• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN MUSHAF AL-QURAN. DI INDONESIA Dosen Pembimbing : Ali Akbar, M.Hum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN MUSHAF AL-QURAN. DI INDONESIA Dosen Pembimbing : Ali Akbar, M.Hum"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

DI INDONESIA Dosen Pembimbing :

Ali Akbar, M.Hum

Hasrul

[NPM : 10.31 0264]

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA FAKULTAS USHULUDDIN TAFSIR HADIS

(2)

Pendahuluan|Kajian Mushaf al-Quran BAB I

PENDAHULUAN

Mushaf al-Quran merupakan naskah yang paling banyak disalin oleh masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu. Kajian ini memperoleh perhatian istimewa karena banyak dihias dengan beragam corak hiasan. Dalam berbagai penelitian naskah al-Quran khususnya di Asia Tenggara, Indonesia menjadi gudang naskah mushaf yang paling banyak, baik yang dimiliki oleh perorangan, museum perpustakaan, masjid, maupun pesantren. Inventarisasi dan penelitian mengenai mushaf yang di lakukan oleh Puslitbang Lektur Keagamaan di berbagai daerah pada tahun 2003 hingga 2005 membuktikan hal tersebut.1

Mushaf dapat dipahami sebagai salinan al-Quran secara keseluruhan yang mencakup teks (nash) al-Quran, iluminasi (hiasan sekitar teks) maupun aspek fisik yang lain seperti jenis kertas dan tinta, ukuran naskah, jenis sampul, penjilidan dan lain-lain. Keseluruhan aspek fisik mushaf perlu di teliti secara terperinci. Di samping itu, aspek historis juga dikaji untuk mendapatkan gambaran historis perkembangan penulisan mushaf di Indonesia.2 Fenomena kajian mushaf menarik banyak kalangan karena keunikannya dan aspek kesejarahannya yang menarik untuk dikaji. Hal ini tidak dapat dipungkiri sebab beragam mushaf yang kita temukan khususnya mushaf kuno terdiri dari berbagai corak yang dilatar belakangi oleh aspek sosial tempat penulisannya.

Hasil penelitian naskah al-Quran menunjukkan bahwa penyalinan mushaf dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat Islam, baik para penyalin professional, santri maupun para ulama. Bahkan para raja dan elite penguasa menjadi penyokong utama dalam tradisi tersebut. Seiring perkembangan zaman, tradisi penulisan al-Quran dalam bentuk manuskrip (tulis tangan) mulai mengambil langkah baru dengan munculnya berbagai tawaran baru dalam penyalinan mushaf, diantaranya litografi (cetak batu), hipografi (cetak logam) hingga cetakan modern. Kagiatan tersebut mengambil perhatian sejumlah kalangan seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap mushaf. Bersamaan dengan itu, dibentuklah Lajnah Pentashih Mushaf Quran dalam rangka memelihara kemurnian, kesucian dan kemulian al-Quran. Lembaga ini secara kelembagaan dibentuk pada 1 oktober 1959 berdasarkan Peraturan Menteri Muda Agama No. 11 Tahun 1959 dan sejak tahun 2007 bernama Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran.3

Untuk memperlancar tugas pentashihan yang dilakukan oleh Lajnah, terbit SK Menteri Agama Nomor 25 tahun 1984 tentang penetapan mushaf standar. Ada tiga jenis mushaf standar yang secara resmi menjadi pedoman kerja bagi lajnah dan secara resmi dapat di diterbitkan dan di edarkan di Indonesia, yaitu mushaf al-Quran rasm usmani, mushaf bahriyyah dan mushaf braille. Sekilas inilah yang menjadi kajian tulisan mengenai kajian mushaf al-Quran nusantara secara spesifik dan mushaf al-Quran dunia Islam secara umum. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua, Amin !!!

1

Ali Akbar, Khasanah Mushaf Kuno di Indonesia dalam “Mushaf al-Quran di Indonesia dari Masa ke

Masa” (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran, 2011), hal. 10

2Departemen Agama RI, Mushaf-mushaf Kuno di Indonesia (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan,

2005), cet. I, hal. XIw

3Ali Akbar, Dari Mushaf ‘Bombay’ ke Mushaf ‘Kontemporer’ dalam “Mushaf al-Quran di Indonesia dari Masa ke Masa”, hal. 28

(3)

[Mushaf Dunia Islam]|Kajian Mushaf al-Quran BAB I

MUSHAF DUNIA ISLAM A. DESKRIPSI UMUM PEMBAHASAN

Penyebaran mushaf ke beberapa wilayah Islam sudah dimulai sejak pertama kalinya al-Quran dikodifikasikan, yakni pada masa kekhalifaan Usman bin Affan yang biasa disebut sebagai mushaf Imam. Penulisannya yang belum menggunakan medium kertas dan tinta yang tahan lama pun mengakibatkan mushaf tersebut tidak dapat kita jumpai lagi sekarang. Dalam perihal kelestarian mushaf kuno pada masa kini banyak media khusus yang mengabarkan akan keberadaan beberapa mushaf kuno yang berasal dari berbagai negeri di dunia Islam.

Kajian beberpa karakteristik singkat tentang mushaf-mushaf dunia Islam yang dipublikasikan oleh Collin F. Baker yang mencakup manuskrip dan mushaf yang berasal dari wilayah Mamluk (Mesir), Iraq (Persia), Turki, Afghanistan, India, Maghrib (Maroko), Afrika Barat, Granada (Spanyol) dan Cina. Selaian itu terdapat pula beberapa mushaf abad ke-5 hingga abad ke-11 H, koleksi perpustakaan al-Quran Raja Fahd, Madinah. Adapun dalam resume kali ini, hanya mencakup mushaf Timur Tengah, mushaf Mamluk (Mesir), mushaf Iraq (Persia) dan mushafAsia Tengah

Untuk kepentingan umat Islam di Indonesia, Mushaf al-Qur’an Rasm Utsmani dan Mushaf al-Qur’an “Bahriyah” kemudian ditulis oleh putra Indonesia. Mushaf dengan rasm utsmani oleh khatthat Ustdz Muhammad Syadzali Sa’ad, dan mushaf “Bahriyah” ditulis oleh Ustadz Abdur Razaq Muhili, tahun 1984-1989. Sedangkan mushaf Bralille diterbitkan dan diproduksi, di antaranya oleh Koperasi Karyawan Abiyoso, Bandung. Demikianlah sekilas perkembangan penulisan mushaf di Indonesia yang diawali dengan semangat masing-masing penerbit dalam kegiatan tersebut. Penulis merasa cukup pendahuluan di atas untuk memulai materi kajain mushaf ini sejak tahun 1933 sampai 1983.

B. ASPEK TEKS DAN VISUAL MUSHAF TAHUN 1933-1983 a. Aspek Teks

No MUSHAF

ASPEK TEKS

Rasm Qira’at Tanda Baca & Tajwid

Pembagian Teks al-Quran Teks-Teks Tambahan 1 Timur Tengah Imla’i dan Usmani pada kata tertentu Hafazh (Asim) Tanda Baca: Harakat biasa kecuali harakat sukun dengan lingkaran penuh, fathah miring pada Allah Tanda Tajwid: Pada Iqlab, mim tanpa tanda Imalah

(4)

-[Mushaf Dunia Islam]|Kajian Mushaf al-Quran 2 Mamluk (Mesir) Imla’i -Tanda Baca: Harakat biasa, Tanda waqaf: dengan huruf berwarna merah Tanda tajwid: dengan tulisan berwarna merah - -3 Iraq (Persia) Imla’i -Tanda baca: Titit merak, harakat biasa Tanda tajwid: dengan tulisan berwarna merah - -4 Asia Tengah Imla’i dan Usmani -Tanda Baca: harakat biasa Tanda waqaf: dengan huruf berwarna merah Tanda tajwid: dengan tulisan berwarna merah -

-b. Aspek Visual (Perwajahan)

No MUSHAF ASPEK VISUAL (PERWAJAHAN)

Kaligrafi Iluminasi Jilidan Ukuran Kertas

1 Timur Tengah Naskhi Lengkung awal disekitar baris tulisan,, terdapat garis pembatas dengan motif hiasan rantai - - Dluwang 2 Mamluk (Mesir) Naskhi Hiasan halaman al-Fatihah dan al-Baqarah, lingkaran akhir

ayat dan akhir surah - - -3 Iraq (Persia) Kufi’ timur, Tsuluts (nama surah), Mahaqqaq, Naskhi Hiasan pembatas kertas, hiasan pada khums - - -4 Asia Tengah Tsuluts Hiasan halaman awal, pembatas surah, dll - -

