• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Skala Prioritas Kebutuhan Dalam Pendidikan Dan Pelatihan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Skala Prioritas Kebutuhan Dalam Pendidikan Dan Pelatihan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa pemakalah dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata kuliah Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan yang berjudul “Analisis Skala Prioritas Kebutuhan Dalam Pendidikan Dan Pelatihan” dengan lancar.

Dalam pembuatan makalah ini, pemakalah mengacu kepada sumber dan referensi baik buku maupun internet. Namun tentunya masih terdapat kekurangan dan kelemahan serta kesalahan dalam pemakalahan dan penyusunan makalah kelompok ini, kami pemakalah mohon kritik, diskusi dan saran perbaikan dari Bapak Dosen Pengampu dalam hal ini Dr. R. Mursid, M.Pd dan teman-teman satu kelas.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan pemakalah pada khususnya, pemakalah menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu pemakalah menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata pemakalah sampaikan terimakasih dan mohon maaf.

Pemakalah,

(2)

Daftar Isi Halaman Judul

Kata Pengantar... i

Daftar Isi... ii

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Pembahasan... 2

1.4 Manfaat Pembahasan... 2 BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Skala Prioritas)... -2.2 Analisis Kebutuhan dalam Pendidikan dan Pelatihan... -2.3 Analisis Skala Prioritas Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan... -BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan... -3.2 Saran... -Daftar Pustaka...

(3)

-BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pelatihan merupakan proses melatih untuk mempersiapkan seseorang mengambil jalur tindakan tertentu yang digunakan untuk membantu seseorang tersebut memperbaiki prestasi dalam kegiatannya. Mengapa perlu pelatihan? Ada beberapa alasan yang melatar belakanginya; Pertama adanya kenyataan/hasil yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Kedua, adanya perubahan lingkungan/suasana kerja yang diakibatkan oleh modifikasi prosedur atau instalasi peralatan yang baru. Ketiga, perkembangan perusahaan atau industri yang begitu pesat sehingga SDM perlu ditingkatkan.

Analisa kebutuhan diklat adalah proses yang berkelanjutan dalam pengumpulan data untuk menentukan apa kebutuhan pelatihan ada sehingga pelatihan dapat dikembangkan untuk membantu organisasi mencapai tujuannya . Melakukan analisis kebutuhan merupakan dasar keberhasilan program pelatihan . Seringkali , organisasi akan mengembangkan dan melaksanakan pelatihan tanpa terlebih dahulu melakukan analisis kebutuhan . Organisasi-organisasi ini akan menjalankan risiko diklat yang tidak efektif . Sebuah analisa kebutuhan pelatihan digunakan untuk menentukan apakah pelatihan merupakan solusi yang tepat untuk masalah di tempat kerja.

Berbagai analisa dari kebutuhan yang telah dukumpulkan tersebut, haruslah ditentukan skala prioritas nya. Skala Prioritas merupakan tingkatan-tingkatan yang memiliki kriteria tertentu untuk menentukan sesuatu yang diutamakan/ disegerakan karena memiliki nilai penting yang tinggi. Sakala prioritas ini berfungsi untuk keefektifitasan dan keberhasilan dari sebuah pelatihan yang kita laksanakan. Mengingat peranan yang sangat besar dari skala prioritas tersebut, untuk itu dalam makalah kali ini kami akan membahas tentang Analisis Skala Prioritas Kebutuhan dalam Pendidikan dan Pelatihan.

(4)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Apa itu Skala Prioritas ?

2. Apa saja kebutuhan dalam Pendidikan dan Pelatihan ?

3. Bagaimana Skala Prioritas Kebutuhan dalam Pendidikan dan Pelatihan ?

1.3. Tujuan Pembahasan

Adapun yang menjadi tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui :

1. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah 2. Menyelesaikan tugas mata kuliah Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 3. Mendalami tentang learning object material and interaction design

1.4. Manfaat Pembahasan

Adapun manfaat pembahasan makalah ini adalah agar masyarakat pada umumnya yang membaca makalah ini dan para mahasiswa pasca sarjana, dapat semakin memahami Skala Prioritas Kebutuhan dalam Pendidikan dan Pelatihan. Selain itu, manfaat makalah ini juga diharapkan dapat sebagai bahan informasi dan reverensi bagi para tenaga pengajar tentang Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan.

