptakan suatu kondisi lingkungan yang kondusif yang dapat menunjang terciptanya pertumbuhan yang efisien. Corporate governance dapat diartikan sebagai suatu susunan aturan yang menentukan hubungan yang tercipta antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya (Forum for Corporate Governance in Indonesia, 2003).

Penelitian ini merupakan penelitian yang mereplikasi dari penelitian Indra Isnugrahadi dan Indra Wijaya Kusuma (2009) tentang bagaimana pengaruh kecakapan manajer terhadap manajemen laba. Namun terdapat perbedaan dengan penelitian sebelumnya, peneliti menambahkan mekanisme corporate governance lainnya yang berupa independensi dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan institusional dalam hubungannya dengan manajemen laba. Peneliti juga menganalisis bagaimana pengaruh manajemen laba terhadap kinerja perusahaan. Pada penelitian ini objek pengamatan menggunakan periode tahun yang lebih up to date dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, yaitu dalam kurun waktu tiga tahun selama tahun 2008-2010.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah kecakapan manajer berpengaruh terhadap manajemen laba, apakah porsi dewan komisaris independen

(3)

3

berpengaruh terhadap manajemen laba, apakah komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba, apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba dan sebagai konsekuensi, apakah manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Agency Theory (Teori Keagenan)

Penelitian tentang manajemen laba dilandasi oleh agency theory. Teori agensi mengasumsikan bahwa principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja

agent. Agent memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, perusahaan secara keseluruhan dan prospek dimasa yang akan datang dibandingkan dengan

principal. Hal inilah yang menyebabkan ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh

principal dan agent. Ketidakseimbangan inilah yang disebut sebagai asimetri informasi. Adanya asumsi bahwa tiap pihak bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui oleh principal. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong

agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Asimetri informasi ini mengakibatkan terjadinya moral hazard berupa usaha manajemen (management effort) untuk melakukan earnings management.

Corporate Governance

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dalam Lastanti (2004) definisi corporate governance adalah ³Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka.´ Tujuan corporate governance adalah menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).

Sedangkan menurut Komite Nasional GCG Indonesia, good corporate governance merupakan pola, hubungan, sistem serta proses yang digunakan perusahaan (direksi, komisaris) guna memberi nilai tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya. Pola, hubungan, sistem, serta proses itu sendiri berjalan berdasarkan 4 prinsip. Adapun mekanisme corporate governance yang mempengaruhi manajemen laba yang diteliti dalam penelitian ini meliputi kecakapan manajer, dewan komisaris independen, komite audit dan, kepemilikan institusional.

Kecakapan Manajer

Salah satu kunci kesuksesan sebuah perusahaan adalah adanya manajer yang berhasil mendesain proses bisnis yang efisien dan mampu membuat keputusan-keputusan yang memberi nilai tambah bagi perusahaan. Di samping itu, manajer juga mempunyai kewajiban untuk mengkomunikasikan kinerja perusahaan kepada pihak luar perusahaan (stakeholders) yang berkepentingan dengan perusahaan. Tingkat koefisienan relatif ini kemudian dinisbahkan sebagai hasil dari kecakapan manajer. Dalam penelitian yang dilakukan tersebut, Demerjian dkk. (2006) mencoba menguji pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba.

(4)

4

Dewan KomisarisIndependen

Dewan komisaris menggambarkan puncak dari sistem pengendalian pada perusahaan. Dewan komisaris memiliki peran ganda yaitu: peran untuk memonitor dan sebagai pengesahan (ratification). Fungsi monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh jumlah atau ukuran dewan komisaris. Agar pelaksanaan pengawasan efektif, maka dewan komisaris memasukkan anggota manajemen dari luar yang independen. Keberadaan komisaris independen diatur dalam Ketentuan Peraturan Pencatatan Efek Bursa Efek Indonesia (BEI) nomor I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa yang berlaku sejak tanggal 1 juli 2000. Perusahaan yang tercatat di BEI wajib memiliki komisaris yang independen yang jumlahnya proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 80% dari jumlah seluruh anggota komisaris.

