• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Promosi Kesehatan dengan Media Poster dan Flip Chart dalam Peningkatan Perilaku Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut pada Siswa SDN 060799 dan SDN 060953 Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas Promosi Kesehatan dengan Media Poster dan Flip Chart dalam Peningkatan Perilaku Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut pada Siswa SDN 060799 dan SDN 060953 Medan Tahun 2015"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan umum. Mulut merupakan pintu gerbang pertama dalam sistem pencernaan. Makanan dan minuman akan diproses di dalam mulut dengan bantuan gigi-geligi, lidah, dan saliva. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan kesehatan. Rongga mulut yang sehat memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif, makan berbagai jenis makanan, meningkatkan kualitas hidup, percaya diri dan mempunyai kehidupan sosial yang baik. Sebaliknya, rongga mulut yang tidak sehat dapat berpengaruh pada kehidupan sosial seseorang, keterbatasan fungsi pengunyahan dan fungsi bicara, rasa sakit dan terganggunya waktu bekerja atau sekolah (Pintauli, 2012).

Gigi dan rongga mulut yang tidak sehat dapat menyebabkan bau mulut bahkan beberapa penyakit umum. Infeksi berat seperti periodontitis ternyata dapat mempengaruhi kesehatan secara umum, misalnya menyebabkan beberapa penyakit seperti penyakit pembuluh darah (penyakit jantung koroner dan aterosklerosis), diabetes, pneumonia dan kelahiran prematur. Gigi berlubang yang tidak dirawat dapat menjadi sumber infeksi dan menyebarkan penyakit ke bagian lain di tubuh, seperti pada mata, hidung, jantung, ginjal atau saluran pencernaan (Pintauli, 2012).

(2)

Masalah utama kesehatan gigi dan mulut yang terjadi adalah karies dan penyakit periodontal. Penyakit gigi dan mulut apabila tidak diobati maka akan bertambah parah, dan gigi tersebut tidak dapat normal kembali dengan sendirinya. Hal ini dapat dicegah melalui penerapan kebiasaan memelihara kesehatan gigi dan mulut pada anak secara dini dan kontinu. Tindakan pencegahan yang dilakukan sejak dini dapat meminimalkan biaya perawatan dan komplikasi penyakit gigi yang membahayakan.

Dampak yang terjadi pada anak yang mengalami karies adalah anak akan malas beraktivitas karena harus menahan rasa sakit pada gigi dan mulutnya. Rasa sakit itu juga dapat menyebabkan penurunan selera makan yang berdampak pada kekurangan asupan gizi anak. Selain itu, apabila gigi dibiarkan membusuk maka gigi tersebut harus dicabut. Pencabutan gigi pada anak sekolah mengakibatkan ada ruang kosong yang menyulitkan anak dalam mengunyah makanan. Hal tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan anak jika berlangsung dalam jangka waktu yang lama (Dewanti, 2012). Dampak lainnya produktivitas anak terganggu. Anak menjadi tidak bisa belajar, tidak masuk sekolah. Hal ini berpengaruh pada prestasi belajar anak.

Penelitian Kusumawati (2010) dan Ghofar (2012) menunjukkan bahwa keparahan karies gigi berhubungan dengan status gizi anak-anak. Anak yang memiliki karies gigi menjadi malas untuk mengkonsumsi makanan karena memiliki rasa sakit ketika mengkonsumsi dan mengunyah makanan.

(3)

dengan tidak terlalu banyak makan makanan yang mengandung gula dan makanan yang lengket. Menyikat gigi untuk membersihkan plak dan sisa makanan yang tersisa. Pembersihan karang gigi dan penambalan gigi yang berlubang oleh dokter gigi, serta pencabutan gigi yang sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Kunjungan berkala ke dokter gigi setiap enam bulan sekali dengan atau tanpa keluhan.

Hasil penelitian Nurafifah (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan perilaku pencegahan karies gigi dengan kejadian karies gigi pada anak Sekolah Dasar kabupaten Lamongan. Hasil penelitian Angela (2005) menunjukkan bahwa pencegahan primer yang dilakukan oleh anak berupa menggosok gigi yang benar akan menurunkan terjadinya penyakit karies gigi pada anak. Hasil penelitian Rumini (2006) menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap yang baik terhadap kesehatan gigi dan mulut serta tindakan dalam menggosok gigi berpengaruh terhadap kejadian karies gigi.

