• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)PETUNJUK TEKNIS. PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU. DIREKTORAT PELAYANAN KESEHATAN PRIMER KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2021 Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. i.

(2) Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI. Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI 362.11. Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal p Pelayanan Kesehatan Kesehatan RI. Direktorat Jenderal 000.00 Indonesia. Kementerian Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa Ind Pelayanan Kesehatan Pandemi COVID-19.— Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. p Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di 2020. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi ISBN 978-602-416-929-9. Kebiasaan Baru.— Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2021 1. Judul I. COMMUNITY HEALTH SERVICES II. PANDEMICS. III. CORONAVIRUS. ISBN 000-000-000-000-0 . 1. Judul . II. PREVENTIVE MEDICINE . ii. I. HEALTH SERVICES III. PREVENTIVEHEALTH SERVICES. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

(3) PETUNJUK TEKNIS. PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI Pengarah Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D, Sp.THT-KL (K), MARS (Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan) Pembina drg. Saraswati, MPH (Direktur Pelayanan Kesehatan Primer) Koordinator dr. Upik Rukmini, MKM (Koordinator Praktik Perorangan) Penyusun drg. Iwan Dewanto, MMR., Ph.D; drg. Kartika Andari Wulan, Sp.Pros; drg. Melissa Adiatman, Ph.D; drg. Grace Monica, MKM; dr. Upik Rukmini, MKM; drg. Indra Rachmad Dharmawan, MKM; drg Renta Yulfa Zaini. Kontributor Dr. drg. R. M. Sri Hananto Seno, Sp.BM (K)., MM. (Ketua PB PDGI); Prof. Dr. dr. Hindra Irawan Satari, Sp.A(K), M.TropPaed (Ketua Tim Pokja Nasional PPI); drg. Tritarayati, SH., MH.Kes (Ketua Komite Kesehatan Gigi dan Mulut); drg. Farichah Hanum, M.Kes (Direktur Mutu dan Akreditasi); Prof. Dr. Drg Tri Erri Astoeti, M.Kes, Prof. Dr. Drg. Anton Rahardjo, MKM, Dr. drg. Laksmi Dwiati, MM., MHA., FICD., drg. Naniek Isnaini, M.Kes., drg. Nuzulisa Zulkifli, Dr. Drg. Sri Susilawati, M.Kes., Epi Nopiah, S.Pd., M.AP., drg. Harry Agung Tjahyadi, M.Kes, drg. Rudi Kurniawan, M.Kes. (Komite Kesehatan Gigi dan Mulut); drg. Erry Indriana, MM; drg. Sinta Prabawati; drg. Faizal Prabowo Kaliman (drg. Puskesmas….); drg. Budi Rukhiyat (Dinas Kesehatan Tanah Laut); drg. Fachmi Muzaqi (Puskesmas Tomiya, Wakatobi); drg. Asteria Illa (Puskesmas Rowosari, Kota Semarang); drg. Dewa Pandega Putra (Puskesmas Ponjong 2, Gunung Kidul); drg. Deni Andriani (Puskesmas Depok II, Kabupaten Sleman); drg. Fatimah R. Gita, MKM (Puskesmas Kec. Cempaka Putih, DKI Jakarta); drg Gustian Pamungkas (Puskesmas Singosari, Kabupaten Malang); drg. Dimaz Aryo Nugroho Bandriananto, drg. Fadhil Rahman, drg. Ardisa Primananda Nugraha, drg. Deddy Dwi Septian, drg Amanda Andika Sari, drg. Rio Suryantoro, Sp.KG., drg. M.Furqon, Sp.KG (Praktik Mandiri Dokter Gigi); drg. Ratih Susila, MPH (PDGI Cabang Kabupaten Sleman); drg. Rahma Defi, MKM (Kabid Yankes Kota Semarang); drg. Iwany Amalliah, M. Epid, drg. Gita Sjarkawi, M. Kes, drg. Atik Ramadhani , PhD (Universitas Indonesia); drg. Tania Saskianti, Sp.KGA (K), Ph.D Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. iii.

(4) (Universitas Airlangga); drg. Rochman Mujayanto, Sp.PM; (Universitas Islam Sultan Agung); drg. Rudanton Sidharta, Sp.Perio (Universitas Brawijaya); drg. Zefry Zainal Abidin, M.Ked. Klin, Sp.BM (Universitas Brawijaya/RSUD Kab. Kediri); drg. Ananda Dhea Soraya (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta); Anindyta Apkako Cahya Indrasetia, SKG (Universitas Brawijaya); Fasely Mranani, Zakiah Dianah (Direktorat Kesehatan Keluarga); (Anthoneta Paliama, SKp, dr. Titi Sundari (Pokja PPI); dr. Nani H. Widodo, Sp. M. (Kasubdit Pelayanan Medik dan Keperawatan, Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan); dr. Ferdinandus Ferry Kandou (Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan); dr. Ida Bagus Anom (Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan); Meily Arrovi Qulsum, MKM (Direktorat Mutu dan Akreditasi); drg. Rina Harini, drg. Enita Pardede, drg. Naneu Retna Arfani dr. Rizky Rahayuningsih, dr. Adi Pamungkas, drg. Idawati Lina, M.Kes., drg. Diah Handaryati, Saudatina Arum M, MKM (Dit. Pelayanan Kesehatan Primer) Editor dan Layout Buku drg. Grace Monica, MKM; drg. Kartika Andari Wulan, Sp.Pros; drg. Indra Rachmad Dharmawan , MKM; drg Renta Yulfa Zaini Sekretariat Yuanita Rizky Inggarputri, SKM; Mediansyah Saleh, ST Email praktikperorangan@gmail.com. iv. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

(5) KATA SAMBUTAN. DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya penyusunan buku Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Adaptasi Kebiasaan Baru akhirnya dapat diselesaikan.. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut sangat berdekatan dengan sumber droplets yang merupakan high risk transmission. Beberapa tindakan medis juga dapat memicu terjadinya aerosol, dan menimbulkan risiko penularan COVID-19 melalui airborne. Masa pandemi COVID-19 pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tetap menjadi kebutuhan masyarakat dalam upaya menurunkan angka kesakitan gigi dan mulut. Kita ketahui bahwa Dokter Gigi dan Terapis Gigi dan Mulut sebagai tenaga kesehatan sangat rentan tertular Covid-19 pada saat melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Untuk mencegah penularan dan melindungi petugas dan masyarakat, diperlukan penyesuaian tata laksana pelayanan kesehatan gigi dan mulut baik di Puskesmas, Klinik Pratama maupun Praktik Mandiri Dokter Gigi. Untuk itu dibutuhkan Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada masa pandemi dan masa adaptasi kebiasaan baru, sebagai pedoman bagi semua pihak yang terkait dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP. Juknis ini diharapkan menjadi acuan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP dalam masa pandemi COVID-19 dan pada masa adaptasi kebiasaan baru serta sebagai acuan bagi Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/ Kota dalam memberikan pembinaan dan pendampingan supaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut dapat terselenggara dengan baik dan bermutu.. Saya sampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Petunjuk Teknis ini dan semoga Allah SWT senantiasa menuntun langkah kita untuk dapat bersama sama berkontribusi menuju tatanan normal baru, masyarakat sehat, aman dan produktif. Jakarta, April 2021 Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan. Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D, Sp. THT-KL(K ), MARS Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. v.

(6) vi. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

(7) KATA SAMBUTAN. KETUA KOMITE KESEHATAN GIGI DAN MULUT. Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya, Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru dapat ditetapkan. Sebagaimana diketahui bahwa COVID-19 telah menjadi masalah kesehatan global setelah ditetapkan sebagai pandemi oleh Badan Kesehatan Dunia/ World Health Organization (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020. COVID-19 sudah menyebar di hampir seluruh negara, termasuk Indonesia. Selama 10 bulan terakhir sejak pandemi ditetapkan, kita dihadapkan pada keseharian untuk berdampingan dengan COVID-19 dan kondisi ini masih terus berlanjut hingga beberapa waktu yang belum dapat ditentukan kapan akan berakhir. Menyikapi kondisi tersebut, maka perlu disusun suatu pedoman tatalaksana pelayanan kesehatan gigi dan mulut dengan mengutamakan protokol kesehatan sebagai acuan bagi tenaga kesehatan gigi dan mulut dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sehingga diharapkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada masa pandemi dan adaptasi kebiasaan baru tetap dapat terlaksana dengan menjaga mutu/kualitas pelayanan dan patient safety. Dengan demikian diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan gigi dan mulut di masyarakat. Akhir kata, saya ucapkan apresiasi dan terima kasih kepada Tim Penyusun dan teman sejawat yang telah bahu membahu menyusunnya, semoga buku Petunjuk Teknis ini dapat memberikan manfaat bagi Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota, Puskesmas, Klinik Pratama, Praktik Mandiri Dokter Gigi dan pihak-pihak lain yang terkait pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP. Semoga Allah SWT selalu memberikan kita kekuatan dalam menghadapi Pandemi COVID-19 dan untuk bersama – sama berkontribusi mewujudkan masyarakat yang sehat.. Jakarta, April 2021 Ketua Komite Kesehatan Gigi dan Mulut. drg. Tritarayati, SH, MH.Kes.. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. vii.

