• Tidak ada hasil yang ditemukan

Revitalisasi Ekonomi Liberal: Kritik FA Hayek Terhadap Sosialisme

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Revitalisasi Ekonomi Liberal: Kritik FA Hayek Terhadap Sosialisme"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Revitalisasi Ekonomi Liberal:

Kritik FA Hayek Terhadap Sosialisme

Christine Rossiana Atmodjo & Taufik Basari1

Program Studi Ilmu Filsafat Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

ABSTRAK

Tesis ini membahas kritik yang disampaikan oleh Friedrich August Hayek terhadap sosialisme yang mengancam semangat kebebasan ekonomi liberalisme klasik. Kebebasan merupakan instrument sentral untuk meraih kualitas hidup yang lebih baik melalui adanya ruang bagi pribadi dan pengembangan individu. Segala bentuk koersi dan paksaan terhadap individu yang bukan merupakan semangat liberal perlu dipisahkan secara jelas sehingga tidak mengancam masyarakat kepada penyelewengan kekuasaan yang akan berujung pada totalitarianisme.

Kata kunci: individu, kebebasan, liberalisme, sosialisme, totalitarianisme.

Liberal Economic Revitalization: FA Hayek’s Critics Toward Socialism

ABSTRACT

This thesis is to examine the critics delivered by Friedrich August Hayek to socialism which threaten the spirit of liberty held by classical liberalism economy. Liberty is the central instrument to reach better quality of living by ensuring private space and individual development. Any kind of coercion and forces to an individual which are not the essence of liberalism need to be separated clearly and distinctively in order to avoid the people to any abusive power that will ended to totalitarianism.

Keywords: individual, liberty, liberalism, socialism, totalitarianism.

                                                                                                                         

1 Christine Rossiana Atmodjo adalah mahasiswa program studi Ilmu Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan

Budaya, Universitas Indonesia yang telah mempertahankan skripsinya di hadapan Dewan Penguji dalam sidang skripsi tanggal 19 Juli 2013. Taufik Basari adalah Dosen Program Studi Filsafat yang memberikan bimbingan kepada Christine Rossiana Atmodjo dalam menulis skripsi yang berjudul “Revitalisasi Ekonomi Liberal: Kritik Friedrich August Hayek Terhadap Sosialisme”. Tulisan ini merupakan Ringkasan dari skripsi yang dimaksud.

(2)

A. PENDAHULUAN

Abad 20 dapat dikatakan sebagai abad puncaknya pertarungan ideologi sosialisme dan liberalisme. Masyarakat Barat mengumandangkan kesuksesan mereka menciptakan sebuah sejarah pemikiran yang besar melalui liberalisme. Ideologi liberalisme muncul dengan ide kebebasan manusia untuk memaksimalkan setiap jengkal hidupnya tanpa ada kekangan maupun batasan yang mengucilkan, entah oleh pemerintah maupun agama. Kemudian lahir ideologi sosialisme, sebaliknya, melawan sistem ekonomi yang dianggap hanya melayani segelintir kelompok elit kelas borjuis daripada masyarakat banyak. Sejalan dengan perkembangan pemikiran liberalisme dan sosialisme, maka pertumbuhan ekonomi dunia juga mengalami pertumbuhannya. Kebanyakan negara-negara Barat seperti di Eropa dan Amerika memeluk paham liberalisme. Semenjak pencerahan terjadi yang mengakibatkan arus deras pemikiran manusia dan melahirkan Revolusi Industri, pertumbuhan ekonomi di negara-negara Barat meningkat pesat. Liberalisme memungkinkan hadirnya inovasi-inovasi dalam pasar yang meningkatkan arus ekonomi.

Depresi Besar yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1929 kemudian mengguncang dunia dari kesadaran stagnan sistem ekonomi liberal. Model perekonomian yang dilancarkan oleh ekonom klasik dianggap tidak memberikan jawaban yang cukup untuk mengatasi depresi yang melanda, bahkan malah menuntun masyarakat dalam kehancuran sistem kapitalisme. John Maynard Keynes saat itu tampil dengan menggagas pemikirannya tentang pentingnya perekonomian terpusat, di mana negara memiliki kapasitas yang cukup besar untuk melakukan perencanaan bagi sistem perekonomian negara dalam batas-batas tertentu. Lambat tapi pasti, sistem ekonomi liberal sedikit demi sedikit berubah haluan. Apabila dahulu negara hanya berperan sebagai penjaga malam, maka kini negara memiliki andil yang besar untuk menstabilisasi perkara-perkara ekonomi yang terjadi di dalam

masyarakat. Apabila dahulu negara berperan amat minim dalam perekonomian laissez-faire,

maka kini negara campur tangan memberikan fungsi-fungsi dan hukum yang mengatur arus perekonomian. Negara secara tidak langsung menjadi condong kepada praktik-praktik sosialisme.

Membicarakan suatu sistem ekonomi bukan hanya berarti membahas metode-metode ekonomis yang mendatangkan keuntungan yang paling besar. Membicarakan ekonomi berarti juga membahas pola hidup masyarakat yang membangun kebiasaan berpikir dan bertindak dalam memutuskan hidupnya, yang tentunya berbanding lurus dengan pola ekonomi yang diterapkan dalam masyarakat tersebut. Dan yang terpenting adalah bahwa di balik itu semua, apa yang ada dalam benak masing-masing individu dalam masyarakat menentukan

(3)

pergerakan kehidupan ekonomi yang berjalan: di situlah letaknya fungsi ideologi bagi Friedrich August von Hayek. Masyarakat yang liberal akan mengutamakan kebebasan dan jaminan hak-hak individu dalam kesetaraan yang mampu mengeksplorasi hidupnya secara penuh. Oleh sebab itu peran dan campur tangan negara diminimalisir atau bahkan dihilangkan sama sekali agar tidak memengaruhi perekonomian untuk kepentingan tertentu. Bagi sosialisme, justru campur tangan pemerintah ini sungguh penting dalam rangka menuntun masyarakat dan perekonomiannya ke dalam ranah yang lebih baik.

