III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini diawali dengan pengkajian faktor-faktor yang berpengaruh serta keterkaitan antar faktor dalam pengembangan investasi biodisel kelapa sawit di Indonesia. Tiap faktor dimodelkan sebagai suatu submodel dimana masing-masing submodel akan dianalisis sesuai dengan landasan teoritis maupun empiris yang sesuai dengan submodel tersebut.
Berdasarkan hasil analisis pada masing–masing submodel akan disusun suatu rancang bangun model sistem penunjang keputusan investasi pada industri BDS yang merupakan model agregasi dari submodel tersebut menggunakan model sistem dinamis. Rancang bangun yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan sebagai alat bantu bagi pengambil keputusan untuk menilai kelayakan investasi pada industri biodisel kelapa sawit.
Dari hasil validasi rancang bangun sistem penunjang keputusan investasi pada industri BDS menggunakan sistem dinamis diharapkan dapat diambil suatu kesimpulan terhadap penilaian kelayakan investasi dan stategi pengembangannya. Disamping hal tersebut, dapat pula ditetapkan sasaran investasi berupa penentuan struktur industri dan posisi produk sebagai pengganti produk substitusi solar di dalam negeri dan sebagai produk ekspor.
Strategi pengembangan investasi yang diinginkan adalah jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Saran rekomendasi terhadap implikasi kebijakan yang diperlukan terutama kebijakan dibidang investasi dan dibidang penggunaan produk.
3.1.1. Pendekatan Sistem
Dalam pengembangan model sistem penunjang keputusan investasi pada industri BDS menggunakan model sistem dinamis maka dilakukan beberapa tahapan identifikasi sistem, batasan sistem dan penetapan metoda analisis.
Hasil analisis kebutuhan dan formulasi permasalahan menjadi landasan untuk identifikasi parameter yang berpengaruh. Hubungan antar parameter sistem tersebut digambarkan dalam bentuk diagram input-output (Gambar 3).
Input Lingkungan
1. Kebijakan Pemerintah di Bidang Enerji 2. Kebi jakan Pemerintah di Bidang Lingkungan 3. Kebijakan Pemerintah di Bidang Investasi
Input Tak Terkendali
1. Fluktuasi Harga Bahan Baku 2. Tingkat Suku Bunga Bank 3. Iklim Investasi Belum Membaik 4. Perubahan Kurs
Output Dikehendaki
1. Terjadinya Investasi BDS secara bertahap dan terencana
2. Pasar Biodisel di DN & LN
3. Program Diversifikasi E nerji Terlaksana 4. Perbaikan Kualitas Lingkungan
SPK INVESTASI PADA INDUSTRI BDS MENGGUNAKAN MODEL SISTEM DINAMIS
Input Terkendali
1. Potensi Sumber Bahan Baku, Teknolog i, Finansial, SDM
2.Skenario Pengembangan Investasi
Output Tidak Dikehendaki
1. Harga Produk BDS lebih mahal daripada Produk Subtitusi
2. Harga Pokok Produksi Tinggi 3. Resiko Investasi
Manajemen Pengendalian
Gambar 3. Diagram input output SPK investasi industri biodisel.
Secara garis besar diagram alir sistem penunjang keputusan investasi tertuang pada Gambar 4. Metode analisis yang digunakan pada tiap sub model disusun pada Tabel 4.
32
Gambar 4. Diagram alir sistem penunjang keputusan investasi
3.1.3. Batasan sistem
Batasan sistem dalam pemodelan yang dibangun adalah dibatasi pada pengkajian faktor internal yang dapat dimodelkan atau disimulasikan yaitu faktor sumber daya, faktor teknis produksi, faktor finansial, faktor lingkungan dan faktor pasar.
Start
-Analisis Sumberdaya -Analisis Produksi Biodisel -Analisis Finansial -Analisis Lingkungan -Analisis Pasar Layak Formulasi Implementasi Selesai
Agregasi penilaian Kelayakan Investasi berdasarkan model SPK yang diformulaskan
ya
Tabel 3. Metoda analisis yang digunakan pada tiap sub model
Sub Model Data yang diperlukan
Metode Pengumpulan
Data
Sumber Data Metoda Analisis Sumberdaya (pengukuran ketersediaan sumberdaya) Luas lahan, produktivitas, dan penggunaan CPO Data sekunder diolah Data statistik perkebunan, literatur Forcasting, model logistik Pasar (Pengukuran potensi pasar) Pangsa, harga, produk BBM solar dan produk BDS Wawancara dengan pelaku usaha dan pengguna, data sekunder Departemen ESDM, internet Forcasting (deskriptif) Kelayakan produksi Jumlah bahan dan Jumlah enerji proses pengolahan Biodisel skala laboratorium Data sekunder diolah Tehnik Kimia ITB, PT Ecogreen, PT Sumi Asih, studi literatur, internet Perhitungan neraca bahan dan neraca enerji untuk skala industri (scaling up) Kelayakan finansial Struktur biaya investasi Data sekunder diolah, wawancara Literatur, data sekunder diolah Analisis rasio keuangan Analisa Lingkungan (pengukuran kerugian akibat emisi) Pengukuran Emisi BDS Vs produk subtitusi, spesifikasi produk Data sekunder diolah Hasil penelitian industri Biodisel di Uni Eropa, Lab. PPKS dan Puspitek Serpong, Lab Lemigas Enviromental burden (beban lingkungan dari gas sisa pembakaran)
SPK Investasi Input sub
model Data primer Sub model
Software” I think”
3.2. Permodelan Sistem
Model yang dibangun menggambarkan abstraksi dari suatu obyek atau situasi aktual yang memperlihatkan hubungan-hubungan langsung atau tidak langsung serta kaitan timbal balik setiap aspek yang terkait dalam pengembangan industri biodisel kelapa sawit. Adapun tahapan-tahapan permodelan adalah sebagai berikut.
34 3.2.1. Tahap Seleksi Konsep
Seleksi dilakukan untuk menentukan alternatif-alternatif mana yang bermanfaat dan bernilai cukup memadai untuk dilakukan permodelan abstraksi dan juga pertimbangan ketersediaan data dan informasi serta efisiensi dari sistem yang dihasilkan.
3.2.2. Tahap Rekayasa Model
Tahapan dimulai dari menetapkan jenis model abstraksi yang akan diterapkan sesuai dengan tujuan dan karakteristik sistem. Kemudian melakukan penelaahan yang teliti tentang asumsi model, konsistensi normal pada parameter, hubungan fungsional antar variabel, dan memperbandingkan model dengan kondisi aktual. Tahap ini akan menghasilkan deskripsi dari model abstrak yang melalui uji permulaan dan validitasnya.
3.2.3. Tahap Implementasi Komputer
Dalam tahap ini diwujudkan model abstrak dalam berbagai bentuk persamaan, diagram alir dan diagram blok dengan menggunakan bahasa program/komputer untuk implementasi model. Setelah program komputer dirancang, selanjutnya dilakukan tahap pembuktian atau verifikasi bahwa model komputer tersebut mampu melakukan simulasi dari model abstrak yang dikaji.
3.2.4. Tahap Validasi
Tahap ini merupakan tahapan untuk menilai apakah model sistem tersebut merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji dimana dapat dihasilkan kesimpulan yang meyakinkan. Model mungkin telah mencapai status valid (absah) walaupun masih menghasilkan kekurang-benaran output. Suatu model adalah absah dicirikan oleh konsistensinya atau hasilnya tidak bervariasi lagi.
3.2.5. Tahap Analisis Sensitivitas
Tahapan ini untuk menentukan variabel keputusan mana yang penting untuk dikaji lebih lanjut pada aplikasi model. Analisis ini mampu mengeliminasi faktor yang kurang penting, sehingga pemusatan dapat ditekankan pada variabel keputusan kunci serta menambahkan efisiensi kunci, serta meningkatkan efisiensi dari proses pengambilan keputusan.
Dalam sistem dinamik sering ditemukan perilaku tidak stabil yang destruktif untuk beberapa nilai parameter sistem. Perilaku tidak stabil ini dapat berupa fluktuasi random yang tidak mempunyai pola ataupun nilai output yang eksplosit sehingga besarannya tidak realistis lagi. Analisis stabilitas dapat menggunakan teknik analisis berdasarkan teori stabilitas, atau menggunakan simulasi secara berulang kali untuk mempelajari batasan stabilitas sistem. Dalam tingkat stabilitas tersebut sering ditentukan adanya time-lag, dan fungsi turunan ordo tinggi terhadap waktu untuk mendeteksi perubahan dinamik.
3.2.7. Aplikasi Model
Pada tahap ini model dioperasikan untuk menganalisis secara terinci kebijakan yang dipermasalahkan. Hasil dari permodelan abstraksi ini adalah gugusan terinci dari spesifikasi manajemen. Informasi yang timbul setelah proses ini dapat merupakan indikasi akan kebutuhan untuk pengulangan kembali proses analisis sistem dan permodelan sistem. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa pendekatan sistem dalam lingkungan dinamik adalah suatu proses yang berkesinambungan, mencakup penyesuaian dan adaptasi melalui lintasan waktu.
Secara skematis, tahapan-tahapan permodelan sistem dapat dilihat pada Gambar 5, dalam bentuk diagram alir permodelan.
36 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Seleksi Konsep Terbaik ? Konsep Pilihan
Permodelan dari Konsep
Lengkap ? Implementasi Komputer Realistik? Model Komputer Validasi Diterima ?
