• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Knowledge Management System untuk Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perancangan Knowledge Management System untuk Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu. Abstrak"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

e-Indonesia Initiative 2011 (eII2011)

Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 14-15 Juni 2011, Bandung

Perancangan Knowledge Management System untuk Pelayanan Perizinan Terpadu

Satu Pintu

Sambas Subagdja

Pelaksana pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Cimahi

akang.sambas@gmail.com

Abstrak

Sejak diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu maka saat ini hampir semua Pemerintah Daerah telah merealisasikan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP), baik di tingkat Provinsi maupun di tingkat Kota/Kabupaten. Dengan dibentuknya PPTSP tersebut secara otomatis semua perizinan yang kewenangan penerbitannya telah dilimpahkan kepada pemerintah daerah dikelola dan diterbitkan oleh PPTSP dengan kolabarasi bersama Dinas/Tim Teknis dan Tim Pembinanya. Sebagai konsekuensi dari terkumpulnya semua urusan perizinan maka SDM yang ada di PPTSP pun semakin beragam, dari berbagai bidang, disiplin ilmu dan keahlian. Dalam interaksinya, baik secara internal dengan dengan sesama pegawai PPTSP maupun secara eksternal dengan Tim Teknis dan Tim Pembina, termasuk dengan pemohon izin, seringkali dihadapkan pada permasalahan dan pencarian solusinya. Hal ini mengakibatkan PPTSP dituntut untuk menjadi organisasi baru yang menerapkan organisasi pembelajar. Sebagai organisai baru yang sumber daya manusianya memiliki banyak pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu dan digunakan untuk mengelola berbagai macam izin maka perlu suatu upaya untuk menghimpun pengetahuan tersebut dan menjadikannya sebagai aset organinasi. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi berbagai macam permasalahan dalam interaksi kerja, pemecahan masalah , termasuk hilangnya pengetahuan, baik tacit maupun explicit knowledge dari para pegawai PPTSP karena adanya rotasi dan mutasi dalam rangka pengembangan karir pegawai. Untuk mencapai tujuan tersebut PPTSP perlu menerapkan suatu Knowledge Management System (KMS). Karena PPTSP merupakan organisasi baru yang memiliki proses bisnis yang berbeda dari organisasi pada umumnya maka perlu dirancang suatu model Knowledge Management System (KMS) yang dapat diimplementasikan dan dikembangkan untuk Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) di seluruh Indonesia.

1. Pendahuluan

Saat ini, knowledge (pengetahuan) telah dikenal sebagai suatu sumber daya yang penting dan strategis oleh seluruh jenis organisasi dan institusi swasta maupun publik, baik yang berorientasi layanan ataupun produksi (Arora & Rupali, 2011). Dalam mengeksplorasi manfaat dari manajemen pengetahuan (knowledge management), organisasi yang bergerak dalam bidang sektor publik lebih tertinggal dari sektor swasta. Namun saat ini telah banyak organisasi sektor publik yang mulai menyadari pentingnya knowledge management (KM) dalam operasional organisasinya. Keuntungan penerapan KM yang efektif bagi sektor publik diantaranya untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi pelayanan, meningkatkan kapabilitas inovasi, pengembangan kompetensi inti, peningkatkan pengambilan keputusan, kepekaan yang lebih tinggi terhadap perubahan, strategi yang lebih baik, meningkatkan moral pegawai,

menguatkan hubungan serta efisiensi biaya (Riley, 2005).

Berdasarkan pada keuntungan-keuntungan yang didapat maka terjadi perubahan paradigma organisasi dari yang semula mengandalkan pada resource-based menjadi knowledge-based yang bertumpu pada pengembangan metadatabases, data mining, data

warehouse, dan sebagainya (Ahlawat & Ahlawat,

2006). Upaya lain yang perlu dilakukan ke depan adalah pengembangan SDM dan knowledge sharing (berbagi pengetahuan) di kalangan pegawai menjadi sangat penting guna meningkatkan kemampuan manusia untuk menghasilkan inovasi. Prinsip KM bukan hanya tentang teknologi informasi, yang lebih penting adalah tentang menangkap pengetahuan (capturing knowledge) untuk meningkatkan prinsip-prinsip administrasi publik. Prinsip ini dapat menjadi nilai intrinsik, baik bagi negara maju maupun negara berkembang (Riley, 2005).