Komite Audit

Komite audit memiliki tugas untuk memberikan suatu pandangan tentang masalah akuntansi, laporan keuangan dan penjelasannya, sistem pengawasan internal serta auditor independen. Komite audit yang memiliki tanggungjawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal dan mengamati sistem pengendalian internal (termasuk audit internal) dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan manajemen laba (earnings management) dengan cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal.

Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional menurut Beiner et al (2003) dalam Bangun dan Vincent (2008) adalah jumlah presentase hak suara yang dimiliki oleh institusi. Peningkatan kepemilikan institusional seperti bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lainnya merupakan monitoring agent yang efektif untuk mengurangi

agency conflict dalam perusahaan, karena dapat mengurangi kebutuhan akan konsentrasi kepemilikan manajerial dan pembiayaan hutang dalam mengontrol agency conflict.

Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan usaha pihak manajemen yang disengaja untuk memanipulasi laporan keuangan dalam batasan yang diperbolehkan oleh prinsip akuntansi dengan tujuan untuk memberikan informasi yang menyesatkan para pengguna laporan keuangan bagi keuntungan pihak manajemen. Healy dan Wahlan dalam Midiastuty dan Machfoed (2003) menjelaskan bahwa manajemen laba terjadi apabila manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan guna menyesatkan pemegang saham mengenai prestasi ekonomi perusahaan/ mempengaruhi akibat±akibat perjanjian yang mempunyai kaitan dengan angka±angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan.

Kinerja Keuangan

Kinerja sebuah perusahaan merupakan suatu tampilan keadaan perusahaan selama periode tertentu. Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode dengan referensi pada jumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya (Ceacilia Srimindarti dalam Fokus Ekonomi,2004:53). Untuk menilai kinerja perusahaan, maka dibutuhkan informasi karena informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan

(5)

5

ini berkaitan dengan pemilihan portofolio investasi yang paling menguntungkan dengan tingkat resiko tertentu.

Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini antara lain penelitian Theresia Dwi Hastuti (2005) mengenai hubungan antara good corporate governance dan struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan yang menunjukan hasil tidak terdapatnya hubungan signifikan antarastruktur kepemilikan dan manajemen laba terhadap kinerja perusahaan. Penelitian Siregar dkk (2005) yang menyimpulkan bahwa variabel kepemilikan institusional tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap besaran pengelolaan laba. Penelitian Indra Isnugrahadi dkk (2009) yang menyimpukan bahwa kecakapan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba dan variabel interaksi antara kecakapan manajerial dan kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensitas manajemen laba.

Perumusan Hipotesis

Seorang manajer dikatakan cakap apabila manajer tersebut memiliki keahlian yang memadai dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Keahlian itu didapatkan manajer karena mereka telah mendapatkan pendidikan dan pengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Manajer dalam menjalankan tugasnya juga dipandu oleh explicit professional codes of conduct atau implicit codes of ethics, sehingga setiap keputusan manajer semestinya merefleksikan pertimbangan profesional manajer tersebut. Sugiri (2005) mengatakan ada dua prasyarat yang harus ada agar manajemen selalu jujur dalam melaksanakan tugasnya. Pertama, kultur organisasi harus mendukung pengambilan keputusan yang etis. Kedua, manajemen harus memiliki pemotivator untuk selalu bertindak jujur.

Prasyarat lain yang akan menjamin manajemen selalu mendasarkan tindakannya demi kepentingan para pemegang saham adalah apabila manajer dan pemegang saham memiliki informasi dengan jumlah dan kualitas yang sama. Dalam dunia nyata, manajer sebagai pengelola perusahaan memiliki informasi yang lebih beragam dan berkualitas dibandingkan dengan informasi yang dimiliki para pemegang saham. Pada perilaku

opportunistic seperti ini, seorang manajer yang cakap yang paham pada kondisi bisnis perusahaannya akan mampu melihat peluang dari komponen akrual yang ada untuk memaksimalkan bonusnya. Hal ini mendorong penulis untuk mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H1: kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa non-executive director (Komisaris Independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengatasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance. Hal ini mendorong penulis untuk mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H2: Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Komite audit yang bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal (termasuk audit internal) dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan manajemen laba (earnings management) dengan cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal. Klein (2002) memberikan bukti secara empiris bahwa

(6)

6

perusahaan yang membentuk komite audit independen melaporkan laba dengan kandungan akrual diskresioner yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak membentuk komite audit independen.

