• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEANGGOTAAN DALAM JEJARING BISNIS TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KEANGGOTAAN DALAM JEJARING BISNIS TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENGARUH KEANGGOTAAN

DALAM JEJARING BISNIS

TERHADAP

KINERJA PERUSAHAAN

0LEH :

TITIEK IREWATI (920311)

ROSSY SEPTI W (982715)

UNIVERSITAS GUNADARMA

JAKARTA

JULY

2020

(3)

ABSTRAKS

Jejaring bisnis antar perusahaan merupakan bagian dari ranah jejaring sosial. Saat ini moda aliansi atau kerja sama dengan kompetitor atau pun usaha lain yang berkaitan menjadi strategi perusahaan untuk mencapai tujuan keunggulan kompetitif yaitu dengan memperoleh akses terhadap sumber daya dan mendapatkan dukungan untuk kemajuan bisnisnya. Sesuatu perusahaan yang mempunyai kemampuan dalam pengelolaan informasi dapat memenangkan kompetisi terutama pada pencapaian inovasi inovasi yang strategis untuk kemajuan usaha. Secara umum, ada tiga jenis pengelolaan jejaring yaitu : pengeloaan secara bersama, adanya perusahaan yang menjadi pemimpin jejaring dan pengelolaan oleh suatu sistem administrasi Hubungan antar perusahaan dalam jejaring dapat sebagai suatu ikatan lemah ataupun ikatan kuat, suatu jejaring yang baik adalah yang fleksibel yaitu yang kekuatan hubungannya medium, kuat dan lemah sehingga memudahkan untuk beradaptasi dan menjalin kontak dengan jejaring lainnya.

Penelitian penelitian menunjukkan, keanggotaan perusahaan dalam suatu jejaring sangat berperanan pada pengembangan perusahaan. Pada perusahaan berteknologi tinggi, adanya jejaring memudahkan transfer pengetahuan antar anggota. Pada perusahaan bertipe UKMK, keanggotaan dalam jejaring menjadi sumber memperoleh pelatihan/ ketrampilan baru, perluasan pasar dan nasihat atau konsultasi manajemen..

Kata kunci : jejaring, embedded , socialcapital

(4)

PENDAHULUAN

Perubahan teknologi yang semakin cepat terjadi dan lingkungan yang semakin rumit membuat suatu perusahaan harus sangat berjuang untuk mengatasi kompetisi dalam pasar bisnisnya. Strategi kerjasama antar perusahaan baik sejenis usaha ataupun tidak, menjadi pilihan perusahaan dalam menghadapi kesulitan kesulitan usahanya. Para peneliti manajemen dan organisasi, jauh jauh hari telah menyatakan bahwa adanya hubungan antar perusahaan dapat meningkatkan perolehan ekonomi. Keadaan ini dimungkinkan karena adanya pertukaran atau pemakaian bersama beberapa produk, jasa atau teknologi (Gulati, 1998). Pembentukan suatu jejaring bisnis (network business) perusahaan didasarkan adanya manfaat ekonomi yang berperanan pada biaya akhir suatu produk atau jasa. Penelitian–penelitian menunjukkan bahwa

knowledge-sharing adalah faktor produksi yang paling mahal dan dengan adanya jaringan bisnis, biaya tersebut dapat direduksi sampai lebih dari 50 % (Bian, 2000).

Jejaring bisnis antar perusahaan merupakan bagian dari ranah jejaring sosial ( Social Network ), yang menjadi tempat para aktor /pelaku bisnis bergabung karena mempunyai suatu tujuan yang sama. Ciri ciri khusus yang membedakan jejaring bisnis dengan jejaring sosial lainnya adalah pada suatu jejaring bisnis terdapat :

- Orientasitertujupadaperolehankeuntunganekonomi.

- Adanyahubunganbersifatformal antar aktor dalam jejaring/pelaku usaha. - Proses proses pada jejaring bisnis diatur oleh regulasi / hukum yang berlaku sedangkan jejaring sosial lebih mengikuti “commonsense” ( akal sehat ).

Suatu perusahaan yang mempunyai ikatan dengan perusahaan lain mengalami dampak dari hubungan atau keterkaitan tersebut. Ikatan tersebut membuat perubahan perubahan pada perusahaan secara individu. Ikatan kerja sama dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja sang perusahaan dalam berbagai dimensi. Pengaruh tidak hanya pada ikatan dyadic (hubungan antar dua perusahaan) tetapi juga kepada struktur perusahaan. Konsep jejaring berasal dari ranah jejaring sosial dengan dasar utamanya adalah konsep graf, dari dua node dihubungkan oleh satu garis hingga berkembang menjadi suatu struktur jejaring tertentu. Dalam kondisi jejaring sosial, node tersebut dapat berupa

(5)

entitas tertentu seperti individu, perusahaan atau organisasi tertentu. Penulisan ini berusaha untuk mendeskripsikan

- Bagaimana hubungan antar perusahaan dalam suatu jejaring bisnis, pembentukan jejaring dan dinamikanya.

- Bagaimana pengaruh hubungan-hubungan dalam jejaring tersebut terhadap kinerja perusahaan yang berada dalam jejaring.

Upaya untuk menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut adalah dengan analisis literatur untuk membentuk kerangka kerja teoritis pada topik jejaring bisnis . Mula mula analisis literatur untuk menjelaskan bagaimana jejaring bisnis dan pelakunya, kemudian bagaimana pengelolaan suatu jejaring , evolusi dan dinamikanya, kemudian bagaimana jejaring tersebut dapat mempengaruhi atau berperanan terhadap kinerja perusahaan.

JEJARING BISNIS DALAM KONTEKS KEWIRAUSAHAAN

Konsep jejaring atau network, pada awalnya banyak dipergunakan pada bidang sosiologi, antropologi dan juga pada penjelasan teori peranan dalam bidang ekonomi. Namun demikian barulah pada 30 tahun terakhir ini, konsep jejaring dipergunakan untuk menjelaskan strategi dalam bidang manajemen /organisasi perusahaan terutama bagaimana keberadaan jejaring tersebut untuk membantu para wirausahawan sebagai pelaku / aktor bisnis. Kondisi ini terutama karena timbulnya strategi strategi kerjasama yang dipergunakan para usahawan untuk mempertahankan dan menjaga kelangsungan usahanya.