Model yang Dapat Digunakan
Analisis Sensitifitas
Lengkap ?
Parameter dan Input Terkontrol yang Sensitif
Analisis Stabilitas
Lengkap ?
Kondisi Untuk Stabil
Aplikasi Model
Terbaik ?
Keputusan yang tepat dan terbaik
Gambar 5. Diagram alir permodelan
3.3 Pemodelan Subsistem
3.3.1. Submodel Sumberdaya
Submodel ini digunakan untuk memproyeksikan ketersediaan CPO sebagai bahan baku industri biodisel. Secara umum, model ini terdiri dari beberapa sub-submodel yaitu sub-submodel untuk menghitung produksi CPO dari perkebunan rakyat, perkebunan swasta dan perkebunan negara, serta sub-submodel untuk menghitung penggunaan CPO baik untuk ekspor maupun pemakaian CPO sebagai bahan baku industri minyak goreng dan industri oleokimia lainnya. Diagram alir deskriptif sub-sub model produksi CPO dari perkebunan rakyat dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini.
Mulai
* Data luas perkebunan kelapa sawit rakyat * Produksi CPO dari perkebunan rakyat
Hitung Peningkatan luas perkebunan rakyat kelapa sawit
Proyeksikan luas perkebunan rakyat kelapa sawit
Hitung tingkat akurasi proyeksi perkebunan rakyat kelapa sawit (menggunakan statistik kesalahan r2)
r2 memuaskan ? tidak a ya Data diperiksa kembali
38
Gambar 6. Diagram alir deskriptif sub-submodel produksi CPO dari perkebunan kelapa sawit rakyat
Sub-Submodel Produksi CPO dari Perkebunan Rakyat
Submodel ini digunakan untuk menghitung CPO yang dihasilkan dari perkebunan rakyat. Proyeksi produksi CPO dari perkebunan rakyat diperoleh dengan memproyeksikan luas perkebunan kelapa sawit dari perkebunan rakyat yang kemudian dikalikan dengan produktivitas CPO per ha dari perkebunan rakyat. Luas perkebunan rakyat diproyeksikan dengan menggunakan model dinamis. Proyeksi luas perkebunan rakyat juga dibatasi oleh luas lahan untuk
tidak Produktivitas perkebunan kelapa
sawit rakyat ( ton CPO /ha/tahun)
Proyeksikan produksi CPO dari perkebunan rakyat
Hitung tingkat akurasi proyeksi produksi CPO dari perkebunan rakyat
a
Proyeksi CPO dari perkebunan rakyat
Proyeksi memuaskan ?
selesai ya
perkebunan kelapa sawit rakyat maksimal yang dapat ditanami. Sedangkan persamaan matematis yang digunakan adalah sebagai berikut :
Luas Perkebunan Rakyat (t)
Model Dinamis x1 = ƒ1(x1(t), x2 (t), ..., xm (t) ; t ; p) ... (20) Keterangan :
x1 : Luas lahan tahun ke-1
x2 : Luas lahan tahun ke-2
xm
x1
: :
Luas lahan tahun ke-m
Proyeksi luas lahan perkebunan rakyat (proyeksi tahun ke-1)
Jika Luas Perkebunan Rakyat(t)>Lahan Maksimum Perkebunan Rakyat, maka Luas Perkebunan Rakyat(t)=Lahan Maksimum Perkebunan Rakyat
Prod CPO Rakyat (t) = Luas Perkebunan Rakyat (t) x Prod Kebun
Rakyat ...(21) Keterangan :
Luas Perkebunan Rakyat (t) : proyeksi luas perkebunan rakyat (ha) pada
tahun ke-t. Lahan Maksimum Perkebunan
Rakyat
: lahan perkebunan rakyat maksimum yang dapat ditanami dengan kelapa sawit.
Prod CPO Rakyat (t) : proyeksi CPO yang dihasilkan dari
perkebunan rakyat (ton) pada tahun ke-t (ton).
Prod Kebun Rakyat : produktivitas perkebunan rakyat (ton
CPO/ha/tahun)
t : 1, 2, ..., jumlah proyeksi
Sub-Submodel Produksi CPO dari Perkebunan Swasta
Submodel ini digunakan untuk menghitung CPO yang dihasilkan dari perkebunan besar swasta. Proyeksi produksi CPO dari perkebunan besar swasta diperoleh dengan memproyeksikan luas perkebunan kelapa sawit dari perkebunan besar swasta yang kemudian dikalikan dengan produktivitas CPO per ha dari perkebunan besar swasta. Luas perkebunan besar swasta diproyeksikan dengan menggunakan model dinamis. Proyeksi luas perkebunan besar swasta juga
40 dibatasi oleh luas lahan untuk perkebunan kelapa sawit swasta maksimal yang dapat ditanami. Diagram alir deskriptif sub-submodel produksi CPO dari perkebunan swasta dapat dilihat pada Gambar 7, sedangkan persamaan matematis yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut.
tidak
ya Mulai
* Data luas perkebunan kelapa sawit swasta * Produksi CPO dari perkebunan swasta
Hitung Peningkatan luas perkebunan kelapa sawit swasta
Proyeksikan luas perkebunan kelapa sawit swasta
Hitung tingkat akurasi proyeksi perkebunan kelapa sawit swasta(menggunakan statistik
kesalahan r2
r2 memuaskan ?
Produktivitas perkebunan kelapa sawit swasta ( ton CPO /ha/tahun)
Proyeksikan produksi CPO dari perkebunan swasta
Hitung tingkat akurasi proyeksi produksi CPO dari perkebunan swasta
a b
Data diperiksa kembali
tidak
ya
Gambar 7. Diagram alir deskriptif sub-submodel produksi CPO dari perkebunan swasta Luas Perkebunan Swasta (t)
Model Dinamis x1 = ƒ1(x1(t), x2 (t), ..., xm (t) ; t ; p) ... (22) Keterangan :
x1 : Luas lahan tahun ke-1
x2 : Luas lahan tahun ke-2
xm
x1
: :
Luas lahan tahun ke-m
Proyeksi luas lahan perkebunan swasta
Jika Luas Perkebunan Swasta(t) > Lahan Maksimum Perkebunan Swasta, maka Luas Perkebunan Swasta (t) = Lahan Maksimum Perkebunan Swasta Prod CPO Swasta (t) = Luas Perkebunan Swasta (t) x Prod Kebun
Swasta ...(23) Keterangan :
Luas Perkebunan Swasta (t) : proyeksi luas perkebunan besar swasta
(ha) pada tahun ke-t. Lahan Maksimum Perkebunan
Swasta
: lahan perkebunan swasta maksimum
yang dapat ditanami dengan kelapa sawit.
Prod CPO Swasta (t) : proyeksi CPO yang dihasilkan dari
perkebunan besar swasta (ton) pada tahun ke-t (ton).
Prod Kebun Swasta : produktivitas perkebunan besar swasta
(ton CPO/ha/tahun)
t : 1, 2, ..., jumlah proyeksi
a
Proyeksi CPO dari perkebunan swasta
Proyeksi memuaskan ?
b
42 Sub-Submodel Produksi CPO dari Perkebunan Negara
Submodel ini digunakan untuk menghitung CPO yang dihasilkan dari perkebunan negara. Proyeksi produksi CPO dari perkebunan negara diperoleh dengan memproyeksikan luas perkebunan kelapa sawit dari perkebunan negara yang kemudian dikalikan dengan produktivitas CPO per ha-nya. Luas perkebunan negara diproyeksikan dengan menggunakan model dinamis. Proyeksi luas perkebunan negara juga dibatasi oleh luas lahan untuk perkebunan negara maksimal yang dapat ditanami. Diagram alir deskriptif sub-submodel produksi CPO dari perkebunan negara dapat dilihat pada Gambar 8 sedangkan persamaan matematis yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut:
Luas Perkebunan Negara (t) = Model dinamis
Model Dinamis x1 = ƒ1(x1(t), x2 (t), ..., xm (t) ; t ; p) ... (24) Keterangan :
x1 : Luas lahan tahun ke-1
x2 : Luas lahan tahun ke-2
xm
x1 : :
Luas lahan tahun ke-m
Proyeksi luas lahan perkebunan negara
Jika Luas Perkebunan Negara(t) > Lahan Maksimum Perkebunan Negara, maka Luas Perkebunan Negara(t) = Lahan Maksimum Perkebunan Negara Prod CPO Negara (t) = Luas Perkebunan Negara (t) x Prod Kebun
Negara...(25) Keterangan :
Luas Perkebunan Negara (t) : proyeksi luas perkebunan milik negara
(BUMN) (ha) pada tahun ke-t. Lahan Maksimum Perkebunan
Negara
: lahan perkebunan negara maksimum yang dapat ditanami dengan kelapa sawit.
Prod CPO Negara (t) : proyeksi CPO yang dihasilkan dari
perkebunan milik negara (ton) pada tahun ke-t.
Prod Kebun Negara : produktivitas perkebunan milik negara
(ton CPO/ha/tahun)
t : 1, 2, ..., jumlah proyeksi .
Dari hasil proyeksi produksi CPO dari tiga jenis perkebunan tersebut, maka selanjutnya diproyeksikan produksi CPO nasional dengan menjumlahkan seluruh produksi CPO pada tahun yang sama. Diagram alir deskriptif
sub-submodel proyeksi CPO nasional dapat dilihat pada Gambar 9. Persamaan matematis yang digunakan dalam proyeksi produksi CPO adalah sebagai berikut : Prod CPO (t) = Prod CPO Rakyat (t) + Prod CPO Swasta (t)
+ Prod CPO Negara (t) ... .... (26) Keterangan :
Prod CPO (t) : proyeksi total CPO yang dihasilkan dari perkebunan rakyat,
perkebunan besar swasta dan perkebunan milik negara (ton) pada tahun ke-t.
