Prosedur penapisan/skrining pra-kunjungan (teledentistry) dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang disediakan oleh FKTP (misalnya media
B. Penerapan Kewaspadaan Isolasi
Upaya pencegahan dan pemutusan rantai penularan penyakit infeksi, baik untuk pelayanan yang diberikan di dalam fasilitas pelayanan kesehatan maupun di luar fasilitas pelayanan kesehatan harus dilakukan secara paralel. Adapun penyesuaian-penyesuaian dilakukan bila terdapat keterbatasan sarana prasarana, alat kesehatan, SDM, obat dan sumber daya lainnya namun pelaksanaannya wajib memenuhi kewaspadaan isolasi dalam ruang lingkup pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI).
Kewaspadaan Isolasi terbagi menjadi 2 (dua) lapis yaitu (1) Kewaspadaan Standar (standard precautions) dan (2) Kewaspadaan Transmisi (transmission based-precautions)
Kewaspadaan isolasi adalah tindakan pencegahan atau pengendalian infeksi yang harus diterapkan di fasilitas pelayanan kesehatan, dimaksudkan untuk menurunkan risiko transmisi penyakit dari pasien kepada petugas kesehatan,
pengunjung, masyarakat sekitarnya atau sebaliknya.
Penerapan Kewaspadaan Isolasi
Kewaspadaan Standar (Standard Precautions) Kebersihan Tangan (Hand Hygiene)
Pengendalian Lingkungan
Keamanan Prosedur Penyuntikan
Pengelolaan Linen
Etika Batuk & Bersin Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Pengelolaan Perlatan Medis
Pengelolaan Limbah Medis
Pengelolaan & Penempatan Pasien
Perlindungan Kesehatan Petugas Kesehatan
Kewaspadaan Transmisi (Transmission-based Precautions)
Kewaspadaan Transmisi Kontak
Kewaspadaan Transmisi Udara (Airborne)
Kewaspadaan Transmisi Droplets 1
2
4
6
8
10 3
5
7
9
1
2
3
1. Kewaspadaan Standar (Standard Precautions)54
Kewaspadaan Standar merupakan upaya minimal PPI yang harus dilaksanakan di semua fasilitas pelayanan kesehatan secara rutin, berkelanjutan dan diberlakukan untuk semua prosedur perawatan pasien tanpa membedakan tingkatan status infeksi pasien (suspek/probabel/konfirmasi positif). Peran kewaspadaan standar sebagai dasar upaya PPI sangatlah penting dalam memutus rantai penularan infeksi COVID-19 kepada pasien, petugas kesehatan, atau pengguna pelayanan. Bila dilakukan dengan benar, akan mencegah risiko kontaminasi melalui cairan tubuh, darah, kulit atau mukosa yang terbuka.
Kewaspadaan standar yang harus diterapkan di FKTP meliputi:
a. Kebersihan Tangan (Hand Hygiene)
Tangan yang terkontaminasi mikroorganisme patogen merupakan salah satu media penularan infeksi di FKTP. Upaya menjaga kebersihan tangan (hand hygiene) merupakan salah satu elemen terpenting dari PPI yaitu dengan cuci tangan pakai sabun (CTPS) dan air mengalir, terutama bila tangan telah berkontak dengan cairan tubuh, darah, kulit atau mukosa yang terbuka, maupun permukaan benda di lingkungan kerja yang terkontaminasi.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam upaya menjaga kebersihan tangan yaitu:11, 55
1) Pastikan sebelum melakukan prosedur kebersihan tangan, untuk menjaga kuku jari tetap pendek, bersih dan bebas dari pewarna kimia atau kuku artifisial, melepas seluruh asesoris yang melekat di tangan (misalkan jam tangan, cincin, gelang) serta menutup luka terbuka atau lecet dengan menggunakan pembalut luka tahan air.
2) Tersedianya sarana mencuci tangan yang bersih dan dapat diakses dengan sensor/siku tangan/kaki untuk mengurangi risiko kontaminasi tidak langsung melalui kran air.
