• Tidak ada hasil yang ditemukan

77731384 Promosi Kesehatan Gigi Dan Mulut (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "77731384 Promosi Kesehatan Gigi Dan Mulut (1)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan). Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan Sumber Daya Manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan). Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan (Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan).

Pembangunan kesehatan gigi adalah bagian integral dari pembangunan kesehatan nasional. Ini berarti bahwa untuk melaksanakan pembangunan dibidang kesehatan, pembangunan dibidang kesehatan gigi tidak boleh ditinggalkan. Juga sebaliknya, bila ingin melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan gigi, tidak boleh melupakan kerangka yang lebih kuat yaitu pembangunan kesehatan pada umumnya (Cahyati, 2008).

Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter maupun perawat gigi, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90% penduduk Indonesia (Anitasari, 2008). Hasil laporan Studi

(2)

Morbiditas tahun 2001, menunjukkan bahwa kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi yang dikeluhkan oleh masyarakat yaitu sebesar 60% (http://repository.usu.ac.id, t.t.). Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat di Indonesia adalah penyakit jaringan penyangga gigi dan karies gigi, sumber dari kedua penyakit tersebut akibat terabaikannya kebersihan gigi dan mulut (Anitasari, 2008). Selain karies dan periodontal, kondisi mukosa mulut, terutama penyakitnya seperti kanker mulut, lichen planus, leukoplakia, abses, kandidiasis dan lainnya juga merupakan permasalahan yang sering terjadi. Beberapa studi telah dilakukan, namun studi epidemiologi mengenai kondisi mukosa mulut masih sangat terbatas bila dibandingkan dengan literatur mengenai karies gigi dan penyakit periodontal.

Masalah kesehatan gigi dan mulut masih menjadi prioritas kedua terutama bagi masyarakat Indonesia. Padahal dari sakit gigi yang tampaknya sepele, bisa menjadi pemicu timbulnya sejumlah penyakit berbahaya. Dari beberapa studi dilaporkan adanya hubungan antara penyakit gigi dengan penyakit jantung koroner, aterosklerosis, pneumonia, diabetes dan kelahiran prematur. Penyakit gigi juga pernah dilaporkan bisa menyebabkan kematian. Informasi statistik rumah sakit di Indonesia (2005) menunjukkan bahwa penyakit gigi kronis seperti penyakit pulpa dan periodontal termasuk dalam urutan ke-24 dari 50 peringkat utama penyebab kematian di rumah sakit (Pintauli, 2008). Banyak orang yang tidak menyangka bahwa penyakit lain yang mereka derita bisa berasal dari gigi dan mulut yang tidak sehat. Hal ini mungkin disebabkan antara lain ketidaktahuan, atau masih kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut dan mahalnya biaya pengobatan gigi. Oleh karena itulah paradigma kesehatan yang semula ditekankan pada tindakan kuratif (perawatan) beralih menjadi upaya preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan).

Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan (Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan). Promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan

(3)

merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo, 2005). Promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya (Maulana, 2009). Promosi kesehatan gigi dan mulut adalah usaha meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut masyarakat melalui pendekatan sosial, dan lingkungan yang sering berada diluar kontrol masyarakat (Notoatmodjo, 2005).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan program promosi kesehatan gigi dan mulut salah satunya adalah alat bantu dan media media promosi kesehatan. Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran. Media pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah alat bantu pendidikan. Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat

Media dan alat peraga memegang peranan penting dalam kegiatan promosi kesehatan dan juga kesehatan gigi dan mulut. Alat peraga dan media yang tepat akan membantu dalam melakukan penyuluhan, agar pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas dan masyarakat sasaran dapat menerima pesan orang tersebut dengan dengan jelas dan tetap pula. Dengan alat peraga, orang dapat lebih mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit sehingga mereka dapat menghargai betapa bernilainya kesehatan itu bagi kehidupan.

(4)

Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan praktik belajar lapangan yang bertujuan melakukan studi terhadap kebijakan dan program promosi kesehatan gigi dan mulut pusat promosi kesehatan kementerian kesehatan republik Indonesia. Melalui kegiatan Praktik Blajar Lapangan ini diharapkan kami dapat menimba ilmu secara langsung mengenai kegiatan promosi kesehatan khususnya promosi kesehatan gigi dan mulut, memegahui bagaimana metode promosi kesehatan, hambatan, sehingga dapat menjadi bahan pelajaran yang dapat kami aplikasikan kelak.

B. Perumusan masalah

Bagaimanakah? Kebijakan Dan Program Pengembangan Alat Peraga Dan Media Promosi Kesehatan Gigi Dan Mulut Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia?