Sub-Submodel Penggunaan CPO sebagai Bahan Baku Biodisel
Produksi CPO nasional pada tahun ke-t tidak seluruhnya diekspor, tetapi sebagian digunakan untuk kebutuhan bahan baku minyak goreng dan bahan baku industri oleokimia lainnya. Sisa CPO yaitu seluruh produksi CPO dikurangi dengan CPO yang diekspor, CPO sebagai bahan baku minyak goreng dan industri oleokimia lainnya selanjutnya digunakan sebagai bahan baku biodisel. Diagram alir deskriptif sub-submodel proyeksi CPO sebagai bahan baku biodisel dapat dilihat pada Gambar 10. Persamaan matematis yang digunakan dalam proyeksi ketersediaan CPO sebagai bahan baku biodisel adalah sebagai berikut :
Prod CPO Ekspor (t) = Prod CPO (t) x CPO Ekspor ... (27) Prod CPO Dalam Negeri (t) = Prod CPO (t) – Prod CPO Ekspor(t) ... (28) Demand CPO Dalam Negeri(t) = Bahan Baku MG (t) +
Bahan Baku Oleo (t) ...(29) Prod CPO Sisa (t) > 0 = Prod CPO Dalam Negeri (t) -
Demand CPO Dalam Negeri (t) ... (30) Keterangan :
Prod CPO Ekspor (t) : proyeksi total CPO yang diekspor (ton)
pada tahun ke-t.
CPO Ekspor : rata-rata persentase CPO yang diekspor
dari seluruh produksi CPO nasional.
Prod CPO Dalam Negeri (t) : proyeksi total CPO yang tersisa di dalam
negeri (ton) pada tahun ke-t.
Demand CPO Dalam Negeri (t) : proyeksi kebutuhan CPO untuk keperluan di dalam negeri (ton) pada tahun ke-t.
44
Gambar 8. Diagram alir deskriptif sub-submodel produksi CPO dari perkebunan negara
Mulai
* Data luas perkebunan kelapa sawit negara * Produksi CPO dari perkebunan negara
Hitung Peningkatan luas perkebunan kelapa sawit negara
Proyeksikan luas perkebunan kelapa sawit negara
Hitung tingkat akurasi proyeksi perkebunan kelapa sawit negara(menggunakan statistik kesalahan r2
r2 memuaskan ? tidak ya Data diperiksa kembali tidak Produktivitas perkebunan kelapa
sawit negara ( ton CPO /ha/tahun)
Proyeksikan produksi CPO dari perkebunan negara
Hitung tingkat akurasi proyeksi produksi CPO dari perkebunan negara
Proyeksi CPO dari perkebunan negara
Proyeksi memuaskan ?
selesai ya
Bahan Baku MG (t) : proyeksi kebutuhan CPO untuk keperluan
bahan baku industri minyak goreng (ton) pada tahun ke-t.
Bahan Baku Oleo (t) : proyeksi kebutuhan CPO untuk keperluan
bahan baku industri oleochemical (ton) pada tahun ke-t.
Prod CPO Sisa (t) : proyeksi produksi CPO yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku industri biodisel pada tahun ke-t.
tidak
ya
Gambar 9. Diagram alir deskriptif sub-submodel produksi CPO nasional
Mulai
* Proyeksi produksi CPO dari perkebunan rakyat
* Proyeksi produksi CPO dari perkebunan swasta
* Data produksi CPO dari perkebunan negara
Proyeksikan produksi CPO nasional
Hitung tingkat akurasi proyeksi produksi CPO nasional
Proyeksi memuaskan ?
Produksi CPO nasional
46
ya
tidak
Gambar 10. Diagram alir deskriptif sub-submodel produksi CPO sebagai bahan baku biodisel
Mulai
Proyeksi produksi CPO nasional
Prosentase CPO yang diekspor
Hitung CPO yang diekspor dan CPO yang tersedia dalam negeri
• CPO yang diekspor
• Ketersediaan CPO dalam negeri
Proyeksi konsumsi CPO untuk keperluan :
• Industri minyak goreng
• Industri oleochemical
• Industri biodisel
CPO di dalam negeri cukup ?
Kelebihan stok produksi CPO untuk industri biodisel
Sub-Submodel Kebutuhan CPO sebagai Bahan Baku Industri Minyak Goreng
Proyeksi kebutuhan minyak goreng nasional dalam model ini dihitung dengan mengalikan antara konsumsi per kapita per tahun dengan total jumlah penduduk. Oleh karena itu, dilakukan proyeksi jumlah penduduk dengan menggunakan model pertumbuhan eksponensial dengan input jumlah penduduk pada saat perencanaan dan laju pertumbuhan penduduk per tahun. Tidak seluruhnya kebutuhan minyak goreng ini dipenuhi dari CPO, tetapi sebagian menggunakan bahan baku selain CPO.
Dari kebutuhan minyak goreng yang dipenuhi dari CPO tersebut selanjutnya diproyeksikan kebutuhan CPO sebagai bahan baku minyak goreng. Diagram alir deskriptif sub-submodel proyeksi produksi CPO sebagai bahan baku minyak goreng dapat dilihat pada Gambar 11. Persamaan matematis yang digunakan dalam memproyeksikan kebutuhan CPO untuk bahan baku minyak goreng adalah :
Jum Penduduk (t) = Jum Penduduk (0) x (1 + Laju Penduduk)t ... (31)
Konsumsi MG (t) = Jum Penduduk (t) x Kons PerKapita ... (31)
MG CPO (t) = Konsumsi MG (t) x Persen MG CPO ... (32)
Bahan Baku MG (t) = MG CPO (t) x Rendemen CPO MG ... (33)
Keterangan :
Jum Penduduk (t) : proyeksi jumlah penduduk pada tahun ke-t.
Jum Penduduk (0) : jumlah penduduk pada awal proyeksi
Laju Penduduk : persentase peningkatan jumlah penduduk
Konsumsi MG (t) : proyeksi konsumsi minyak goreng nasional
tahun ke-t.
Kons Per Kapita : konsumsi minyak goreng rata-rata per kapita
(kg/kapita/tahun).
MG CPO (t) : proyeksi kebutuhan minyak goreng yang
dipenuhi dari bahan baku CPO pada tahun ke-t.
Persen MG CPO : persentase kebutuhan minyak goreng nasional
48
tidak
ya
Bahan Baku MG (t) : proyeksi kebutuhan CPO untuk keperluan bahan
baku industri minyak goreng (ton) pada tahun ke-t.
Rendemen CPO MG : rendemen CPO menjadi minyak goreng (ton
CPO/ton minyak goreng).
Mulai
• Data jumlah penduduk
• Laju pertambahan penduduk
Proyeksikan pertambahan penduduk
Hitung ketepatan proyeksi jumlah penduduk
Proyeksi memuaskan ? Konsumsi minyak goreng per kapita / tahun
Hitung kebutuhan minyak goreng nasional
Proyeksi kebutuhan minyak goreng nasional
Prosentase minyak goreng yang dipenuhi dari CPO
Gambar 11. Diagram alir deskriptif sub-submodel proyeksi kebutuhan CPO sebagai bahan baku industri minyak goreng
Sub-Submodel Kebutuhan CPO sebagai Bahan Baku Industri Oleokimia Sub-submodel ini digunakan untuk memproyeksikan kebutuhan CPO sebagai bahan baku industri oleokimia yang dihitung dengan menggunakan metoda pertumbuhan eksponensial. Diagram alir deskriptif sub-submodel proyeksi kebutuhan CPO sebagai bahan baku industri oleokimia dapat dilihat pada Gambar 12.
Hitung kebutuhan minyak goreng yang dipenuhi dari CPO
a
Proyeksi kebutuhan min * Laju ekspor dan impor
Rendemen dari CPO ke minyak goreng
Hitung CPO yang har
disediakan untuk industri minyak Proyeksi produksi CPO yang harus dialokasikan untuk industri minyak goreng
50
tidak
Gambar 12. Diagram alir deskriptif sub-submodel kebutuhan CPO sebagai bahan baku industri oleokimia
Bahan Baku Oleo (t) = Bahan Baku Oleo(t-1) x (1 + %Laju BB Oleo) ... (34) Keterangan :
Bahan Baku Oleo (t) : proyeksi kebutuhan CPO untuk keperluan
bahan baku industri oleokimia (ton) pada tahun ke-t.
% Laju BB Oleo : peningkatan rata-rata kebutuhan CPO
untuk keperluan bahan baku industri oleokimia (%).
Mulai
Data kebutuhan CPO untuk industri oleokimia
Prosentase peningkatan konsumsi CPO untuk industri oleokimia
Hitung CPO yang harus disediakan untuk industri oleokimia
Proyeksi memuaskan ?
Proyeksi kebutuhan CPO untuk industri oleokimia
3.3.2. Submodel Teknis Produksi
Sub model teknis produksi digunakan untuk menentukan disain proses pengolahan untuk produksi biodisel yang berkapasitas 100.000 ton/tahun.