Berdasarkan data laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi nasional masalah gigi dan mulut di Indonesia sebesar 25,9 persen, terdapat 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas angka nasional. Prevalensi nasional menyikat gigi setiap hari adalah 94,2 persen sebanyak 15 provinsi berada dibawah prevalensi nasional (Kemenkes, 2013). Sementara itu hasil studi Depkes RI (2002) bahwa masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dikeluhkan adalah penyakit karies gigi.

(4)

(76,6%). Menyikat gigi dengan benar adalah setelah makan pagi dan sebelum tidur malam, untuk Indonesia ditemukan hanya 2,3 persen. Keadaan ini menyebabkan perlu ditingkatkan program sikat gigi sesuai anjuran program di sekolah dengan mempertimbangkan sarana dan media informasi terutama pada usia dini, karena perilaku merupakan kebiasaan yang akan lebih terbentuk bila dilakukan pada usia dini .

Pada tahun 2013, Provinsi Sumatera Utara menjadi salah satu daerah yang memiliki prevalensi penduduk yang bermasalah gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 yang memperlihatkan bahwa 19,4 % penduduk Provinsi Sumatera Utara memiliki masalah gigi dan mulut. Hal ini tidak terlepas dari adanya anggapan pada anak-anak yang biasanya cenderung untuk membersihkan gigi (menyikat gigi) hanya pada bagian-bagian tertentu saja yang disukai serta masih tingginya konsumsi makanan berat seperti daging pada malam hari dan tidak menyikat gigi ketika akan tidur sehingga makanan tersebut akan lengket ketika anak-anak sedang tidur.

(5)

sedangkan yang baru mendapatkan perawatan kesehatan gigi dan mulut hanya sebanyak 32.653 orang atau sebesar 41.9% (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2013).

Tingginya jumlah siswa yang tidak memeriksakan gigi disebabkan karena belum adanya keluhan yang dirasakan. Pemeriksaan gigi baru dilakukan jika sudah timbul keluhan serta masih ada anggapan bahwa kesehatan gigi dan mulut bukanlah merupakan hal yang penting. Penyakit gigi masih dianggap bukan merupakan suatu penyakit serius yang membahayakan. Selain itu juga rasa takut terhadap peralatan gigi yang digunakan membuat seorang anak tidak berkeinginan untuk memeriksakan giginya.

Kota Medan menjadi salah satu daerah yang memiliki permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut dan termasuk dalam urutan ke-9 dari 10 besar penyakit. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2013 diketahui bahwa sebanyak 85.948 kunjungan Puskesmas di Kota Medan dilakukan untuk kunjungan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Kunjungan rawat jalan kesehatan gigi dan mulut di Kota Medan yang dilakukan oleh ibu hamil sebanyak 1.140 atau sebesar 1,32%, anak-anak 1-6 tahun sebanyak 13.425 atau sebesar 15,61%, dan sebanyak 71.383 atau sebesar 83,05% kunjungan rawat jalan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh golongan penderita lain.

(6)

sebanyak 33.971 kasus dan sebanyak 18.700 kasus disebabkan permasalahan gusi (Dinkes Kota Medan, 2013).

Penanggulangan masalah kesehatan gigi pada anak usia sekolah dapat dilakukan dengan program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). UKGS ditekankan pada upaya promotif dan preventif, kegiatan dengan upaya promotif berupa pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi sedangkan preventif berupa pencegahan penyakit gigi (sikat gigi bersama menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor) (Kemenkes, 2012).

Promosi kesehatan gigi melalui penyuluhan bertujuan merubah perilaku dari aspek pengetahuan, sikap dan tindakan yang tidak sehat ke arah perilaku yang sehat sehingga terciptanya suatu pengertian yang baik mengenai kesehatan gigi dan mulut (Astoeti, 2006). Dalam pelaksanaannya kegiatan penyuluhan ini tidak dapat terlaksana secara maksimal mengingat banyaknya cakupan jumlah sekolah dan metode dan media yang dipergunakan tidak berubah.

(7)

Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambardengan sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harusjelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca. Gambar dalam poster dapat berupalukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo. Poster terutamadibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesansingkat. Oleh karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhanadan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja.