Konsep Jejaring

Beragam definisi tentang jejaring dimunculkan para ilmuwan tetapi konsep yang paling banyak dipakai adalah konsep Hoang dan Antoncic (2003) yang menggambarkan jejaring sebagai sekumpulan aktor (node) dan sekumpulan hubungan (link) yang merelasikan aktor aktor tersebut. Pada pemakaian konsep relasional harap diperhatikan bahwa para aktor dan aksi mereka lebih dianggap interdependen daripada independen; ikatan relasi (relational ties) antar para aktor merupakan saluran atau tempat pengaliran sumber daya (Wasserman dan Faust, 2009). Adanya kondisi inter-relasi menjadi suatu landasan bagi pembentukan jejaring yang berkaitan dengan pasar. Jejaring merupakan pola dari minimum dua relasi timbal balik antar perusahaan yang menjalin kerjasama tertentu (Rudawska, 2010)

(6)

Hubungan antara aktor aktor dalam jejaring dapat didefinisikan sebagai suatu Ikatan lemah (weak ties) dan ikatan yang kuat (strong ties). Granovetter (1973) menyatakan ikatan lemah sangat penting karena berperan menghubungkan anggota anggota group kecil. Granovetter menganggap ikatan lemah sebagai saluran yang lebih penting bagi pengaliran informasi baru daripada ikatan kuat karena aktor aktor yang jaraknya berjauhan punya peluang lebih baik untuk memperoleh sumber informasi alternatif daripada para aktor yang saling berikatan kuat satu sama lain. Ikatan kuat antar dyadic ditengarai membuat para aktor kurang fleksibel untuk berhubungan dengan aktor baru lainnya. Tabel 1 memperlihatkan perbedaan antara ikatan kuat dan ikatan lemah. Pada hubungan antar aktor dalam jejaring, konsep embeddedness (rasa hubungan yang melekat / tertanam kuat) menunjukkan bahwa dalam relasi bisnis juga terdapat sisi personal dan dalam konsep embeddedness diketahui ada rasa trust atau kepercayaan yang mendalam.

Uzzi (1997) menyatakan bahwa ada tiga unsur dalam tipe hubungan yang bersifat tertanam kuat atau embedded . Yaitu adanya kepercayaan yang kuat (trust), pengaliran informasi yang detil (fine grained information transfer) dan penyelesaian masalah secara bersama (jointproblem solvingarrangement). Tiga komponen tersebut bertanggung jawab terhadap ekspektasi dan perilaku para aktor. Menurut Uzzi (1997), embedded ties mempunyai banyak efek positif bagi kedua belah pihak. Sedangkan sisi negatifnya adalah bila rasa embedded itu terlalu kuat, akan mengurangi kemampuan sang aktor untuk beradaptasi dan menyulitkan memperoleh mitra baru.

Tabel 1. Sifat dan Ciri Jenis Jenis Ikatan Weak Ties/ikatan lemah Strong Ties/ikatan kuat

 Hubungan yang berjarak  Sifat hubungan yang melekat/tertanam kuat

 Jejaring dengan berbagai Jenis kemitraan

 Kurang eratnya kohesi sosial

 Jejaring yang kohesif

 Jejaring yang memfasilitasi interaksi bisnis dengan pihak luar.

Pada analisis pembentukan jejaring, Burt (1992) menyatakan konsep posisi kosong (structural holes ) untuk menjelaskan bagaimana terjadi penggandaan jejaring. Burt mengemukakan, structural hole terjadi ketika dua jejaring tidak berhubungan sehingga informasi tidak dapat saling dibagi antar

(7)

para aktor dalam dua jejaring tersebut. Seorang aktor dapat bertindak sebagai intermedier / penghubung antara kedua jejaring. Penghubung /jembatan ini disebut broker. Peranan seorang broker umumnya menjadi hal yang penting. Seorang aktor dapat menjadi broker aliran informasi. Keuntungan adanya informasi ini adalah kemampuan perolehan, waktu dan refferal.

Jadi network atau jejaring merupakan sekumpulan aktor dan hubungan antar mereka. Hubungan tersebut dapat lemah atau kuat, serta suatu jejaring yang efisien ternyata terdiri dari kedua jenis ikatan tersebut. Artinya untuk jejaring yang baik, ada proporsi tertentu antara jenis ikatan, ikatan kuat dan lemah, yang mendukung efektivitas kerja jejaring usaha.

Pembentukan Jejaring

Teori para ahli jaringan sosial mengemukakan, ada dua konsep penjelasan mengenai pembentukan jejaring bisnis. Penjelasan yangpertama memusatkan perhatian pada “ sumber daya” , yang membuat perusahaan berusaha membentuk jejaring adalah adanya keinginan untuk memperoleh aksessumber daya, . Penjelasan yang ke dua berdasarkan teori bahwa adanya kesempatan untuk membentuk link biasanya cenderung memperlihatkan adanya hubungansebelumnya. ( Ahuja, Polidoro, dan Mitchel, 2009).

Beberapa penelitian memperlihatkan adanya implikasi positif dari networking. Contohnya , network relationship dapat memberi dukungan emosional kepada para wirausahawan yang menghadapi risiko bisnis, sehingga meningkatkan wirausahawan untuk terus berusaha. Para wirausahawan juga memanfaatkan jejaring untuk memperoleh informasi, gagasan atau pelayanan . Bahkan lebih penting lagi, pemilik usaha kecil atau menengah, dapat memperoleh akses terhadap hasil penelitian mutakhir yang dilakukan oleh perusahaan perusahaan besar, memperoleh pendampingan manajemen dan pemasaran (Rothwell, 1991).

Perusahaan start up akan sangat terbantu oleh adanya hubungan antar perusahaan sejenis, terutama dalam bidang modal dan keuangan. Adanya relasi antar perusahaan membantu perusahaan mengatasi bahaya dan risiko yang muncul di awal pertumbuhan perusahaan. Para wirausahawan dapat memanfaatkan hubungan antar perusahaan secara efisien dengan mengakses informasi dan teknologi pendukung yang diperlukan.