(8) viii. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

(9) KATA PENGANTAR. DIREKTUR PELAYANAN KESEHATAN PRIMER. Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNya penyusunan buku Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama pada Adaptasi Kebiasaan Baru, akhirnya dapat diselesaikan. Pedoman ini dibuat untuk memberikan panduan bagi dokter gigi dan terapis gigi dan mulut dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam masa pandemi dan adapatasi kebiasaan baru pasca pandemi COVID-19. Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah merubah tatanan kehidupan masyarakat, karena ancaman virus COVID-19 harus diwaspadai untuk mencegah meningkatnya kembali jumlah kasus, sehingga kebiasaan baru perlu diimplementasikan. Adaptasi kebiasaan baru adalah perubahan perilaku untuk menjalankan aktivitas normal namun dengan tetap menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penularan COVID-19, menyesuaikan dengan pola hidup normal namun mengurangi kontak fisik dengan orang lain, tetap menerapkan protokol kesehatan. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Puskesmas, Klinik Pratama, Dokter Gigi Praktik Mandiri) merupakan pelayanan terdepan dalam penanganan kesehatan gigi dan mulut pada masa pandemi COVID-19 dan Adaptasi Kebiasaan Baru. Dalam menghadapi masa pandemi dan adaptasi kebiasaan baru pelayanan kesehatan gigi di FKTP perlu mempersiapkan protokol pelayanan dalam rangka melayani masyarakat tanpa mengabaikan keselamatan dan kesehatan pasien dan tenaga kesehatan dari resiko penularan COVID-19. Dengan adanya buku Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di FKTP pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru, diharapkan dapat memberikan panduan bagi tenaga kesehatan di FKTP dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Saya menyampaikan terima kasih kepada tim penyusun buku ini, semoga hasil kerja kita bersama dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara dalam upaya menurunkan angka kesakitan gigi dan mulut. Salam Sehat ...... Sehat Indonesia Jakarta, April 2021 Direktur Pelayanan Kesehatan Primer. drg. Saraswati, MPH Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. ix.

(10) x. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

(11) DAFTAR ISI. Sambutan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan ................................................................... Sambutan Ketua Komite Kesehatan Gigi dan Mulut .................................................................. Kata Pengantar ......................................................................................................................................... Daftar Isi ...................................................................................................................................................... Daftar Singkatan ...................................................................................................................................... Daftar Tabel ................................................................................................................................................ Daftar Gambar ........................................................................................................................................... v vii ix xi xiii xiv xv. BAB I. 01 01 02 02 03. PENDAHULUAN ..................................................................................................................... A. Latar Belakang .............................................................................................................. B. Tujuan .............................................................................................................................. C. Ruang Lingkup .............................................................................................................. D. Sasaran ............................................................................................................................ BAB II KONSEP TRANSMISI SARS-CoV-2 DAN DAMPAK INFEKSI COVID-19 PADA PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ............................................ A. Rantai Penularan SARS-CoV-2 ............................................................................... B. Potensi Penularan/Transmisi SARS-CoV-2 dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut .............................................................................................................. C. Gejala Klinis Infeksi COVID-19 .............................................................................. D. Dampak Infeksi COVID-19 pada Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut . E. Upaya Mitigasi Infeksi COVID-19 .......................................................................... BAB III PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PADA PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA ................................................................................................................................. 3.1. TAHAP PERSIAPAN .................................................................................................... A. Pengaturan Aliran Udara dan Ventilasi ..................................................... B. Pengelolaan Air Bersih ..................................................................................... C. Pengaturan dan Pengelolaan Ruangan ..................................................... 3.2. TAHAP SEBELUM KUNJUNGAN PASIEN ............................................................. A. Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien Pra-Kunjungan .................. B. Pengelolaan Penjadwalan Perawatan Pasien ........................................ 3.3. TAHAP SAAT KUNJUNGAN PASIEN ..................................................................... A. Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien Saat Kunjungan ................ B. Penerapan Kewaspadaan Isolasi ................................................................. 1. Kewaspadaan Standar ............................................................................. 2. Kewaspadaan Transmisi ......................................................................... Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. 04 04 05 06 08 08. 11 13 13 20 20 23 23 27 30 30 31 32 50 xi.

(12) 3.4. TAHAP SETELAH KUNJUNGAN PASIEN ............................................................. A. Pembersihan Lingkungan Kerja ................................................................... B. Pengelolaan Peralatan Medis ........................................................................ C. Pengelolaan Limbah Medis ............................................................................ BAB IV MANAJEMEN PEMBIAYAAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI FKTP .................................................................................................................................... BAB V PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM) PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU .......................................................................... A. USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS) ........................................................ B. USAHA KESEHATAN GIGI MASYARAKAT (UKGM) ............................................ BAB VI PEMBINAAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI FKTP PADA MASA ADAPATASI KEBIASAAN BARU .. A. Pembinaan ..................................................................................................................... B. Pemantauan dan Evaluasi ....................................................................................... BAB VII PENUTUP ................................................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. LAMPIRAN ................................................................................................................................................. xii. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. 56 56 59 65 69 72 73 81 85 85 85 86 87 97.

(13) DAFTAR SINGKATAN. WHO. World Health Organization. CDC. Center for Disease Control. COVID-19. Corona Virus Disease 2019. KKMMD. Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia. PHEIC. Public Health Emergency of International Concern. FKTP. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. FKRTL. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut. PPI. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. APD. Alat Pelindung Diri. HVE. High Volume Evacuator. BMHP. Bahan Medis Habis Pakai. ROP. Re-Order Point. PHBS. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. SARS-CoV-2. Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2. ASPAK. Aplikasi Sarana Prasarana Alat Kesehatan. SIRANAP. Sistem Rawat Inap. SIRAJAL. Sistem Rawat Jalan. SIRS. Sistem Informasi Rumah Sakit. NCC. National Command Center. ITPH. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan. ABHR. Alcohol-Based Hand Rubs. TGM. Terapis Gigi dan Mulut. ASTM. Americans Standard Testing and Materials. CTPS. Cuci Tangan Pakai Sabun. NIOSH. The National Institute for Occupational Safety and Health. EPA. Environmental Protection Agency. HEPA. High Efficiency Particulate Air. CDRA. Clean Air Delivery Rate. CFM. Cubic Feet per Minute. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. xiii.

(14) DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tabel 3.12 Tabel 3.13 Tabel 3.14 Tabel 3.15 Tabel 3.16 Tabel 3.17 Tabel 3.18 Tabel 3.19 Tabel 4.1 Tabel 5.1 Tabel 5.2. xiv. Karakteristik Bioaerosol ............................................................................................ Formulir Pendataan Penulusuran Kontak Pasien COVID-19 ........................ Kerangka Kerja PPI Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru ........................................................................................... Kategori Tingkat Risiko Pekerjaan dan Tindakan Dalam Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut .......................................................................................... Rekomendasi ACH untuk Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut .................. Durasi Waktu Kerja HEPA Filter berdasarkan ACH .......................................... Ruang Lingkup Teledentistry .................................................................................... Kategori Kebersihan Tangan (hand hygiene) ...................................................... Macam dan Indikasi Penggunaan Penutup Kepala (Head Cap) .................... Ketentuan dan Indikasi Penggunaan Goggles dan Face Shield ...................... Kategori Sarung Tangan Medis (Medical Gloves) .............................................. Kategori Masker dan Perbedaannya ...................................................................... Kategori Masker Respirator Tipe Particulate .................................................... Metode Dekontaminasi Masker N95 ..................................................................... Klasifikasi Pakaian Kerja menurut AAMI & FDA .............................................. Klasifikasi Sepatu Pelindung .................................................................................... Strategi Mengurangi Paparan Droplet di Kedokteran Gigi .............................. Spesifikasi High Vacuum Evacuator ....................................................................... Tahapan Dekontaminasi Peralatan Medis .......................................................... Klasifikasi Dekontaminasi berdasarkan macam barang yang terkontaminasi ............................................................................................................... Daftar Disinfektan yang efektif untuk menginaktivasi virus SARS-CoV-2 Contoh Pengelolaan BMHP ........................................................................................ Penyesuaian dan Penundaan Kegiatan UKGS ..................................................... Daftar Program Promosi Kesehatan Berbasis Web .......................................... Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. 06 09 11 12 16 18 24 32 36 37 39 39 40 45 47 49 51 55 60 61 62 70 73 84.