Simulasi disain proses diperoleh dari hasil scale up proses skala kecil yang
dilakukan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB). Diagram alir deskriptif untuk menentukan kelayakan teknis produksi biodisel dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Diagram alir deskriptif untuk menentukan kelayakan teknis produksi biodisel 3.3.3. Submodel Pasar
Biodisel merupakan salah satu enerji alternatif sebagai pengganti BBM solar yang dapat diperbaharui. Peluang pemasaran biodisel sebagai salah satu enerji alternatif akan banyak mendapat tantangan sepanjang bahan bakar minyak
Mulai
• Kapasitas produksi yang direncanakan
• Disain proses yang dipilih
• Asumsi proses
• Kebutuhan bahan baku CPO
• Kebutuhan bahan penolong
• Kebutuhan alat
Hitung Neraca bahan dan neraca enerji
Selesai
• Rendemen CPO menjadi biodisel
52 bumi masih tersedia dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan biodisel. Namun untuk Indonesia, kondisinya cukup memprihatinkan dimana pada tahun-tahun mendatang akan lebih banyak mengimpor daripada mengekspornya. Dengan demikian, beban pemerintah untuk memberikan subsidi BBM akan semakin membesar. Oleh karena itu model peluang pasar biodisel dibangun dari proyeksi ekspor dan impor baik minyak mentah maupun BBM solar. Selanjutnya diskenariokan 5-10 persen dari kebutuhan BBM solar akan dipenuhi dari biodisel. Kebutuhan biodisel ini selanjutnya dikonversi menjadi kebutuhan CPO sebagai bahan baku utamanya dan dibandingkan dengan ketersediaan CPO yang telah diperoleh dari submodel sebelumnya. Submodel pasar terdiri beberapa sub-submodel yang dapat dilihat di bawah ini.
Sub-Submodel Proyeksi Ekspor dan Impor Minyak Bumi
Proyeksi ekspor dan impor minyak bumi Indonesia digunakan untuk melihat sampai kapan Indonesia akan menjadi negara pengekspor minyak bumi dan menghitung proporsi ekspor terhadap impornya. Secara umum, model proyeksi ekspor dan impor minyak bumi Indonesia menggunakan model dinamis. Diagram alir deskriptif sub-submodel proyeksi ekspor dan impor minyak bumi dapat dilihat pada Gambar 14 Persamaan-persamaan matematis yang digunakan dalam sub-submodel ini adalah sebagai berikut.
Ekspor Minyak Bumi (t)
Model Dinamis x1 = ƒ1(x1(t), x2 (t), ..., xm (t) ; t ; p) ... (35) Keterangan :
x1 : Ekspor minyak bumi tahun ke-1
x2 : Ekspor minyak bumi tahun ke- 2
xm
x1
: :
Ekspor minyak bumi tahun ke- m
Proyeksi ekspor minyak bumi (tahun proyeksi ke-1) Impor Minyak Bumi (t)
Model Dinamis x2 = ƒ1(x1(t), x2 (t), ..., xm (t) ; t ; p) Keterangan :
x1 : Impor minyak bumi tahun ke-1
x2 : Impor minyak bumi tahun ke- 2
xm
x2
: :
Impor minyak bumi tahun ke- m
Proporsi Ekspor Impor (t) = Ekspor Minyak Bumi (t) ... (36) Impor Minyak Bumi (t)
Keterangan :
Ekspor Minyak Bumi (t) : proyeksi ekspor minyak bumi Indonesia
pada tahun ke-t.
Impor MinyakBumi (t) : proyeksi impor minyak bumi Indonesia
pada tahun ke-t.
Proporsi Ekspor Impor (t) : perbandingan ekspor dengan impor
minyak bumi Indonesia pada tahun ke-t.
54
Gambar 14. Diagram alir deskriptif sub-submodel proyeksi ekspor dan impor minyak bumi Indonesia
Sub-Submodel Produksi dan Pemakaian BBM solar
Proyeksi produksi dan pemakaian BBM solar di dalam negeri digunakan untuk melihat keseimbangan antara produksi dengan pemakaian BBM solar. Peluang pasar biodisel akan semakin terbuka jika proporsi produksi dengan pemakaian BBM solar semakin kecil. Proyeksi produksi BBM solar menggunakan model
Mulai
* Data ekspor dan impor minyak bumi Indonesia * Laju ekspor dan impor minyak bumi
Proyeksikan ekspor dan impor minyak bumi
Hitung tingkat akurasi ekspor dan impor minyak bumi
r2 memuaskan ?
Hitung proporsi ekspor dan impor minyak bumi
tidak
Proyeksi ekspor dan impor minyak bumi dan
proporsinya
selesai ya
Data diperiksa kembali
dinamis sementara itu untuk proyeksi penggunaan BBM solar menggunakan model dinamis. Model tersebut adalah yang paling cocok dengan pola data masing-masing. Diagram alir deskriptif sub-submodel proyeksi produksi dan pemakaian BBM solar dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Diagram alir deskriptif sub-submodel proyeksi produksi dan pemakaian BBM solar
Mulai
* Data produksi dan pemakaian BBM solar * Laju produksi dan pemakaian BBM solar
Hitung Proyeksikan produksi dan pemakaian BBM solar
Hitung tingkat akurasi produksi dan pemakaian BBM solar (menggunakan statistik kesalahan
r2 memuaskan ?
Hitung proporsi produksi dan pemakaian BBM solar
Proyeksi produksi dan pemakaian BBM solar dan proporsinya selesai ya tidak Data diperiksa kembali
56 Persamaan-persamaan matematis yang digunakan dalam sub-submodel ini adalah: Produksi BBM Solar (t)
Model Dinamis x2 = ƒ1(x1(t), x2 (t), ..., xm (t) ; t ; p) ... (37) Keterangan :
x1 : Produksi BBM solar tahun ke-1
x2 : Produksi BBM solar tahun ke- 2
xm
x2
: :
Produksi BBM solar tahun ke- m
Proyeksi produksi BBM solar (tahun proyeksi ke-2) Konsumsi BBM Solar (t)
Model Dinamis x2 = ƒ1(x1(t), x2 (t), ..., xm (t) ; t ; p) ... (37) Keterangan :
x1 : Konsumsi BBM solar tahun ke-1
x2 : Konsumsi BBM solar tahun ke- 2
xm
x2
: :
Konsumsi BBM solar tahun ke- m
Proyeksi konsumsi BBM solar (tahun proyeksi ke-2)
Proporsi Produksi Konsumsi (t) = Produksi BBM Solar (t)/ Konsumsi BBM Solar (t) ... (38) Keterangan :
Produksi BBM Solar (t) : proyeksi produksi BBM solar pada tahun
ke-t.
Konsumsi BBM Solar (t) : proyeksi penggunaan BBM solar pada
tahun ke-t.
Proporsi Produksi Konsumsi (t) : perbandingan produksi dengan penggunaan BBM solar pada tahun ke-t.
Sub-Submodel Pasar Biodisel
Untuk menjamin pemasaran biodisel, maka diskenariokan sebagian dari penggunaan BBM solar harus menggunakan biodisel. Jaminan pemasaran ini merupakan suatu kebijakan dari pemerintah untuk lebih mendorong penggunaan enerji alternatif biodisel dan mendorong tumbuhnya industri biodisel di dalam negeri. Diagram alir deskriptif sub-submodel pasar biodisel dapat dilihat pada Gambar 16. Persamaan-persamaan matematis yang digunakan dalam sub-submodel pasar biodisel adalah sebagai berikut :
Kebutuhan CPO (t) = Pasar Biodisel (t) x (1/RendemenCPOBiodisel) x BJ
CPO (40)
Keterangan :
Pasar Biodisel (t) : proyeksi kebutuhan biodisel sebagai
substitusi BBM solar (liter).
Persen Solar Biodisel : persentase dari kebutuhan solar yang akan
disubstitusi dengan biodisel
Kebutuhan CPO (t) : proyeksi kebutuhan CPO sebagai bahan
baku biodisel sebagai substitusi BBM solar pada tahun tahun ke-t (kg).
Rendemen CPO Biodisel : rendemen CPO menjadi biodisel (%).
BJ CPO : berat jenis CPO (g/ml atau kg/liter)
Gambar 16. Diagram alir deskriptif sub-submodel pasar biodisel Mulai
* Proyeksi pemakaian BBM solar * Persentase pemakaian BBM solar yang
akan disubsitusi oleh biodisel
Proyeksikan kebutuhan biodisel sebagai substitusi BBM solar
Hitung kebutuhan CPO sebagai bahan baku biodisel
Proyeksi kebutuhan CPO sebagai bahan baku biodisel
selesai Proyeksi kebutuhan biodisel sebagai substitusi BBM solar
58 3.3.4. Submodel Analisis Finansial
Sub-Submodel Perencanaan Produksi
Submodel ini digunakan untuk menentukan rencana produksi biodisel untuk memenuhi kebutuhan pasar. Selanjutnya perencanaan produksi tersebut digunakan sebagai landasan perencanaan strategik dan penyusunan anggaran perusahaan mulai dari perencanaan investasi sampai dengan perencanaan biaya dan perencanaan penjualan. Persamaan matematis yang digunakan dalam submodel rencana produksi adalah sebagai berikut :
Produksi Biodisel (t) = % Kapasitas (t) x Kap Produksi ... (41)
Keterangan :
Produksi Biodisel(t) : jumlah produksi biodisel (dalam satuan ton) pada
tahun ke-t.
% Kapasitas(t) : persentase kapasitas terpasang yang digunakan
untuk produksi biodisel.
Kap Produksi : kapasitas terpasang industri biodisel (ton/tahun).