(5)

-[Mushaf Manuskrip Nusantara]|Kajian Mushaf al-Quran BAB II

MUSHAF MANSUKRIP NUSANTARA A. DESKRIPSI UMUM PEMBAHASAN

Mushaf Al-Qur’an Nusantara disalin sesuai dengan ruang dan waktu tempat mushaf itu dibuat, atau dengan kata lain, sesuai dengan latar budaya dan kondisi zamannya. Lokallitas budaya tempat mushaf disalin merupakan faktor yang ikut menentukan dan mempengaruhi variasi bentuk, motif dan warna iluminasi, demikian pula gaya kaligrafinya, dalam taraf tertentu. Dalam hal kaligrafi, keunikan mushaf Nusantara tampak dalam karakter “kaligrafi floral” yaitu komposisi kaligrafi yang bermotif tetumbuhan. Kreativitas tulisan tersebut dituangkan khususnya pada kepala-kepala surah. Unsur kreativitas lokal itu, baik dalam iluminasi maupun kaligrafi, berkembang sangat leluasa dan berkarakter khas bahkan dalam bentuk zoomorphic seperti Macan Ali dan Buraq di Cirebon.1

B. JUMLAH MUSHAF MANUSKRIP NUSANTARA

Mushaf manuskrip Qur’ani yang terdapat di Nusantara sangat banyak dan tersebar, beberapa katalog telah menyebutkan mengenai keberadaan naskah manuskrip Al-Qur’an. Henri Chambert-loir dan Oman Faturahaman dalam Khazanah Naskah: panduan koleksi Naskah-naskah Indonesia Sedunia mencatat adanya sejumlah lembaga yang menyimpan al-Qur’an atau milik perorangan. Uaraian selengkapnya dapat dilihat pada table berikut:

NO. KOTA TEMPAT

PENYIMPANAN JUMLAH KETERANGAN

1 Palembang Perorangan 9

-2 Surakarta Masjid Agung 11

-3 Yogyakarta Museum Sonobudoyo 6 Tahun 1885-1895

Kraton 4

-4 Demak Masjid Agung 5

-5 Sumedang Museum Prabu Geusan

Ulun 7

-6 Bandung

Muse'um Negri “Sri

Baduga” 2

-Perorangan 2

-7 Banten

Masjid Agung, makam Maulana Yusuf, dan makam pangeran Mas

5

-8 Sidoarjo Museum Mpu Tantular 50

-9 Gresik Museum Sunan Giri 3

-10 Lamongan Museum Sunan Drajat 3

-11 Bali Perorangan 6

-12 Padang Museum Negeri 4

-Perorangan 4

(6)

[Mushaf Manuskrip Nusantara]|Kajian Mushaf al-Quran

13 Pekanbaru Museum 6

-14 Banda Aceh

Museum Negeri 32

-Perpustakaan Kuno Tanoh

Abe 23

-Perpustakaan & Museum

yayasan Pend. Ali Hasjmy 20

-15 Samarinda Museum Mulawarman,

masjid 10

-16 Mataram Museum Negeri 15

-Perorangan 2

-17 Banjarmasin Perorangan 1 Mushaf Banjari

18 Makasar Museum Negeri 15

-19 Wajo Perorangan 4

-20 Palu Museum Negeri 3

-Perorangan 1

-21 Bima Perorangan 10

-22 Buton Perorangan 3

-23 Ternate Keraton 3

-24 Kalimantan Barat 13

-Selain mushaf manuskrip nusantara yang berada diatas, ada juga yang berada di Eropa diantaranya di Belanda menurut Katalog Voorhoeve,2 tercatat ada 32 mushaf lengkap dan terdapat 41 jilid terpisah bagian-bagian teks a-Qur’an. Sedangkan di prancis, menurut katalog Deroche, terdapat 5 buah mushaf tersimpan di Bibliotheque Nationale.3

C. ASPEK HISTORIS MUSHAF MANUSKRIP NUSANTARA a. Mushaf Manuskrip Aceh

Di Nusantara, penyalinan al-Qur’an diperkirakan dimulai dari Aceh sejak sekitar abad ke-13, ketika Pasai di pesisir ujung timur laut Sumatra menjadi kerajaan pertama di Nusantara yang memeluk Islam secara resmi melalui pengislaman sang raja, yaitu Sultan Malik al-Saleh. Al-Qur’an dari Aceh memiliki gaya khas, dan biasanya mudah diidentifikasi dengan jelas melalui pola dasar, motif hiasan, dan pewarnaannya.

b. Mushaf Manuskrip Yogyakarta

Salah satu Qur’an indah dari kesultanan Nusantara adalah “Kanjeng Kiai Qur’an”, pusaka Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Naskah Qur’an ini sangat istimewa, karena setiap halaman beriluminasi nan indah. Iluminasi lebih istimewa terdapat di bagian awal, tengah dan akhir Qur’an. Kanjeng Kiai Qur’an pada awalnya adalah milik Kanjeng Gusti Raden Ayu Sekar Kedhaton, putri Sultan Hamengkubuwono II (1772-1828 M) yang diajari mengaji oleh gurunya, Haji Mahmud, seorang abdi dalem.

2 Handlist of Arabic Manuscripts karya P. Voorhoeve adalah panduan bagi mereka yang akan mengakses manuskrip beraksara Arab yang kini (semasa Voorhoeve) tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden dan beberapa lembaga lainnya di Negeri Belanda.

(7)

[Mushaf Manuskrip Nusantara]|Kajian Mushaf al-Quran c. Mushaf Manuskrip Banten

Mushaf Pandeglang diperoleh dari kampung Maluku Labuan Pandeglang Banten. Kondisi mushaf tidak lengkap tetapi udah dikonservasi. Warna tinta teks ayat adalah hitam.4 d. Mushaf Manuskrip Lombok (Sumbawa & Bima)

Terdapat lima buah mushaf Al-Qur’an di tangan keturunan keluarga Kesultanan Sumbawa di Sumbawa Besar. Semua mushaf dari Kerajaan Sumbawa menggunakan kertas Eropa. Mushaf tulisan tangan dari Kerajaan Bima ada dua buah, yaitu La Nontogama (Jalan Agama), saat ini dalam koleksi Museum Samparaja di Bima, dan La Lino (Yang Berkilau) yang saat ini dalam koleksi Bayt Al-Qur’an & Museum Istiqlal, Jakarta. Kedua mushaf ini masih lengkap 30 juz, menggunakan kertas Eropa.

D. ASPEK TEKS DAN VISUAL MUSHAF MANUSKRIP NUSANTARA

No ASAL Periode Iluminasi ASPEK TEKS Ukuran

Rasm Khat Kertas

1 Aceh Abad Ke-16 Memiliki kelebihan dari gaya Illuminasi yang terdapat di bagian awal, tengah, dan akhir - - - -2 Yogyakarta Abad Ke-19 Setiap halaman beriluminasi nan indah Imla’i Naskhi -

-3 Banten - - Imla’i Naskhi Eropa

Ukuran (30 x 19’5 cm) Tebalnya (5 cm) 4 Lombok Sumbawa Abad Ke-18 Memiliki iluminasi yang cukup indah - - Eropa -Bima LaNontogama Abad Ke-18 - - - Eropa -Bima La Nino Abad Ke-18 - - - Eropa -4

(8)

[Mushaf Manuskrip Nusantara]|Kajian Mushaf al-Quran REFERENSI

Bafadal, Fadhal AR dan Rosehan Anwar. 2005. Mushaf-mushaf Kuno di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan

Gallop, Annabel Teh, and Ali Akbar. 2006. “The Art of the Qur’an in Banten: Calligraphy and Illumination”, Archipel 72

Voorhoeve, P. 1980. Handlist of Arabic Manuscript in the Library of the University of Leiden and other Coolections in the Netherlands. (2nd Enlarged Ed.) The Hague: Leiden University Press

(9)

Mushaf Litografi|Kajian Mushaf al-Quran BAB VI

MUSHAF LITOGRAFI A. DESKRIPSI UMUM PEMBAHASAN

Penyalinan al-Quran secara manual terus berlangsung sampai akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20 yang berlangsung diberbagai kota dan pusat kebudayaan Islam masa lalu. Beriring waktu, berhentinya penyalinan mushaf al-Quran secara manual tidak berarti tidak ada lagi proses produksi. Justru saat itulah mulai muncul teknik penyalinan yang lebih modern dan masif.1Diantaranya, percetakan al-Quran dengan tehnik litografi. Uraian berikut mencakup mushaf litografi (catak batu) dari India, Turki, Singapura dan Palembang.