(15) DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Gambar 2.2. Rantai Transmisi Infeksi Sars-CoV-2 ............................................................... Ilustrasi Rute Transmisi Bioaerosol di Ruang Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut ........................................................................................................... Gambar 2.3 Ilustrasi Gejala Klinis Infeksi COVID-19 ......................................................... Gambar 2.4 Contoh Manifestasi Oral Infeksi COVID-19 ................................................... Gambar 3.1 Skema Perencanaan dan Aksi Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut di Masa Adaptasi Baru .......................................................................................... Gambar 3.2 Elemen Utama dari Prinsip Ventilasi yang mempengaruhi Transmisi Airborne ...................................................................................................................... Gambar 3.3 Ilustrasi Sistem Ventilasi Bangunan ................................................................ Gambar 3.4 Rumus Perhitungan Ventilation Rate Minimal ............................................ Gambar 3.5 Simulasi Perhitungan Pertukaran Udara per jam (ACH) ........................ Gambar 3.6 Contoh Air Extractor atau Exhaust Fan ........................................................... Gambar 3.7 Ilustrasi Penempatan Ventilasi Mekanik di Ruang Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut .................................................................................... Gambar 3.8 Instalasi HEPA Filter .............................................................................................. Gambar 3.9 Contoh Pemasangan Pembatas Meja Konsultasi Dokter Gigi-Pasien .... Gambar 3.10 Pengaturan Zona dalam Ruang Pelepasan (Doffing) APD ....................... Gambar 3.11 Zona pelepasan APD dalam Ruang Pelepasan (Doffing) APD .............. Gambar 3.12 Contoh Media Teledentistry (sehatpedia, Kemenkes) .............................. Gambar 3.13 Skema Alur Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut di Masa Adaptasi Baru ............................................................................................................................... Gambar 3.14 Skema Alur Seleksi Prioritas Kebutuhan Perawatan Pasien ................. Gambar 3.15 Contoh Skema Alur Seleksi Prioritas Kebutuhan Perawatan Pasien ..... Gambar 3.16 Kategori Tindakan Perawatan Kedokteran Gigi Berdasarkan Kegawatdaruratan .................................................................................................. Gambar 3.17 Skema Alur Penentuan Jeda Waktu Antarpasien - Tindakan Aerosol Risiko Tinggi .............................................................................................................. Gambar 3.18 Skema Alur Penapisan (Skrining Kedua) Kunjungan Pasien di FKTP ... Gambar 3.19 Penerapan Kewaspadaan Isolasi ...................................................................... Gambar 3.20 Lima Momen Kebersihan Tangan ..................................................................... Gambar 3.21 Akses Sarana Kebersihan Tangan ..................................................................... Gambar 3.22 Rekomendasi APD untuk Tenaga Kesehatan Gigi dan Mulut ................ Gambar 3.23 Tata Cara Memakai (donning) dan melepas (doffing) goggles dan face shields .................................................................................................................. Gambar 3.24 Cara Identifikasi Keaslian Masker N95 ........................................................... Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. 05 06 07 07 12 13 14 15 15 16 17 19 21 23 23 25 25 27 28 29 29 30 31 33 34 35 38 40 xv.

(16) Gambar 3.25 Gambar 3.26 Gambar 3.27 Gambar 3.28 Gambar 3.29 Gambar 3.30 Gambar 3.31. Tahapan Pemakaian Masker N95 ..................................................................... Tahapan Pelepasan Masker N95 ....................................................................... Ilustrasi Tahapan Penyimpanan Masker N9 ................................................. Simulasi Rotasi Masker N95 ............................................................................... Evaluasi Kondisi Masker N95 ............................................................................. Dekontaminasi Masker N95 dengan Metode Dry Heat .............................. Dekontaminasi Masker N95 menggunakan Mesin Penghangat Selimut Rumah Sakit .............................................................................................. Gambar 3.32 Cara Meletakkan Masker N95 Untuk Persiapan Dekontaminasi dengan UVGI .............................................................................................................. Gambar 3.33 Rekomendasi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ............................... Gambar 3.34 Rubber Dam Kit ......................................................................................................... Gambar 3.35 Contoh Manajemen Aerosol dan Air Menggunakan Teknologi HVE Mirror System ........................................................................................................... Gambar 3.36 Contoh Manajemen Aerosol Menggunakan Intra Oral HVE .................... Gambar 3.37 Contoh Manajemen Aerosol Menggunakan Extra Oral HVE ..................... Gambar 3.38 Tempat Sampah di Ruang Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut ........ Gambar 3.39 Contoh Spill Kit ......................................................................................................... Gambar 3.40 Skema Alur Dekontaminasi Peralatan Medis di FKTP ............................... Gambar 3.41 Contoh Peralatan Desinfeksi Tingkat Tinggi ................................................ Gambar 3.42 Contoh Pengemasan Peralatan Medis ............................................................. Gambar 3.43 Contoh Alat Sterilisator Uap ............................................................................... Gambar 3.44 Contoh Alat Sterilisator Panas Kering ............................................................ Gambar 3.45 Desain Fasilitas/Unit Dekontaminasi Satu Kamar ................................... Gambar 3.46 Ember bertutup Sebagai Tempat Merendam Linen atau APD Bekas Pakai ............................................................................................................................. Gambar 3.47 Kotak Tempat Pembuangan Limbah Tajam .................................................. Gambar 4.1 Reorder Point Curve ................................................................................................ Gambar 5.1 Implementasi Penyuluhan menggunakan metode Pesan Berseri ...... Gambar 5.2 Lima Posisi Foto Intra Oral yang Diperlukan Utk Telediagnosis/ Telesurvey ................................................................................................................... Gambar 5.3 Kuesioner Kesehatan gigi dan Mulut Anak yang Telah Diunggah dalam Bentuk Formulir Daring .......................................................................... Gambar 5.4 Cara Mengeluarkan Pasta Gigi ........................................................................... Gambar 5.5 Setiap peserta perlu menjaga jarak selama kegiatan UKGS ..................... xvi. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. 41 41 43 43 44 46 46 47 50 52 54 54 55 58 59 60 62 63 64 64 65 68 68 71 74 76 78 79 80.

(17) DISCLAIMER Buku Petunjuk Teknis ini disusun mengacu pada beragam informasi terkini yang didapatkan saat buku ini ditulis dan diterbitkan. Namun mengingat perkembangan informasi terkait COVID-19 di dunia setiap saat senantiasa diperbaharui maka informasi yang tercantum dalam buku ini dapat berbeda untuk menyesuaikan dengan informasi yang terkini.. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. xvii.

(18) xviii. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

(19) BAB I. PENDAHULUAN A.. Latar Belakang Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 atau (SARS-CoV-2), yang diidentifikasi pertama kali di kota Wuhan, Cina pada akhir bulan Desember 2019. Penyakit ini menular dari orang ke orang dan berkembang menjadi wabah di seluruh dunia sehingga pada tanggal 30 Januari 2020, World Health Organization (WHO) menetapkan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD) atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) lalu pada tanggal 11 Maret 2020 ditetapkan sebagai pandemi dunia. Pemerintah telah menetapkan COVID-19 sebagai penyakit yang menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat di Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat COVID-19, yang kemudian diperbaharui dengan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-Alam Penyebaran COVID-19 Sebagai Bencana Nasional. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 9A Tahun 2020, yang diperbaharui dengan Keputusan nomor 13A Tahun 2020, mengenai ketetapan Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia, maka wajib dilakukan langkah tanggap darurat COVID-19 serta upaya pencegahan dan pengendalian penyebaran COVID-19. Tingginya penambahan dan penyebaran kasus COVID-19 di Indonesia berdampak pada semua aspek kehidupan masyarakat. Tidak hanya di bidang kesehatan, pandemi COVID-19 juga mempengaruhi aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta kesejahteraan masyarakat Indonesia. Beberapa langkah strategis penanggulangan COVID-19 dilakukan untuk memutus rantai penularan melalui penetapan berbagai kebijakan pemerintah, salah satunya adalah adaptasi kebiasaan baru. Masa adaptasi kebiasaan baru diartikan sebagai tatanan perilaku yang memungkinkan masyarakat untuk tetap menjalankan aktivitas sehari-harinya berdampingan dengan COVID-19. Pelayanan kesehatan adalah bidang yang paling terdampak pandemi COVID-19. Tingginya tingkat penularan dan jumlah kasus COVID-19 tidak sebanding dengan tingkat kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan dalam merespon gelombang pandemi secara cepat dan tepat. Survey WHO menyebutkan bahwa pandemi COVID-19 berimbas pada terganggunya akses pelayanan masyarakat yang membutuhkan pemeriksaan dan pengobatan selain kasus COVID-19 di fasilitas pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Tindakan medis dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut dapat memicu terjadinya droplets dan aerosol, contohnya penggunaan ultrasonic scaling dan high speed. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. 01.

(20) air driven handpiece, yang berpotensi meningkatkan risiko penularan COVID-19 melalui udara. Oleh karena itu, diperlukan penyesuian penyelenggaraan pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Mengingat akhir pandemi COVID-19 tidak dapat dipastikan, Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) harus mampu beradaptasi memenuhi kebutuhan masyarakat di tengah pandemi COVID-19, baik dalam bentuk pemenuhan sumber daya dan pengaturan sistem/alur pelayanan. Setiap penanggung jawab FKTP harus memastikan bahwa semua pelayanan, termasuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut, tersedia untuk masyarakat secara optimal tanpa mengabaikan keselamatan petugas kesehatan dan masyarakat yang dilayani. Dalam upaya mencegah penularan dan melindungi petugas dan masyarakat, diperlukan penyesuaian tata laksana pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP (Puskesmas, Klinik Pratama, Praktik Mandiri Dokter Gigi). Saat ini terdapat 10.166 Puskesmas (berdasarkan Kepmenkes 9853 tahun 2020 tentang Data Puskesmas Terregistrasi Semester 1 Tahun 2020), 7920 Klinik Pratama serta 7504 Praktik Mandiri Dokter Gigi (berdasarkan Risfaskes 2019) yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Oleh karena itu, perlu disusun Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di FKTP pada masa pandemi dan adaptasi kebiasaan baru, sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Petunjuk Teknis ini diharapkan juga menjadi acuan bagi Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dalam rangka pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Tersedianya petunjuk teknis sebagai acuan FKTP dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada masa adaptasi kebiasaan baru. 2. Tujuan Khusus a. Memberikan acuan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP pada masa adaptasi kebiasaan baru sebagai upaya perlindungan kepada tenaga kesehatan gigi dan mulut serta masyarakat. b. Memberikan acuan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP c. Memberikan acuan bagi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melakukan pembinaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP. C.. Ruang Lingkup Ruang lingkup Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di FKTP pada masa pandemi COVID-19 dan adaptasi kebiasaan baru ini meliputi: 1. Konsep Transmisi SARS-CoV-2 dan Dampak Infeksi COVID-19 pada Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 02. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

(21) 2.. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di FKTP. 3. Manajemen Logistik Bahan Kedokteran gigi. 4. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) pada masa adaptasi kebiasaan baru di FKTP. 5. 5.Pembinaan, Pemantauan dan Evaluasi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di FKTP pada masa Adapatasi Kebiasaan Baru D. Sasaran 1. FKTP yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut 2. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota 3. Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota 4. Lintas Kementerian/Lembaga 5. Lintas Program di Kementerian Kesehatan. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. 03.