Hasil penelitian Tirahiningrum (2013) menunjukkan bahwa media poster efektif dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa usia 7-10 tahun di MI NU Maudluul Ulum Kota Malang. Hal sejalan diungkapkan dalam penelitian Muin (2011) diketahui bahwa pendidikan kesehatan yang dilakukan yang salah satunya dengan menggunakan media poster dapat menurunkan indeks plak gigi anak Sekolah Dasar di Sekolah Dasar kelurahan Tamalanrea Indah Makasar.

Flip Chart merupakan salah satu media promosi kesehatan yang kerap

digunakan untuk melakukan promosi kesehatan. Biasanya dalam bentuk buku, dimana dalam setiap lembaran buku berisi gambar peragaan dan dibaliknya terdapat kalimat yang berisi pesan-pesan dan informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut (Maulana, 2009).

Flip Chart akan memudahkan pekerjaan untuk menerangkan dan memberikan

(8)

lembaran balik merupakan suatu pelajaran atau informasi yang lengkap sehingga akan dapat dipilih untuk segera digunakan seperlunya (Sadiman, 2006).

Hasil penelitian Nurhidayat (2012) menunjukkan bahwa media lembar balik

(flip chart) menjadi salah satu media yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan

kesehatan gigi dan mulut anak Sekolah Dasar. Menurut penelitian Hanany (2007), bahwa ada perbedaan daya tangkap siswa terhadap materi kesehatan gigi dan mulut antara metode penyuluhan dengan menggunakan media kartu cerdas dengan flip

chart. Hal tersebut berarti bahwa dengan bantuan media penyuluhan kesehatan dapat

(9)

SDN 060799 dan SDN 060953 merupakan sekolah yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Martubung. SDN 060799 dan SDN 060953 menjadi salah satu sekolah yang memiliki siswa dengan permasalahan kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan laporan Penjaringan Kesehatan Gigi dan Mulut Tenaga Kesehatan di Puskesmas Martubung Tahun 2014 ditemukan bahwa dari 47 orang siswa SDN 060799 yang diperiksa, terdapat 41 orang siswa yang memiliki karies gigi. SDN 060953 dari 41 orang siswa yang diperiksa, terdapat 33 orang yang memiliki karies gigi.

(10)

pendidikan kesehatan gigi dan mulut bahkan menurut guru di SDN 060799 dan 060953 yang menyatakan bahwa pendidikan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas Martubung hanya sekali setahun serta promosi kesehatan yang dilakukan tanpa menggunakan media penyuluhan sehingga anak-anak cenderung tidak memperhatikan petugas kesehatan yang memberikan promosi kesehatan.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya efektifitas promosi kesehatan dengan media poster dan flip chart dalam peningkatan perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut pada siswa SDN 060799 dan SDN 060953 Medan Tahun 2015.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektifitas promosi kesehatan dengan media poster dan flip chart dalam peningkatan perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) menjaga kesehatan gigi dan mulut pada siswa Sekolah Dasar.

1.4. Hipotesis

(11)

2. Promosi kesehatan dengan media flip chart lebih efektif dalam meningkatkan sikap anak SD dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut dibandingkan media poster.

3. Promosi kesehatan dengan media flip chart lebih efektif dalam meningkatkan tindakan anak SD dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut dibandingkan media poster.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam melakukan promosi kesehatan gigi dan mulut.

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah SD Negeri 060799 dan SDN 060953 untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.

Referensi

Dokumen terkait

Kedua media diatas efektif dalam meningkatkan pengetahuan responden, namun media flip chart lebih efektif karena media flip chart melibatkan kegiatan

1 Saya akan menyikat gigi setiap pagi ketika bangun tidur 2 Menyikat gigi tidak perlu dilakukan ketika mau tidur padab.

Efektifitas Audiovisual Sebagai Media Penyuluhan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Tatalaksana Balita Dengan Diare Di Dua Rumah Sakit Kota

Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan media leaflet dapat meningkatkan secara bermakana pengetahuan dan sikap siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan media leaflet dapat meningkatkan secara bermakana pengetahuan dan sikap

Alasan dipilihnya media poster tentang kesehatan gigi terhadap peningkatan pengetahuan tentang kesehatan gigi pada siswa ini karena diantara media pendidikan,

Mengetahui metode, media dan alat peraga, serta dan prasarana yang tepat sehingga dapat menunjang program Pusat Promosi kesehatan Kementerian Kesehatan

Program promosi/pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku, melalui proses komunikasi harus didahului dengan informasi