• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Osteoarthritis Knee Sinistra di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Osteoarthritis Knee Sinistra di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSUD Dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Diploma III Pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesahatan

Oleh : DIAN WIDHIARI

J100140013

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)
(3)
(4)
(5)

1

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSUD DR. SOEHADI PRIJINEGORO SRAGEN

ABSTRAK

Latar Belakang : Osteoartritis adalah jenis arthritis yang disebabkan oleh kerusakan dan hilangnya tulang rawan dari satu atau lebih sendi. Tulang rawan adalah substansi protein yang berfungsi sebagai bantal antara tulang-tulang pada persendian. Penyakit ini dapat mengakibatkan adanya problematik fisioterapi yaitu nyeri, penurunan kekuatan otot, keterbatasan lingkup gerak sendi dan penurunan aktivitas fungsional. Fisioterapi pada kasus ini menggunakan modalitas Infra Red, TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation), dan Quadriceps bench.

Tujuan : Untuk mengetahui manfaat penatalaksanaan terapi dengan modalitas Infra Red, TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation), dan Quadriceps bench pada kondisi Osteoarthritis knee sinistra terdadap : penurunan nyeri, peningkatan kekuatan otot, peningkatan LGS dan peningkatan kemampuan aktivitas fungsional.

Hasil : Setelah dilakukan terapi selama 6 kali dengan modalitas Infra Red, TENS, dan Quadriceps bench maka hasil yang didapat adalah penurunan nyeri diam T0=1 menjadi T6=1, nyeri tekan T0=4,8 menjadi T6=3, nyeri gerak=5,9 menjadi T6=4. Peningkatan LGS sendi knee aktif dari T0=S=00-0-1000 menjadi T6= S=00 -0-1100, passif dari knee dari T0 S=00-0-1200 menjadi S=00-0-1300 . Peningkatan kekuatan otot penggerak knee, flexor dari T0=3 menjadi T6=4, extensor dari T0=3 menjadi T6=4. Peningkatan pada kemampuan aktivitas.

Kesimpulan: Infra Red, TENS, dan Quadriceps Bench dapat mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan LGS, dan meningkatkan kemampuan fungsional pada pasien osteoarthritis.

Kata kunci : Osteoarthritis knee sinistra, Infra Red, TENS, dan Quadriceps Bench

ABSTRACT

Background : Osteoarthritis is a type of arthritis caused by damage and loss of cartilage of one or more joints. Cartilage is a protein substance that serves as a pillow between the bones in the joints. the disease can result in the problematic of physiotherapy including pain, decrease muscle strength, limitatied range of motionand limited in functional activity.Physiotherapy modalities used in this case is Infra Red, TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation), and Quadriceps bench.

Purpose: To know benefits managements with modality Infra Red, TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation), and Quadriceps bench in an Osteoarthritis knee sinistra against: experienced pain, increase muscle strength, increase range of motion and increase the capacity and capability such functional. Result: After therapy as much as 6 times with modality Infra Red, TENS, and Quadriceps Bench the result obtained is mointless pain T0=1 to T6=1; pressure pain T0=4,8 to T6= 3; motion pain T0=5,9 to T6= 4. Increase active range of

(6)

2

motion knee joint T0 S=00-0-1000 to T6 S=00-0-1100. Passive range of motion knee joint T0 S=00-0-1200 to T6 S=00-0-1300 . Increase muscle strength of knee flexor T0= 3 to T6=3, extensor T0=3 to T6=3. Increase functional activities. Conclusion : Infra Red, TENS, and Quadriceps Bench can reduce pain, increase range of motion, increase muscle strength and increase functional activities.

Keyword : Osteoarthritis knee sinistra, Infra Red, TENS, dan Quadriceps Bench 1. PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai orang yang mengalami keterbatasan gerak yang sangat beragam, keterbatasan gerak mempunyai pengaruh terhadap aktivitas gerak dan fungsi dasar tubuh dalam melakukan berbagai kegiatan sehari-hari. Keterbatasan gerak tersebut disebabkan oleh trauma, kesalahan posisi, proses degeneratif dan sebagainya. Salah satu proses degeneratif yang sering dijumpai adalah nyeri lutut nyeri. Lutut yang sering dihadapi adalah Osteoarthritis atau sering disebut dengan OA. Berat badan yang berlebihan sering dikaitkan sebagai faktor yang memperparah OA, karena terjadi tumpuan yang berlebihan pada sendi lutut. Setiap manusia menginginkan tubuhnya selalu sehat, tetapi proses degeneratif tidak mampu untuk dihindari. Menjadi tua itu pasti, tetapi menjadi tua dengan berkualitas adalah suatu pilihan.