3) Tersedia sabun cair dan ABHR 70% dalam wadah disposable pump applicator yang terpasang di dinding atau diletakkan pada area wastafel yang mudah diakses dengan siku tangan. ABHR dapat menggunakan
Tabel 3.6. Kategori Kebersihan Tangan (hand hygiene)11
HAND HYGIENE PRODUK YANG DIGUNAKAN
DURASI
TUJUAN
hand washing (social hand hygiene) / CTPS
sabun dan air 40 - 60 detik
desinfeksi tangan (hand desinfection) alcohol-based hand rub (ABHR)
20 - 30 detik
surgical scrub (surgical hand hygiene) aqueous antimicrobial desinfektan;
alcohol-based hand rub
menghilangkan kotoran, cairan tubuh dan mikroorganisme transien
mematikan dan menghilangkan mikroorganisme transien dan
mengurangi flora normal
mematikan dan menghilangkan mikroorganisme transien; mengurangi
sejumlah besar flora normal 2 menit
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 33
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Gambar 3.20. Lima Momen Kebersihan Tangan56
kemasan pabrik siap pakai atau memproduksi sendiri dengan cara mencampurkan cairan alkohol 70% sebanyak 97 ml ke dalam 3 ml gliserin untuk mendapatkan total 100 ml ABHR.
4) Bila menggunakan baju kerja berlengan panjang maka sebelum mencuci tangan, gulung dan naikkan lengan baju kerja hingga 2/3 panjang tangan atau mencapai bagian siku tangan.
5) Lakukan prosedur cuci tangan dengan benar (dapat dilihat pada lampiran) terutama saat tangan terlihat kotor dan di 5 (lima) momen (waktu) yang dianjurkan WHO, dengan menggunakan sabun cuci tangan cair yang tersimpan dalam dispenser disposabel atau sabun batangan yang dipotong kecil-kecil untuk memudahkan pemakaian sekali pakai.
6) Gunakan kertas tisu atau handuk kecil sekali pakai untuk pengering tangan. Penggunaan mesin pengering tangan (jet/warm air dryer) tidak disarankan karena berpotensi menyebarkan dan meningkatkan jumlah mikroorganisme patogen. Sediakan tempat sampah tertutup yang pembukaan tutupnya dioperasikan dengan kaki, sebagai wadah handuk bekas pakai atau tempat sampah non-infeksius untuk menampung tisu bekas pakai.
7) ABHR 70% digunakan bila tangan tidak terlihat kotor, tidak terkontaminasi dan ketika pasokan air mengalir sulit untuk dijangkau (misalkan sedang berada di dalam mobil ambulans, melakukan kegiatan imunisasi dan skrining kesehatan di luar gedung FKTP, kondisi pasokan air terputus).
46 Gambar 3.20. Lima Momen Kebersihan Tangan56
6) Gunakan kertas tisu atau handuk kecil sekali pakai untuk pengering tangan. Penggunaan mesin pengering tangan (jet/warm air dryer) tidak disarankan karena berpotensi menyebarkan dan meningkatkan jumlah mikroorganisme patogen. Sediakan tempat sampah tertutup yang pembukaan tutupnya dioperasikan dengan kaki, sebagai wadah handuk bekas pakai atau tempat sampah non-infeksius untuk menampung tisu bekas pakai.
7) ABHR 70% digunakan bila tangan tidak terlihat kotor, tidak terkontaminasi dan ketika pasokan air mengalir sulit untuk dijangkau (misalkan sedang berada di dalam mobil ambulans, melakukan kegiatan imunisasi dan skrining kesehatan di luar gedung FKTP, kondisi pasokan air terputus).
Gambar 3.21. Akses Sarana Kebersihan Tangan11, 16
b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Saat melakukan prosedur pelayanan kesgilut pada pasien, bagian tubuh (kulit, hidung, mata, wajah) dan baju kerja yang digunakan oleh tenaga kesehatan serta pasien akan rentan terpapar percikan dan terkontaminasi oleh patogen nosokomial yang dapat menjadi sumber infeksi transmisi silang. APD berperan sebagai penghalang paparan bahan infeksius dan kontaminan dari darah, cairan tubuh, atau sekresi saluran pernapasan pasien kepada petugas kesehatan.
Gambar 3.21. Akses Sarana Kebersihan Tangan11, 16
46 Gambar 3.20. Lima Momen Kebersihan Tangan56
6) Gunakan kertas tisu atau handuk kecil sekali pakai untuk pengering tangan. Penggunaan mesin pengering tangan (jet/warm air dryer) tidak disarankan karena berpotensi menyebarkan dan meningkatkan jumlah mikroorganisme patogen. Sediakan tempat sampah tertutup yang pembukaan tutupnya dioperasikan dengan kaki, sebagai wadah handuk bekas pakai atau tempat sampah non-infeksius untuk menampung tisu bekas pakai.
