• Tidak ada hasil yang ditemukan

skrofuloderma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "skrofuloderma"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

STATUS PASIEN STATUS PASIEN

I.

I. IDENTITAS PASIENIDENTITAS PASIEN  Nama

 Nama : Tn.S: Tn.S Jenis

Jenis Kelamin Kelamin : : Laki-lakiLaki-laki Umur

Umur : : 21 21 tahuntahun Alamat

Alamat : : perumahan perumahan mayanggi mayanggi pratama pratama blok blok K3 K3 no no 34 34 BekasiBekasi Pekerjaan

Pekerjaan : : mahasiswamahasiswa Agama

Agama : : islamislam Tanggal Pemeriksaan

Tanggal Pemeriksaan : 12 februari 2014 13.00 WI: 12 februari 2014 13.00 WIBB

II.

II. ANAMNESISANAMNESIS Diambil dari

Diambil dari autoanamnesis tanggal 12 autoanamnesis tanggal 12 februari 2014 13.00 februari 2014 13.00 WIB.WIB.

Keluhan Utama Keluhan Utama::

Luka pada daerah leher dan dada kiri dekat ketiak yang sulit sembuh Luka pada daerah leher dan dada kiri dekat ketiak yang sulit sembuh Keluhan Tambahan:

Keluhan Tambahan:

Demam, benjolan pada leher sebelah kiri Demam, benjolan pada leher sebelah kiri

Riwayat Penyakit Sekarang: Riwayat Penyakit Sekarang:

 pasien merupakan pasien konsul penyakit dalam d

 pasien merupakan pasien konsul penyakit dalam dengan keluhan terdapat luka engan keluhan terdapat luka yang sulit sembuhyang sulit sembuh  pada leher sebelah kiri dan dada kiri dekat ketiak.

 pada leher sebelah kiri dan dada kiri dekat ketiak.

2 tahun SMRS pasien mengeluh terdapat benjolan pada leher sebelah kiri bawah sebesar biji 2 tahun SMRS pasien mengeluh terdapat benjolan pada leher sebelah kiri bawah sebesar biji  jagung yang

 jagung yang tidak terasa tidak terasa nyeri . nyeri . Terdapat demam Terdapat demam naik-turun yang naik-turun yang tidak menghilang tidak menghilang dengan obatdengan obat warung. Benjolan dirasakan semakin lama semakin membesar, 1 tahun SMRS benjolan mulai warung. Benjolan dirasakan semakin lama semakin membesar, 1 tahun SMRS benjolan mulai dirasakan sebesar biji salak, terasa nyeri dan mulai bertambah di sekitar leher. pada saat itu dirasakan sebesar biji salak, terasa nyeri dan mulai bertambah di sekitar leher. pada saat itu terdapat 3 benjolan yang dirasakan pasien yang letaknya berdekatan. 2 benjolan lain sebesar biji terdapat 3 benjolan yang dirasakan pasien yang letaknya berdekatan. 2 benjolan lain sebesar biji  jagung

 jagung tidak tidak terasa terasa nyeri nyeri dan dan panas, panas, terdapat terdapat pada pada leher leher kiri kiri bagian bagian bawah bawah dan dan dada dada kiri kiri dekatdekat ketiak. 1 bulan kemudian ( 11 bulan SMRS) benjolan pecah dan mengeluarkan cairan berwarna ketiak. 1 bulan kemudian ( 11 bulan SMRS) benjolan pecah dan mengeluarkan cairan berwarna

(2)

 putih

 putih diikuti diikuti cairan benicairan bening, ng, benjolan benjolan berubah berubah menjadi menjadi luka luka “basah”. “basah”. Keadaan Keadaan ini ini diikuti dendiikuti dengangan  bertambah besarnya 2 benjolan lain dan mulai terasa nyeri.

 bertambah besarnya 2 benjolan lain dan mulai terasa nyeri.

