• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "laporan identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Senyawa metabolit sekunder merupakan sumber bahan kimia yang tidak akan pernah habis, sebagai sumber inovasi dalam penemuan dan pengembangan obat-obat baru ataupun untuk menujang berbagai kepentingan industri. Hal ini terkait dengan keberadaannya di alam yang tidak terbatas jumlahnya. Dari 250.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi seperti dikemukan di atas 54 % diantaranya terdapat di hutan-hutan tropika dan Indonesia dengan hutan tropikanya yang mengandung lebih dari 30.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi sangat berpotensial untuk diteliti dan dikembangkan oleh para peneliti Indonesia.

Dalam metabolisme sekunder yang terjadi pada tumbuhan akan menghasilkan beberapa senyawa yang tidak digunakan sebagai cadangan energi melainkan untuk menunjang kelangsungan hidupnya seperti untuk pertahanan dari predaptor. Beberapasenyawa seperti alkaloid, triterpen dan golongan phenol merupakan senyawa-senyawayang dihasilkan dari metabolisme skunder. Golongan fenol dicirikan oleh adanyacincin aromatik dengan satu atau dua gugus hidroksil. Kelompok fenol terdiri dari ribuan senyawa, meliputi flavonoid, fenilpropanoid, asam fenolat, antosianin, pigmen kuinon, melanin, lignin, dan tanin, yang tersebar luas di berbagai jenis tumbuhan.

Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk ke dalam golongan polifenol. Senyawa tanin ini banyak di jumpai pada tumbuhan. Tanin dahulu digunakan untuk menyamakkan kulit hewan karena sifatnya yang dapat mengikat protein. Selain itu juga tanin dapat mengikat alkaloid dan glatin.

(2)

Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks. Hal ini dikarenakan sifat tanin yang sangat kompleks mulai dai pengendap protein hingga pengkhelat logam. Maka dari itu efek yang disebabkan tanin tidak dapat diprediksi. Tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis.

Berdasarkan uraian diatas, maka dirasa perlu melakukan praktikum yang berjudul “Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoid Dalam Ekstrak Psidium guajava” denfan tujuan adar lebih memahami sgala sesuatu dengan golongan flavonoid tersebut.

2.1. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar praktikan mampu melakukan identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin dalam tanaman

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Psidium guajava

Secara botanis tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut Van Steenis (2003),:

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Class : Dicotyledoneae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava L. Nama Lokal : Jambu Biji

Jambu biji memiliki beberapa kelebihan, antara lain buahnya dapat dimakan sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman. Selain itu, buah jambu biji bermanfaat untuk pengobatan (terapi) bermacam-macam penyakit, seperti memperlancar pencernaan, menurunkan kolesterol, antioksidan, menghilangkan rasa lelah

(4)

dan lesu, demam berdarah, dan sariawan. Selain buahnya, bagian tanaman lainnya, seperti daun, kulit akar maupun akarnya, dan buahnya yang masih muda juga berkhasiat obat untuk menyembuhkan penyakit disentri, keputihan, sariawan, kurap, diare, pingsan, radang lambung, gusi bengkak, dan peradangan mulut, serta kulit terbakar sinar matahari (Cahyono B, 2010).

Psidium guajava L. diketahui mengandung beberapa bahan aktif antara lain tanin, flavonoid, guayaverin, leukosianidin, minyak atsiri, asam malat, damar, dan asam oksalat, tetapi hanya komponen khusus seperti flavonoid, tanin, minyak atsiri, dan alkaloid yang memiliki efek farmakologi sebagai antidiare terutama pada penyakit diare yang disebabkan oleh bakteri (Ajizah, 2004)

Zat aktif dalam daun jambu yang dapat mengobati diare adalah tanin. Dalam penelitian terhadap daun kering jambu biji yang digiling halus diketahui, kandungan taninnya sampai 17,4%. Makin halus serbuk daunnya, makin tinggi kandungan taninnya. Senyawa itu bekerja sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa usus, khususnya usus besar. Tanin juga menjadi penyerap racun dan dapat menggumpalkan protein (Lailis, 2010) 2.2. Definisi Tanin

