• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan dan Rentang Kontrol Lembaga O

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengawasan dan Rentang Kontrol Lembaga O"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Perbaikan

PENGAWASAN DAN

RENTANG KONTROL LEMBAGA/

ORGANISASI PENDIDIKAN

Disusun Oleh: Miftahul Khairani

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Mukhtar, M. Pd.

JURUSAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM PASCA SARJANA IAIN

(2)

2009

Pengawasan dan Rentang Kontrol Lembaga/

Organisasi Pendidikan

1

Oleh: Miftahul Khairani

A. Pengertian

Penting menyadari upaya peningkatan mutu dan efektivitas sekolah dapat dilakukan melalui pengawasan. Hal itu dikarenakan pengawasan merupakan mata rantaim terakhir dan kunci dari proses manajemen. Pengawasan dapat diartikan sebagai proses untuk “ menjamin” bahwa tujuan- tujuan orgaisasi dan manajemen tercapai.2 Hal ini berkenaan dengan cara- cara membuat

kegiatan- kegiatan sesuai yang direncanakan. Tentu saja dari pengertiannya sudah terlihat ada hubungan erat antara perencanaan dan pengawasan. Dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah langkah awal dari pengawasan.

Robert dalam T. Hani menyatakan bahwa pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan- penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua

1 Makalah ini diseminarkan pada mata kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan yang diasuh oleh

Prof. Dr. H. Mukhtar, M. Pd.

(3)

sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan- tujuan perusahaan.3

Hampir terlihat sama dengan pengertian yang dipaparkan oleh Robin dalam Akhmad. Pengawasan didefinisikan sebagai proses kegiatan monitoring untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti yang direncanakan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian tujuan.4

Selanjutnya, Wagner dan Hollenbeck dalam Mantja dalam Akhmad menyatakan bahwa pengawasan juga merupakan fungsi manajemen yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja organisasi atau unit- unit dalam suatu organisasi guna menetapkan kemajuan sesuai dengan arah yang dikehendaki.5

Berikutnya, rentang kontrol yang penulis sejajarkan dengan rentang manajemen. Sering pula disebut dengan istilah span of control, span of authority, span of attention atau span of supervision yang artinya jumlah bawahan yang secara langsung memberikan laporan kepada seorang manajer tertentu. 6

Berdasarkan uraian berbagai pengertian di atas, maka penulis mengambil satu pengertian tentang pengawasan lembaga pendidikan yaitu kegiatan lanjutan dari tahap perencanaan pendidikan guna memastikan akan tercapainya tujuan- tujuan pendidikan dan mengantisipasi adanya

3 Ibid, h. 361

4 Akmadsudrajat .wordpress.com/2008/04/04/ hakikat-pengawasan-sekolah. Diakses tanggal 12

Desember 2008

5 Ibid.

(4)

penyimpangan yang tentunya akan mempengaruhi pencapaian tujuan tersebut. Sementara itu, rentang kontrol lembaga pendidikan dapat penulis artikan sebagai pengendalian secara efektif yang dilakukan oleh seorang atasan, dalam hal ini adalah orang yang memimpin lembaga pendidikan, kepada bawahannya.

Pengawasan sebenarnya mengandung arti penjagaan stabilitas dan equilibrium. Pengawasan juga dapat dilakukan oleh siapa saja. Bisa kepala sekolah, pengawas sekolah, serta unsur- unsur lain yang ada dalam dunia pendidikan.artinya, pengawasan bisa bersifat bottom- up ataupun top-down.

Sedangkan rentang kontrol biasanya hanya dilakukan oleh seorang manajer atau atasan dari suatu lembaga pendidikan.

Bagan hubungan pengawasan dengan fungsi- fungsi manajemen lainnya.7

7 Ibid, h. 360

perencanaa

n Pengorganisasian Penyusunan personalia Pengarahan Pengawasan

(5)

B. Tipe- Tipe Pengawasan

Pengawasan terbagi menjadi tiga tipe, yaitu;8

1. Pengawasan pendahuluan/ feedforward control/ steering control

Tipe ini dirancang untuk mengantisipasi masalah- masalah ataupun penyimpangan- penyimpangan dari standar tujuan dan memungkinkan dilakukannya koreksi sebelum dilanjutkan ke tahap tertentu. Dalam dunia pendidikan, pengawasan pendahuluan ini bisa dikatakan sebagai proses awal setelah perencanaan pendidikan sebelum memasuki kegiatan inti pendidikan yaitu kegiatan belajar mengajar. Kita bisa meninjau kembali rancangan kegiatan belajar mengajar yang diperkirakan menyimpang dan selanjutnya diharapkan untuk dapat diperbaiki sebelum dilanjutkan ke tahap aplikasi di lapangan. Pengawasan ini bisa efektif jika atasan atau manajer atau kepala sekolah mendapatkan informasi akurat tepat waktu tentang perubahan- perubahan yang terjadi dalam lingkungan tentang perkembangan tujuan pendidikan yang akan dicapai.