6 bulan kemudian ( 5 bulan SMRS) luka basah itu mengering dan membentuk koreng berwarna 6 bulan kemudian ( 5 bulan SMRS) luka basah itu mengering dan membentuk koreng berwarna kekuningan, tidak terasa nyeri. Sedangkan untuk 2 benjolan lain mulai menjadi luka basah kekuningan, tidak terasa nyeri. Sedangkan untuk 2 benjolan lain mulai menjadi luka basah setelah sebelumnya pecah sama seperti benjolan yang pertama kali dirasakan. demam terus setelah sebelumnya pecah sama seperti benjolan yang pertama kali dirasakan. demam terus dirasakan pasien sejak 2 tahun yang lalu.

dirasakan pasien sejak 2 tahun yang lalu.

Pasien telah mencoba pengobatan , yaitu meminum obat herbal untuk mengurangi keluhan sejak Pasien telah mencoba pengobatan , yaitu meminum obat herbal untuk mengurangi keluhan sejak 2 tahun SMRS. Namun keluhan tidak membaik.

2 tahun SMRS. Namun keluhan tidak membaik.

Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat Penyakit Dahulu:

Terdapat riwayat penurunan berat badan pada 6 bulan terakhir, penurunan terjadi ± 7 kg. Tidak Terdapat riwayat penurunan berat badan pada 6 bulan terakhir, penurunan terjadi ± 7 kg. Tidak terdapat riwayat batuk lama dan batuk mengeluarkan darah pada pasien.

terdapat riwayat batuk lama dan batuk mengeluarkan darah pada pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak terdapat anggota keluarga yang mengalami batuk-batuk lama dan mengeluarkan darah Tidak terdapat anggota keluarga yang mengalami batuk-batuk lama dan mengeluarkan darah ataupun mengalami demam yang lama serta tidak kunjung sembuh. Tidak terdapat riwayat ataupun mengalami demam yang lama serta tidak kunjung sembuh. Tidak terdapat riwayat keganasan (kanker) pada keluarga.

keganasan (kanker) pada keluarga.

III.

III.STATUS GENERALISSTATUS GENERALIS Keadaan

Keadaan Umum Umum : : Baik.Baik. Kesadaran

Kesadaran : : Compos Compos mentis.mentis. Keadaan

Keadaan Gizi Gizi : : kurus kurus ( ( IMT IMT 17.2 17.2 kg/mkg/m22)) ( TB: 174 cm, BB: 52 kg) ( TB: 174 cm, BB: 52 kg) Tanda Vital

Tanda Vital Tekanan

Tekanan darah darah : : 110/70 110/70 mmHg.mmHg.  Nadi

 Nadi : 110x/ menit, reguler, kuat angkat: 110x/ menit, reguler, kuat angkat Pernafasan

Pernafasan : : 26x/menit.26x/menit. Suhu

Suhu : : 37.337.300CC Kepala

Kepala : : Normocephali, Normocephali, distribusi distribusi rambut rambut meratamerata Mata

(3)

Telinga : Normotia, liang telinga lapang, sekret (-).

Mulut : Bibir simetris, sianosis (-), lesi di sekitar bibir (-). Tenggorokan : Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1 tenang.

Leher : terdapat pembesaran KGB pada regio coli sinistra , tidak nyeri pada  palpasi, teraba kenyal, ukuran 1x2cm.

Terdapat krusta pada regio coli sinistra daerah KGB jugularis inferior dan supraklavikular.

Thoraks :

Inspeksi : terdapat ulkus pada dada kiri ICS 2 linea axilaris anterior. Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru : vseikuler pada kedua lapang paru.

Abdomen : Supel, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.

Ekstremitas : Akral hangat, oedem (-).

IV. STATUS DERMATOLOGIKUS Lokasi : regio coli

Efloresensi : krusta-krusta berwarna kekuningan berjumlah 3 buah disertai hiperpigmentasi di sekitarnya, batas tegas, diameternya berkisar antara ± 2-3 cm. Pada palpasi tidak teraba nyeri, tidak teraba panas.

