• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : Sudiyanto, SPd Guru SMP Negeri 3 Ngrambe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh : Sudiyanto, SPd Guru SMP Negeri 3 Ngrambe"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Biologi Materi Pewarisan Sifat Pada Makhluk Hidup Siswa

Kelas IX-B Semester II Tahun Pelajaran 2014-2015 Di SMP Negeri 3 Ngrambe

Oleh : Sudiyanto, SPd

Guru SMP Negeri 3 Ngrambe

ABSTRAK

Berdasar hasil pada studi dolumentasi , peneliti dapat mengetahui siswa yang memahami dan siswa yang kurang memahami materi pelajaran IPA-Biologi khususnya pada pokok bahasan Pewarisan Sifat Pada Makhluk Hidup untuk materi kelas 9 semester genap, karena banyak siswa yang masih kebingungan dalam memahami konsep pengertian tentang Pewarisan Sifat Pada Makhluk Hidup, juga hasil belajar siswa yang masih rendah dibawah KKM pelajaran IPA-Biologi yang telah ditetapkan di sekolah. nilai rata-rata kelas pada siswa kelas 9-B hanya mencapai 6,7, dengan ketuntasan klasikal mencapai 56,8% atau 21 siswa tuntas dari 37 siswa dalam satu kelas. Jika ketuntasan individu ditetapkan 65 dan ketuntasan klasikal 85%, nilai tersebut masih jauh dibawah garis standar penilaian ketuntasan.

Sebagai follow up dan tindak lanjut permasalahan di atas, sebagai guru mata pelajaran IPA-Biologi merasa berkewajiban melaksanakan tindakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi alat-alat optik dan aktivitas belajarnya, dalam hal ini perlu adanya inovasi pembelajaran dalam pelajaran IPA-Biologi. Salah satu solusi adalah menerapkan pembelajaran kooperatif Jigsaw untuk mendongkrak minat, aktifitas siswa sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasar hasil penelitian diperoleh simpulan dengan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw minat, aktifitas sekaligus prestasi hasil belajar siswa meningkat, hal ini ditandai dengan perolehan nilai setelah evaluasi dari siklus I ke siklus III selalau ada peningkatan. Frekuensi sebaran nilai siswa juga menunjukkan kategori baik. Pada Siklus I: nilai rata-rata siswa mencapai 6,7 dengan ketuntasan klasikal mencapai 56,8%, pada siklus II meningkat nilai rata-rata mencapai 7,0 dan ketuntasan mencapai 73%, pada siklus III meningkat menjadi 7,2 untuk rata-rata dan 89,2% ketuntasan klasikal.

Kata-kata kunci : Pembelajaran Jigsaw, Pewarisan Sifat Pada Makhluk Hidup, Prestasi Belajar

A. PENDAHULUAN

Rendahnya mutu

pendidikan di Indonesia sangat bergantung pada bagaimana guru menyikapi pembelajaran. Pemakaian model pembelajaran yang tepat, sarana

yang memadai dan gizi yang cukup untuk anak didik akan sangat menentukan keberhasilan mutu pendidikan di Indonesia.

Pemilihan penggunaan pembelajaran kooperatif sebagai salah satu alternatif

(2)

pemecahan masalah pada pembelajaran IPA-Biologi dinilai sangat tepat.

Beberapa alasan penggunaan

pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran menurut (Slavin, 1994) adalah sebagai berikut: (1) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam rangka memperbaiki hubungan antar Group (2) mengatasi rintangan

kelas secara akademik (3)

meningkatkan harga diri (4) menumbuhkan kesadaran bahwa siswa perlu belajar berfikir (5) memecahkan

masalah dan belajar untuk

mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimilikinya (6) mendorong terbentuknya struktur kognitif pada diri siswa baik yang menyangkut pengetahuan konsep, prinsip dan prosedur sehingga terjadi pemahaman yang lebih bermakna, (7) mmenciptakan rasa senang pada diri

siswa dan mennyambungkan

pengetahuannnya kepada anggota-angota dalam kelompoknnya.

Hasil belajar yang mengkhusus pada prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh strategi dan perencanaan yang dilakukan oleh guru sebagai pelaksana pendidikan terdepan. Strategi dan perencanaan yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang menunjuk kepada bagaimana guru mengatur keseluruhan proses belajar mengajar, meliputi: mengatur waktu, pemenggalan penyajian, pemilihan metode, pemilihan pendekatan, dan sebagainya. Artinya bagaimana guru memikirkan strategi, sekaligus

memikirkan metode dan

pendekatannya juga dalam upaya

mencapai hasil belajar yang sesuai dengan program yang direncanakan.

Untuk itu, dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, guru perlu memperkenalkan model pembelajaran yang dapat menjadikan suasana belajar siswa yang menyenangkan dan lebih efektif, dengan harapan kondisi kegiatan belajar siswa akan lebih enjoy (menikmati) sesuai dengan keinginan

belajar siswa. Dengan

memperkenalkan model pembelajaran yang dapat melibatkan semua siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar, pencapaian tujuan pembelajaran akan lebih efektif dan hasil kegiatan pembelajaran akan lebih nyata hasilnya.