Osteoarthritis adalah suatu kondisi sendi ditandai dengan kerusakan dan hilangnya kartilago artikular yang berakibat pada pembentukan osteofit, rasa sakit, pergerakan yang terbatas, deformitas. Inflamasi persendian terjadi disebabkan oleh penipisan dan kerusakan tulang rawan (Rediyantoro, 2013). Osteoarthritis menurut American Academy of Orthopaedic Surgeons (2013) menyatakan kejadian osteoarthritis pada lutut di Amerika Serikat diperkirakan 240 orang dari 100.000 per tahun. Dari data statistik menunjukkan bahwa di bawah usia 45 tahun hanya kurang dari 2% yang menderita osteoarthritis, angka ini meningkat menjadi 30% pada usia 45-64 tahun, dan pada usia diatas 65 tahun antara 63% sampai 83% akan menderita osteoarthritis (Irwanashari, 2008). Keluhan keluhan yang ditimbulkan antara lain nyeri pada lutut, adanya spasme otot, penurunan kekuatan otot, keterbatasan lingkup gerak sendi dan

(7)

3

juga kesulitan dalam melakukan aktivitas fungsional kegiatan sehari-hari. Dalam hal ini fisioterapi mempunyai wewenang untuk menyelesaikan problem yang ditimbulkan oleh Osteoarthritis. Modalitas fisioterapi yang digunakan dalam mengatasi kasus OA knee berupa Infra Red, TENS, dan Quadriceps bench.

2. METODE PENELITIAN

Penatalaksanaan fisioterapi pada Tn. T dengan kasus Osteoarthritis Knee Sinistra dilakukan sebanyak 6 kali terapi, yaitu pada tanggal 9, 12, 16, 19, 21 dan 24 Januari 2017. Teknologi intervensi yang digunakan antara lain sebagai berikut:

2.1 Infra Red

Sinar Infra red memancarkan radiasi elektromagnetik dalam rentang frekuensi yang menimbulkan panas saat diserap oleh materi. Radiasi sinar infra merah memiliki panjang gelombang 770 sampai 106nm, terpancar di antara cahaya tampak dan gelombang mikro pada spektrum elektromagnetik, dipancarkan oleh banyak sumber yang memancarkan cahaya atau sinar ultraviolet seperti matahari. Radiasi infra red paling banyak diserap oleh jaringan dengan koefisien penyerapan sinar yang tinggi. Koefisien penyerapan infra red dipengaruhi oleh warna, dengan jaringan yang lebih gelap dan kulit menyerap lebih banyak radiasi daripada jaringan dan kulit yang lebih ringan. Karena itu, dengan posisi radiasi dan lampu yang sama, kulit gelap akan menyerap lebih banyak sinar sehingga akan meningkatkan suhu lebih banyak daripada kulit yang ringan (Cameron, 2013).

2.2TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation)

Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) merupakan penggunaan energi listrik pada jaringan tubuh untuk mengurangi nyeri melalui permukaan kulit (Parjoto, 2006). Pada kasus ini penulis menggunakan TENS tipe konvensional. TENS konvensional, juga dikenal sebagai TENS tingkat tinggi, menggunakan pulsa frekuensi

(8)

4

berdurasi lebih pendek dengan amplitudo arus yang cukup untuk menghasilkan sensasi yang nyaman tanpa kontraksi otot untuk memodulasi rasa sakit.

2.3 Quadriceps Bench

Latihan Quadricep Bench adalah suatu alat yang digunakan untuk melatih gerakan flexi ekstensi pada lutut pada cedera lutut seperti OA (osteoarthritis), alat ini digunakan untuk penguatan otot Quadriceps femoris dan hamstring. Latihan dengan Quadricep Bench dilakukan gerakan pada lutut ekstensi akan terjadi kontraksi kosentrik (otot quadricep femoris) dan pada saat gerakan flexi lutut akan terjadi kontraksi eksentrik (otot hamstring) dan latihan itu dilakukan secara berulang-ulang (Suriani & Lesmana, 2013). Pada kasus ini menggunakan 1 RM, kemudian RM dihitung dengan menggunakan diagram Holten dengan rumus = a kg x 100% / B%, dimana A adalah berat beban awal perkiraan terapis kepada pasien dan B adalah banyaknya pengulangan yang dapat dilakukan pasien.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1Hasil

Pada studi kasus ini pasien atas nama Tn. T, berusia 63 tahun dengan diagnosa Osteoarthritis Knee Sinistra ditemukan permasalahan fisioterapi berupa 1) adanya nyeri pada lutut kiri, 2) penurunan kekuatan otot pada lutut kiri, 3) keterbatasan lingkup gerak sendi pada lutut kiri, dan 4) penurunan kemampuan fungsional. Setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali pada tanggal 9, 12, 16, 19, 21 dan 24 Januari 2017 dengan modalitas fisioterapi berupa Infra Red, TENS, dan Quadriceps Bench didapatkan hasil sebagai berikut :