Lokasi : dada kiri dekat ketiak

Efloresensi : ulkus bentuk tidak teratur, pinggir meninggi,dinding bergaung, pada bagian tengah terdapat krusta berwarna kekuningan disertai jaringan granulasi pada dasarnya tertutup oleh pus berwarna kekuningan, diameter ± 3cm, daerah sekitar ulkus tampak livide

(4)

gambar 1 tampak krusta-krusta berwarna kekuningan disertai ulkus yang belum menutup.

gambar 2 tampak ulkus bentuk tidak teratur, pinggir meninggi,dinding bergaung, pada bagian tengah terdapat krusta berwarna kekuningan disertai jaringan granulasi pada dasarnya tertutup oleh pus berwarna kekuningan, diameter ± 3cm, daerah sekitar ulkus tampak livide

(5)

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan BTA

gambar 3 tampak krusta-krusta berwarna kekuningan disertai hiperpigmentasi disekitarna.

(6)

Tidak ditemukan adanya BTA pada pemeriksaan BTA VI.RESUME

Anamnesis :

Tn.S, Laki-laki usia 22 tahun, dikonsulkan dari bagian penyakit dalam dengan keluhan didapatkan adanya luka yang sulit sembuh pada leher kiri dan dada kiri dekat ketiak. Keluhan diawali dengan terdapatnya benjolan sebesar biji jagung pada leher sebelah kiri, tidak terasa nyeri sejak 2 tahun SMRS. Benjolan membesar seperti biji salak dalam waktu 1 tahun , menjadi nyeri dan bertambah banyak. Terdapat 3 benjolan, 2 di leher sebelah kiri dan 1 pada dada kiri dekat ketiak. Benjolan setelah bertambah besar pecah dengan sendirinya dan mengeluarkan cairan berwarna putih diikuti cairan bening. Kemudian menjadi luka basah yang sulit sembuh.

Terapat demam selama 2 tahun diikuti penurunan berat badan selama 6 bulan terakhir. Tidak didapatkan adanya riwayat keganasan pada keluarga.

Pemeriksaan fisik Status generalisata :

 terdapat pembesaran KGB pada regio coli sinistra , tidak nyeri pada palpasi, ukuran

1x2cm.

Terdapat krusta pada regio coli sinistra daerah KGB jugularis inferior dan supraklavikular.

 Pada pemeriksaan thoraks inspeksi : terdapat ulkus pada dada kiri ICS 2 linea axilaris

anterior.

Status dermatologikus : Lokasi : regio coli

Efloresensi : krusta-krusta berjumlah 3 buah berwarna kekuningan disertai hiperpigmentasi di sekitarnya, batas tegas, diameternya berkisar antara ± 2-3 cm.

(7)

Efloresensi : ulkus bentuk tidak teratur, pinggir meninggi,dinding bergaung, bagian tengah terdapat krusta berwarna kekuningan disertai jaringan granulasi  pada dasarnya tertutup oleh pus berwarna kekuningan, diameter ± 3cm,

daerah sekitar ulkus tampak livide, tidak terasa nyeri.

VII. DIAGNOSIS KERJA Scrofuloderma

VIII. DIAGNOSIS BANDING

Aktinomikosis Limfoma

IX. PEMERIKSAAN ANJURAN Cek sputum

Ro thoraks AP/PA

Pemeriksaan histopatologi (FNAB) Pemeriksaan PA

Mantoux test

X. PENATALAKSANAAN

Non medikamentosa :

Minum obat harus teratur dan harus tuntas. Bila perlu diadakan orang sebagai pengawas minum obat.

Berjemur di bawah sinar matahari pagi Rumah jangan tertutup perbanyak ventilasi

Bila orang di sekitar mempunyai keluhan batuk-batuk lama, demam lama, penurunan berat  badan atau mengalami gejala serupa, segera di bawa ke pusat kesehatan terdekat untuk  berobat.

(8)

Medika mentosa :

Topikal:

Kompres luka dengan NaCl

Sistemik:

Termasuk kategori 3 : 2RHZ/4RH 2 bulan pertama

Inh (H) 300 mg tab 1x2 tab

Rifampisin (R) 450 mg kapsul 1x1 kapsul Pirazinamid (Z) 500 mg tab 1x2 tab

4 bulan selanjutnya

Rifampisin (R) 450 mg kapsul 1x1 kapsul Pirazinamid (Z) 500 mg tab 1x2 tab

XI. PROGNOSIS

 Quo ad vitam : ad bonam.  Quo ad functionam : ad bonam.  Quo ad sanationam : ad bonam.