Secara ringkas, jejaring bisnis terbentuk oleh kebutuhan untuk memperoleh sumber daya dan dukungan. Pembentukan hubungan baru bahkan dapat

(8)

menggambarkan hubungan pada masa lalu. Untuk memperoleh akses terhadap berbagai sumberdaya , perusahaan harus mampu menjalin hubungandenganberbagaikelompok jejaring.

UNSUR UNSUR JEJARING : Para pelaku dan inovasi usaha

Pada perusahaan perusahaan berbasis inovasi yang mencari hasil penelitian yang segar dan bersifat mendasar, posisi tertentu dalam jejaring dan mempunyai rekan usaha menjadi sangat penting karena perusahaan dapat mengintegrasikan berbagai basis pengetahuan, perilaku dan kebiasaan cara berpikir dari aktor aktor yang ada. Pittaway, Robertson, Munir, Denyer (2004) menyatakan bahwa jenis jejaring dan jenis inovasi berhubungan searah. Demikian pula Ritten dan Gemunden (2003) menyatakan, aktivitas jejaring yang rendah juga menunjukkan kompetensi inovasi yang rendah.

Penelitian oleh Ferrary dan Granovetter(2009) menghasilkan bahwa suksesnya suatu perusahaan start up berhubungan dengan kewirausahaan atau inovasi dan pada derajat embedded perusahaan start up dalam jejaringnya. Jejaring bisnis ini membantu perusahaan startup dalam hal penguatan finansial, sumber daya, bantuan nasihat dan partner usaha.

Perusahaan seringkali melakukan konsultasi lebih dulu dengan pelanggannya sebelum memulai hubungan jejaring dengan tujuan inovasi. Pelanggan merupakan partner paling penting apabila perusahaan menginginkan inovasi yang efektif. Interaksi dengan pelanggan sangat penting untuk terciptanya gagasan baru dan perusahaan yang mampu memperoleh informasi dari pelanggannya akan lebih sukses secara komersial. Integrasi pemasok dan perusahaan juga memberikan keuntungan penting, adanya pemasok dapat mengawali suatu inovasi.

Pemasok dan pelanggan bisa jadi merupakan dua komponen jejaring yang paling penting namun ternyata ada satu komponen penting lainnya yaitu “think-tank” /kumpulan pakar seperti universitas dan organisasi peneliti. Partner ilmiah sangatlah penting bagi penelitian dan pengembangan perusahaan. Partner tersebut sangat penting bagi terjadinya transfer informasi ilmiah dari dan ke perusahaan. Jejaring kerja dengan partner ilmiah bersifat informal dan personal. Walaupun demikian, partner ilmiah tidaklah membentuk group yang harmonis. Ferrary (2009) menyatakan adanya perbedaan antara universitas dan laboratorium penelitian. kedua jenis organisasi tersebut sama sama menjadi cikal bakal inovasi, gudang pengalaman , tempat inkubasi start up dan agen

(9)

sosialisasi, namun Ferrary berpendapat bahwa universitas juga mendidik pekerja berdasarkan kebutuhan aktor lain. Pada intinya, adanya partner ilmiah sangat penting bagi perusahaan yang mengejar inovasi inovasi mendasar.

Pihak ketiga lainnya adalah partner jejaring dan mekanisme kelembagaan yang aktivitas utamanya memang pengelolaan jejaring. Walaupun kelompok kelompok ini mempunyai berbagai nama dan bentuk tetapi tujuannya tetap konsisten . menurut Pittaway et al(2004), bentuk yang paling umum dari jejaring partner dan mekanisme kelembagaan ini adalah inkubator, klaster dan pusat pusat kerja sama. Pada saat ini berkembang juga bentuk Taman Ilmiah, jejaring industri , aosiasi dagang dan asosiasi profesional. Aktor penting lainnya yang sangat berperan pada awal pertumbuhan perusahaan adalah lembaga keuangan. Pada kelompok ini termasuk juga perusahaan finansial seperti modal ventura dan investor swasta. Berbeda dengan aktor aktor lainnya, umumnya perusahaan perusahaan keuangan saling terhubung dan membentuk sindikat untuk permodalan. Investasi bersama menawarkan saluran sharing informasi dan pengetahuan. Perusahaan modal ventura biasanya memilih perusahaan perusahaan start up yang patut ditunjang dana, pemilihan perusahaan ini menunjukkan perusahaan tersebut mempunyai potensi di masa depan dan risiko sehubungan dengan perusahaan start up tersebut disinyalir relatif rendah.

Penghubung dalam jejaring

Menurut Burt (2005), broker merupakan aktor yang mengisi celah kosong (structural holes) antara group. Broker mempunyai peranan penting dalam pengembangan / pengaliran informasi antar kelompok jejaring. Dalam konteks jejaring perusahaan kecil dan menengah, peranan broker tak hanya terbatas pada transfer informasi, pengumpulan atau kegiatan bersama tetapi sebagai intermedier melakukan berbagai peranan untuk klien dalam proses inovasi. Seorang manajer perusahaan umumnya memilih tipe peranan mereka sebagai broker berdasarkan tujuan mereka.

Terdapat lima tipe broker, yaitu sebagai :

1). Tipe Koordinator : mengelola aliran informasi antar anggota group 2). Tipe Penjaga pintu : menyerap informasi dari group lain

3). Tipe Perwakilan : meneruskan informasi dari groupnya ke group lain

4). Tipe Kosmopolitan : bertindak sebagai intercessor yang bekerja untuk group, namun dia bukan anggota group tersebut

(10)

5). Tipe Liaison : sebagai intermedier antara dua group sehingga mempercepat aliran informasi antar group.

Seorang focal actor dapat melakukan berbagai tipe peran dalam berbagai tipe group. Dalam analisis jejaring, pengetahuan akan jenis dan peranan yang eksis dalam suatu group jejaring merupakan hal yang sangat penting.