H3: Komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Presentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Gideon, 2005). McConell dan Servaes (1990), Nesbitt (1994), Smith (1996), Del Guercio dan Hawkins (1999), dan Hartzell dan Starks (2003) menemukan adanya bukti yang menyatakan bahwa tindakan pengawasan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan pihak investor institusional dapat membatasi perilaku para manajer.

H4: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor-faktor fundamental perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan keuangan berdasarkan akuntansi akrual. Padahal kinerja fundamental perusahaan terebut digunakan oleh pemodal untuk menilai prospek perusahaan, yang tercermin pada kinerja saham. Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan keuangan tersebut akan mempengaruhi kinerja saham (Haris, 2004).

H5: Manajemen laba berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan.

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2010 dengan menggunakan

purposive sampling dalam menentukan sampelnya seperti: (1) Perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2010, (2) Menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2008-2010, (3) Memiliki laba positif.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumenter, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari catatan ± catatan / dokumen perusahaan sesuai data yang diperlukan. Informasi mengenai komite audit, kepemilikan institusional, independensi dewan komisaris dan ukuran dewan komisaris diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang ada di BEI (Bursa Efek Indonesia).

Metode Analisis Data

Untuk menganalisis data penelitian, digunakan metode uji asumsi klasik dan analisis regresi. Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Pengujian statistik yang dilakukan meliputi koefisien regresi parsial (Uji-t), pengujian model regresi ( Uji F), dan pengujian koefisien determinasi (R2 ). Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi kecakapan manajer, proporsi dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional, manajemen laba dan kinerja perusahaan.

Kecakapan Manajer

Kecakapan manajerial diukur dengan menggunakan Data Envelopment Analysis

(7)

7

biasanya digunakan untuk mengukur efisiensi relatif organisasi atau perusahaan. Kecakapan manajerial dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tingkat keefisienan relatif sebuah perusahaan dalam mengelola input-input (faktor-faktor sumber daya dan operasional) untuk meningkatkan output (penjualan). Tingkat keefisienan relatif ini kemudian dinisbahkan sebagai hasil dari kecakapan manajer.

Output:

Output yang digunakan hanya satu yaitu penjualan. Penjualan yang dipakai sebagai output karena penjualan merepresentasikan nilai nominal dari produk perusahaan yang merupakan output mendasar dari perusahaan.

Input:

Item-item yang dijadikan input dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu faktor sumber daya (total aset dan jumlah tenaga kerja) dan faktor operasional (Days COGS in Inventory dan Days Sales Outstanding).

a. Total Aset

Total aset dimasukkan sebagai input karena aset merupakan faktor sumber daya yang sangat penting dalam menghasilkan penjualan (output).

b. Jumlah tenaga kerja

Secara umum, untuk nilai penjualan yang tertentu (given), semakin kecil jumlah tenaga kerja untuk menghasilkan penjualan tersebut maka semakin efisien perusahaan tersebut.

c. Days COGS in Inventory (DCI)

Variabel ini mengukur besaran kecepatan perputaran sediaan perusahaan dalam satuan hari. Semakin kecil waktu (hari) yang diperlukan untuk perputaran sediaan maka semakin efisien perusahaan tersebut. Rumus untuk menghitung besaran DCI adalah sebagai berikut:

DCI = 365 / (COGS / Inventory) d. Days Sales Outsatanding (DSO)

DSO mengukur waktu yang diperlukan oleh perusahaan untuk mendapatkan kas setelah melakukan penjualan. Semakin cepat perusahaan mendapatkan kas semakin baik. Rumus untuk menghitung DSO adalah sebagai berikut:

DSO = Receivables / (Sales / 365) S

6

Ui.Vik i-1 Max T = u.v m

6

vjxjk

j-1 Keterangan:

T : nilai efisiensi perusahaan k

Ui : bobot output i yang dihasilkan perusahaan k

V ik : Jumlah output i dari perusahaan k dan dihitung dari i=1 hingga s Vj : bobot input j yang digunakan perusahaan k

Xjk : jumlah input j dari perusahaan k dan dihutung dari j=1 hingga m Rasio efisiensi (T) kemudian didapatkan dengan kendala:

S

6

Ui.Vik

(8)

8

m

6

vjxjk

j-1

dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa nilai efisiensi tidak akan melebihi 1 (100 %).