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Skala Prioritas

(5)

Skala Prioritas adalah tingkatan-tingkatan yang memiliki kriteria tertentu atas segala sesuatu yang diutamakan. Hal-hal yang mempengaruhi Skala Prioritas: 1) Tingkat Urgensinya, yang mana yang harus didahulukan

2) Kesempatan yang dimiliki

a. misalnya : obat, saat sakit menjadi hal utama dan yang lain menjadi hal kedua

3) Pertimbangan Masa depan, agar masa depan gemilang kita perlu mendapatkan pendidikan maka dari itu pendidikan beserta pelengkapnya harus di utamakan juga

4) Kemampuan diri 5) Tingkat pendapatan 6) Status Sosial 7) Lingkungan

Tiga Kategori Prioritas

1 Jangan Dikerjakan  Masalah dapat hilang tanpa diatasi  Sudah kedaluarsa

 Dapat dikerjakan oleh orang lain 2 Dikerjakan Nanti  Tidak disertai jatuh tempo

(6)

 Dapat diperlambat Alasan penundaan tugas :

 Tidak ingin memulai

 Tidak tahu dari mana memulai

 Tidak tahu dari mana memulai meskipun ingin memulai

3 Dikerjakan Sekarang Kebutuhan unit operasional, misalnya :  Kebutuhan staf

 Kebutuhan peralatan  Rapat

Ketika mengidentifikasi prioritas, faktor yang dipertimbangkan adalah kemendesakan dan tingkat pentingnya. Apakah masalah tersebut mendesak, dan apabila tidak dibereskan segera akan berakibat fatal ? apakah masalah tersebut penting sehingga berdampak besar pada keseluruhan organisasi ?. Langkah langkah dalam menyusun daftar skala prioritas kebutuhan sebagai berikut :

a. Mencatat semua kebutuhan yang ada.

b. Membuat urutan kebutuhan berdasarkan tingkat kepentingannya. c. Membuat beberapa catatan kebutuhan alokasi dana yang ada. d. Memilih catatan kebutuhan yang paling harus didahulukan.

2.2. Analisis Kebutuhan dalam Pendidikan dan Pelatihan

Dalam konteks pengembangan kurikulum, John McNeil (1985) mendefinisikan need assessment sebagai: ”the process by which one defines

educational needs and decides what their priorities are”. Sejalan dengan

pendapat McNeil, Seels dan Glasglow (1990) menjelaskan tentang pengertian

need assessment : “it meqns a plan for gathering Information about discrepancies

(7)

menurut Anderson analisis kebutuhan diartikan sebagai suatu proses kebutuhan sekaligus menentukan prioritas. Need Assessment (analisis kebutuhan) adalah suatu cara atau metode untuk mengetahui perbedaan antara kondisi yang diinginkan/seharusnya (should be / ought to be) atau diharapkan dengan kondisi yang ada (what is). Kondisi yang diinginkan seringkali disebut dengan kondisi ideal, sedangkan kondisi yang ada, seringkali disebut dengan kondisi riil atau kondisi nyata.

Ada beberapa hal yang melekat pada pengertian need assessment. Pertama;

need assessment merupakan suatu proses artinya ada rangkaian kegiatan dalam

pelaksanaan need assessment. Need assessement bukanlah suatu hasil, akan tetapi suatu aktivitas tertentu dalam upaya mengambil keputusan tertentu. Kedua; kebutuhan itu sendiri pada hakikatnya adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dengan demikian maka, need assessment merupakan kegiatan mengumpulkan informasi tentang kesenjangan yang seharusnya dimiliki setiap siswa dengan apa yang telah dimiliki

Beberapa fungsi Need Assessment menurut Morisson sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan pekerjaan atau tugas

sekarang yaitu masalah apa yang mempengaruhi hasil pembelajaran.

2. Mengidentifikasi kebutuhan mendesak yang terkait dengan finansial, keamanan atau masalah lain yang menggangu pekerjaan atau lingkungan pendidikan

3. Menyajikan prioritas-prioritas untuk memilih tindakan.

4. Memberikan data basis untuk menganalisa efektifitas pembelajaran.

Ada enam macam kebutuhan yang biasa digunakan untuk merencanakan dan mengadakan analisa kebutuhan (Morrison, 2001: 28-30).

1. Kebutuhan Normatif, membandingkan peserta didik dengan standar nasional, misal, UAN, SNMPTN, dan sebagainya.

2. Kebutuhan Komperatif, membandingkan peserta didik pada satu kelompok dengan kelompok lain yang selevel. Misal, hasil Ebtanas SLTP A dengan SLTP B.