(2)

e-Indonesia Initiative 2011 (eII2011)

Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 14-15 Juni 2011, Bandung

Dalam rangka meningkatkan nilai dalam pelayanan publik, berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Pemerintah Kota Cimahi pada tanggal 7 Maret 2007 menyelenggarakan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) yang diselenggarakan oleh Dinas Penanaman Modal. PPTSP ini merupakan organisasi pelayanan publik yang didirikan untuk mengelola 66 jenis izin, mulai dari izin dalam bidang tata ruang dan bangunan, izin perdagangan, perindustrian dan kepariwisataan, izin bidang perhubungan sampai izin bidang pendidikan. Semua izin tersebut dilayani di 4 loket pendaftaran, 1 loket informasi, 1 loket pengaduan, 1 loket pengambilan SKRD dan izin serta unit pemrosesan izin.

Jumlah SDM di KPPT saat ini ada sebanyak 30 orang yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu, dimana untuk staf (sebanyak 25 orang) merupakan hasil

recruitment, yang umumnya berasal dari PNS yang

“fresh” dari golongan III/a. SDM tersebut disebar untuk menangani pendaftaran izin, pemrosesan izin, informasi dan pengaduan.

Penyebaran SDM untuk tugas yang berbeda menyebabkan pengetahuan (tacit knowledge dan

explicit knowledge) yang didapat berbeda-beda.

Untuk itu sejak awal berdiri sampai dengan tahun 2010 telah dilakukan 3 kali rotasi ke posisi yang berbeda untuk semua staf, dengan harapan terjadi pemerataan pengetahuan dan menghindari ketergantungan kerja terhadap staf tertentu. Namun demikian sampai saat ini belum ada suatu media maupun mekanisma khusus untuk berbagi pengetahuan (knowledge sharing) antar pegawai.

Pada tahun 2014, 88% SDM (staf) umumnya sudah golongan III/c. Kondisi ini sangat memungkinkan terjadinya mutasi dalam rangka pengembangan karir pegawai. Apabila hal ini terjadi maka sangat beresiko terhadap hilangnya pengetahuan (brain drain), terutama tacit knowledge dari semua SDM tersebut.

Penelitian terdahulu yang terkait perancangan model

Knowledge Management System, khususnya yang

dilakukan di instansi pemerintah dan terkait pelayanan publik telah dilakukan oleh Setiarso (2003) yang meneliti Penerapan Knowledge

Management dan Knowledge Sharing Bidang

Pangan, Studi Kasus Bidang Perkebunan, dengan menggunakan metode Soft System Methodology (SSM) dengan keluaran prototipe Knowledge

Management bidang perkebunan yg dilakukan

selama 3 tahun.

Selain itu Mirza (2009) dengan studi kasus di PT Pos Kanwil V Jabar, menggunakan metode penelitan penggabungan studi literatur dan studi kasus serta keluarannya berupa rancangan arsitektur Knowledge

Management System (KMS) dan strategi peningkatan

proses pengelolaan pengetahuan.

Rancangan penilitian ini menggunakan metode gabungan (mixed method) dengan keluaran suatu rancangan model dan arsitektur TI knowledge

management system yang dapat diimplementasikan

dan dikembangkan untuk Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP). Diharapkan dengan penelitian ini dapat ditindaklanjuti menjadi suatu pedoman yang berbasis pada knowledge secara bertahap di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Cimahi untuk menuju knowledge-based society. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah : Bagaimana terbentuknya jaringan pertukaran pengetahuan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Cimahi ? Bagaimanakah kondisi infrastruktur TI di KPPT Kota Cimahi saat ini dalam kaitannya dengan upaya pemanfaatan untuk pertukaran knowledge ? Apakah Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Cimahi telah menjadi organisasi pembelajar ? dan Bagaimanakah konsep Knowledge Management System yang sesuai untuk pelayanan perizinan terpadu satu pintu di KPPT Kota Cimahi sehingga mampu mempermudah proses berbagi pengetahuan antar pegawai dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan ?