Proporsi Dewan Komisaris Independen

Proporsi dewan komisaris independensi diukur dengan membagi jumlah anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan (independen) dengan total seluruh anggota dewan komisaris perusahaan. Informasi mengenai jumlah dewan komisaris independen diperoleh dari laporan tahunan masing-masing perusahaan, Indonesian Capital Market Directory, dan juga dari pengumuman yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

Komite Audit

Untuk menentukan apakah perusahaan memiliki komite audit atau tidak, akan dicek di laporan tahunan masing-masing perusahaan dan pengumuman yang dikeluarkan oleh BEI. Komite audit dalam penelitian ini diukur dengan variabel dummy, bagi perusahaan yang memiliki komite audit maka akan mendapat nilai 1, sedangkan perusahaan yang tidak memiliki komite audit mendapat nilai 0.

Kepemilikan Institusional

Dalam penelitian ini kepemilikan Institusional diukur dengan menggunakan indikator presentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar.

Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan modified jones model (Dechow et al.,1995 dalam Nurainun, 2008).

TAC = Nit - CFOit ...(1)

Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS sebagai berikut: TAit/ Ait-1 = E1 (1 / Ait-1) + E2 ( 'Revt / Ait-1 ) + E3 ( PPEt / Ait-1 ) + e ... (2) Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus:

NDAit = E1 (1 / Ait-1) + E2 ( 'Revt / Ait-1 'Rect / Ait-1 ) + E3 ( PPEt / Ait-1 )...(3) Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut:

Dait = TAit/ Ait-1 NDAit ...(4) Keterangan:

Dait = Discretionary Accrual perusahaan i pada periode ke t NDAit = Non Discretionary Accrual perusahaan i pada periode ke t TAit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t

Nit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t

CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1

(9)

9

PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t

'Rect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t e = error

Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan. Kinerja keuangan diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan. Pengukuran kinerja keuangan dengan melihat dari laporan keuangan menggambarkan bagaimana kinerja keuangan dalam suatu perusahaan berjalan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan cash flow return on asset

(CFROA). CFROA dihitung dari laba sebelum bunga dan pajak ditambah depresiasi dibagi dengan total aktiva.

CFROA = EBIT + Dep Assets

Keterangan:

CFROA = Cash Flow Return On Asset

EBIT = Laba sebelum bunga dan pajak Dep = Depresiasi

Assets = Total aktiva

HASIL PENELITIAN

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 82 perusahaan, dengan sistem pooled cross sectional yaitu dengan menggabungkan data cross section selama 3 tahun berturut-turut (2008-2010), maka data diolah sebanyak 246. Berikut ini statistik deskriptif data penelitian yang terdiri dari variabel.

Descriptive Statistics 246 1,48 100,00 31,6189 30,20914 246 ,250 ,800 ,38454 ,102631 246 0 1 ,66 ,475 246 13,07 98,00 72,6288 18,25039 246 -40,41 16,36 ,2609 4,21939 246 ,0297 5,0319 ,284005 ,5087916 246 Kecakapan Manajer Proporsi DK Indepnden Komite Audit kepemilikan institusional Manajemen laba Kinerja Keuangan Valid N (list wise)

N Minimum Maximum Mean Std. Dev iat ion

Uji Regresi Berganda

Regresi dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda, karena dalam penelitian ini menguji pengaruh lebih dari satu variabel bebas (kecakapan manajer, porsi dewan komisaris independen, komite audit dan kepemilikan institusional) terhadap manajemen laba.

(10)

10

Hasil Uji Regresi Berganda Coeffici entsa 1,679 ,616 2,726 ,007 -,007 ,003 -,138 -2,197 ,029 -2,090 ,962 -,141 -2,171 ,031 -,957 ,212 -,298 -4,506 ,000 ,004 ,005 ,050 ,786 ,433 (Constant) Kecakapan Manajer Proporsi DK Indepnden Komite Audit kepemilikan institusional Model 1 B Std. Error Unstandardized Coef f icients Beta Standardized Coef f icients t Sig.