C. Tujuan 1. Tujuan umum

Mengetahui Kebijakan Dan Program Pengembangan Alat Peraga Dan Media Promosi Kesehatan Gigi Dan Mulut Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

2. Tujuan khusus

a. Menegtahui unit-unit kerja serta tugas pokok dan fungsi yang ada di Pusat Promosi kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

b. Menegtahui tata alur kerja Pusat Promosi kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

c. Menegtahui dasar dan pedoman kerja Pusat Promosi kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

d. Mengetahui kebijakan dan program Pusat Promosi kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tentang promosi kesehatan gigi dan mulut.

(5)

e. Mengetahui sasaran dan indikator keberhasilan kebijakan, serta program Pusat Promosi kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia khususnya mengenai promosi kesehatan gigi dan mulut. f. Mengetahui kebijakan dan program pengembangan alat peraga dan media promosi kesehatan gigi dan mulut Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

g. Mengetahui metode, media dan alat peraga, serta dan prasarana yang tepat sehingga dapat menunjang program Pusat Promosi kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia khususnya mengenai promosi kesehatan gigi dan mulut.

h. Mengetahui relialisasi dan faktor-faktor penghambat pengembangan alat peraga dan media promosi kesehatan gigi dan mulut Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

i. Mengetahui bentuk kerjasama ekternal guna menunjang program pengembangan alat peraga dan media promosi kesehatan gigi dan mulut Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

j. Mengetahui program terdekat Pusat Promosi kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tentang promosi kesehatan gigi dan mulut.

D. Kegunaan 1. Teoritis

Menambah daftar perbendaharaan pustaka perguruan tinggi tentang ilmu kedokteran gigi dalam kedokteran gigi masyarakat, khususnya dalam bidang promosi kesehatan dan kesehatan gigi dan mulut.

(6)

a. Menambah pengetahuan penulis tentang ilmu kedokteran gigi dalam bidang kedokteran gigi masyarakat, khususnya mengenai promosi kesehatan dan kesehatan gigi

b. Menambah pengetahuan penulis mengenai metode, alat peraga, sarana dan prasarana yang tepat sehingga dapat menunjang dalam pengaplikasian program promosi kesehatan gigi dan mulut.

c. Membantu menginformasikan kepada masyrakat terkait kebijakan dan program yang ada di Pusat Promosi kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia khususnya tentang promosi kesehatan gigi dan mulut.

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Promosi Kesehatan

Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai dicetuskan setidaknya pada era tahun 1986, ketika diselenggarakannya konfrensi Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada pada tahun 1965. Pada waktu itu dicanangkan ”The Ottawa Charter”, yang didalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang. Pada masa itu, istilah yang cukup terkenal hanyalah penyuluhan kesehatan, dan disamping itu pula muncul dan populer istilah-istilah lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social Marketing (Pemasaran Sosial), Mobilisasi Sosial dan lain sebagainya (Maulana,2009). Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Menurut Green, promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan, sedangkan istilah promosi kesehatan gigi adalah usaha meningkatkan status kesehatan gigi masyarakat melalui pendekatan sosial, dan lingkungan yang sering berada diluar kontrol masyarakat (Notoatmodjo, 2005).

(8)

Tujuan utama promosi kesehatan adalah meningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat, meningkatan perilaku masyarakat, meningkatan status kesehatan masyarakat. Tujuan perilaku merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai (perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap. Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi yang jelas. Dalam konteks promosi kesehatan “ Visi “ merupakan sesuatu atau apa yang ingin dicapai dalam promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang program-program kesehatan lainnya. Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.

2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.

Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi (Notoatmodjo, 2005). Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Advokasi (Advocation)

Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang

(9)

ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.

2. Menjembatani (Mediate)

Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.

3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)

Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.

B. Media dan Alat Peraga Promosi Kesehatan

Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan / pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran. Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas

(10)

pula pengertian / pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah persepsi. Seseorang atau masyarakat didalam proses pendidikan dapat memperoleh pengalaman / pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu pendidikan. Tetapi masing-masing alat mempunyai intensitas yang berbeda-beda dalam membantu persepsi seseorang. Elgar Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam suatu kerucut (http://www.scribd.com, 2010).

Gambar 2.1. Kerucut Edgar Dale

Dari kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar adalah benda asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam proses pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk mempersepsi bahan pendidikan / pengajaran. Sedangkan penyampaian bahan yang hanya dengan kata-kata sangat kurang efektif atau intensitasnya paling rendah. Jelas bahwa penggunaan alat peraga adalah salah satu prinsip proses pendidikan.

