ISSN: 2355-5343
~ Berkala terbit dua kali setahun pada bulan April dan Oktober ~ Ketua Umum
Julia, M.Pd Wakil Ketua Indra Safari, M.Pd Ketua Dewan Editor Diah Gusrayani, M.Pd
Dewan Editor Dr. Tatang Muhtar, M.Si Dr. Ayi Suherman, M.Pd Dr. Prana Dwija Iswara, M.Pd
Dr. Nurdinah Hanifah, M.Pd Atep Sujana, M.Pd
Maulana, M.Pd Ani Nur Aeni, M.Pd
Bendahara
Aah Ahmad Syahid, M.Pd Karmah Setiawati, S.Pd
Publikasi Online Dr. Prana Dwija Iswara, M.Pd
Berkala Mimbar Sekolah Dasar diterbitkan oleh Program Studi PGSD, Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang. Pelindung: Dr. Herman Subarjah, M.Si (Direktur). Pembina: Dr. Nurdinah Hanifah, M.Pd (Wakil Direktur). Penanggung Jawab: Drs. Dadan Djuanda, M.Pd & Dr. Tatang Muhtar, M.Si (Ketua Prodi PGSD Kelas dan PGSD Penjas). Berkala Mimbar Sekolah Dasar terbit pertama kali pada tahun 2014.
Alamat Redaksi:
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang, Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang 45322 Jawa Barat. Telp & Fax (0261) 201244. Email: [email protected].
Alamat Publikasi:
http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar
Halaman 133 – 246 DAFTAR ISI 1. Pengaruh Penggunaan Metode
Discovery Berbasis Media Realita Terhadap Hasil Belajar Matakuliah Konsep Dasar IPA 1…… hal. 133-142
~ Idam Ragil Widianto Atmojo
2. Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Experiental Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial…… hal. 143-154
~ Jenny Indrastoeti, SP, & Hasan Mahfud
3. Profil Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Prasekolah (TK dan Non TK) …… hal. 155-169
~ Ipah Saripah & Lia Mulyani
4. Pengaruh Model Pembelajaran
Transdisciplinary Terhadap Karakter
Siswa Pada Sekolah Dasar Internasional Berbasis International Baccalaureate …… hal. 170-177
~ Cucun Sunaengsih
5. Penerapan Media Monosa (Monopoli Bahasa) Berbasis Kemandirian Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar …… hal. 178-192
~ Sri Suciati, Ika Septiana, dan Mei Fita Asri Untari
6. Pengaruh Bahasa Pertama Terhadap Bahasa Kedua Dalam Karangan Siswa Kelas V SD …… hal. 193-201
~ Hastuti
7. Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Sejarah Lokal Lampung Untuk Sekolah Dasar …… hal. 202-214
~ Yulia Siska
8. Menjadi Guru SD Yang Memiliki Kompetensi Personal-Religius Melalui
Program One Day One Juz (ODOJ)…… hal. 215-225
~ Ani Nur Aeni
9. Persepsi Guru Mengenai Sex Education di Sekolah Dasar Kelas VI …… hal. 226-237
~ Regina Lichteria Panjaitan, Dadan Djuanda, dan Nurdinah Hanifah
10. Pengaruh Pendekatan Open-Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Sekolah Dasar Kelas V …… hal. 238-246
~ Egi Agustian, Atep Sujana, dan Yedi Kurniadi
Redaksi berkala Mimbar Sekolah Dasar menerima tulisan hasil penelitian, hasil ide/gagasan, atau resensi buku baru, yang merupakan kajian-kajian baik dalam tataran praktek maupun teori pendidikan, dan khusus berkaitan dengan ke-SD-an.
[143]
PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN
EXPERIENTAL
LEARNING
UNTUK
MENINGKATKAN
KETERAMPILAN SOSIAL
Jenny Indrastoeti, SP, & Hasan MahfudPGSD FKIP UNS
Jl. Slamet Riyadi No 449 Surakarta Email: [email protected]
ABSTRACT ABSTRAK
The purpose of this research is (1) to improve the social skill of elementary school students, (2) finding adequate instructional design model to improve students’ social skill. The research is conducted in the classroom action research consists of two cycles, every cycle consists of planning, action, observation, and reflection. The average value of Social Skills students in cycle one is 62.01 and 72.52 in the two cycles. The percentage values in the classical mastery of social skills is 40% in cycle 1 and 85.85% in cycle 2. Based on the result, the conclusions are: 1) Model cooperative learning with experiential learning approach, can improve students' social skills. (2) Instructional design to improve the social skills of students in learning social studies is a model of cooperative learning with experiential learning approach
Key words: cooperative model, experiental
learning, social skill.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa sekolah dasar (2) Menemukan model desain pembelajaran yang memadai untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa. Model penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang yang terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus memuat perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Hasil dari penelitian tindakan kelas setelah melalui dua siklus kegiatan adalah sebagai berikut: (1) rata-rata keterampilan social siswa pada siklus 1 adalah 62,01 dan72,52 pada siklus 2. Persentase nilai keterampilan sosial siswa adalah 40% pada siklus 1, dan 85,85% pada siklus 2. Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa (1) model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan
experiental learning dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa, (2) Design instruksional untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa adalah dengan pembelajaran kooperatif yang menggunakan experiental learning
Kata Kunci: Model kooperatif, experiental
learning, keterampilan sosial.
PENDAHULUAN ~ Ilmu pengetahuan sosial merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan pada anak di sekolah dasar. Pelajaran ini mengajarkan, jika kita tinjau
secara mendalam maka akan
mengajarkan pada anak tentang berbagai macam hal yang berguna nanti dalam kehidupannya. IPS (Social Studies) adalah ilmu–ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan – tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah. Pembelajaran IPS di sekolah dasar adalah membina anak didik menjadi warga negara yang baik,
memiliki pengetahuan, ketrampilan dan kepedulian sosial dan dunia (Nursid Sumaatmadja, 2006).
Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) ditegaskan bahwa melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi Warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai. Fenomena kehidupan global di masa mendatang yang penuh dengan tantangan, menuntut mata pelajaran IPS untuk dirancang bisa
[144]
mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Jarolimek (1993:8) mengharapkan bahwa Pendidikan Pengetahuan Sosial hendaknya mampu mengembangkan aspek pengetahuan dan pemahaman
(knowledge and understanding), aspek
sikap dan nilai (attitude and value) serta aspek keterampilan (skill) pada diri siswa. Aspek pengetahuan dan pemahaman berkaitan dengan pemberian bekal pengetahuan dan pemahaman siswa tentang dunia dan kehidupan masyarakat di sekitarnya, aspek sikap berkaitan dengan pemberian bekal mengenai dasar-dasar etika dan norma yang nantinya menjadi orientasi nilai dalam kehidupanannya di masyarakat. Sedangkan aspek keterampilan meliputi keterampilan sosial (social skill) dan keterampilan intektual (intellectual skill)
agar siswa tanggap terhadap
permasalahan sosial di sekitarnya dan mampu bekerjasama dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Keterampilan sosial diarahkan agar para siswa mampu hidup dan bekerjasama, berperan serta, menghormati hak orang lain, memiliki kepekaan sosial serta mampu mengendalikan diri dalam kehidupan sosialnya. Keterampilan ini dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat kooperatif. Kegiatan kooperatif yang
dilakukan bisa dalam bentuk diskusi kelompok yang dapat melatih siswa berinteraksi, berpartisipasi, bekerjasama, bertukar pengetahuan, pengalaman serta dapat mengembangkan nilai-nilai sosial
serta dapat mengembangkan
keterampilan sosial.
Beberapa temuan penelitian dan pengamatan yang telah dilakukan peneliti, dari segi hasil atau dampak pembelajaran IPS terhadap kehidupan bermasyarakat, masih belum begitu tampak. Perwujutan nilai-nilai sosial yang dikembangkan di sekolah belum nampak dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, keterampilan sosial para lulusan pendidikan dasar khususnya masih memprihatinkan, partisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan semakin berkurang.
Hasil penelitian Sumantri, N. (2001:260) menilai “pelaksanaan pembelajaran IPS sangat menjemukan karena penyajiannya bersifat monoton dan ekspositoris sehingga siswa kurang antusias dan membuat pembelajaran kurang menarik”. Sumaatmadja, N dalam Erliany Syaodih (2007: 11) menyatakan bahwa guru IPS wajib berusaha secara optimum menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk keberhasilan pembelajaran IPS. Selanjutnya menurut Como dan Snow (dalam Syafruddin, 2001:3) model pembelajaran IPS yang diimplementasikan saat ini masih bersifat konvensional, belum
[145] banyak menyentuh aspek afektif maupun psikomotor.
Berdasarkan hasil pemantauan peneliti, di
SDN Tegalmulyo berdasarkan
pengamatan yang dilakukan saat ini, masih lebih menekankan aspek kebutuhan formal daripada kebutuhan riil siswa sehingga proses pembelajaran belum berlangsung optimal. Hal ini juga terlihat pada keterampilan bekerjasama dalam diskusi kelompok, sebagian siswa enggan bahkan tidak mau bertanya, menyampaikan saran dan yang bekerja terbatas hanya ketua kelompok saja. Disamping itu juga penekanan output pembelajaran IPS saat ini cenderung pada aspek kognitif, untuk aspek afektif dan keterampilan sosial kurang mendapat porsi yang seimbang. Untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar tersebut, perlu dikembangkan strategi
pembelajaran IPS yang dapat
menumbuhkan keterampilan sosial, melalui model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan experiental learning. Pendekatan experiental learning adalah pendekatan melalui pengalaman atau belajar dengan mengalami sendiri. Pengalaman belajar merujuk kepada interaksi antara siswa dengan segala sesuatu yang berada di luar dirinya (siswa) di lingkungannya. “The learning that takes
place from this experience is known as experiential learning.” (Hasil belajar yang
diperoleh dari pengalaman ini dikenal
dengan sebutan “berpengetahuan dari pengalaman”).
Cohen & Deer (dalam Fernandes, 1989:40) menerangkan bahwa experiental learning mencakup content maupun proses: what
is learned and how is learned”.
Pengalaman belajar mencakup isi dan proses, dalam hal ini belajar tidak hanya sekedar apa yang dipelajari namun bagaimana mempelajarinya.
Sukmadinata (2004:60) menyatakan bahwa ada tiga macam keterampilan, yaitu ”keterampilan intelektual, keterampilan sosial dan keterampilan motorik’. Secara umum keterampilan sosial merupakan kecakapan untuk hidup bermasyarakat.
Com dan Slaby dalam Erliany Syaodih (2007:50) keterampilan sosial adalah “kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara yang spesifik sehingga dapat diterima atau dinilai menguntungkan bagi dirinya atau orang lain. Sasongko, (2001:57) berpendapat bahwa “keterampilan sosial diwujudkan dalam bentuk kemampuan
individu dalam mengungkapkan
perasaannya, baik positif maupun negatif saat berhubungan dengan orang lain secara verbal maupun nonverbal.
Blanks, J.A (2001) melihat keterampilan sosial disebut dengan keterampilan kelompok, berkaitan, baik sebagai pemimpin maupun yang dipimpin.
[146]
“ the ability to perform effectively both as a leader and as a follower in solving group problems, to [participate in group resesrch projects to help set group goals, to use power effectively and fairly in group situations, to make useful contributions to group project, to communicate effectively in a group and to help resolve controversy in groups”
Keterampilan sosial seseorang terlihat ketika berinteraksi dengan orang lain, khususnya dalam kegiatan yang bersifat kelompok. Seseorang yang memiliki keterampilan sosial yang tinggi akan mampu dalam bekerja kelompok, berpartisipasi dan memberi kontribusi dalam mencapai tujuan kelompok, aktif memberikan saran yang bermanfaat dan berusaha memecahkan permasalahan. Walaupun keterampilan sosial lebih tampak sebagai kemampuan berinteraksi secara kelompok, tetapi berpangkal pada kemampuan personal masing-masing anggotanya. Kekuatan dan keterampilan masing-masing personal terintegrasi dalam kegiatan kelompok dan merupakan kekuatan kelompok.
Jarolimek (2002:9) merumuskan keterampilan-keterampilan sosial yang dikembangkan pada tingkat Sekolah dasar, yaitu “ 1) living and working
together, taking turns, respecting the rights of others, being social sensitive, 2) Learning self-control and self-direction, 3) sharing ides and experienceswith others. Rumusan
jarolimek jika disederhanakan secara garis besar keterampilan sosial adalah
kemampuan bekerjasama dengan orang lain secara positif, dalam kegiatan sosial. Keterampilan ini dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat kooperatif dalam kelompok yang banyak memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berinteraksi, berpartisipasi, bertukar pengetahuan, pengalaman, nilai, serta pengembangan keterampilan dan sikap. Pembelajaran kooperatif dapat dirancang, baik untuk pengembangan keterampilan sosial, peningkatan
pemahaman konsep-konsep dan
masalah-masalah sosial, maupun nilai-nilai sosial.
Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif dapat dilaksanakan melalui permainan, pengerjaan tugas, simulasi, tanya jawab, diskusi, pemecahan masalah yang dikerjakan dalam kelompok berfungsi meningkatkan keterampilan sosial: keterampilan berinteraksi, bekerja sama, memimpin, berkontribusi, bertukar pendapat dan berbagi pengalaman. Keterampilan sosial yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan siswa sehari-hari melalui model kooperatif, sebenarnya berhubungan dengan keterampilan intelektual atau kemampuan kognitifnya. Dalam hal ini sering tidak bisa dibedakan dengan jelas antara keterampilan intelektual dengan keterampilan sosial, karena memang saling berhubungan erat. Misalnya, kalau siswa sedang belajar kelompok dia tidak
[147] hanya terampil mengemukakan ide-ide dan gagasannya namun juga harus menghargai pendapat sesama anggota
kelompoknya dan mengutamakan
musyawarah mufakat dalam mengambil keputusan.
Jika keterampilan sosial diterapkan di luar kegiatan sekolah, misalnya ketika siswa berada ditempat umum dia tidak hanya mengetahui bagaimana harus menjaga
kebersihan namun juga
mempraktekkannya dalam kenyataan
kehidupannya, sebagai contoh
membuang sampah pada tempatnya. Dengan demikian siswa memiliki rasa tanggungjawab dalam melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya dalam kehidupan nyata, sebagai hasil dari perilaku belajar yang diperolehnya melalui pembelajaran di sekolah.
Dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional,
pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan, terutama berkenaan dengan pengembangan kemampuan dan keterampilan sosial siswa. Pembelajaran kooperatif memberi peluang yang besar kepada siswa untuk lebih aktif, mencari, mengkaji, mengemukakan pendapat, pengalaman,
dan memadukan
pandangan-pandangan tersebut menjadi pandangan-pandangan kelompok.
Menurut Hamid Hasan (Etin Solihatin, 2009: 4), kooperatif mengandung pengertian
bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Menurut Rusman (2011: 202), pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara murid belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen.
Berdasarkan fenomena dan paparan teori di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut: (1) Apakah dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif dengan pendekatan
experiental learning dapat meningkatkan
keterampilan sosial siswa SDN kelas 5 Tegal Mulyo Surakarta? (2) Bagaimana model desain pembelajaran yang
memadai untuk meningkatkan
keterampilan sosial siswa SDN kelas 5 Tegal Mulyo Surakarta?
METODE
Desain dan Prosedur Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk siklus, yang berlangsung selama dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Adapun prosedur penelitian yang dipilih yaitu dengan menggunakan model spiral dari Kemmis dan Mc Taggart (1998). Siklus model Kemmis dan Mc Taggart ini dilakukan secara berulang dan berkelanjutan, yang terdiri dari,
[148] perencanaan- pelaksanaan- observasi- dan refleksi. Langkah-langkah pada model siklus Kemmis dan Taggart di atas yaitu sebagai berikut
1. Perencanaan tindakan
Tahap ini mencakup semua perencanaan tindakan seperti pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan diterapkan, menyiapkan metode, alat dan sumber pembelajaran serta merencanakan langkah-langkah dan tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan sosial .
Dalam tahap ini penulis menetapkan seluruh rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki praktek pembelajaran mengenai materi peninggalan-peninggalan sejarah yang bercorak Hindu-Budha dan Islam yaitu dengan menerapkan: pembelajaran Kooperatif adapun langkah-langkah perencanaannya yaitu : 1) Meminta izin kepada kepala sekolah dan guru SD kelas V. 2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. 3) Merumuskan langkah-langkah dan tindakan yang akan dilakukan 4) Memilih prosedur evaluasi penelitian. 5) Melaksanakan tindakan. 2. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan mengacu pada perencanaan yang telah dibuat yaitu :
a. Tahap Awal Pembelajaran
1) Guru mengucapkan salam. 2) Guru
mengkondisikan siswa kearah
pembelajaran. 3) Guru mengecek kehadiran siswa. 4) Guru melakukan
apersepsi dengan mengajukan
pertanyaan: “Pernahkah kalian pergi ke
Candi Borobudur atau Candi
parambanan?”, “Apakah yang kalian lihat di sana?”.
b. Tahap Inti Pembelajaran
1) Siswa dibagi kedalam 5 kelompok (tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang). 2) Seminggu sebelum dilaksanakan pembelajaran tiap kelompok ditugaskan
untuk mencari gambar–gambar
peninggalan sejarah Hindu-Budha dan Islam melalui media cetak maupun elektronik. 3) Guru mengkondisikan siswa supaya duduk berkelompok. 4) Siswa menyimak panjelasan guru tentang tugas yang harus diselesaikan dalam kelompoknya. 5) Guru memberikan tugas untuk didiskusikan dalam kelompok 6) Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru 7) Masing-masing kelompok memaparkan hasil tugas yang dikerjakan, menanggapi, mempertahankan, menyempurnakan hasil kerja kelompok. 8) Siswa bersama guru membahas yang telah didiskusikan dalam kelompok. 9) Siswa bersama guru menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari- hari mengenai peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-Budha dan Islam. 10) Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan apa yang telah dipelajari bersama. 11) Guru melakukan evaluasi.
[149] 1) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2) Melakukan tindak lanjut, guru memberi tugas siswa untuk membaca dan mencari gambar-gambar tentang Peninggalan-peninggalan sejarah yang bercorak Hindu-Budha dan Islam lainnya, di luar dari contoh-contoh yang sudah dibahas.
3. Observasi
Pada tahap ini terdiri dari pengumpulan data serta mencatat setiap aktivitas siswa dan kinerja guru pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Observer bertugas mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan mengacu pada lembar observasi.
Observasi ini dilakukan oleh peneliti, yaitu dengan mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran IPS, mengenai Peninggalan-peningkalan sejarah yang bercorak Hindu-Budha dan Islam, dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah aktivitas siswa dan kinerja guru sudah sesuai dengan apa yang tercantum dalam lembar observasi atau tidak. Sehingga hasil observasi dapat diperbaiki pada siklus berikutnya. Kegiatan observasi lebih difokuskan pada aktivitas diskusi kelompok siswa.
4. Refleksi
Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami dan
memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran yang terjadi yang dilakukan. Refleksi dilakukan dengan 1)
Mengecek kelengkapan data
pengumpulan data yang terjaring selama proses tindakan 2) Mendiskusikan dan pengumpulan data antara guru, peneliti dan kepala sekolah (pembimbing) berupa hasil nilai siswa, hasil pengamatan, catatan lapangan, dan lain-lain. 3) Penyusunan
rencana tindakan berikutnya yang
dirumuskan dalam skenario
pembelajaran, dengan berdasar pada analisa data dari proses dalam tindakan sebelumnya, untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I, untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan pada siklus II.