Dependent Variable: Manajemen laba a.

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012

Dari Tabel hasil pengolahan data dengan bantuan program SPSS 13, maka didapatkan model persamaan regresi akhir sebagai berikut :

DA= ER + E1CAKAP + E2 BOARDINDP + E3KOM.AUD + E4OUTSIDER + e

DA = 1,679 ± 0,007KAP ± 2,090BOARDINDP ± 0,957 KOM. AUD + 0,004 OUTSIDER + e

Uji Regresi Sederhana

Regresi dalam penelitian ini menggunakan regresi sederhana, karena dalam penelitian ini menguji pengaruh satu variabel bebas (manajemen laba) terhadap kinerja keuangan. Hasil pengolahan dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut :

Hasil Uji Regresi Sederhana Coeffi ci entsa ,148 ,005 30,575 ,000 -,003 ,001 -,188 -2,770 ,006 (Constant) Manajemen laba Model 1 B St d. Error Unstandardized Coef f icients Beta St andardized Coef f icients t Sig.

Dependent Variable: Kinerja Keuangan a.

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012

Dari Tabel hasil pengolahan data dengan bantuan program SPSS maka didapatkan model persamaan regresi akhir sebagai berikut :

CFROA = 0,148 ± 0,003 DA + e

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Model Variabel

Independen

Variabel Dependen

Koefisien

Regresi t Sig Keterangan

1 Kecakapan Manajer Manajemen Laba -0,007 -2,197 0,029 Signifikan 2 Independensi Dewan Komisaris Manajemen Laba -2,090 -2,171 0,031 Signifikan

(11)

11 Model Variabel Independen Variabel Dependen Koefisien

Regresi t Sig Keterangan

3 Komite Audit Manajemen

Laba -0,957 -4,506 0,000 Signifikan 4 Kepemilikan Institusional Manajemen Laba 0,004 0,786 0,433 Tidak Signifikan 5 Manajemen Laba Kinerja

Perusahaan -0,003 -2,770 0,006 Signifikan

Pengaruh Kecakapan Manajer Terhadap Manajemen Laba

Kecakapan manajer berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini dapat dijelaskan dari arah koefisiensi regresi yang negatif dimana semakin tinggi kecakapan manajer, maka manajemen laba semakin rendah. Kondisi ini terjadi karena seorang manager dikatakan cakap apabila manager tersebut memiliki keahlian yang memadai dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Keahlian tersebut didapatkan manager karena mereka biasanya mempunyai tingkat intelegensia dan tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Pengalaman juga merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan tingkat kecanggihan seorang manager. Semakin berpengalaman seorang manager biasanya berbanding lurus dengan pemahaman manager tersebut akan kondisi bisnis perusahaannya.

Sugiri (2005) mengatakan ada dua prasyarat yang harus ada agar manajemen selalu jujur dalam melaksanakan tugasnya. Pertama, kultur organisasi harus mendukung pengambilan keputusan yang etis. Kedua, manajemen harus memiliki pemotivator untuk selalu bertindak jujur. Manager dalam menjalankan tugasnya juga dipandu oleh explicit professional codes of conduct atau implicit codes of ethics, sehingga setiap keputusan manager semestinya merefleksikan pertimbangan profesional manager tersebut, bukan sebuah keputusan penuh rekayasa yang bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Setiap keputusan manager pada akhirnya akan mempunyai dampak pada perusahaan yang mereka pimpin yaitu pengambilan keputusan tingkat perusahaan merefleksikan tingkat kecakapan dari manager yang berbeda-beda.

Akrual adalah salah satu keputusan manager di bidang keuangan. Dengan tingkat estimasi akrual yang lebih tepat, praktek managemen laba seharusnya tidak perlu terjadi. Hal ini dapat dipahami karena laporan keuangan yang dibuat akan menghasilkan laba yang dapat mencerminkan kinerja ekonomi perusahaan yang sesungguhnya. Laba yang seperti ini akan menambah kredibilitas laporan keuangan karena bukan merupakan bentuk rekayasa dari manager.

Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen Terhadap Manajemen Laba

Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, hal ini karena komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengatasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Dari hasil ini menunjukan bahwa dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan perusahaan telah melaksanakan fungsi pengawasan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan good corporate governance. Sebagai inti dari corporate governance, dewan komisaris ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksanya akuntabilitas (Zehnder,2000).

Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk mengarahkan strategi dan melaksanakan fungsi monitoring perusahaan serta memastikan bahwa para manajer benar-benar meningkatkan kinerja perusahaan sebagai bagian dari pencapaian perusahaan. Daily

(12)

12

& Dalton (1994) menyatakan bahwa apabila ada resistensi dari CEO untuk menerapkan strategi yang agresif untuk mengatasi kinerja perusahaan yang terus menurun, maka adanya dewan dari luar akan mendorong pengambilan keputusan untuk melakukan perubahan. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan bahwa semakin tinggi representasi dewan dalam (inside board) maka keterlibatan direksi dalam pengambilan keputusan yang strategis akan semakin rendah (Judjge & Zeithaml, 1992) dalam Wardhani (2006).

Hasil ini mendukung penelitian Hamonangan dan Machfoeds (2006), yang menyatakan proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dikemukakan oleh Peter (2003) yang menyimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki proporsi anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau outsider director dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba. Sehingga, jika anggota dewan komisaris dari luar meningkatkan tindakan pengawasan, hal ini juga akan berhubungan dengan makin rendahnya penggunaan

discreationary accruals. Sedangkan menurut teori para outsider director ikut berperan dalam manajemen laba, karena dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer dan mengatasi kebijakan manajemen laba serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar terciptanya perusahaan yang good corporate governance.

Pengaruh Komite Audit Terhadap Manajemen Laba

Komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, kondisi ini terjadi karena keberadaan komite audit diharapkan dapat mengurangi kecurangan yang dilakukan oleh manajemen, termasuk di dalamnya adalah manajemen laba. Sinarwati (2010) dalam Rahmawati (2011) menjelaskan bahwa berdasarkan teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusian itu self interest, maka kehadiran pihak ketiga sebagai mediator hubungan keagenan diperlukan, dalam hal ini adalah komite audit. Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Komite audit mempunyai tanggung jawab utama untuk membantu dewan komisaris dalam menjalankan tanggung jawabnya terutama dengan masalah yang berhubungan dengan kebijakan akuntansi perusahaan, pengawasan internal, dan sistem pelaporan keuangan. Komite audit juga bertugas membantu dewan komisaris untuk memonitor proses pelaporan keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan.

Tugas komite audit meliputi menelaah kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan, menilai pengendalian internal, menelaah sistem pelaporan eksternal dan kepatuhan terhadap peraturan. Di dalam pelaksanaan tugasnya komite menyediakan komunikasi formal antara dewan, manajemen, auditor eksternal dan auditor internal. Adanya komunikasi formal antara komite audit, auditor internal, dan auditor eksternal akan menjamin proses audit internal dan eksternal dilakukan dengan baik. Proses audit internal dan eksternal yang baik akan meningkatkan akurasi laporan keuangan dan kemudian meningkatkan kepercayaan terhadap laporan keuangan. Komite audit juga bertugas sebagai pihak penengah apabila terjadi selisih pendapat antara menajemen dan auditor mengenai interpretasi dan penerapan Prinsip Akuntansi yang berlaku umum untuk mencapai keseimbangan akhir, sehingga laporan lebih akurat. Hasil ini mendukung penelitian Nasution dan Setiawan (2007) dan Carcello et al (2006), yang menyelidiki hubungan antara keahlian komite audit di bidang keuangan dan manajemen laba. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa keberadaan komite audit mampu mengoptimalkan fungsi pengawasan yang menjadi tanggung jawab penuh dari dewan komisaris.

(13)

13

Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba

Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Kondisi ini terjadi karena kepemilikan institusional banyak berperan di luar manajemen perusahaan, sehingga kebijakan manajemen seperti manajemen laba kurang dapat dipengaruhi oleh kepemilikan institusional. Kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan keputusan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba.

Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer. Menurut Shleifer dan Vishny dalam Barnae dan Rubin (2005) bahwa institusional shareholder, dengan kepemilikan saham yang besar, memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan perusahaan. Prosentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen. Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa institusional shareholder kurang dapat berpengaruh terhadap kebijakan manajer seperti manajemen laba. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba ini mendukung penelitian Nurainun Bangun dan Vincent (2008).

Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Kinerja Keuangan

Manajemen laba berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan. Kondisi ini terjadi karena manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor-faktor fundamental perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan keuangan berdasarkan akuntansi akrual. Manajemen laba merupakan usaha pihak manajemen yang disengaja untuk memanipulasi laporan keuangan dalam batasan yang diperbolehkan oleh prinsip akuntansi dengan tujuan untuk memberikan informasi yang menyesatkan para pengguna laporan keuangan bagi keuntungan pihak manajemen. Healy dan Wahlan dalam Midiastuty dan Machfoed (2003) menjelaskan bahwa manajemen laba terjadi apabila manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan guna menyesatkan pemegang saham mengenai prestasi ekonomi perusahaan/ mempengaruhi akibat±akibat perjanjian yang mempunyai kaitan dengan angka±angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan.

Hasil ini mendukung penelitian Midiastuty dan Machfoeds (2003). Hasil ini juga mendukung teori bahwa manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan, dimana alasan manajemen melakukan manajemen laba adalah skema kompensasi manajemen yang berhubungan dengan kinerja perusahaan yang disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan, serta fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat mengakibatkan intervensi pemilik untuk menangani manajemen dengan pengambilalihan secara langsung.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

x Kecakapan Manajer berpengaruh terhadap manajemen laba dengan arah koefisien regresi negatif, artinya semakin meningkat kecakapan manajer, maka manajemen laba semakin rendah, karena manager dalam menjalankan tugasnya juga dipandu

(14)

14

oleh explicit professional codes of conduct atau implicit codes of ethics. Dengan demikian hipotesis 1 ditolak.

x Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba dengan arah regresi negatif, artinya semakin meningkat proporsi dewan komisaris independen, maka manajemen laba semakin rendah. Dengan demikian hipotesis 2 diterima.

x Komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba dengan arah regresi negatif, artinya semakin meningkat komite audit, maka manajemen laba semakin rendah. Dengan demikian hipotesis 3 diterima.

x Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, Kondisi ini terjadi karena kepemilikan institusional banyak berperan di luar manajemen perusahaan, sehingga kebijakan manajemen seperti manajemen laba kurang mampu dipengaruhi oleh kepemilikan institusional. Dengan demikian hipotesis 4 ditolak.

x Manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan, dengan arah regresi negatif, artinya semakin meningkat manajemen laba, maka kinerja keuangan semakin rendah. Dengan demikian hipotesis 5 diterima.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh beberapa keterbatasan penelitian meliputi jumlah sampel yang kecil yaitu hanya tiga tahun menjadikan penelitian ini kurang maksimal untuk membuktikan pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba dan variabel bebas dalam penelitian ini hanya dapat menjelaskan 10,90 % manajemen laba.

Berpijak pada simpulan tersebut, sebaiknya pada masa mendatang, maka terdepat beberapa saran untuk penelitian serupa di masa mendatang, yaitu: menambahkan variabel bebas lain yang mempengaruhi manajemen laba seperti faktor fundamental perusahaan seperti rasio profitabilitas, rasio solvabilitas. Sehingga diharapkan mampu lebih menjelaskan manajemen laba. Penelitian selanjutnya juga dapat memperpanjang periode penelitian menjadi 5 tahun, sehingga lebih banyak memperoleh sampel dan dapat membuktikan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba.

REFERENSI

Beiner. S., W. Drobetz, F. Schmid dan H. Zimmermann (2003). Is Board Size An Independent Corporate Governance Mechanism.