Litografi adalah teknik yang ditemukan pada tahun 1798 oleh Alois Senefelder dan berdasarkan tolakan kimia minyak dan air. Pemilihan percetakan dengan teknik litografi dalam dunia Islam sebab Mushaf yang dicetak dengan teknik tifografi (sistem susun satuan huruf dari logam) tidak banyak memuaskan kaum muslimin. maka tidak mengherankan, meskipun di Eropa mushaf al-Qur’an telah mulai dicetak sejak abad ke-16, namun tidak berkembang di dunia Islam.2

B. ASPEK HISTORIS MUSHAF LITOGRAFI a. Mushaf Cetakan Palembang

Mushaf litografi yang masih ada hingga sekarang adalah mushaf yang selesai dicetak pada 20 Agustus 1848 di Palembang oleh Haji Muhammad Azhari bin Kemas Haji Abdullah. sejauh yang diketahui hingga kini, inilah mushaf cetakan litografi tertua di Asia Tenggara. Mushaf ini dicetak menggunakan alat cetak paris Lithographique yang dibeli oleh Azhari di Singapur sepulang dia dari haji.

b. Mushaf Cetakan Singapura

Mushaf-mushaf cetakan batu lainnya yang banyak beredar di Nusantara pada akhir abad ke-19 adalah cetakan singapura. Tinggalan mushaf ini tersebar diberbagai daerah, dari Sumatera hingga Maluku. Pada saat itu Singapura menjadi salah satu pusat percetakan dan distribusi buku-buku keagamaan di Asia Tenggara.3 Al-Quran cetakan Singapura ini selesai disalin pada 1 Syawal 1284 H (26 Januari 1868).

c. Mushaf Cetakan Bombay (India)

Mushaf cetak lainnya yang banyak beredar di Asia Tenggara terutama sejak akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 adalah cetakan Bombay atau Mumbai, India. Kota di pantai barat India ini merupakan pusat percetakan buku-buku keagamaan yang diedarkan secara luar dikawasan Asia Tenggara. Luasnya peredaran itu dapat dilihat dari peninggalan mushaf cetakan India yang terdapat di beberapa daerah, yaitu Pelembang, Demak, Madura, Bima, Malaysia, hingga Filipina Selatan. Gaya tulisannya terlihat dari ciri huruf dan harakatnya yang tebal.4

1Abdul Hakim Syukrie, Mushaf Al-Qur’an di Indonesia, (Jakarta: Puslitbang & DIklat DEPAG RI),

hlm. 21

2

Ibid, hlm. 22

3Ali Akbar, Mushaf Al-Qur’an di Indonesia, (Jakarta: Puslitbang & DIklat DEPAG RI), hlm. 6 4Ibid, hlm. 7

(10)

Mushaf Litografi|Kajian Mushaf al-Quran d. Mushaf Cetakan Turki

Dalam sejarah al-Quran pojok di Turki, tercatat yang paling tua adalah sebuah mushaf bertahun 1598 dengan 14 baris tulisan. Pada awalnya, jumlah baris setiap halaman bervariasi, namun sejak paruh kedua abad ke-18 mushaf jenis ini selalu terdiri atas 15 baris dan ini menjadi standar sampai berakhirnya penyalinan naskah mushaf secara manual pada akhir abad ke-19.

Sehubungan hal tersebut, penerbit Menara Kudus yang melakukan kegiatan cetak al-Quran pojok tidak mencantumkan nama penulis “Qur’an Pojok” yang dicetaknya. Pada sisi lain dari perbandingan tulisan dapat diketahui secara pasti bahwa al-Quran tersebut adalah reproduksi (copy ulang) sebuah al-Quran yang diterbitkan oleh Percetakan Usman Bik, Turki. Di bagian belakang mushaf terdapat kolofon bahwa mushaf ini ditulis oleh Mustafa Nazif, dan telah ditashih oleh Hai’ah Tadqiq al-Masahif asy-Syarifah pemerintah Turki di Percetakan Usman Bik, Jumada al-Ula 1370 H (Februari-Maret 1951). Di bagian flap sampul terdapat tulisan “Muhammad Salih Ahmad Mansur al-Baz al-Kutubi bi-Bab al-Islam bi-Makkah al-Mukarramah”. Informasi ini menguatkan bahwa menara kudus melakukan cetak ulang pada jenis al-Quran pojok yang berasal dari Turki.

Walaupu demikian, tidak semua “al-Quran Pojok” yang beredar di Indonesia merupakan hasil cetak ulang atas al-Qur’an dari Turki. Penerbit Wicaksana, Semarang, Jawa Tengah pada tahun 2001 menerbitkan al-Qur’an hasil karya Safaruddin dari Panunggalan yang selesai ditulisnya pada tahun 1418 H (1997-1998).

C. ASPEK TEKS DAN VISUAL MUSHAF LITOGRAFI

No ASAL Periode Iluminasi ASPEK TEKS Ukuran

Rasm Khat Kertas/Alat

1 Palembang Dicetak pada 20 Agustus 1848 Memiliki iluminasi dengan latar emas yang mewah Imla’i Naskhi Dicetak dengan paris Lithographi que -2 Singapura Abad Ke-19 selesai disalin pada 1 Syawal 1284 H (26 Januari 1868) Setiap halaman beriluminasi nan indah - - - -3 India

(Bombay) - - Usmani Naskhi -

-3 Turki Tahun 1598 - - Naskhi

-Ukuran (19,5 x 13,5 cm)

Tebal (5 cm)

(11)

Mushaf Litografi|Kajian Mushaf al-Quran D. PENUTUP

Demikian sekilas sejarah mushaf litografi (catak batu) dari Palembang, Singapura, India dan Turki yang disajikan secara rinci dalam resume ini. Mudah-mudahan dapat menambah wawasan para pembaca dimana saja terhadap sejarah mushaf-mushaf al-Quran baik di dunia Islam maupun nusantara khususnya mengenai mushaf litografi.

REFERENSI

Abdul Hakim Syukrie & Ali Akbar, Mushaf Al-Qur’an di Indonesia dari Masa ke Masa, Jakarta: Puslitbang & DIklat DEPAG RI,2011 M.

(12)

Mushaf Kontemporer 1933 - 1983|Kajian Mushaf al-Quran BAB VI

MUSHAF TAHUN 1933 - 1983 A. DESKRIPSI UMUM PEMBAHASAN

Generasi pertama pencetak al-Qur’an di Indonesia adalah Abdullah bin Afif Cirebon yang telah memulai usahanya sejak tahun 1930-an serta Salim bin Sa’ad Nabhan Surabaya. Usaha di bidang ini kemudian disusul oleh Penerbit Al-Ma’arif Bandung yang didirikan oleh Muhammad bin Umar Baharatha pada tahun 1948.

Pada 1950-an penerbit mushaf di Indonesia di antaranya adalah Sinar Kebudayaan Islam dan Bir & Company. Penerbit Sinar Kebudayaan Islam menerbitkan mushaf pada tahun 1951, sementara Bir & Company mencetak mushaf dengan tanda tashih dari Jam’iyyah al-Qurra’ wal Huffazh tertanggal 18 April 1956. Pada 1960-an Penerbit Toha Putra Semarang memulai kegiatan yang sama, lalu disusul Penerbit Menara Kudus. Penerbit lainnya pada sekitar periode ini adalah Tintamas, dan beberapa penerbit kecil lainnya. Sampai dengan dasawarsa 1970 dan 1980 sejumlah penerbit di atas masih merupakan “pemain utama” dalam produksi mushaf di Indonesia. Pada periode tersebut juga muncul sejumlah penerbit mushaf baru di berbagai kota, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya. Demikian pula pada dasawarsa 1990. Sejak dasawarsa 2000, beberapa penerbit yang semula hanya menerbitkan buku keagamaan mulai tertarik untuk menerbitkan mushaf.1

Untuk kepentingan umat Islam di Indonesia, Mushaf al-Qur’an Rasm Utsmani dan Mushaf al-Qur’an “Bahriyah” kemudian ditulis oleh putra Indonesia. Mushaf dengan rasm utsmani oleh khatthat Ustdz Muhammad Syadzali Sa’ad, dan mushaf “Bahriyah” ditulis oleh Ustadz Abdur Razaq Muhili, tahun 1984-1989. Sedangkan mushaf Bralille diterbitkan dan diproduksi, di antaranya oleh Koperasi Karyawan Abiyoso, Bandung. Demikianlah sekilas perkembangan penulisan mushaf di Indonesia yang diawali dengan semangat masing-masing penerbit dalam kegiatan tersebut. Penulis merasa cukup pendahuluan di atas untuk memulai materi kajain mushaf ini sejak tahun 1933 sampai 1983.