(9)

Tinjauan pustaka

Skrofuloderma

I. Definisi

Skrofuloderma merupakan kelainan kulit yang disebabkan oleh  Mycobacterium tuberculosis  yang mengenai subkutan dan merupakan perluasan langsung dari tuberkulosis pada jaringan dibawah kulit yang kemudian membentuk abses dingin yang makin lama makin membesar dan pecah pada kulit diatasnya.1

II. Epidemiologi

Insiden tuberkulosis kutis yang tercatat masih rendah. Di negara seperti Cina atau India di mana prevalen tuberkulosis tercatat masih tinggi, manifestasi tuberkulosis pada kulit kurang dari 0,1% individu yang berkunjung ke klinik-klinik dermatologi.Skrofuloderma  biasanya mengenai anak-anak dan dewasa muda terutama pada pria. Sumber lain

menyebutkan bahwa dapat terjadi pada semua umur dan perbedaan banyaknya insidens  pada pria dan wanita tidak bermakna.1,2

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini sering terkait dengan faktor lingkungannya ataupun pekerjaannya. Biasanya penyakit ini sering ditemukan pada  pekerjaan seperti ahli patologi, ahli bedah, orang-orang yang melakukan autopsi,  peternak, juru masak, anatomis, dan pekerja lain yang mungkin berkontak langsung dengan M. tuberculosis ini, seperti contohnya pekerja laboraturium. Pada negara-negara yang belum berkembang, daerah dengan sanitasi yang kurang baik dan gizi kurang,  penyakit lebih mudah meluas dan lebih berat. Penyebaran lebih mudah terjadi pada

(10)

III. Etiologi

Penyebab skrofuloderma adalah mikobakterium obligat yang bersifat patogen terhadap manusia yang juga berperan sebagai penyebab terjadinya tuberkulosis kutis pada

umumnya. Untuk penyebab utamanya sendiri, yang ditemukan di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo ialah Mycobacterium tuberculosis berjumlah 91,5%. Sisanya disebabkan oleh mikobakteria atipikal.3

 Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri yang bersifat aerob dan merupakan  patogen pada manusia, dimana bakteri ini bersifat tahan asam sehingga biasa disebut  bakteri tahan asam (BTA), dan hidupnya intraselular fakultatif, artinya bakteri ini tidak

mutlak harus berada didalam sel untuk dapat hidup. Mycobacterium tuberculosis

mempunyai sifat-sifat yaitu berbentuk batang, tidak membentuk spora, a erob, tahan asam,  panjang 2-4/µ dan lebar 0,3-1,5/µ, tidak bergerak dan suhu optimal pertumbuhan pada

370 C. Bakteri ini merupakan kuman yang berbentuk batang yang lebih halus daripada  bakteri Mycobacterium leprae, sedikit bengkok dan biasanya tersusun satu-satu atau  berpasangan.4

IV. Anatomi Kelenjar Getah Bening Leher

Sebelum mengetahui mengenai perjalanan penyakit dan mekanisme terjadinya penyakit ini, terlebih dahulu akan di bahas mengenai kelenjar getah bening pada manusia. Pada kasus didapatkan adanya gambaran lesi pada leher, maka akan di bahas mengenai kelenjar limfe leher. Letak kelenjar limfa leher menurut Sloan Kattering Memorial Cancer Center Classification dibagi dalam lima daerah peyebaran kelompok kelenjar, yaitu daerah:

 I : kelenjar yang terletak di segitiga submental dan submandibula

 II: kelenjar yang terletak di 1/3 atas dan termasuk kelenjar limfa jugular superior, kelenjar digastrik dan kelenjar servikal posterior dan superior

 III: kelenjar limfa jugularis di antara bifukarsio karotis dan persilangan m.omohioid dengan m.sternokleidomastoid dan batas posterior m.sternokleidomastoid