Sub-Submodel Biaya Produksi
Sub-Submodel biaya produksi digunakan untuk menghitung total biaya produksi dan harga pokok produksi. Submodel ini terdiri dari biaya tetap dan biaya produksi variabel. Biaya tetap terdiri dari penyusutan, biaya pemeliharaan, biaya asuransi, biaya pemasaran, biaya gaji/administrasi dan biaya bunga. Biaya variabel terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku dan bahan penolong lainnya seperti, CPO, Metanol, H3PO4, KOH, katalis, air dan bahan bakar. Dari proyeksi biaya produksi tersebut selanjutnya dihitung biaya pokok produksi biodisel per satuan berat atau per satuan volume (liter). Diagram alir desktiptif submodel biaya produksi dapat dilihat pada Gambar 17 dan Gambar 18. Persamaan matematis yang digunakan dalam submodel biaya produksi adalah sebagai berikut :
Biaya Produksi (t) = Biaya Tetap(t) + BiayaVariabel (t) ... (42) Biaya Tetap (t) = Penyusutan (t) + Pemeliharaan (t) + Asuransi (t) +
Pemasaran (t) + Biaya Gaji (t) + Biaya Bunga (t). .(43) Biaya Variabel (t) = Biaya CPO (t) + Biaya Metanol (t) + Biaya H3PO4 (t) +
Biaya KOH (t) + BiayaKatalis (t) + Biaya Air (t) + Biaya BBM (t) ... (44) Biaya Produksi (t)
HPP Biodisel (t) = ... (45)
Produksi (t) Keterangan :
Biaya Produksi(t) : total biaya produksi industri biodisel pada tahun
ke-t.
Biaya Tetap (t) : total biaya tetap industri biodisel pada tahun ke-t.
Penyusutan (t) : biaya penyusutan industri biodisel pada tahun ke-t
Pemeliharaan (t) : biaya pemeliharaan industri biodisel pada tahun
ke-t.
Asuransi (t) : biaya asuransi industri biodisel pada tahun ke-t.
Pemasaran (t) : biaya pemasaran industri biodisel pada tahun ke-t.
BiayaGaji (t) : biaya gaji industri biodisel pada tahun ke-t
Biaya Bunga (t) : biaya bunga industri biodisel pada tahun ke-t
BiayaVariabel (t) : total biaya produksi variabel industri biodisel pada
tahun ke-t.
Biaya CPO (t) : biaya pembelian bahan baku (CPO) pada tahun
ke-t
Biaya Metanol (t) : biaya pembelian metanol pada tahun ke-t.
Biaya H3PO4 (t) : biaya pembelian H3PO4 pada tahun ke-t.
Biaya KOH (t) : biaya pembelian KOH pada tahun ke-t.
Biaya Katalis (t) : biaya pembelian katalis pada tahun ke-t.
Biaya Air (t) : biaya pembelian air pada tahun ke-t.
Biaya BBM (t) : biaya pembelian bahan bakar pada tahun ke-t
HPP Biodisel (t) : harga pokok produksi per ton biodisel pada tahun
60 Bahan Baku CPO (t) = Produksi Biodisel (t) x (1/Rendemen CPO) ... (46) Keterangan :
Bahan Baku CPO (t) : jumlah bahan baku (CPO) yang dibutuhkan untuk
memproduksi biodisel pada tahun ke-t.
Produksi Biodisel (t) : jumlah produksi biodisel pada tahun ke-t.
Rendemen CPO : besarnya rendemen CPO yang menjadi biodisel (%).
Biaya CPO (t) = Bahan Baku CPO (t) x Hrg CPO x (1 + %HrgCPO)t ... (47) Keterangan :
Bahan Baku CPO (t) : jumlah bahan baku (CPO) yang dibutuhkan untuk
memproduksibiodisel pada tahun ke-t.
Hrg CPO : harga CPO pada awal perencanaan.
% Hrg CPO : persentase peningkatan harga CPO per tahun.
Biaya Metanol (t) = Bahan Baku CPO (t) x Keb Metanol CPO x Hrg Metanol x (1 + %HrgMetanol)t ... (48)
Keterangan :
Bahan Baku CPO (t) : jumlah bahan baku (CPO) yang dibutuhkan untuk
memproduksi biodisel pada tahun ke-t.
Keb Metanol CPO : jumlah metanol yang diperlukan per ton CPO
sebagai bahan baku biodisel.
Hrg Metanol : harga metanol pada awal perencanaan.
% Hrg Metanol : persentase peningkatan harga metanol per tahun.
Biaya H3PO4 (t) = Bahan Baku CPO(t) x Keb H3PO4 CPO x Hrg H3PO4
x (1 + %Hrg H3PO4)t ... (49)
Keterangan :
Bahan Baku CPO (t) : jumlah bahan baku (CPO) yang dibutuhkan untuk
memproduksi biodisel pada tahun ke-t.
Keb H3PO4 CPO : jumlah H3PO4 yang diperlukan per ton CPO sebagai
bahan baku biodisel.
Hrg H3PO4 : harga H3PO4 pada awal perencanaan.
Biaya KOH (t) = Bahan Baku CPO(t) x Keb KOH CPO x Hrg KOH
x (1 + %HrgKOH)t ... (50) Keterangan :
BahanBaku CPO (t) : jumlah bahan baku (CPO) yang dibutuhkan untuk
memproduksi biodisel pada tahun ke-t.
Keb KOH CPO : jumlah KOH yang diperlukan per ton CPO sebagai
bahan baku biodisel.
Hrg KOH : harga KOH pada awal perencanaan.
% Hrg KOH : persentase peningkatan harga KOH per tahun.
Biaya Katalis (t) = Bahan Baku CPO(t) x Keb Katalis CPO x Hrg Katalis x (1 + %HrgKatalis)t ... (51) Keterangan :
Bahan Baku CPO (t) : jumlah bahan baku (CPO) yang dibutuhkan untuk
memproduksi biodisel pada tahun ke-t.
Keb Katalis CPO : jumlah katalis yang diperlukan per ton CPO sebagai
bahan baku biodisel.
Hrg Katalis : harga katalis pada awal perencanaan.
% Hrg Katalis : persentase peningkatan harga katalis per tahun.
Biaya Air (t) = Bahan Baku CPO (t) x Keb Air CPO x Hrg Air
x (1 + % Hrg Air)t ... (52) Keterangan :
Bahan Baku CPO (t) : jumlah bahan baku (CPO) yang dibutuhkan untuk
memproduksi biodisel pada tahun ke-t.
Keb Air CPO : jumlah air yang diperlukan per ton CPO sebagai
bahan baku biodisel.
Hrg Air : harga air pada awal perencanaan.
%Hrg Air : persentase peningkatan harga air per tahun.
Biaya BBM (t) = Bahan Baku CPO(t) x Keb BBM CPO x Hrg BBM
x (1 + % Hrg BBM)t ... (53) Keterangan :
62 Bahan Baku CPO (t) : jumlah bahan baku (CPO) yang dibutuhkan untuk
memproduksi biodisel pada tahun ke-t.
Keb BBM CPO : jumlah BBM yang diperlukan per ton CPO sebagai
bahan baku biodisel.
Hrg BBM : harga BBM pada awal perencanaan.
% Hrg BBM : persentase peningkatan harga BBM per tahun.
Mulai
• Kapasitas produksi biodisel yang direncanakan
• Prosentase kapasitas yang digunakan
Hitung rencana produksi biodisel
Rencana produksi biodisel
Rendemen CPO menjadi biodisel
Hitung kebutuhan CPO untuk produksi biodisel
Kebutuhan CPO untuk produksi biodisel
Gambar 17. Diagram alir deskriptif untuk menentukan biaya variabel pabrik biodisel
• Kebutuhan metanol terhadap CPO
• Kebutuhan H3PO4 terhadap CPO
• Kebutuhan KOH terhadap CPO
• Kebutuhan katalis terhadap CPO
• Kebutuhan air terhadap CPO
• Kebutuhan bahan bakar terhadap biodisel
Hitung kebutuhan metanol, H3PO4, KOH, katalis, air dan bahan bakar
Kebutuhan metanol, H3PO4, KOH, katalis, air, dan bahan bakar per tahun
a • Harga CPO • Harga metanol • Harga H3PO4 • Harga KOH • Harga katalis • Harga air
• Harga bahan bakar
Hitung biaya pembelian CPO, metanol, H3PO4, KOH, katalis, air, dan bahan bakar per tahun
Hitung total biaya pembelian bahan baku dan bahan penolong
Total biaya pembelian bahan baku dan bahan penolong per tahun (biaya variabel)
64
Mulai
Rencana produksi biodisel
Biaya gaji, biaya penyusutan, biaya pemeliharaan, biaya asuransi, biaya administrasi, biaya pemasaran, biaya bunga
Hitung total biaya tetap
Total biaya tetap per tahun
Total biaya variabel produksi biodisel
Hitung total biaya produksi biodisel
Total biaya produksi biodisel per tahun
Gambar 18. Diagram alir deskriptif untuk menentukan biaya produksi pabrik biodisel
Sub-sub Model Investasi
Submodel ini digunakan untuk menghitung kebutuhan dana investasi untuk pembangunan pabrik biodisel sekaligus dengan peralatan dan mesin-mesinnya. Secara umum investasi yang dibutuhkan adalah jumlah dari seluruh komponen mesin/peralatan dikalikan dengan harganya masing-masing. Diagram alir desktiptif sub-submodel investasi dapat dilihat pada Gambar 19. Persamaan matematis yang digunakan dalam submodel ini adalah sebagai berikut.