Permasalahan konsep dan metode yang dicetuskan oleh kedua paham ini, yakni individualisme dan kolektivisme, merupakan poin penting dalam membahas gagasan pemikiran Hayek. Poin penting yang juga akan menjadi batasan masalah dalam tulisan ini adalah perlawanan Hayek terhadap totalitarianisme melalui gagasan filosofisnya yang tereksplanasi melalui contoh-contoh dan eksplanasi menyeluruh tentang bagaimana ideologi sosialisme menuntun masyarakat untuk kepentingan tertentu. Hayek mengkritik pemikiran Keynes dengan cukup jelas. Menurutnya, campur tangan pemerintah tidak dilaksanakan melalui metode-metode yang cukup jernih dari kepentingan kelompok maupun individu. Campur tangan pemerintah dikhawatirkan cenderung membawa masyarakat sedikit demi sedikit menuju penyimpangan kekuasaan dan totalitarianisme.

a) Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Mengapa prinsip kebebasan dalam liberalisme begitu penting dalam kehidupan

manusia pada umumnya dan perekonomian pada khususnya?

2. Mengapa campur tangan negara yang dominan dalam ekonomi yang diusung oleh

sosialisme dapat menghilangkan makna kebebasan individu sehingga membuka pintu bagi totalitarianisme?

3. Bagaimana Hayek menawarkan gagasan untuk kembali pada liberalisme klasik yang

menjunjung kebebasan individu sebagai langkah untuk mencegah totalitarianisme?

b) Tujuan Penelitian

Tujuan utama tulisan ini adalah untuk mengungkap perbandingan pemikiran liberalisme dan sosialisme yang telah tumbuh dalam sejarah pemikiran dunia. Dualisme pemikiran ini menjadi titik tolak perdebatan yang tak kunjung henti oleh para pemikir-pemikir besar dalam rangka membangun masyarakat yang paling memadai. Selain itu,

(4)

tulisan ini kiranya dapat menunjukkan legitimasi filosofis pemikiran liberalisme yang digagas Friedrich August von Hayek tentang pentingnya kebebasan dan menunjukkan kelemahan sosialisme, yakni kecenderungan intervensi negara terhadap pasar yang membawa totalitarianisme.

B. TINJAUAN TEORITIS

Kerangka teoritis yang akan dibahas pada tulisan ini adalah beberapa teori tentang liberalisme dan sosialisme yang berkembang dalam pemikiran ekonomi modern, terutama dalam kaitannya dengan hubungan antara negara dan pasar. Dalam relasi negara dan pasar, Hayek mengajak masyarakat untuk kembali menjunjung ekonomi pasar bebas yang sifatnya liberalis klasik, dan melawan arus liberalisme sosial Keynesian yang populer pasca Depresi Besar dan Perang Dunia II.

Dalam pemikiran Hayek akan dibahas gagasannya mengenai kebebasan sebagai salah satu sarana bagi individu dalam memaksimalisasi kehidupannya. Di dalam konsep pasar bebas juga memiliki sifat kompetisi, sebagai satu keutamaan dalam ekonomi liberal, di mana kompetisi mampu membangkitkan kreasi individu untuk bersaing dengan individu lain, sehingga menciptakan kreativitas dan inovasi, yang tentunya melahirkan masyarakat yang lebih produktif dan berkualitas. Juga dibahas Kedaulatan Hukum sebagai implementasi kebebasan, melahirkan aturan-aturan yang berfungsi sebagai monitor pergerakan pemerintah agar tidak terjerumus dalam penyelewengan kekuasaan yang koersif dan sewenang-wenang. Penolakan Hayek terhadap segala bentuk sosialisme dalam perekonomian suatu negara sejajar dengan pemikirannya terhadap kebebasan dalam ranah liberal. Segala bentuk praktik yang tidak sesuai dengan semangat liberalisme klasik yang sesungguhnya merupakan praktik yang perlu antisipasi penuh dapat membawa kepada penyelewengan tertentu.

C. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif reflektif dan analisis yang berarti mengkaji fakta-fakta dan data yang konkret sehingga menghasilkan pemahaman menyeluruh tentangnya. Pencarian data dan analisa dilakukan melalui penelitian dan studi kepustakaan. Penelusuran pustaka dalam kaitannya dengan pemikiran ekonomi ini dipusatkan

dalam karya Friedrich August von Hayek, yang berjudul The Road to Serfdom dan The

(5)

D. PEMBAHASAN

Sepanjang sejarah, para pemikir dan intelektual berusaha menciptakan suatu tatanan

kehidupan manusia yang ideal. Sejak zaman Yunani Kuno, ketika Plato menuliskan Republik,

ia telah mengeset suatu standar model utopis pemerintahan dan bentuk suatu negara pada masanya. Perkembangan pemikiran terus berlanjut, sejalan dengan sejarah dan dinamika peradaban masyarakat. Lahirlah aliran-aliran pemikiran baru yang muncul oleh sebab-musabab dinamika tersebut, berangkat dari pembelaan kaum kecil, penindasan dalam masyarakat, kesadaran palsu, ataupun kepercayaan terhadap kebebasan individu; masing-masing percaya bahwa mereka akan membawa masyarakat ke dalam suatu tatanan baru melalui doktrin-doktrin mereka. Dua aliran besar yang sepanjang sejarah saling lawan adalah liberalisme dan sosialisme. Dualisme pemikiran ini senantiasa menjadi perdebatan seru di wilayah studi filsafat, yang juga merambah ke bidang-bidang lainnya. Yang satu pro terhadap kebebasan individu, yang satu percaya bahwa kebebasan yang sesungguhnya diraih melalui asas kebersamaan atau kolektivisme.