B. ASPEK HISTORIS MUSHAF TAHUN 1933-1983 a. Mushaf Cetakan Abdullah bin Afif, Cirebon 1933

Mushaf ini ditashih oleh H. Ahmad Badawi, Kaliwungu, Kendal, pada tahun 1933. Mushaf tersebut merupakan reproduksi cetakan Bombay, India dan merupakan generasi awal cetakan mushaf al-Qur’an di Indonesia.

b. Mushaf Cetakan Penerbit al-Ma’arif, Bandung 1950-an.

Penerbit al-Ma’arif, Bandung, Jawa Barat, didirikan oleh Muhammad bin Umar Bahartha pada tahun 1948, menysul generasi pertama pencetak mushaf al-Qur’an di Indonesia yang dipelopori oleh Abdullah Afif Cirebon. Mushaf cetakan al-Ma’arif, 1950-an ini adalah merupakan reproduksi cetakan Bombay dengan tambahan “Kitab Tajwid” dan do’a khatmil qur’an di bagian akhir mushaf.

1Ali Akbar, Perkembangan Mushaf Al-Qur’an di Indonesia, dalam Mushaf Al-Qur’an di Indonesia,

(13)

Mushaf Kontemporer 1933 - 1983|Kajian Mushaf al-Quran c. Mushaf Sinar Kebudayaan Islam, Jakarta 1951

Reproduksi cetakan Bombay dengan halaman tambahan di akhir mushaf berupa hiasan makharijul huruf, daftar juz dan surah serta doa khatmil qur’an yang ditulis oleh khattat Abdul Razaq Muhili.

d. Mushaf Pustaka al-Haidari Kutaraja dan Pustaka Andalus Medan, 1951-1952

Mushap ini juga merupakan reproduksi dari cetakan Bombay, India yang negeri asalnya mushaf ini dicetak kira-kira 10 tahun sebelumnya, yaitu pada Rabiul Akhir 1359 H/Mei-Juni 1940. Di bagian belakang mushaf ditambah dengan do’a khatmul Qur’an, tulisan dengan judul “i’lan” dan sebuah pesan yang ditulis oleh penulis mushaf.

e. Mushaf Tintamas, Jakarta 1954

Mushaf ini merupakan reproduksi dari mushaf cetakan Bombay dengan tambahan di bagian belakang mushaf sebanyak 13 tambahan, berupa Ilmu Tajwid yang disusun oleh Muhammad Ali al-Hamidi, tanda waqaf, tashih oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah dan Muhammad Zein Jambek, serta daftar surah dan juz. Pada surat al-Fatihah dan 4 awal surat al-Baqarah diberi hiasan berwarna merah, setiap awal surat diberi hiasan yang berbeda, di akhir surat al-Nas ditambah dengan do’a khatmil Qur’an.

f. Mushaf Ibnu Sutowo, 1970-an

Perencana pembuatan mushaf ini adalah H.M. Umar Murad dan ditulis oleh Muhammad Syadzali. Pembuat hiasan bingkai mushaf adalah Azhari Nur dan H. Muzammil. Mushaf ini diterbitkan oleh Yayasan Pendidikan Al-Qur’an dengan bantuan pemerintah Arab Saudi. Selesai ditashih oleh Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an pada tanggal 18 Rabi’l Awal 1400 H/5 Februari 1980.

g. Mushaf al-Quran Pojok Menara Qudus, 1974

Mushaf ini mendapatkan izin edar dari Kepala Lembaga Lektur Keagamaan tertanggal 29 Mei 1974. Di dalam mushaf ini tidak dicantumkan nama penulisnya, namun dapat dipastikan bahw khat mushaf ini ditulis oleh Musthafa Nazif, Turki. Di bagian belakang mushaf terdapat tambahan bacaan al-Quran yang perlu diperhatikan yang disusun oleh Kyai Sya’roni Ahmadi, Kudus serta ditashhih dan disempurnakan oleh Kyai Arwani Amin Kudus.

Pada bagian belakang juga terdapat surat tanda tashhih dari lajnah pentashih dan di bawahnya ada pernyataan cetakan al-Quran ini telah diperiksa dan diteliti oleh Kyai Arwani Amin, Kyai Hisyam, dan Kyai Sya’roni Ahmadi.

C. ASPEK TEKS DAN VISUAL MUSHAF TAHUN 1933-1983

No Penerbit Tahun Iluminasi ASPEK TEKS Penulis/Asal Rasm Khat Qira’at

1 Abdullah bin

Afif, Cirebon 1933 - Imla’i Naskhi

-Reproduksi cetakan Bombay 2 Al-Ma’arif,

Bandung 1950-an - Usmani Naskhi Hafsh

Reproduksi cetakan Bombay

(14)

Mushaf Kontemporer 1933 - 1983|Kajian Mushaf al-Quran 3 Sinar Kebudayaan Islam, Jakarta

1951 - Usmani Naskhi - Abdul Razaq

Muhili 4 Pustaka al-Haidari Kutaraja dan Pustaka Andalus, Medan Tahun 1951-1952 Tidak menggunakan hiasan pada bagian samping, tetapi hanya menggunakan garis lurus

Usmani Naskhi Hafsh

Reproduksi cetakan Bombay 5 Tintamas, Jakarta Tahun

1954 - Usmani Naskhi Hafsh

Reproduksi cetakan Bombay 6 Yayasan Pendidikan Al-Qur’an Tahun

1970-an - Usmani Naskhi Hafsh

Muhammad Syadzali

7 Menara

Qudus

Tahun

1970-an - Usmani Naskhi Hafsh

Musthafa Nazif

D. PENUTUP

Selama beberapa dasawarsa sejak awal tahun 1930-an, produksi mushaf di Indonesia didominasi oleh cetak ulang “Qur’an Bombay” yang berciri huruf tebal. Keadaan itu berlangsung hingga tahun 1970-an. Ketika Penerbit Kudus mulai mencetak “al-Quran Sudut” untuk memenuhi kebutuhan para santri yang belajar menghafal al-Qur’an. Demikian sekilas sejarah percetakan dan beberapa Mushaf di Indonesia yang diketengahkan. Kiranya informasi kesejarahan ini dapat menambah pengetahuan kita, khususnya terkait bagaimana para penerbit Mushaf tersebut berhasil menerbitkan mushaf al-Qur’an sehingga menjadi mushaf standar mushaf di Indonesia dengan cerdas dan tidak melupakan aspek kesejarahannya.

REFERENSI

Abdul ‘Aziz Sidiqi, Sekilas tentang Mushaf Standar Indonesia, dalam Perkembangan Mushaf, Terjemahan, dan Tafsir Al-Qur’an di Indonesia, Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2011

Ali Akbar, Perkembangan Mushaf Al-Qur’an di Indonesia, dalam Mushaf Al-Qur’an di Indonesia, Gedung Bayt Al-Qur’an & Museum Istiqlal TMII: Jakarta, 2011

(15)

[Mushaf Tahun 1984 - 2003|Kajian Mushaf al-Quran BAB V

MUSHAF TAHUN 1984 - 2003 A. DESKRIPSI UMUM PEMBAHASAN

Merujuk pada PMA No. 3 Tahun 2007 di atas, di antara tugas lajnah adalah menyelenggarakan pentashihan, pengkajian dan penerbitan mushaf al-Quran berdasarkan kebijakan teknis dan ditetapkan oleh kepala Badan Litbang dan Diklat. Sementara secara teknis tugas-tugas pentashihan mushaf al-Quran ditetapkan oleh Kepala Lajnah. Resume ini, penulis akan memfokuskan pada aspek mushaf al-Quran yang dikelola oleh lajnah dari tahun 1984 hingga 2003 yang terdiri dari ciri-ciri, bentuk, gaya tulisan, rasm, ukuran, qiraat dan sebagainya.