Adapun hipotesisnya adalah Pelayanan perizinan terpadu satu pintu merupakan salah satu layanan publik yang memerlukan suatu model

Knowledge Management System tersendiri yang

sesuai untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya.

2. Kajian Pustaka

2.1. Definisi Knowledge

Knowledge (pengetahuan) adalah informasi yang kontekstual, relevan dan “actionable” (Turban, 2008), alat pragmatis untuk memanipulasi dan mengontrol dunia (Aarons, 2006), bersifat komunal, aktivitas spesifik, terdistribusi dan historis-cultural (Iivari, 2000).

Umumnya, para pakar membagi knowledge ke dalam 2 jenis (Turban, 2008) , yaitu :

(1) Tacit Knowledge, yaitu pengetahuan yang bersifat subyektif, kognitif dan pembelajaran yang berasal dari pengalaman (Nonaka & Takeuchi, 1995), sebagai pengetahuan yang tertanam (embedded knowledge) (Tuggle & Goldfinger, 2004), yang relatif sulit untuk dikeluarkan dari sumbernya (sticky

knowledge).

Dalam konteks organisasi, tacit knowledge merupakan penyimpanan kumulatif dari pengalaman, peta mental, wawasan, ketajaman, keahlian, know-how, rahasia dagang, kumpulan kecakapan dan pembelajaran yang dimiliki organisasi, termasuk pula budaya organisasi yang telah tertanam dalam pengalaman masa lalu dan saat ini dari SDM, proses dan nilai.

(3)

e-Indonesia Initiative 2011 (eII2011)

Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 14-15 Juni 2011, Bandung

(2) Explicit Knowledge, yaitu pengetahuan yang bersifat objektif, rasional dan teknis. Disebut juga sebagai leaky knowledge karena sifatnya yang mudah untuk ditinggalkan dari seseorang, dokumen atau organisasi setelah semuanya didokumentasikan. Dalam konteks organisasi, explicit knowledge merupakan kebijakan, prosedur tetap, laporan, white paper, rancangan, strategi, tujuan, misi dan kompetensi inti dari organisasi dan infrastruktur teknologi informasi.

Selain itu ada yang menambahkan satu jenis lagi knowledge, yaitu pengetahuan kultural (cultural

knowledge), yang merupakan model untuk

memahami dunia yang diekspresikan dalam asumsi-asumsi, nilai-nilai dan norma-norma yang dimiliki manusia (Hidajat & Crestofel, 2006).

2.2. Knowledge Management

Knowledge Management (KM) adalah suatu

proses yang dapat membantu organisasi untuk menidentifikasi, memilih, mengelola, menyebarkan dan mentransfer informasi dan keahlian penting yang merupakan bagian dari memori organiasi dan secara khusus menjadi bagian dari organisasi dalam cara yang tidak terstruktur (Turban, 2008). Pengubahan pengetahuan yang tidak terstruktur menjadi pengetahuan yang terstruktur memungkinkan pemecahan masalah efektif dan efisien, pembelajaran yang dinamis, perencanaan strategis dan pengambilan keputusan.

Ada empat aktivitas utama dalam mengelola KM (Watson, 2003), yaitu :

(1) Mendapatkan pengetahuan (belajar, menciptakan atau mengidentifikasi);

(2) Analisis pengetahuan (menilai, memvalidasi atau nilai);

(3) Memelihara pengetahuan (mengelola, mempresentasikan atau mempertahankan); dan (4) Menggunakan pengetahuan (mengaplikasikan,

mentransfer atau berbagi).

Turban menambahkan 2 langkah lagi yaitu memperhalus pengetahuan (refine knowledge) dan menyimpan pengetahuan (store knowledge) dalam bentuk format yang dapat diterima sehingga mudah diakses (Turban, 2008).

Untuk proses penciptaan pengetahuan (Turban, 2008) atau konversi pengetahuan (Dalkir, 2005) ada 4 mode yang dikenal dengan model SECI (Nonaka & Takeuchi, 1995), yaitu :

(1) Sosialisasi, yaitu konversi dari tacit knowledge menjadi tacit knowledge yang baru melalui interaksi social dan berbagi pengalaman diantara anggota organisasi ;

(2) Eksternalisasi, yaitu konversi dari tacit knowledge menjadi explicit knowledge yang baru;

(3) Kombinasi, yaitu penciptaan explicit knowledge yang baru melalui penggabungan,

pengkatagorian, pengkelasan ulang serta sintesis dari explicit knowledge yang ada;

(4) Internalisasi, yaitu penciptaan tacit knowledge yang baru dari penciptaan explicit knowledge yang ada.