(22) BAB II. KONSEP TRANSMISI SARS-CoV-2 DAN DAMPAK INFEKSI COVID-19 PADA PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT Sejak World Health Organization (WHO) mendeklarasikan pandemik global penyakit COVID-19 di bulan Maret 2020, FKTP yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang memerlukan beberapa perubahan signifikan dalam pelaksanaan pelayanannya untuk mencegah dan memutus mata rantai penularan virus SARS-CoV-2. Studi menunjukkan reseptor Angiotensin-Converting Enzyme 2 (ACE2) terdeteksi di kelenjar saliva dan mukosa lidah, artinya virus SARS-CoV-2 masuk melalui saluran pernafasan menuju rongga mulut dan dapat terdistribusi melalui paparan droplets dan aerosol pada tubuh atau wajah tenaga kesehatan gigi dan mulut serta pasien.1 Selain batuk, bersin atau bernafas cepat, aktivitas berbicara saat konsultasi tatap muka dokter dengan pasien dan tindakan perawatan gigi dinyatakan sebagai salah satu cara transmisi infeksi.2 Oleh karena itu, dokter gigi merupakan salah satu profesi yang berisiko tinggi untuk tertular dan menyebarkan virus SARSCoV-2 karena berkontak erat (jarak intim radius 0-45 cm) dengan pasien dan terpapar droplets atau aerosol dari tindakan yang dilakukan.3 A.. Rantai Penularan SARS-CoV-2 Untuk memutus mata rantai penularan virus penyebab COVID-19, perlu dipahami 6 (enam) komponen rantai penularan atau rantai infeksi (chain of infection) COVID-19 agar upaya pencegahan dan pengendalian infeksi COVID-19 dapat dilaksanakan dengan baik, yaitu : 1. Agen infeksi (infectious agent) COVID-19 adalah severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2).2 2. Wadah/sumber agen infeksi (reservoir) adalah habitat dimana agen infeksi (SARSCoV-2) dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak. Berdasarkan studi, reservoir SARS-CoV-2 adalah manusia (saluran pernapasan atas dan bawah, kelenjar saliva, saluran pencernaan), binatang dan lingkungan (permukaan benda yang terpapar bioaerosol, air limbah).1, 2, 4 3. Pintu keluar (portal of exit) adalah lokasi agen infeksi (SARS-CoV-2) meninggalkan reservoir, yaitu melalui saluran pernafasan (droplets yang keluar dari hidung dan mulut saat berbicara/bersin/batuk, atau tindakan yang menghasilkan aerosol), saluran pencernaan dan diduga transplasenta.5, 6 4. Cara penularan (mode of transmission) adalah cara agen infeksi (SARS-CoV-2) berpindah dari sumber agen infeksi (reservoir) ke pejamu rentan (susceptible host), yaitu kontak langsung, kontak tidak langsung (melalui tangan/peralatan medis/ permukaan benda yang terkontaminasi bioaerosol), vehikulum, vektor dan diduga melalui fecal-oral (bila kondisi sanitasi dan lingkungan kurang baik).7-10 04. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

(23) 5. 6.. terkontaminasi bioaerosol), vehikulum, vektor dan diduga melalui fecal-oral (bila kondisi. Pintu sanitasi dan lingkungan kurang baik). masuk (portal of entry) adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang 5. Pintu masuk (portal of entry) adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang rentan, rentan, dalam hal ini melalui mata (konjungtiva), mukosa hidung dan mulut. dalam hal ini melalui mata (konjungtiva), mukosa hidung dan mulut. Pejamu rentan (susceptible host) adalah seseorang dengan kekebalan tubuh 6. Pejamu rentan (susceptible host) adalah seseorang dengan kekebalan tubuh menurun menurun sehingga tidak mampu melawan agen infeksi (SARS-CoV-2). Pejamu rentan sehingga tidak mampu melawan agen infeksi (SARS-CoV-2). Pejamu rentan infeksi COVID-19 infeksi COVID-19 adalah laki-laki dan perempuan segala usia yang memiliki riwayat adalah laki-laki dan perempuan segala usia yang memiliki riwayat penyakit kronis (diabetes penyakit kronis (diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular, hipertensi, kelainan mellitus, penyakit kardiovaskular, hipertensi, kelainan pada hati dan ginjal), status gizi buruk, pada hati dan ginjal), status gizi buruk, riwayat pengobatan dengan imunosupresan riwayat pengobatan dengan imunosupresan dan kondisi lainnya yang mengakibatkan dan kondisi lainnya yang mengakibatkan kekebalan tubuh menurun. 7-10. kekebalan tubuh menurun.. B.. 2, 9, 11 2, 9, 11 Gambar 2.1. Rantai Transmisi Infeksi SARS-CoV-2 Gambar 2.1. Rantai Transmisi Infeksi SARS-CoV-2. B. Potensi Penularan/Transmisi SARS-CoV-2 dalam Pelayanan Kesehatan Gigi. Potensi Penularan/Transmisi SARS-CoV-2 dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut dan Mulut WHO-CDC (2020) menyatakan bahwa transmisi virus SARS-CoV-2 terjadi bila seseorang WHO-CDC (2020) menyatakan bahwa transmisi virus SARS-CoV-2 terjadi bila seseorang sehat menghirup droplets atau aerosol secara langsung dalam jarak dekat (berkontak sehat menghirup droplets atau aerosol secara langsung dalam jarak dekat (berkontak erat) dari erat) dari seseorang yang terkonfirmasi positif baik bergejala maupun tidak, ataupun seseorang yang terkonfirmasi positif baik bergejala maupun tidak, ataupun berkontak tidak berkontak tidak langsung dengan permukaan yang terkontaminasi virus.16, 17 langsung dengan permukaan yang terkontaminasi virus.16 17 Tindakan kedokteran gigi yang dilaksanakan dalam pelayanan kesgilut berpotensi. Tindakanmenularkan kedokteran gigi yang dilaksanakan dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut virus SARS-CoV-2 kepada dokter gigi, tenaga pelaksana lainnya, pasien atau berpotensi menularkan virus SARS-CoV-2 kepada dokter gigi, tenaga pelaksana lainnya, pengunjung. Tingkat resiko tertular virus SARS-CoV-2 pada dokter gigi termasuk dalam kategori pasien atau Tingkat resiko tertular virus SARS-CoV-2 resiko pengunjung. sangat tinggi, karena pekerjaan dokter gigi berkontak erat dengan pasien dan pada banyak dokter gigi termasukmenggunakan peralatan yang berpotensi menimbulkan aerosol dalam beberapa tindakan seperti dalam kategori resiko sangat tinggi, karena pekerjaan dokter gigi berkontak erat dengan pasien dan banyak menggunakan yang berpotensi menimbulkan 2 Ketika aerosol preparasi gigi, pembersihan kalkulus (scaling) dan peralatan tindakan bedah mulut. aerosol dalam beberapa tindakan seperti preparasi gigi, pembersihan kalkulus menyatu dengan cairan darah dan saliva dalam rongga mulut maka akan menghasilkan (scaling) dan tindakan bedah mulut.2 Ketika aerosol menyatu dengan cairan darah dan saliva 17 dalam rongga mulut maka akan menghasilkan bioaerosol, yaitu aerosol infeksius yang mengandung bakteri, jamur dan virus dan mampu melayang di udara dalam kurun waktu tertentu. Bioaerosol yang dihasilkan dari pasien yang terinfeksi COVID-19 dapat menjadi sumber penularan infeksi jika terhirup oleh tenaga kesehatan gigi dan mulut dan atau pasien lain (Tabel 2.1).12, 13 Tindakan lain yang juga menghasilkan bioaerosol adalah penggunaan air-water/three way syringe, prophylaxis cups, proses grinding model gipsum menggunakan mesin trimmer, dan pemolesan gigi tiruan menggunakan mesin poles.. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. 05.