B. ASPEK HISTORIS MUSHAF TAHUN 1984 - 2003 a. Mushaf Standar Indonesia (1984)

Menurut E. Badri Yunardi, ada enam hal yang melatar belakangi lahirnya Mushaf Standar, yaitu:

1. Pedoman pentashihan bagi Lajnah, pada Muker I tahun 1974 dinyatakan bahwa sejauh itu belum ada pedoman yang dijadikan landasan bagi Lajnah setiap kali melaksanakan pentashihan. Hal ini dianggap sangat penting karena selama kurun waktu itu proses pentashihan dilakukan secara manual dan keanggotaan Lajnah senantiasa berganti.

2. Adanya ragam tanda baca dalam al-Quran, pada tahun 1970-an ragam mushaf al-Quran yang berkembang di Indonesia boleh dikatakan masih sedikit. Menurut

3. Kecenderungan masyarakat menggunakan satu model mushaf al-Quran 4. Beredarnya al-Quran terbitan luar negeri di Indonesia

5. Variasi tanda baca al-Quran

6. Tanda-tanda waqaf al-Quran (Penyederhanaan tanda waqaf).

Ada tiga jenis mushaf standar yang secara resmi menjadi pedoman kerja bagi lajnah dan secara resmi dapat di diterbitkan dan di edarkan di Indonesia, yaitu mushaf al-Quran rasm usmani, mushaf bahriyyah dan mushaf braille.

b. Mushaf Standar Indonesia Karya Muhammad Syadzali Sa’ad

Mushaf ini merupakan salah satu jenis mushaf al-Quran standar Indonesia yang menggunakan rasm usmani. Mushaf ini ditulis oleh Muhammad Syadzali Sa’ad pada tahun 1973-1975 M / 1394-1396 H. Namun sebagai Mushaf al-Quran Standar Indonesia baru diresmikan pada tahun 1984. Karya khattat ini diterbitkan oleh Maktabah Sa’adiyah Putra, Jakarta tahun 1985. Mushaf karya Muhammad Syadzali Sa’ad ini berhuruf tipis. Inilah ciri yang membedakan dengan karya cucunya, Baiquni Yasin dan tim yang berhuruf tebal.

c. Mushaf Tafsir al-Quran Basa Jawi (1984)

Mushaf ini merupakan kitab tafsir singkat atau boleh juga dinamakan mushaf terjemahan al-Quran dalam bahasa Jawa. Mushaf ini ditulis oleh Prof. KH. R. Muhammad Adnan, salah seorang guru besar di Institut Agama islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Mushaf ini diterbitkan oleh PT. Al-Ma’arif, Bandung pada tahun 1984.1

1 Ali Akbar, Mushaf-mushaf Quran Istana Nusantara, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf

(16)

[Mushaf Tahun 1984 - 2003|Kajian Mushaf al-Quran d. MushafTerjemahan al-Quran Bahasa Aceh (1994)

Mushaf ini merupakan mushaf terjemahan al-Quran dalam bahasa Aceh yang berbentuk sajak. Mushaf ini ditulis oleh Teungku Haji Mahjuddin Yusuf. Penerjemahan asli ditulis dengan huruf Arab Melayu Pase (Jawi). Mushaf ini diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Islam (P3KI), Banda Aceh pada tahun 1994.2

e. Mushaf al-Quran Karya Rahmatullah (2000)

Rahmatullah al-Dimawi, demikian ia menulis namanya di bagian akhir mushaf karyanya yang menunjukkan bahwa ia berasal dari Demak. Mushaf 30 juz ayat pojok dengan rasm usmani buah tangannya itu diterbitkan oleh Penerbit Asy-Syifa, Semarang tahun 2000. Ciri hurufnya tebal, mengesankan seperti halnya mushaf asal cetakan Bombay yang disukai secara luas oleh masyarakat muslim Indonesia. Mushaf ini menggunakan model ayat pojok atau ayat sudut yang umum digunakan oleh para penghafal al-Quran.

f. Mushaf al-Quran Karya Safaruddin

Mushaf ini ditulis oleh Safaruddin, asal Panunggalan (belum pasti di mana, barangkali Panunggalan, Pulokulon, Grobogan, Jawa Tengah) diterbitkan oleh Penerbit CV Wicaksana, Semarang tahun 2001. Tanda tashih ditandatangani oleh H. Abdullah Sukarta (Kepala Lajnah Pentashih Mushaf al-Quran) dan H. Muhammad Shohib Tahir (Sekretaris).3

C. ASPEK TEKS DAN VISUAL MUSHAF TAHUN 2004 – SEKARANG a. Aspek Teks

No MUSHAF

ASPEK TEKS

PENERBIT TAHUN

Rasm Qira’at Tanda Baca & Tajwid

1 Mushaf Standar Indonesia Usmani Hafz Tanda waqaf: 6 macam Tanda Isymam, Nun washal dan sifir lonjong Pertama kali diterbitkan oleh Koperasi karyawan Abiyoso, bandung. 1984 2 Mushaf Standar Indonesia Karya Muhammad Syadzali Sa’ad Usmani Hafz Mengikuti Mushaf Standar, hanya saja tanda waqaf lazim lebih ditonjolkan dan diberi warna merah Maktabah Sa’adiyah Putra 1984/1985 3 Tafsir al-Quran Basa Jawi - - - PT. Al-Ma’arij 1984

2Ali Akbar, Khazanah Manuskrip Al-Quran Kalimantan Barat, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf

Al-Quran, 2012), hal. 43.

3 http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/11/mushaf-karya-safaruddin.html#more, diakses pada

(17)

[Mushaf Tahun 1984 - 2003|Kajian Mushaf al-Quran 4 Mushaf Terjemahan al-Quran Bahasa Aceh (1994) - - - P3KI 1994 5 Al-Quran Karya Rahmatullah

Usmani Hafz Al-Syifa,

Semarang 2000 6 Al-Quran Karya Safaruddin Usmani Hafz Mengikuti Mushaf Standar Indonesia CV. Wicaksana, Semarang 2001

b. Aspek Visual (Perwajahan)

No MUSHAF ASPEK VISUAL (PERWAJAAHN)

Kaligrafi Iluminasi Jilidan Ukuran Kertas

1 Mushaf Standar Indonesia Naskhi - - - -2 Mushaf Standar Indonesia Karya Muhammad Syadzali Sa’ad - - - - -3 Tafsir al-Quran Basa Jawi - - - - -4 Mushaf Terjemahan al-Quran Bahasa Aceh (1994) - - - - -5 Al-Quran Karya Rahmatullah - - - - -6 Al-Quran Karya Safaruddin - - - - -REFERENSI

Ali Akbar, Khazanah Manuskrip Al-Quran Kalimantan Barat, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, 2012

Ali Akbar, Mushaf-mushaf Al-Quran Istana Nusantara, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran Badan Litbang dan Diklat kementerianAgama RI, 2012

http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/11/mushaf-karya-safaruddin.html#more, diakses pada tanggal 15 April 2013

(18)

Mushaf Kontemporer [2004 - Sekarang]|Kajian Mushaf al-Quran BAB VI

MUSHAF TAHUN 2004 – SEKARANG (KONTEMPORER) A. DESKRIPSI UMUM PEMBAHASAN

Ada tiga jenis mushaf standar yang menjadi pedoman kerja bagi lajnah dan secara resmi dapat di diterbitkan dan di edarkan di Indonesia, yaitu mushaf al-Quran rasm usmani, mushaf bahriyyah dan mushaf braille. Disinilah sala satu letak kajian tema ini khususnya mushaf al-Quran rasm usmani terbitan tahun 2004 sampai sekarang. Mushaf standar usmani memiliki rating tertinggi dalam cetak ulang dibandingkan dengan mushaf bahriyyah dan braille. Keunggulannya dapat dilihat dari konsistensi tanda baca dengan merujuk pada bentuk-bentuk yang sudah akrab di masyarakat. Walaupun demikian, secara umum pembahasan ini memuat kajian mushaf kontemporer yang terhitung dari tahun 2004 sampai sekarang sebagaimana tema kajian ini.