3. Kebutuhan yang dirasakan, yaitu hasrat atau kinginan yang dimiliki masing-masing peserta didik yang perlu ditingkatkan. Kebutuhan ini

(8)

menunjukan kesenjangan antara tingkat ketrampilan/kenyataan yang nampak dengan yang dirasakan. Cara terbaik untuk mengidentifikasi kebutuhan ini dengan cara interview.

4. Kebutuhan yang diekspresikan, yaitu kebutuhan yang dirasakan seseorang mampu diekspresikan dalam tindakan. Misal, siswa yang mendaftar sebuah kursus.

5. Kebutuhan Masa Depan, Yaitu mengidentifikasi perubahan-perubahan yang akan terjadi dimasa mendatang. Misal, penerapan teknik pembelajaran yang baru, dan sebagainya.

6. Kebutuhan Insidentil yang mendesak, yaitu faktor negatif yang muncul di luar dugaan yang sangat berpengaruh. Misal, bencana nuklir, kesalahan medis, bencana alam, dan sebagainya.

Glasgow menggambarkan need assessment dalam bentuk kegiatan yang dimulai dari tahapan pengumpulan informasi sampai merumuskan masalah. Sedangkan Morrison menggambarkan Need assessment dalam bentuk kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai membuat laporan akhir.

Bentuk langkah-langkah need assessment menurut Glasgow sebagai berikut: 1. Tahapan pengumpulan Informasi; dalam tahapan ini seorang desainer

harus bisa memahami dan mengumpulkan informasi dari para siswa cakupan pengumpulan informasi bisa beragam seperti karakteristik siswa, kemampuan personal, dan problematic didalam pembelajaran.

2. Tahapan identifikasi kesenjangan; menurut Kaufman mengidentifikasi kesenjangan yaitu dengan menggunakan metode Organizational Element Model yang dimana dalam metode ini menjelaskan adanya lima elemen yang saling berkaitan. Dimulai dari input-proses-produk-output-outcome. 3. Analisis Performa; tahapan ini dilakukan setelah desainer memahami

berbagai informasi dan mengidentifikasi kesenjangan yang ada. Dalam hal ini ketika menemukan sebuah kesenjangan, diidentifikasi kesenjangan mana yang dapat dipecahkan melalui perencanaan pembelajaran dan mana yang memerlukan pemecahan yang lain.

4. Identifikasi Hambatan dan Sumber; dalam tahapan ini pelaksanaan suatu program berbagai kendala bisa muncul sehingga dapat berpengaruh terhadap kelancaran suatu program. Berbagai kendala bisa meliputi dari

(9)

waktu, fasilitas, bahan, dan sebagainya. Sumber-sumbernya juga bisa dari pengorganisasian, fasilitas, dan pendanaan.

5. Identifikasi Karakteristik Siswa; tahapan ini merupakan proses pengidentifikasian masalah-masalah siswa. Karena Tujuan utama dalam desain pembelajaran adalah memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. 6. Identifikasi tujuan; mengidentifikasi tujuan merupakan salah satu tahapan

penting yang ada didalam need assessment, karena mengidentifikasi tujuan merupakan proses penetapan kebutuhan yang dianggap mendesak untuk dipecahkan sesuai dengan kondisi, karena tidak semua kebutuhan menjadi tujuan.

7. Menentukan permasalahan; tahapan ini adalah tahap akhir dalam proses analisis, yaitu menuliskan pernyataan adalah sebagai pedoman dalam penyusunan proses desain instruksional.

Sedangkan menurut Morrison langkah-langkah need assessment sebagai berikut:

1. Perencanaan : yang perlu dilakukan; membuat klasifikasi siswa, siapa

yang akan terlibat dalam kegiatan dan cara pengumpulannya.

2. Pengumpulan data : perlu mempertimbangkan besar kecilnya sampel

dalam penyebarannya (distribusi)

3. Analisa data : setelah data terkumpul kemudian data dianalisis dengan

pertimbangan : ekonomi, rangking, frequensi dan kebutuhan

4. Membuat laporan akhir : dalam sebuah laporan analisa kebutuhan

mencakup empat bagian; analisa tujuan, analisa proses, analisa hasil dengan table dan penjelasan singkat, rekomendasi yang terkait dengan data.

Analisis kebutuhan merupakan alat yang konstruktif dan positif untuk melakukan perubahan. Perubahan yang didasarkan atas logika yang bersifat rasional, perubahan fungsional yang dapat memenuhi kebutuhan kelompok dan individu. Perubahan ini menunjukkan upaya formal yang sistematis menentukan dan mendekatkan jarak kesenjangan antara “seperti apa yang ada” dengan “bagaimana seharusnya”.