Stam (2010), menyatakan bahwa seorang wirausahawan dapat menjadi jembatan antar ikatan dan pada saat yang sama bertindak sebagai broker. Peristiwa peristiwa dalam dunia usaha menawarkan peluang penghubungan yang sangat penting bagi para wirausahawan. Dia dapat menjadi jembatan bagi group group yang terpisah dengan cara mengikuti acara acara yang diadakan oleh group group jejaring bisnis. Para pebisnis ini memperoleh keuntungan ketika bertindak sebagai penghubung antar jejaring. Pebisnis tersebut dapat menjadi pemimpin komunitas karena kemampuannya memperoleh akses menuju informasi tertentu dan akan lebih punya pandangan ke depan, serta khalayak pelanggan yang lebih luas. Lebih jauh lagi Bergenholtz (2011) mengemukakan, perusahaan dengan teknologi intensif memperoleh keuntungan dari kerja samanya dengan aktor eksternal (perusahaan di luar jejaring). Kerja sama ini termasuk juga pertemuan dengan para ilmiawan seperti seminar, workshop,dll. Pada intinya, aktivitas kunci dari broker adalah mempersiapkan saluran bagi aliran informasi antar para aktor jejaring bisnis.

PengelolaanNetwork

Pengelolaan network merupakan aspek kunci dari suatu jejaring. Jenis pengelolaan dan pengaturan mempengaruhi jenis ikatan jejaring . Ketika dengan berjalannya waktu, suatu relasi antar aktor berubah dari ikatan lemah menjadi ikatan kuat, aktor aktor tersebut berarti telah mengembangkan suatu rasa percaya yang mendalam /trust / satu sama lain. Keterhubungan menjadi saluran efektif bagi aliran informasi. Uzzi (1997) mengatakan, kepercayaan tersebut biasanya terbentuk apabila kedua belah pihak memerlukan bantuan pihak lain untuk membentuk hubungan. Uzzi juga menambahkan bahwa suatu hubungan berdasarkan rasa trust / kepercayaan ini menawarkan akses pada sumber daya , sehingga perusahaan semakin mampu bersaing. Aliran informasi yang berdasarkan trust menjadi aspek integral dari hubungan antar perusahaan yang kuat dan bertahan lama. Ketahanan hubungan yang didasarkan pada kontrak yang ketat (bukan pada trust) antar pelaku jejaring bisnis bergantung pada bagaimana budaya dan konteks institusional tempat perusahaan beroperasi (Noteboom, 2000).

(11)

Provan dan Kenisa (2008) mengajukan ada 3 jenis pengelolaan yang berbeda pada mekanisme hubungan antar perusahaan dalam jejaring. Yaitu :

- Pengelolaan bersama

- Adanya pemimpin organisasi yang mengelola

- Suatu sistem yang diselenggarakan oleh network administrative organisation (NAO).

Metode pengelolaan bersama berdasarkan asumsi bahwa organisasi dalam jejaring mengelola operasional jejaring dengan membentuk strategi dan keputusan secara bersama sama. Dalam hal ini tidak ada pengelola secara formal.

Pada metode ke dua, ada suatu perusahaan yang bertindak sebagai pemimpin organisasi. Perusahaan pemimpin ini biasanya perusahaan besar sehingga lebih mampu menjadi perusahaan adidaya. Semua perusahaan dalam jejaring mempunyai tujuan yang sama tetapi hanya perusahaan pemimpin yang mempunyai sumber daya atau legitimasi yang diperlukan untuk memegang peranan sebagai pemimpin dalam jejaring tersebut.

Metode pengelolaan yang ke tiga, yaitu adanya pusat organisasi yang mengatur aktivitas jejaring. Pada metode ini, badan pengurus organisasi tersebut peranannya murni hanya sebagai pengelola jejaring. Model NAO ini banyak diadaptasi oleh jejaring jejaring di negara Eropa karena jenis ini merupakan simulasi hubungan antara sektor publik dengan sektor swasta dalam klaster jejaring.

Perusahaan perusahaan mempunyai kompetensi untuk mengelola jejaring mereka tetapi tingkat kompetensinya bervariasi antar perusahaan.

Pada akhirnya, trust, rasa percaya yang kuat , merupakan salah satu kunci dalam metode pengelolaan jejaring.

Social Capital

Dinamika dan evolusi jejaring tidak terlepas dari konsep social capital. Social capital merupakan suatu sumber daya kualitatif yang tersedia bagi individu atau kelompok. Menurut Lin dalam Lin, Cook and Burt (2008), social capital berakar dari jejaring sosial dan hubungan sosial. Oleh sebab itu social capital dapat didefinisikan sebagai sumberdaya yang tertanam kuat (embedded) dalam struktur sosial yang dapat diakses atau dimobilisasikan untuk tujuan tertentu. Coleman (1994) mendefinisikan Social capital sebagai suatu proses yang mendukung kreasi human capital dan

(12)

pemeliharaan solidaritas kelompok. Sumbernya terletak pada struktur dan muatan masing masing pelaku. Social capital merupakan efek aliran informasi, pengaruh dan solidaritas yang membuatnya tersedia bagi para aktor dalam jejaring.

Adler dan Kwon (2002) menyatakan, ada tiga hal yang dapat diperoleh dari social capital, yaitu : informasi, kekuatan dan solidaritas. Keuntungan dari pemilikan kekuatan mencakup akumulasi dari social capital, yaitu peningkatan kekuatan sosial dan pengaruhnya terhadap aktor yang lain. Adanya peningkatan rasa solidaritas sebagai goodwill efect dari social capital, mengurangi kebutuhan untuk pengendalian secara formal karena solidaritas berhubungan dengan norma sosial yang kuat dan kepercayaan. Social capital yang mencakup trust dan norma menjadi pembentuk kerja sama dalam jejaring.

Dinamika danEvolusi JejaringBisnis

Evolusi jejaring sebagai suatu kumpulan organisasi tentunya dipengaruhi oleh siklus hidup anggota anggotanya. Secara umum, siklus hidup organisasi mencakup peristiwa pertumbuhan organisasi dari kecil sampai dewasa :dimulai dari tahap inisiasi, perkenalan adanya organisasi pada dunia, awal pertumbuhan, pertumbuhan mulai berkurang, sampai pada puncak pertumbuhan, terjadi penurunan dan sering terjadi adalah kematian organisasi. Pada kenyataannya, sangatlah sulit bagi pengamat untuk menentukan posisi perusahaan dalam siklus, posisi tersebut juga dapat mengalami perubahan tergantung pada bagaimana perubahan strategi bisnis, tujuan perusahaan, harta kekayaan perusahaan, kebutuhan akan sumber daya dan perubahaan cara akuisisi sumber daya. Perusahaan perusahaan yang berada pada tahap awal siklus pertumbuhan mempunyai setidaknya tiga tantangan yaitu bagaimana mempertahankan akses, ketersediaan dan mengurangi ketidak pastian akan sumberdaya. Tiga hal ini sangat penting dalam evolusi suatu network.