Dalam pandangan liberalisme klasik, negara dianggap sebagai ’necessary evil’.2

Negara dianggap sebagai necessary karena negara dibutuhkan untuk membentuk tatanan,

menjaga keamanan, dan menjamin tegaknya aturan hukum. Sementara pada saat yang

bersamaan, negara juga dapat muncul sebagai evil mengingat negara bisa memaksakan

kehendak kolektif yang dapat membatasi kebebasan individu. Karenanya, negara yang

dibutuhkan adalah negara yang minimal, sekedar merupakan penjaga malam (nightwatchman

state). Tradisi liberal berangkat dari pemahaman bahwa kebebasan individu adalah hal yang paling mendasar dan kekuasaan negara yang berlebihan akan mempunyai potensi merusak

tatanan dalam masyarakat.3 Dalam konteks ini, tradisi pemikiran liberal pada hakekatnya

tidak berarti pemikiran yang anti terhadap negara. Tradisi pemikiran liberal sekedar memagari kekuasaan negara yang cenderung mempunyai potensi merusak. Seorang pelaku bisnis jauh lebih mengetahui dengan pasti kebutuhan dan tujuannya dibandingkan apa yang dapat diketahui negara. Sementara itu, di dalam sosialisme, negara adalah subjek ekonomi. Oleh sebab itu kontrol negara yang tercermin dalam kebijakannya disasarkan kepada kepentingan ekonomi. Politik dalam tingkatan tertentu tercermin melalui kebijakan-kebijakan ekonomi dan manajemen ekonomi. Penitikberatan terhadap ekonomi mengubah relasi antara

                                                                                                                         

2 Andrew Heywood. 2002. Politics. Edisi kedua. New York: Palgrave.

3 Adam Smith. 1776. An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations. Editor: Edwin Cannan.

(6)

ekonomi dan politik, karena basis sistem perencanaan terpusat oleh negara disasarkan

terutama dalam ekonomi.4

Banyak orang tidak menyangka bahwa pada tahun 1929, kejatuhan ekonomi terjadi,

imbas utamanya adalah di Amerika Serikat. Dimulai saat New York Stock Exchange jatuh

pada 29 Oktober 1929 yang dikenal dengan Black Tuesday. Jatuhnya harga di pasar saham

kemudian diikuti dengan kolapsnya bank-bank di Amerika dikarenakan banyaknya penarikan uang-uang tunai dan investasi oleh orang-orang yang panik. Perekonomian Amerika hancur total, mulai dari pengangguran yang tinggi, daya beli masyarakat yang merosot, hingga produksi tidak laku karena banyak yang kehilangan pekerjaan. Ekonomi mengalami depresi

parah, dan merupakan salah satu krisis ekonomi terbesar di abad 20-an.5 Keynes menulis

sebuah buku pada tahun 1936 yang berjudul The General Theory of Employment, Interest and

Money. Dia mengkritik secara tegas pendekatan ekonomi klasik yang percaya kepada mekanisme pasar dan ruang peran pemerintah yang kecil. Pasar di dalam sistemnya tidak dapat dilepaskan oleh pengaruh negara. Perekonomian tidak dapat begitu saja diserahkan pada mekanisme pasar. Pasar bersifat dinamis dan negara bertugas untuk melindungi dan menjaga dari kemungkinan guncangan terhadap perekonomian masyarakat. Sifat ini dilancarkan dalam bentuk pengadaan regulasi-regulasi, pembebanan pajak pada pemilik

modal besar, jaminan kesejahteraan sosial bagi masyarakat.6 Pemerintah perlu merasa

bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan dasar sosial dan ekonomi setiap warganegara agar tercapai suatu standar hidup yang baik. Pengendalian ekonomi oleh pemerintah adalah penting, juga redistribusi pendapatan melalui sistem pajak, serta pengeluaran dan penyediaan program kesejahteraan rakyat di bidang pendidikan, kesehatan, jaminan masa tua, dan

lain-lain. Secara garis besar, konsep negara bagi Keynes adalah negara kesejahteraan (welfare

state).

Usai Perang Dunia II, Hayek menuliskan bukunya yang terkenal The Road to Serfdom

yang kemudian dipublikasikan pada tahun 1944. Buku ini baik langsung maupun tidak merupakan reaksi dari pemikiran yang dilancarkan John Maynard Keynes mengenai peran pemerintah yang besar dalam menyetir perekonomian negara pasca Depresi Besar pada tahun

1929. Pada tahun 1960, Hayek lagi-lagi mempublikasikan bukunya The Constitution of

Liberty yang menjelaskan lebih gamblang lagi mengenai kondisi-kondisi kebebasan yang                                                                                                                          

4 Nikolai Bukharin. 2006. Socialism and Its Culture. Penerjemah: George Shriver. Calcutta: Seagull Books. Hal.

20.

5 Jeffrey A Frieden. 2006. Global Capitalism: Its Fall and Rise in the Twentieth Century, New York: WW.

Norton & Co. Inc. Hal. 174.