B. ASPEK HISTORIS MUSHAF-MUSHAF TAHUN 2004 - SEKARANG a. Mushaf Standar Usmani 2004

Mushaf standar usmani terbitan tahun 2004 ini diadakan oleh Proyek Peningkatan Pelayanan Kehidupan Beragama Pusat Departemen (sekarang Kementerian) Agama RI tahun anggaran 2004 sebanyak 8000 eksemplar. Di bagian depan terdapat kata sambutan oleh Menteri Agama, Prof Dr. H. Said Agil Husin al-Munawwar, MA. Tanda tashih ditandatangani o leh H. Fadhal Abdurrahman Bafadal (Ketua Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur'an) dan H. Muhammad Shohib Tahar (Sekretaris), tertanggal 21 April 2004. Mushaf ini menjadi edisi resmi Kementerian Agama RI dari edisi revisi cetakan sebelumnya. Mushaf standar edisi kedua ini ditulis oleh Khattat, Baiquni Yasin dan tim pada tahun 1999-2001.1

b. Mushaf Standar Usmani 2008

Mushaf ini diadakan oleh Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen (sekarang Kementerian) Agama RI. Mushaf ini dicetak oleh PT. Macanan Jaya Cemerlang, Klaten, Jawa Tengah, sebanyak 75.610 eksemplar. Di bagian depan mushaf terdapat sambutan Menteri Agama RI Muhammad Maftuh Basyuni. Tanda tashih ditandatangani oleh H Muhammad Shohib Tahar (Ketua Tim Pelaksana Pentashihan Mushaf al-Quran) dan Dr. H. Ahsin Sakho Muhammad (Sekretaris), tertanggal 28 Mei 2008. 2 Komposisi edisi ini, baik teks al-Quran mapun teks tambahannya, sama sepenuhnya dengan edisi tulis ulang sebelumnya, mushaf standar usmani terbitan tahun 2004. Adapun yang membedakannnya, pada edisi 2008 ini semua kata “Allah” dan kata gantinya dicetak dengan warna merah.

c. Mushaf Standar Usmani 2011

Mushaf ini diadakan oleh Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI. Mushaf ini dicetak

1 Ali Akbar, Artikel Mushaf Standar Indonesia (Usmani) 2004,

http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/11/mushaf-standar-indonesia-usmani-2004.html

2 Ali Akbar, Artikel Mushaf Standar Indonesia (Usmani) 2008,

(19)

Mushaf Kontemporer [2004 - Sekarang]|Kajian Mushaf al-Quran

oleh PT Adhi Aksara Abadi Indonesia sebanyak 653.000 eksemplar. Di bagian depan mushaf terdapat sambutan Menteri Agama RI Suryadharma Ali, tertanggal 8 Maret 2011. Tanda tashih ditandatangani oleh H. Muhammad Shohib Tahar (Ketua Tim Pelaksana Pentashihan Mushaf Al-Qur'an) dan Dr. H. Ahsin Sakho Muhammad (Sekretaris), tertanggal 17 Oktober 2011.3 Komposisi edisi ini, baik teks al-Qur’an mapun teks tambahannya, sama sepenuhnya dengan edisi tulis ulang sebelumnya. Teks al-Qur’an edisi ini dicetak dengan warna hitam semuanya, berbeda dengan edisi tahun 2008 di mana kata “Allah” dan kata gantinya dicetak dengan warna merah.

d. Mushaf al-Quran Wanita

Perkembangan ragam mushaf al-Quran kontemporer di tandai dengan berbagai inovasi baru dalam penyajian mushaf. Saat ini, perhatian dalam penyalinan mushaf selain memperhatikan bentuk format yang elegan, juga memberi perhatian terhadap sasaran pembaca mushaf. Hal ini tentunya memberikan berbagai kemudahan dalam membaca dan mengkaji mushaf. Salah satu inovasi baru dalam mushaf kontemporer ialah penerbitan mushaf al-Quran khusus edisi wanita. Penerbit samudera penghayatan Al Quran adalah salah satu jasa penerbit yang mempelopori pengadaan mushaf al-Quran wanita. Mushaf tampil elegan dengan khas feminim. Dilengkapi dengan fiqih wanita, Perjalanan hidup 20 Wanita yang diabadikan al- Quran, gelar-gelar wanita sepanjang zaman dan 40 hadis-hadis Rasul seputar wanita.

e. Mushaf al-Quran Anak-anak

Selain trend an inovasi baru dalam mushaf kontemporer berupa mushaf wanita, terdapat juga mushaf al-Quran anak-anak. Urain ini hanya sekilas memaparkan mushaf al-Quran “I Love My al-Quran” yang diterbitkan oleh Pelangi Mizan. Mushaf ini mempermudah dan membantu para orang tua di zaman sekarang dalam membawa putra-putri mereka sejak dini ke dalam naungan al-Quran. I Love My Al-Quran dirancang untuk dapat diakses dengan sangat mudah dan menyenangkan oleh anak-anak.4

Anak dapat memperluas wawasan mengenai berbagai informasi tambahan berkaitan dengan ayat yang dibaca di box KAMU PERLU TAHU. Informasi tambahan itu bisa berupa peta, peristiwa sejarah, pengetahuan ilmiah. Box LIHAT JUGA berisi informasi rujuk silang, dimana anak dapat mengetahui korelasi satu ayat dengan ayat lainnya atau satu ayat dengan sumber lain. Khusus untuk orang tua disediakan box UNTUK AYAH-IBU. Berisi informasi tambahan yang perlu diketahui ayah-ibu dalam mendampingi putra-putrinya ketika membaca I Love My Al-Qur’an. Hukum tajwid diperkenalkan secara bertahap dan berorientasi pada praktik melalui box RAMBU BACA. Hukum tajwid pada box ini langsung diaplikasikan pada halaman bersangkutan dengan memberi warna khusus pada teks yang mengandung hukum tajwid yang sedang dijelaskan. Box KOSAKATA memperkenalkan anak pada kosakata Al-Qur’an secara bertahap. Kosakata yang dipilih merupakan kata kunci pada pembahasan ayat di halaman bersangkutan.5

3 Ali Akbar, Artikel Mushaf Standar Indonesia (Usmani) 2011,

http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/11/mushaf-standar-indonesia-usmani-2011.html#more

4

Buku Anak Muslim, Artikel I Love My al-Quran, http://www.bukuanakmuslim.com/produk/i-love-my-al-quran/

(20)

Mushaf Kontemporer [2004 - Sekarang]|Kajian Mushaf al-Quran C. ASPEK TEKS DAN VISUAL MUSHAF TAHUN 2004 – SEKARANG a. Aspek Teks

No MUSHAF

ASPEK TEKS

Rasm Qira’at Tanda Baca & Tajwid

Pembagian Teks al-Quran Teks-Teks Tambahan 1 Mushaf Standar Usmani 2004 Usmani Qira’at Asim riwayat Hafs 1. Tanda baca (nun kecil, sifrun mustadir, sifrun mustatil) 2. Tanda Waqaf (- ج– ﻲﻠﺻ– ﻻ

؞؞

ـﻣ -(ﻲﻠﻗ 3. Tanda tajwidnya kurang lebih seperti mushaf timur tengah 1. Mushaf ini ada yang terdiri dari 7 baris (surah al-Fatihah dan awal surah al-Baqarah) 2. 13 baris (akhir surah Yasin dan awal surah al-Shaffath) 3. 15 baris selebihnya Di bagian belakang mushaf terdapat kolofon huruf Jawi yang berisi ucapan syukur dan tahun pengadaannya serta nama khattatnya (penulisnya). 2 Mushaf Standar Usmani 2008 Usmani Qira’at Asim riwayat Hafs

Seperti Mushaf standar Usamani 2004

Perbedannya, pada edisi 2008 semua kata “Allah” dan kata gantinya dicetak dengan warna merah.