(9)

5

Tabel Hasil Item

Item Hasil T1 T2 T3 T4 T5 T6 Nyeri Nyeri diam Nyeri tekan Nyeri gerak 1 4,8 5,9 1 4,5 5,6 1 4,5 5,6 1 4 5 0 3 4,7 0 3 4 Kekuatan Otot Flexor Extensor 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 LGS Aktif Pasif S= 00 -0-1000 S= 00 -0-1200 S= 00 -0-1000 S= 00 -0-1200 S= 00 -0-1000 S= 00 -0-1200 S= 00 -0-1100 S= 00 -0-1300 S= 00 -0-1100 S= 00 -0-1300 S= 00 -0-1100 S= 00 -0-1300 Skala Jette Jongkok berdiri Nyeri Kesulitan Ketergantungan 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 Naik tangga 3 trap Nyeri Kesulitan Ketergantungan 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 Jalan 15 meter Nyeri Kesulitan Ketergantungan 3 3 1 3 3 1 3 3 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 3.2Pembahasan 3.2.1 Nyeri

Setelah tindakan terapi menggunakan Infra Red dan TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) sebanyak 6 kali. Terjadi perubahan pada T1 sampai T6. Hal ini dipengaruhi oleh efek dari Infra Red dan TENS. Adapun peningkatan ambang nyeri ini dikarenakan adanya efek sedatif dari Infra Red yaitu dimana stimulasi panas sampai pada jaringan subcutan yang mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga aliran pembuluh darah meningkat dan subtansi P ikut dalam aliran pembuluh darah tersebut, serta meningkatnya metabolisme mengakibatkan peningkatan suplay nutrisi O2 ke jaringan tersebut

(10)

6

sehingga nyeri berkurang (James dkk., 2008). Efek dari TENS yaitu menstimulasi serabut saraf tipe α β yang dapat mengurangi nyeri (Corwin, 2009). Mekanisme kerjanya diperkirakan melalui ‘penutupan gerbang’ transmisi nyeri dari serabut saraf kecil dengan menstimulasi serabut saraf besar, kemudian serabut saraf besar akan menutup jalur pesan nyeri ke otak dan meningkatkan aliran darah ke area yang nyeri dan TENS juga menstimulasi produksi anti nyeri alamiah tubuh yaitu endorfin. Pelepasan hormon endorphin pada tubuh saat proses inflamasi akan menimbulkan efek relaksasi sehingga nyeri dapat berkurang (James dkk., 2008).

3.2.2 Kekuatan Otot

Setelah dilakukan terapi sebanyak enam kali terapi terlihat adanya peningkatan kekuatan otot. Pada T1 sampai T4 tetap bernilai 3, hal ini disebabkan karena peningkatan kekuatan otot tidak secara drastis, hanya berkisar 1-5%. Kemudian terjadi peningkatan dari T4 ke T5 menjadi 4. Hal ini disebabkan karena otot sudah mulai beradaptasi terhadap latihan yang diberikan. Latihan dengan quadricep bench dilakukan gerakan pada lutut ekstensi akan terjadi kontraksi kosentrik (otot quadricep femoris) dan pada saat gerakan flexi lutut akan terjadi kontraksi eksentrik (otot hamstring) dan latihan itu dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan dosis maka disinilah akan terjadi proses penurunan nyeri, dan peningkatan kekuatan otot.

3.2.3 Lingkup Gerak Sendi

Setelah dilakukan terapi enam kali terlihat adanya peningkatan LGS. Penurunan LGS disebabkan oleh adanya nyeri sehingga pasien menghindari gerakan yang dapat memprovokasi timbulnya nyeri tersebut. Dengan berkurangnya nyeri, maka hambatan dari lingkup gerak sendi akan berkurang, sehingga terjadi peningkatan lingkup gerak sendi.

(11)

7 3.2.4 Kemampuan Fungsional

Dari 3 item penilaian Skala Jette diantaranya : jongkok ke berdiri, naik tangga 3 trap, dan berjalan 15 meter. Dari jumlah komponen tersebut mengalami peningkatan dari T1 sampai T6. semakin rendah jumlah nilai indek fungsional tersebut maka disabiliti pasien juga semakin rendah. Dengan modalitas Infra Red, TENS, dan Quadriceps Bench terjadi peningkatan pada kemampuan fungsional pasien. Kemampuan fungsional akan meningkat seiring berkurangnya nyeri, meningkatnya kekuatan otot dan meningkatnya lingkup gerak sendi. Untuk hasil yang lebih optimal maka harus dilakukan terapi secara rutin.