Hite dan Hesterly (2001) menyatakan, bahwa selama pemunculan awal atau tahap inisiasi suatu perusahaan, wirausahawan membentuk jejaring mereka berdasarkan jejaring sosial mereka yang sudah ada. Jejaring perusahaan akan mengalami perubahan perubahan selama tahap awal. Para wirausahawan membentuk jejaring dengan ikatan antarpersonal melalui kegiatan kegiatan rutin yang mereka lakukan. Ikatan interpersonal ini menjadi antar organisasi dengan pembentukan saluran pengaliran dan pertukaran informasi serta sumber daya. Secara umum ada tiga tahap perubahan yang terjadi dalam jejaring suatu perusahaan.

(13)

- Selama tahap perubahan, terjadi penurunan proporsi ikatan yang bersifat tertanam kuat , hal ini karena adanya hubungan hubungan baru yang lebih didasarkan pada pertukaran sumber daya ekonomi dibandingkan ikatan karena komitmen dan relasi sosial.

- Yang ke dua, terjadi pelemahan kohesi jejaring selama tahap perubahan , namun ada peningkatan jumlah structural holes yang dapat dijembatani oleh perusahaan.

- Yang ke tiga, selama tahap awal / emergence / pertumbuhan perusahaan, proses bergantung jalur lebih mendominasi evolusi jejaring namun kemudian pengelolaan jejaring akan menjadi lebih intens.

Evolusi jejaring tersebut sebenarnya merupakan tanggapan terhadap adanya perubahan ketersediaan, kemampuan akses dan ketidak pastian sumberdaya. Seperti disebutkan sebelumnya, dalam tahap awal terjadi evolusi embedded ties (ikatan ikatan yang tertanam kuat). Pada awal pertumbuhan perusahaan, mayoritas hubungan memang berasal dari hubungan antar personal yang didasarkan pada ikatan yang tertanam kuat. Hubungan hubungan tersebut pada berbagai aktor berputar rekursif dari waktu ke waktu dan akhirnya menjadi semacam ikatan yang tertanam kuat dan menawarkan akses pada rasa percaya yang mendalam antar aktor. Namun tidak semua hubungan berakhir sebagai suatu ikatan yang kuat dan acapkali ikatan tersebut mengalami perubahan nilai ketika kepentingan terjadinya ikatan tersebut dirasakan berkurang. Secara keseluruhan ikatan ikatan kuat tersebut tergantung pada tingkat kepercayaan yang timbul antar para wirausahawan.

Dinamikadalam Jejaring Bisnis

Perubahan perubahan yang terjadi dalam jejaring usaha yang mempunyai muara pada informasi adanya dan terjadinya penemuan penemuan baru sangat penting untuk dipelajari karena dalam industri yang berbasis teknologi, jejaring bisnis menjadi pemacu peningkatan kapasitas dan kemampuan inovasi dan teknologi. Perusahaan yang mempunyai posisi sentral, berarti bertindak sebagai bintang dan mempunyai paling banyak hubungan dengan perusahaan lainnya umumnya adalah perusahaan perusahaan yang paling banyak mempunyai hak paten dan disebut memegang kunci kemilikan intelektual pada sektor tersebut. Perusahaan kunci inilah yang membentuk jejaring sehingga banyak perusahaan lainnya akan saling terhubung. Walaupun demikian hubungan tersebut akan dibatasi oleh evolusi teknologi dari waktu ke waktu dan

(14)

adanya penemuan teknologi lebih baru akan mengubah bentuk keseluruhan jejaring.

Guy dan Dousset (2005) mengemukakan, bahwa difusi pengetahuan dan informasi dari aktor pusat yang memegang kunci kemilikan ntelektual tersebut

dapat berlangsung sangat cepat. Perusahaan perusahaan start up lebih cepat menerima teknologi baru apabila perusahaan tersebut mempunyai

tingkat kesesuaian yang tinggi dengan perusahaan sentral tadi. Struktur jejaring dan tingkat pertumbuhan saling terkoneksi, ada keterkaitan antara periode perubahan struktur jejaring dengan timbulnya inovasi inovasi yang bersifat mendasar. Terjadinya difusi informasi dan pengujian inovasi merupakan suatu proses yang mengikuti kemunculan inovasi inovasi.

Pada prinsip jejaring inovasi, transfer pengetahuan dalam bentuk yang berbeda beda merupakan suatu pemicu kunci pembentukan hubungan dalam bentuk jejaring. Jejaring inovasi mengalami perubahan dalam kaitannya dengan perubahan teknologi ketika kebutuhan perusahaan akan sumberdaya berubah dan ketika pengetahuan serta informasi berdifusi secara cepat di dalam jaringan.

Pertemuan pertemuan yang terjadi antar para wirausahawan dan masuknya pelaku pelaku usaha baru dalam suatu jejaring bisnis mengarahkan ke pembentukan ikatan yang relatif lemah namun dapat berpotensi sebagai ikatan yang kuat dengan berjalannya waktu.

Tabel 2. memberikan ringkasan bagaimana proses kunci pada tahap pertumbuhan dan pemapanan perusahaan dalam jejaring :

Tabel. 2

Proses Pertumbuhan dan Pemapanan Perusahaan

Tahap Pemapanan Tahap pertumbuhan

 Menyadari perlunya peningkatan level dan status kolega yang terhubung dengan perusahaan.

 Mengadakan hubungan dengan kontak yang berpotensi akan meningkatkan level kerjasama.

 Menghubungkan manajemen menengah perusahaan dengan perusahaan kolega

 Membicarakan masa depan industri dan peranan kerjasama dengan para kontak

 Menghimpun kolega yang berpotensi akan mempunyai ikatan kuat dengan perusahaan dan menguji posisi, sumberdaya serta pengetahuan mereka.

