BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangPertumbuhan penduduk pada saat ini sangat pesat baik di
perkotaan maupun di pedesaan. Faktor utama yang dapat mempengaruhi
keadaan tersebut adalah perubahan-perubahan demografi (berkurangnya
rata-rata kematian bayi dan bertambahnya umur harapan hidup). Selain
itu juga didukung oleh adanya perkembangan teknologi yang canggih,
sehingga banyak kemudahan-kemudahan dalam hidup. Dengan
meningkatnya pertumbuhan penduduk maka perkembangan pembangunan rumah-rumahakan ikut meningkat. Hal ini disebabkan
karena manusia membutuhkan tempat tinggal yang layak.
Rumah atau perumahan merupakan kebutuhan pokok masyarakat
di Indonesia selain sandang dan pangan. Kebutuhan rumah sangatlah
penting, karena mempunyai banyak fungsi atau manfaatnya. Adapun
fungsi pokok suatu rumah adalah sebagai tempat untuk melepaskan
lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari,
sebagai tempat bergaul dengan kelarga atau membina rasa kekeluargaan
bagi segenap anggota keluarga yang ada, sebagai tempat untuk
melindungi diri dari kemungkinan bahaya yang dating mengancam
sebagai lambing status sosial yang dimilki, sebagai tempat untuk
meletakkan atau menyimpan barang-barang berharga yang dimiliki.
Kebutuhan akan rumah atau perumahan meningkat pesat seiring
dengan laju pertumbuhan penduduk yang juga cukup pesat sehingga
yang seksama, yang tentu saja akan berhasil dengan partisipasi aktif dari
masyarakat. Apabila pertumbuhan penduduk tidak selaras dengan perkembangan infrastruktur seperti perumahan misalnya, maka akan
menimbulkan banyak masalah. Hal ini dapat dilihat pada daerah
perkotaan yaitu munculnya darah-daerah kumuh atau slum area.
Masalah rumah dan pemukiman di Indonesia bukan hanya terletak
pada kurangnya jumlah rumah di daerah perkotaan, tetapi menyangkut
aspek kualitas rumah dan aspek non fisik yaitu perilaku yang sangat
mempengaruhi kesehatan rumah.
Rumah sehat dan lingkungan pemukiman merupakan salah satu
kebutuhan dasar bagi keluarga untuk mewujudkan derajad kesehatan
masyarakat secara keseluruhan. Rumah sehat adalah rumah yang
memenuhi syarat fisiologis, psikologis, pencegahan penyakit dan
pencegahan kecelakaan.
Kontruksi rumah dan lingkungan yng tidak memenhi syarat
kesehatan merupakan faktor resiko sumber penularan penyakit berbasis
lingkungan. Penyakit TBc/TB (Tubercolusis) dan ISPA ( Infeksi Saluran
Pernafasan Atas) erat kaitannya dengan kondisi sanitasi perumahan.
Penyediaan air bersih, pembuangan limbah sampah dan tinja yang tidak
sehat dapat menjadi resiko timbulnya penyakit Diare dan Kecacingan. Faktor resiko lingkungan pada bangunan rumah yang
berpengaruh pada penularan penyakit dan timbulnya kecelakaan antara lain: ventilasi, pencahayaan, kepadatan penghuni, kelembaban udara dan
Mata Kuliah “Penyehatan Lingkungan Pemukiman” melatih untuk
mengenal permasalahan kesehatan rumah dan lingkungan permukiman, analisis resiko dan penyebab rendahnya kualitas rumah dan pemukiman,
merumuskan alternative pemecahan masalah dengan menitikberatkan
pada pemberdayaan masyarakat dalam menciptakan perumahan sesuai
dengan syarat-syarat kesehatan rumah Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 dan pemukiman sehat.
Untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa agar mampu
dalam pengelolaan lingkungan pemukiman, maka diberikan praktik
lapangan yaitu Survei Data Dasar (SDD). Kegiatan ini di laksanakan di
wilayah kerja Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta.
B. Tujuan 1. Umum
Mahasiswa dapat mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi
rumah dan lingkungan untuk penyusunan rencana program di tingkat
kelurahan guna mengatasi masalah lingkungan pemukiman dan
perumahan dengan pendayagunaan sumber daya yang tersedia di
masyarakat.
2. Khusus
a. Terkumpulnya data tentang
1) Keadaan lingkungan dan demografi
2) Data rumah sehat
3) Potensi yang dimiliki SDM dan SDA
b. Diketahuinya hubungan antara faktor rumah sehat dengan sarana
sanitasi
c. Diketahuinya hubungan antara faktor rumah sehat dengan
penyakit berbasis lingkungan
d. Tersusunnya rencana kegiatan pemecahan masalah.
C. Manfaat
1. Bagi masyarakat
Memperoleh informasi tentang beberapa rumah yang memenuhi
syarat kesehatan dan meningkatkan kesadaran masyrakat akan
pentingnya rumah dan lingkungan yang sehat.
2. Bagi Puskesmas Mergangsan
Mendapatkan masukan dan informasi yang membangun bagi
Puskesmas Mergangsan teritama di bidang kesehatan lingkungan
dan mendapatkan bantuan tenaga dalam menangani
masalah-masalah sanitasi di wilayah kerja Puskesmas Mergangsan.
3. Bagi Jurusan Kesehatan Lingkungan
Sebagai media silaturahmi dan kerjasama yang baik antar instansi
pemerintah dan sebagai tempat untuk membantu mahasiswa
melakukan praktek kuliah lapangan dengan orientasi langsung ke
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PengertianRumah sehat adalah tempat berlindung atau tempat untuk beristirahat,
sehingga menumbukan kehidupan yang sempurba bagi fisik, rohani, maupun
sosial yang memungkinkan penghuni hidup produktif secara sosial (Pengawasan
dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 1989). Sedangkan permukiman sehat
menurut World Health Organization (WHO) adalah suatau struktur fisik dimana
orang menggunakannya untuk tempat berlindung, dimana lingkungan dari
struktur tersebut termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan,
perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani dalam keadaan
sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu.
Lingkungan permukiman adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, kedaan dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya (Undang-Undang RI No. 4
Tahun 1982).
Segala keadaan atau kondisi yang terdapat disekitar prmukiman secara
totalitas membentuk kegsatuan yang utuh yang saling mengikat dengan
permukiman tersebut, bahkan membentuk kolerasi yang sangat erat satu dengan
yang lainnya. Adapun aspek-aspek lingkungan permukiman dari segi
Pengawasan dan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP) yang perlu
1. Fasilitas lingkungan adalah yang berupa fasilitas pendidikan, kesehatan,
perbelanjaan, rekreasi, kebudayaan, olahraga dan lapangan terbuka. 2. Prasarana lingkungan adalah jalan, saluran air hujan, pembuangan
sampah dan jaringan listrik.
B. Persyaratan Rumah Sehat Dan Permukiman Sehat
Rumah sebagai tempat tinggal dapat berfungsi dengan baik, maka
pembangunannya harus didasarkan pada persyaratan-persyaratan sebagai
berikut:
1. Persyaratan rumah sehat
Persyaratan Kesehatan rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut.
a. Bahan Bangunan
1) Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang
dapat membahayakan kesehatan, antara lainsebagai berikut:
a) Debu total tidak lebih dari 150 mg/m³
b) Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m³/4 jam
c) Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg
2) Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuhdan
berkembangnya mikroorganisme pathogen.
b. Komponen dan penataan ruang rumah
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis
sebagai berikut:
1) Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
a) Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana
ventilasi unuk pengaturan sirkulasi udara.
b) Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah
dibersihkan.
3) Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan
kecelakaan.
4) Bumbung rumah yang memilki tinggi 10 meter atau lebih harus
dilengkapi dengan penangkal petir.
5) Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang
tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur,
ruang mandi dan ruang bermain anak.
6) Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.
c. Pencahayaan
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat
menerangi seluruh bagian ruangan minimal intensitasnya 60 Lux dan
tidak menyilaukan.
d. Kualitas Udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai
berikut:
1) Suhu udara nyaman berkisar 18°C sampai 30°C 2) Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 79%
3) Konsentrasi gas tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam 4) Pertukaran udara
5) Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam
e. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai.
f. Binatang penular penyakit
Tidak ada tikus bersarang di rumah.
g. Air
1) Tersedia air bersih dengan kapasitas minimal 60 lt/hari/org
2) Kualitas air harus memenuhi persyaratn kesehatan air bersih dan
air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
h. Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene.
i. Limbah
1) Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.
2) Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak
menyebabkan pencemaran terhadap permukaan tanah dan air
tanah.
j. Kepadatan hunian ruang tidur
Luas ruang tidur minimal 8 m² dan tidak dianjurkan digunakan lebih
dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah
umur 5 tahun.
Masalah perumahan telah diatur dalam Undang-Undang
pemerintahan tentang perumahan dan pemukiman No.4/1992 Bab III Pasal 5 Ayat 1 yang berbunyi “ Setiap warga Negara mempunyai hak
untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan sehat, aman, serasi dan teratur”.
Bila dikaji lebih lanjut maka sudah sewajarnya seluruh lapisan
masyarakat menempati rumah yang sehat dan layak huni. Rumah tidak
cukup hanya sebagai tempat tinggal dan berlindung dari panas cuaca dan
hujan, rumah harus mempunyai fungsi sebagai:
a. Mencegah terjadinya penyakit
b. Mencegah terjadinya kecelakaan
Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian
terhadap beberapa aspek yang sangat berpengaruh, antara lain:
a. Sirkulasi udara yang baik
b. Penerangan yang cukup
c. Air bersih yang terpenuhi
d. Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulkan
pencemaran
e. Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta
tidak terpengaruh pencemaran seperti bau rembesan air kotor
maupun udara kotor.
f. Aman dan nyaman bagi penghuninya.
g. Penurunan ketegangan jiwa dan sosial.
2. Persyaratan pemukiman sehat
Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah
kondisi fisik, kimia dan biologi di dalam rumah, di lingkungan rumah dan
keehatan yang optimal persyaratan kesehatan perumahan dan
lingkungan pemukiman adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat sekitar dari
bahaya atau gangguan kesehatan.
Persyaratan kesehatan perumahan meliputi persyaratan
lingkungan perumahan dan pemukiman serta persyaratan rumah itu
sendiri sangat diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh
sangat besar terhadap peningkatan derajad kesehatan individu, keluarga
dan masyarakat (Sanropie,1992).
Persyaratan Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman
menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut:
a. Lokasi
1) Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran
sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah
gempa dan sebagainya;
2) Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir
(TPA) sampah atau bekas tambang;
3) Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah
kebakaran seperi alur pendaratan penerbangan. b. Kualitas udara
Kualitas udara ambient lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan
sebagai berikut:
2) Gas maksimum 0,10 ppm;
3) Debu maksimum 350 mm³/m² per hari.
4) Kebisingan dan getaran
5) Kebisingan dianjurkan 45 dB, maksimum 55 dB.
6) Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik
c. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman
1) Kandungan Timah Hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
2) Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
3) Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
4) Kandungan Benzopyrene maksimum 1 mg/kg
d. Prasarana dan sarana lingkungan
Memiliki taman bermain untuk anak, saran rekreasi keluarga dengan
kontruksi yang aman dari kecelakaan;
1) Memiliki saran drainase yang tidak menjadi tempat perindukan
vektor penyakit;
2) Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan kontruksi jalan
yang tidak menggangggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak
membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan
harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan, jalan tidak
menyilaukan mata;
3) Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air
yang memenuhi persyaratan kesehatan;
4) Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus
5) Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus
memenuhi persyartan kesehatan;
6) Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan,
komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan,
kesenian dan lain sebagainya;
7) Pengaturan instalasi listrik harus menjamin kemanan
penghuninya;
8) Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi
kontaminasi makanan yang dapat menibulkan keracuanan.
e. Vektor penyakit
1) Indeks lalat harus memenuhi syarat;
2) Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
f. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan
pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan
kelestarian alam.
C. Pengawasan Dan Pemantauan
Dalam rangka melaksanakan upaya penyehatan rumah dan pemukiman
dapat ditempuh melalaui beberapa aspek antara lain:
1. Aspek teknis
Agar rumah yang dibangun tersebut memenuhi persyaratan kesehatan
akan peletakan rumah sebaiknya dilakukan di atas tanah berpasir dan
lembab, di tempat terbuka (cukup mendapat sinar matahari), tanahnya tidak naik turun (sehingga akan memudahkan membuat saluran air).
penelitian dari lokasi dimana bangunan akan didirikan, yaitu penelitian
sifat fisik dari tanah, misalnya: peletakan tanah dan keadaan lingkungan, luas tanah serta batas tanah, tanah tidak tergenang air pada waktu
musim hujan dan ketinggian muka air tanah tersebut.
2. Aspek administratif dan manajemen
Di Indonesia permasalahan perumahan digolongkan ke dalam dua
hal, yaitu:
a. Masalah perumahan di daerah perkotaan yang meliputi jumlah rumah
dan lingkungan perumahan. Permasalahn tersebut memerlukan
penanganan secara lebih fokus yang meliputi:
1) Non Fisik
Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat kota terhadap
kebersihan dan kesehatan lingkungan.
2) Fisik yang meliputi:
Kurangnya jumlah rumah dan kurangnya komponen-komponen
lingkungan perumahan, yang berupa: jumlah lingkungan,
pembuangan air hujan, pembuangan air kotor, pendangkalan
saluran dan pencemaran oleh air buangan industri dan air
buangan lainnya.
b. Masalah perumahan di daerah pedesaan terutama mengenai mutu rumah dan lingkungan perumahan yang meliputi:
1) Non-Fisik yaitu kurangnya pengertian dan kesadaran terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan.
2) Fisik lingkungan perumahan berupa pengaturan tata desa dan
Pembangunan perumahan pemukiman harus ditangani dari
berbagai aspek secara lintas sektor dan memerlukan pendekatan yang menyeluruh, terpadu dengan menitikberatkan pada
penataan, pengaturan, pengadaan sdan pemanfaatannya.
3. Aspek sosial, budaya, ekonomi dan politik
Pembangunan perumahan dan pemukiman selain bertujuan
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat yang merata
dan terjangkau, juga bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi melalui pemerataan dan perluasan kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha. Pada dasarnya ruang dan tanah merupakan
modal dasar dan potensi sumber daya alam nasional yang mahal dan
semakin langka yang dibutuhkan dan dmanfaatkan untuk berbagai
macam kegiatan pembangunan. Mengingat kondisi penyediaan ruang
dan tanah akhir-akhir ini sudah semakin terbatas maka pembangunan
perumahan dan pemukiman yang membutuhkan investasi dan dana
besar dapat diraih kembali untuk dapat digunakan dalam tahap
selanjutnya.
Penyediaan perumahan masih belum mampu mengimbangi laju
pertumbuhan penduduk yang meningkat pesat. Kesenjangan tersebut
cenderung diusahakan dengan mengejar target secara kentitatif sehingga beberapa ketentuan teknis sering diabaikan.
Menyadari besarnya permasalahan perumahan yang harus dihadapi dan sesuai dengan penyebaran penduduk dan tingkat
keterdesakan akan kebutuhan rumah sebagai tempat tinggal. Maka
(penanganan perumahan perkotaan dan penanganan perumahan
pedesaan). Pembagian wilayah penanganan tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa sekitar 76% penduduk Indonesia bermukim di daerah
pedesaan dan 24% bermukim di perkotaan.