Tanin adalah kelas utama dari metabolit sekunder yang tersebar luas pada tanaman. Tanin merupakan polifenol yang larut dalam air dengan berat molekul biasanya berkisar 1000-3000 (Waterman dan Mole tahun 1994, Kraus dll., 2003). Menurut definisi, tanin mampu menjadi pengompleks dan kemudian mempercepat pengendapan protein serta dapat mengikat makromolekul lainnya (Zucker, 1983). Tanin merupakan campuran senyawa polifenol yang jika semakin banyak jumlah gugus fenolik maka semakin besar ukuran molekul tanin.Pada

(5)

mikroskop, tanin biasanya tampak sebagai massa butiran bahan berwarna kuning, merah, atau cokelat (Sastrohamidjojo H, 1996)

Tanin berikatan kuat dengan protein & dapat mengendapkan protein dari larutan.Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Dalam industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung silang protein (Carter, 1978)

Secara fisika, tanin memiliki sifat-sifat:jika dilarutkan kedalam air akan membentuk koloid dan memiliki rasa asamdan sepat, jika dicampur dengan alkaloid dan glatin akan terjadiendapan, tidak dapat mengkristal, dan dapat mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa denganprotein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik (Departemen Kesehatan, 1997)

Secara kimiawi, memiliki sifat-sifat diantaranya: merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yangsukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal, tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi, dansenyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptik dan pemberi warna (John, 2008)

Senyawa phenol yang secara biologis dapat berperan sebagai khelat logam. Proses pengkhlatan akan terjadi sesuai pola subtitusi dan pH senyawa phenolik itusendiri. Karena itulah tanin terhidrolisis memiliki potensial untuk menjadipengkhelat logam.Hasil khelat dari tanin ini memiliki keuntungan yaitu kuatnya daya khelat darisenyawa tanin ini membuat khelat logam menjadi stabil dan aman dalam tubuh.Tetapi jika tubuh mengkonsumsi tanin berlebih maka akan mengalami

(6)

anemiakarena zat besi dalam darah akan dilkhelat oleh senyawa tanin tersebut (Sirait M, 2007)

2.3. Klasifikasi Tanin

Senyawa tanin termasuk kedalam senyawa poli fenol yang artinya senyawa yang memiliki bagian berupa fenolik. Senyawa tanin dibagi menjadi dua yaitu tanin yang terhidrolisis dan tanin yang terkondensasi (Sirait M, 2007):

1. Tanin Terhidrolisis (hydrolysable tannins)

Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk jembatan oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat atau asam klorida. Salah satu contoh jenis tanin ini adalah gallotanin yang merupakan senyawa gabungan dari karbohidrat dengan asam galat. Selain membentuk gallotanin, dua asam galat akan membentuk tanin terhidrolisis yang bisa disebut Ellagitanins. Berat molekul galitanin 1000-1500,sedangkan Berat molekul Ellaggitanin 1000-3000. Ellagitanin sederhana disebut juga ester asam hexahydroxydiphenic (HHDP). Senyawa ini dapat terpecah menjadi asam galic jika dilarutkan dalam air. Asam elagat merupakan hasil sekunder yang terbentuk pada hidrolisis beberapa tanin yang sesungguhnya merupakan ester asam heksaoksidifenat.

2. Tanin Terkondensasi (condensed tannins).

Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat terkondensasi meghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid yang merupakan senyawa fenol. Oleh karena adanya gugus fenol, maka tannin akan dapat berkondensasi dengan formaldehida. Tanin terkondensasi sangat reaktif terhadap formaldehida dan mampu

(7)

membentuk produk kondensasi Tanin terkondensasi merupakan senyawa tidak berwarna yang terdapat pada seluruh dunia tumbuhan tetapi terutama pada tumbuhan berkayu. Tanin terkondensasi telah banyak ditemukan dalam tumbuhan paku-pakuan. Nama lain dari tanin ini adalah Proanthocyanidin. Proanthocyanidin merupakan polimer dari flavonoid yang dihubungan dengan melalui C8 dengan C4. Salah satu contohnya

adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini merupakan trimer yang tersusun dari epiccatechin dan catechin.