 Mengembangkan hubungan dengan penawaran kerjasama berbasis informasi, serta menggali kemungkinan kerjasama dalam hal pengembangan pasar, produk atau pelayanan.

(15)

PERANAN JEJARING TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

Kinerja atau performa suatu perusahaan merupakan pengejawantahan bagaimana upaya perusahaan selama ini untuk memenuhi tujuannya. Kinerja perusahaan memperlihatkan hasil dari strategi yang selama ini telah dipergunakan perusahaan. Hasil dari strategi tersebut hakikatnya merupakan kombinasi berbagai kegiatan bisnis yang menyangkut berbagai objek. Kinerja perusahaan dapat menjadi gambaran tingkat pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan , misi dan visi yang tertuang dalam perencanaan strategis perusahaan. Analisis kinerja perusahaan berdasarkan posisi atau tingkat tertentu perusahaan sebenarnya bersifat dinamis karena setiap perusahaan mempunyai jenis sumber daya yang berbeda demikian juga sistem pengelolaannya.

Ada beberapa metode yang mungkin dipergunakan dalam pengukuran kinerja perusahaan. Riset riset acapkali memakai tingkat pertumbuhan usaha : penjualan dan laba, perluasan pasar serta peningkatan modal intelektual pegawai sebagai peninjau kinerja.

KINERJA PERUSAHAAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI SEBAGAI BAGIAN DARI JEJARING

Beberapa penelitian yang dilakukan Stuart (1998) pada perusahaan perusahaan semikonduktor memperlihatkan pentingnya teknologi bagi perusahaan sehingga memungkinkan perusahaan tersebut berperan dalam aliansi dengan perusahaan lain. Perusahaan perusahaan yang mempunyai sumberdaya teknologi lebih banyak ternyata lebih mudah membentuk jejaring dalam situasi apapun, apakah dalam situsi pasar bertumbuh ataupun menurun.

Powell, Koqut, SmithDoer dan Owensmith (1998) pada penelitian terhadap perusahaan perusahaan berbasis bioteknologi menyatakan adanya dampak positif dari posisi perusahaan dalam jejaring kerja tempat perusahaan itu bergabung terhadap kondisi finansial perusahaan. Jejaring kerja menurut pemikiran Powell (1998) merupakan titik peluang (locus of opportunity) tempat kesempatan untuk memperoleh pembelajaran dan inovasi. Sejalan dengan semangat untuk menemukan atau menciptakan sesuatu ini juga membuat banyak peningkatan pada perusahaan. Ukuran efektif jejaring berkorelasi positif dengan banyaknya inovasi yang dihasilkan.

(16)

Aktamov dan Zhao (2014) pada penelitian tentang pengaruh posisi perusahaan dalam jejaring terhadap kinerja inovasi pada perusahaan otomotif di China , menyebutkan bahwa dalam jejaring 59 perusahaan, kecepatan aliran informasi antar hubungan penting untuk diperhatikan. Suatu perusahaan yang mempunyai banyak hubungan akan memperoleh keuntungan lebih banyak dan kinerja inovasinya lebih baik.

Di Jepang, penelitian oleh Mishima, Lijima dan Ho (2008) mengamati 240 perusahaan manufaktur dan dapat menyimpulkan bahwa posisi struktural perusahaan dalam jejaring industri merupakan faktor terpenting terhadap kapabilitas dan potensial perusahaan untuk meningkatkan kinerja.

Selain pada perusahaan berbasis teknologi, penelitian mengenai jejaring pada kelompok perusahaan keuangan oleh Farina (2008) menghasilkan adanya peningkatan kinerja pada bank bank yang dijadikan observasi ketika bank bank tersebut berada pada posisi sentral dalam jejaring kerja. Akses terhadap informasi juga dipengaruhi oleh kualitas hubungan atau kerjasama yang terbentuk.

Pengujian konsep aliansi dan konstelasi bisnis memang banyak dikembangkan di negara negara industri dengan objek perusahaan perusahaan mempergunakan teknologi tinggi karena memang pada perusahaan semacam ini kemanfaatan arus informasi antar anggota jejaring terlihat jelas hasilnya. Namun tidak berarti konsep jejaring tidak bermanfaat pada usaha usaha kecil di bidang lain. Bagaimanakah peranan konsep jejaring pada perusahaan perusahaan kecil ?

PERANAN JEJARING PADA KINERJA USAHA KECIL

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah jenis usaha yang mendominasi kondisi sektor bisnis di Indonesia. Kontribusi sektor UKM terhadap PDB Indonesia pada tahun 2019 telah mencapai 56 % dengan pertumbuhan unit rata rata sebesar 9 %. Usaha Kecil dan Menengah lebih banyak terdapat pada sektor pertanian, jasa jasa dan perdagangan. Peranan pada subsektor yang cenderung sama ini menuntut pihak pelaku usaha untuk mempunyai keunggulan kompetitif dalam mengatasi tantangan yang timbul. Saat ini, kecenderungan UKM untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya adalah dengan bersama sama mencari sumber pengetahuan, pengetahuan, teknologi dan ketrampilan usaha yang diharapkan dapat membawa kemajuan pada usahanya.

Salah satu strategi dalam meningkatkan keunggulan kompetitif adalah dengan melakukan kerja sama dengan perusahaan sejenis, mitra suplier, dengan

(17)

BUMN yang memiliki tujuan atau kemiripan yang sama. Supaya dapat memenangkan persaingan, UKM dapat berkolaborasi dengan kompetitornya untuk memperoleh peningkatan kemampuan, ketrampilan serta keunggulan kompetitif.

Aliansi strategis merupakan kerja sama yang tepat untuk menyetarakan diri ketika unit usaha mencari sumber daya yang unik dan unggul. Unit usaha kecil pun mempunyai keuntungan tersendiri yaitu kemampuannya untuk cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Bagi kebanyakan UKM, saling keterhubungan dalam jejaring atau dengan strategi kooperatif banyak membantu mereka untuk selalu memperoleh aliran informasi yang diperlukan dalam menimbulkan keunggulan kompetitif. Pengaruh hubungan tersebut terhadap keunggulan kompetitif UKM dapat diartikan sebagai suatu konsep kerja sama yang berisikan muatan muatan operasional bisnis UKM seperti distribusi manfaat dan penurunan biaya, efisiensi sumber daya, risiko dan ketidak pastian, optimalisasi kekuatan.