(6)

2. Pengawasan Ya-Tidak/ Berhenti-Terus/ concurrent/ screening control

Pengawasan ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan.Tepatnya , tipe ini bisa menjadi proses double check suatu kegiatan sebelum diakhiri dan dilanjutkan dengan kegiatan berikutnya. Pelaksanaan kegiatan dengan memakai tipe pengawasan ini akan lebih tepat, untuk dihentikan atau diteruskan, disaring.

3. Pengawasan umpan balik/ feedback control/ past-action controls

Yang dilakukan dalam tipe pengawasan ini yaitu, penngukuran hasil- hasil dari suatu kegiatan yang telah selesai dilaksanakan atau

past-action controls. Artrinya, bersifat histories. Segala penyimpangan atau pun penemuan selama kegiatan berlagsung akan berulang pada kegiatan yang serupa di masa yang akan datang.

(7)

pengawasan berlebihan pun juga akan menurunkan produktivitas. Akan lebih aman jika setiap manajer menggunakan tipe pengawasan yang disesuaikan dengan situasi masing- masing sekolah.

Bagan Tipe Pengawasan.

C. Tahap- tahap Proses Pengawasan

Ada lima tahapan dalam proses pengawasan, yaitu sebagai berikut:9

1. Penetapan standar pelaksanaan

Biasanya tahap ini kita sebut dengan tahap perencanaan. Perencanaan sekolah merupakan gambaran masa depan dari sosok institusi sekolah yang dikehendaki oleh warganya.10 Perencanaan

pendidikan yang mantap adalah yang sudah memenuhi standar.

9 Ibid, h. 363

10 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah ( dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik).

Cet.II. Bumi Aksara: Jakarta. 2007. h. 109

Feedforward

control Concurrentcontrol Feedbackcontrol

(8)

Standar tersebut adalah standar fisik, yang meliputi kuantitas kegiatan, jumlah input dan kualitas pendidikan. Standar kedua yaitu standar moneter yang berkaitan dengan biaya tenaga pendidik, kegiatan belajar mengajar dan segala hal yang masih berhubungan dengan anggaran atau pembiayaan pendidikan. Yang terakhir adalah standar waktu yang meliputi masa kegiatan pendidikan atau target penyelesaiannya. Standar- standar yang sudah ditetapkan perlu dikomunikasikan dengan bawahan sehingga tahapan lain dalam proses perencanaan dapat berjalan efektif.

2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan/ kinerja

Penentuan standar akan menjadi sia- sia jika disertai cara mengukur pelaksanaan kegiatan pendidikan tersebut. Kita dapat menggunakan pertanyaan how often atau berapa kali seharusnya pelaksanaan kegiatan pendidikan diukur, what form atau dalam bentuk apa pengukuran dilakukan, serta who atau siapa saja yang akan terlibat dalam proses pengukuran tersebut. Pengukuran ini hendaknya dapat dilakukan dengan mudah dan dipahami oleh semua yang terlibat di dalamnya. Dan untuk kinerja ini dapat diukur dengan metode UCLA yaitu meliputi assessment sebagai lanhkag korektif didasarkan pada data11 , planning,

11 Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu(Prinsip- prinsipPerumusan dan Tata Langkah

(9)

implementation, improvement, certification dan metode balanced-scorecard12.

3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan

Setelah frekuensi pengukuran dan system monitoring ditentukan, tahap selanjutnya adalah pengukuran pelaksanaan kegiatan pendidikan yang dilakukan berulang- ulang seperti observasi (pengamatan),laporan (tertulis/ lisan) dan metode serta inspeksi, pengujian ( test). Bisa juga digunakan jasa pengawas sekolah agar lebih efektif.

4. Pembandingan pelaksanaan dengan standar dan analisis penyimpangan

Tahap ini adalah tahap kritis. Walaupun mudah dilakukan tapi akan terjadi kompleksitas dalam menginterpretasikan penyimpangan-penyimpangan yang ada. Analisis penyimpangan-penyimpangan akan menjawab pertanyaan mengapa standar tidak tercapai dan ini juga berguna untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya penyimpangan sehingga tidak perlu terjadi kembali.