(10)

Tiga langkah penting yang dilakukan oleh guru inovatif dalam menyiapkan rencana pembelajaran dengan memasukkan unsur analisis kebutuhan yang disisipkan di antara pemilihan materi dengan pemilihan strategi pembelajaran, sebagaimana contoh bagan berikut:

1. Apa yang diajarkan?

2. Mengapa mengajarkan yang kita ajarkan? 3. Bagaimana mengajarkan?

2.3. Analisis Skala Prioritas Kebutuhan dalam Pendidikan dan Pelatihan Analisis atau penilaian kebutuhan adalah suatu insvestigasi sistemik mengenai deskripsi kinerja untuk menggambarkan kesenjangan, menetapkan mengapa itu terjadi, dan memusatkan apakah diklat (pendidikan dan Pelatihan) menjadi solusi potensial (The trainer’s library : Performnace and Needs Analysis, 1989 dalam Sudirman, 2014).

Menurut Sudirman, 2014, sebelum program pendidikan dan pelatihan dilaksanakan, secara umum baik bagi tenaga kerja ataupun masyarakat ada beberapa kegiatan analisis kebutuhasn yang sering direkomendasikan menjadi prioritas untuk dilakukan, yaitu :

1. Analisis Organisasi

Analisis ini bukan hanya semata utnuk mengidentifikasi ada atau tidaknya kebutuhan diklat, akan tetapi jua dimaksudkna untuk menyediakan informasi dalam penyususnan profil organisasi pada saat tertentu, baik bagi unit-uni kerja dalam organisasi maupun organisasi keseluruhan. Sedangkan bagi masyarakat analisis organisasi bisa diidentifikasikan kebutuhan masyarakat secara umum di suatu tempat atau daerah yang membutuihkan pelatihan.

2. Analisis kerja

Dalam sebuah organisasi, kinerja merupakan kadar hasil kerja yang dapat ditunjukkan seseorang tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Kadar kinerja ini biasanya diukur berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan

(11)

sebelumnya sesuai jenis atau bidang pekerjaan yang dihadapinya. Bagi para tenaga kerja, tinggi rendahnya kinerja seseorang bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor: (a) faktor tenaga kerja itu sendiri seperti;kemampuan atau potensi, dan kemauan atau motivasi, (b) faktor pekerjaan yang menyangkut semua hal, seperti; desain pekerjaan, uraian pekerjaan dan sumber daya yang ada untuk melakukan pekerjaan tersebut, (c) faktor mekanisme kerja yang mencakup sistem atau prosedur pendelegasian/ pengendalian dan struktur organisasi, dan (d) faktor lingkungan kerja yang mencakup segala sesuatu yang mempengaruhi kinerja para tenaga kerja. Dalam masyarakat umum analisis kinerja tidak menjadi patokan utama, karena sasaran utamanya adalah masyarakat yang belum memiliki pekerjaan (memiliki mata pencaharian tetap). Namun demikian, dalam analisis ini juga dapat diidentikkan untuk melihat potensi yang ada di masyarakat, serta sejauh mana minat masyarakat untuk mau bekerja sesuai kebutuhannya.

3. Analisis Kompetensi

Selain untuk mengatasi kekurang mampuan tenaga dalam bekerja, analisis kompetensi juga dilakukan untuk; (a) menguraikan peranan penting yang tercakup dalam suatu jabatan, (b) menguraikan pekerjaan dalam jabatan, (c) menetapkan kemampuan yang harus dimiliki sesuai peran dalam jabatan, (d) menentukan pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan, dan (e) menetapkan karakteristik peserta. Bagi masyarakat umum atau calon tenaga kerja, analisis kompetensi dilakukan untuk melihat sejauh mana kompetensi yang telah dimiliki seseorang dikaitkan dengan kebutuhan pekerjaan yang akan dijalankan dan lapangan kerja yang ada. Melalui pendekatan ini secara sederhana dianalisis tentang kompetensi atau kemampuan apa saja yang telah dimiliki dan yang belum dimiliki baik dalam jabatan tertentu maupun pekerjaan yang akan dihadapi.

Bagi para tenaga kerja secara khusus, analisis kebutuhan pelatihan akan dilaksanakan jika terjadi deefesiensi pada pengetahuan, ketrampilan dan sikap pada mereka. Sedangkan kegiatan identifikasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan analisis kebutuhan pelatihan bagi suatu pekerjaan tersebut membutuhkan informasi seperti: (a) deskripsi pekerjaan yang akurat; (b) defenisi

(12)

tentang persyaratan kinerja dalam arti pengetahuan, ketrampilan dan sikap; (c) kinerja pekerjaan sekarang.