D. Upaya Penyehatan Pemukiman
Banyak rumah atau pemukiman baik yang ada di kota maupun di desa
yang dibangun tanpa memperhatikan apek penting yang harus dipenuhi,
misalnya syarat-syarat kesehatan. Hal ini dapat dilihat pada kenyataan lapangan
bahwa banyak rumah yang dibangun tanpa jendela atau ventilasi yang
memenuhi persyaratan rumah sehat, terutama pada bagunan rumah tradisional
atau rumah yang ada di pedesaan. Demikian juga di daerah perkotaan yang
banyak ditemukan kawasan kumuh (slum area) yang biasanya di daerah tersebut
terdapat banyak genangan air yang kotor yang merupakan tempat
berkembangbiaknya vektor penyakit menular yang pada akhirnya dapat
mengakibatkan orang tinggal di sekitarnya dapat tertular penyakit. Rumah yang
tidak dilengkapi dengan jendela akan menimbulkan kurangnya pergantian udara
dari udara yang kotor ke udara yang lebih bersih, hal tersebut akan
mengakibatkan pengabnya udara di dalam rumah tersebut sehingga akan
memudahkan timbulnya penyakit pernafasan TB (tubercolusis), paru-paru dan
Infeksi Pernafasan Saluran Atas (ISPA).
Bila keadaan tersebut dibiarkan tanpa pengawasan dan pemantauan
yang jelas maka dapat mengakibatkan kefatalan karena dapat menimbulkan gangguan penyakit dan kecelakaan serta kerugian materi terhadap penghuninya.
1. Pengawasan dan pemantauan terhadap perumahan atau pemukiman
yang akan dibangun atau baru dibangun dengan menitikberatkan pada: a. Aspek administratif yang meliputi antara lain:
1) Perizinan bangunan
2) Pembiayaan
3) Klasifikasi bangunan
4) Ketatalaksanaan
5) Aspek administrarif lainnya.
b. Aspek perencanaan yang meliputi:
1) Kesesuaian perencanaan dengan tata guna tanah
2) Kesesuaian dengan perencanaan kontruksi
3) Kesesuaian dengan perencanaan arsitektur
4) Kesesuaian dengan perencanaan sarana dan prasaran termasuk
sanitasi lingkungan
c. Aspek kontruksi yang meliputi:
1) Keadaan lapisan tanah untuk bangunan rumah atau perumahan
2) Keadaan kualitas bahan bangunan
3) Perhitungan kontruksi
4) Bentuk atau keadaan pondasi, lantai, dinding dan aspek teknis
kontruksi lainnya. d. Aspek arsitektur
1) Syarat-syarat bangunan ynag disesuaikan dengan bentuk atau tipe bangunan
2. Pengawasan dan pemantauan terhadap perumahan atau pemukiman
yang telah ada dan telah dihuni. Yang ditujukan juga untuk upaya rehabilitasi dan renovasi dari kontruksi rumah dan lingkungannya yang
tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan menjadi rumah-rumahdan
lingkungan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Adapun kegiatan
tersebut meliputi:
a. Melakukan survey (pengamatan langsung) terhadap rumah-rumah
dan lingkungannya.
b. Pemasangan kartu rumah untuk setiap rumah yang berisikan hasil
suvey tersebut.
c. Melakukan penyuluhan rutin tentang penyehatan rumah dan
lingkungannya terhadap penduduk yang ternyata kondisi rumah dan
lingkungannya kurang memenuhi syarat kesehatan.
d. Mengadakan pemantauan secara rutin oleh petugas sanitasi dengan
mencatat perkembangan kesehatan rumah dan lingkungannya pada
kartu rumah yang telah terpasang.
e. Memberikan saran perbaikan terhadap penghuni rumah yang ternyata
kondisi rumah dan lingkungannya kurang memenuhi syarat
kesehatan.
f. Memberikan teguran dan peringatan terhadap penghuni rumah yang tidak mematuhi peraturan dalam usaha penyehatan rumah dan
lingkungannya.
g. Memberikan sanksi terhadap penduduk yang melanggar ketentuan
yang berlaku dalam usaha penyehatan rumah dan lingkungannya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tehnik Pengumpulan DataTehnik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dan
wawancara secara langsung terhadap pihak-pihak yang terkait di lokasi
praktek dengan menggunakan kuisioner dan melakukan pengukuran
lingkungan fisik rumah penduduk yang meliputi pencahayaan, suhu,
kelembaban, dan kebisingan lingkungan serta interprestasi data dan
penyusunan alternative pemecahan masalah.
B. Tahap Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan
a. Menentukan lokasi praktek Pengawasan dan Pemantauan
Lingkungan Pemukiman (PPLP) di wilayah kerja Puskesmas Mergangsan dan dikonsultasikan pada sanitarian Puskesmas.
b. Mengurus surat izin praktek dari Puskesmas yang dilanjutkan ke
Kelurahan.
c. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Menentukan sampel terpilih dan meminta izin pemilik rumah.
b. Melakukan penilaian rumah sehat (120 unit rumah) sesuai formulir
yang telah disusun dengan wawancara secara langsung dengan
pemilik rumah di lokasi praktek dengan menggunakan kuisioner.
c. Melakukan pengukuran lingkungan fisik di pemukiman penduduk
1) Pengukuran pencahayaan dengan Lux Meter
a) Menentukan titik pengambilan sampling, jarak dari dinding pemantul minimal 1 meter
b) Kemudian meletakkan Lux Meter pada ketinggian 1,00 – 1,20
meter
c) Mengarahkan reseptor pada sumber cahaya
d) Menghidupkan alat dengan menggeser tombol On/Off
e) Mengatur range sesuai dengan kuat cahaya
f) Mencatat angka yang muncul pada display
g) Mengulangi 3 kali pada setiap titik
h) Hasil pengukuran dicatat dan kemudian dirata-rata
2) Pengukuran suhu dan kelembaban dengan Thermohygrometer
a) Meletakkan Thermohygrometer pada titik pengukurran yang
telah ditentukan yaitu di tengah ruangan.
b) Didiamkan selama 10-15 menit.
c) Kemudian membaca hasilnya dan mencatat suhu dan
kelembaban yang tertera pada thermohygrometer.
d) Mengulangi 2-3 kali
e) Hasil pengukuran kemudian dirata-rata.
3) Pengukuran kebisingan dengan Sound Level Meter
a) Menentukan titik sampling yang baik, jarak dari dinding pemantul 2 – 3 meter
b) Meletakkan atau memegang Sound Level Meter pada ketinggian 1 – 1,20 meter
d) Menghidupkan SLM dengan menggeser tombol swicht On/Of
e) Menyetel respon F (fast) Dan ilter A pada intensitas yang kontinue atau slow pada intensitas impulsive.
f) Menggeser range suara sesuai intensitas
g) Mencatat angka yang muncul pada display setiap 5 detik
pada formulir Bis 1
h) Melakukan pengukuran selama 12 – 15 menit
i) Mengelompokkan hasil pengukuran dengan Formulir Bis – 2
j) Menghitung tingkat kebisingan dengan rumus sebagai berikut
(
)
Keterangan :X : Tingkat Kebisingan
L1 : Batas bawah kelas yang mengandung modus
P1 : Beda frekuensi klas modus dengan klas dibawahnya
P2 : Beda frekuensi klas modus dengan klas di atasnya
C : Lebar Klas
3. Tahap Pengolahan Datan dan Analisis data
a. Melakukan rekapitulasi data hasil wawancara dan observasi dengan
melakukan scoring.
b. Hasil yang didapat kemudian dimasukkan dalam table yang telah
dibuat.
c. Analisis hasil dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh
dengan standar yang ditetapkan.
4. Tahap Penyusunan Laporan C. Sasaran Kegiatan
Sasaran pengawasan dan pemantauan lingkunga pemukiman ini
adalah rumahyang ada di wilayah kerja Puskesmas Mergangsan sebanyak 120 unit rumah.
D. Waktu dan Lokasi Kegiatan
Praktik srvei data dasar atau pengawasan dan pemantauan
lingkungan pemukiman pada bulan Oktober 2011 di RW 16 dan RW 17
Kelurahan Brontokusuman di wilayah kerja Puskesmas Mergangsan.