Lokasi tempat melaksanakan penelitian adalah SD Negeri Tegal Mulyo di kecamatan Laweyan Surakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Negeri Tegal Mulyo. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan tes yang dilakukan terhadap siswa kelas V SDN Negeri Tegal Mulyo.
HASIL
Hasil Pembelajaran IPS
1. Data Hasil Tes IPS dalam Aspek
Keterampilan sosial Kelas V Pada Siklus I
Dari nilai rata-rata tes IPS dalam aspek keterampilan sosial dapat diketahui bahwa siswa yang mendapatkan nilai 57-62 ada 10 siswa, yang mendapat nilai
63-[150] 68 ada 7 siswa, yang mendapat nilai 69-74 siswa ada 5 siswa, siswa yang mendapatkan nilai 75-80 ada 6 siswa, siswa yang mendapat mendapat nilai 81-86 ada 3 siswa, dan siswa yang mendapatkan nilai 87-92 ada 4 siswa. Rata-rata kelas yang diperoleh adalah 70,98. Siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM sebanyak 10 siswa atau
28,57% sedangkan siswa yang
mendapatkan nilai di atas KKM ada 25 siswa atau 71,43%.
2. Data Hasil Tes IPS dalam Aspek
Keterampilan sosial Kelas V Pada Siklus II
Dari nilai rata-rata tes IPS dalam aspek keterampilan sosial dapat diketahui bahwa siswa yang mendapatkan nilai 57-62 ada 0 siswa, yang mendapat nilai 63-68 ada 7 siswa, yang mendapat nilai 69-74 siswa ada 8 siswa, siswa yang mendapatkan nilai 75-80 ada 14 siswa, siswa yang mendapat mendapat nilai 81-86 ada 3 siswa, dan siswa yang mendapatkan nilai 87-92 ada 3 siswa. Rata-rata kelas yang diperoleh adalah 75,27. Siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM sebanyak 3 siswa atau 8,57% sedangkan siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM ada 32 siswa atau 91,43%.
Hasil Pengamatan Keterampilan Sosial 1. Data Hasil Pengamatan Keterampilan
Sosial Siklus I
Berdasarkan hasil observasi keterampilan sosial diperoleh hasil sebagai berikut; Pada pertemuan pertama, siswa yang memperoleh nilai keterampilan sosial kategori cukup sebanyak 27 siswa sedangkan siswa yang memperoleh nilai keterampilan sosial kategori baik ada 8 siswa dari 35 siswa. Sedangkan pada pertemuan kedua meningkat dari 8 siswa menjadi 14 siswa dari 35 siswa atau 40%.
2. Data Hasil Pengamatan Keterampilan Sosial Siklus II
Berdasarkan hasil observasi keterampilan sosial diperoleh hasil sebagai berikut; Pada pertemuan pertama siswa yang memperoleh nilai keterampilan sosial kategori cukup sebanyak 13 siswa sedangkan nilai keterampilan sosial kategori baik ada 22 siswa dari 35 siswa atau sebesar 62,85%. Sedangkan pada
pertemuan kedua siswa yang
memperoleh nilai keterampilan sosial kategori baik meningkat dari 22 siswa menjadi 29 siswa atau sebesar 82,85%.
Tabel 1. Perbandingan Nilai Pengamatan Keterampilan sosial dan Nilai Tes IPS Siklus I dan Siklus II (bersambung).
Keterangan
Siklus I Siklus II Pengamatan
Keterampilan sosial Tes IPS
Pengamatan
Keterampilan sosial Tes IPS Nilai Terendah 50,5 57 58,5 63
[151]
Nilai Tertinggi 73,5 90 84 90 Rata-rata Nilai 62,01 70,98 72,52 75,27
Berdasarkan hasil pada siklus I dan Siklus II maka dapat dilakukan perbandingan ketuntasan tes IPS dan pengamatan keterampilan sosial siswa kelas V SDN
Tegalmulyo No. 85. Perbandingan ketuntasan siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Perbandingan Ketuntasan Tes IPS dan Keterampilan Sosial Siswa antara Siklus I dan Siklus II.
Uraian Siklus I Siklus II
Rata-rata nilai Tes IPS 70,98 75,27 Rata-rata nilai Keterampilan Sosial 62,01 72,52 Ketuntasan Klasikal Tes IPS 71,43% 91,42% Ketuntasan Klasikal Keterampilan Sosial 40% 82,85 %
Berdasarkan pengamatan dan analisis data yang ada, dapat dilihat adanya peningkatan nilai tes IPS, dan hasil pengamatan keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS. Peningkatan hasil dari proses pembelajaran IPS adalah siswa
dapat lebih mengembangkan
keterampilan sosialnya. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi dan hasil tes IPS dapat dilihat adanya peningkatan keterampilan sosial dan peningkatan nilai IPS di kelas V SD Negeri Tegalmulyo No. 85, Laweyan, Surakarta. Peningkatan keterampilan sosial dalam pembelajaran berdasarkan observasi diantaranya: (1) keterampilan bekerja sama; (2) keterampilan mengendalikan diri; (3) keterampilan berkomunikasi; (4) keterampilan memperoleh dan mengolah informasi.
Adapun deskripsi data hasil penelitian sebagai berikut:
Model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan experiential learning yang diterapkan pada siklus 1 merupakan model pembelajaran, yang diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna. Melalui model ini, siswa belajar tidak hanya belajar tentang konsep materi belaka, hal ini dikarenakan siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran untuk dijadikan sebagai suatu pengalaman. Hasil dari proses pembelajaran kooperatif tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, juga tidak seperti teori behavior yang menghilangkan peran pengalaman subjektif dalam proses belajar. Namun hasil dari penerapan model kooperatif yang diterapkan pada siklus 1 belum terlaksana secara maksimal hal ini dapat terlihat dari
[152] hasil kemampuan kognitif dan keterampilan sosial siswa yang masih kurang. Hal ini mungkin disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan penggunaan model dan strategi yang baru bagi mereka. Di samping itu keterampilan sosial siswa juga belum maksimal terlihat dalam proses pembelajaran IPS. Hal ini dikarenakan selama pembelajaran orientasinya lebih berfokus pada hasil belajar pada aspek pengetahuan, sedangkan untuk sikap dan keterampilannya kurang mendapat perhatian maksimal.
Kekurangan yang terjadi di siklus 1 telah diperbaiki di siklus 2 dengan mengubah strategi yang lebih mengaktifkan siswa serta memfokuskan pada aspek keterampilan sosial siswa yaitu: (1) keterampilan bekerja sama; (2) keterampilan mengendalikan diri; (3) keterampilan berkomunikasi; (4) keterampilan memperoleh dan mengolah informasi.
Keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS pada siklus II secara klasikal meningkat 19,99% dari siklus I yaitu 71,43% menjadi 91,42% pada siklus II. Nilai terendah dari hasil tes setelah dilaksanakan tindakan siklus II yaitu 63, nilai tertinggi yaitu 90, dan rata-rata nilai secara klasikal meningkat dari siklus I yaitu 70,98 menjadi 75,27 pada siklus II. Hal ini disebabkan pelaksanaan model pembelajaran kooperatif, memiliki keunggulan di antaranya meningkatkan semangat siswa, karena pembelajar aktif,
terciptanya suasana belajar yang kondusif dan dinamis serta terbuka dari berbagai
arah, dan mendorong serta
mengembangkan berfikir kreatif karena siswa partisipatif aktif untuk menemukan sesuatu Sedangkan berdasarkan hasil observasi keterampilan sosial diperoleh hasil sebagai berikut; Pada pertemuan pertama siswa yang memperoleh nilai keterampilan sosial kategori baik ada 22 siswa dari 35 siswa atau sebesar 62,85%. Sedangkan pada pertemuan kedua siswa yang memperoleh nilai keterampilan sosial kategori baik meningkat dari 22 siswa menjadi 29 siswa atau sebesar 82,85%. Berdasarkan hasil analisis pada tindakan siklus II dapat diketahui adanya peningkatan keterampilan sosial siswa dari tindakan siklus I yaitu 40% menjadi 82,85% pada siklus II. Peningkatan keterampilan sosial siswa disebabkan model pembelajaran kooperatif yang secara maksimal diterapkan sebagai perbaikan pada siklus satu.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dijelaskan data perhitungan rata-rata nilai tes keterampilan dari siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan terlihat dari siklus I dan siklus II. Pada siklus I siswa yang tuntas diatas KKM ≥ 65 hanya 25 siswa atau 71,43%, dan pada siklus II siswa yang tuntas diatas KKM ≥ 65 sebanyak 32 siswa atau 91,42% dari 35
siswa. Sedangkan berdasarkan
pengamatan keterampilan sosial siswa juga menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus I siswa yang memperoleh
[153] kategori keterampilan sosial baik hanya ada 14 siswa atau 40%, namun pada siklus II meningkat menjadi 29 siswa atau 82,85%. Peningkatan keterampilan siswa
berdampak pada peningkatan
kemampuan kognitifnya, yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa ketika model
kooperatif dengan pendekatan
experiental learning diterapkan selama
dua siklus. Keberhasilan pembelajaran ini dikarenakan dalam pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk aktif berinteraksi dalam kegiatan kelompok, sehingga kemampuan masing-masing individu akan mendukung kegiatan kelompok. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Com dan Slaby dalam Erliany Syaodih (2007:50) keterampilan sosial adalah “kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara yang spesifik sehingga dapat diterima atau dinilai menguntungkan bagi dirinya atau orang lain”
Keterampilan sosial seseorang terlihat ketika berinteraksi dengan orang lain, khususnya dalam kegiatan yang bersifat kelompok. Seseorang yang memiliki keterampilan sosial yang tinggi akan mampu dalam bekerja kelompok, berpartisipasi dan memberi kontribusi dalam mencapai tujuan kelompok, aktif memberikan saran yang bermanfaat dan berusaha memecahkan permasalahan.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Model pembelajaran
kooperatif dengan pendekatan
experiental learning dapat meningkatkan
keterampilan sosial siswa SDN kelas 5 Tegal Mulyo Surakarta. Peningkatan keterampilan sosial siswa yang diperoleh melalui kegiatan observasi, berdasarkan hasil analisis pada tindakan siklus II, dapat
diketahui adanya peningkatan
keterampilan sosial siswa dari tindakan siklus I yaitu 40% menjadi 82,85% pada siklus II. Dari hasil observasi peningkatan keterampilan sosial siswa, diikuti juga peningkatan kemampuan pengetahuan IPS siswa, sebagai dampak pengiring
(nurturant effect) proses pembelajaran.
Persentase ketuntasan secara klasikal pengetahuan IPS siswa meningkat 19,99% dari siklus I yaitu 71,43% menjadi 91,42% pada siklus II. 2) Desain pembelajaran yang memadai untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa SDN kelas 5 Tegal Mulyo Surakarta adalah dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif dengan pendekatan
experinetal learning. Proses pembelajaran
dan langkah-langkah pembelajarannya
kooperatif dengan pendekatan
experiental learning adalah sebagai
berikut:
Tabel 3. Proses dan Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif (bersambung).
Fase Kegiatan
[154]
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran, dan memotivasi siswa
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa melalui demonstrasi atau melalui kegiatan membaca
Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam bentuk kelompok
Guru menjelaskan cara-cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas dalam kelompok
Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dan siswa mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru memberikan penghargaan untuk menghargai hasil belajar individu maupun kelompok
REFFERENSI
Blanks, A. James (2001). Teaching
Strategies for the Social Studies. Inquiry Valuing, and Decision-Making. New
York: Longman
David A. Kolb. (2013) On Experiental
Learning dalam
http://www.infed.org/biblio/b-xplrn.htm, diakses tanggal 1 Oktober 2013.
Erliany Syaodih. (2007). Pengembangan
Model Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial.
Disertasi tidak dipublikasikan.
Etin Solihatin. (2009). Cooperative Learning
Analisis Model Pembelajaran IPS.
Jakarta: Bumi Aksara.
Fernandes Kusurianto, et al.( 1989). Strategi
Belajar Mengajar. Surabaya.
Jarolimek, J and Parker, W.C. (1995). Social
Studies in Elementary Education. New
York: Macmillan Publishing Company. Jarolimek, John. (2002). Social Studies in
Elementary Education. New York: MacMillan Co. Inc.
Nursid Sumaatmadja (2006). Konsep dasar
IPS. Jakarta : UT.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers
Sasongko, R.N. (2001). Model Pembelajaran Aksi Sosial untuk Pengembangan Nilai-nilai dan Keterampilan Sosial. Disertasi. Bandung:
PPs UPI tidak diterbitkan.
Sukmadinata, N.S. (2004). Kurikulum dan
Pembelajaran Kompetensi. Bandung:
Kesuma Karya.
Syafruddin, (2001). Penerapan Model ATI
dalam Pembelajaran IPS di SD. Disertasi
Maulana, “Interaksi Pbl-Murder, Minat Penjurusan, Dan Kemampuan Dasar Matematis Terhadap Pencapaian Kemampuan Berpikir Dan Disposisi Kritis”, Volume 2, Nomor 1, April
2015, hal. 1-20.
Asiah, “Pendekatan Komunikatif Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Di Kelas IV SD”, Volume 2, Nomor 1, April
2015, hal. 21-36.