2.4. Manfaat Tanin

Tanin diketahui dapat digunakan sebagai antivirus, anti bakteri, dan antitumor. Tanin tertentu dapat menghambat selektivitas replikasi HIVdan juga digunakan sebagai diuretik .Tanaman yang mengandung tanintelah diakui memiliki efek farmakologi dan dikenal agar membuat pohon-pohon dan semak-semak sulit untuk dihinggapi / dimakan oleh banyak ulat (Robinson, 1995)

Di dalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya, maka reaksi penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan hewan. Pada kenyataanya, sebagian besar tumbuhan yang banyak bertanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Kita menganggap salah satu fungsi utama tanin dalam tumbuhan ialah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan. Fungsi tanin pada tanaman biasanya sebagai senjata pertahanan untuk menghindari terjadinya over grazing oleh hewan ruminansia dan menghindari diri dari serangga, sebagai penyamak kulit,bahan untuk pembuatan tinta (+ garam besi(III) → senyawa berwarna tua),sebagai reagen untuk deteksi gelatin, protein, alkaloid (karena sifat mengendap),

(8)

sebagaiantidotum keracunan alkaloid (membentuk tannat yang mengendap), sebagaiantiinflamasi saluran pencernaan bagian atas,obat diare karena inflamasi saluran gastro intestinal, dan sebagai obattopikal (lesi terbuka, luka, hemoroid) (Sastrohamidjojo H. 1996).

Tanin yang terkandung dalam minuman seperti teh, kopi, anggur, dan bir memberikan aroma dan rasa sedap yang khas. Bahan kunyahan seperti gambir (salah satu campuran makan sirih) memanfaatkan tanin yang terkandung di dalamnya untuk memberikan rasa kelat ketika makan sirih. Sifat pengelat atau pengerut (astringensia) itu sendiri menjadikan banyak tumbuhan yang mengandung tanin dijadikan sebagai bahan obat-obatan. Tanin yang terkandung dalam teh memiliki korelasi yang positif antara kadar tanin pada teh dengan aktivitas antibakterinya terhadap penyakit diare yang disebabkan oleh Enteropathogenic Esclierichia coli (EPEC) pada bayi. Hasil penelitian Yulia (2006) menunjukkan bahwa daun teh segar yang belum mengalami pengolahan lebih berpotensi sebagai senyawa antibakteri, karena seiring dengan pengolahan menjadi teh hitam, aktivitas senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri pada daun teh menjadi berkurang (Sirait M, 2007)

Senyawa tanin juga bersifat sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa usus, khususnya usus besar dan menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak. Serta sebagai penyerap racun (antidotum) dan dapat menggumpalkan protein. Oleh karena itu, senyawa tanin dapat digunakan sebagai obat diare (John, 2008)

Referensi

Dokumen terkait

Minyak atsiri dari TRO diketahui mengandung senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai bahan baku pestisida, hal ini berkaitan dengan sifatnya yang mampu membunuh,

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Mirnawaty dan Supriadi (2012), kulit duku mengandung flavonoid, saponin, dan triterpen (asam langsat/minyak

viofet terdeteksi bahwa senyawa aktif antibakteri terhadap Staplrylococcus aureus adalah triterpenoid bebas dan kumarin, sedangkan minyak atsiri dan glikosida flavonoid

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa zat fitokimia seperti tanin, flavonoid, dan minyak atsiri yang terkandung dalam ekstrak daun jambu biji ternyata

Dari uji yang dilakukan diketahui sampel ekstrak daun jambu air dengan pelarut metanol positif mengandung beberapa senyawa aktif berupa flavonoid, saponin, alkaloid dan

Minyak atsiri dari TRO diketahui mengandung senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai bahan baku pestisida, hal ini berkaitan dengan sifatnya yang mampu membunuh,

IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DAN TANIN PADA EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH Piper crocatum LAPORAN TUGAS AKHIR Rizky Wahyu Basdiawati Nim.. 191105013 PROGRAM STUDI DIII

Manfaat bagi peneliti lain Dapat digunakan sebagai referensi atau perbandingan dalam melakukan penelitian selanjutnya untuk mengetahui kandungan flavonoid dan tanin pada ekstrak etanol