12 Moh. Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kerja Perusahaan, Bumi Aksara:

(10)

5. Pengambilan tindakan koreksi

Apabila hasil analisa menunjukkan perlunya diambil tindakan koreksi, maka koreksi harus dilakukan. Kita dapat mengambil koreksi dalm bentuk perubahan standar awal yakni standar input

yang terlalu tinggi atau rendah, perubahan frekuensi pengukuran dan perubahan penganalisisaan dan penginterpretasian penyimpangan yang mungkin ada.

P

Bagan Proses Pengawasan

D. Pentingnya Pengawasan

(11)

yang berlebihan dapat mematikan kreatifitas tenaga dan peserta didik, menimbulkan deretan birokrasi dan lain sebagainya yang tentu saja akan merugikan organisasi atau lembaga pendidikan itu sendiri. Sementara pengawasan yang tidak memadai akan menimbulkan pemborosan sumber daya dan mempersulit pencapaian tujuan pendidikan. Pengawasan diperlukan oleh berbagai organisasi atau lembaga pendidikan karena faktor- faktor berikut:13

1. Perubahan lingkungan organisasi

Perubahan lingkungan terjadi terus- menerus dan tidak dapat dihindari seperti munculnya inovasi pendidikan, lembaga pendidikan baru dan lainnya. Melalui pengawasan, seorang atasan akan dapat mendeteksi setiap tantangan atau kesempatan yang ada.

2. Peningkatan kompleksitas organisasi

Semakin besar organisasi atau lembaga pendidikan, maka akan semakin penting adanya pengawasan yang berhati- hati. Kualitas

output, desentralisasi pendidikan, fasilitas pendidikan dan pasar organisasi atau lembaga pendidikan yang mencakup reliability, responsiveness, assurance, emphaty, tangiable14 serta lain

sebagainya. Semua memerlukan pengawasan yang lebih efektif dan efisien.

3. Kesalahan- kesalahan

13 Op.Cit, Manajemen. h. 366

14 Mukhar, Merambah Manajemen Baru Pendidikan Tinggi Islam, Misaka Galiza: Jakarta.

(12)

Atasan, dalam hal ini kepala sekolah atau lembaga, dapat melakukan pengawasan secara sederhana bila bawahan atau tenaga pendidik dan peserta didik tidak pernah melakukan kesalahan. Akan tetap itu mustahil karena kebanyakan mereka tetap melakukan kesalahan, seperti penyampaian bahan ajar yang salah, atau penggunaan metode yang kacau. Untuk itu, pengawasan memungkinkan kepala sekolah mendteksi kesalahan- kesalahan tersebut sebelum menjadi parah.

4. Kebutuhan kepala sekolah/ lembaga pendidikan mendelegasikan wewenang.

Pendelegasian wewenang oleh kepala sekolah/ lembaga pendidikan seperti yang sudah pernah dibahas oleh pemakalah sebelumnya, tidak menyebabkan tanggung jawabnya berkurang. Dan satu-satunya cara untuk mengetahui apakah bawahan telah melaksanakan tugas- tugas yang telah dilimpahkan tersebut adalah dengan penerapan sistem pengawasan.

E. Alat Bantu Pengawasan

(13)

Metode MBE memungkinkan atasan memperhatikan bidang- bidang pengawasan yang paling kritis dan mempersilahkan tingkatan manajemen rendah untuk menangani variasi- variasi rutin. Metode ini dapat diterapkan oleh tenaga pendidik, keuangan, pengawas sekolah dan bidang- bidang fungsional lainnya. Pengawasan yang ditujukan pada terjadinya kekecualian ini murah akan tetapi baru dapat mengetahui adanya penyimpangan setelah kegiatan terlaksana sehingga sering dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan organisasi yang bersifat otomatis dan rutin. Sementara metode MIS, berperan penting dalam pelaksanaan fungsi- fungsi manajemen perencanaan dan pengawasan dengan efektif. Metode ini adalah metode formal pengadaan dan penyediaan bagi manajemen, informasi yang diperlukan dengan akurat dan tepat waktu untuk membantu proses pembuatan keputusan dan memungkinkan fungsi- fungsi perencanaan, pengawasan dan operasional organisasi atau lembaga pendidikan dilaksanakan secara efektif.