Hidayat (2013) melakukan survey pada 63 UKM yang tersebar di beberapa propinsi di Indonesia. Perspektif pelaku usaha dalam mengadakan kerjasama adalah dalam upaya memperkuat posisi UKM ketika menghadapi persaingan. Fokus kerja sama yang paling tepat adalah kepentingan kerja sama untuk peningkatan ketrampilan dan penerapan teknologi. Perbaikan kinerja diperoleh berdasarkan terjadinya pengurangan biaya proses .

Persatuan para pelaku usaha kecil banyak memberikan keuntungan bagi para pelaku bisnis tersebut. Adanya ikatan atau persatuan yang mencerminkan kerja sama teknologi dan kesepahaman untuk mengatur harga jual produk dan juga harga beli bahan baku memampukan wirausahawan untuk mengelola usahanya sebaik mungkin. Di kota Batu, kabupaten Malang, terdapat lebih dari 500 unit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (data sampai tahun 2015). Unit unit usaha tersebut tergabung dalam kelompok kerja sama GRAS (Guyub Rukun Agawe Santoso). Jejaring GRAS ini aktif memberikan pengaruh positif pada anggotanya antara lain dengan cara :

- Pembimbingan manajemen pada para anggota.

- Penguatan sistem teknis produksi , bekerja sama dengan pusat penelitian dan studi di Universitas sebagai sumber informasi. Bagaimana good manufacturing dan kualitas / penjagaan mutu.

- Penataan pengelolaan keuangan pada para anggota.

- Situasi unit unit usaha yang membentuk klaster juga membuat proses kerja sama dengan pihak luar lebih mudah.

(18)

(Asmaul dan Sakunda, 2016).

Bagaimana kekuatan peranan jejaring bisnis juga ternyata dari hasil penelitian Utomo dan Susanta (2017) yang meneliti pengaruh jejaring terhadap usaha perajin UKM gitar di kecamatan Baki, kabupaten Sukoharjo. Semakin banyaknya perajin yang berebut pasar membuat kompetisi semakin tinggi dan setiap wirausahawan harus mengeluarkan jurus strategi untuk meraih pasar. Hasil survey menunjukkan kepuasan responden terhadap strategi mereka untuk menjalin jejaring, 59 % responden mempunyai persepsi bahwa jejaring usaha yang mereka punyai tergolong “baik”. Jejaring bisnis mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja pemasaran. Hubungan jangka panjang berpengaruh positif terhadap peningkatan laba perusahaan.

Di kota Mojokerto yang mempunyai industri kreatif alas kaki, terdapat organisasi wirausaha sepatu dan sandal yang merupakan wadah kerjasama para pelaku bisnis tersebut. Organisasi tersebut dikenal dengan nama KOMPAK (Komite Pengusaha Alas kaki kota Mojokerto). Organisasi ini membuat para pengrajin mendapat informasi mengenai pasar, mengatasi kebutuhan modal dan teknologi serta pelatihan kerja. Kemampuan pemimpin utama jejaring sebagai aktor pusat (star) dalam membangun komunikasi dengan pelaku pelaku usaha lainnya menjadi kekuatan utama jejaring ini untuk dapat memberikan peranan bagi para anggotanya (Putri, Sujoko dan Antoni, 2018).

Pada bidang agribisnis, tantangan usaha dan keinginan untuk memperoleh keunggulan tertentu membuat para wirausaha sektor agribisnis harus bersatu padu membentuk suatu klaster kerjasama regional. Penelitian pada klaster usaha peternakan sapi di kabupaten Sukoharjo memperlihatkan peranan jejaring terhadap kemampuan para peternak meningkatkan kinerja usaha mereka. Jejaring klaster ini berisi para pemangku kepentingan yang bertanggung jawab terhadap peningkatan usaha, seperti : suplair pakan dan sapronak, lembaga pemasaran, Bappeda, dinas peternakan, dinas lingkungan hidup selain para usahawan peternakan (Adi, 2010) .

(19)

PENUTUP

Jejaring kerja adalah sumber kesempatan, locus of opportunity. Jejaring bisnis sebagai suatu kelompok yang mewujudkan keterkaitan dan hubungan antar perusahaan tidak pelak lagi merupakan suatu hal yang harus diikuti suatu perusahaan untuk lebih memperoleh informasi dan pengetahuan yang terkini, peningkatan rasa percaya dengan perusahaan lain serta memperoleh jaminan lindungan. Perusahaan perusahaan yang mempunyai hubungan paling banyak, mempunyai peluang berperan sebagai pemimpin jejaring. Posisi tersebut memudahkan untuk memperoleh, menyaring dan meneruskan aliran informasi kepada perusahaan perusahaan kolega lain . Dengan demikian perusahaan tersebut lebih mudah memperoleh keunggulan kompetitifnya. Perusahaan yang dapat memanfaatkan kondisi posisinya dalam hubungannya dengan perusahaan perusahaan lain mempunyai kesempatan untuk meningkatkan kinerja baik secara kualitatif (manajemen , ketrampilan dan pemasaran) yang pada akhirnya juga berperanan pada kinerja kuantitatif (finansial).

Di Indonesia, dengan kondisi unit usaha yang beragam baik dari segi komunikasi , informasi , manajemen maupun teknis / ketrampilan produksi maka pembentukan jejaring pada tiap jenis usaha sangat berarti untuk menjadi tempat pengaliran informasi dan peluang teknis.

(20)

DAFTAR

PUSTAKA

Adi, K. 2010. Peran Jejaring Agribisnis dalam membangun kemitraan

Agribisnis (Studi pada pengembangan klaster usaha peternakan sapi

Di kab. Sukoharjo). Laporan Peneltian.

Adler, P.S & Kwon, S. 2002. Social Capital : prospect for a new concepts

Academy of Management Review. 27, 17 -40

Aktamov , S & Zhao, Y. 2014. Impact of Network central position on

Innovation Performance of the Firm. Bussiness Management and

Strategy 5 (1) : 164.