(24) dan atau pasien lain (Tabel 2.1).12, 13 Tindakan lain yang juga menghasilkan bioaerosol adalah. penggunaan air-water/three way syringe, prophylaxis cups, proses grinding model gipsum penggunaan air-water/three way syringe, prophylaxis cups, proses grinding model gipsum. menggunakan mesin trimmer, dan pemolesan gigi tiruan menggunakan mesin poles. menggunakan mesin trimmer, dan pemolesan gigi tiruan menggunakan mesin poles. . 14, 15 14, 15 Tabel 2.1 Karakteristik Bioaerosol Tabel 2.1 Karakteristik Bioaerosol 14, 15 Tabel 2.1 Karakteristik Bioaerosol. Gambar 2.2 Ilustrasi Rute Transmisi Bioaerosol di Ruang Pelayanan Kesehatan 7, 18, 19 gigi dan mulut7, 18, 19 Gambar 2.2 Ilustrasi Rute Transmisi Bioaerosol di Ruang Pelayanan Kesgilut. C.. C. Gejala Klinis Infeksi COVID-19. Gambar 2.2 Ilustrasi Rute Transmisi Bioaerosol di Ruang Pelayanan Kesgilut7, 18, 19. Gejala Klinis Infeksi COVID-19. Gejala klinis COVID-19 dapat terjadi dari ringan, sedang, sampai berat, dan tidak sedikit C. Gejala Klinis Infeksi COVID-19 Gejala klinis COVID-19 dapat terjadi dari ringan, sedang, sampai berat,Setiap dan orang tidak sedikit orang yang terkonfirmasi positif COVID-19 tidak mengalami gejala apapun. orang memiliki yang terkonfirmasi positif COVID-19 tidak mengalami gejala apapun. Setiap orang Gejala klinis tubuh COVID-19 dapat terjadi dari ringan, sedang, sampai dan sedikit Penting bagi berat, dokter gigi tidak untuk respon yang berbeda terhadap COVID-19. memiliki respon tubuh yangpositif berbeda terhadap COVID-19. Penting bagi dokter untuk orang yang terkonfirmasi COVID-19 tidak mengalami gejala apapun. Setiapgigi orang memahami periode inkubasi virus SARS-CoV-2 dan gejala klinis infeksi COVID-19 agar mampu memahami periode inkubasi virus SARS-CoV-2 dan gejala klinis infeksi COVID-19 agar mendeteksi kondisi kesehatan pasien sedini mungkin. CDC (2020) menyatakan bahwa periode memiliki respon tubuh yang berbeda terhadap COVID-19. Penting bagi dokter gigi untuk mampu mendeteksi kondisi kesehatan pasien sedini mungkin. CDC (2020) menyatakan inkubasi virus SARS-CoV-2 adalah rerata 5-6 hari dalam kurun waktu 1-14 hari, terhitung mulai memahami periode inkubasi virus SARS-CoV-2 dan gejala klinis infeksi COVID-19 agar mampu bahwa periode inkubasi virus SARS-CoV-2 adalah rerata 5-6 hari dalam kurun waktu 1-14 mendeteksi kondisi kesehatan pasien sedini mungkin. CDC (2020) menyatakan bahwa periode 18 hari, terhitung mulai terpapar virus hingga timbul gejala klinis infeksi COVID-19. Pada inkubasi virus SARS-CoV-2 adalah rerata 5-6 hari dalam kurun waktu 1-14 hari, terhitung mulai beberapa kasus, dilaporkan adanya penularan virus SARS-CoV-2 dari seseorang yang terinfeksi namun belum menunjukkan gejala (presimtomatik) kepada orang lain 18 yang sehat dikarenakan tingginya konsentrasi virus pada sekret saluran pernafasan. Selain itu dilaporkan juga bahwa seseorang asimtomatik dan simtomatik COVID-19, memiliki viral load yang serupa sehingga keduanya sangat berpotensi untuk menularkan virus SARSCoV-2. Demam, batuk dan fatigue/kelelahan merupakan gejala yang paling umum terjadi pada orang yang terinfeksi COVID-19. Gejala penyerta lainnya adalah nyeri kepala, diare, hidung tersumbat, hilang penciuman dan pembauan, nyeri abdominal, mual muntah, nyeri dada, pilek (rhinorrhoea) nyeri tenggorakan (pharyngalgia) atau ruam kulit. Kurang lebih 90% pasien COVID-19, menunjukkan lebih dari satu gejala klinis utama dan penyerta (merujuk pada KMK No. HK.01.07/MENKES/413/20). 06. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

(25) COVID-19, menunjukkan lebih dari satu gejala klinis utama dan penyerta (merujuk pada KMK No.. HK.01.07/MENKES/413/20).. Gambar 2.3. Ilustrasi Gejala Klinis Infeksi COVID-1919 Gambar 2.3. Ilustrasi Gejala Klinis Infeksi COVID-1919. Rongga mulut merupakan salah satu reservoir berbagai mikroorganisme patogen dan dapat. Rongga mulut merupakan salah satu reservoir berbagai mikroorganisme patogen dan memperlihatkan manifestasi oral berbagai penyakit.20 Reseptor ACE2 yang terdapat di sel epitel dapat memperlihatkan manifestasi oral berbagai penyakit.20 Reseptor ACE2 yang terdapat kelenjar saliva dan lidah merupakan reseptor utama virus SARS-CoV-2, dimana ekspresi ACE2 di sel epitel kelenjar saliva dan lidah merupakan reseptor utama virus SARS-CoV-2, dimana 21, 22 Akan tetapi hingga ekspresi ACE2 pada kelenjar saliva minor lebih tinggi dibandingkan pada organ paru.21,22 pada kelenjar saliva minor lebih tinggi dibandingkan pada organ paru. Akan tetapi hingga saat ini, keberadaan lesi di rongga mulut belum dapat dipastikan saat ini, keberadaan lesi di rongga mulut belum dapat dipastikan sebagai indikator awal gejala sebagai indikator awal gejala klinis infeksi COVID-19.23 Kajian lebih lanjut masih sangat klinis infeksi COVID-19.23 Kajian lebih lanjut masih sangat diperlukan untuk memastikan apakah diperlukan untuk memastikan apakah lesi pada rongga mulut pasien diakibatkan oleh lesi pada rongga mulut pasien diakibatkan oleh infeksi virus SARS-CoV-2 (direct viral infection) infeksi virus SARS-CoV-2 (direct viral infection) atau akibat dari memburuknya kondisi atau akibat dari memburuknya kondisi sistemik pasien (infeksi oportunistik), ataukah sebagai sistemik pasien (infeksi oportunistik), ataukah sebagai efek samping pengobatan infeksi 24 Dokter gigi tetap harus mewaspadai keberadaan keberadaan lesi di rongga mulut dan COVID-19.24 Dokter gigi tetap harus mewaspadai efek samping pengobatan infeksi COVID-19. disarankan untuk berkonsultasi kepada Spesialis Penyakit Mulut, apabila menemukan kondisi mukosa mulut yang meragukan. 19. Gambaran lesi enanthem pada mukosa labial dan palatal yang disertai deskuamasi gingiva pada pasien terkonfirmasi positif COVID-19 Gambar 2.4. Contoh Manifestasi Oral Infeksi COVID-1925 Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. 07.

(26) D. Dampak Infeksi COVID-19 pada Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Infeksi yang didapat di fasilitas pelayanan kesehatan dapat berkembang dan menciptakan serangkaian masalah baru bagi pasien dan tenaga kesehatan sehingga menjadi risiko dan ancaman bagi kelangsungan hidup mereka. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan/ ITPH (Healthcare Associated Infections) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, dimana saat pasien datang tidak terdapat infeksi dan tidak sedang dalam periode inkubasi (termasuk infeksi dalam rumah sakit), namun infeksi timbul setelah pasien pulang. Menurut CDC sekitar satu dari 25 pasien memiliki infeksi yang didapatkan di pelayanan kesehatan. ITPH juga terjadi karena risiko pekerjaan, khususnya pada tenaga kesehatan gigi dan mulut yang melaksanakan proses pelayanan kesehatan di FKTP. Tindakan medis/invasif sederhana yang dilakukan kepada pasien, berisiko menimbulkan infeksi apabila standar prosedur pelayanan kesehatan diabaikan. Berbagai permasalahan yang timbul selama masa pandemi COVID-19, antara lain:27, 28 1. Meningkatnya jumlah dokter gigi yang terpapar virus SARS-CoV-2, akibat penggunaan alat pelindung diri (APD) tidak sesuai standar dan ketersediaan infrastruktur yang kurang memadai. 2. Meningkatnya potensi transmisi nosokomial virus SARS-CoV-2 terhadap dokter gigi, pasien dan petugas lainnya saat pelayanan berlangsung. 3. Menurunnya status kesehatan gigi dan mulut masyarakat karena meningkatnya insidens penyakit/kelainan gigi dan mulut yang tidak dirawat. 4. FKTP hanya memberikan pelayanan untuk kasus emergensi sehingga permasalahan kesehatan gigi dan mulut pasien tidak tertangani, menyebabkan produktifitas pasien menurun dan pasien tidak mampu bekerja secara optimal. 5. Menurunnya produktifitas sumber daya dan kemampuan pembiayaan fasilitas kesehatan karena membatasi pelayanan yang diberikan. 6. Memicu timbulnya permasalahan finansial akibat penurunan produktifitas kerja tenaga kesehatan gigi dan mulut. 7. Memicu timbulnya masalah kesehatan mental tenaga kesehatan gigi dan mulut seperti ansietas atau cemas berlebih dll. 8. Memberikan citra buruk bagi fasilitas pelayanan kesehatan bahkan kerugian materiil akibat ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan yang tidak optimal yang disertai penuntutan ke ranah hukum . E.. Upaya Mitigasi Infeksi COVID-19 Upaya mitigasi untuk memutus mata rantai infeksi dan mengurangi dampak penyebaran infeksi COVID-19 dilakukan melalui beberapa strategi yaitu:52 1. Mitigasi Klinis (Clinical Mitigation) Merupakan strategi mitigasi yang memastikan adanya penanganan adekuat pada pasien yang terinfeksi COVID-19 dan membutuhkan perawatan (baik kasus ringan hingga parah), serta memastikan keberlangsungan pelayanan kesehatan non-COVID-19 tetap berjalan dengan optimal di masa adaptasi kebiasaan baru. 08. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