Investasi (t) = Investasi Weighbridge (t) + Investasi Storage Tank (t) + Investasi Industri (t) + Investasi Power House (t) + Investasi Water Treatment (t) + Investasi Pipa (t) + Investasi Listrik (t) + Investasi Lab (t) + Investasi
a b
Hitung harga pokok produksi / harga pokok penjualan biodisel per ton
Harga pokok penjualan biodisel per ton
Lebih mahal dari minyak solar ? Subsidi ? Selesai tidak tidak ya ya
66 Gedung(t) + Investasi Effluent(t) + Investasi Kendaraan (t)...(54) Keterangan :
Investasi Weighbridge (t) : investasi yang dibutuhkan untuk pengadaan
weighbridge pada tahun ke-t.
Investasi Storage Tank(t) : investasi yang dibutuhkan untuk pengadaan
tanki-tanki penyimpanan pada tahun ke-t.
Investasi Industri (t) : investasi yang dibutuhkan untuk pembelian
peralatan/mesin industri utama pada tahun ke-t.
Investasi Power House (t) : investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan
power house pada tahun ke-t.
Investasi Water Treatment (t) investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan
water treatment pada tahun ke-t.
Investasi Pipa (t) : investasi yang dibutuhkan untuk pemasangan
pipa pada tahun ke-t.
Investasi Listrik (t) : investasi yang dibutuhkan untuk pemasangan
sambungan listrik pada tahun ke-t.
Investasi Lab (t) : investasi yang dibutuhkan untuk pengadaan
peralatan laboratorium pada tahun ke-t.
Investasi Gedung (t) : investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan
gedung pada tahun ke-t.
Investasi Effluent (t) : investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan
effluent treatment pada tahun ke-t.
Investasi Kendaraan (t) : investasi yang dibutuhkan untuk pembelian
Gambar 19. Diagram alir deskriptif untuk menentukan investasi pembangunan pabrik biodisel
Investasi Weighbridge (t) = Jum Weighbridge (t) x Hrg Weighbridge (t).(55)
Keterangan :
Investasi Weighbridge (t) : investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan
weighbridge pada tahun ke-t.
Jum Weighbridge (t) : jumlah weighbridge yang dibeli pada tahun ke-t.
Hrg Weighbridge (t) : harga weighbridge yang dibeli pada tahun ke-t.
InvestasiStorageTank(t) = n
Σ
2 j=1 JumStorageTank(tj) x HrgStorageTank(tj)...(56) Keterangan :n2 : jumlah item storage tank yang dibeli pada tahun
ke-t.
Mulai
Input jumlah fisik dan harga satuan untuk : • Weighbridge • Storage tank • Pabrik utama • Power house • Water treatment
• Pipa dan instalasi
• Listrik
• Peralatan lab
• Gedung
• Effluent treatment
• Transportasi
Hitung investasi pembangunan pabrik biodisel
Biaya investasi pembangunan pabrik biodisel
68
Jum Storage Tank (tj) : jumlah unit storage tank ke-j yang direncanakan
dibeli pada tahun ke-t.
Hrg Storage Tank (tj) : harga per unit storage tank ke-j yang
direncana-kan dibeli pada tahun ke-t.
Investasi Industri (t) n
Σ
3 j=1Jum Alat Mesin (tj) x Hrg Alat Mesin (tj)...(57)
Keterangan :
n3 : jumlah item peralatan dan mesin yang dibeli
pada tahun ke-t.
Jum Alat Mesin (tj) : jumlah unit peralatan dan mesin ke-j yang
di-rencanakan dibeli pada tahun ke-t.
Hrg Alat Mesin(tj) : harga per unit peralatan dan mesin ke-j
yang direncanakan dibeli pada tahun ke-t.
Investasi Power House (t) n
Σ
4 j=1Jum Power House (tj) x Hrg Power House (tj)... (58)
Keterangan :
n4 : jumlah item peralatan power house yang dibeli
pada tahun ke-t.
Jum Power House(tj) : jumlah unit peralatan power house ke-j yang
direncanakan dibeli pada tahun ke-t.
Hrg Power House (tj) : harga per unit peralatan power house ke-j yang
direncanakan dibeli pada tahun ke-t.
Investasi WaterTreatment (t) = Jum W Treatment (t) x Hrg W
Treatment(t)...(59) Keterangan :
JumW Treatment (t) : jumlah unit peralatan water treatment yang
Hrg W Treatment (t) : harga per unit peralatan water treatment yang direncanakan dibeli pada tahun ke-t.
Investasi Pipa (t) = Jum Pipa (t) x HrgPipa (t)... (60)
Keterangan :
Jum Pipa (t) : jumlah paket pemasangan pipa yang
direncanakan pada tahun ke-t.
Hrg Pipa (t) : harga per paket pemasangan pipa yang
direncanakan pada tahun ke-t
Investasi Listrik (t) = Jum Listrik (t) x Hrg Listrik (t) ... (61)
Keterangan :
Jum Listrik (t) : jumlah paket peralatan listrik yang
direncanakan dibeli pada tahun ke-t.
Hrg Listri k(t) : harga per paket peralatan listrik yang
direncanakan dibeli pada tahun ke-t.
Investasi Lab (t) = Jum Lab (t) x Hrg Lab (t) ... ... (62)
Keterangan :
Jum Lab (t) : jumlah paket perlengkapan laboratorium yang
direncanakan dibeli pada tahun ke-t.
Hrg Lab (t) : harga per paket perlengkapan laboratorium
yang direncanakan dibeli pada tahun ke-t.
Investasi Gedung (t) n
Σ
5 j=1 Jum Gedung (tj) x Hrg Gedung (tj) ... (63) Keterangan :n5 : jumlah item bangunan yang direncanakan
dibangun pada tahun ke-t.
Jum Gedung (tj) : jumlah unit bangunan ke-j yang direncanakan
dibangun pada tahun ke-t.
70 direncanakan dibangun pada tahun ke-t.
Investasi Effluent (t) = Jum Effluent (t) x Hrg Effluent (t) . ... . (64) Keterangan :
Jum Effluent (t) : jumlah paket perlengkapan effluent treatment
yang direncanakan dibeli pada tahun ke-t.
Hrg Effluent (t) : harga per paket perlengkapan effluent
treatment yang direncanakan dibeli pada tahun ke-t.
Investasi Kendaraan (t) n6
Σ
j=1Jum Kendaraan (tj) x Hrg Kendaraan (tj) ...(65)
Sub-Submodel Penjualan
Submodel ini digunakan untuk menentukan anggaran atau target pendapatan periodik. Pendapatan diperoleh dari penjualan biodisel sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Persamaan matematis yang digunakan dalam submodel penjualan adalah sebagai berikut :
Penjualan Biodisel (t) = Produksi Biodisel (t) x HrgBiodisel
x (1 + % Hrg Biodisel)t ... (66) Penjualan Gliserin (t) = Produksi Biodisel (t) x Fraksi Glierin x
HrgGliserin x (1 + %HrgGliserin)t ... (67) Penjualan (t) = Penjualan Biodisel (t) + Penjualan Gliserin (t) (68) Keterangan :
Penjualan Biodisel (t) : nilai penjualan biodisel pada tahun ke-t.
Produksi (t) : jumlah produksi biodisel pada tahun ke-t.
Hrg Biodisel : harga biodisel pada awal tahun proyeksi.
% Hrg Biodisel : persentase kenaikan harga biodisel per tahun
Penjualan Gliserin (t) : nilai penjualan gliserin pada tahun ke-t.
Fraksi Gliserin : fraksi gliserin yang dihasilkan sebagai produk samping dari biodisel (satuan persen).
% Hrg Biodisel : persentase kenaikan harga biodisel per tahun
Sub-Submodel Biaya Tetap
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa biaya tetap terdiri dari penyusutan, biaya pemeliharaan, biaya asuransi, biaya pemasaran, biaya gaji/administrasi dan biaya bunga.
Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan dihitung dengan menjumlahkan seluruh biaya penyusutan peralatan dan mesin yang digunakan. Metoda penyusutan yang digunakan adalah metoda garis lurus dengan input utama nilai pembelian dan umur ekonomis mesin atau peralatan tersebut. Diagram alir deskriptif untuk menentukan biaya penyusutan dapat dilihat pada Gambar 20. Persamaan-persamaan matematis yang digunakan dalam menentukan biaya penyusutan adalah sebagai berikut.
Penyusutan(t) = Penyusutan Weighbridge (t) + Penyusutan Storage Tank (t) + Penyusutan Industri (t) + Penyusutan Power House (t) + Penyusutan Water Treatment (t) + Penyusutan Pipa (t) + Penyusutan Listrik (t) + Penyusutan Lab (t) + Penyusutan Gedung (t) + Penyusutan Effluent (t) + Penyusutan
Kendaraan (t) ... (69) Keterangan :
Penyusutan (t) : total biaya penyusutan industri biodisel
pada tahun ke-t.
Penyusutan Weighbridge (t) : biaya penyusutan weighbridge pada tahun
ke-t.
Penyusutan Storage Tank (t) : biaya penyusutan tanki-tanki
penyimpanan pada tahun ke-t.
Penyusutan Industri (t) : biaya penyusutan peralatan/mesin industri
utama pada tahun ke-t.
72 ke-t
Penyusutan Water Treatment (t) : biaya penyusutan water treatment pada
tahun ke-t.