(11)

Dalam rangka pendidikan kesehatan, masyarakat sebagai konsumer juga dapat dilibatkan dalam pembuatan alat peraga (alat bantu pendidikan). Untuk ini petugas kesehatan berperan untuk membimbing dan membina, bukan hanya dalam hal kesehatan mereka sendiri tetapi juga memotivasi mereka sehingga meneruskan informasi kesehatan kepada anggota masyarakat yang lain. Alat peraga akan membantu dalam melakukan penyuluhan, agar pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas dan masyarakat sasaran dapat menerima pesan orang tersebut dengan dengan jelas dan tetap pula. Dengan alat peraga, orang dapat lebih mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit sehingga mereka dapat menghargai betapa bernilainya kesehatan itu bagi kehidupan (http://www.scribd.com, 2010)..

Media pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah alat bantu pendidikan. Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3, yakni:

a. Media cetak b. Media elektronik

c. Media papan (bill board) (Notoatmodjo, 2005). C. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia merupakan kementerian mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan (http://www.depkes.go.id, tt). Dalam menjalankan tugasnya Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memiliki misi yaitu “Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan “. Dalam mencapai visi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia diperlukan adanya suatu upaya yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi (Notoatmodjo, 2005). Adapun misi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah sebagai berikut:

(12)

1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.

2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan.

3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan. 4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik .

(13)

Gambar 2.2. Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Kesehatan RI menyelenggarakan fungsi :

1. Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidang kesehatan.

2. Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya. 3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya.

4. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya.

5. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Dalam menyelenggarakan fungsi, Kementerian Kesehatan RI mempunyai kewenangan :

1. Penetapan kebijakan nasional di bidang kesehatan untuk mendukung pembangunan secara makro.

2. Penetapan pedoman untuk menetukan standar pelayanan minimal yang wajib dilaksanakan oleh kabupaten/Kota di bidang Kesehatan.

3. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang kesehatan.

4. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidang kesehatan. 5. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang

meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi di bidang kesehatan.

6. Pengaturan penerapan perjanjian atau persetujuan internasional yang disahkan atas nama Negara di bidang kesehatan.

7. Penetapan standar pemberian izin oleh daerah di bidang kesehatan.

8. Penanggulangan wabah dan bencana yang berskala nasional di bidang kesehatan.

9. Penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidang kesehatan. 10. Penetapan persyaratan kualifikasi usaha jasa di bidang kesehatan.

(14)

11. Penyelesaian perselisihan antar Propinsi di bidang kesehatan.

12. Penetapan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian ibu, bayi, dan anak.

13. Penetapan kebijakan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. 14. Penetapan pedoman standar pendidikan dan pendayagunaan tenaga

kesehatan.

15. Penetapan pedoman pembiayaan pelayanan kesehatan.

16. Penetapan pedoman penapisan, pengembangan dan penerapan teknologi kesehatan dan standar etika penelitian kesehatan.

17. Penetapan standar nilai gizi dan pedoman sertifikasi teknologi kesehatan dan gizi.

18. Penetapan standar akreditasi sarana dan prasarana kesehatan.

19. Surveilans epidemiologi serta pengaturan pemberantasan dan penenggulangan wabah, penyakit menular dan kejadian luar biasa.

20.Penyediaan obat esensial tertentu dan obat untuk pelayanan kesehatan dasar sangat essential (buffer stock nasional).

21. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu :

a) penempatan dan pemindahan tenaga kesehatan tertentu.

b) pemberian izin dan pembinaan produksi dan distribusi alat kesehatan (http://www.depkes.go.id, t.t.).

D. Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peningkatan kesehatan (Promosi Kesehatan) merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan / atau masyarakat untuk mengoptimalkan kesehatan melalui kegiatan penyuluhan, penyebarluasan informasi, atau kegiatan lain untuk menunjang tercapainya hidup sehat (Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan). Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebagai lembaga pemerintahan memiliki tujuan meningkatnya perilaku sehat individu, keluarga dan masyarakat dan berperan aktif dalam

(15)

setiap gerakan kesehatan masyarakat melalui upaya promosi kesehatan yang terintegrasi secara lintas program, lintas sektor, swasta dan masyarakat (http://www.scribd.com, 2010).

Berdasarkan Surat Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tanggal 19 Agustus 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, dinyatakan bahwa Pusat Promosi Kesehatan bertanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal. Adapun susunan organisasi Pusat Promosi Kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Bagian Tata Usaha.

2. Bidang Advokasi dan Kemitraan.

3. BIdang Pemberdayaan dan Peran Serta Masyarakat.

4. Bidang Metode dan Teknologi Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan.

5. Kelompok Jabatan Fungsional.

Gambar 2.3. Struktur Organisasi Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Tugas Pokok Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah melaksanakan perumusan kebijakan teknis, bimbingan dan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan

(16)

dan adapun fungsi dari Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Perumusan kebijakan teknis, rencana dan program di bidang pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.

2. Pelaksanaan tugas di bidang pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.

3. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.

4. Pembinaan advokasi dan kemitraan kesehatan.

5. Pembinaan pemberdayaan dan peran serta masyarakat di bidang kesehatan. 6. Pengembangan metode dan teknologi promosi kesehatan.

