• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Penjadwalan Perawatan Pasien

Dalam dokumen PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT (Halaman 45-48)

Prosedur penapisan/skrining pra-kunjungan (teledentistry) dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang disediakan oleh FKTP (misalnya media

B. Pengelolaan Penjadwalan Perawatan Pasien

1. Berdasarkan hasil skrining pra-kunjungan (teledentistry), prioritas kebutuhan pasien atas pelayanan kesehatan gigi dan mulut ditentukan dengan mengacu pada kondisi kegawatdaruratan dan risiko paparan infeksi COVID-19 (dapat dilihat pada gambar 3.15. dan 3.16).39,40

2. Tunda perawatan urgen dan elektif selama kurun waktu 2-3 minggu terutama untuk pasien berstatus probabel dan terkonfirmasi positif COVID-19, apabila ketersediaan sarana prasarana kurang mendukung pelayanan. Untuk memastikan kembali kondisi kesehatan pasien tersebut, maka pasien diminta melakukan RT-antigen/RT-PCR sebelum dilakukan tindakan (terutama bila tindakan berpotensi menghasilkan aerosol).

3. Lakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa atau acak pada pasien yang terindikasi memiliki riwayat diabetes mellitus. Tunda perawatan pasien bila terindikasi riwayat diabetes mellitus tidak terkontrol, hasil tes kadar

Gambar 3.14. Skema Alur Seleksi Prioritas Kebutuhan Perawatan Pasien42

39 Gambar 3.14. Skema Alur Seleksi Prioritas Kebutuhan Perawatan Pasien42

B. Pengelolaan Penjadwalan Perawatan Pasien

1. Berdasarkan hasil skrining pra-kunjungan (teledentistry), prioritas kebutuhan pasien atas pelayanan kesgilut ditentukan dengan mengacu pada kondisi kegawatdaruratan dan risiko paparan infeksi COVID-19 (dapat dilihat pada gambar 3.15. dan 3.16).39, 40

2. Tunda perawatan urgen dan elektif selama kurun waktu 2-3 minggu terutama untuk pasien berstatus probabel dan terkonfirmasi positif COVID-19, apabila ketersediaan sarana prasarana kurang mendukung pelayanan. Untuk memastikan kembali kondisi kesehatan pasien tersebut, maka pasien diminta melakukan RT-antigen/RT-PCR sebelum dilakukan tindakan (terutama bila tindakan berpotensi menghasilkan aerosol).

3. Lakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa atau acak pada pasien yang terindikasi memiliki riwayat diabetes mellitus. Tunda perawatan pasien bila terindikasi riwayat diabetes mellitus tidak terkontrol, hasil tes kadar gula darah puasa ≥ 240 mg/dl (13.3 mmol/l) atau kadar gula darah acak ≥234 mg/dl (13 mmol/l). Oleh karena peningkatan

gula darah puasa ≥ 240 mg/dl (13.3 mmol/l) atau kadar gula darah acak

≥234 mg/dl (13 mmol/l). Oleh karena peningkatan kadar gula darah memiliki efek negatif terhadap sistem imunitas (imunosupresif), memperlambat proses penyembuhan luka dan berisiko tinggi terinfeksi virus SARS-CoV-2.41

4. Jika pasien berstatus probabel atau positif COVID-19 sangat membutuhkan perawatan (termasuk kategori tindakan emergensi atau urgen), upaya alternatif yang dilakukan untuk mengurangi risiko transmisi virus SARS-CoV-2:

a. dijadwalkan pada hari ke-14 atau lebih (terutama untuk kasus urgen tindakan aerosol).

b. diberikan jadwal (hari dan jam) khusus untuk penanganan pasien tersebut yang tidak berdekatan dengan jadwal pasien lainnya.

c. ditempatkan pada nomor antrian paling terakhir di hari penjadwalannya.

d. mengurangi durasi perawatan dan memberikan interval waktu yang lebih panjang untuk pertemuan berikutnya.

e. wajib menerapkan PPI melalui kewaspadaan isolasi (kewaspadaan standar dan transmisi).

5. Penjadwalan pasien dengan kondisi kesehatan yang rentan (misalnya.

pasien geriatri usia di atas 60 tahun atau memiliki riwayat penyakit kronis/

imunokompromais), adalah:43, 44

a. dijadwalkan sebagai pasien pertama yang dirawat pada minggu/hari penjadwalannya.

b. dijadwalkan sebagai pasien pertama yang dirawat setelah jam ishoma.

c. diberikan jadwal (hari dan jam) khusus yang terpisah dengan pasien lainnya.

6. Penjadwalan pasien yang direncanakan akan dilakukan perawatan dengan durasi waktu panjang dan berpotensi menghasilkan aerosol, adalah:

a. memberikan jadwal (hari dan jam) khusus untuk penanganan pasien tersebut yang tidak berdekatan atau terpisah dengan jadwal pasien lainnya.

b. dijadwalkan sebagai pasien terakhir yang dirawat pada hari penjadwalannya.