3 Mushaf Standar Usmani 2011 Usmani Qira’at Asim riwayat Hafs

Seperti Mushaf standar Usamani 2004 Teks al-Qur’an edisi ini dicetak dengan warna hitam

semuanya 4 Mushaf al-Quran Wanita Usmani Qira’at Asim riwayat Hafs Kurang lebih seperti Mushaf standar Usamani 2004 Kurang lebih seperti Mushaf standar Usamani 2004 dan Mushaf tampil elegan dengan khas feminim 1. Dilengkapi dengan fiqih wanita 2. Perjalanan hidup 20 Wanita 3. gelar-gelar wanita sepanjang zaman 4. 40 hadis Rasul seputar wanita 5 Mushaf al-Quran Anak-anak Usmani Qira’at Asim riwayat Hafs Kurang lebih seperti Mushaf standar Usamani 2004 Kurang lebih seperti Mushaf standar Usamani 2004 dan Mushaf tampil elegan dengan khas anak-anak 1. Informasi berupa peta, peristiwa sejarah, dan pengetahuan ilmiah, 2. Box kosakata

(21)

Mushaf Kontemporer [2004 - Sekarang]|Kajian Mushaf al-Quran b. Aspek Visual (Perwajahan)

No MUSHAF ASPEK VISUAL (PERWAJAAHN)

Kaligrafi Iluminasi Jilidan Ukuran Kertas

1 Mushaf Standar Usmani 2004 Khat naskhi berdasarkan kaidah penulisan rasm usmani dengan warna hitam a. Iluminasi awal, tengah dan akhir b. Iluminasi pinggir halaman c. Ilmuninasi kepala surah Hard Cover dengan tulisan warna emas, warna kulit biru, dan hiasan bunga membentuk bingkai Ukuran (24 x 16 cm) Tebal (2,5 cm) HVS jenis Uncoated Paper 2 Mushaf Standar Usmani 2008 Khat naskhi berdasarkan kaidah penulisan rasm usmani dengan warna hitam dan merah Kurang lebih seperti Mushaf standar Usamani 2004 Hard Cover, Kulit warna hijau dengan tulisan warna emas dan juga disertai bingkai berwarna emas Ukuran (24,5 x 16,5 cm) Tebal (2,5 cm) HVS jenis Uncoated Paper 3 Mushaf Standar Usmani 2011 Khat naskhi berdasarkan kaidah penulisan rasm usmani dengan warna hitam dan merah Kurang lebih seperti Mushaf standar Usamani 2004 Hard Cover, warna hijau dengan tulisan “Al-Qur’an al-Karim” warna emas, dikelilingi iluminasi yang ritmis Ukuran (26 x 18 cm) Tebal (2,5 cm) HVS jenis Uncoated Paper 4 Mushaf al-Quran Wanita Khat naskhi berdasarkan kaidah penulisan rasm usmani dengan warna feminim Iluminasi mushaf ini lebih menarik dan elegan yang khas akan dunia wanita

Hard Cover, dengan warna khas wanita yang terdiri atas pink, biru tosca, merah,

ungu dan

coklat.

Ukuran (A5 dan A6)

HVS jenis Uncoated Paper 5 Mushaf al-Quran Anak-anak

Khat naskhi dan khat Tsuluts pada beberpa bagian

iluminasi

Iluminasi mushaf ini kurang lebih sebagaimana dengan iluminasi buku-buku lainnya. Nampak lebih ritmis dan dapat menarik minak anak-anak akan penampilannya yang indah Hard Cover, dengan warna khas anak-anak dengan jenis kertas AP 150 gr Ukuran (21,5 x 28,5 cm) HVS jenis Kertas AP 180 gr

(22)

Mushaf Kontemporer [2004 - Sekarang]|Kajian Mushaf al-Quran D. KESIMPULAN

Uraian di atas hanya menyajikan lima buah mushaf kontemporer, yaitu mushaf standar usmani tahun 2004, 2008 dan 20011, mushaf al-Quran wanita dan mushaf al-Quran anak-anak. Kami maklumi bahwa masih banyak ragam mushaf kontemporer lainnya selain kelima mushaf tersebut. Namun, waktu dan kemampuan yang membatasi kami sehingga makalah ini hanya memaparkan kelima kajian mushaf tersebut.

Walaupaun demikian, semoga kajian ini dapat memberikan gambaran umum bagi kita untuk memahami kajian mushaf kontemporer secara keseluruhan. Pemaparan dan penulisan resume ini disusun berdasarkan analisa serta pemahaman kami yang selalu terbuka dengan analisis baru dari segenap para pembaca. Oleh karena itu, saran dan masukannya senantiasa diharapkan untuk perbaikan lebih lanjut dari tulisan ini.

REFERENSI

Akbar, Ali. Dari Mushaf ‘Bombay’ ke Mushaf ‘Kontemporer’ dalam “Mushaf al-Quran di Indonesia dari Masa ke Masa”, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran, 2011 Akbar, Ali. Khasanah Mushaf Kuno di Indonesia dalam “Mushaf al-Quran di Indonesia dari

Masa ke Masa”, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran, 2011

Akbar, Ali. Website - Khasanah Mushaf al-Quran Nusantara ( http://quran-nusantara.blogspot.com)

Buku Anak Muslim, Website – Sarana Pendidikan Keluarga

(http://www.bukuanakmuslim.com)

Departemen Agama RI, Kitab Suci Al-Quran, Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf al-Quran, 2004

Departemen Agama RI, Mushaf-mushaf Kuno di Indonesia, cet. I, Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2005

Fathoni, Ahmad. Ilm al-Rasm al-Usmani, Jakarta, _______, 2012

Media Fitrah Rabbani, Website – Mushaf al-Quran dan Al-Quran Wanita ( http://mushaf-al-burhan.blogspot.com)

Sidqi, Abdul Aziz. Sekilas tentang Mushaf Standar Indonesia dalam “Perkembangan Mushaf, Terjemahan dan Tafsir al-Quran di Indonesia”, Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf al-Quran, 2011

(23)

Mushaf Indah Kontemporer di Indonesia|Kajian Mushaf al-Quran BAB VII

MUSHAF INDAH KONTEMPORER DI INDONESIA A. DESKRIPSI UMUM PEMBAHASAN

Dari sejak awal penulisan dan penyalinan mushaf Al-Quran baik di dalam maupun luar Indonesia dilakukan dengan sangat memperhatikan dan mementingkan segi keindahan penulisan dan mushafnya. Seperti contohnya dapat kita lihat pada mushaf-mushaf kuno yang ada di Indonesia. Keindahan mushaf ini terus berlanjut, dipertahankan dan terus menjadi ciri khas al-Quran di nusantara.

Beragam keindahan mushaf-mushaf tersebut sangat dipengaruhai oleh antar lain: 1. Ragam gaya kaligrafi baik dalam penulisan teks maupun sebagai iluminasi.1

2. Keindahan dan seni pada tanda-tanda ayat. kaum muslimin. maka tidak mengherankan, meskipun di Eropa mushaf al-Qur’an telah mulai dicetak sejak.2

3. Keindahan dan seni pada kepala surah3 4. Keindahan dan seni hiasan tepi halaman 5. Biingkai teks

6. Bingkai berhias

7. Keindahan dan seni iluminasi yang dipengaruhi oleh ciri khas daerah (mushaf indah kontemporer nusantara)

B. ASPEK HISTORIS MUSHAF INDAH KONTEMPORER a. Mushaf Istiqlal

Mushaf Istiqlal diresmikan dan diawali oleh Presiden Soeharto pada Festival Istiqlal I tanggal 15 Oktober 1995/7 Muharam 1412 H, dan diluncurkan oleh Presiden Soeharto pada Festival Istiqlal II, pada 23 September 1995/27 Rabi'ul Akhir 1416 H. Sebelum diresmikan, mushaf ini telah mengalami pentashihan oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran Departemen (sekrang Kementerian) Agama RI, selesai pada 6 Juni 1995/7 Muharam 1416. Para khattat Mushaf Istiqlal adalah KH Abdurrazaq Muhili (perancang pola), HM Fa'iz AR (ketua), M Abdul Wasi AR, H Imron Ismail, Baiquni Yasin, Mahmud Arham, Islahuddin (anggota), serta HM Idris Pirous (asisten).

b. Mushaf Sundawi

Pembuatan Mushaf Sundawi ini diprakarsai oleh HR Nuriana yang menjabat sebagai gubernur jawa barat kala itu, dan diresmikan pada tanggal 14 Agustus 1995/17 Rabiul Awwal 1416 H, pada peringatan Maulid Nabi Muhammad saw.