(14)

Agar menjadi efektif, sistem pengawasan harus memenuhi kriteria berikut:16

1. Akurat

Informasi pelaksanaan kegiatan harus akurat karena jika tidak akurat, maka dapat menyebabkan pengambilan tindakan koreksi yang keliru oleh organisasi atau lemabaga pendidikan serta berdampak terciptanya masalah yang sebenarnya tidak ada.

2. Tepat waktu

Informasi harus dikumpulkan, disampaikan dan dievaluasi secepatnya jika kegiatan perbaikan harus dilakukan segera.

3. Obyektif dan menyeluruh

Informasi harus mudah dipahami, obyektif serta lengkap.

4. Terpusat pada titik pengawasan strategik

Sistem pengawasan harus memusatkan perhatian pada bidang-bidang yang rentan terjadi penyimpangan- penyimpangan.

5. Realistik secara ekonomis

Biaya pelaksanaan pengawasan harus lebih rendah atau sama dengan kegunaan yang akan diperoleh.

(15)

6. Realistik secara organisasional

Sistem pengawasan harus cocok atau harmonis dengan kenyataan-kenyataan organisasi atau lembaga pendidikan.

7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi

Hal ini dikarenakan setiap tahap dari proses pekerjaan dapat mempengaruhi kesuksesan atau kegagalann keseluruhan kegiatan dan informasi pengawasan harus sampai pada seluruh personalia yang membutuhkan.

8. Fleksibel

Maksudnya, pengawasan harus mempunyai fleksibilitas untuk memberikan tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun kesempatan dari lingkungan.

9. Bersifat sebagai petunjuk operasional

Sistem pengawasan yang efektif harus menunjukkan deteksi atau deviasi dari standar, tindakan koreksi yang seharusnya diambil.

(16)

Sistem pengawasan harus mampu mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota organisasi atau lembaga pendidikan dengan mendorong perasaan otonomi, tanggung jawab dan berprestasi.

G. Metode Pengawasan

Ada dua kelompok metode pengawasan, yakni: 1. Metode Non Kuantitatif

Metode pengawasan ini digunakan dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen. Umumnya untuk mengawasi keseluruhan

performance organisasi atau lembaga pendidikan. Teknik yang digunakan adalah control by observation, control by regular and spot inspection, control by report, evaluasi pelaksanaan dan diskusi antara kepala dengan bawahan.

2. Metode Kuantitatif

Metode ini cenderung menggunakan data khusus dan teknik kuantitatif untuk mengukur dan memeriksa kuantitas dan kualitas

(17)

H. Hakikat Pengawasan

Hakikat pengawasan terdiri dari empat dimensi, yaitu: 1. Support

artinya, kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh seorang supervisor harus mampu mendukung pihak sekolah untuk mengevaluasi kondisi keberadaannya. Supervisor bersama-sama dengan pihak sekolah dapat melakukan analisis kekuatan, kelemahan dan potensi serta peluang sekolahnya untuk mendukung peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan pada sekolah di masa yang akan datang.

2. Trust

Dimensi ini meneggambarkan bahwa kegiatan pengawasan yang dilakukan harus mampu membina kepercayaan stakeholder

pendidikan dengan penyajian profil dinamika sekolah masa depan yang lebih baik dan menjanjikan.

3. Challenge

(18)

dirancang serealistis mungkin agar dapat dan mampu dicapai olh pihak sekolah.

4. Networking dan Collaboration

Kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh supervisor harus mampu mengembangkan jejaring dan berkolaborasi antar

stakehloder pendidikan dalam rangka meningkatkan produktivitas dan efisiensi pendidikan di sekolah. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh sekolah adalah dengan networking. Misalnya perguruan tinggi Islam menciptakan kerja sama baik dengan perguruan tinggi yang ada di dalam maupun luar negeri.17

I. Pengawas sekolah

Menurut Keputusan Menteri PAN No. 118 tahun 1996 tentang jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya maka yang dimaksud dengan pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggungjawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, sekolah dasar dan sekolah menengah. Dan berdasarkan pasal kedua dari Keputusan Menteri tersebut, tugas pokok pengawas adalah menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada

(19)

sekolah tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggung jawabnya.18

Mengingat beratnya tugas pengawas, maka disusunlah standar kompetensi pengawas. Tujuannya adalah sebagai acuan untuk mengukur kemampuan dan kinerja pengawas sekolah dalam pelaksanaan tugas kepengawasannya di sekolah, pembinaan dan peningkatan mutu pengawas sekolah serta peningkatan kinerja pengawas sekolah sesuai dengan profesinya.