(7)

hakekatnya dimiliki manusia dalam rangka mengembangkan hidupnya, dan bahwa perkembangan dirinya tidaklah dicapai dengan setiran orang lain, melainkan dari dirinya

sendiri. Sejak kemunculan Keynes, gagasannya mengenai welfare state mendunia. Pemikiran

Keynes menjamur karena dinilai dapat mebawa perubahan bagi pemikiran liberalisme klasik yang gagal. Keynes membawa ‘angin segar’ dengan menggagas konsep liberalisme sosial. Yang membuat Hayek prihatin adalah kenyataan bahwa di balik itu semua, ada nilai penyelewengan dan ditinggalkannya kaidah-kaidah liberalisme yang sesungguhnya oleh

terjangkitnya masyarakat terhadap pemikiran liberalisme model baru.7

Apa yang diprihatinkan Hayek adalah kenyataan bahwa masyarakat mengalami misinterpretasi makna liberalisme, oleh adanya penyelewengan istilah melalui propaganda sosialisme. Sebagai contoh, janji akan “kebebasan baru” dikumandangkan dengan

memberikan perubahan-perubahan halus dalam memaknai kata kebebasan8. Kebebasan yang

dijanjikan diantaranya berupa kebebasan dari keharusan pemenuhan kebutuhan, ataupun kebebasan dari tekanan bermacam keadaan yang mau tak mau membatasi aneka ragam pilihan kita semua. Janji akan kebebasan merupakan senjata paling efektif bagi propaganda sosialis. Janji akan kebebasan menyebabkan banyak kaum liberal tertarik menempuh

jalan-jalan sosialis.9 Hayek menggunakan istilah kolektivisme untuk menerangkan sifat-sifat

sosialisme yang di dalamnya termasuk “ekonomi terencana” dan segala jenis metode

ekonomi yang berhubungan dengan perencanaan terpusat10. Apabila liberalisme yang

sesungguhnya mengusung nilai individualisme, yakni kebebasan untuk memaksimalisasi kehidupan, maka sosialisme membawa nilai kolektivisme. Liberalisme memberikan ruang bagi individu untuk mencari cara sepenuh-penuhnya dan sebaik-baiknya secara bebas dan bertanggungjawab, sementara sosialisme mengusung kolektivisme dengan suatu perencanaan terpusat, yang yakin betul bahwa apabila hidup tiap-tiap individu diatur secara menyeluruh, maka tujuan kesejahteraan umum akan tercapai dengan lebih efektif. Ada suatu asas penyamarataan kehendak individu di dalamnya.

Hayek mengkritik tradisi sosialisme dan ketidakpuasan masyarakat terhadap peradaban dengan menggagas teori nilai. Ia berangkat dari fakta bahwa peradaban dibangun

dari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Ia membedakan tiga jenis nilai11: naluriah,

                                                                                                                         

7 FA Hayek. 1944. The Road to Serfdom. London: Routledge Classics. Hal. 19. 8 FA Hayek. 1944. Ibid. Hal. 25.

9 FA Hayek. 1944. Ibid. Hal. 26-27. 10 FA Hayek. 1944. Ibid.

11 Disampaikan dalam Kuliah Hobhouse, “The Three Sources of Human Value” pada tahun 1978, dan menjadi

epilog dalam volume ke-3 buku Law, Legislation, and Liberty (1979). Seperti dikutip dari Eugene F. Miller,

(8)

tradisional, dan yang diartikulasikan. Nilai naluriah muncul dalam kehidupan masyarakat primitif yang paling awal terbentuk, yang mana manusia masih didorong naluri-nalurinya yang instingtif dan primitif, seperti kehidupan masyarakat yang berburu dan mengumpulkan

makanan. Nilai tradisi terbentuk dan berasal dari kumpulan pengalaman yang diikuti sebagai

suatu kebiasaan secara tak sadar, dan berkembang dalam masyarakat sejak awal dan tidak dapat digantikan oleh aturan atau undang-undang yang dibuat secara sengaja. Sementara itu,

berbeda dengan tradisi, artikulasi nilai dilakukan secara sadar setelah peradaban muncul.

Nilai naluriah adalah kerelaan untuk berbagi (sharing), pengorbanan untuk kepentingan

bersama, dan aspek-aspek yang dirancang untuk menopang kehidupan kelompok masyarakat yang kecil. Kemudian ketika kehidupan perkotaan dan peradaban yang lebih maju muncul, tradisi mendukung keteraturan kehidupan yang lebih besar, luas, dan bersifat umum dengan dimensi-dimensi yang lebih dinamis. Yang menjadi masalah adalah ketika artikulasi nilai dilakukan, tidak semua manusia mampu mengikuti perubahan yang pesat itu, penyesuaian dan artikulasi yang dilakukannya tidak berjalan sempurna, dalam artian ada bagian-bagian dirinya yang masih mendengarkan nilai-nilai primitif dan instingtif, atau naluriah. Ia masih lebih memilih mengikuti kehendak naluriah dan emosi-emosinya ketimbang menyesuaikannya dengan perkembangan peradaban. Kegagalan artikulasi ini yang mengakibatkan ketidakpuasan atas kehidupan yang beradab.

Penjabaran Hayek ini digunakannya untuk mengkritik sosialisme. Masyarakat liberal yang bebas bertumpu pada nilai-nilai yang bertumbuh kembang dan dibangun atas tradisi, melalui proses evolusi sosial, akan tetapi seringkali terancam oleh ambisi-ambisi dan dorongan primitif manusia. Kaum sosialis membuang segala tradisi dan proses yang telah dilalui oleh nilai-nilai, memilih untuk menciptakan aturan baru ketimbang aturan-aturan yang telah berkembang dengan sendirinya. Dengan kata lain, sosialisme adalah suatu

bentuk primitivisme.12

Peradaban Barat dibangun dan maju pesat terutama oleh keyakinan akan prinsip-prinsip kebebasan. Akan tetapi pada akhir abad ke-19, adalah satu hal yang disayangkan Hayek, masuknya nilai-nilai sosialisme membuat peradaban Barat terancam akan hilangnya keyakinan dan rasa percaya diri akan peradaban sendiri dan terlarut dalam utopia sosialis. Ketika seluruh dunia menoleh ke Barat untuk meminta petunjuk, mereka justru meninggalkan prinsip-prinsip yang membawa mereka ke masa-masa kejayaan. Dengan begitu, mereka                                                                                                                          