Asmaul, S & Sakunda, A. 2016. Penguatan Alih Teknologi Produksi di

UKM Sambal Pecel anggota Jaringan Usaha GRAS kota Batu. Journal

Of Innovation and Applied Technology, vol.2 (1) 180 -186.

Bergenhotz, C. 2011. Knowledge Brokering : Spanning Technological and

Network boundaries. European Journal of Innovation Management.

14, 74-92.

Bian, Y. 2000. Social Capital of the Firm and its Impact on Performance :

a Social Network Analysis. Research paper Hongkong University.

Birley, S. 1985. The Role of Network in the Entrepreneural Process.

Journal of Business Venturing. 2, 155-165.

Burt, R. S . 2005. Brokerage and Closure : an Introduction to Social Capital.

Oxford UP, NY,

Coleman, J.S. 1994. Social Capital in the Creation of Human Capital.

Amercan Journal of Sociology. 94 : 95 -120.

Farina, V. 2008. Network Embeddedness, Specialization Choices and

Performances in Banking Industry. MPRA paper.

Ferrary, M & Granovetter, M. 2009. The Role of Venture Capital Firms in

Silicon Valley’s complex innovation network. Economy and Society 38

326 – 359

Granovetter, M. 1973. The Strength of Weak Ties. American journal of

Sociology. 78, 1360 -1380.

Gulati, R. 1999. Network Location and Learning : the Influence Network

Resources and Firm capabilities on Alliance Formation. Strategic

(21)

Management Journal. 21 : 203-215

Hidayat, A. 2013. Aliansi Strategis dalam Membangun Keunggulan

Kompetisi UKM di Indonesia. Widya riset vol 16 (no 1) 1-10.

Hite, J. M & Hesterly, W.S. 2001. The Evolution of Firm Networks : the

Emergence to early growth of the firm. Strategic Management Journal

22 : 275 – 286

Hoang, H & Antoncic, B. 2003. Network Based Research in

Entrepreneurship : a Critical Review. Journal of Business Venturing

18 : 165 - 187.

Lin, N. Cook,K & Burt, R.S (ed). 2008. Social Capital. Transaction

Publ., New Brunswick.

Mishima,K. Lijima,J & Ho,S. 2008. Is Firm Valuation affected by its

Position B to B relation Network ? . Tokyo Institute of Technology.

Noteboom, B. 2000. Institutions and Forms of Coordination in Innovation

System. Organization studies 21 : 915 – 939.

Pittaway, L. Robertson, M. Munir ,K. Denyer, D. 2004. Networking and

Innovation : A Systematic Review of the Evidence. International

Journal of Management Review 5 : 137 – 168

Powell, W.W. Koqut,K.W. Smith-Doer,L and Owensmith, 1999. Network

position and firm performance : organisational returns to collaboration in

the biotechnology industry. Research in the sociology of organisation.

Vol 16 (1) 129 – 159.

Provan, K.G & Kenis, P. 2008. Mode of Network Government Structure ,

Management and Effectiveness. Journal of Public Administration

Research and theory 18 : 229 - 252.

Putri, D.F, Sujoko, A , Antoni. 2018. Analisis jaringan komunikasi pada level

aktor dalam jaringan komite pengusaha alas kaki kota mojokerto.

Jurnal komunikasi (6) 2 : 183 – 190.

Ritter, T & Gemunden, H.G. 2003. Network Competence : its impact on

innovation succes and its antecedents. Journal of Business Research

56 : 745 – 755.

Rothwell, R. 1991. External networking and innovation in small and

medium sized manufacturing firms in europe. Technovation 11 : 93 -112

Rudawska, I. 2010. Interconnected Firms Relationship as a Source of

(22)

Competitive Advantage . Prague Dev. Centre Journal Business and

Economic Horison. Vol.2 : 7-16.

Stam, W. 2010. Industry event participation and network brokerage among

entrepreneurial ventures. Journal of manageandment studies 47 :

625-653

Stuart, T.E. 1998. Network positions and propensities to collaborate : an

investigation of stratgeic alliance formation. Administrative science

quarterly vol 43 no 3 : 668 - 698

Utomo, P. 2017. Pengaruh jaringan bisnis , teknologi produksi dan

penjaminan mutu terhadap kinerja pemasaran . FISIP. Universitas

Diponegoro , Semarang.

Uzzi, B. 1997. Social structure and competition in interfirm networks : the

paradox of embeddedness. Administration science quarterly, 42 : 35

– 67.

Wasserman, S. & Faust, K. 2009. Social Network Analysis : methods and

application. Cambridge University Press, Cambridge.

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi pemikiran pendidikan Hasyim Asy`ari dikedua situs tentang Etika Seorang murid terhadap guru bahwa di situs pertama masih kurang mengimplementasikan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sinyal beli dan sinyal jual sesudah menggunakan ndikator Stochastic Oscillatorr dengan

Penelitan Irawati (2005) tentang analisis terhadap laporan keuangan dengan menggunakan rasio keuangan untuk membandingkan kinerja keuangan perusahaan, menyatakan

Reksa dana merupakan alternatif investasi bagi masyarakat dan kesempatan untuk mendapatkan hasil investasi yang lebih baik dalam jangka waktu tertentu.Reksa dana syariah

Kami berharap, seni beladiri ini bisa masuk karena ini merupakan salah satu kebudayaan Indonesia,” katanya usai menghadiri acara pembukaan Kejuaraan Pencak Silat Jakarta

Kertas kerja ini akan menerangkan mengenai repositori institusi Universiti Sains Malaysia (USM) atau Repository@USM yang telah dipertanggungjawabkan kepada Perpustakaan

Pri pogledu na profile reljefa A-A’ i C-C’ (Sl. 5, 7) jasno se vidi da otočni hrbat doseže najviše visine u središnjem zapadnom dijelu koji se nalazi u hipsometrijskim

Metode kontrasepsi yang mendapat prioritas paling tinggi pada saat ini ditujukan untuk para wanita, sementara pria yang mempunyai keinginan untuk ikut berpartisipasi dalam Program