40 kadar gula darah memiliki efek negatif terhadap sistem imunitas (imunosupresif), memperlambat proses penyembuhan luka dan berisiko tinggi terinfeksi virus SARS-CoV-2.41 4. Jika pasien berstatus probabel atau positif COVID-19 sangat membutuhkan perawatan

(termasuk kategori tindakan emergensi atau urgen), upaya alternatif yang dilakukan untuk mengurangi risiko transmisi virus SARS-CoV-2:

a. dijadwalkan pada hari ke-14 atau lebih (terutama untuk kasus urgen tindakan aerosol).

b. diberikan jadwal (hari dan jam) khusus untuk penanganan pasien tersebut yang tidak berdekatan dengan jadwal pasien lainnya.

c. ditempatkan pada nomor antrian paling terakhir di hari penjadwalannya.

d. mengurangi durasi perawatan dan memberikan interval waktu yang lebih panjang untuk pertemuan berikutnya.

e. wajib menerapkan PPI melalui kewaspadaan isolasi (kewaspadaan standar dan transmisi).

5. Penjadwalan pasien dengan kondisi kesehatan yang rentan (misalnya. pasien geriatri usia di atas 60 tahun atau memiliki riwayat penyakit kronis/imunokompromais), adalah:43, 44 a. dijadwalkan sebagai pasien pertama yang dirawat pada minggu/hari penjadwalannya.

b. dijadwalkan sebagai pasien pertama yang dirawat setelah jam ishoma.

c. diberikan jadwal (hari dan jam) khusus yang terpisah dengan pasien lainnya.

6. Penjadwalan pasien yang direncanakan akan dilakukan perawatan dengan durasi waktu panjang dan berpotensi menghasilkan aerosol, adalah:

a. memberikan jadwal (hari dan jam) khusus untuk penanganan pasien tersebut yang tidak berdekatan atau terpisah dengan jadwal pasien lainnya.

b. dijadwalkan sebagai pasien terakhir yang dirawat pada hari penjadwalannya.

Gambar 3.17. Contoh Skema Alur Seleksi Prioritas Kebutuhan Perawatan Pasien40 Gambar 3.15. Contoh Skema Alur Seleksi Prioritas Kebutuhan Perawatan Pasien40

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 29

di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

7. Penjadwalan dan pengelolaan pasien anak-anak mengikuti ketentuan dan alur skrining sesuai prioritas kebutuhan perawatannya (mengacu pada gambar 3.15.dan 3.16).45,46 Lakukan KIE kepada orang tua/wali pasien anak-anak mengenai upaya preventif kebersihan rongga mulut yang dapat dilakukan di rumah.

8. Lakukan konfirmasi penjadwalan pasien terlebih dahulu dengan memperhitungkan waktu jeda antarpasien, sesuai tindakan yang akan dilakukan untuk memberi kesempatan terjadi pertukaran udara dalam ruangan.

Gambar 3.16. Kategori Tindakan Perawatan Kedokteran Gigi Berdasarkan Kegawatdaruratan42

Gambar 3.17. Skema Alur Penentuan Jeda Waktu Antarpasien-Tindakan Aerosol Risiko Tinggi47

41

Gambar 3.16. Kategori Tindakan Perawatan Kedokteran Gigi Berdasarkan Kegawatdaruratan42 7. Penjadwalan dan pengelolaan pasien anak-anak mengikuti ketentuan dan alur skrining sesuai

prioritas kebutuhan perawatannya (mengacu pada gambar 3.15.dan 3.16).45, 46 Lakukan KIE kepada orang tua/wali pasien anak-anak mengenai upaya preventif kebersihan rongga mulut yang dapat dilakukan di rumah.

8. Lakukan konfirmasi penjadwalan pasien terlebih dahulu dengan memperhitungkan waktu jeda antarpasien, sesuai tindakan yang akan dilakukan untuk memberi kesempatan terjadi pertukaran udara dalam ruangan.

* Jika ventilasi tidak baik (1-2 ACH) maka harus menggunakan HVE. Jika tidak memungkinkan, berikan jeda 60 menit ke pasien berikutnya atau lakukan prosedur alternatif dengan menggunakan low speed handpiece atau skeling manual.

42

*Jika ventilasi tidak baik (1-2 ACH) maka harus menggunakan HVE. Jika tidak memungkinkan, berikan jeda 60 menit ke pasien berikutnya atau lakukan prosedur alternatif dengan menggunakan low speed handpiece atau skeling manual.

Gambar 3.17. Skema Alur Penentuan Jeda Waktu Antarpasien- Tindakan Aerosol Risiko Tinggi47

3.3. TAHAP SAAT KUNJUNGAN PASIEN

A. Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien Saat Kunjungan

1. Deteksi dan penapisan (skrining) pasien kembali dilakukan saat pasien berkunjung di FKTP berupa pengukuran suhu tubuh (< 37,3°C) dan pengisian formulir potensi risiko COVID-19 untuk menentukan pasien yang diperbolehkan masuk dan mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

2. Deteksi dan penapisan (skrining) pasien juga dilakukan selama pasien berada di ruang pelayanan kesgilut menggunakan termometer suhu badan. Bila pasien menunjukkan gejala peningkatan suhu tubuh selama perawatan berlangsung maka:

a. Hentikan perawatan pada pasien suspek/probabel COVID-19 untuk kasus non-emergensi (urgen dan elektif).

b. Untuk kasus emergensi, lakukan penatalaksanaan terapi kedokteran gigi sesuai dengan ketentuan.

3.3. TAHAP SAAT KUNJUNGAN PASIEN

Dalam dokumen PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT (Halaman 45-48)