(27) 2.. 3.. Dalam hal ini perlu memperhatikan penerapan kewaspadaan isolasi yang meliputi kewaspadaan standar dan transmisi. Mitigasi Komunitas (Community Mitigation) Merupakan aksi untuk memutus mata rantai penyebaran infeksi COVID-19 melalui berbagai program dan kegiatan yang dilakukan oleh individu perorangan, komunitas masyarakat, petugas kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan secara bersama-sama dengan dukungan dari Kementerian Kesehatan. Pencatatan dan Pelaporan (Contact Tracing) Merupakan upaya mitigasi untuk memperlambat dan memutus mata rantai penyebaran infeksi COVID-19 melalui penelusuran kontak erat, melalui langkahlangkah berikut: a. Melakukan pelaporan hasil pemeriksaan pasien yang telah terkonfirmasi positif COVID-19 (berdasar hasil RT-Antigen atau RT-PCR positif) maksimal dalam kurun waktu 1x24 jam ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten agar dapat ditindaklanjuti oleh pemerintah. Tabel 2.2. Formulir Pendataan Penelusuran Kontak Pasien COVID-1953 Nomer Indek Kasus Konfirmasi/ primer1. INOCOVID #1. Nomer Identifikasi Kontak2. Nama Lengkap. Jenis Kelamin (L/P). Usia. No. HP. Alamat Lengkap Jalan. Desa. Kecamatan. Kabupaten. Kategori Kontak3. Tanggal Kontak/ Paparan. Hubungan dengan kasus. APD yang dipakai4. Durasi5. K1 K2. Keterangan: 1 Nomer Indeks kasus konfirmasi misal INOCOVID#1 2 Nomer Identifikasi kontakmisalnya K1 merujuk pada kontak nomer 1 3 Kategori kontak: kontak rumah tangga, rumah sakit, puskesmas, klinik, rekan kerja, sosial (di restoran misalnya), sekolah, satu kendaraan 4 Jika menggunakan APD terutama kategori kontak fasilitas layanan kesehatan (rumah sakit, IGD, puskesmas, klinik): masker, bedah, sarung tangan, masker N95, dll 5 Perkiraan lama kontak misalnya 5 menit, 1 jam dsb **. Tambahan informasi: Nomor indeks kasus konfirmasi adalah nomor pasien terkonfirmasi positif COVID-19 melalui RTAntigen atau RT-PCR (INOCOVID); K1 atau K2 dan seterusnya adalah kode orang dengan riwayat berkontak dengan pasien positif COVID-19 (INOCOVID); APD yang dipakai adalah yang digunakaan oleh K1 atau K2 dan seterusnya saat berkontak dengan INOCOVID.. b. Melakukan monitoring pada pasien suspek/probabel COVID-19 melalui aplikasi teknologi komunikasi digital, hingga pasien dinyatakan negatif/positif infeksi COVID-19. Jika pasien dinyatakan negatif, maka formulir yang telah diisi dapat diabaikan. Jika pasien dinyatakan positif, maka laporkan isian formulir ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dalam waktu 1x24 jam agar dapat ditindaklanjuti oleh pemerintah. Mohon agar para Dokter Gigi yang melakukan praktik untuk menyimpan nomor Call Centre Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten setempat. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. 09.

(28) c. Melakukan monitoring kondisi kesehatan petugas dan menerapkan kebijakan kembali bekerja pada tenaga kesehatan pasca terkonfirmasi positif infeksi COVID-19 yang mengacu pada KEPMENKES No. HK.01.07-MENKES-413-2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19.. 10. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

(29) BAB III. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PADA PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) terutama pada masa adaptasi kebiasaan baru merupakan salah satu upaya mitigasi klinis untuk memutus mata rantai penularan virus SARSCoV-2, melindungi dan meminimalkan terjadinya infeksi COVID-19 ataupun ITPH pada tenaga kesehatan, pasien/pengunjung yang menerima pelayanan kesehatan, serta masyarakat di sekitarnya. Profesi dokter gigi dinilai berisiko tinggi untuk terinfeksi dan dapat menjadi agen transmisi silang (cross infection) mikroorganisme patogen kepada pasien, terapis gigi dan mulut (TGM), teknisi laboratorium teknik kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya, terutama saat melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena itu, PPI wajib dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan di setiap FKTP yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Selama masa adaptasi kebiasaan baru, pelayanan kesehatan gigi dan mulut dapat dilakukan setelah mempertimbangkan secara seksama kondisi pasien dan risiko yang dihadapi baik oleh pasien maupun tenaga kesehatan gigi dan mulut, menyesuaikan dengan ketersediaan alat pelindung diri (APD) dan sarana penunjang PPI lainnya serta tingkat penyebaran infeksi COVID-19 di komunitas setempat.29 Apabila terdapat keterbatasan pemenuhan APD dan sarana prasarana di FKTP, maka pelayanan kesehatan gigi dan mulut diprioritaskan hanya untuk pasien kasus emergensi dan urgen (khusus tindakan non-aerosol/invasif minimal).16 Tabel 3.1. Kerangka Kerja PPI Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru16, 29, 30 KERANGKA KERJA PPI KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI FKTP MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU. 1. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Seleksi Kasus dan Status Kesehatan Pasien. 2. Implementasi Skrining dan Triage saat Kunjungan Pasien. 3. Administrasi Tata Kelola Pasien dan Lingkungan Kerja. 4. Implementasi Kewaspadaan Isolasi (Standar dan Transmisi). 5. Pengendalian Infeksi di Lingkungan Kerja (Desinfeksi dan Sterilisasi). 6. Pendidikan dan Pelatihan PPI untuk Tenaga Kesehatan Gigi dan Mulut. 7. Manajemen dan Monitoring Kesehatan Tenaga Kesehatan Gigi dan Mulut. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. 11.

(30) Untuk menilai tingkatan risiko pekerjaan dan tindakan pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut, mengacu pada potensi kontak erat dan paparan virus SARS-CoV-2 dari tindakan yang dilakukan di pelayanan kesehatan gigi dan mulut, sebagai berikut: Tabel 3.2. Kategori Tingkat Risiko Pekerjaan dan Tindakan dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut29, 31-33. RENDAH. SEDANG. TINGGI. SANGAT TINGGI. Tidak berkontak langsung/erat dengan pasien, Tidak terpapar droplets dan aerosol, Tidak berkontak langsung/erat dengan staf FKTP lainnya (physical distancing) terutama saat menyelesaikan tugas administrasi. Berkontak erat dengan pasien sehat/non COVID-19 saat melakukan pelayanan kasus emergensi dan urgen, Tidak terpapar aerosol, Berkontak erat dengan staf FKTP lainnya terutama saat menyelesaikan tugas administrasi, Pelaksanaan kegiatan kesehatan gigi dan mulut masyarakat dengan penerapan protokol kesehatan.. Berkontak erat dan melakukan tindakan non-aerosol, pada pasien suspek/probabel/terkonfirmasi COVID-19, Berkontak erat dan melakukan tindakan aerosol pada pasien sehat/ non COVID-19 Berkontak erat dan melakukantindakan aerosol, Berkontak erat pada pasien suspek/probabel/terkonfirmasi COVID-19, Menangani spesimen darah/cairan tubuh dari pasien suspek/probabel/terkonfirmasi COVID-19, Pelaksanaan kegiatan kesehatan gigi dan mulut masyarakat tanpa penerapan protokol kesehatan.. FKTP harus membuat tahapan perencanaan dan aksi dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut selama masa pandemi dan adaptasi kebiasaan baru, mengingat tindakan yang dilakukan berpotensi menghasilkan bioaerosol dan kemungkinan terjadi kontak erat dengan pasien. Tahap Persiapan. Tahap Sebelum Kunjungan Pasien. Tahap Saat Kunjungan Pasien. Tahap Setelah Kunjungan Pasien. TATA KELOLA PASIEN DAN RUANGAN, PENYEDIAAN SARANA PRASARANA PPI, MANAJEMEN DAN PELATIHAN PPI UNTUK TENAGA KESEHATAN, SISTEMATIKA ALUR KERJA DI FKTP, MONITORING KESEHATAN TENAGA KESEHATAN. TELEDENTISTRY, PENAPISAN/ SKRINING PERTAMA PASIEN, PENGELOLAAN PENJADWALAN KUNJUNGAN PASIEN KE FKTP. PENAPISAN/SKRINING KEDUA PASIEN, PROSEDUR PERSIAPAN PASIEN SEBELUM DILAKUKAN TINDAKAN, FOURHANDED DENTISTRY, PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI (STANDAR DAN TRANSMISI). PEMBERSIHAN LINGKUNGAN KERJA, DESINFEKSI, STERILISASI, TELEDENTISTRY UNTUK FOLLOW UP KONDISI PASIEN, MONITORING KESEHATAN TENAGA KESEHATAN. Gambar 3.1. Skema Perencanaan dan Aksi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Masa Adaptasi Baru. 12. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