Ada 3 pendekatan yang mendasar terhadap KM (Turban, 2008), yaitu :

(1) Pendekatan proses (process approach) ; (2) Pendekatan praktis (practice approach) (3) Best Practice

2.3. Knowledge Management System

Knowledge Management System (KMS) adalah

penggunaan teknologi informasi modern untuk sisematisasi, meningkatkan dan mempercepat pengelolaan pengetahuan di dalam dan antar organisasi (Ahlawat & Ahlawat, 2006), merupakan suatu framework yang mengintegrasikan orang, proses dan teknologi untuk menjadi kenierja dan pembelajaran untuk pertumbuhan yang berkelanjutan (Gorelick, 2006).

Rancangan inisiatif KM membutuhkan konsep pemodelan untuk 4 komponen (Hädrich & Maier, 2006), yaitu :

(1) Proses yang menggambarkan rancangan organisasi, yaitu tugas-tugas, aliran, peran dan sumberdaya pengetahuan ;

(2) Orang (personil), dengan menangkap fakta tentang orang, yaitu keterampilannya, komunikasi dan kooperasi dalam jaringan (network) dan komunitas; dan

(3) Produk, yaitu jenis pengetahuan, struktur, taksonomi, ontology dan metadata; dan

(4) Alat bantu (tool) produktifitas, yaitu arsitektur, fungsi dan interaksi dari alat bantu TIK untuk mendukung KM

Hubungan keempat komponen ini dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1 Perspektif pemodelan KM (Maier, 2004)

Pemodelan adalah suatu tugas kunci dalam rangka mengalisis, memahami dan meningkatkan proses bisnis dan struktur organisasi dan untuk mendukung perancangan, implementasi dan manajemen komunikasi dan teknologi informasi

(4)

e-Indonesia Initiative 2011 (eII2011)

Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 14-15 Juni 2011, Bandung

secara umum dan KMS secara khusus. (Hädrich & Maier, 2006).

2.4. Pelayanan Perizinan Terpadu

Satu Pintu (PPTSP)

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sarnpai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat (DEPDAGRI, 2006). Perangkat Daerah yang diberikan kewenangan untuk menyelenggarakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu tersebut adalah Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP), yaitu perangkat pemerintah daerah yang memiliki tugas pokok dan fungsi mengelola sernua bentuk pelayanan perizinan dan non perizinan di daerah dengan sistem satu pintu.

Tujuan PPTSP adalah:

a. Meningkatkan kualitas layanan publik;

b. Memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan publik. Adapun sasaran yang ingin dicapai dari penyelenggaraan PPTSP adalah:

a. Terwujudnya pelayanan publik yang cepat, murah, mudah, transparan, pasti dan terjangkau; dan b. Meningkatnya hak-hak masyarakat terhadap

pelayanan publik.

3. Identifikasi dan Analisis

Untuk mengidentifikasi aktifitas, tugas dan pelaku (agent) dalam pekerjaan pengetahuan (knowledge work) yang terjadi di PPTSP maka diperlukan tinjauan terhadap proses bisnis yang ada. Proses bisnis yang ada di PPTSP digambarkan dalam gambar 2.