 IV: grup kelenjar di daerah jugularis inferior dan supraklavikular  V: kelenjar yang berada di segitiga posterior servikal.5

(11)

V. Patofisologi

Timbulnya skrofuloderma akibat penjalaran per kontinuitatum dari organ dibawah kulit yang telah diserang penyakit tuberkulosis, yang tersering berasal dari KGB.,juga dapat  berasal dari sendi dan tulang. Oleh karena itu tempat predileksinya pada tempat-tempat yang banyak didapati KGB Superfisialis, yang tersering ialah pada leher, kemudian disusul ketiak dan yang terjarang pada lipat paha.

Port d’entrée skrofuloderma di daerah leher ialah pada tonsil atau paru. Jika di ketiak,

kemungkinan port d’entrée pada apex pleura, bila dilipat paha kemungkinan port d’entree

 pada ekstremitas bawah. Kadang-kadang ketiga tempat predileksi tersebut diserang sekaligus, yakni pada leher, ketiak dan lipat paha, kemungkinan besar terjadi penyebaran hematogen.3

VI. Gejala klinik

Skrofuloderma biasanya mulai sebagai limfadenitis tuberkulosis, berupa pembesaran kelenjar getah bening, tanpa tanda-tanda radang akut, selain tumor. Mula-mula hanya

(12)

 beberapa KGB yang diserang, lalu makin banyak dan sebagian berkonfluensi. Selain limfadenitis juga terdapat periadenitis yang menyebabkan perlekatan KGB tersebut dengan  jaringan sekitar. Kemudian kelenjar-kelenjar tersebut mengalami perlunakan tidak serentak, menyebabkan konsistensinya menjadi bermacam  –   macam, yaitu didapati kelenjar getah bening melunak dan membentuk abses yang akan menembus kulit dan  pecah, bila tidak disayat dan dikeluarkan nanahnya. Abses ini disebut abses dingin artinya abses tersebut tidak panas maupun nyeri tekan, melainkan berfluktuasi (bergerak bila ditekan, menandakan bahwa isinya cair). Pada stadium selanjutnya terjadi perkejuan dan  perlunakan, pecah dan mencari jalan keluar dengan menembus kulit di atasnya dengan demikian membentuk fistel. Muara fistel kemudian meluas hingga menjadi ulkus yang mempunyai sifat khas, yakni bentuk memanjang dan tidak teratur, disekitarnya berwarna merah kebiru-biruan (livid), dinding bergaung; jaringan granulasinya tertutup oleh pus seropurulen, jika mengering menjadi krusta berwarna kuning. Ulkus-ulkus tersebut dapat sembuh spontan membentuk sikatriks yang memanjang dan tidak teratur dan diatasnya kadang-kadang terdapat jembatan kulit (skin bridge). Basil tahan asam banyak dijumpai  pada lesi/jaringan. Tes tuberkulin biasanya positif.3

(13)

VII. Pemeriksaan penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang dapat dijadikan sebagai alat bantu untuk menegakkan diagnosis scrofuloderma, diantaranya:

1) Pemeriksaan bakteriologi

Pemeriksaan bakteriologi terdiri dari 5 macam:

a)  Sediaan Mikroskopik

Bahan berupa pus, jaringan kulit dan jaringan kelenjar getah bening. Pada  pewarnaan dengan Ziehl-Neelsen atau modifikasinya, jika positif kuman akan

tampak berwarna merah pada dasar yang biru.1,4

b) Kultur

Kultur dilakukan pada media Lowenstein-Jensen, pengeraman pada suhu 370C. Jika positif koloni akan tumbuh dalam waktu 8 minggu.

c) Binatang Percobaan

Memakai binatang marmot. Percobaan ini membutuhkan waktu 8 minggu. d) Tes biokimia

(14)

Ada beberapa macam, contohnya tes niasin yang dipakai untuk membedakan jenis human dengan yang lain.