Al-Quran Mushaf Sundawi ini menggunakan konsep desain dan tatanan iluminasi yang diterapkan pada setiap halamannya dengan menggunakan seni yang berciri khas Sunda. Pada prinsipnya ada dua jenis sumber inspirasi atau acuan desain yang digunakan. Pertama, yang referensinya berasal dari motif islami Jawa Barat, misalnya memolo mesjid, motif batik, ukiran mimbar, mihrab, dan artefak lainnya, dengan catatan bahwa motif-motif tersebut tidak

1Ali Akbar, Menggali Khazanah Nusantara: Telaah Ragam Gaya Tulisan dalam Mushaf Kuno,

Hal. 69

2Annabel The Gallop, Seni Mushaf di Asia Tenggara. Hal. 124 3Ibid, Hal. 125

(24)

Mushaf Indah Kontemporer di Indonesia|Kajian Mushaf al-Quran

bersifat anthropomorphic (dari bentuk manusia) ataupun zoomorphic (dari bentuk binatang). Jenis motif kedua, yaitu desain yang bersumber pada sejumlah flora tertentu yang khas Jawa Barat, seperti gandaria dan patrakomala.

c. Mushaf At-Tin

Mushaf Mushaf ini dibuat untuk mengenang al-marhumah Hj. Fatimah Siti Hartinah Soeharto (Ibu Tien Soeharto). Didesain oleh Machmud Buchari, Muhammad Djaelani, dan Ahmad Haldani D. Mushaf ini selesai dibuat pada tahun 1999 di Jakarta.

Mushaf ini adalah cetakan faksimili manuskrip indah "Mushaf Al-Quran Ibu Hj Fatimah Siti Hartinah Soeharto", berukuran 21,5 x 16,5 cm, kertas matt paper 85 gram, hard cover. Jumlah iluminasi 33 desain (dari 93 desain dalam manuskrip aslinya yang berukuran 102 x 73 cm). Tim Perancang/Perencanaan. Koordinator Teknik: H Mohammad Djaelani; Ketua Pelaksana Harian: Mahmud Buchari. Bidang Kaligrafi: Ustadz H Imron Islamil, Ustadz Abdul Wasi, Ustadz Baequni Yasin, Mahmud Arham, H Hawi Hasan, H Miftahuzzaman, Islahuddin. Bidang Iluminasi: Drs Achmad Haldani D, Dra Titi H Rasbury, Dra Henny Haerany, Dra Yeyet D Koryeti, Drs M Kusna Wijaya, Drs Zain Rais, Rahman Ruwandi.4

d. Mushaf Kalimantan Barat

Diperkirakan pada tahun 2003 Kalimantan Barat membuat mushaf dengan ragam hias bercirikan kekhasan Kalimantan Barat. Dengan mempunyai cirri sendiri dalam bentuk biasannya akan mencerminkan kekayaan ragam hias local. Ragam hias Mushaf Kalimantan Barat memenuhi seluruh permukaan halaman dengan warna lembut kebiruan. Berbeda dengan mushaf indah lainnya, tanda-tanda seperti juz dan ruku' di pinggir halaman berada di dalam bingkai iluminasi, dipisahkan dengan garis vertikal.5

e. Mushaf Keraton Yogyakarta

Untuk melestarikan tradisi penyalian Quran di istana, Keraton Yogyakarta pada tahun 2011 menerbitkan “Mushaf Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat” yang ditandatangani resmi oleh Sultan Hamengkubuwono X tertanggal 20 Mei 2011. Dapat dikatakan bahwa Keraton Kesultanan Yogyakarta dalam hal ini merupakan perintis, karena kesultanan lain tampaknya belum ada yang mengawali untuk meneruskan kembali tradisi penyalinan Quran di istana. Kaligrafi teks ayat dimodifikasi dari Mushaf Madinah karya Usman Taha. Mushaf ini dicetak oleh Lembaga Percetakan Al-Quran (LPQ), Kementerian Agama RI.

f. Mushaf Bantani

Untuk Pemerintah Provinsi Banten pada 2 Februari 2008 secara resmi memulai penulisan Mushaf al-Bantani, dan selesai pada 28 Agustus 2010 (18 Ramadan 1431 H). Dokumen ditandatangani oleh Gubernur Banten Hj. Ratu Atut Chosiyah, sebagai pemrakarsa penulisan mushaf ini. Ketua tim penulisan adalah Prof Dr HE Syibli Syarjaya; ketua peneliti desain iluminasi Prof Dr HMA Tihami; penulis kaligrafi Dr H Ahmad Tholabi Kharlie (koordinator), H Mahmud Arham, H Isep Misbah, H Arif Hamdani, Hj Yeni Solihah, Abdul Kholik, Nurkholis, Ahmad Mukhozin, Rivqi Nasrullah, dan Muhammad Martnus; dan desainer iluminasi Aris Kurniawan, Dr Helmi Bahrul Ulumi, dan Andi Zulfikar.

4Ali Akbar, Perkembangan Mushaf, Terjemahan dan Tafsir Al-Quran di Indonesia. (Jakarta: Lajnah

Pentashhih Mushaf Al-Quran, 2010). Hal. 37

5 http://quran-nusantara.blogspot.com/2013/01/mushaf-kalimantan-barat.html#more, diakses pada

(25)

Mushaf Indah Kontemporer di Indonesia|Kajian Mushaf al-Quran

Mushaf cetakan ini, berukuran 25 x 17,5 cm, merupakan 'reproduksi' dari naskah aslinya, "Mushaf al-Bantani", yang berukuran 70 x 50 cm. Ragam iluminasi yang digunakan dalam Mushaf al-Bantani didasarkan pada hasil penelitian. Ketiga puluh juz mushaf ini memiliki variasi iluminasi yang terdiri atas iluminasi dasar dan iluminasi instrumental. Iluminasi dasar sumbernya adalah artefak dan manuskrip Banten, sedangkan iluminasi instrumental yang merupakan penunjang dari iluminasi dasar merupakan pengembangan dan rekayasa grafis.

Mushaf ini telah mengalami tiga kali cetak. Cetakan pertama sejumlah 3000 eksemplar, sementara cetakan kedua dan ketiga masing-masing 100.000 eksemplar. Cetakan ketiga dilengkapi dengan terjemahan. Pencetakan dilakukan oleh Lembaga Percetakan Al-Quran (LPQ), Ciawi, Jawa Barat. Mushaf ini didistribusikan khususnya bagi warga Banten, dan tidak dijual di pasaran.6

REFERENSI

Akbar, Ali, Menggali Khazanah Nusantara: Telaah Ragam Gaya Tulisan dalam Mushaf Kuno, Jurnal Lektur Keagamaan, 2004

Akbar, Ali, Perkembangan Mushaf, Terjemahan dan Tafsir Al-Quran di Indonesia. (Jakarta: Lajnah Pentashhih Mushaf Al-Quran, 2010)

The Gallop, Annabel, Seni Mushaf di Asia Tenggara, Jurnal Lektur keagamaan, 2004

6 http://quran-nusantara.blogspot.com/2013/01/mushaf-al-bantani.html#more, diakses pada tanggal 14

(26)

SEKIAN

OUR LINK

Blog

:

rul-sq.blogspot.com

Email

:

rul.19bs1@mail.com

Referensi

Dokumen terkait

Kepala Sub Bagian Publikasi dan Pemberitaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bagian Humas dalam merencanakan, melaksanakan dan mengkoordinasikan teknis

Kanunî’nin 1548 yılında İran üzerine düzenlediği seferin tarihini kendi ifadesiyle “Rüstem Paşa’nın teveccühüne nail olabilmek” maksadıyla kaleme alan

Berdasarkan hasil penelitian yang dijelaskan pada bab sebelumnya dapat disampaikan: Melalui bermain peran dapat mengembangkan kecerdasan sosial emosional anak di

Prarancangan Pabrik Ethilbenzene Kapasitas 100.000 ton/tahun Kompresor yang digunakan adalah kompresor sentrifugal dengan pertimbangan sebagai berikut :. Kompresor

Hasil postif ditunjukkan pada ekstrak metanol dan etil asetat untuk uji steroid, namun untuk uji terpenoid yang tidak menunjukkan hasil positif hanya pada

Adalah jelas bahawa ADH membina watak- watak dengan ciri-ciri perwatakan yang saling bertentangan sebagai satu strategi bagi mencetuskan cerita dan sekali gus mengekalkan

Sebelum memahami lebih jauh mengenai pemikiran keagamaan Ibn Taimiyah, sebagai suatu keharusan, terlebih dahulu untuk mengetahui metodenya dalam memahami dan menafsirkan al-

BKK Pasar Kliwon memberikan per- syaratan yang mudah dalan cepat dalam merealisasikan pemberian kredit dengan menetapkan criteria yang telah ditetapkan sehingga hal