Gambar 2 Proses Bisnis PPTSP Kota Cimahi (KPPT, 2010)

Berdasarkan kajian terhadap Proses Bisnis Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu tersebut dapat diidentifikasi aktitivitas KM. Hasil identifikasi dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1

Hasil Identifikasi aktivitas KM pada Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu

UNIT/SEKSI PROSES AKTIVITAS KM

Seksi Informasi dan Pengaduan Penyampaian Informasi Izin (langsung di loket, telepon, sms center, kiosk information, web site) Menggunakan pengetahuan (mengaplikasikan, mentransfer atau berbagi). Penerimaan Pengaduan (langsung di loket, telepon, sms center, kiosk information, web site) Mendapatkan pengetahuan (belajar, atau mengidentifikasi), Menggunakan pengetahuan (mengaplikasikan, mentransfer atau berbagi). Seksi Pelayanan Penerimaan dan pemeriksaan berkas permohonan izin Analisis pengetahuan (menilai, memvalidasi atau nilai); Memelihara pengetahuan (mengelola, mempresentasikan atau mempertahankan) Input data awal

pemohon dan pembuatan resi (SIM PPTSP) Mendapatkan pengetahuan (belajar, atau mengidentifikasi) Pembahasan Izin dan Pemeriksaan Lapangan Analisis pengetahuan (menilai, memvalidasi atau nilai); Menggunakan pengetahuan (mengaplikasikan, mentransfer atau berbagi). Seksi Pengolahan dan Pelaporan Pencetakan (SIM PPTSP dan Pelaporan ) dan Pengadiministrasian Analisis pengetahuan (menilai, memvalidasi atau KEPALA KANTOR KA SUB BAG TU KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKSI PELAYANAN

SEKSI PENGOLAHAN DAN PELAPORAN SEKSI INFORMASI DAN PENGADUAN

TIM TEKNIS

GAMBARAN PROSES BISNIS (POLA GEARY RUMMLIER) KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA CIMAHI

PEMOHON IMB Menerima dan Memeriksa

Berkas Permohonan

Input Data Awal & Membuat Tanda Terima Berkas (Resi)

Pembahasan dan Pemeriksaan Lapangan Menerima Bukti Pembayaran & Menyerahkan Surat Izin Mencari informasi Mengisi Formulir & Melengkapai Persyaratan(datang langsung/online)

Formulir Resi Penerimaan Berkas

Memberikan SKRD

BANK JABAR BANTEN

Memberikan Tanda Bukti Pembayaran

Memberikan Surat Iizin

Membayar retribusi

Memberikan Tanda Bukti Pembayaran Proses Bisnis

Menerima dan memproses

pengaduan Mengajukan pengaduan Jawaban pengaduan

Cetak SKRD Cetak Surat Izin dan Pengadminisrasian

Izin

Memberikan Informasi dan Formulir

Legal Framework : UU No. 25 Tahun 2007 (Penanaman Modal), Perda No. 9 Tahun 2008 (Lemtekda dan KPPT)

(5)

e-Indonesia Initiative 2011 (eII2011)

Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 14-15 Juni 2011, Bandung UNIT/SEKSI PROSES Izin Pencetakan SKRD Penerimaan bukti pembayaran dan penyerahan dokumen izin

Sub Bag TU Administrasi umum PPTSP (keuangan, asset, kepegawaian)

Dari hasil analisis proses bisnis tersebut di atas, apabila dipetakan ke dalam model

pengetahuan SECI maka hasilnya akan tampak seperti pada matrik berikut.

Gambar 3 Hasil Pemetaan Aktivitas terhadap matrik SECI

Dari pemetaan ke model SECI tersebut maka alat bantu (tool) dan metode yang dapat digunakan oleh PPTSP adalah seperti pada tab sebagai berikut.

Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia

AKTIVITAS KM nilai); Memelihara pengetahuan (mengelola, mempresentasikan atau mempertahankan); Mendapatkan pengetahuan (mengidentifikasi) Menggunakan pengetahuan (mengaplikasikan) Mendapatkan pengetahuan (mengidentifikasi) Menggunakan pengetahuan (mengaplikasikan, mentransfer atau berbagi). Mendapatkan pengetahuan (belajar, atau mengidentifikasi), Analisis pengetahuan (menilai, memvalidasi atau nilai); Menggunakan pengetahuan (mengaplikasikan, mentransfer atau berbagi).