12 Eugene F. Miller. 2010. Hayek’s The Constitution of Liberty. London: The Institute of Economic Affairs. Hal.

(9)

membuat dunia berkesimpulan salah tentang makna kebebasan.13 Hayek menekankan prinsip

kebebasan dalam tulisannya The Constitution of Liberty. Ia bertujuan untuk mengidentifikasi

dan menegaskan kembali prinsip-prinsip dasar filsafat kebebasan. Kebebasan adalah milik setiap individu. Individu dikaruniai akal budi, rasio, sehingga ia mampu berpikir dan bertindak; ini yang membedakannya dengan makhluk hidup lain. Ia dapat merenungkan dan merefleksikan hidupnya, dan ia memiliki pilihan-pilihan untuk ia putuskan. Kemampuan

manusia untuk membuat pilihan (human agency) adalah cerminan bahwa manusia

sesungguhnya memiliki kemauan bebas, dan untuk itu ia perlu mempertimbangkan

baik-buruknya pilihan-pilihannya.14 Berangkat dari menentukan pilihan, maka individu masuk ke

dalam suatu dimensi di mana individu selayaknya tidak menjadi sasaran tekanan oleh keinginan sewenang-wenang orang lain dalam hidupnya. Masyarakat bebas lahir dari individu-individu yang bebas. Kebebasan individu adalah kenikmatan yang dirasakan saat ruang pribadi terjamin, aman dari campur tangan orang lain dan terutama dari pemaksaan sewenang-wenang oleh pemerintah.

Kebebasan individu juga bukan berarti saya bebas memilih apapun yang saya mau tanpa terkecuali. Hayek menekankan pentingnya tanggung jawab. Kebebasan berarti individu selalu menanggung risiko perbuatannya, tindakannya, pilihan-pilihannya. Tanpa adanya tanggung jawab dan risiko, individu tidak akan mendapatkan pengalaman untuk menjadi

bekal pengetahuan mereka seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan.15

Kebebasan individu adalah penting bagi pertumbuhan jangka panjang suatu peradaban dan kemajuan umat manusia. Hal ini dikarenakan suatu perkembangan peradaban tergantung pada kebebasan manusia di dalamnya untuk bereksperimen dengan cara-cara dan inovasi baru untuk menciptakan dan melakukan berbagai hal yang baru. Peradaban berevolusi dan berkembang, kondisi senantiasa berubah. Oleh sebab itu, kebebasan adalah sangat penting dan dibutuhkan dalam rangka menunjang eksperimen dan melahirkan inovasi serta kreativitas

baru. Peradaban berkembang dalam proses trial and error. Nilai inovasi merupakan aspek

yang penting bagi Hayek dalam rangka perkembangan evolusi sosial16.

Pemikiran tentang pasar yang dimiliki liberalisme klasik berarti minimnya intervensi atau campur tangan negara di dalamnya. Akan tetapi peran negara di sini bukan berarti

ditiadakan secara total atau laissez-faire mutlak17. Koersi negara tetap diperlukan untuk

                                                                                                                         

13 FA Hayek. 1960. The Constitution of Liberty. New York: The Chicago University Press. Hal. 1-2. 14 FA Hayek. 1960. Ibid. Hal. 11.

15 FA Hayek. 1960. Ibid. Hal. 71. 16 FA Hayek. 1960. Ibid. Hal. 59.

(10)

mencegah individu melakukan penindasan atas individu lain. Dalam hubungan sosial, memang benar ada nilai-nilai koersi atau penindasan yang tak terhindarkan. Sebagai contoh, berserahnya individu dalam hubungan pribadinya dengan individu lain secara sukarela, misalnya, dalam pertemanan atau hubungan antar kekasih. Akan tetapi bukan berarti penindasan semacam ini menjadi campur tangan negara. Hubungan yang terjadi secara

sukarela bukanlah urusan pemerintah18. Terdapat aturan-aturan moral yang ada di dalam

masyarakat bebas, dan individu dituntun dalam nilai-nilai moral tersebut. Individu sudah selayaknya berlaku sesuai dengan tatanan moral, akan tetapi, kembali lagi, tatanan moral yang ada dalam masyarakat tidak boleh mengganggu kebebasan individu untuk memilih. Sebagai contoh adalah kebebasan dalam berpendapat. Sejauh sesuai dengan tatanan moral dan etika sopan santun, misalnya, seseorang dapat mengutarakan opini atau pemikirannya mengenai sesuatu hal tanpa ada paksaan dari individu lain untuk berpendapat sebaliknya. Secara sederhana, yang ditekankan Hayek bukanlah volume, melainkan karakter kegiatan pemerintahlah yang penting. Hayek tidak keberatan pemerintah menyediakan berbagai

layanan dalam masyarakat. Akan tetapi ada beberapa hal yang ditegaskan Hayek19. Pertama,

layanan-layanan tersebut harus tersedia bagi semua orang tanpa terkecuali. Tidak ada pembedaan status atau syarat-syarat tertentu yang membedakan atau mendiskriminasikan kelompok masyarakat tertentu dalam menikmati layanan yang disediakan oleh pemerintah.

Yang kedua, penyediaan layanan tidak boleh dimonopoli secara paksa oleh pemerintah, atau

pemerintah mengambil keuntungan khusus dari layanan yang ditawarkan kepada masyarakat. Rekanan swasta atau wiraswasta dapat diperbolehkan bersaing dengan perusahaan milik pemerintah sehingga tidak ada unsur monopoli dan unsur kompetisi tetap terjaga.