7. Pelaksanaan administrasi pusat (http://www.promosikesehatan.com,tt).

BAB III

METODE PELAKSANAAN A. Jenis dan Metode

Praktik Belajar Lapangan ini bersifat observasional atau pengamatan secara langsung. informasi diperoleh, melalui pertanyaan-pertanyaan dengan cara mengumpulkan data melalui komunikasi dengan informan.

B. Lokasi Pelaksanaan Kegiatan

Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

C. Waktu Pelaksanaan Kegiatan

Praktik Belajar Lapangan dilakukan akan pada tanggal 1 s.d. 5 November 2011.

(17)

D. Sumber Data

1.Data primer, diperoleh dengan cara melalui pertanyaan-pertanyaan dengan cara mengumpulkan data melalui komunikasi dengan informan. 2.Data sekunder, berasal dari literatur-literatur yang mendukung

pelakasanaan kegiatan.

E. Cara Kerja Pelaksanaan Kegiatan

1. Melakukan perizinan secara non formal. 2. Meyusun Proposal Kegiatan Praktik. 3. Mengurus surat perizinan.

4. Melakukan perizinan secara formal.

5. Melakukan Kegiatan Praktik Belajar Lapangan. 6. Menyusun Laporan Hasil kegiatan.

BAB IV PENUTUP

Demikian Proposal Praktik Belajar Lapangan Studi Kebijakan Dan Program Pengembangan Alat Peraga Dan Media Promosi Kesehatan Gigi Dan Mulut Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Semoga dengan kegiatan ini diharapkan dapat membantu menginformasikan kepada masyrakat terkait kebijakan dan program yang ada di Pusat Promosi kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia khususnya tentang promosi kesehatan gigi dan mulu. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang promosi kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat mengaplikasikannya di kemudian hari.

Besar harapan kami untuk dapat dizinkan melaksanakan kegiatan Praktik Belajar Lapangan di Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Adapun hal-hal dan ketentuan yang ada didalam proposal masih dapat

(18)

direncanakan dan disusun kemudian berdasarkan kesepakatan bersama sesuai dengan situasi dan kondisi.

DAFTAR PUSTAKA

Heri D.J Maulana. Promosi Kesehatan. EGC, Jakarta, 2009.

http://promosikesehatan2008.files.wordpress.com/2011/04/materi-promkes-total2.pdf.,t.t., diakses tanggal 23 Oktober 2011

http://usupress.usu.ac.id/files/Menuju%20Gigi%20dan%20Mulut%20Sehat %20_Pencegahan%20dan%20Pemeliharaan__Normal_awal.pdf.,t.t.diakses tanggal 23 Oktober 2011

http://www.depkes.go.id/index.php diakses tanggal 23 Oktober 2011 http://www.pdgionline.com/v2/index.php?

option=com_content&task=view&id=685&Itemid=1 diakses tanggal 23 Oktober 2011

http://www.promosikesehatan.com/?act=article&id=225 diakses tanggal 23 Oktober 2011

(19)

http://www.scribd.com/doc/45967216/makalah-promosi-kesehatan diakses tanggal 23 Oktober 2011

http://www.scribd.com/doc/53054543/kebijakan-promkes-2010-2014 diakses tanggal 23 Oktober 2011

Soekidjo Notoatmodjo. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka cipta, Jakarta, 2005.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23560/3/Chapter%20II.pdf., t.t., diakses tanggal 18 Mei 2011

PROPOSAL PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN

STUDI KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN ALAT PERAGA DAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT

PUSAT PROMOSI KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

(20)

Disusun oleh:

Fajarrudin Malik

NIM.G1G008054

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

PURWOKERTO 2011

Gambar

Gambar 2.1. Kerucut Edgar Dale
Gambar 2.3. Struktur Organisasi Pusat Promosi Kesehatan Kementerian                        Kesehatan Republik Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi ini mendorong peneliti untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya melalui analisa huboogan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status kesehatan

Dalam rangka mendukung pencapaian visi Kementerian Kesehatan yaitu "Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan", Pusat Promosi Kesehatan telah menjalankan

Tujuan Penelitian : Mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan media Power Point terhadap tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab terdahulu, dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan media

Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan media leaflet dapat meningkatkan secara bermakana pengetahuan dan sikap siswa

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk permainan papan ( board game ) edukatif sebagai media promosi kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah..

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU DIREKTORAT PELAYANAN KESEHATAN PRIMER KEMENTERIAN KESEHATAN

Mengetahui kondisi kesehatan gigi dan mulut siswa TK Siswa-siswi TK (17 TK) 80% Dokter Gigi, Perawat Gigi - Media penyuluh an - Alat Diagnosi s set - Buku register UKGS