Kepengawasan yang profesional adalah kepengawasan yang berkesinambungan dan terencana. Pembinaan diawali dengan mengiidentifikasi dan mengenali kelemahan sekolah dan prospek pengembangannya. Ada tiga langkah yang harus ditempuh pengawas dalam menyusun program kerjanya yaitu mencakup:

1. Menetapkan standar/ kriteria pengukuran performansi sekolah (berdasarkan evalusi dari sekolah)

2. Menbandingkan hasil tampilan performansi denga ukuran dan kriteria/ benchmark yang telah direncanakan, guna menyusun program pengembangan sekolah

3. melakukan tinadakan pengawasan yang berupa pembinaan/ pendampingan untuk memperbaiki implementasi program pengembangan sekolah.

(20)

Selanjutnya, dalam menjalankan kepengawasannya, seorang pengawas tidak lepas dari prinsip- prinsip berikut:

1. Trust, artinya kegiatan pengawasan dilaksanakan dalam pola hubungan kepercayaan antara pihak sekolah denganpihak pengawasa sekolah sehingga hasil pengawasannya dapat dipercaya.

2. Realistic, artinya kegiatan pengawasan dan pembinaannya dilaksanakan berdasarkan data keberadaan sekolah.

3. Utility, artinya proses dan hasil pengawasan harus bermuara pada manfaat bagi sekolah untuk mengembangkan mutu dan kinerja sekolah binaannya.

4. Supporting, Networking dan Collaboration, artinya seluruh aktivitas pengawasan pada hakikatnya merupakan dukungan terhadap upaya sekolah menggalang jejaring kerja sama secara kolaboratif dengan seluruh stakeholder.

(21)

Prinsip- prinsip yang dipegang oleh pengawas juga dilandaskan pada kode etik seorang pengawas yaitu:

1. dalam melaksanakan tugasnya, pengawas satuan pendidkan senantiasa berlandaskan iman dan taqwa serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

2. pengawas satuan pendidikan senantiasa merasa bangga dalam mengemban tugas sebagi pengawas

3. pengawas satuan pendidikan memilki pengabdian yang tinggi dalam menekuni tugas dan fungsinya sebagai pengawas

4. pengawas satuan pendidikan bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai pengawas

5. pengawas satuan pendidikan menjaga citra dan nam baik profesi pengawas

6. pengawas satuan pendidikan menjunjung tinggi disiplin dan etos kerja dalam melaksanakan tugas profesional pengawas

(22)

8. pengawas satuan pendidikan sigap dan terampil dalam menanggapi dan membantu memecahkan masalah- masalah yang dihadapi

stakeholder sekolah binaannya

9. pengawas satuan pendidikan memilki rasa kesetiakawanan sosial yang tinggi, baik terhadap stakeholder sekolah binaannya mau pun terhadap koleganya.

J. Rentang Kontrol

(23)

tingkatan maanajemen semakin sedikit. Seperti yang kita ketahui, struktur organisasi akan mempengaruhi efektifitas manajer di semua tingkatan.

K. Faktor- faktor yang mempengaruhi Rentang Kontrol

Barkdull dalam T. Hani, menyatakan bahwa kelompok dari Lockheed berusaha mengembangkan suatu pendekatan yang memperhitungkan kemungkinan atau contingency approach untuk mendapatkan ukuran rentangan yang tepat bagi jabatan manajer tertentu yang dipengaruhi beberapa faktor berikut:19

1. Kesamaan fungsi

Semakin sejenis fungsi- fungsi yang dilaksanakan kelompok kerja, maka rentangan semakin lebar.

2. Kedekatan geografis

Semakin dekat penempatan kelompok kerja, maka rentangan semakin melebar.

3. Tingkat pengawasan langsung yang dibutuhkan

Semakin sedikit pengawasasn langsung yang dibutuhkan, maka rentangan semakin melebar.

4. Tingkat pengawasan koordinasi yang dibutuhkan

(24)

Semakin berkurang koordinasi yang dibutuhkan, maka rentangan semakin melebar.

5. Perencanaan yang dibutuhkan manajer

Semakin sedikit perencanaan yang dibutuhkan, maka rentangan semakin melebar.

6. Bantuan organisasional yang tersedia bagi pengawas

Lebih banyak bantuan yang diterima pengawas dalam fungsi-fungsi seperti rekrutmen, latihan dan pengawasan mutu, maka rentangan semakin melebar.