4 PENUTUP

Pasien dengan nama Tn.T berusia 63 tahun dengan diagnosa Osteoarthritis Knee Sinistra setelah dilakukan selama 6 kali terapi dengan pemberian modalitas Infra Red, TENS, dan Quadricep Bench. Setelah dilakukan terapi sebanyak enam kali tindakan terapi diperoleh hasil: 1) Adanya penurunan nyeri pada knee sinistra menggunakan VAS 2) Adanya peningkatan kekuatan otot flexor dan extensor 3) Adanya peningkatan lingkup gerak sendi pada knee sinistra dan 4) Peningkatan terhadap aktivitas fungsional.

Bagi penderita disarankan untuk melakukan terapi secara rutin, dan melakukan latihan-latihan yang bisa dilakukan dirumah yang telah diajarkan oleh fisioterapis.

Bagi fisioterapis hendaknya melakukan tugas sesuai dengan prosedur, yaitu dalam melakukan anamnesis atau pemeriksaan harus dilakukan secara teliti. Selain itu hendaknya seorang fisioterapis harus mengupdate ilmu pengetahuan dan pemahaman terhadap hal-hal yang tekait dengan studi kasus sehingga dapat menemukan terobosan baru dimasa yang akan datang.

Bagi keluarga pasien hendaknya memberikan motivasi dan semangat pada pasien agar mau melakukan terapi atau latihan dirumah.

(12)

8

Bagi masyarakat diharapkan tanggap terhadap keluhan-keluhan yang dirasa janggal dan segera memeriksakan ke dokter.

DAFTAR PUSTAKA

American Academy Of Orthopedic Surgeons. 2013. Treatment Of Osteoarthritis Of The Knee Evidence-Based Guideline 2nd Edition.

Arissa, MI. Pola Distribusi Kasus Osteoartritis Di RSU Dokter Soedarso Pontianak Periode 1 Januari 2008-31 Desember 2009.Pontianak: Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak; 2012.

Cameron, M. H. 2013. Physical Agents in Rehabilitation from Research to Practice: Fourth edition. Missouri: Saunders, imprint in Elsevier Inc. Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. EGC: Jakarta. Inawati. 2010, Juli. Osteoarthritis. Jurnal Fisioterapi Vol 1 nomor 2. Irwanashari. 2008. Hand Book Of Physiotherapy. Jakarta: Prima Grafika

James, J., Baker, C., & Swain, H.2008. Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan. EMS: Jakarta.

Parjoto, S. 2006. Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri. Semarang, Ikatan Fisioterapi Indonesia Cabang Semarang.

Rediyantoro. 2013. Modul Pelatihan Osteoarthritis Sendi Lutut Untuk Tenaga Fisioterapi di Puskesmas. Yogyakarta: Handicap International.

Shen, J. M., Feng, L., & Feng, C. 2014. Role of mtDNA Haplogroups in the Prevalence of Osteoarthritis in Different Geographic Populations: A Meta-Analysis. 9: e108896.

Suriani, S.& Lesmana, I. 2013. Latihan Theraband Lebih Baik Menurunkan Nyeri Daripada Latihan Quadriceps Bench Pada Osteoarthritis Genue. Jurnal Fisioterapi Vol 13 nomor 1. Hal 49-54.

Gambar

Tabel Hasil Item

Referensi

Dokumen terkait

Bagi lembaga pendidikan, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran secara kongkret mengenai variabel-variabel atribut jasa yang secara signifikan

konsentrasi  larutan  butanol  sebagai  senyawa  pengompleks  dari  10  %  menjadi  20  %  pada  suhu  pemanasan  suspensi  pati  80"C,  dapat 

Jika program studi Pendidikan Bahasa Inggris dianggap baik dalam pengelolaannya, maka cara kerja pimpinan program studi Pendidikan Bahasa Inggris dapat diterapkan

Berdasarkan hasil analisis QSPM didapat bahwa strategi terbaik yang dapat dilakukan perusahaan yaitu : menambah jaringan pemasaran luar dan dalam negeri dan meningkatkan

[r]

Dengan melakukan analisis laporan keuangan perusahaan, maka pimpinan perusahaan dapat mengetahui keadaan serta perkembangan finansial perusahaan serta hasil-hasil

sebagai informasi secara empiris tentang pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi terhadp kepuasan kerja guru, sehingga dapat dijadikan landasan kerja

Kesediaan contoh untuk tetap mengonsumsi dan mencari informasi terkini mengenai produk ramah lingkungan menunjukkan bahwa remaja masih berada dalam proses belajar menuju