(31) 3.1. TAHAP PERSIAPAN Beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum FKTP menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di masa adaptasi baru, antara lain: A. Pengaturan Aliran Udara dan Ventilasi sistem ventilasi yang adekuat di lingkungan kerja FKTP. Sirkulasi udara mulai dari ruang tunggu Upaya yang dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi bioaerosol atau kontaminan yang dihembuskan dari saluran pernafasan pasien terinfeksi COVID-19 pasien hingga ruang pelayanan kesgilut harus diperhatikan dengan mengatur pergerakan aliran dengan menyediakan sistem ventilasi yang adekuat di lingkungan kerja FKTP. udara, memperhatikan koneksi dan hingga mengidentifikasi tingkat risiko/potens Sirkulasi udara mulai dariantar ruang ruangan tunggu pasien ruang pelayanan kesehatan gigi dan mulut harus diperhatikan mengatur aliranrisiko udara,penularan paparan infeksi COVID-19. Sistem ventilasi dengan yang buruk akan pergerakan meningkatkan memperhatikan koneksi antar ruangan dan mengidentifikasi tingkat risiko/potensi infeksi COVID-19 secara airborne, khususnya pada ruang tindakan yang menimbulkan aerosol paparan infeksi COVID-19. Sistem ventilasi yang buruk akan meningkatkan risiko Untuk mendapatkan aliran udara yang terbebas dari mikroorganisme patogen, bangunan FKTP penularan infeksi COVID-19 secara airborne, khususnya pada ruang tindakan yang menimbulkan aerosol. Untuk mendapatkan aliran udara yang terbebas dari harus memperhatikan konsep pengaturan aliran udara/ventilasi sebagai berikut: mikroorganisme patogen, bangunan FKTP harus memperhatikan konsep pengaturan 1. Tingkat ventilasi (ventilation rate), merupakan jumlah/volume dan kualitas udara luar aliran udara/ventilasi sebagai berikut: yang 1. masuk ke dalam ruangan. Ventilasi mampu mengatur agar sirkulasi udara Tingkat ventilasi (ventilation rate),harus merupakan jumlah/volume dan kualitas udara ruangan, luar yang tidak masukmenimbulkan ke dalam ruangan. Ventilasiuap harus mengatur menyejukkan kondensasi air mampu atau lemak pada lantai agar sirkulasi udara menyejukkan ruangan, tidak menimbulkan kondensasi uap dinding maupun langit-langit dalam waktu-waktu tertentu. air atau lemak pada lantai, dinding maupun langit-langit dalam waktu-waktu 2. Arah aliran udara (airflow direction), merupakan arah pergerakan aliran udara secara tertentu. 2. Arahdalam aliransuatu udara (airflow direction), merupakan arah pergerakan aliran dari area keseluruhan bangunan, dimana perlu dikondisikan untuk mengalir udara secara keseluruhan dalam suatu bangunan, dimana perlu dikondisikan udara bersih kotor. Untuk menguji arah aliran udara menguji dalam ruangan untukmenuju mengalirarea dariudara area udara bersih menuju area udara kotor. Untuk arah aliran udara dalam ruangan, dapat dilakukan dengan menyalakan lilin atau dapat dilakukan dengan menyalakan lilin atau korek api (smoke test). korek api (smoke test). 3. Distribusi udara atau pola aliran udara (airflow pattern), merupakan pendistribusian 3. Distribusi udara atau pola aliran udara (airflow pattern), merupakan aliran udara luar (bersih) masuk setiap bagian ruangan secara efisien agar mampu pendistribusian aliran udarake luar (bersih) masuk ke setiap bagian ruangan secara efisien agar mampu menghilangkan polutan udara yang terdapat dalam menghilangkan polutan udara yang terdapat dalam ruangan. ruangan.. 7 Gambar 3.2. Elemen Utama dari Prinsip Ventilasi yang mempengaruhi Gambar 3.2. Elemen Utama dari Prinsip Ventilasi yang mempengaruhi Transmisi Airborne. Transmisi Airborne79. Untuk memenuhi konsep pengaturan aliran udara tersebut maka terdapat 3 (tiga) model sistem Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut. ventilasi yang dapat digunakan yaitu: di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. 13.

(32) Untuk memenuhi konsep pengaturan aliran udara tersebut maka terdapat 3 (tiga) model sistem ventilasi yang dapat digunakan yaitu: 1. Ventilasi alami (natural ventilation) Pengaliran udara bergantung pada kekuatan tekanan angin, kemampuan udara untuk terapung (buoyancy) dan desain ventilasi bangunan (posisi bukaan jendela, pintu, kisi-kisi). 2. Ventilasi mekanik (mechanical ventilation) Pengaliran udara bergantung pada penggunaan alat mekanik (misalnya kipas angin, exhaust fan) yang diletakkan pada dinding ruangan atau di dekat jendela atau pada instalasi saluran udara dalam ruangan (ducting supply), sangat tidak disarankan untuk menggunakan kipas angin yang dipasang pada langit-langit (ceiling fan). 3. Ventilasi campuran (mixed-mode/hybrid ventilation) Untuk meningkatkan kuantitas ventilasi khususnya pada ruangan yang berpotensi terjadi transmisi infeksi secara airborne, pengaliran udara bergantung pada ventilasi alami yang dikombinasikan dengan ventilasi mekanik (misalnya, kipas angin/exhaust fan).. Gambar 3.3. Ilustrasi Sistem Ventilasi Bangunan; (1) Alami Satu sisi, (2) Alami Silang, (3) Mekanik Silang (4) Campuran (Hybrid atau Mixed-mode). WHO dan CDC (2020) merekomendasikan FKTP yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut agar menata ulang dan memperbaiki sistem ventilasi ruangan praktik untuk mengurangi risiko penularan infeksi COVID-19 melalui udara (airborne), dengan mengikuti panduan sebagai berikut: 1. Bangunan harus mempunyai desain ventilasi yang memperhitungkan perputaran aliran udara meliputi ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik yang optimal. 2. Memiliki pintu bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen (minimal 15% dari luas total lantai) untuk ventilasi alami. 14. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

(33) 3. Desain ventilasi alami harus mampu mengalirkan udara yang berasal dari sumber udara bersih masuk ke dalam ruangan dan mengalirkan udara yang berasal dari sumber infeksi ke luar ruangan atau area yang membantu terjadinya proses dilusi (pengenceran) udara. 4. Penerapan aliran udara dan desain ventilasi alami sangat tergantung pada kondisi iklim di masing-masing daerah, sehingga memungkinkan adanya fluktuasi pada ventilation rate, suhu ruangan serta tidak konsistennya arah aliran udara. 5. FKTP yang menggunakan sistem ventilasi alami (terutama pada bangunan baru dan FKTP yang melakukan renovasi bangunan) harus mengatur ventilation rate sesuai ketentuan berikut: a. ruang praktik tindakan aerosol, rata-rata 160 L/dt per pasien per jam. b. ruang praktik tindakan non-aerosol, min. 80 L/dt per pasien per jam. c. ruang konsultasi pasien atau bangsal pasien, min. 60 L/dt per pasien per jam d. ruang tunggu pasien atau koridor, min. per jamnya 2,5 L/dt/m3 per pasien e. poin 1 dan 2 untuk ruangan berukuran 4x2x3 m3 6. WHO menggunakan istilah liter/detik/pasien (L/dtk/pasien) dibandingkan istilah air changes per hour (ACH) karena dianggap lebih mampu mengidentifikasi secara langsung hubungan antara tingkat paparan dan kebutuhan ventilation rate untuk membantu perhitungan kapasitas jumlah pasien dalam ruangan (dapat dihitung dengan Rumus Perhitungan ACH atau menggunakan alat anemometer). CDC (2020) merekomendasikan sirkulasi udara minimal 6 -12x ACH per jam dan khusus untuk kamar mandi/toilet 10xACH per jam. Rumus Perhitungan Ventilation Rate (VR) Minimal :. VR (L/dtk) = k x kecepatan angin (m/dtk) x luas area bukaan terkecil (m²) x 1000 (L/m³) nilai k = 0,05 untuk ventilasi alami satu sisi (single-sided) nilai k = 0,65 untuk ventilasi alami silang (cross-sided) apabila bukaan jendela menggunakan jaring penghalang nyamuk maka nilai VR (L/dtk) x 0,5. Gambar 3.4. Rumus Perhitungan Ventilation Rate Minimal110. Rumus Perhitungan ACH (Air Changes per Hours) : ACH = luas jendela x kecepatan udara x 3600 detik/jam volume ruangan Contoh : Luas jendela terbuka : tinggi 1 m x Lebar 1 m = 1 m² Kecepatan udara melalui jendela : 1 m/detik Volume ruangan : panjang x lebar x tinggi = 5 x 4 x 3 m = 60m³ Maka nilai ACH-nya adalah 1 m² x 1 m/detik x 3600 detik/jam = 60 ACH 60 m³. Gambar 3.5. Simulasi Rumus Perhitungan Pertukaran Udara per jam (ACH); (kiri) menggunakan rumus; (kanan) alat digital anemometer. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. 15.