Isrok’ Atun, “Menemukan Kembali Rumus Luas Persegi Panjang Dengan Konstruktivisme (Studi Kasus Pada Mahasiswa PGSD)”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 37-47.
Ocih Sukaesih, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Pembelajaran Mengidentifikasi Jenis Makanan Hewan Di SD”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 48-63. Rana Gustian Nugraha, “Meningkatkan Ecoliteracy Siswa SD Melalui Metode Field-Trip
Kegiatan Ekonomi Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial”, Volume 2, Nomor 1,
April 2015, hal. 64-76.
Fine Reffiane, Henry Januar Saputra, dan Taufik Hidayat, “Identifikasi Tingkat Kejujuran Siswa Sekolah Dasar Melalui Gerobak Kejujuran Di Kota Semarang”, Volume 2, Nomor 1, April
2015, hal. 77-83.
Rif’at Shafwatul Anam, “Efektivitas Dan Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Pada Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 84-93.
Yena Sumayana, “Penggunaan Metode Index Card Match Pada Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Mengenal Sejarah Uang”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 94-100.
Maylan Sofian, “Siaran Radio Citra 99.4 FM Sebagai Media Pelestarian Tembang Sunda Bagi Siswa Sekolah Dasar”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 101-120.
Diah Gusrayani, “Learning Tasks’ What And How: Perspektif Dosen Dan Mahasiswa Mengenai Tugas Pembelajaran”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 121-132.
Idam Ragil Widianto Atmojo, “Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Berbasis Media Realita Terhadap Hasil Belajar Matakuliah Konsep Dasar IPA 1”, Volume 2, Nomor 2,
Oktober 2015, hal. 133-142.
Jenny Indrastoeti, SP, & Hasan Mahfud, “Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Experiental Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial”, Volume 2, Nomor 2,
Oktober 2015, hal. 143-154.
Ipah Saripah & Lia Mulyani, “Profil Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Prasekolah (TK dan Non TK)”, Volume 2, Nomor 2, Oktober
2015, hal. 155-169.
Cucun Sunaengsih, “Pengaruh Model Pembelajaran Transdisciplinary Terhadap Karakter Siswa Pada Sekolah Dasar Internasional Berbasis International Baccalaureate”, Volume 2,
Nomor 2, Oktober 2015, hal. 170-177.
Sri Suciati, Ika Septiana, dan Mei Fita Asri Untari, “Penerapan Media Monosa (Monopoli Bahasa) Berbasis Kemandirian Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar”, Volume 2, Nomor
2, Oktober 2015, hal. 178-192.
Hastuti, “Pengaruh Bahasa Pertama Terhadap Bahasa Kedua Dalam Karangan Siswa Kelas V SD”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 193-201.
Yulia Siska, “Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Sejarah Lokal Lampung Untuk Sekolah Dasar”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 202-214.
Ani Nur Aeni, “Menjadi Guru SD Yang Memiliki Kompetensi Personal-Religius Melalui Program One Day One Juz (ODOJ)”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 215-225.
Regina Lichteria Panjaitan, Dadan Djuanda, dan Nurdinah Hanifah, “Persepsi Guru Mengenai Sex Education di Sekolah Dasar Kelas VI”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 226-237. Egi Agustian, Atep Sujana, dan Yedi Kurniadi, “Pengaruh Pendekatan Open-Ended Terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Sekolah Dasar Kelas V”, Volume 2, Nomor 2,
Redaksi berkala Mimbar Sekolah Dasar mengucapkan terima kasih kepada Mitra Bestari yang telah mereview naskah pada terbitan Volume 2 tahun 2015 ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Totok Sumaryanto, M.Pd. (FBS – Universitas Negeri Semarang) 2. Prof. Dr. Dwi Atmono, M.Pd., M.Si.
(FKIP – Universitas Lambung Mangkurat) 3. Dr. Edy Suyanto, M.Pd.
(FKIP – Universitas Lampung) 4. Andika Arisetyawan, M.Pd.
Penerbit Prodi PGSD UPI Kampus Sumedang http://kd-sumedang.upi.edu/
(Terbit April & Oktober) 1. Jenis Artikel
Artikel dapat berupa kajian hasil penelitian, kajian setara penelitian (ide/gagasan), dan resensi buku baru. Semua jenis artikel belum pernah dimuat di media apapun.
2. Format Tulisan
Artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia dalam bentuk ESAI dengan extensi file docx (Microsoft Word) dan menggunakan acuan sebagai berikut:
- Margin : Atas & Bawah (2,5 cm), Kanan & Kiri (2,5 cm) - Ukuran Kertas : A4 (21 cm x 29,7 cm)
- Jenis huruf : Century Gothic - Ukuran Font : 10 pt
- Spasi : 1,5 (kecuali judul, identitas penulis, abstrak dan referensi: 1 spasi)
Penulisan pada judul dan sub-bagian artikel menggunakan aturan sebagai berikut: Tulisan level 1 (Huruf besar semua/UPPERCASE, rata kiri, cetak tebal)
Tulisan level 2 (Huruf besar kecil/Capitalize Each Word, rata kiri, cetak tebal)
Tulisan level 3 (Huruf besar kecil/Capitalize Each Word, rata kiri, cetak tebal & miring) Semua bagian penulisan level 1 dan 2 tidak menggunakan pointer – jika diperlukan keterangan atau penjelasan tambahan pada tubuh artikel gunakan footnote. Untuk keterangan tabel disimpan di atas tabel, untuk keterangan gambar atau diagram disimpan di bawahnya. Ukuran huruf di dalam tabel atau diagram lebih kecil, yakni dari 8-9 pt, spasi 1. Jumlah halaman termasuk tabel, diagram, foto, dan referensi adalah 10-20 halaman.
3. Struktur Artikel
a. Untuk artikel hasil penelitian menggunakan struktur sebagai berikut:
Judul (Tidak lebih dari 15 kata); Identitas Penulis (Baris pertama: nama tanpa gelar. Baris kedua: prodi/jurusan/instansi. Baris ketiga: alamat lengkap instansi. Baris keempat: alamat email dan nmr HP); Abstrak (Dibuat dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, masing-masing maksimal 200 kata, disertai kata kunci masing-masing maksimal lima kata); Pendahuluan (Berisi latarbelakang disertai tinjauan pustaka, tujuan dan urgensi penelitian); Metode (Berisi metode/pendekatan, subjek, waktu dan tempat, teknik pengumpulan data dan analisis data); Hasil; Pembahasan; Simpulan (Sesuai dengan pendahuluan/rumusan masalah); dan Referensi (Memuat referensi yang diacu saja, minimal 80% terbitan 10 tahun terakhir).
b. Untuk artikel setara penelitian (ide/gagasan) menggunakan struktur sebagai berikut: Judul (Tidak lebih dari 15 kata); Identitas Penulis (Baris pertama: nama tanpa gelar. Baris kedua: prodi/jurusan/instansi. Baris ketiga: alamat lengkap instansi. Baris keempat: alamat email dan nmr HP); Abstrak (Dibuat dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, masing-masing maksimal 200 kata; disertai kata kunci masing-masing maksimal lima kata); Pendahuluan (Berisi latarbelakang disertai tinjauan pustaka dan tujuan); Pembahasan (Judul bahasan disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat dibagi ke dalam sub-bagian); Simpulan (Sesuai dengan pendahuluan); dan Referensi (Memuat referensi yang diacu saja, minimal 80% terbitan 10 tahun terakhir).
c. Untuk artikel resensi buku menggunakan struktur sebagai berikut:
Judul (Tidak lebih dari 15 kata); Identitas Penulis (Baris pertama: nama tanpa gelar. Baris kedua: prodi/jurusan/instansi. Baris ketiga: alamat lengkap instansi. Baris keempat: alamat email dan nmr HP); Identitas Buku (Berisi judul buku, penulis, penerbit, tahun terbit, jumlah halaman, ISBN, dan foto cover/sampul depan); Pembahasan (Judul bahasan disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat dibagi ke dalam sub-bagian).
yang telah diadaptasi sesuai kebutuhan Universitas Pendidikan Indonesia. Contoh dapat melihat pada artikel yang telah dimuat, atau selengkapnya dapat dilihat di akhir pedoman penulisan ini.
5. Penyuntingan
a. Artikel dikirim kepada tim redaksi dengan alamat email: [email protected]. Jika diperlukan, tim redaksi akan meminta file dalam CD dan print-out sebanyak tiga eksemplar yang dikirim ke alamat: Redaksi Jurnal Mimbar Sekolah Dasar, Prodi PGSD UPI Kampus Sumedang - Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang Jawa Barat 45322.
b. Artikel yang telah dievaluasi oleh tim penyunting atau reviewer berhak untuk ditolak atau dimuat dengan pemberitahuan secara tertulis, dan apabila diperlukan tim penyunting akan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan revisi sesuai dengan rekomendasi hasil penyuntingan. Untuk keseragaman format, penyunting berhak untuk melakukan pengubahan artikel tanpa mengubah substansi artikel.
c. Semua isi artikel adalah tanggung jawab penulis, dan jika pada masa pracetak ditemukan masalah di dalam artikel yang berkaitan dengan pengutipan atau HAKI, maka artikel yang bersangkutan akan dicancel untuk dimuat. Untuk artikel yang dimuat, penulis akan mendapatkan dua eksemplar berkala sebagai tanda bukti pemuatan serta 10 eksemplar cetak lepas untuk keperluan masing-masing penulis, dan wajib memberikan kontribusi biaya pencetakan sesuai ketentuan tim berkala Mimbar Sekolah Dasar sebesar Rp. 250.000 di luar ongkos kirim.
CONTOH PENULISAN KUTIPAN DAN REFERENSI: JENIS
RUJUKAN DI DALAM TEKS ACUAN/REFERENSI/BIBLIOGRAFI DI DALAM PUSTAKA
Seorang
penulis A symbol is connected to its referent in the world by our sense of organs (Pinker, 2009 p.80)
atau
Pinker (2009, p. 80) claimed that a symbol ..
Pinker, S. (2009). How the mind works. New York, NY: W.W. Norton & Company, Inc.
Dua orang
penulis A set of verbs with individually similar meanings can be juxtaposed with a set of nouns with individually similar meanings ... (Hunston & Oakey, 2010)
atau
Hunston dan Oakey (1991) mengklaim bahwa …
Hunston, S. & Oakey, D. (2010). Introducing
applied linguistics: Concepts and skills. New York,
NY: Routledge.
Tiga s.d. 5
penulis Penjelasan (Coyle, Hood, & Marsh, 2010) menyimpulkan bahwa ...
Kutipan berikutnya dalam teks:
(Coyle et al., 2001)
Coyle, D., Hood, P. And Marsh, D. (2010). CLIL:
Content and language integrated learning.
Cambridge: Cambridge University Press.
Penulis sebagai penerbit
(Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan [Balitbang Depdiknas], 2010) Atau
Badan Penelitian dan Pengembangan,
Badan Penelitian dan Pengembangan [Balitbang]
(2007). The assessment of curriculum policy
of language subjects: Assessment report.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan.
Balitbang. (2008). The assessment of curriculum
policies in secondary education: Assessment report. Jakarta: Badan Penelitian dan
Depdiknas], (2010) menunjukan bahwa .... Kutipan berikutnya:
(Balitbang Depdiknas, 2010) Buku ber
editor (Waugh & Monville-Burston, 1990) Waugh, L.R., & Monville-Burston, M. (eds.). (1990). On language: Roman Jakobson. Cambridge,
MA: Harvard University Press. Beberapa karya dipublikasikan oleh seorang penulis pada tahun yang sama
(Sukyadi, 2011a, 2011b) Sukyadi, D., Setyarini, S. & Junida, A.I. (2011a). A Semiotic Analysis of Cyber Emoticons (A
Case Study of Kaskus Emoticons in The Lounge Forum at Kaskus-the Largest Indonesian Community. K@ta: A Biannual
Publication on the Study of Language and Literature, 13(1), pp. 37-50,
Sukyadi, D. & Mardiani, R. (2011b). The Washback Effect of National Examination (ENE) on
English teachers’ Classroom Teaching and Students’ Learning. K@ta: A Biannual
Publication on the Study of Language and Literature, 13(1), pp. 96-111,
(susun secara alfabetis berdasarkan judul) Buku yang
disusun oleh sebuah lembaga atau institusi
Badan Standar Nasional Pendidikan (2012)
merekomendasikan bahwa ...
(Badan Standar Nasional Pendidikan, 2012)
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2010).
Pedoman penulisan buku ajar untuk perguruan tinggi. Jakarta: Badan Standar
Nasional Pendidikan. (Laporan Tahunan
Universitas Pendidikan Indonesia, BHMN, 2009)
Laporan Tahunan Universitas Pendidikan Indonesia, Badan Hukum Milik Negara. (2009).Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia BHMN. Buku
elektronik Most authors begin their articles by explaining what caused them to conduct their
empirical investigations (Huck, 2012)
Huck, S.W. (2012). Reading statistics and research. Boston, MA: Pearson Education, Inc.
Available from NetLibrary database.
Buku
terjemahan (Young & Rang, 2005) Young, Y. S. & Rang, K. I. (2005). Semua yang jorok ada di sini: Buku pengetahuan paling jorok sedunia (M. Ayudiah, Trans.). Jakarta:
PT Bhuana Ilmu Populer. Bab dalam
sebuah buku (Richards, 2002) Gunakan penulis Bab, bukan editor buku tersebut
Richards, J. C. (2002) Theories of Teaching in Language Teaching. In Richards, J.C. and Renandya, W.A. (Eds.). (2002). Methodology
in language teaching: An anthology of current practice. Cambridge: Cambridge
University Press. Kutipan lebih
dari 1 halaman
Kutipan pertama:
(Rush, Waldrop, Mitchell, & Dyches, 2005, pp. 283-284) Kutipan berikutnya dar sumber
yang sama:
(Rush et al., 2005, p. 291)
Rush, K. L., Waldrop, S., Mitchell, C., & Dyches, C. (2005). The RN-BSN distance education
experience: From educational limbo to more than
an elusive degree. Journal of Professional
Nursing, 21, 283-292.
Dari
ensiklopedia (Crystal, 1987) Crystal, D. (1987). The Cambridge encyclopedia of language). Cambridge: Cambridge University Press.
majalah mamala keur dirina. Mangle, 2364, pp.14-15. Dari artikel
koran cetak dengan penulis
(Kunaefi, 2012) Kunaefi, R. Mengidamkan postur polisi ideal. (2012, January 4). The Republika, p. 4. Dokumen
pemerintah Jalal, Samani, Chang, Stevenson, Ragats, and Negara (2009) report that despite the positive contributions of MGMP, there are also ..
Jalal, F., Samani, M., Chang, M. C., Stevenson, R., Ragats, A.B. and Negara, S.D. (2009).
Teacher certification in Indonesia: A strategy for teacher quality improvement. Jakarta:
Ministry of National Education and World bank. Retrived March 6, 2012, from: http://ddp-ext.worldbank.org/EdStats/ IDNprwp09c.pdf
Undang-undang Law of the Republic of Indonesia Number 2, 1989 on National Education System, Article 5, Verse 1, states that ..
Law of the Republic of Indonesia, Number 2, 1989, on National Education System.
Makalah seminar atau konferensi atau prosiding
(Sukyadi, 2011) Pemakalah, A. A., & Pemakalah, B. B. (tahun). Judul Makalah atau prosiding. Dalam A. Editor (Ed.), Judul simposium atau konferensi pp. x-x). tempat: Penerbit.
Penyaji, A. A. (Tahun, Bulan). Judul Makalah. Makalah disajikan dalam pertemuan nama organisasi, tempat
Sukyadi, D. (2011). The metaphorical use of English
address terms in indonesian blog comments (A pragmatic analysis of Indonesian bloggers). Disajikan pada Conference on English Studies (CONEST) 8, Unika Atma Jaya, Jakart Artikel jurnal dengan satu penulis (Karjo, 201) Atau Karjo (2011) berpendapat bahwa …
Karjo, C.H. (2011). Investigation of scalar implicature of Binus University students.
K@ta: A Biannual Publication on the Study of Language and Literature, 13(1), pp. 56-75,
Artikel jurnal dengan 3-6 penulis
(Sukyadi, Setyarini, & Junida,
2011) Sukyadi, D., Setyarini, S. & Junida, A.I. (2011). A semiotic analysis of cyber emoticons (A case study of kaskus emoticons in The Lounge Forum at Kaskus-the Largest Indonesian
Community. K@ta: A Biannual Publication on the
Study of Language and Literature, 13(1), pp. 37-50,
Berasal dari tesis individu atau institusi
(Amalia, 2012) Amalia, A. (2012). The use of video in teaching writing procedural text: A quasi-experimental study in one of Senior High Schools in
Bandung (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2012, Tidak diterbitkan) Skripsi/tesis/di
sertasi dari database
McNiel (2006)
(MCNiel, 2006) McNiel, D. S. (2006). Meaning through narrative: A personal narrative discussing growing up with an alcoholic mother. Retrieved from ProQuest
Digital Dissertations. (AAT 1434728) Abstrak dari
basis data (Morrissey, 2004) Morrissey, J. P. (2004). Medicaid benefits and recidivism of mentally ill persons released from jail (NCJ No. 214169) [Abstract].
Retrieved from National Criminal Justice Reference Service abstracts database. Abstrak
seminar atau simposisum
Brier, Pandelaere, Dewitte, &
Warlop (2006) Briers, B., Pandelaere, M., Dewitte, S., & Warlop, L. (2006, June). Hungry for money: The desire for caloric resources increases the desire for
Human Behavior and Evolution Society. Abstract retrieved from http://www.hbes .com/HBES/abst2006.pdf.
Skripsi/tesis/di sertasi dari Repositori
(Amalia, 2012) Amalia, A. (2012). The use of video in teaching writing procedural text: A quasi-experimental study in one of Senior High Schools in
Bandung (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2012). Retrieved from
http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_s kripsi=11587
Book review
(Telaah Buku) Cramond (2007) Cramond, B. (2007). Enriching the brain? Probably not for psychologists [Review of the book
Enriching the brain: How to maximize every learner’s potential]. PsycCRITIQUES, 52(4),
Article 2. Retrieved from
http://www.apa.org/psyccritiques/ Laman web
dengan penulis
(Ljungberg, 2012) Ljungberg, C.( 2012). Shadows, mirrors, and smoke
screens: zooming on iconicity. Retrieved
March 22, 2012, from
http://www.iconicity.ch/en/iconicity/index.php Laman web
tanpa tahun (Sound Symbolism Checksheet, n.d.) Ling 131: Language & Style. (n.d.) Sound symbolism checksheet. Retrieved March 22,
2012, from http://www.lancs.ac.uk/fass/projects/stylistics/ topic5a/7soundchecksheet.htm Bila kutipan dari laman web sebuah institusi (Perpustakaan UPI, 2011) Sebagaimana dikatakan oleh Perpustakaan UPI (2011)
Perpustakaan UPI. (2011). Menyimak fungsi
perpustakaan. Retrieved March 26, 2012,
from
http://perpustakaan.upi.edu/index.php?option =com_content&task=view&id=26&Itemid=1 (Sekolah Pascasarjana UPI,
n.d.) Sekolah Pascasarjana UPI. (n.d.). Sejarah. Diakses pada tanggal 26 Maret 2012 dari: http://sps.upi.edu/tentang-sps/sejarah/
Gambar dari
Web Photo Paris Van JavaBandung-Indonesia (ID: 5081183ID, n.d.)
Paris Van Java-Bandung-Indonesia [Photo] (n.d.). Retrieved March 25, 2012 from
http://www.panoramio.com/photo/5081183