Dari hasil analisis proses bisnis tersebut di atas, apabila dipetakan ke dalam model konversi SECI maka hasilnya akan tampak

Aktivitas terhadap matrik

Dari pemetaan ke model SECI tersebut dan metode yang dapat digunakan oleh PPTSP adalah seperti pada tabel 2

Tabel 2

Alat Bantu (tool) dan Metode yang dapat digunakan PPTSP untuk membangun KMS Socialization (Sharing) Externalization (Capturing) Combination (Explicit Explicit) Storytelling (Pegawai-Pemohon Izin, antar pegawai) Catatan konsep, termasuk catatan dalam berkas izin Repository Perizinan

AAR Laporan kerja Database

perizinan Pelatihan Pegawai Catatan kerja (log book) Server Knowledge Sharing Forum Intranet COP (antara loket di Seksi Pelayanan dengan Tim Teknis SKPD) Content Management System Document Management System Data Management System Forum diskusi elektronik Knowledge Centre

Untuk pemodelan aliran pengetahuan (knowledge flow), dari analisis tersebut di atas maka

pendekatan KM yang dapat yaitu:

1) Pendekatan proses (process approach

dengan mengkodifikasi pengetahuan organisasional melalui formalisasi control, proses dan teknologi. Pendekatan ini melibatkan penggunaan teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas dan kecepatan peciptaan dan distribusi knowledge dalam organisasi PPTSP.

(2) Pendekatan praktis (practice approach

pendekatan dengan pembangunan lingkungan social dan komunitas praktis (

practice/COPs). Pendekatan

untuk diterapkan pada PPTSP yang dalam pelaksanaan tugasnya tidak bis terlepas dari Tim Teknis PPTSP, yang berisi sekumpulan personil dengan keahlian dan bidang garapan yang beragam, sesuai teknis izin yang ditanganinya. Hal ini juga didasari asumsi bahwa p

organisasi PPTSP merupakan sesuatu yang sifatnya tacit dan tidak cocok dengan pendekatan teknologi dalam transmisinya.

& Kayworth, 2006).

2

Alat Bantu (tool) dan Metode yang dapat digunakan PPTSP untuk membangun KMS Combination (Explicit-Explicit) Internalization (Explicit-Tacit) Repository Perizinan Search engine Database perizinan Situs web Server Social Network tool Intranet e-learning, Content Management System Digital newsletter (kiosk information) Document Management System Data Management System Forum diskusi elektronik Knowledge Centre

Untuk pemodelan aliran pengetahuan (knowledge flow), dari analisis tersebut di atas maka terdapat 2 g dapat digunakan PPTSP,

process approach), yaitu

dengan mengkodifikasi pengetahuan organisasional melalui formalisasi control, proses dan teknologi. Pendekatan ini melibatkan penggunaan teknologi informasi untuk tas dan kecepatan peciptaan dan distribusi knowledge dalam organisasi

practice approach), yaitu

pendekatan dengan pembangunan lingkungan social dan komunitas praktis (community of Pendekatan ini sangat cocok ntuk diterapkan pada PPTSP yang dalam pelaksanaan tugasnya tidak bis terlepas dari Tim Teknis PPTSP, yang berisi sekumpulan personil dengan keahlian dan bidang garapan yang beragam, sesuai teknis izin yang ditanganinya. didasari asumsi bahwa pengetahuan merupakan sesuatu yang sifatnya tacit dan tidak cocok dengan pendekatan teknologi dalam transmisinya. (Leidner, Alavi,

(6)

e-Indonesia Initiative 2011 (eII2011)

Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 14-15 Juni 2011, Bandung

Untuk pemodelan KM PPTSP, kedua pendekatan ini dapat digunakan secara bersamaan atau hybrid approach (Turban, 2008).

Dari aktivitas KM yang ada dan alat bantu serta metode KM yang memungkinkan untuk dipilih maka aliran pengetahuan (knowledge flow) yang dapat terjadi di PPTSP adalah seperti pada gambar 4.

Gambar 4 Aliran pengetahuan (knowledge flow) yang terjadi di PPTSP

4. Kesimpulan

Paper ini ini merupakan rangkaian penelitian tentang rancangan Knowledge Management System (KMS) untuk Pelayanan Perizianan Terpadu Satu Pintu (PPTP). Namun demikian penelitian ini sebenarnya baru sampai pada tahap preliminary research dimana tahapan yang dilakukan baru sebatas identifikasi dan pembahasan singkat melalui kajian pustaka yang berkaitan (secara kualitatif).