Ringkasnya, tidak ada rumusan yang bisa digunakan untuk menentukan rentangan yang tepat.

(25)

Stakeholder/ tenaga pendidik

Bagan Hubungan antara Rentang Kontrol dengan Struktur Organisasi

L. Rentang yang Ideal

Ada dua alasan utama mengapa penentuan rentangan yang tepat adalah penting. Pertama, rentang manajemen mempengaruhi penggunaan efisien dari manajer dan pelaksanaan kerja efektif dari bawahan mereka. Terlalu melebarnya rentangan dapat berarti bahwa manajer harus mengendalikan jumlah bawahan yang besar sehingga menyebabkan tidak efisien. Rentangan yang terlalu sempit dapat menyebabkan manajer tidak digunakan sepenuhnya. Kedua , ada hubungana antara rentang manajemen diseluruh organisasi dan struktur organisasi. Semakin sempit rentang manajemen, struktur organisasi akan berbentuk “tall”dengan banyak tingkat pengawasan diantara manajemen puncak dan tingkat paling rendah. Rentang manajemen yang melebar akan menghasilkan struktur

(26)

yang berbentuk “flat” yang berarti tingkatan manajemen semakin sedikit. Struktur ini akan mempengaruhi efektifitas manajer disemua tingkatan.

Meskipun para manajemen bermaksud menemukan jumlah yang pasti, jumlah rentang manajemen yang ideal, tetapi tidak ada jumlah yang mutlak dapat ditentukan, karena hal ini tergantung pada banyak variable giatseperti besrny organisasi, teknologi, spesialisasi, kegiatan rutin, tingkatan manajemen, dan sifat pekerjaan lainnya.

(27)

Pendekatan Graicunas ini menunjukkan kekompleksan tugas pengawas manajer, dan secara matematis hubungan tersebut dapat dinyatakan dengan rumus:

Dimana R= jumlah hubungan dan n= jumlah bawahan. Menurut runusan ini bila ada 5 bawahan akan ada 100 hubungan. Bila ada 10 bawahan maka ada 5.120 hubungan.

Lyndall F.Urwick menyimpulkan atas dasar rumusan diatas, bahwa tidak ada eksekutif yang dapat mengendalikan secara langsung kerja lebih dari lima. Jenderal Ian Hamilton berdasarkan pengalaman militernya mempunyai kesimpulan yang sama kedua pakar tersebut, bahwa rata-rata otak manusia hanya memiliki lingkup yang efektif dalam penanganan dari 3-6 otak manusia lainnya.

M. Rentang Manajemen dan Tingkatan Organisasional

Suatu organisasi secara teoritik dengan 32 tenaga operatif ditunjukkan dalam tiga struktur rentang manajemen, dimana setiap struktur memerlukan jumlah manajer yang berbeda. dalam kenyataannya, adalah tidak bisa mempunyai rentang manajemen yang sama pada setiap tingkatan. Disini rentangan dibuat sama untuk menggambarkan bagaimana

(28)

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan sistem ini lebih lanjut diharapkan dapat membantu pihak yang terkait dalam pembuatan laporan-laporan barang inventaris yang diperlukan dengan cepat

Sistem Informasi Manajemen (SIM) diharapkan dapat menyediakan informasi bagi pemakainya untuk pengambilan keputusan dengan lebih tepat dan akurat dalam memecahkan

Metode belajar yang tepat dapat membantu guru dalam proses pengajaran dan membantu siswa memahami pelajaran dengan lebih baik.. Diperlukan metode belajar yang

Pembuatan keputusan diperlukan pada semua tahap kegiatan bisnis dan manajemen. Misalnya dalam tahap perencanaan diperlukan banyak kegiatan pembuatan keputusan dalam

Sistem ini dapat membantu mendukung keputusan bagi pimpinan BPS terkait penyediaan data dan publikasi statistik yang tepat sasaran dan bermanfaat luas bagi

Salah satu tindakan yang dapat disebut dengan manajemen profesional tercermin dalam pengambilan keputusan yang tepat, dan akuntansi manajemen dapat membantu

Dengan adanya sistem pengambilan keputusan ini proses analisa penentuan penerimaan permohonan kredit dapat dilakukan dengan cepat, tepat dan akurat sehingga dapat membantu UD Mitra

Dari permasalahan yang ada, maka diperlukan sebuah metode untuk menghasilkan analisa data yang tepat dan akurat untuk mendapatkan suatu informasi kemungkinan keterlambatan dalam