E. Pembobotan
Paradigma kesehatan masyarakat (Teori Blum) yaitu lingkungan dan
perilaku sebagai faktor dominan, yaitu: Lingkungan 45%, perilaku 35%,
pelayanan kesehatan 15% dan keturunan 5%, maka dalam penilaian rumah
sehat yang perlu diperhatikan adalah lingkungan dan perilaku 80%, sehingga
bobot nilai sebagai berikut:
1. Komponen rumah : 25/80 x 100% = 31,25 (31)
2. Sarana sanitasi : 20/80 x 100% = 25
3. Perilaku dan dampak : 35/80 x 100% = 43,75 (45)
a. Perilaku : 25
b. Keberadaan vector : 19
F. Penilaian
Setiap item pada komponen rumah, sarana sanitasi, perilaku dan
keberadaan vector diberi nilai sesuai hasil observasi. Hasil penilaian
Hasil penilaian = Nilai x Bobot
G. Penentuan Kriteria Rumah
Untuk menentukan kriteria (keadaan) rumah sehat maka perlu ditetapkan nilai minimum dan maksimum yaitu : 229 – 1388 maka ditetapkan:
1. Rumah tidak sehat, nilai : 229 – 613 2. Rumah kurang sehat, nilai : 614 – 1007
3. Rumah sehat, nilai : 1008 – 1388
H. Instrumen Kegiatan
1. Formulir rumah sehat dan lingkungan
2. Sound Level Meter (SLM)
3. Lux Meter
4. Thermohygrometer
5. Alat tulis
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Mergangsan1. Geografi dan Demografi
Kecamatan Mergangsan merupakan salah satu kecamatan yang
berada di wilayah Kota Yogyakarta. Kecamatan ini mempunyai luas
wilayah ± 230 Ha dan memiliki jumlah penduduk ± 36.879 jiwa atau
sekitar 11.022 KK (sumber data demografi wilayah kerja Puskesmas
Mergangsan 2010 Semester II). Dengan jumlah penduduk cukup banyak
tersebut, mayoritas mata pencahariannya adalah buruh atau swasta,
yaitu sekitar 8225 jiwa.
Wilayah Kecamatan Mergangsan terdiri dari tiga kelurahan yaitu
Kelurahan Brontokusuman, Kelurahan Keparakan, dan Kelurahan
Wirogunan. Batas wilayah kecamatan Mergangsan adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Pakualaman dan Kecamatan
Gondokusuman
Sebelah Timur : Kecamatan Umbulharjo
Sebelah Selatan : Kecamatan Sewon, Bantul
Sebelah Barat : Kecamatan Mantrijeron, Kraton, dan
Tabel 1.
Demografi Wilayah Puskesmas Mergangsan
No Wilayah Jml RW Jml RT Jumlah penduduk Jumlah KK Luas Wilayah (Ha) Laki-laki Perempuan 1 Brontokusuman 23 83 5.655 5.956 3475 91 2 Keparakan 13 57 5.439 5.663 3.208 54 3 Wirogunan 24 76 7.236 6.930 4.339 85 Jumlah 60 216 18.330 18.549 11.022 230
2. Perkembangan Kesehatan di Puskesmas Mergangsan
Puskesmas merupakan kesatuan organisasi kesehatan fungsional
yang merupakan pengembangan kesehatan masyarakat yang membina
peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan
yang menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kesehatan. Puskesmas mengemban enem program pokok
kegiatan selain pelayanan kesehatan yaitu KIA, Gizi, Kesehatan
Lingkungan, pencegahan Penyakit menular, dan Promosi Kesehatan.
Strategi pembangunan masyarakat ditingkat puskesmas
dilaksanakan sebaik-baiknya dengan sumber daya dan sumber dana
yang ada dengan koordinasi serta bekerjasama lintas program dan lintas
sektor.
Selain rutin melakukan pelayanan kesehatan selama hari kerja,
puskesmas juga melaksanakan fungsinya dalam membina peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan. Puskesmas melakukan pembinaan
wilayah dengan cara mengadakan pertemuan rutin kader kesehatan
lapangan yang meliputi program kesehatan. Evaluasi dilaksanakan
dengan membandingkan antara pencapaian program pembangunan kesehatan tersebut dan target yang telah ditetapkan dalam standar
pelayanan minimal.
B. Gambaran Umum Wilayah Praktek Pengawasan dan Pemantauan Lingkungan Pemukiman (PPLP)
Praktek pengawasan dan pemantauan permukiman atau survey data
dasar dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mergangsan yang tepatnya di
Kelurahan Brontokusuman. Brontokusuman terdiri dari 23 RW dan 83 RT.
Batas wilayah kelurahan Brontokusuman adalah:
Sebelah Utara : Kelurahan Keparakan
Sebelah Selatan : Desa Bangunharjo Kec. Sewon, Kab. Bantul
Sebelah Barat : Kelurahan Mantrijeron
Sebelah Timur : Kelurahan Sorosutan
Jumlah penduduk yang ada di kelurahan ini berdasarkan Data Monografi
Desa dan Kelurahan Brontokusuman tahun 2011 semester 2 yaitu:
Tabel 2.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin
Jumlah
Laki-laki Perempuan
Tabel 3.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan/Kelulusan
Jenis lulusan pendidikan Tingkat pendidikan Jumlah
Lulusan pendidikan umum
Taman Kanak-Kanak 2729 Sekolah Dasar 1057 SMP/SLTP 1461 SMA/SMK/SLTA 3321 Akademi/D1-D3 791 Sarjana (S1-S3) 2252
Lulusan pendidikan khusus
Pondok Pesantren 10
Madrasah 30
Pendidikan Keamanan 0
Sekolah Luar Biasa 0
Kursus/Ketrampilan 25
Tabel 4.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Matapencaharian
Jenis Matapencaharian Jumlah
Karyawan PNS 503 ABRI 28 Swasta 2586 Wiraswasta/pedagang 1661 Tani 5 Pertukangan 2 Buruh tani 1 Pensiunan 273 Nelayan 0 Pemulung 0 Jasa 402 Jumlah 5461
C. Hasil Praktik Lapangan
Berdasarkan observasi dan pengukuran yang telah dilakukan di lapangan
untuk pengawasan dan pemantauan lingkungan fisik rumah di RW 16 dan RW
17 Brontokusuman di dapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 5.
Data Penggelompokkan Rumah Sehat Berdasarkan Hasil Pengawasan dan Pemantauan Lingkungan Permukiman (PPLP)
Kelompok Keterangan Jumlah rumah Jumlah RW 16 RW 17
229 - 613 Rumah tidak sehat 2 3 5
614 – 1007 Rumah kurang
sehat 29 22
51
1008 - 1388 Rumah sehat 38 26 64
Sedangkan penilaian yang dilakukan berdasarkan pemantauan
dan pengamatan menggunakan formulir rumah sehat diperoleh hasil secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
Tabel 6.
Keadaan komponen Langit-langit Rumah
Keadaan langit-langit
Frekuensi
Jumlah dan Persentase
Keseluruhan
RW 16 RW 17Jumlah
Persentase
(%)
Tidak ada 26 17 43 35,8Ada, bersih dan
rawan kecelakaan 29 24 53 44,2
Ada, bersih, kuat
dan tinggi 2,75 m 14 10 24 20
Jumlah 69 51 120 100%
Tabel 7.
Keadaan Komponen Dinding Rumah
Keadaan dinding
Frekuensi
Jumlah dan Persentase
Keseluruhan
RW 16 RW 17Jumlah
Persentase
(%)
Non permanen 1 5 6 5 Semi permanen/tembok tidak diplester 6 3 9 7,5Permanen dan kedap air 62 43 105 87,5
Tabel 8.
Keadaan Lantai Rumah
Keadaan lantai
Frekuensi
Jumlah dan Persentase
Keseluruhan
RW 16 RW 17
Jumlah
Persentase
(%)
Tanah atau papan 0 0 0 0
Seluruh lantai plester
kasar/trasah 8 15 23 19,2
Seluruhnya kedap air dan sebagian dikeramik 22 8 30 25 Seluruh lantai pasangan keramik 39 28 67 55,8 Jumlah 69 51 120 100% Tabel 9.
Keadaan Pintu Rumah
Keadaan pintu
Frekuensi
Jumlah dan Persentase
Keseluruhan
RW 16 RW 17
Jumlah
Persentase
(%)
Hanya ada pintu
utama 8 6 14 11,7
Setiap ruang tidur
terpasang pintu 61 44 105 87,5
Setiap ruang tidur dipasang kasa nyamuk
0 1 1 0,8
Tabel 10.
Keadaan Jendela Kamar Tidur
Keadaan Jendela kamar tidur
Frekuensi
Jumlah dan Persentase
Keseluruhan
RW 16 RW 17Jumlah
Persentase
(%)
Tidak ada 6 10 16 13,3 Ada 63 41 104 86,7 Jumlah 69 51 120 100% Tabel 11.Keadaan Ruang Keluarga
Keadaan Ruang Keluarga
Frekuensi
Jumlah dan Persentase
Keseluruhan
RW 16 RW 17Jumlah
Persentase
(%)
Tidak ada 17 10 27 22,5 Ada 52 41 93 77,5 Jumlah 69 51 120 100% Tabel 12.Keadaan Ventilasi Rumah
Keadaan Ventilasi
Frekuensi
Jumlah dan Persentase
Keseluruhan
RW 16 RW 17Jumlah
Persentase
(%)
Tidak ada 3 4 7 5,8Ada kurang dari 10% LL 26 16 42 35
Ada 10% LL, tidak dipasang
kasa 35 24 59 49,2
Ada 10% LL, dipasang kasa 5 7 12 10
Tabel 13.
Keadaan Lubang Asap Dapur
Keadaan Lubang Asap Dapur
Frekuensi
Jumlah dan Persentase
Keseluruhan
RW 16 RW 17
Jumlah
Persentase
(%)
Tidak ada 30 10 40 33,3
Ada 36 38 74 61,7
Ada dan berfungsi
dengan baik 3 3 6 5
Jumlah 69 51 120 100%
Tabel 14.
Keadaan Pencahayaan Alamiah Rumah
Keadaan Pencahayaan alamiah
Frekuensi Jumlah dan Persentase Keseluruhan
RW 16 RW 17 Jumlah Persentase (%) Tidak terang dan tidak
dapat dipergunakan untuk membaca
3 4 7 5,8
Kurang terang, bila untuk
membaca terasa sakit 25 9 34 28,3
Terang, enak untuk
membaca dan tidak silau 41 38 79 65,9
Tabel 15.
Jenis Sumber Air Bersih (SAB) yang digunakan
Jenis SAB yang digunakan
Frekuensi Jumlah dan Persentase Keseluruhan RW 16 RW 17 Jumlah Persentase (%) Sumur gali 32 36 68 56,7 Sumur pompa/sanyo 11 9 20 16,7 PDAM 26 6 32 26,6 Jumlah 69 51 120 100% Tabel 16.
Kepemilikian dan Kualitas SAB
Kepemilikan dan Kualitas SAB
Frekuensi Jumlah dan Persentase Keseluruhan
RW 16 RW 17 Jumlah Persentase (%)
Bukan milik sendiri 6 7 13 10,8
Ada, milik sendiri tapi tidak
memenuhi syarat 9 11 20 16,7
Bukan milik sendiri, tapi
memenuhi syarat 9 5 14 11,7
Milik sendiri dan
memenuhi syarat 45 28 73 60,8
Tabel 17.
Keadaan Jamban keluarga
Keadaan Jamban
Frekuensi Jumlah dan Persentase Keseluruhan
RW 16 RW 17 Jumlah Persentase (%)
Tidak ada 4 0 4 3,3
Ada, tapi tidak
memenuhi syarat 10 12 22 18,3
Ada dan memenuhi
syarat 55 39 104 78,4
Jumlah 69 51 120 100%
Tabel 18.
Keadaan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Keadaan SPAL
Frekuensi Jumlah dan Persentase Keseluruhan
RW 16 RW 17 Jumlah Persentase (%)
Tidak ada 2 3 5 4,2
Ada, jarak dengan sumber air < 10 m, atau ke saluran terbuka
42 30 72 60
Ada, jarak dengan sumber air > 10 m, atau ke saluran kota
25 18 43 35,8
Tabel 19.
Keadaan Tempat Sampah
Kondisi tempat sampah
Frekuensi Jumlah dan Persentase Keseluruhan
RW 16 RW 17 Jumlah Persentase (%)
Tidak ada 2 2 4 3,3
Ada, tidak kedap air
dan tidak tertutup 40 32 72 60
Ada, kedap air dan
tertutup 27 17 44 36,7
Jumlah 69 51 120 100%
Tabel 20.
Perilaku Penghuni dalam Membuka Jendela
Perilaku membuka jendela
Frekuensi Jumlah dan Persentase Keseluruhan RW 16 RW 17 Jumlah Persentase (%) Tidak pernah 2 4 6 5 Kadang – kadang 34 22 56 46,7 Setiap hari 33 25 58 48,3 Jumlah 69 51 120 100%
Tabel 21.
Perilaku Penghuni dalam Menyapu dan Mengepel Rumah
Perilaku menyapu dan mengepel rumah
Frekuensi Jumlah dan Persentase Keseluruhan RW 16 RW 17 Jumlah Persentase (%) Seminggu 13 9 22 18,3 Tiap 3 hari 11 17 28 23,3 Setiap hari 45 25 70 58,4 Jumlah 69 51 120 100% Tabel 22.
Perilaku Penghuni dalam Cara Membuang Tinja, Termasuk Bayi
Perilaku cara membuang tinja,
termasuk bayi
Frekuensi Jumlah dan Persentase Keseluruhan RW 16 RW 17 Jumlah Persentase (%) Ke sungai / kebun / kolam 0 0 0 0 Ke WC / jamban 69 51 120 100 Jumlah 69 51 120 100% Tabel 23.
Perilaku Penghuni Dalam Pengelolaan Sampah
Perilaku pengelolaan sampah
Frekuensi Jumlah dan Persentase Keseluruhan RW 16 RW 17 Jumlah Persentase (%) Dibuang ke sungai/kebun 7 7 14 11,7 Ke TPS / petugas sampah 62 44 106 88,3 Dimanfaatkan atau di daur
ulang 0 0 0 0
Tabel 24.
Perilaku Penghuni dalam Menguras Kamar Mandi
Perilaku menguras kamar mandi
Frekuensi Jumlah dan Persentase Keseluruhan
RW 16 RW 17 Jumlah Persentase (%)
Seminggu sekali 25 26 51 42,5
Setiap 3 hari sekali 27 10 37 30,8
Setiap 2 hari sekali 17 15 32 26,7
Jumlah 69 51 120 100%
Tabel 25. Kepadatan Penghuni
Kepadatan penghuni
Frekuensi Jumlah dan Persentase Keseluruhan RW 16 RW 17 Jumlah Persentase (%) < 8 m² per orang 27 21 48 40 >8 m² per orang 42 30 72 60 Jumlah 69 51 120 100% Tabel 26. Kepadatan Tikus Kepadatan tikus
Frekuensi Jumlah dan Persentase Keseluruhan RW 16 RW 17 Jumlah Persentase (%) Tidak ada 58 34 92 76.,7 Ada 11 17 28 23,3 Jumlah 69 51 120 100%
Tabel 27. Kepadatan Lalat
Kepadatan lalat
Frekuensi Jumlah dan Persentase Keseluruhan RW 16 RW 17 Jumlah Persentase (%) >5 ekor 12 9 31 17,5 <5 ekor 57 42 99 82,5 Jumlah 69 51 120 100% Tabel 28. Kepadatan Kecoa Kepadatan kecoa
Frekuensi Jumlah dan Persentase Keseluruhan RW 16 RW 17 Jumlah Persentase (%) Tidak ada 52 27 79 65,8 Ada 17 24 41 34,2 Jumlah 69 51 120 100% Tabel 29. Kepadatan Nyamuk Kepadatan nyamuk
Frekuensi Jumlah dan Persentase Keseluruhan RW 16 RW 17 Jumlah Persentase (%) Tidak ada 56 35 91 75,8 Ada 13 16 29 24,2 Jumlah 69 51 120 100%
Tabel 30.
Keberadaan Kandang ternak
Keberadaan kandang ternak
Frekuensi Jumlah dan Persentase Keseluruhan
RW 16 RW 17 Jumlah Persentase (%)
Menyatu dengan rumah 8 8 16 13,3
Terpisah dari rumah < 10 m 1 4 5 4,2 Terpisah dari rumah > 10 m,
atau tidak punya ternak 60 39 99 82,5
Jumlah 69 51 120 100%
Tabel 31.
Data Penyakit Berbasis Lingkungan Selama Tiga Bulan Terakhir Jenis Penyakit Berbasis Lingkungan Frekuensi Jumlah RW 16 RW 17 Diare 6 7 13 ISPA 16 15 31 TB Paru 1 0 1 Kulit 8 6 14 Malaria 0 0 5 DBD 1 1 2
Selain didapatkan hasil di atas, untuk pengukuran lingkungan fisik, maka diambil 10 sampel rumah untuk diukur suhu, kelembaban,
pencahayaan disetiap rumah sampel dan teakhir pengukuran kebisingan yang dilakukan di tengah-tengah pemukiman, dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 32.
Hasil Survei Pengukuran Lingkungan Fisik
No Nama KK Ruang Pencahayaan
rata-rata Suhu (
0C) Kelembaban (%)
1 Dwi atmojo Ruang tamu 78.2 32 62
2 Yusuf Ruang tamu 76,56 32 63
3 Imran munaf Ruang tamu 56,86 32 64
4 Putu Ruang tamu 124,5 31 61
5 Novi Kamar tidur 108,42 32 63
6 Riyanto Kamar tidur 64,4 32 62
7 Muhammad A. Ruang tamu 102,4 32 62
8 Eni Ruang tamu 124,9 32 63
9 Zamronah Ruang tamu 69,6 31 61
10 Jamari Ruang tamu 52,3 32 62
Pengukuran kebisingan
Lokasi : Timur Mushola Krapyak
Tabel 33. Formulir BIS-1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 51,4 62,8 59,1 57,6 57,8 65,6 60,5 69,6 67,1 69,8 2 65 56,2 58,7 62,4 65,8 67,1 69,5 70,1 71,9 49,8 3 72 58,5 68,5 61,3 67,4 74,9 57,6 47,9 76,2 52,6 4 70 51,7 62,6 65,8 54,1 71,0 67,6 74,3 66,4 60 5 55 62,8 61,1 55,8 59,4 52,0 69,4 66,1 67,6 57,9 6 65 58,3 65,3 67,4 62,1 59,2 67,8 66,9 70,1 63 7 60 53,7 61,5 59,1 64,6 66,9 66,8 61,3 78 52,9 8 48 63,3 59,1 58,0 64,2 56 64,7 70,9 65,1 53 9 57 61,5 55,2 58,9 66,9 67,6 59,6 57,2 73,9 61,2 10 64 48,4 60,1 59,7 69,8 62,6 67,6 66,5 60,7 62,0 11 64,4 55,3 55,4 63,5 62,6 66,8 70,8 60,4 76,5 69,8 12 60 62,5 54,2 66,3 64,1 49,7 56,7 65,6 75 70,8
Lokasi : Timur Mushola Krapyak
Tabel 34.
Formulir BIS-2 KLAS
INTERVAL JUMLAH PROSEN
JUMLAH KOMULATIF PROSEN KOMULATIF 45 - 49 3 2,5% 3 2,5% 50 - 54 12 10% 15 12,5% 55 - 59 23 19,17% 38 31,67% 60 - 64 31 25,83% 69 57,5% 65 - 69 30 25% 99 82,5% 70 - 74 16 13,3% 115 95,8% 75 - 79 5 4,17% 120 100%
Hasil pengukuran kebisingan:
( ) ( ( ) ( )) ( ) ( ) dB
D. PEMBAHASAN 1. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah rumah yang dapat memenuhi persyaratan
fisiologis, psikologis, pencegahan penyakit dan pencegahan kecelakaan
(American Public Health Association (APHA) dan Kepmenkes RI No.
829/Menkes/SK/1999). Secara fisiologis rumah yang sehat harus memiliki
suhu berkisar 18C-30C dengan kelembaban 40%-60%, pencahayaan
yang disesuaikan dengan dengan kegiatan berkisar 20 Lux-250 Lux atau
pencahayaan rumah dapat digunakan untuk membaca tanpa membuat
mata sakit, ventilasi alam 10%-15% dari luas lantai dan tingkat kebisingan
<55 dB. Kebutuhan psikologis di rumah harus dapat memenuhi
kebutuhan dasar kejiwaan yaitu, kebebasan, kenyamanan, keamanan
dan perlindungan serta tempat bersantai, untuk memenuhi kebutuhan
tersebut perlu adanya penunjang seperti jumlah kamar yang sesuai
penghuni, terletak pada kawasan pemukiman yang sepadan, pembagian
ruang yang jelas dan tersedia fasilitas yang memadai. Rumah yang sehat
juga harus mampu dalam pencegahan penularan penyakit khususnya
penyakit berbasis lingkungan yang didukung dengan adanya penyediaan
air bersih yang cukup, tersedia tempat pembuangan tinja (jamban), luas
kamar tidur minimal 6,5 m dan tinggi langit-langit 2,5 m serta bebas dari
sarang-sarang vector penyakit (nyamuk, tikus, kecoa, lalat dan lain-lain).
Upaya pencegahan kecelakaan yang dilakukan dalam rumah yang sehat
dapat terlihat dari bangunan yang kokoh, bahan bangunan yang tahan api dan terhindar dari kebakaran, lantai tidak licin dan tidak terdapat dalam
daerah atau kawasan rawan bencana seperti bantaran sungai atau kereta
Kelurahan Brontokusuman khususnya RW 16 dan RW 17 yang
merupakan tempat sampel dari praktik sanitasi pemukiman ini secara keseluruhan atau sebanyak 64 dari 120 rumah sudah termasuk dalam
kategori rumah sehat, hasil tersebut diperoleh dari Survei Data Dasar dari
Penilaian Rumah Sehat, hasil penilaian yang ada dibandingkan dengan
Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/1999 yang telah disebutkan di atas
ternyata sudah sesuai, dimana dalam Formulir ini dari keempat
persyaratan di atas dibagi dalam 4 variabel yaitu komponen rumah,
sarana sanitasi, perilaku, lain-lain yang berisi tentang keberadaan vektor
penyakit, dan ditambah penyakit berbasis lingkungan 3 bulan terakhir
yang ada di rumah tersebut. Rumah sehat yang ada di RW 16 dan RW 17
ini sudah memenuhi syarat atau komponen dari variabel yang ada.
Sedangkan untuk rumah yang tidak sehat terdapat 5 rumah yang tidak
sehat, karena terdapat beberapa komponen yang tidak memenuhi syarat,
seperti pada komponen bangunan yang langit-langitnya kurang dari 2,75
m, tidak adanya ruang keluarga dan tidak ada pintu pada setiap
kamarnya, lantai yang masih dalam keadaan plesteran sehingga dapat
mempengaruhi kelembaban, dinding yang non permanen rawan dengan
terpaan angin dan pencahayaan alami yang masih kurang. Untuk sarana
sanitasinya masyarakat di sini sudah tertib dalam membuang tinja (BAB) termasuk bayi ke dalam jamban, sehingga vektor penyakit tidak
mempunyai kesempatan menularkan bakteri dari tinja manusia ke makanan atau lainnya yang dapat mengakibatkan diare, selain itu diare
juga dapat dicegah dengan pengelolaan sampah, yaitu sebanyak 88,3%
kamar mandi warga tersebut masih dominan menguras bak mandi
seminggu sekali, hal ini dikarenakan aktivitas warga yang cukup tinggi sehingga warga tidak sempat menguras bak mandi yang maksimal 3 hari
sekali. Terakhir pada variabel lain-lain yang meliputi kepadatan penghuni,
di daerah ini sudah cukup baik karena sebanyak 60% rumah sampel
sudah berkepadatan penghuni >8 m² per orang, kepadatan vektor
penyakit yang ada di kawasan ini sudah cukup baik dalam
penangganannya, terbukti untuk kepadatan tikus terdapat 76,7% bebas
tikus, kepadatan lalat sudah sebanyak 82,5% sampel sudah
berkepadatan lalat <5 ekor, sedangkan untuk rumah yang bebas kecoa
sebanyak 62,5% dan rumah bebas nyamuk saat disurvei sebanyak
75,8%. Terakhir untuk keberadaan kandang ternak ternyata di kawasan
ini masih terdapat kandang ternak yang menyatu dengan ruma sebanyak
13,3%, padahal kandang ternak ini sangatlah berpotensi dalam
penyebaran penyakit ditambah dengan keberadaannya yang menyatu
dengan rumah.
Ditinjau dari penilaian atau pengukuran secara fisik pada 10
rumah sampel dibandingkan dengan peraturan yang ada, bahwa dari 10
rumah sampel tersebut masih belum memenuhi persyaratan yang ada
yaitu untuk suhu berkisar 180C -300C dengan kelembaban 40%-60% dan
semua sampel yang ada tidak memenuhi persyaratan yang ada, sedangkan untuk pencahayaan minimal yaitu 60 Lux, dari kesepeuluh
sampel yang kurang dari 60 Lux yaitu pada rumah Jumari dan Imran
Munaf karena rumah mereka mempunyai ventilasi kurang dari 10% LL
Sedangkan untuk kebisingan sendiri, kawasan tersebut melebihi amban
batas yang ada yaitu maksimal 55 dB, sedangkan dari hasil pengukuran seketika di dekat Mushola Krapyak terhitung kebisingan sebesar 64,45
dB, hal ini disebabkan banyaknya kendaaan yang lalu lalang di daerah
tersebut dan kurang pepohonan yang dapat mengurangi kebisingan.
2. Hubungan antara rumah sehat dengan sarana sanitasi
Rumah yang sehat adalah rumah yang telah memenuhi beberapa
syarat, salah satunya yaitu tersedianya sarana sanitasi di rumah seperti
yang tertera pada formulir Survei Data dasar untuk penilaian rumah
sehat. Adapun untuk sarana sanitasi yang berupa sumber air bersih
(SAB) dengan jenis, kepemilikan dan kualitas SAB, jamban keluarga,
saluran pembuangan air limbah (SPAL) dan tempat sampah di Kelurahan
Brontokusuman khususnya pada RW 16 dan RW 17 didapatkan hasil
sesuai survey adalah jenis SAB yang digunakan dari sumur gali lebih
banyak digunakan daripada SAB dari pompa/sanyo dan PDAM,yaitu
sebanyak 56,7% atau 68 sampel dari 120 sampel, hal ini dikarenakan
masyarakat yang tidak menyukai bau kaporit pada PDAM dan takut
terjadi diare setelah mengonsumsi air berkaporit atau air PDAM.
Sedangkan untuk kepemilikannya, masyarakat disini sudah 60,8% dari
120 sampel rumah telah memiliki SAB tersebut secara pribadi dan juga
telah memenuhi syarat yang ada, secara fisik. Jamban keluarga di
masyarakat ini telah memenuhi syarat yang ada dan milik pribadi yaitu
sebanyak 78,4% atau 104 sampel dari 120 sampel. Pada SPAL, masyarakat tersebut sebanyak 60% mempunyai SPAL yang jarak dengan
sanitasi yang terakhir adalah tempat sampah, masyarakat di sini telah
menggunakan tempat sampah, namun belum kedap air dan belum tertutup yaitu sebanyak 60% dari 120 sampel. Jumlah rumah sehat dari
semua sampel sebanyak 53,3% atau 64 rumah dibandingkan data sarana
sanitasi yang ada cukup sepadan dengan perbandingan jumlahnya,
walau pada setiap rumah sehat masih memiliki beberapa kekurangan
pada sarana sanitasi atau komponen lain yang ada.
3. Hubungan antara faktor rumah sehat dengan penyakit berbasis
lingkungan
Rumah sehat adalah rumah yang mampu memenuhi syarat
fisiologis, psikologis, pencegahan penyakit dan pencegahan kecelakaan.
Rumah sehat yang dapat memenuhi dalam pencegahan penyakit dapat
dianalisi melalui penyakit yang diderita penghuni dalam kurun waktu tiga
bulan terakhir dengan cara wawancara dengan penghuni rumah. Hasil
yang didapatkan adalah sebanyak 31 sampel dari 120 sampel selama
kurun waktu tiga bulan terakhir mengalami penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Atas (ISPA), dilanjutkan dengan penyakit kulit sebanyak 14
sampel kemudian penyakit diare sebanyak 13 sampel, Demam Berdarah
Dengue (DBD) sebanyak 2 sampel dan terakhir TB Paru 1 sampel.
Ditinjau dari data sekunder Puskesmas Mergangsan, memang terbukti
bahwa frekuensi timbunya penyakit ISPA sangatlah tinggi dibandng
penyakit berbasis lingkungan yang lainnya, sedangkan pada penyakit kulit
dan diare disbanding dengan data puskesmas bahwa penyakit diare lebih dominan dibandingkan penyakit kulit. Hal ini dapat disebabkan karena
berperilaku hidup bersih dan sehat, terbukti dari hasil survei para
penghuni rumah yang belum bisa membuka jendela rumah setiap hari, menguras bak mandi minimal 3 hari sekali, penerapan pembuangan
sampah yang masih belum pada tempat yang semestinya miisalnya
Tempat Penampungan Sampah sementara (TPS). Selain itu, hal-hal yang
mempengaruhi timbulnya penyakit berbasis lingkungan adalah kepadatan
vektor penyakit seperti lalat, kecoa, tikus dan nyamuk serta keberadaan
kandang ternak di dekat rumah.
4. Hubungan aspek sosial, ekonomi pendidikan dan budaya
Dihubungkan dengan aspek sosial, ekonomi, pendidikan dan
budaya pada sampel ini sangatlah erat, dari hasil suvei terbukti bahwa
untuk kegiatan sosial masyarakat di sini sangatlah antusias mengikuti
kegiatan PKK di RW, pelatihan kader yang diadakan oleh kecamatan
dibantu dengan pihak puskesmas dan ikut melakukan penyuluhan di
warga setempat, bahkan ada beberapa kader yang mengikuti Lomba
Kader mewakili Kota Yogyakarta tahun 2011. Hubungan dengan aspek
ekonomi dilihat dari data sekunder Kecamatan Brontokusuman menurut
mata pencahariannya dan dari penglihatan fisik tentang harta benda
(barang elektronik) yang ada , masyarakat di sini sudahlah cukup mampu
atau termasuk kelas menengah ke atas walaupun ada sebagian kecil
yang masih dalam kelas menenga ke bawah. Dari segi pendidikan dilihat
dari data kecamatan masyarakat di sini pun juga termasuk masyarakat
berpendidikan tinggi dengan mayoritas pendidikan terakhir SMA/SMK serta perguruan tinggi S1 atau D3. Sedangkan untuk aspek budayanya
dari cara bicara, perilaku dan cara penyambutan peneliti di rumah sampel
tersebut. Selain itu di daerah ini budaya dalam menjaga kebersihan sudah cukup baik, terbukti pada saat melakukan survei, kami sempat
bertemu dengan para dewan juri atau tim penilai Lomba Green Clean
2011 dan dari cerita masyarakat bahwa daerah ini juga suka mengikuti
lomba seperti lomba takbiran yang selalu menggunakan alat tradisioal
jawa dan drum band dipadukan dengan para penari berbalut pakaian
jawa yang direnovasi hingga terlihat unik dan menarik.
5. Pemecahan masalah
Hasil yang telah didapat kemudian direkap dan dianalisis sehingga
dapat dikelompokkan antara rumah sehat, rumah kurang sehat dan
rumah tidak sehat. Selama penggelompokkan tersebut didapatkan
beberapa masalah yang membuat rumah tersebut tidak sehat, adapun
masalah dan pemecahan masalah dalam praktek rumah sehat ini adalah
sebagai berikut:
a. Komponen rumah
Untuk komponen rumah masih terdapat banyak masalah yang
membuat rumah tidak sehat, yaitu:
1) Rumah yang masih belum berlangit dapat ditambah
langit-langit atau plafon rumah sehingga panas matahari tidak dirasakan
langsung oleh penghuni rumah.
2) Dinding non permanen atau masih menggunakan anyaman bambo/triplek sebaiknya diubah dengan dinding yang permanen
dan tidak tembus pandang sehingga dapat menahan terpaan
angin dari luar.
3) Lantai yang masih plesteran, sebaiknya dibuat lantai dengan
berbagai variasi, misalnya dikeramik sehingga udara dalam rumah
tidak lembab, mudah dibersihkan dan dikeringkan.
4) Tidak adanya jendela kamar tidur dan ruang untuk keluarga
5) Ventilasi kurang dari 10% LL, dapat dilakukan dengan bantuan
kipas angin, exhauster fan, dan Air Conditioner (AC) yang dapat
mengeluarkan udara yang ada di dalam berganti dengan yang di
luar serta dapat mengatur temperature suhu yang ada di dalam
ruangan.
6) Kurang berfungsinya lubang asap dapur, sebaiknya lubang asap
dapur diprbaiki dan disesuaikan dengan penggunaannya.
7) Masih kurangnya pencahayaan alami di dalam rumah untuk
alternatif lain selain penambahan jendela dan penggantian
beberapa genteng rumah dengan genteng kaca, dapat digunakan
cara dengan penambahan keterangan/kecerahan lampu yang
disesuaikan dengan kebutuhan.
b. Sarana sanitasi
1) SAB
Masih adanya pengguna SAB dengan sumur gali yang tidak
memenuhi syarat, sebaiknya sumur dichlorinasi agar bakteri E. coli dalam sumur dapat ditekan sehingga kualitas air sesuai
2) Jamban keluarga, masih adanya keluarga yang tidak memiliki
jamban keluarga dan yang memiliki tapi tidak memenuhi persyaratan, hal ini dapat diselesaikan dengan pembuatan jamban
sederhana atau dengan meminjam jamban tetangga saat BAB
dan seharusnya jamban yang ada dibersihkan setiap 3 hari sekali,
sehingga tidak menjadi tempat perindukan vector penyakit.
3) SPAL, pembuatan SPAL yang langsung disalurkan ke
pembuangan air limbah kota.
4) Tempat sampah, sebaiknya dibuat tempat sampah yang terbuat
dari bahan plastik karena kedap air, tertutup rapat dan mudah
dibersihkan.
c. Perilaku Penghuni
1) Membuka jendela, bagi penghuni yang sibuk dan jam terbang
yang tinggi membuat para penghuni tidak sempat bahkan jarang
membuka jendela saat rumah kosong karena factor keamanan,
hal ini dapat diatasi dengan membuka jendela sebelum berangkat
lalu ditutup saat akan pergi bekerja, atau dengan membuka
jendela dari pagi hingga sore saat hari libur.
2) Kegiatan menyapu dan mengepel hendaknya dilakukan setiap hari
untuk menyapu dan seminggu untuk mengepel.
3) Pengelolaan sampah, dibuang ke TPS atau jika ingin mendapat
nilai ekonomi yang lebih sampah tersebut didaur ulang menjadi barang daur ulang seperti tas, bantal, gantungan kunci, tempat
dipisakan antara organik, sampah plastik, kertas, kaca atau
lainnya yang dapat dijual dipengepul untuk ditukar dengan uang. 4) Pengurasan bak mandi sebaiknya dilakukan 3 har sekali.
d. Lain-lain
1) Kepadatan penghuni kaitannya dengan kebutuhan udara
perorangan, bagi yang berpenghuni < 8 m² per orang dapat
mempergunakan kipas angin.
2) Kepadatan tikus di rumah sangatlah wajib ditekan atau
dimusnahkan, karena hubungannya dengan penyakit
leptospirosis, caranya dengan pemasangan perangkap tikus dan
meniadakan hal-hal yang dapat mengundang tikus dating.
3) Kepadatan lalat dan kecoa, untuk menekan kepadatan lalat
caranya dengan membuang sampah langsung ke TPS dan lama
tinggal sampah dalam rumah tidak lebih dari 3 hari
4) Kepadatan nyamuk, dengan cara meniadakan genangan air,
menguras bak mandi maksimal 3 hari sekali, hindari gantungan
baju di dalam kamar.
e. Penyakit berbasis lingkungan
1) ISPA, baiknya penghuni rumah selalu membuka jendela rumah
sehingga suhu dan kelembaban rumah dapat diturunkan, memasang kasa pada ventilasi rumah untuk mengurang debu
yang masuk dan membersihkan rumah maksimal seminggu sekali terutama pada dinding, lantai dan jendela rumah.
2) Penyakit kulit, membiasakan mandi 2 kali sehari dengan air yang
bersih dan sabun yang mengandung antiseptic atau antibakteri, serta mencuci pakaian dengan bersih.
3) Penyakit diare, membiasakan cuci tangan dengan sabun yang
mengandung antiseptic atau antibakteri terutama setelah BAB,
sebelum dan sesudah makan.
4) Penyakit DBD, yaitu dengan PHBS dan meniadakan jentik
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek kerja lapangan dalam Survei Data Dasar
(SDD) atau Pengawasan dan Pemantauan Lingkungan Pemukiman
(PPLP) di Kelurahan Brontokusuman di bawah wilayah kerja Puskesmas
Mergangsan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Rumah sehat yang ada di Kelurahan Brontokusuman RW 16 dan RW
17 sebanyak 64 rumah dari 120 sampel rumah
2. Kriteria rumah kurang sehat terletak pada bagian fasilitas sanitasinya
(tempat sampah, saluran air limbah dan jamban)
3. Kriteria penilaian atau pengukuran secara fisk (pencahayaan,
kebisingan, suhu dan kelembaban) untuk 10 sampel tidak memenuhi syarat kesehatan.
4. Kondisi lingkungan di Kelurahan Brontokusuman RW 16 dan RW 17
sudah termasuk kriteria pemukiman sehat
5. Terdapat 3 penyakit berbasis lingkungan selama 3 bulan terakhir ini,
B. Saran
1. Untuk rumah yang kurang memenuhi persyaratan kesehatan (perhawaan dan pencahayaan) dapat melakukan tindakan sebagai
berikut:
- Perhawaan, dengan selalu membuka jendela dan pemasangan
perhawaan buatan yaitu dengan menggunakan kipas angin
- Pencahayaan, dengan penambahan genteng kaca atau
penambahan lampu pijar.
2. Setiap rumah hendaknya mempunyai tempat sampah yang kedap air
dan dapat menampung sampah selama 3 hari yang ringan dan
mudah di kosongkan.
3. Mengelola sampah dilakukan dengan cara pemilahan sampah organik, sampah plastik, kertas, kaca atau lainnya.
4. Untuk menekan kepadatan vektor penyakit dilakukan usaha
pengendalian yang berupa pemasangan perangkap tikus, membuang
sampah langsung ke TPS dan lama tinggal sampah dalam rumah
tidak lebih dari 3 hari, meniadakan genangan air, menguras bak
mandi maksimal 3 hari sekali, hindari gantungan baju di dalam kamar.
5. Setiap para penghuni rumah dibiasakan untuk selalu mempunyai
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan cara, selalu
menyapu rumah setiap hari, menguras bak mandi 3 hari sekali dan
lainnya serta selalu mencuci tangan dengan sabun yang mengandung
antiseptic atau antibakteri terutama setelah BAB, sebelum dan