Demerjian, P., B. Lev, dan S. McVay. 2006. Managerial ability and accruals quality. Working paper. Stem School of Business

'MXLWDQLQJVLK 7LND ³3HQJDUXK .HFDNDSDQ 0DQDMHULDO 7HUKDGDS .LQHUMD .HXDQJDQ

Perusahaan. Media Riset Akuntansi, Vol. 1 No 2Agustus 2011

Forum for Corporate Governance iQ ,QGRQHVLD )&*, ³3HUDQDQ 'HZDQ .RPLVDULV

dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola

3HUXVDKDDQ ´Indonesian Company Law. Available on-line at www.fcgi.or.id

Gideon, SNA VIII 2005 ³Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan dampak

0DQDMHPHQ /DED GHQJDQ PHQJJXQDNDQ $QDOLVLV -DOXU´ UPN

(15)

15

,QVXJUDKDGL , GDQ ,QGUD : . ³3HQJDUXK .HFDNDSDQ 0DQDJHULDO WHUKDGDS

Manajemen Laba dengan Kualitas Auditor sebagaL 9DULDEHO 3HPRGHUDVL´

Simposium Nasional Akuntansi 12 Palembang 2009.

Jensen, M. Dan W. Meckling, 1976, Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure, Journal of Finance Economics 3: 305-360

/DVWDQWL +H]DQD 6UL ³+ubungan Struktur Corporate Governance dengan Kinerja

3HUXVDKDDQ GDQ 5HDNVL 3DVDU´ .RQIHUHQVL 1DVLRQDO $NXQWDQVL 3HUDQ $NXQWDQ

dalam Membangun Good Corporate Governance.

Meutia,I. 2004. Pengaruh Independensi Auditor terhadap Manajemen Laba untuk KAP Big 5 dan Non Big 5. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 7, No. 3. September.

0LGLDVWXW\ GDQ 0DFKIRHG] ´Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance

dan Indikasi Manajemen Laba´ 61$ 9, 6XUDED\D

1DVXWLRQ 0DULKRW GDQ 'RGG\ 6HWLDZDQ ³Pengaruh Corporate Governance Terhadap

0DQDMHPHQ /DED GL ,QGXVWUL 3HUEDQNDQ ,QGRQHVLD´ 61$ ;

Nurainun Bangun dan Vincent.2008. Analisis Hubungan Komponen Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara (tidak Dipublikasi).

5DKPDZDWL GNN ³3HQJDUXK $VLPHWUL ,QIRUPDVL WHUKDGDS 3UDNWLN 0DQDMHPHQ /DED

pada Perusahaan Perbankan Publik yang terdaftar di Bursa Efek JakaUWD´

Simposium Nasional Akuntansi IX.

Septoaji, A, (2002),: Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing pada Perusahaan Go Publik di BEJ, Thesis Program Pasca Sarjana Magister Akuntansi Universitas Diponegoro (tidak Dipublikasi).

Siregar, dkk. 2006.Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 9, No. 3. September.

7KHUHVLD ´ +XEXQJDQ DQWDUD *RRG &RUSRUDWH *RYernance dan Struktur Kepemilikan

Referensi

Dokumen terkait

1. Didapatkan hasil perhitungan dari perencanaan sistem hidrolik adalah dengan daya motor sebesar 0,56 kW, kapasitas pompa sebesar 18,85 lpm atau 13,76 cc/rev, dan tekanan

Peraturan Perpajakan Nasional yang mengatur P3B (Pasal 32 A UU PPh) tentang “Pemerintah berwenang untuk melakukan perjanjian dengan negara lain dalam rangka

Bila penge-luaran (point 6) lebih besar dibandingkan penghasilan (point 7), usaha apa yang dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah itu.. Kepemilikan aset keluarga,

Menurut FAO/WHO Codex Alimentarius, bahan tambahan makanan (BTM) didefinisikan sebagai semua bahan yang biasanya tidak dikonsumsi sebagai bahan makanan

Pengaruh Shared Value , Komunikasi , Opportunistic Behavior Control Terhadap Kepercayaan Pengguna Internet Banking.. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh shared value

Setelah melakukan pertemuan 1 dan 2 dapat diperoleh data tentang penggunaan model Talking Stick dalam pembelajaran IPS di kelas V yang ditinjau dari penerapannya, aktivitas

Dalam pembahasan masalah ini yang akan dibahas adalah mengenai cara pembuatan dari mulai menentukan struktur navigasi, membuat peta navigasi, membuat disain antarmuka,

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui konsep diri pada remaja putus sekolah yang tinggal di Panti Sosial Bina Remaja Rumbai (PSBR) Provinsi Riau, mengetahui