Satu keunikan dalam ekonomi liberalisme adalah sifat kompetisi yang terdapat di dalamnya. Individu melakukan kegiatan ekonomi untuk mendapatkan keuntungan, dan metode untuk meraih keuntungan itu secara tidak langsung bisa merupakan metode yang sama dengan individu ekonomi lain. Sebab itu, terjadilah suatu bentuk persaingan atau kompetisi dalam rangka mencapai tingkat keuntungan bagi masing-masing individu. Bagi liberalisme ekonomi, kompetisi merupakan suatu metode unggul yang efisien sebagai suatu tanda arus ekonomi yang sehat, dan juga sebagai metode yang melaluinya aktivitas dapat

saling disesuaikan tanpa intervensi penguasa yang koersif atau sewenang-wenang.20

Masuknya sosialisme ke dalam masyarakat liberal membawa argumen bahwa perencanaan                                                                                                                          

18 FA Hayek. 1960. The Constitution of Liberty. New York: The Chicago University Press. Hal. 138.

19 Eugene F. Miller. 2010. Hayek’s The Constitution of Liberty. London: The Institute of Economics Affair. Hal.

138-139.

(11)

merupakan sistem ekonomi yang terbaik untuk mengontrol stabilitas perekonomian. Salah satu argumennya adalah bahwa perkembangan teknologi membuat kompetisi menjadi sesuatu yang tidak mungkin dilakukan dalam berbagai bidang, oleh sebab itu kontrol pemerintah adalah satu jalan terbaik dalam stabilisasi perekonomian. Kompleksitas peradaban industrial modern melahirkan masalah-masalah baru yang tidak dapat ditangani secara efektif kecuali melalui perencanaan terpusat. Bagi Hayek, di satu sisi hal ini benar, akan tetapi argumen ini tidak bisa digeneralisasi pada seluruh kegiatan perekonomian dalam arti luas. Adalah sesuatu yang lazim dan wajar bahwa ada banyak masalah yang tercipta dalam suatu kota industri yang modern dan teknologis, dan tentu tidak semuanya bisa diselesaikan melalui metode kompetisi. Akan tetapi yang ditekankan Hayek adalah motif dibalik argumentasi yang dilancarkan oleh para pendukung perencanaan terpusat, yakni membalik fakta, bahwa sedikit kelemahan dalam perekonomian digunakan sebagai argumentasi hegemonis bahwa proses ekonomi menyeluruh hanya dapat dikoordinasikan oleh suatu badan pusat supaya kehidupan sosial tidak berakhir dalam kekacauan. Dalam kata lain, sentralisasi.

Hayek menawarkan argumentasinya melawan sentralisasi, yakni tentang betapa

pentingnya desentralisasi dalam perekonomian21. Apabila sentralisasi memungkinkan suatu

koordinasi perencanaan yang terpusat terhadap seluruh lembaga-lembaga masyarakat, dan hal ini sangat memungkinkan suatu penyetiran terhadap kepentingan tertentu yang totaliter, maka desentralisasi menyebabkan lembaga-lembaga tersebut terpisah satu dengan yang lain. Oleh sebab itu, mereka harus saling menyesuaikan aktivitas dengan fakta-fakta kebutuhan yang diketahui lembaga masing-masing, sehingga terjadi suatu penyesuaian yang timbal-balik sesuai dengan rencana masing-masing. Di sinilah peran desentralisasi, yakni meniadakan kepentingan tertentu yang mengetahui fakta secara lengkap dan menyetirnya, sehingga koordinasi tak dapat dilakukan oleh “kontrol yang sadar”. Karena setiap fakta dan detail tidak pernah dapat diketahui sepenuhnya oleh seluruh lembaga, juga tidak dapat cukup cepat dikumpulkan oleh satu pusat, maka yang diperlukan adalah suatu mekanisme registrasi yang mencatat semua efek yang relevan bagi kepentingan masing-masing pihak, sehingga menjadi petunjuk bagi keputusan-keputusan individu. Jadi, tidak akan terjadi lonjakan atau jurang lebar antara pelaku ekonomi satu dengan yang lain dalam hal patokan harga, karena semua petunjuk saling berhubungan timbal-balik. Seorang wiraswasta akan mengawasi pergerakan harga-harga dan menyesuaikannya dengan aktivitas rekan-rekan atau saingannya. Apabila ia memasang harga terlalu tinggi, maka resikonya adalah tidak akan ada yang membeli                                                                                                                          

(12)

barangnya karena setiap individu sudah memiliki data harga barang normal yang berlaku di pasaran, dan tentu saja konsumen akan melakukan pembelian produk dengan harga yang terbaik. Sistem harga akan memenuhi fungsi ini hanya apabila kompetisi berlaku, yakni bahwa individu produsen harus menyesuaikan dirinya terhadap perubahan harga dan tidak ada satu pihak tertentu yang dapat mengontrolnya. Maka seluruh kegiatan perekonomian bergantung dalam suatu sistem mekanisme yang netral. Kompetisi menyingkirkan kebutuhan terhadap kontrol sosial yang sadar. Kompetisi mencegah gangguan-gangguan tertentu yang dilakukan dengan paksa dalam kehidupan ekonomi. Akan tetapi, gangguan lain seperti tindakan pemerintah dalam bentuk-bentuk tertentu ekonomi tetap diperlukan, sejauh tidak dilangsungkan dalam rangka melancarkan kepentingan kelompok tertentu dalam menyetir ekonomi.

Pertanyaan besar yang sering muncul melawan liberalisme klasik adalah kelemahan sistem yang melahirkan kapitalisme. Dalam masyarakat yang kapitalis, selalu muncul sistem monopoli. Inilah satu serangan yang dilontarkan kaum sosialis mengenai kesenjangan yang dihasilkan oleh kaptalisme. Hayek menjawabnya dengan membalik argumentasi kaum sosialis. Keunggulan perusahaan besar atas perusahaan kecil menjadi penyebab pertumbuhan monopoli, sebab melalui keunggulan perusahaan besar, mereka dapat menggunakan teknologi dan metode produksi modern yang lebih dalam efisiensi produksi barang sehingga menghasilkan barang dengan modal yang lebih kecil. Hal ini berimbas kepada tersingkirnya perusahaan kecil yang tidak memiliki efisiensi modal seperti perusahaan besar, sehingga akhirnya, yang tertinggal hanya satu atau sejumlah kecil perusahaan raksasa.