2) Tes tuberkulin

Tes ini bergantung dari reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap tuberculoproteins, yang diperantarai oleh sel limfosit yang tersensitisasi. Bahan tes tuberkulin juga dapat diperoleh dari ekstrak protein yang mengandung basil tuberkel. Purified Protein Derivative (PPD) merupakan campuran protein, karbohidrat dan lemak yang diperoleh dari presipitasi culture supernatant dari M. tuberculosis yang sudah mengalami proses autolisis akibat pemanasan.

Sensitivitas terhadap tes ini mulai tampak dalam beberapa minggu sejak onset infeksi M.tuberculosis, dan biasanya bertahan seumur hidup. Jika reaksi yang terjadi sangat kuat, mengindikasikan telah terjadi tuberkulosis yang aktif.

Teknik tes kulit ini ada 2 (dua) jenis, yaitu : Tes Mantoux

PPD diinjeksikan secara intradermal pada bagian volar lengan bawah. Tes ini dibaca setelah 48-72 jam dan diperhitungkan diameter area indurasi yang terbentuk,  bukan area eritemanya.

Jika indurasi yang terjadi berdiameter lebih dari 10 mm maka interpretasinya adalah telah atau sedang terjadi infeksi TB.

Tes Heaf

PPD dipenetrasikan sedalam 1,2 mm pada permukaan kulit lengan bawah bagian fleksor. Interpretasinya adalah sebagai berikut :

Grade I : muncul 4-6 papul di kulit

Grade II : timbul indurasi berbentuk bulat penuh Grade III : terbentuk plak dengan ukuran 12 mm

(15)

Grade I dan II dihubungkan dengan adanya riwayat vaksinasi BCG sebelumnya atau ada infeksi mikobakteria jenis lain. Sedangkan Grade III dan IV dihubungkan dengan adanya infeksi TB saat ini atau yang telah lampau.3,7

3) Pemeriksaan darah

Hasil pemeriksaan laboratorium dasar mungkin menunjukan hasil yang tidak spesifik, dengan hasil hitung darah (blood count) yang normal. Hanya saja pada sebagian besar  penderita TB kutis termasuk skrofuloderma terjadi peningkatan laju endap darah

(LED) sampai mencapai >100 mm/jam.

4) Pemeriksaan histopatologi ( biopsi eksisi)

Pemeriksaan ini diakukan dengan excision biopsy pada limfonodi yang mengalami  pembesaran. Gambaran yang tampak adalah jaringan granulasi, yaitu akumulasi histiosit yang menyerupai epitel (epiteliod) dan sel-sel raksasa Langerhans diantaranya, tampak pula infiltrat sel-sel mononuklear mengelilinginya. Pada bagian tengahnya dapat dijumpai nekrosis caseosa. Gambaran ini biasanya tampak pada dermis yang lebih dalam.

Dengan pewarnaan Ziehl Neelsen (ZN) dapat dijumpai basil tahan asam. Namun karena pada sediaan biopsi kulit, jumlah basil relatif sedikit kadang sulit untuk menentukan basil tahan asan meskipun dengan pewarnaan ZN. Kelemahan lain  prosedur ini adalah tindakan yang dilakukan bersifat invasif.

5) Pemeriksaan sitologi (FNAC)

Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC) merupakan salah satu teknik diagnostik yang telah diterima dengan baik dalam rangka penatalaksanaan penderita dengan  pembesaran kelenjar limfe, seperti halnya pada penderita skrofuloderma.

Prosedur pengerjaannya lebih sederhana dan relatif tidak menimbulkan rasa sakit sehingga FNAC dapat menggantikan metode excision biopsy yang lebih traumatik dan invasif. Pewarnaannya adalah dengan Haematoxylin and Eosin (H&E) dan /atau ZN. Gambaran yang tampak adalah lesi granulomatous, terdiri dari sel-sel epiteloid dengan

(16)

semilunar dengan inti kromatin halus atau granuler. Dapat pula dijumpai sel-sel raksasa Langhans bersama sel epiteloid atau yang berdiri sendiri.

6) PCR

Metode PCR yang dikenal adalah Lymph Node PCR (LN-PCR), dimana spesimen diambil dari sisa spesimen yang masih ada dalam syringe pada saat dilakukan tindakan FNAC atau dari jaringan hasil biopsi kelenjar getah bening yang kemudian dihomogenisasikn.