Untuk kegiatan analisis kebutuhan pelatihan bagi `organisasi yang dilakukan berdasarkan pendekatan sistem pelaksanaannya akan lebih komprehensif bila dipandang dari segi: (a) organisasi dan lingkungannya, dan (b) individu dan kinerjanya. Idealnya, pendekatan organisasi dan lingkungannya harus dimulai dari penetapan kebutuhan pelatihan guna pengembangan organisasi secara menyeluruh melalui diskusi dengan orang-orang penting dalam organisasi. Kegiatan analisis ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan yang berkaitan dengan tugas-tugas yang akan dijalankan organisasi. Sedangkan untuk selanjutnya seperti kegiatan analisis tugas, kompetensi dan kinerja yang berkaitan dengan individu dapat dianalisis melalui kegiatan; wawancara terencana, observasi, pembagian kuesioner dan lain-lain.

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan

Skala Prioritas adalah tingkatan-tingkatan yang memiliki kriteria tertentu atas segala sesuatu yang diutamakan. Hal-hal yang mempengaruhi skala prioritas adalah tingkat urgensinya, kesempatan yang dimiliki, pertimbangan masa depan, kemampuan diri, tingkat pendapatan, status sosial dan lingkungan.

Need Assessment (analisis kebutuhan) adalah suatu cara atau metode untuk

mengetahui perbedaan antara kondisi yang diinginkan/seharusnya (should be / ought to be) atau diharapkan dengan kondisi yang ada (what is). Metode Need

(13)

Assessment dibuat untuk bisa mengukur tingkat kesenjangan yang terjadi dalam pembelajaran siswa dari apa yang diharapkan dan apa yang sudah didapat.

Langkah – langkah Analisis kebutuhan digambarkan oleh Glasgow dalam bentuk kegiatan yang dimulai dari tahapan pengumpulan informasi sampai merumuskan masalah. Sedangkan Morrison menggambarkan Need assessment dalam bentuk kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai membuat laporan akhir.

Cara mengaplikasikan analisis kebutuhan dalam belajar mengajar adalah guru harus memusatkan perhatian ke arah pencapaian tujuan untuk kemudian mencari materi yang tepat agar tujuan tersebut dapat tercapai. Setelah tujuan dan materi dikuasai maka tinggal menerapkan strategi dan metode yang sesuai untuk diterapkan. ? ? ? ? ? ? 3.2. Saran

Setelah membahas makalah yang berjudul analisis skala prioritas kebutuhan dalam pendidikan dan pelatihan, diharapkan agar para mahasiswa pasca sarjana teknologi pendidikan dan yang membaca makalah ini dapat lebih kritis dalam menanggapi bagaimana sesungguhnya skala prioritas kebutuhan dalam pendidikan dan pelatihan. Kita harus lebih memahami tentang bagaimana skala prioritas kebutuhan dalam pendidikan dan pelatihan sebagai seorang figur yang berkecimpung dalam dunia pendidikan yang sudah seharusnya memberikan perbaikan bagi dunia pendidikan di negara Indonesia tercinta ini.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr.H. Wina Sanjaya, M.Pd (2008) Perencanaan dan desain system pembelajaran, Jakarta.kencana group.

http://lilisherlinaznyemnyem.blogspot.com/2012/03/need-assessment.html

http://bukan-situs.blogspot.com/2012/02/analisis-kebutuhan-pembelajaran-dan_28.html

Referensi

Dokumen terkait

Dari data yang diperoleh akan dibuat table skala prioritas untuk menujukan atribut mana yang dianggap lebih penting oleh konsumen dalam memilih jasa

Dari hasil skala prioritas dengan menggunakan metode Multi Decision Maker (MCDM) ( Analytical Hierarchy Process (AHP)), sumber air baku yang layak untuk

dengan prioritas masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. 5) Menentukan dan melakukan evaluasi keperawatan pada klien. dengan prioritas masalah nutrisi kurang dari

berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.. C dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Prioritas Masa lah Pemenuhan Kebutuhan

Dari hasil perhitungan skala prioritas penanganan jalan dengan menggunakan bobot yang diperoleh bedasarkan SK No.77, Tahun 1990 sebagaimana dilampirkan pada Tabel

INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN

Dari hasil tersebut didapatkan kesimpulan yaitu skala prioritas genangan pada Kecamatan Karawang Barat terletak di Kelurahan Tanjungpura terdapat 3 titik genangan