Penyusutan Pipa (t) : biaya penyusutan pipa pada tahun ke-t
Penyusutan Listrik (t) : biaya penyusutan sambungan listrik pada
tahun ke-t.
Penyusutan Lab (t) : biaya penyusutan peralatan laboratorium
pada tahun ke-t.
Penyusutan Gedung (t) : biaya penyusutan gedung pada tahun ke-t.
Penyusutan Effluent (t) : biaya penyusutan effluent treatment pada
tahun ke-t.
Penyusutan Kendaraan (t) : biaya penyusutan kendaraan pada tahun
ke-t. Penyusutan Weighbridge (t) = Investasi Weighbridge (t) ...(70) Umur Weighbridge Keterangan :
Umur Weighbridge : umur ekonomis peralatan weighbridge
Penyusutan Storage Tank (t) = n
Σ
2 j=1Investasi Storage Tank (tj)
..(71) Umur Storage Tank (j)
Keterangan :
n2 : jumlah item storage tank yang dibeli pada
tahun ke-t.
Investasi Storage Tank (tj) : investasi untuk item storage tank ke-j
yang direncanakan dibeli pada tahun ke-t.
Gambar 20. Diagram alir deskriptif untuk menghitung biaya penyusutan
Penyusutan Industri (t) = n
Σ
3 j=1Investasi Alat Mesin (tj)
...(71) Umur Alat Mesin (j)
Keterangan :
n3 : jumlah item peralatan dan mesin yang
di-beli pada tahun ke-t.
Investasi Alat Mesin (tj) : investasi untuk peralatan dan mesin ke-j
yang direncanakan dibeli pada tahun ke-t.
Umur Alat Mesin (j) : umur ekonomis item peralatan dan mesin
ke-j.
Penyusutan Power House (t) = n
Σ
4 j=1 InvestasiPowerHouse(tj) .(73) UmurPowerHouse(j) Mulai Biaya pembelian peralatan / gedung / kendaraanUmur ekonomis setiap peralatan / gedung / kendaraan
Hitung biaya penyusutan untuk setiap peralatan / gedung / kendaraan
Hitung total biaya penyusutan
Total biaya penyusutan per tahun
74
Keterangan :
n4 : jumlah item peralatan power house yang dibeli
pada tahun ke-t
Investasi Power House (tj) : investasi untuk peralatan power house ke-j
yang direncanakan dibeli pada tahun ke-t.
Umur Power House (j) : umur ekonomis peralatan power house ke-j.
Penyusutan Water Treatment(t) = Investasi Water Treatment(t) ...(74) Umur W Treatment Tank (j)
Keterangan :
Investasi Water Treatment (t) : investasi water treatment pada tahun ke-t.
Umur W Treatment : umur ekonomis peralatan water treatment.
Penyusutan Pipa (t )= InvestasiPipa(t) ...(75)
Umur Pipa Keterangan :
Investasi Pipa(t) : jumlah investasi untuk pemasangan pipa yang
direncanakan pada tahun ke-t.
Umur Pipa : umur ekonomis pipa.
PenyusutanListrik(t)
Investasi Listrik (t)
...(76) UmurListrik
Keterangan :
Investasi Listrik (t) : jumlah investasi untuk peralatan listrik pada
tahun ke-t.
Umur Listrik umur ekonomis perlengkapan peralatan listrik
Penyusutan Lab (t) =
Investasi Lab (t)
...(77) UmurLab
Keterangan :
Investasi Lab (t) : jumlah investasi paket perlengkapan
laboratorium yang direncanakan dibeli pada tahun ke-t.
Umur Lab : umur ekonomis perlengkapan laboratorium
Penyusutan Gedung (t) = n
Σ
5 j=1 InvestasiGedung(tj) ...(78) UmurGedung(j) Keterangan :n5 : jumlah item bangunan yang direncanakan
dibangun pada tahun ke-t.
Investasi Gedung (tj) : jumlah investasi untuk bangunan ke-j yang
direncanakan dibangun pada tahun ke-t. Umur Gedung
(j)
: umur ekonomis bangunan ke-j.
PenyusutanEffluent(t) = InvestasiEffluent(t)/UmurEffluent ... (79)
Keterangan :
Investasi Effluent (t) : jumlah investasi untuk perlengkapan effluent
treatment pada tahun ke-t.
Umur Effluent : umur ekonomis perlengkapan effluent treatment
Penyusutan Kendaraan (t) = n
Σ
6 j=1 InvestasiKendaraan(tj) ...(80) UmurKendaraan(j) Keterangan :n6 : jumlah item kendaraan yang direncanakan
dibeli pada tahun ke-t.
Investasi Kendaraan (tj) : jumlah investasi kendaraan ke-j yang
direncanakan dibeli pada tahun ke-t.
76 Biaya Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan dihitung dengan menjumlahkan seluruh biaya pemeliharaan peralatan dan mesin yang digunakan. Metoda penghitungan biaya pemeliharaan yang digunakan adalah dengan mengalikan persentase biaya pemeliharaan dengan nilai pembelian mesin atau peralatan tersebut. Diagram alir deskriptif untuk menentukan biaya pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 21. Persamaan-persamaan matematis yang digunakan dalam menghitung biaya pemeliharaan adalah sebagai berikut:
Pemeliharaan(t) = PemeliharaanWeighbridge(t) + PemeliharaanStorageTank(t) + PemeliharaanIndustri(t) + PemeliharaanPowerHouse(t) + PemeliharaanWaterTreatment(t) + PemeliharaanPipa(t) + PemeliharaanListrik(t) + PemeliharaanLab(t) + PemeliharaanGedung(t) + PemeliharaanEffluent(t) + PemeliharaanKendaraan(t) ... (81) Keterangan :
Pemeliharaan Weighbridge (t) : biaya pemeliharaan weighbridge pada
tahun ke-t.
Pemeliharaan Storage Tank(t) : biaya pemeliharaan tanki-tanki
penyimpanan pada tahun ke-t.
Pemeliharaan Industri (t) : biaya pemeliharaan peralatan/mesin
industri utama pada tahun ke-t.
Pemeliharaan Power House (t) : biaya pemeliharaan power house pada
tahun ke-t.
Pemeliharaan Water Treatment (t) : biaya pemeliharaan water treatment pada tahun ke-t.
Pemeliharaan Pipa (t) : biaya pemeliharaan pipa pada tahun
ke-t.
Pemeliharaan Listrik (t) : biaya pemeliharaan sambungan listrik
pada tahun ke-t.
Pemeliharaan Lab (t) : biaya pemeliharaan peralatan
Pemeliharaan Gedung (t) : biaya pemeliharaan gedung pada tahun ke-t.
Pemeliharaan Effluent (t) : biaya pemeliharaan effluent treatment
pada tahun ke-t.
Pemeliharaan Kendaraan (t) : biaya pemeliharaan kendaraan pada
tahun ke-t.
Pemeliharaan Weighbridge (t) = Investasi Weighbridge (t)
x % Rawat Weighbridge ... (82) Keterangan :
% Rawat Weighbridge : persentase biaya pemeliharaan peralatan
weighbridge.
Pemeliharaan Storage Tank (t) = n
Σ
2 j=1InvestasiStorageTank(tj)
...(83) Rawat Storage Tank (j)
Keterangan :
n2 : jumlah item storage tank yang dibeli pada
tahun ke-t.
Investasi Storage Tank (tj) : investasi untuk item storage tank ke-j yang
direncanakan dibeli pada tahun ke-t.
% Rawat Storage Tank (j) : persentase biaya pemeliharaan item storage
tank ke-j. n3
Pemeliharaan Industri (t) =
Σ
InvestasiAlatMesin(tj) xj=1 ....(84)
%RawatAlatMesin(j) Keterangan :
n3 : jumlah item peralatan dan mesin yang dibeli
pada tahun ke-t.
Investasi Alat Mesin (tj) : investasi untuk peralatan dan mesin ke-j
78
% Rawat Alat Mesin (j) : persentase biaya pemeliharaan item
peralatan dan mesin ke-j.
Gambar 21. Diagram alir deskriptif untuk menentukan biaya pemeliharaan peralatan/mesin pada pabrik biodisel
n4
Pemeliharaan Power House (t) =
Σ
Investasi Power House (tj) x j=1 x Rawat Power House (j) ....(85)Keterangan :
Mulai
Biaya pembelian peralatan / gedung / kendaraan
Prosentase biaya pemeliharaan untuk setiap peralatan / gedung / kendaraan
Hitung biaya pemeliharaan untuk setiap peralatan / gedung / kendaraan
Hitung total biaya pemeliharaan
Total biaya pemeliharaan per tahun
n4 : jumlah item peralatan power house yang dibeli pada tahun ke-t.
Investasi Power House (tj) : investasi untuk peralatan power house ke-j
yang direncanakan dibeli pada tahun ke-t.
% Rawat Power House (j) : persentase biaya pemeliharaan item
peralatan power house ke-j.
Pemeliharaan (t) = Investasi Water Treatment (t) x % Rawat W Treatment
....(86)
Keterangan :
Investasi Water Treatment (t) : investasi water treatment pada tahun ke-t.
% Rawat W Treatment : persentase biaya pemeliharaan peralatan
water reatment
Pemeliharaan Pipa (t) = Investasi Pipa (t) x % Rawat Pipa ... (87)
Keterangan :
Investasi Pipa (t) : jumlah investasi untuk pemasangan pipa
yang direncanakan pada tahun ke-t.