Keunggulan metode ini adalah sensitivitas dan spesivisitasnya tinggi, hasilnya dapat diperoleh dalam waktu relatif singkat yaitu sekitar 8 jam, dapat membedakan mikroorganisme penyebab yaitu M.tuberculosis dengan mikobakteria lainnya, dan dapat mengetahui adanya mutasi gen M tuberculosis yang dikaitkan dengan resistensi terhadap pengobatan.4

7) Pemeriksaan lain

Yang termasuk disini adalah pemeriksaan radiologi (foto thoraks)dan pemeriksaan  bakteriologi dari spesimen sputum. Pemeriksaan sputum dilakukan 3 kali dengan

ketentuan SPS ( Sewaktu Pagi Sewaktu) , bila 2 dari 3 spesimen positif didapatkan adanya kuman TB ( ditemukan BTA) dikatakan pemeriksaan sputum positif.

VIII. Diagnosis banding

Scrofuloderma sendiri menyerang kelenjar limfe, harus dibedakan dengan penyakit lain yang menyerang kelenjar limfe. Selain itu secara khas scrofuloderma dapat ditemukan  pada beberapa daerah tubuh yang mempunyai aliran limfe seperti lipat paha, ketiak,leher.  berdasarkan letak lesinya dapat pula dipikirkan beberapa penyakit yang mengenai daerah

tersebut. Sehingga diagnosis banding yang dapat diambil: Limfoma

Dijadikan diagnosis banding karena penyakit ini menyerang kelenjar limfe. Merupakan penyakit keganasan yang menyerang sistem limfoid. Dibedakan menjadi 2 jenis yaitu tipe hodkin dan non hodkin.

(17)

Actinomycosis

Merupakan penyakit subakut-kronik yang diakibatkan akibat infeksi bakteri gram  positif,anaerobik. Memberikan gambaran klinik berupa lesi yang supuratif dan infalmasi yang bergranul, deisertai pembentukan multipel abses. Bila terdapat pada daerah sekitar wajah dan leher umumnya disertai dengan riwayat manipulasi pada gigi misalnya riwayat pencabutan gigi.3,4

gambar 9 actinomycosis4

Limfogranuloma venerum

Merupakan penyakit venerik yang disebabkan oleh Clamydia trachomatis. Persamaan dengan skrofuloderma adalah dapat menyerang daerah inguinal terdapat limfadenitis pada beberapa kelenjar, peradenitis, perlunakan tidak serentak dengan akibatnya konsistensi kelenjar bermacam-macam, serta pembentukan abses dan fistel multipel.

Perbedaannya pada LGV terdapat kelima tnda radang akut, sedangkan pada skrofuloderma tidka terdapat kecuali tumor. Walaupun sama-sama menyerang daerah inguinal namun pada LGV lebih khas menyerang KGB medial sedangkan pada skrofuloderma menyerang inguinal femoral dan lateral.3

(18)

yaitu infeksi bakteri piokokus pada kelenjar apokrin. Penyakit tersebut bersifat akut disertai tanda-tanda radang akut yang jelas, dengan gejala konstitusi dan leukositosis.Hidradenitis supurativa biasanya menimbulkan sikatriks sehingga terjadi tarikan –  tarikan yang mengakibatkan retraksi ketiak 4

IX. Tata laksana

Prinsip pengobatan tuberkulosis kutis sama dengan tuberkulosis paru. Untuk encapai hasil yang baik, hendaknya diperhatikan syarat berikut ini:

 Pengobatan harus dilakukan secara teratur tanpa terputus agar tidak cepat terjadi

resistensi.

 Pengobatan harus dalam kombinasi, agar tidak cepat terjadi resistensi. Dalam

kombinasi tersebut INH disertakan, karena obat tersebut bersifat bakterisidal, harganya murah dan efek sampingnya langka. Sedapat-dapatnya dipilih 2 obat  bakterisidal.