Untuk mendapatkan model dan arsitektur KMS yang lebih komprehensif dan benar-benar dapat diterapkan maka penelitian ini harus dilanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu identifikasi dan analisis lebih lanjut dengan menggunakan tool-tool dan metode penelitian yang lengkap serta tahap perancangan yang mempertimbangkan situasi dan kebutuhan calon pengguna dari KMS.

DAFTAR PUSTAKA

Aarons, J. (2006). Ephistemology and Knowledge Management. In D. G. Schwartz, Encyclopedia

of Knowledge Management (p. 166). Hershey:

IDEA Group, Inc.

Ahlawat, S. S., & Ahlawat, S. (2006). Competing in the Global Knowledge Economy ; Implication for Business Education. Journal of American

Academy of Business , 8 (1).

Arora, E. (2011). Knowledge Management in Public Sector .

Dalkir, K. (2005). Knowledge Management in Theory

and Practice. Burlington: Elsevier, Inc.

DEPDAGRI. (2006). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006. Pedoman

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

. Jakarta.

Gorelick, C. (2006). Solutions for Informatioan and Management Services. In Has Knowledge

Management been Done. New York: Brigentte

Tantawy-Monsou Unilever.

Hädrich, T., & Maier, R. (2006). Integrated Modelling. In G. D. Schwartz, Encyclopedia of

Knowledge Management (p. 251). IDEA Group,

Inc.

Hidajat, J., & Crestofel, D. (2006). Knowledge

Management dalam Konteks Organisasi

Pembelajar. Bandung : SBM ITB.

IFAC, I. F. (2008). International Good Practice Guidance. Evaluating and Improving

Governance in Organizations .

Iivari, J. (2000). Reflections on the role of knowledge management in information economy. In F. Burnstein, & H.Linger, Knowledge Management

for Information Communities. Melbourne.

Nonaka, I., & Takeuchi, H. (1995). The Knowledge

-Creating Company: How Japanese Companies

Create the Dynamics of Innovation. New York:

Oxford University Press.

Riley, T. B. (2005). Knowledge Management:An Essential Tool for the Public Sector. In T. Menkkhoff, H.-D. Evers, & Y. W. Chay,

Managing and Governing Knowledge in Asia.

World Scientific Publshing Cp. Pte. Ltd. Turban, E. (2008). Information Technology for

Management - Transforming Organizations in

the Digital Economy (6th Edition ed.). Hoboken:

John Wiley & Sons.

Watson, I. (2003). Applying Knowledge Management

TEchniques for Building Corporate Memories.

Gambar

Gambar 1 Perspektif pemodelan KM  (Maier, 2004)
Gambar 2 Proses Bisnis PPTSP Kota Cimahi  (KPPT, 2010)
Gambar 3 Hasil Pemetaan Aktivitas terhadap matrik  SECI

Referensi

Dokumen terkait

(2) Legitimasi kompetensi Pengemudi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, merupakan bentuk pengakuan dan penghargaan dari Negara Republik Indonesia kepada

limbah cair batik setelah dilakukan pengolahan dengan elektrokoagulasi pada kondisi terbaik yaitu pada saat tegangan 20 volt dan waktu kontak 60 menit juga telah

Hasil penelitian menunjukan dokumen dan laporan dibuat secara manual, adanya penggabungan beberapa tagihan dalam satu tanda terima (faktur), tidak adanya tanggal jatuh tempo

Bahan 5 lembar daun jambu biji, 1 potong akar, kulit dan batangnya Cara membuat: direbus dengan 1,5 liter air sampai mendidih kemudian disaring untuk diambil airnya Cara menggunakan :

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjakan kehadirat Allah SWT Sang Pencipta, pemilik alam semesta yang telah menganugerahkan kenikmatan, rahmat dan

Tesis yang berjudul “Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif Dalam Konseling KelompokUntuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa(Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa

Berkembangnya pembangunan pariwisata selain mendatangkan banyak manfaat bagi masyarakat, yakni secara ekonomi, sosial dan budaya, juga bisa menimbulkan dampak

Pada dasarnya sesuai dengan prinsip kerja motor bahwa gerakan pada motor dihasilkan dari induksi elektromagnetik yang terjadi sehingga jika tidak terjadi putaran hal