Kekuatan monopoli biasanya justru hasil dari tindakan pemerintah. Misalnya produsen domestik melobi pemerintah agar melarang impor dan melakukan pembatasan industri atau profesi tertentu. Hayek menunjukkan contoh besar kejadian historis dimana terjadinya kemunduran kompetisi berbanding lurus dengan berkembangnya monopoli dalam masyarakat. Adalah Jerman, sebagai negara yang pada akhir abad ke-19 menunjukkan evolusi kapitalisme melalui pertumbuhan kartel dan sindikat yang secara sistematis didukung oleh kebijakan yang disengaja. Pemerintah digunakan sebagai sopir yang menyetir berbagai kegiatan ekonomi dan melancarkan monopoli dengan regulasi harga dan penjualan.

Kebanyakan monopoli yang terjadi justru bukan dihasilkan oleh suatu kompetisi yang sehat; justru pihak-pihak yang melakukan monopoli seringkali mendapatkan bantuan dari kekuasaan negara untuk melancarkan kepentingan dan kontrol mereka. Ini justru menunjukkan bahwa sistem perencanaan terpusat merupakan satu jalan tol bagi para pemonopoli untuk mendapatkan keuntungan dengan menyetir pemerintah bagi kepentingan

(13)

mereka. Sebaliknya, tanpa adanya kekuatan perencanaan terpusat, pemerintah tidak memiliki wewenang untuk campur tangan dalam aksi-aksi kolusi tertentu. Jika perusahaan besar menjadi sangat kuat, persaingan potensial (atau ancaman dari pesaing baru) akan memaksa perusahaan beroperasi secara efisien dan memproduksi barang-barang yang dibutuhkan oleh pelanggan mereka pada tingkat biaya yang serendah mungkin. Kompetisi dalam ekonomi akan berjalan sebagaimana adanya. Di dalam masyarakat liberal yang kompetitif, kita memiliki kebebasan untuk memilih. Jika seseorang menolak memenuhi keinginan kita, maka kita dapat berpaling dan mencari orang lain. Akan tetapi lain halnya apabila kita berada dalam suatu negara totalitarian dengan monopoli, maka nasib kita berada dalam genggamannya. Otoritas yang memandu keseluruhan sistem ekonomi adalah pelaku monopoli yang paling berkuasa yang dapat dibayangkan.

Poin penting gagasan Hayek adalah Kedaulatan Hukum (Rule of Law). Prinsip

meta-hukum Hayek dari segala kritisismenya terhadap sosialisme dan pembelaannya terhadap liberalisme adalah bertujuan bukan untuk menyusun seperangkat aturan-aturan baru, melainkan untuk mengenali aturan-aturan yang mendukung kemajuan peradaban. Kemajuan peradaban didukung oleh kebebasan. Oleh karena kemajuan peradaban tidak dapat dirancang dan arahnya tidak dapat diramal, maka perlindungan atas kebebasan merupakan satu hal yang terpenting. Oleh sebab itulah, Kedaulatan Hukum sepenuhnya menyangkut kebebasan. Kedaulatan sebagai sebuah cita-cita, dan Kedaulatan Hukum menggambarkan bagaimana hukum seharusnya berlaku dalam sebuah masyarakat. Tujuan Kedaulatan Hukum adalah melindungi kebebasan individu dan membuka kemungkinan bagi perkembangan manusia. Kedaulatan Hukum merupakan produk peradaban Barat, tetapi bagi Hayek, Kedaulatan Hukum merupakan cita-cita universal, bukan hanya cita-cita negara-negara Barat.

Ada tiga sifat besar yang harus menjadi atribut Kedaulatan Hukum berdasarkan

catatan kuliah besar Hayek, The Political Ideal of the Rule of Law22dan yang dijabarkannya

dalam The Constitution of Liberty:

1. Batasan kekuasaan pemerintah sebagai jaminan akan ruang pribadi.

Kebebasan dapat maksimal apabila koersi atau sistem pemaksaan ditekan. Dalam mendesain sistem hukum liberal, ada dua poin penting bagi Hayek: proteksi dan pemisahan hak-hak pribadi individu dan hegemoni yang dilakukan oleh tekanan

pengaruh negara.23 Seorang individu bebas mengejar tujuan dan kehendak pribadinya,

                                                                                                                         

22 Merupakan kuliah yang disampaikan Hayek pada tahun 1955 di Kairo sebagai undangan Bank of Egypt, yang

kemudian dibukukan.

(14)

memaksimalisasi hidupnya, dengan keyakinan bahwa pemerintah tidak akan menggunakan kekuasaannya sewenang-wenang untuk menggagalkan usaha-usahanya.

2. Kedaulatan Hukum harus dikenal masyarakat luas dan bersifat pasti.24

Masyarakat harus sadar hukum. Undang-undang yang dibuat harus diketahui masyarakat agar perencanaan-perencanaan yang dilakukan individu dalam masyarakat sejalan dan mereka mengetahui dengan pasti bagaimana mengatur pola-pola kehidupan mereka sejalan dengan hukum. Artinya, masyarakat dan hukum bekerja sama dan menjamin perkembangan satu sama lain.

3. Kedaulatan Hukum harus bersifat setara.25

Hukum harus bersifat netral, setara (equal), dan tidak mengenal jabatan individu atau

siapapun itu. Tidak ada atribut yang dapat mengubah posisi seorang individu di hadapan hukum. Keadilan merupakan satu sifat dan atribut hukum, maka individu diperlakukan

sama di hadapan hukum tanpa memperhitungkan kondisi atau kualitas tertentu mereka26.

Hukum tidak bersifat pribadi atau personal, dalam artian hanya mengurusi hal-hal atau kondisi yang mungkin terjadi di mana pun dan kapan pun.