Daftar obat antituberkulosis yang terdapat di indonesia dicantumkan pada tabel. yang termasuk bakterisidal adalah INH (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z), dan streptomisin (S); sedangkan etambutol (E) bersifat bakteriostatik.

(19)

Pada pengobatan tuberkulosis terdapat 2 tahapan, ialah tahapan awal (intensif) dan tahapan lanjutan. Tujuan tahapan awal ialah membunuh kuman yang aktif membelah sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya dengan obat yang bersifat bakterisidal. Tahapn lanjutan ialah melalui kegiatan sterilisasi membunuh kuman yang tumbuh lambat.

Kriteria penyembuhan pada skrofuloderma ialah : semua fistel dan ulkus telah menutup, seluruh kelenjar getah bening mengecil (<1cm dan berkonsistensi keras), dan sikatriks yang semula eritematosa menjadi tidak eritematosa lagi.3

X. Prognosis

Prognosa skrofuloderma secara umum adalah baik. Lesi skrofuloderma dapat sembuh secara spontan, namun memakan waktu yang sangat lama, sebelum lesi inflamasi dan ulserasi secara lengkap dapat digantikan dengan jaringan parut.4

(20)

Daftar pustaka

1. Barakbah J, Pohan SS, Sukonto H, dkk. Skrofuloderma. Dalam : Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke 5. Surabaya : Airlangga University Press, 2007. Hal 23-4.

2. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta : EGC, 2003. Hal 148-9. 3. Adhi Djuanda. Tuberkulosis Kutis. Dalam : ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke

6.jakarta: fakultas Kedokteran Indonesia,2010. Hal 64-72.

4. McClay E john. Scrofula. Diunduh dari: http: // emedicine.medscape.com /article/ 858234-overview, 14 februari 2014.

5. Roezin Averdi. Sistem Aliran Limfe. Dalam: buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher.Edisi ke 6. Jakarta: fakultas kedokteran Universitas Indonesia,2009. Hal 174-7.

6. Dermatology information system. Skrofuloderma. Diunduh dari: http:// www.dermis.net/ dermisroot/tr/10554/image.htm, 14 februari 2014

7. Jawas FA, Martodihadjo Soenarko, dkk. Skrofuloderma. Dalam : Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Surabaya : Airlangga University Press, 2007 . Hal 56-60.

Gambar

gambar  2 tampak ulkus bentuk tidak teratur, pinggir meninggi,dinding bergaung, pada bagian tengah terdapat krusta berwarna kekuningan disertai jaringan granulasi pada dasarnya tertutup oleh pus berwarna kekuningan, diameter ± 3cm, daerah sekitar ulkus tam
gambar  3 tampak krusta-krusta berwarna kekuningan disertai hiperpigmentasi disekitarna.
gambar  5 anatomi kelenjar getah bening 5
gambar  6 abses dingin 6
+5

Referensi

Dokumen terkait

esimpulan %istim pelaporan hasil monitoring mutu layanan klinis dan keselamatan pasien yang disusun oleh tim harus selalu dilaporkan kepada kepala puskesmas sebagai penanggung

Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di puskesmas harus ada

Sulfur merupakan senya/a yang seara alami terkandung dalam minyak umi atau gas, namun keeradaannya tidak dinginkan karena dapat menyeakan eragai masalah, termasuk di

Motivasi masyarakat dalam keikutsertaan JKN mandiri berdasarkan jawaban responden karena kemudahan mendaftar, sosialisasi, informasi yang diterima, dokter yang

Pedoman ini mencakup penentuan kelas kinerja aspal berdasarkan temperatur perkerasan maksimum yang dilakukan melalui pengukuran di lapangan dan melalui estimasi

Pewarisan akan terbuka jika terjadi kematian antara salah satu dari kedua orang tua (Berdasarkan KUHPerdata Pasal 830). Didalam pembahasan tentang kewarisan, maka ada 3

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan laju korosi pada proses pembubutan yang disebabkan oleh penggunaan variasi coolant yang berbeda. Jenis penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk memberikan konstribusi terhadap berkembangnya pengetahuan baru dalam bidang teori graf, khususnya dalam ruang