7) ABHR 70% digunakan bila tangan tidak terlihat kotor, tidak terkontaminasi dan ketika pasokan air mengalir sulit untuk dijangkau (misalkan sedang berada di dalam mobil ambulans, melakukan kegiatan imunisasi dan skrining kesehatan di luar gedung FKTP, kondisi pasokan air terputus).
Gambar 3.21. Akses Sarana Kebersihan Tangan11, 16
b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Saat melakukan prosedur pelayanan kesgilut pada pasien, bagian tubuh (kulit, hidung, mata, wajah) dan baju kerja yang digunakan oleh tenaga kesehatan serta pasien akan rentan terpapar percikan dan terkontaminasi oleh patogen nosokomial yang dapat menjadi sumber infeksi transmisi silang. APD berperan sebagai penghalang paparan bahan infeksius dan kontaminan dari darah, cairan tubuh, atau sekresi saluran pernapasan pasien kepada petugas kesehatan.
b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Saat melakukan prosedur pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada pasien, bagian tubuh (kulit, hidung, mata, wajah) dan baju kerja yang digunakan oleh tenaga kesehatan serta pasien akan rentan terpapar percikan dan terkontaminasi oleh patogen nosokomial yang dapat menjadi sumber infeksi transmisi silang. APD berperan sebagai penghalang paparan bahan infeksius dan kontaminan dari darah, cairan tubuh, atau sekresi saluran pernapasan pasien kepada petugas kesehatan. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam tata laksana manajemen penggunaan APD : 57 1) Tenaga kesehatan memahami tata cara pemakaian (donning) dan
pelepasan (doffing) APD, karena kesalahan saat melakukan prosedur tersebut akan meningkatkan risiko kontaminasi.
2) Pemilihan APD harus sesuai dengan asesmen tingkat risiko paparan terhadap darah, cairan tubuh, ekskresi atau sekresi atau kontaminan lainnya.
3) APD yang digunakan tidak berpotensi menimbulkan bahaya tambahan, tidak membatasi gerak penggunanya, tidak mudah rusak dan memenuhi ketentuan standar yang ditetapkan.
4) Hindari kontak langsung antara APD yang terkontaminasi (bekas pakai) dengan permukaan benda-benda atau baju ganti petugas di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan.
5) Tidak dibenarkan untuk berbagi APD yang sama antar petugas kesehatan.
6) APD yang berlabel “reusable” (dipakai ulang) harus segera dibersihkan dan didesinfeksi setelah pemakaian, kemudian pemakaian ulangnya harus mengikuti aturan pabrik.
7) APD yang digunakan sekali pakai (disposable), harus segera dibuang di tempat penampungan limbah infeksius.
8) Tenaga kesehatan harus menggunakan APD (minimal kacamata pelindung mata dan atau pelindung wajah, masker bedah atau masker/
respirator N95) ketika menangani pasien
9) Selalu lakukan langkah-langkah cuci tangan WHO di ke-5 (lima) momen yang dianjurkan.
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 35
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Gambar 3.22. Rekomendasi APD untuk Tenaga Kesehatan Gigi dan Mulut16, 57
Pelindung mata atau pelindung wajah
Penutup kepala (Head Cap)
Sepatu boot atau sepatu tertutup dengan penutup sekali pakai
Surgical scrub Gown all-cover dan apron Masker N95 atau ekuivalen
Sarung Tangan (Gloves)
1) Gunakan penutup kepala yang terbuat dari bahan sekali pakai maupun bahan kain yang dapat digunakan berulang, tahan terhadap cairan dan tidak mudah robek, untuk melindungi area kepala dan rambut petugas kesehatan dari paparan kontaminan infeksius selama melakukan tindakan perawatan.
2) Apabila petugas kesehatan menggunakan hijab maka:
a) Ujung hijab yang terjulur panjang dimasukkan ke dalam baju kerja atau diikat ke bagian belakang leher.
b) Disarankan menggunakan coverall agar area kepala (hijab) dapat terlindungi sepenuhnya. Apabila tidak menggunakan coverall maka gunakan penutup kepala (disposable atau reusable) untuk menutupi hijab dan harus selalu diganti setiap pergantian pasien.
c) Hijab yang digunakan harus diganti pada saat selesai pelayanan pasien.