Kebijakan merupakan aspek yang penting di dalam Kedaulatan Hukum. Hayek memberikan makna mengenai kebijakan sebagai upaya pemerintah untuk mencapai tujuan

sehari-hari yang konkret dan senantiasa berubah.27 Artinya, pemerintah memberi pengarahan

dan mengatur kebutuhan masyarakat yang senantiasa berubah. Itulah makna kebijakan dalam Kedaulatan Hukum. Dari situlah, maka standar yang digunakan untuk mengukur kebijakan adalah kepentingan masyarakat. Oleh sebab itu, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa negara juga dapat memiliki sifat koersif, yang dalam keadaan darurat dapat mencabut hak-hak individu demi kepentingan masyarakat. Langkah-langkah kebijakan yang dapat dibenarkan sejauh koersi tersebut tetap memerhatikan nilai-nilai kebebasan adalah pemerintah dapat melakukan paksaan terhadap individu yang taat pada hukum bila hal itu

diperlukan untuk kepentingan umum, selama dilakukan sesuai aturan umum.28

                                                                                                                         

24 FA Hayek. 1960. The Constitution of Liberty. New York: The Chicago University Press. Hal. 208. 25 FA Hayek. 1960. Ibid. Hal. 209.

26 FA Hayek. 1960. Ibid. Hal. 232. 27 FA Hayek. 1960. Ibid. Hal. 214-215. 28 FA Hayek. 1960. Ibid. Hal. 225.

(15)

E. KESIMPULAN

Peradaban Barat mengalami krisis oleh sebab hilangnya kepercayaan terhadap prinsip-prinsip kebebasan. Ide-ide untuk menggunakan ideologi sosialis dianggap mempersatukan dan meraih kesejahteraan umum. Sesungguhnya masyarakat lupa akan apa yang telah diraih liberalisme sejak kelahirannya. Melalui liberalisme, semangat masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya meningkat. Kebebasan untuk mengeksplorasi hidup hadir, melahirkan penemuan-penemuan baru, menciptakan teknologi yang membuat peradaban manusia menjadi lebih mudah dari yang telah lama dibayangkan. Kebebasan tidak dapat dipisahkan dengan tanggung jawab. Setiap individu bertanggung jawab atas segala tindakannya, pilihan-pilihannya, apa yang dilahirkan oleh kebebasannya. Kebebasan bermakna bagi individu, masyarakat, dan peradaban secara umum. Tanpa kebebasan dalam bertindak, tidak mungkin ada kemajuan bagi individu, masyarakat, dan peradaban. Kebebasan melahirkan kreativitas dan inovasi, sebab kebebasan memberi ruang bagi individu untuk mengeksplorasi diri sampai ke batas yang paling maksimal. Kesenjangan sosial yang terjadi adalah satu cermin yang seharusnya digunakan individu untuk terus memecut semangatnya dan menghasilkan sesuatu bagi kepentingan dirinya.

Pada akhirnya, pikiran menuntun tindakan kita, dan Hayek berupaya membentuk ulang pikiran melalui filsafat politik, mempertahankan nilai-nilai yang dasariah, mengartikulasikan cita-cita yang menjadi panduan kita, yakni Kedaulatan Hukum, dan memperjelas standar serta batasan yang menentukan kebijakan. Dan yang terpenting adalah tujuan liberalisme sesungguhnya selalu membawa masyarakat pada kemajuan dengan rasa damai tanpa adanya kekangan, dan memberi ruang untuk meraih cita-cita tertinggi manusia melalui kebebasan dan kesadaran penuh terhadap nilai-nilai kehidupannya.

F. KEPUSTAKAAN

Bukharin, Nikolai. 2006. Socialism and Its Culture. Penerjemah: George Shriver. Calcutta:

Seagull Books.

Frieden, Jeffrey A. 2006. Global Capitalism: Its Fall and Rise in the Twentieth Century. New

York: WW. Norton & Co. Inc.

Hayek, Friedrich August. 1944. The Road to Serfdom. London: Routledge Classics.

Hayek, Friedrich August. 1960. The Constitution of Liberty. New York: The Chicago

University Press.

(16)

Miller, Eugene F. 2010. Hayek’s The Constitution of Liberty. London: The Institute of Economic Affairs.

Smith, Adam. 1976. An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations. Editor:

Edwin Cannan. Chicago: University of Chicago Press. Publikasi Website

Referensi

Dokumen terkait

Edi-Sri Swasono yang melihat perkembangan ekonomi Islam tereduksi hanya pada upaya membangun lembaga-lembaga keuangan syariah dimana riba hanya dipersempit menjadi bunga

Respon siswa merupakan tanggapan/ pendapat siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan yang meliputi sikap siswa terhadap pelajaran matematika, cara guru mengajar,

mahasiswa dapat mengakses server lokal dengan alamat tertentu http://krs.politama.ac.id/ atau langsung ke alamat IP server Politama http://192.168.1.2/ dan mengisi

Besar subjek dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Prasetyo & Miftahul, 2014), sebagai berikut. Jumlah mahasiswa yang mengambil blok kedokteran

Dengan ini saya mengatakan bahwa skripsi ini dengan judul: PEMBAGIAN HARTA WARISAN SEBELUM MUWARIS MENINGGAL DUNIA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM WARIS ISLAM (Studi Kasus di

Berdasarkan nilai kemampuan menulis kanji doo’on igigo diperoleh nilai rata-rata pretest 45.7 dengan kategori nilai buruk dan nilai posttest 69.3 dengan kategori

Metode ini adalah metode formal pengadaan dan penyediaan bagi manajemen, informasi yang diperlukan dengan akurat dan tepat waktu untuk membantu proses pembuatan keputusan

13. Nilai diisi dengan nilai pencapaian kompetensi belajar peserta didik... Predikat untuk aspek pengetahuan dan keterampilan diisi dengan huruf A, B, C, atau D sesuai panjang