% Rawat Pipa : persentase biaya perawatam pipa
Pemeliharaan Listrik (t) = Investasi Listrik (t) x % Rawat Listrik ... (88)
Keterangan :
Investasi Listrik (t) : jumlah investasi untuk peralatan listrik
pada tahun ke-t.
% Rawat Listrik : persentase biaya pemeliharaan
perlengkapan peralatan listrik
Pemeliharaan Lab (t) = Investasi Lab (t) x % Rawat Lab ... (89)
Keterangan :
Investasi Lab (t) : jumlah investasi paket perlengkapan
80 tahun ke-t.
% Rawat Lab : persentase biaya pemeliharaan
perlengkap-an laboratorium Pemeliharaan Gedung (t) = n5
Σ
j=1 Investasi Gedung (tj) x %Rawat Gedung (j) ....(90) Keterangan :n5 : jumlah item bangunan yang direncanakan
dibangun pada tahun ke-t.
Investasi Gedung (tj) : jumlah investasi untuk bangunan ke-j yang
direncanakan dibangun pada tahun ke-t.
% Rawat Gedung (j) : persentase biaya pemeliharaan bangunan
ke-j
Pemeliharaan Effluent (t) = Investasi Effluent (t) x % Rawat Effluent...(91)
Keterangan :
Investasi Effluent (t) : jumlah investasi untuk perlengkapan
effluent treatment pada tahun ke-t.
% Rawat Effluent : persentase biaya pemeliharaan
perlengkapan effluent treatment Pemeliharaan Kendaraan (t) = n
Σ
6 j=1 Investasi Kendaraan (tj) x % Rawat Kendaraan (j) .(92) Keterangan :n6 : jumlah item kendaraan yang direncanakan
dibeli pada tahun ke-t.
Investasi Kendaraan (tj) : jumlah investasi kendaraan ke-j yang
direncanakan dibeli pada tahun ke-t
% Rawat Kendaraan (j) : persentase biaya pemeliharaan item
Biaya Asuransi
Biaya asuransi yang dimaksud adalah biaya asuransi untuk perlindungan gedung dan peralatan serta mesin-mesin pabrik yang dihitung dengan persentase biaya asuransi dengan total investasi yang dibutuhkan. Diagram alir deskriptif untuk menentukan biaya asuransi dapat dilihat pada Gambar 22. Persamaan-persamaan matematis yang digunakan dalam menentukan biaya asuransi adalah sebagai berikut.
Asuransi(t) = Investasi (t) x % Asuransi ... (93) Keterangan :
Asuransi (t) : biaya asuransi pada tahun ke-t
% Asuransi : persentase biaya asuransi terhadap total
investasi Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran digunakan untuk lebih mensosialisasikan penggunaan biodisel dan menyadarkan masyarakat bahwa penggunaan biodisel banyak memberikan manfaat, baik langsung maupun tidak langsung dibandingkan dengan mengggunakan bahan bakar solar. Biaya pemasaran dihitung dengan mengalikan persentase biaya pemasaran dengan total penjualan per tahunnya. Diagram alir deskriptif untuk menentukan biaya pemasaran dapat dilihat pada Gambar 23. Persamaan-persamaan matematis yang digunakan dalam menentukan biaya pemasaran adalah sebagai berikut.
Pemasaran (t) = Penjualan (t)x % Biaya Pemasaran ... (94) Keterangan :
Pemasaran(t) : biaya pemasaran pada tahun ke-t (US $).
%BiayaPemasaran : persentase biaya pemasaran terhadap total
nilai penjualan
82 Biaya Gaji
Biaya gaji dihitung dengan menjumlahkan gaji yang diterima masing-masing karyawan untuk setiap posisi/jabatan. Diagram alir deskriptif untuk menentukan biaya gaji dapat dilihat pada Gambar 24. Persamaan-persamaan matematis yang digunakan dalam menentukan biaya gaji adalah sebagai berikut.
Biaya Gaji (t) = n
Σ
j=1
Jum Karyawan (tj)x Gaji
Karyawan (tj) ... (95)
Keterangan :
: jumlah jenis karyawan
JumKaryawan(tj) : jumlah karyawan tipe ke-j pada tahun ke-t.
Gambar 22. Diagram alir deskriptif untuk menentukan biaya asuransi peralatan/mesin pada pabrik biodisel
Mulai
Biaya pembelian peralatan / gedung / kendaraan
Prosentase biaya asuransi untuk setiap peralatan / gedung / kendaraan
Hitung biaya asuransi untuk setiap peralatan / gedung / kendaraan
Hitung total biaya asuransi
Total biaya asuransi per tahun
84
Gambar 23. Diagram alir deskriptif untuk menentukan biaya pemasaran dan biaya administrasi pabrik biodisel
Mulai
Prosentase biaya administrasi terhadap omzet penjualan
Total penjualan biodisel dan hasil sampingannya
Hitung biaya administrasi
Total biaya administrasi per tahun
Selesai Mulai
Prosentase biaya pemasaran terhadap omzet penjualan
Total penjualan biodisel dan hasil sampingannya
Hitung biaya pemasaran
Total biaya pemasaran per tahun
Gambar 24. Diagram alir deskriptif untuk menentukan biaya gaji karyawan pabrik biodisel Sub-Submodel Laba Rugi
Submodel ini dipakai untuk menentukan proyeksi laporan laba rugi industri biodisel. Diagram alir deskriptif sub-submodel laba rugi dapat dilihat pada
Mulai
• Jumlah personalia di tingkat manajemen puncak
• Gaji per bulan untuk manajemen puncak
• Jumlah personalia di tingkat manajemen bawah
• Gaji per bulan untuk manajemen bawah
• Jumlah personalia di tingkat pelaksana / operator
• Gaji per bulan untuk setiap pekerja pelaksana /operator
Hitung total gaji untuk personalia di tingkat :
• Manajemen puncak
• Manajemen bawah
• Pelaksana / operator
Hitung total gaji seluruh personalia
Total gaji per tahun
86 Gambar 25. Persamaan matematis yang digunakan dalam submodel laba rugi adalah sebagai berikut.
Laba Sebelum Pajak (t) = Penjualan (t) – Biaya Produksi (t) ... (96) Laba Kena Pajak (t) = Laba Sebelum Pajak (t) – Akumulasi
Kerugian (t) ... (97) Laba Setelah Pajak (t) = Laba Kena Pajak (t) – Pph Pasal 25 (t) .... (98) Penentuan pajak penghasilan :
Jika Laba Kena Pajak (t) ≤ 25.000.000, maka:
PPh Pasal 25 (t) = 5% x Laba Kena Pajak (t)
Jika 25.000.000 < Laba Kena Pajak (t) ≤ 50.000.000, maka:
PPh Pasal 25 (t) = (5% x 25.000.000) + 10% x (Laba Kena Pajak (t) –
25.000.000)
Jika 50.000.000 < Laba Kena Pajak (t) ≤ 100.000.000, maka:
PPh Pasal 25 (t) = (5% x 25.000.000) + (10% x 25.000.000) + 15% x (Laba Kena Pajak(t) – 50.000.000)
Jika 100.000.000 < Laba Kena Pajak (t) ≤ 200.000.000, maka :
PPh Pasal 25 (t) = (5% x 25.000.000) + (10% x 25.000.000) + (15% x
50.000.000) + 30% x (Laba Kena Pajak (t) – 100.000.000) Jika Laba Kena Pajak (t) > 200.000.000, maka:
PPh Pasal 25 (t) = (5% x 25.000.000) + (10% x 25.000.000) + (15% x
50.000.000) + (30% x 100.000.000) + 35% x (LabaKenaPajak(t) – 200.000.000)
Keterangan :
Laba Sebelum Pajak (t) : laba sebelum pajak pada tahun ke-t industri
biodisel.
Laba Kena Pajak (t) : laba yang terkena pajak pada tahun ke-t
industri biodisel
Akumulasi Kerugian (t) : akumulasi kerugian pada tahun ke-t industri
biodisel
Pph Pasal 25 (t) : pajak penghasilan badan atau perusahaan
Sub-Submodel Aliran Dana
Submodel ini dikembangkan untuk menentukan aliran kas industri biodisel dalam kegiatan-kegiatan operasional, investasi, dan pendanaan dalam satu periode keuangan. Di sini dapat ditentukan besarnya perubahan kas pada awal dan akhir periode. Diagram alir deskriptif sub-submodel aliran dana dapat dilihat pada Gambar 26. Persamaan matematis yang digunakan dalam submodel aliran dana adalah sebagai berikut :
Penerimaan Dana (t) = Modal Sendiri (t) + Pinjaman Bank (t) +
Penjualan(t) ... (99) Pengeluaran Dana (t)= Investasi(t) + Biaya Produksi(t)
+ Pembayaran Deviden (t) ... (100) Saldo Kas Awal (1) = Penerimaan Dana(1) – PengeluaranDana(1) ... (101) Saldo Kas Akhir (t) = Saldo Kas Awal (t-1) + (Penerimaan (t)
– Pengeluaran Dana (t)) ... (102) Keterangan :
Penerimaan Dana(t) : total kas masuk pada tahun ke-t
Modal Sendiri(t) : suntikan dana segar dari modal sendiri pada
tahun ke-t.
Pinjaman Bank(t) : suntikan dana yang diperoleh dari pinjaman
bank pada tahun ke-t
Penjualan (t) : total nilai penjualan pada tahun ke-t
Saldo Kas Awal (t) : saldo kas awal pada tahun ke-t