(34) Tabel 3.3. Rekomendasi ACH untuk Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut. ACH Untuk Ruangan Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut. Area. ACH. ruang tindakan yang tertutup (aerosol). 12. ruang tindakan bedah mulut. 15. ruang tindakan non aerosol. 8-12. ruang konsultasi. 6. ruang untuk dekontaminasi peralatan (desinfeksi dan sterilisasi). 10. ruang dental lab. 6. (CDC, 2020). 7. Sistem ventilasi alami satu sisi (single-sided) tidak direkomendasikan untuk mengatur sirkulasi udara terutama pada ruang tindakan aerosol. Ventilation rate minimal pada ventilasi alami yang digunakan di ruang tindakan aerosol harus lebih tinggi dari ventilasi mekanik, untuk mengkompensasi fluktuasi ventilation rate, suhu ruangan serta arah aliran udara yang tidak konsisten. Apabila sistem ventilasi alami kurang memenuhi persyaratan, harus digunakan sistem ventilasi mekanik yaitu kipas angin atau exhaust fan.. Gambar 3.6. Contoh Air Extractor atau Exhaust Fan109. 8. Sistem ventilasi campuran (hybrid/mixed method) yang mengkombinasikan bukaan jendela dan penggunaan penghisap udara kotor dengan tekanan khusus (exhaust fan), lebih disarankan untuk digunakan pada ruang tindakan aerosol. Exhaust fan berkekuatan 167 cfm (sebaiknya bagian hulu dilengkapi oleh HEPA filter), diletakkan ± 20 cm dari permukaan lantai agar mampu mengalirkan udara kotor ke luar ruangan (dapat dilihat pada gambar 3.8). Disarankan untuk 16. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

(35) menyediakan suplai listrik darurat (emergency power generator) untuk tetap menggerakkan kipas exhaust fan bilamana terjadi pemadaman listrik. 9. Sistem ventilasi alami dan atau mekanik yang menempatkan bukaan jendela dan atau exhaust fan pada sisi dinding ruangan yang saling berhadapan atau silang (cross-sided), lebih disarankan untuk digunakan karena mampu menciptakan aliran udara silang. 10. Hindari penggunaan kipas angin yang dipasang pada langit-langit (ceiling fan) atau meletakkan kipas angin (pedestal fan atau desk fan) di area depan yang menghadap pasien karena selama perawatan dilakukan akan mengalirkan udara dari pasien menuju dokter gigi.. Gambar 3.7. Ilustrasi Penempatan Ventilasi Mekanik di Ruang Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut. Penggunaan HEPA filter HEPA (High Efficiency Particulate Air) filter mampu menyaring udara dengan efisiensi penyaringan 99,5% (standar Eropa) atau 99,97% (standar US) dan dapat digunakan sebagai alat tambahan untuk menghilangkan partikel virus SARS-CoV-2 yang airborne. Prinsip kerja HEPA filter adalah menangkap partikel kontaminan dalam udara dalam sebuah jaring serabut kompleks, yang kemampuan penyaringannya bergantung pada ukuran partikel yaitu: 1. Diffusion – untuk partikel berukuran kecil (< 0,3 microns) 2. Interception – untuk partikel berukuran medium (antara 0,3 – 1 microns) 3. Inertial Impactian – untuk partikel berukuran besar (>1 micron) 4. Sieving – untuk partikel berukuran besar (> 1 micron). Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. 17.

(36) Oleh karena hampir seluruh tindakan perawatan yang dilakukan pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut menghasilkan bioaerosol maka penggunaan alat penyaring udara (air purifier) HEPA filter sangat direkomendasikan. Pada saat memilih alat penyaring udara (air purifier) HEPA filter disarankan untuk memperhatikan hal berikut: 1. Grade of HEPA berdasarkan efisiensi HEPA – grade H10-H12 filter hanya mampu menangkap 85 – 99,5% partikel berdiameter 0,1 micron, sedangkan HEPA – grade H13-H14 (medical grade) mempunyai kemampuan menangkap partikel berdiameter 0,1 micron antara 99,95% - 99,995%. 2. ACH (Air Change per Hours) Untuk ruang tindakan aerosol, dibutuhkan alat penyaring udara (air purifier) HEPA filter yang mampu membersihkan udara sebesar 12 ACH. 3. CADR (Clean Air Delivery Rate) CADR adalah kemampuan alat penyaring udara (air purifier) HEPA filter untuk menampung sejumlah volume udara untuk difiltrasi dalam periode waktu tertentu, diukur dalam satuan cubic meter per hours atau cubic feet per minute (cfm). Penghitungannya dapat menggunakan rumus : (ACH x panjang x lebar x tinggi ruangan)/60) cfm. Untuk mengurangi jumlah bioaerosol secara efisien, maka HEPA filter harus selalu digunakan selama tindakan perawatan dan saat jeda waktu antar pasien. HEPA filter diletakkan pada area yang dekat dengan pasien tetapi tidak dibawah alat pendingin ruangan (AC) dan tidak berada di antara operator dan pasien. Berikut merupakan durasi waktu kerja HEPA filter yang dibutuhkan untuk menghilangkan kontaminan bioaerosol dalam ruangan dengan tingkat ACH tertentu : Tabel. 3.4. Durasi Waktu Kerja HEPA Filter berdasarkan ACH. (CDC, 2020). 18. Durasi Waktu (Menit) Filtrasi Udara. ACH. Efisiensi Filtrasi 99%. Efisiensi Filtrasi 99,95%. 2. 138. 207. 4. 69. 104. 6. 46. 69. 8. 35. 52. 10. 28. 41. 12. 23. 35. 15. 18. 28. 20. 14. 21. 50. 6. 8. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

(37) HEPA filter secara rutin harus diganti dengan yang baru karena proses pembersihannya berpotensi menyebarkan kontaminan airborne dan menciptakan celah pada jaring serabut yang berukuran lebih besar dari partikel kontaminan. Proses pembersihan jaring serabut HEPA filter harus mengikuti anjuran pabrik dan sebaiknya dilakukan penggantian tiap 12-18 bulan; carbon filter diganti tiap 3-6 bulan dan pre-filter-nya dibersihkan tiap 30 hari dan diganti bila terlihat aus. Pembuangan udara kotor sebaiknya langsung terhubung dengan area luar gedung /ruang praktik dokter gigi, tidak diarahkan ke ruang tunggu pasien atau area lalu lalang orang. Apabila tidak memungkinkan maka udara kotor dapat dihisap dengan exhaust fan yang bagian hulunya dilengkapi oleh HEPA filter kemudian dialirkan melalui saluran udara (ducting supply) atau cerobong udara (ducting exhaust) ke area luar.. Gambar 3.8. Instalasi HEPA Filter109. Apabila bangunan FKTP dan ruang pelayanan kurang memenuhi standar desain ventilasi dan kualitas udara yang dihasilkan buruk, maka dapat diterapkan beberapa hal berikut: 1. Mengatur pergantian udara yang masuk ke dalam ruangan minimal 6x ACH dengan suhu ruangan 24-26⁰C dan kelembaban relatif 40-60%, untuk mengoptimalkan proses dilusi/pengenceran udara dari kontaminan. 2. Mengelola pergerakan aliran udara antar ruangan dengan cara memasang tirai pembatas atau dinding pemisah portabel agar aliran udara kotor dapat diarahkan menuju exhaust fan atau bukaan jendela (mengacu pada prinsip vertical laminar). 3. Melakukan penyaringan atau filtrasi udara yang masuk menggunakan HEPA filter yang mampu memfiltrasi hingga 99% partikel berukuran 0,3 μm. 4. Menjaga suhu dan kelembaban ruangan untuk mempengaruhi atau menghambat pertumbuhan bakteri dan inaktivasi virus. 5. Menggunakan lampu UV-C dan atau alat ozone generator untuk membantu menginaktivasi virus SARS-CoV-2 dengan cara menempatkan lampu UV-C di area atas ruang praktik pada ketinggian + 2 m. Studi menunjukkan bahwa inaktivasi virus SARS-CoV-2 dapat menggunakan lampu UV-C dengan panjang gelombang 254nm (dosis 40 mJ/cm² ) selama 15 menit pada jarak paparan 3 cm pada Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. 19.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian motivasi Pasien Jamkesmas dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poliklinik Gigi RSUD Indramayu menunjukkan skor rata-rata dari

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memperkenalkan pelayanan kedokteran gigi keluarga sebagai suatu pendekatan baru dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan gigi dan

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul : Kebutuhan (Need) Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Rumah Sakit Gigi dan Mulut

Puskesmas merupakan salah satu sarana kesehatan dasar .Kepmenkes No 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas, Upaya kesehatan gigi dan mulut merupakan upaya

Syukur alhamdulillah, penyusunan skripsi yang berjudul ”Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Warga Binaan Pemasyarakatan Dalam Mewujudkan Derajat

Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Usia Balita Bagi Tenaga Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan disusun sebagai acuan bagi tenaga kesehatan

Anggreta Galuh Auriadini 199404072020122005 Isu permasalahan yang terjadi di RSUD R.A.A Tjokronegoro Kabupaten Purworejo adalah belum optimalnya pelayanan kesehatan gigi dan mulut

Undang – undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 93 dan 94, menyatakan bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan