• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODA PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. METODA PENELITIAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

IV.

METODA PENELITIAN

4.1. Ruang Lingkup Penelitian

Telaahan pola konsumsi dilakukan dengan melakukan pengelompokan rumahtangga menurut daerah pedesaan dan perkotaan, menurut golongan pendapatan, dan untuk wilayah KT! secara keseluruhan mencakup aspek- aspek berikut:

1. Struktur dan alokasi pengeluaran rumahtangga untuk kebutuhan pangan dan non pangan. Pengeluaran pangan dirinci menurut pangan sumber karbohidrat, pangan sumber protein hewani, sumber protein nabati, sumber vitamin/mineral, dan pangan lain. Sedangkan pengeluaran untuk non pangan dikelompokkan menurut kebutuhan untuk perumahan, pakaian (sandang), pendidikan, kesehatan, serta pengeluaran lainnya. Analisis dilakukan berdasar nilai mutlak (nilai pengeluaran per kapita per satuan waktu) dan persentase atau pangsa.

2. Tingkat konsumsi pangan dalam kuantitas (kglkapitaltahun) dan dalam satuan energi (Kkalorilkapitalhari). Jenis pangan yang dianalisis dibedakan menurut pangan sumber karbohidrat. pangan sumber protein hewani, sumber protein nabati. sumber vitamin dan mineral serta pangan lainnya. Pengelompokan rumahtangga dianalisis menurut kelompok pendapatan difakukan dengan dua pendekatan berikut :

(2)

I. Berdasar tingkat konsurnsi energi per kapita per hari

Tingkat konsurnsi energi per kapita per hari diperoleh dengan mernbagi tingkat konsurnsi energi rumahtangga dengan jurnlah anggota rumahtangga. Berdasar rekomendasi Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V (tahun 1993) tingkat konsumsi energi yang diperlukan oleh rata-rata penduduk Indonesia adalah 2150 Kkalorilkapitalhari. Mengacu pada rekomendasi tersebut, pengelornpokan dilakukan sebagai berikut: (1) penduduk berpendapatan rendah adalah penduduk yang rnengkonsurnsi energi kurang dari 1502 Kkallkaplhari (70 persen dari 2 150 Kkalorilkapitalhari). (2) penduduk berpendapatan sedang adalah penduduk yang mengkonsurnsi energi antara 1502 - 2580 Kkallkaplhari (70 persen sarnpai 120 persen dari rekornendasi), dan (3) penduduk berpendapatan tinggi adalah penduduk yang mengkonsumsi energi lebih besar dari 2580 Kkallkaplhari.

Pengelompokkan berdasar konsurnsi energi tersebut didasarkan pada temuan ernpiris Rao (1980), Gray (1982), dan Strauss (1986) yang menemukan bahwa terdapat korelasi yang tinggi (positif) antara konsumsi kalori dengan tingkat pendapatan.

2. Berdasar tingkat pendapatan (atau diproksi dengan tingkat pengeluaran)

(1) Empat puluh persen penduduk dengan pendapatan terendah dimasukkan ke dalarn kelornpok (rurnahtangga) berpendapatan rendah, (2) dua puluh persen rumahtangga dengan pendapatan tertinggi terrnasuk kelompok

(3)

berpendapatan tinggi, dan (3) ernpat puluh persen sisanya rnerupakan rurnahtangga dengan pendapatan sedang.

Untuk rnelihat respon rurnahtangga pada perubahan harga dan pendapatan terhadap permintaan pangan dan konsurnsi zat gizi, kornoditas pangan yang ditelaah dikelompokkan sebagai berikut: beras, serealia lain, umbi-urnbian, mielterigu, ikan, daging, telur, susu, buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, gula pasir, minyak goreng, rnakanan jadi dan pangan lain.

Karakteristik demografi yang dimasukkan ke dalarn model analisis sesuai dengan ketersediaan data Susenas adalah jurnlah anggota rurnahtangga dan pendidikan kepala keluarga. Pertirnbangan rnernasukkan peubah demografi ke dalarn model anarisis didasarkan kepada ternuan berbagai studi pustaka yang dilakukan antara lain menyirnpulkan bahwa pola konsurnsi dan perrnintaan pangan juga dipengaruhi oleh peubah sosio- demograft.

Delineasi pernbagian wilayah KT1 akan dilakukan rnenurut daerah pedesaan-perkotaan dan kelornpok pendapatan. Selain itu untuk rnenangkap keragaman sumberdaya dan sosial budaya, analisis juga dilakukan untuk propinsi-propinsi terpilih sebagai berikut:

1. Nusa Tengara Timur: rnewakili wilayah lahan kering dan potensi peternakan.

2. Sulawesi Selatan: rnewakili wilayah relatif subur dan sentra komoditas pangan.

(4)

3. Kalimantan Tengah: rnewakili daerah perkebunanlkehutanan.

4. Maluku: rnewakili wilayah kepulauan dengan komoditas unggulan perikanan.

Perlu dicatat bahwa dalarn analisis wilayah KTI, propinsi Tirnor Timur rnasih dirnasukkan dalarn wilayah Republik Indonesia. Hal ini mengingat pada periode analisis tahun 1996 propinsi Tirnor Timur belurn rnernisahkan diri dari Indonesia.

4.2. Data Penelitian

4.2.1. Surnber dan jenis data

Penelitian ini rnenggunakan data penarnpang lintang Susenas (Survei Sosial Ekonorni Nasional) tahun 1996 yang dikurnpulkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS). Dari survei-survei yang dilaksanakan BPS. Susenas rnerupakan survey yang mempunyai cakupan data sosial paling luas (BPS. 1996). Data yang dikurnpulkan antara lain menyangkut bidang-bidang pendidikan, kesehatanlgizi, perurnahantpemukirnan, krirninalitas, kegiatan sosial budaya, konsurnsi dan pendapatan rurnahtangga, perjalanan, dan persepsi kepala rumahtangga rnengenai kesejahteraan rurnahtangganya.

Jenis data Susenas tahun 1996 yang digunakan dalarn penelitian ini adalah rnodul untuk konsurnsi dan pendapatan rurnahtangga yang dikumpulkan oleh BPS setiap tiga tahun sekali serta data kor keterangan urnurn anggota rumahtangga. Secara umum tujuan pengurnpulan data rnelalui

(5)

5 5 Susenas adalah tersedianya data tentang kesejahteraan rakyat yang dapat mencerminkan keadaan sosial ekonorni masyarakat. Secara khusus tujuan tersebut antara lain adalah terhimpunnya data rinci tentang konsumsi/pengeluaran rumahtangga baik dalarn nilai rupiah maupun kuantitas, sebagai dasar untuk memperkirakan pola konsurnsi penduduk, kecukupan konsumsi gizi, distribusi pengeluaran, dan tingkat kemiskinan (BPS, 1996).

Terdapat tiga jenis pengurnpulan data Susenas rnenurut cakupan dan jenis kuesionernya yaitu data pokok (kor), data rnodul dan data sub modul. Dalam Susenas 1996 jumlah rumahtangga yang dicacah dengan kuesioner kor sebanyak 141 184, yang dicacah dengan kor-modul65 664 rumahtangga dan dengan sub-modul tabungan dan investasi rumahtangga sebanyak 10 000 rumahtangga. Rumahtangga contoh Susenas yang dicacah tersebut meliputi seluruh rumahtangga di wilayah pedesaan dan perkotaan Indonesia. Rumahtangga yang tinggal dalam wilayah khusus seperti kompleks rniliter dan sejenisnya tidak termasuk dalam pernilihan contoh. Pelaksanaan pengumpulan data atau pencacahan rumahtangga dilakukan pada bulan Januari 1996.

4.2.2. Metoda penarikan contoh dan pengumpulan data

Metoda penarikan contoh rumahtangga Susenas 1996 mulai dari kerangka sampel sampai pernilihan rurnahtangga dapat dilihat pada Larnpiran 2. Pengumpulan data dari rumahtangga terpilih dilakukan rnelalui wawancara

(6)

5 6 tatap muka antara pencacah dengan responden. Keterangan tentang rurnahtangga dikurnpulkan rnelalui wawancara dengan kepala rurnahtangga, suarnilistri atau anggota rurnahtangga lain yang mengetahui tentang karakteristik yang ditanyakan.

Referensi waktu survei yang digunakan untuk pengurnpulan data rnodul dihitung berdasar suatu periode yang berakhir sehari sebelum tanggal pencacahan rumahtangga, berlaku untuk :

I. Keterangan konsumsi makanan dan frekuensi waktu rnakan dengan referensi waktu survei serninggu yang lalu.

2. Keterangan tentang pengeluaran untuk barang-barang bukan rnakanan adatah setahun dan sebulan yang lalu.

3. Keterangan tentang pendapatan, penerimaan dan pengeluaran bukan konsurnsi adalah selarna setahun yang lalu.

4.2.3. Pemilihan dan penyesuaian data yang dilakukan

Penelitian ini rnenggunakan sebagian dari total rumahtangga contoh Susenas 1996 yaitu hanya rumahtangga wntoh di 13 propinsi wilayah KT1 yaitu seluruh propinsi di pulau Kalirnantan. Sulawesi, Nusa Tenggara (terrnasuk Timor Timur), Maluku dan lrian Jaya. Dari 65 664 rurnahtangga kor- rnodul seluruh Indonesia dipilih 17 828 rurnahtangga di wilayah KT1 yang berada di 13 propinsi di KT1 baik wilayah desa maupun kota.

Untuk kepentingan analisis, rumahtangga yang dijadikan contoh dalam penelitian ini dibatasi pada rurnahtangga dengan konsumsi energi pada selang

(7)

I 000 -

4

500 Kkallkaplhari. Atau dengan kata lain rumahtangga dengan konsurnsi energi > 4 500 Kkallkaplhari di keluarkan dari analisis dan data awal konsurnsi energi tidak ada yang kurang dari 1 000 Kkallkaplhari. Dasar pertirnbangan penggunaan batasan tersebut rnengacu kepada norrna gizi, dirnana konsurnsi energi < 1 000 Kkallkaplhari rnaupun > 4 500 Kkallkaplhari tersebut dari sisi gizi orang tersebut sudah tidak dapat rnelakukan aktifitas secara sehat baik karena kekurangan ataupun kelebihan energi (Pusat Penelitian Sosial Ekonorni Pertanian bekerjasarna dengan Direktorat Gizi Masyarakat, 1990). Dengan penyesuaian tersebut terdapat 45 rurnahtangga (0.26 persen) yang dikeluarkan dari analisis, sehingga total rurnahtangga yang dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 17 783 rumahtangga. Rincian sebaran rumahtangga contoh Susenas 1996 sebelurn dan sesudah pemotongan konsurnsi energi > 4 500 Kkallkaplhari di masing-masing propinsi dapat disimak pada Tabel ?.

Adapun distribusi rurnahtangga contoh Susenas 1996 di wilayah KT1 rnenurut daerah dan klas konsurnsi energi serta rnenurut kelornpok pendapatan disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.

(8)

No.

Tabei I. Sebaran Rumahtangga Contoh Susenas 1996 Menurut Propinsi dan Daerah Sebelum dan Sesudah Pernotongan Konsurnsi Energi > 4500 Kkallkaplhari

Nusa Tengara Barat Nusa Tenggara Timur Tirnor Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sutawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku lrian Jaya KT1 Propinsi

Tabel 2. Sebaran Rumahtangga Contoh Susenas 1996 Menurut Daerah dan Klas Konsumsi Energi di KT1 (setelah pemotongan konsumsi energi > 4.500 Kkallkaplhr)

Data Awal

I

Data Oisesuaikan Pengu- Kota

1

Desa

I

Total I Kota I Desa I Total rangan

Klas Konsumsi Energi Rendah Sedang Tinggi Total K e t e r a n g a n : ( ) m e n u n j u k k a n p e r s e n t e r h a d a p total r u m a h t a n g g a . Kota 820 (12.2) 4 316 (64.2) 1 586 (23.6) 6 722 (100) Desa 1 648 (14.9) 6 968 (63.0) 29 444 (22.1) 11 061 (100) Kota + Desa 2 472 (13.9) 1 1 292 (63.5) 4 019 (22.6) 17 783 (100)

(9)

Tabel 3. Distribusi Rumahtangga Contoh Susenas 1996 di KT1 ~ e n u d t Daerah dan Kelompok Pendapatan (setelah pernotongan konsurnsi energi > 4.500 Kkallkaphari)

Data Susenas untuk konsurnsi dikumpulkan dengan rnetoda "recall" pada selang waktu seminggu yang lalu. Oleh karena itu terdapat kemungkinan adanya pengeluaran yang no1 karena pada minggu yang bersangkutan rumahtangga tersebut tidak mengkonsumsi komoditas tertentu. Adanya pengeluaran yang kasong diatasi dengan cara (1) mengelompokkan beberapa jenis kornoditi menjadi satu kelompok clan (2) mengisi data harga yang kosong

dengan harga rata-rata secara bertahap.

Data Susenas 1996 mencakup pengeluaran untuk 231 jenis pangan. Dalam studi ini konsumsi dan pengeluaran untuk kelompok tembakau dan sirih dikeluarkan dari analisis, sehingga jenis pangan yang dianalisis sebanyak 224 jenis. Dari jumlah tersebut dilakukan pengelompokan (agregasi) rnenjadi 15 kelompok yaitu (1) beras, (2) serealia lain, (3) urnbi-umbian, (4) miefterigu, (5) daging, (6) ikan, (7) telur, (8) susu, (9) sayuran, (10) buah-buahan, (11)

kacang-kacangan, (12) gula pasir, (13) minyak goreng, (14) makanan jadi, dan (15) pangan lain. Daftar jenis pangan yang termasuk dalarn ke lima belas jenislkelompok pangan disajikan pada Lampiran 3. Dalam pengelompokan

Kelornpok Pendapatan Rendah

Sedang

Tinggi Total

Keterangan: ( ) rnenunjukkan persen terhadap total rumahtangga. Kota 2 683 (40.0) 2 690 (40.0) 1 349 (20.0) 6 722 (1 00.0) Desa 4 420 (40.0) 4 421 (40.0) 2 229 (20.0) 11 061 (100.0) Kota + Desa 7 103 (40.0) 7 1

t

I (40.0) 3 568 (20.0) 17 783 (100.0)

(10)

komoditas atau jenis makanan dilakukan terlebih dahulu kesesuaian bentuk dan satuan dengan rnenggunakan konversi tertentu. Daftar konversi berbagai jenis pangan yang digunakan dalam penelitian ini dapat disimak pada

Larnpiran 4.

4.2.4. Pengelompokan Komoditas

Dalam analisis permintaan pengan di wilayah KT1 dilakukan pengelompokan (agregasi) komoditas atau jenis pangan. Hal ini dilakukan untuk: (1) mengatasi adanya pengamatan yang kosong karena adanya rumahtangga yang tidak mengkonsumsi jenis pangan tertentu pada waktu satu minggu periode pencacahan, (2) memudahkan prosedur estimasi maupun rnenginterpretasikan hasil analisis, dan (3) disesuaikan dengan kepentingan analisis. Dalam kaitan ini Harianto (1994) mengemukakan setidaknya terdapat dua faktor yang perlu diperhatikan yaitu: (1) komoditi atau kelompok komoditi yang memiliki persentase pengeluaran no1 harus dikelompokkan pada komoditi lainnya atau kelompok komoditi pada kategori yang sama untuk menghindari masalah dalam estirnasi, dan (2) jumtah kelompok komoditi harus terbatas dalam kisaran yang dapat dikelola baik dalam pendugaan rnaupun interpretasi.

Dalam penelitian ini selain hal-ha1 yang dikemukakan di atas dasar pertimbangan lain yang digunakan dalam pengelornpokan komoditas adalah tingkat partisipasi konsumsi. Secara tidak langsung partisipasi konsumsi yang merupakan proporsi rumahtangga yang mengkonsumsi jenis pangan tertentu

(11)

terhadap total rurnahtangga contoh di masing-masing kategori mengindikasikan pula proporsi rumahtangga yang persentase pengeluaran yang no1 dari jenis komoditi tertentu.

Dari sejumlah 224 jenis pangan (di luar tembakau dan sirih) pada awatnya dirancang untuk menganalisis 21 jenis komoditas. Namun setelah memperhatikan keragaan tingkat partisipasi konsumsi (Tabel 4 dan Tabel 5), terlihat dari berbagai kategori yang dilakukan maupun keragaan di empat propinsi contoh tingkat partisipasi untuk jagung sangat rendah (hanya cukup tinggi di NTT), dernikian pula sagu (hanya cukup tinggi di Maluku), juga untuk ubikayu dan ubijalar relatif rendah. Berdasar keragaan tersebut jagung dimaksukkan dalam kelompok serealia lain, sedangkan sagu, ubikayu, dan ubijalar dikelompokkan bersama dalam kelornpok umbi-umbian. Selain itu untuk pangan sumber protein daging-dagingan terlihat pula bahwa tingkat partisipasi daging sapi. daging ayam dan dagingan lainnya cukup bervariasi antar kategori dan cenderung rendah. Oleh karena itu ketiga jenis daging- dagingan tersebut dikelornpokkan ke dalam satu kelompok daging.

(12)

Tabel 4. Tingkat Partiipasi Konsurnsi Berbagai Jenis Pangan di Wilayah KT1 Menurut Daerah

dan Kelornpok Pendapatan. Tahun 1996a

Dengan demikian dari data Susenas 1996 yang rnencakup pengeluaran untuk 231 jenis pangan, setelah konsurnsi dan pengeluaran untuk kelompok ternbakau dan sirih dikeluarkan dari analisis, jenis pangan yang dianalisis sebanyak 224 jenis. Dari jumlah tersebut akhirnya dikelornpokkan (agregrasi) menjadi 15 kelompok yaitu (1) beras. (2) serealia

Jenis Pangan 1. Beras 2. Jagung 3. Serealia lain 4. Ubikayu 5. Ubijalar 6. Sagu 7. Urnbi-urnbian 8. Daging sapi 9. Daging ayam 10. Daging lainnya 11. lkan 12. Telur 13. Susu 14. Sayuran 15. Buah-buahan 16. Kacang-kacangan 17. Gula pasir 18. Minyak goreng 19. Makanan jadi 20. Pangan lainnya 21. Mielterigu Keterangan: " diukur

lain, (3) umbi-umbian, (4) mielterigu, (5) daging, (6) ikan, (7) telur, (8)

susu, (9) sayuran, (10) buah-buahan, ( l I ) kacang-kacangan, (12) gula

pasir. (13) minyak goreng. (14) rnakanan jadi. dan (15) pangan lain. Dalam

pangan yang bersangkutan terhadap total rumahtangga contoh pada masing- masing kategori. (%) Total 94.96 14.43 2.53 36.08 12.09 5.05 14.34 17.62 21.29 5.63 91.98 61.35 26.15 99.1 1 75.78 54.62 94.30 98.16 99.78 68.90 60.85 dengan rnenghitung Kota 96.34 8.76 0.67 27.36 9.92 3.41 19.43 22.94 30.23 9.15 96.34 73.68 41.88 99.60 78.93 67.27 97.55 98.90 99.85 79.89 71.76 Kawasan Desa 94.1 t 17.88 3.66 41.38 13.41 6.05 11.25 14.39 15.87 3.50 99.32 53.85 16.59 99.42 73.87 46.94 92.33 97.71 99.73 62.23 54.21 persentase Timur Indonesia Rendah 92.45 17.32 4.19 41.92 12.58 6.75 10.02 8.61 9.97 2.04 89.21 46.72 9.41 99.52 67.10 41.23 90.76 97.55 99.70 58.53 47.57 rumahtangga yang Sedang 96.46 13.47 1.83 35.34 12.19 4.74 14.23 18.08 22.13 6.02 93.69 65.86 28.25 99.47 79.11 58.57 96.18 98.68 99.86 71.58 64.65 rnengkonsumsi Tinggi 96.97 10.61 0.62 25.92 10.92 2.27 23.20 34.71 42.43 12.05 94.07 81.55 55.35 97.58 86.46 73.46 97.61 98.34 99.75 84.27 79.75 jenis

(13)

pengelompokan kornoditas a t a u jenis r n a k a n a n d i l a k u k a n terlebih dahulu k e s e s u a i a n b e n t u k d a n s a t u a n d e n g a n r n e n g g u n a k a n k o n v e r s i t e r t e n t u .

Tabel 5. Tingkat Partisipasi Konsumsi Berbagai Jenis Pangan di NTT, Kalteng, Sulsel, dan Maluku, Tahun 1996a

(%)

Jenis Pangan

I

NTT

I

Kalteng

1

Sulsel Maluku

1. Beras 97.76

1

100.00

1

99.28 1 97.73 2. Jagung 3. Serealia lain 4. Ubikayu 5. Ubijalar 6. Sagu 7. Umbi-umbian 8. Daging sapi 9. Daging ayam 10. Daging lainnya 11. lkan 12. Telur 13. Susu 14. Sayuran 15. Buah-buahan 16. Kacang-kacangan 17. Gula pasir 18. Minyak goreng 19. Makanan jadi 20. Pangan lainnya 21. Mielterigu

Kelerangan: a diukur dengan rnenghitung bersangkutan terhadap total

27.20 99.72 69.10 43.79 97.82 99.43 99.43 51.18 61.04 pangan yang 39.46 79.64 45.32 62.34 4.2.5. Pengelompokan Rumahtangga - . . 72.03 65.09 Wilayah KT1 y a n g r n e n c a k u p 13 p r o p i n s i d a l a r n a n a l i s i s d i b e d a k a n rnenjadi: (1) KT1 total, (2) KT1 d a e r a h p e d e s a a n ; (3) KT1 d a e r a h p e r k o t a a n ;

pefsentase rurnahtangga yang rnengkonsurnsi jenis mrnahlangga conloh pada masing-masing kategori.

d a n KT1 r n e n u r u t kelornpok p e n d a p a t a n y a i t u 40 persen p e n d a p a t a n terendah, 40 p e r s e n s e d a n g , dan 20 p e r s e n tertinggi. Selain analisis wilayah KT1 secara k e s e l u r u h a n , u n t u k menangkap k e r a g a m a n s u m b e r d a y a w i l a y a h dan s o s i o - b u d a y a seternpat, d i a n a l i s i s secara p u r p o s i v e ernpat p r o p i n s i y a i t u NTT untuk

(14)

daerah lahan kering potensi peternakan. Kalteng untuk daerah pedalaman potensi hutanlperkebunan. Sulawesi Selatan untuk daerah subur dan potensi sentra tanaman pangan (padi), dan Maluku sebagai wilayah kepulauan dengan potensi perikanan.

Tabel 6 dan Tabel 7 menyajikan keragaan pengelornpokan rurnahtangga berdasar tingkat pendapatan (kelompok pendapatan) di wilayah KT1 rnenurut daerah dan keragaan di empat propinsi contoh. Apabila diarnati terlihat bahwa di wilayah KT1 pada kelompok pendapatan rendah, perbedaan rata-rata tingkat pendapatan (maupun kisarannya) antara daerah kota dan desa relatif kecil. Tidak demikian halnya pada kelompok pendapatan sedang dan tinggi, rata-rata tingkat pendapatan di daerah kota perbedaannya cukup menonjol dibanding di desa.

Tabel 6. Rata-rata dan Kisaran Tingkat Pendapatan Rurnahtangga di Wilayah KT1 Menurut Daerah dan Kelompok Pendapatan, Tahun 1996

Minimum Maksimum Rata-rata Rplkaptbln Sedang Minimum Maksimum Rata-rata Kelornpok Pendapatan Tinggi Minimum Maksimum Rata-rata Rendah I I I

Kawasan Timur Indonesia

Desa

(15)

Diantara empat propinsi yang dianalisis, pada ketiga kelompok

pendapatan. rata-rata tingkat pendapatan (maupun besarannya)

rumahtangga di Kalteng paling tinggi. Sementara di NTT rata-rata tingkat pendapatan penduduknya paling rendah.

Tabel 7. Rata-rata dan Kisaran Tingkat Pendapatan Rumahtangga di

NTT,

Kalteng, Sulsel, dan Maluku Menurut Kelompok Pendapatan, Tahun 1996

Kelompok Pendapatan Rendah Minimum Maksimum Rata-rata Sedang Minimum Maksimum Rata-rata Tinggi Minimum Maksimum Rata-rata NTT 4.3. Metoda Analisis 4.3.1. Spesifikasi Model Kalteng RpJkaptbln

Metoda analisis yang digunakan untuk menelaah pola konsurnsi pangan (dan gizi) rumahtangga di wilayah KTf di daerah pedesaan, perkotaan dan

I

I

Sulsel

berdasar kelompok pendapatan adalah analisis tabulasi sederhana. Analisis pola konsurnsi dan pengeluaran rumahtangga di KT1 dibedakan dalam besaran

(16)

nilai mutlak (Rplkaplbulan) ataupun kglkaplminggu rnaupun dalam bentuk proporsi atau persen.

Untuk menjawab tujuan kedua dari penelitian digunakan metoda analisis ekonometrika dengan rnenggunakan model sistem persamaan permintaan. Salah satu model sistem persamaan perrnintaan yang rnemenuhi sifat-sifat fungsi permintaan dan fleksibel digunakan dalarn penelitian empiris adalah model "Almost Ideal Demand System" (AIDS) yang dikembangkan oleh Deaton dan Muelbauer (1980). Adapun spesifikasi model sistem persamaan AlDS yang digunakan dalarn penelitian ini adalah sebagai berikut.

dirnana: Wi = pangsa pengetuaran jenis atau kelompok pangan ke-i terhadap total pengeluaran pangan

i = 1 , 2

,...

15, j = 1 , 2 , 3

...

15

ai, yil dan

Pi =

parameter dugaan masing-masing untuk intersep,

harga kelompok pangan, dan pengeluaran pangan

E = total pengeluaran pangan (Rplkaplbulan) pi

=

harga jenis (kelompok) pangan ke-j

p*

=

indeks harga stone yang diduga dengan CWt log Pi

Dengan menduga indeks haga stone sebagai CWt log Pi maka persamaan (37) rnenjadi persamaan permintaan dalam bentuk logaritma linear dalarn harga dan pendapatan (diproksi dengan pengeluaran). Fungsi tesebut dikenal sebagai aproksimasi linear dari AlDS atau "linear approximation"

(LAIAIDS). Adapun ke 15 jenis (klelompok) pangan yang diduga dalam penelitian ini adalah (I) beras. (2) serealia lain. (3) mielterigu. (4) umbi-umbian,

(17)

67 (5) daging, (6) ikan, (7) telur, (8) susu, (9) sayuran, (10) buah-buahan (11) kacang-kacangan, (12) gula pasir, (13) minyak goreng, ( 7 4 ) makanan jadi, dan ( ? 5 ) pangan lainnya. Rincian masing-masing jenis dari

ke-15

kelompok pangan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3.

Sistem persamaan permintaan pada persamaan (37) digunakan untuk menduga permintaan pangan di wilayah KT1 secara agregat, pedesaan KT!, perkotaan KTI, dan KT1 menurut kelompok pendapatan rendah, sedang. dan tinggi. Selain itu model LA/AIDS di atas juga digunakan untuk menduga sistem permintaan di empat propinsi terpilih yaitu Nusa Tenggara Timur. Kalimantan Tengah. Sulawesi Selatan, dan Maluku. Masing-masing untuk propinsi secara agregat, daerah pedesaan, perkotaan, dan berdasar kelompok pendapatan rendah, sedang, dan tinggi).

Selain itu dalam menelaah sistern permintaan pangan di wilayah KT1 analisis juga dilakukan untuk model permintaan tanpa peubah demografi dibandingkan model dengan memasukkan peubah demografi. Peubah demografi yang dimasukkan dalam persamaan (37) adalah dummy daerah. pendidikan kepala keluarga dan jumlah anggota rumahtangga (JART). Model dengan peubah demografi tersebut sebagai berikut:

Wi = a1+ Z yij log

P1

+

PI

log (Elp*) + 8 log S + 6 log Ed + p log D (38) dimana: S = jumlah anggota rumahtangga

Ed

=

pendidikan kepafa rumahtangga

D

=

dummy daerah; D

=

1 untuk rumahtangga di kota D

=

0 lainnya

(18)

Besaran elastisitas permintaan untuk harga dan pendapatan dihitung dengan menggunakan rumus yang diturunkan dari persamaan (37) (Chalfant,

1987 dalam Abdulai,

4

1999). yaitu :

~ i i

=

(yii

-

piWi) / Wi

-

1 Elastisitas harga sendiri (39) ~ i j = (Yii

-

PiWi) I Wi untuk i # j Elastisitas harga silang (40)

Elastisitas pengluaran komoditi ke i (41 ) terhadap pengeluaran pangan

Penurunan elastisitas secara rnatematis secara rinci dapat disimak pada Larnpiran 5.

Untuk memperoleh besaran elastisitas pengeluaran masing-masing kelornpok komoditas terhadap total pengeluaran rumahtangga, nilai elastisitas pengeluaran hasil perhitungan dengan model LAIAIDS dikalikan dengan nilai elastisitas pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran rumahtangga.

Elastisitas pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran diduga dengan model logaritma linear berikut :

dimana: EF

=

total pengeluaran pangan ET

=

total pengeluaran rumahtangga

qF

=

elastisitas pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran rumahtangga

(19)

Elastisitas pengeluaran komoditi tertentu terhadap total pengeluaran rumahtangga atau elastisitas pendapatan dihitung sebagai berikut.

dimana: q , ~

=

elastisitas pendapatan komoditi ke-i

qi

=

elastisitas pengeluaran komoditi i terhadap pengeluaran pangan q~

=

elastisitas pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran

4.3.2. Prosedur Pendugaan dan Pengujian Restriksi

Pendugaan parameter sistem persamaan permintaan dari model LNAIDS dilakukan dengan metoda SUR ("seemingly un-related regression"). Kaidah uji untuk melihat berpengaruh tidaknya parameter-parameter harga dan pendapatan maupun peubah sosio-demografi digunakan uji-t.

Berdasar teori perrnintaan, seperti dikemukakan dalam bab kerangka teori, fungsi permintaan mempunyai ciri atau syarat homogenitas dan simetri. Untuk kepentingan tersebut dilakukan pengujian terhadap model persamaan permintaan tanpa dan dengan restriksi homogen, simetri, serta homogen dan simetri. Kaidah uji yang digunakan untuk menguji model tanpa dan dengan restriksi adalah uji-F (Koutsoyiannis, A. 1977).

4.4. Upaya Pemerluhan Konsumsi Energi dan Protein

Pengetahuan dan informasi tentang hasil dugaan parameter permintaan (elastisitas permintaan terhadap perubahan harga dan pendapatan) dapat digunakan oleh pengambil keputusan antara lain untuk memproyeksi

(20)

kebutuhan pangan di masa mendatang. Dikaitkan dengan masalah gizi/kesehatan penduduk, hasil analisis kajian permintaan juga dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam merumuskan kebijakan di bidang pangan dan gizi.

Untuk sembarang komoditas q yang telah diperoleh elastisitas (harga sendiri, harga silang), dan elastisitas pendapatan tertentu, adanya perubahan harga-harga komoditas dan juga tingkat pendapatan terhadap kuantitas yang diminta dalam persentase dapat dituliskan sebagai berikut (Park,

&

1996):

%Aqi

=

Ccq %A pi + qi % AY, (45)

untuk i,j

=

1,2

,...,

n

Dirnisalkan : % Aqi

=

k maka %Aqi dapat ditulis sebagai:

rq'

- qO ] /qO = W100, dimana q0 dan q' masing-masing adalah jurnlah yang diminta sebelum dan sesudah terjadi perubahan harga dan pendapatan. Dengan formula tersebut dapat dihitung pengaruh perubahan harga-harga komoditas dan pendapatan pada tingkat konsumsi kandungan zat gizi. Misalkan pi menunjukkan kandungan zat gizi komoditi i, maka pengaruh perubahan harga dan pendapatan terhadap kandungan zat gizi dari konsumsi kornoditas i dapat dituliskan sebagai:

pi(qf - qO) = (pi q0 k) I 100 (46)

Apabila diasurnsikan tidak terdapat perubahan harga kornoditas j (%Apj = 0 untuk semua j), maka %Aq

=

qr % AY. Apabila - qO)

=

ri rnenunjukkan

(21)

tingkat konsumsi zat gizi yang direkomendasikan, maka diperoleh besaran nilai persentase perubahan pendapatan yang dibolehkan untuk memenuhi konsumsi zat gizi sesuai dengan yang direkornendasikan sebagai berikut:

ql% AY = ri / (pi qO) atau % AY = rl / (pi

.

qO. qi) (47) dirnana: q~ = elastisitas pendapatan komoditas i.

%AY

=

% perubahan (peningkatanlpenurunan) pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi konsumsi zat gizi - tertentu.

ri = perubahan (selisih) konsumsi zat gizi yang

direkomendasikan dengan konsumsi zat gizi aktual dari komoditi ke-i.

pi

=

konversi satu satuan komoditi ke-i (kandungan zat gizi tertentu dari komoditi ke-i)

qO = tingkat konsumsi aktual dari komoditi ke-i.

Dalam studi ini hasil dugaan parameter perrnintaan tersebut digunakan untuk mengestimasi pengaruh perubahan pendapatan terhadap konsumsi energi dan protein. Analisis dilakukan khusus pada kelompok rurnahtangga berpendapatan rendah di wilayah KTI. Hal ini didasarkan pada pertimbangan kelompok inilah yang perlu mendapat sentuhan prioritas kebijakan dari pengambil keputusan.

Patokan rekomendasi konsumsi zat gizi yang digunakan dalam studi ini

mengacu pada kecukupan konsumsi energi dan protein yang

(22)

yaitu sebesar 2 150 Kkallkaplhari dan 46.2 gramlkaplhari masing-masing untuk energi dan protein.

Gambar

Tabel 2.  Sebaran  Rumahtangga Contoh  Susenas  1996  Menurut  Daerah dan  Klas  Konsumsi  Energi di  KT1  (setelah  pemotongan  konsumsi  energi  &gt;  4.500  Kkallkaplhr)
Tabel 3.  Distribusi Rumahtangga Contoh Susenas 1996  di  KT1 ~ e n u d t   Daerah  dan  Kelompok Pendapatan (setelah pernotongan konsurnsi energi  &gt;  4.500  Kkallkaphari)
Tabel 4. Tingkat Partiipasi Konsurnsi Berbagai Jenis Pangan di Wilayah KT1 Menurut Daerah  dan  Kelornpok Pendapatan
Tabel 5.  Tingkat  Partisipasi  Konsumsi  Berbagai  Jenis  Pangan  di  NTT,  Kalteng,  Sulsel, dan Maluku, Tahun 1996a
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan teori yang ada, biaya variabel pabrik sebaiknya dibebankan berdasarkan tarif biaya overhead yang telah ada, karena tidak mungkin mengukur biaya overhead variabel

a = 5848,0543, jika ekspor dan investasi sama dengan nol maka pertumbuhan ekonomi sebesar 5848,0543 miliar, hasil interpretasi nilai konstanta tidak bisa digunkana karena tidak

Karya Tulis Ilmiah D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta serta selaku Pembimbing Pendamping/Pembimbing II yang telah memberikan

Dampak kenaikan harga bahan bakar minyak di Indonesia mungkin belum tentu berpengaruh terhadap loyalitas konsumen di Bober Café, apabila konsumen di café tersebut tidak

Proses penciptaan karya yang dilakukan Pramono pada masa itu terlihat sederhana seperti yang terlihat pada kemunculan gambar bayangan “hantu” yang menginterpretasikan kata

Judul Tesis : Gaya Kepemimpinan Transformasional dalam Hubungan Sistem Pengendalian Intern dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi pada SKPD

Menetapkan : PERATURAN KEPALA DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA SELAKU PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI DAERAH TENTANG STANDAR PROSEDUR

Definisi : Kemampuan mengidentifikasi, mengumpulkan, mengolah dan merumuskan konsep kebijakan pengembangan dan kelembagaan Perpustakaan, pengembangan Koleksi