Menurut Hamalik (2001) guru dituntut untuk memiliki kemampuan mendesain programnya dan sekaligus menentukan strategi instruksional yang harus ditempuh. Para guru harus memiliki ketrampilan memilih dan menggunakan metode mengajar untuk diterapkan dalam sistem pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu, guru dipandang sebagai agen modernisasi dalam segala bidang. Usaha utama yang dapat dilakukan oleh guru adalah melalui program pendidikan bagi para siswa. Dalam melakukan usaha pencapaian tujuan pendidikan di sekolah tersebut, guru berperan penting dalam menggunakan model pembelajaran dan cara untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti akan melakukan suatu kegiatan penelitian tindakan kelas (action research) berkaitan dengan

(3)

penggunaan model pembelajaran dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas IX-B Siswa SMP Negeri 3 Ngrambe dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Biologi. Penelitian tindakan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana dampak model pembelajaran yang diterapkan dalam belajar mata pelajaran Biologi terhadap prestasi belajar siswa Kelas IX-B SMP Negeri 3 Ngrambe tahun pelajaran 2014/2015. Model pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran dengan teknik jigsaw.

Seperti telah dijabarkan di atas bahwa siswa akan lebih memperoleh prestasi belajar yang baik bila dalam kegiatan belajar melibatkan semua siswa melakukan aktivitas sesuai dengan materi pembelajaran yang dipelajari. Sejauh ini pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada

guru sebagai sumber utama

pengetahuan, kemudian ceramah menjadikan pilihan utama strategi belajar. Untuk itu diperlukan sebuah

strategi baru yang lebih

memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.

Kenyataan yang ada di

lapangan pendidikan proses

pencapaian tujuan pembelajaran di SMP Negeri 3 Ngrambe, masih menggunakan paradigma lama dengan

memperlakukan guru sebagai sumber utama dalam belajar walaupun sekarang kurikulum telah berkembang

menuju Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Sehingga tidak menutup kemungkinan hasil belajar yang dicapai oleh siswapun terkesan monoton, karena hanya menghafal suatu fakta dan guru dipandang sebagai sumber utama dalam belajar. Salah satu hasil belajar yang diperoleh adalah mata pelajaran Biologi. Belajar Biologi lebih mengutamakan pada kemampuan berpikir logika, tidak menghafalkan suatu fakta. Namun kenyataan ini masih terlihat dalam pencapaian hasil belajar di Kelas IX-B SMP Negeri 3 Ngrambe.

Melalui kegiatan

pembelajaran dengan model jigsaw ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar serta prestasi belajar Biologi Materi pokok Pewarisan sifat pada makhluk hidup pada siswa Kelas IX-B SMP Negeri 3 Ngrambe tahun pelajaran 2014/2015.

Hipotesis Tindakan

Dengan model jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar serta prestasi belajar Biologi Materi pokok Pewarisan sifat pada makhluk hidup pada siswa Kelas IX-B SMP Negeri 3 Ngrambe tahun pelajaran 2014/2015.

B. KAJIAN PUSTAKA 1. Model Jigsaw

Model Jigsaw adalah suatu teknik belajar kelompok yang digambarkan sebagai berikut: (a) Satu kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, banyaknya anggota

(4)

kelompok dise-suaikan dengan banyaknya masalah/problem yang ditawarkan guru. Kelompok-kelompok ini disebut dengan home group, (b) Setiap anggota home group diberi problem yang berbeda-beda, tapi masing-masing home group di beri persoalan yang sama. Dengan batasan waktu tertentu masing-masing anggota menyelesaikan problem secara individu, (c) Anggota home group akan berpencar dan membentuk kelompok baru yang membawa persoalan sama. Kelompok ini disebut expert group (kelompok ahli). Di kelompok inilah mereka berdiskusi untuk menyamakan persepsi atas jawaban mereka, dan (d) Setelah selesai mereka kembali ke home group dan anggota-anggota akan mensosiali-sasikan hasil/jawaban dari kelompok ahli.

Teknik jigsaw merupakan salah satu dari strategi pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan di sekolah-sekolah. Menurut Suryanto (1999) pembelajaran kooperatif adalah salah satu jenis belajar kelompok dengan kekhususan sebauai berikut: (a) kelompok terdiri atas anggota yang hiterogen, (b) ada ketergantungan positif diantara anggota kelompok, karena ma-sing-masing individu memiliki rasa tanggung jawab, (c) kepe-mimpinan dipegang bersama, (d) guru mengamati kerja kelompok dan melakukan intervensi bila perlu, dan (e) setiap anggota kelompok harus siap menyajikan hasil kerja kelompok. Dari kelima kekhususan tersebut, juga dimiliki oleh karakteristik dari teknik jigsaw.

Secara terinci, langkah-langkah dalam model Jigsaw adalah sebagai berikut:

1. Siswa diminta membentuk kelompok kecil

2. Setiap anggota kelompok diberi tugas yang berbeda

3. Tiap siswa membaca dan memikirkan tugasnya

4. Guru meminta siswa agar siswa yang mendapat tugas sama berkumpul jadi satu kelompok baru.

5. Setiap siswa kelompok baru mencatat hasil diskusinya untuk dilaporkan ke kelompok semula 6. Selesai diskusi sebagai tim ahli

informasi, kembali ke kelompok semula untuk melaporkan hasil diskusinya.

7. Setelah siswa selesai melaporkan, guru menunjuk salah satu kelompok untuk menyampaikan hasil didepan kelas.

8. Guru mengklarifikasi dan merangkum materi pembelajaran

2. Prestasi Belajar Belajar

Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh siswa untuk mencapai tujuan. Winkel (1984) mengatakan bahwa belajar adalah suatu akti-vitas mental dan psikhis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap.

Selanjutnya Sukirin (1984) mengatakan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang disengaja untuk

(5)

merubah tingkah laku sehingga diperoleh kecakapan baru.

Hilgard yang dikutip oleh Pasaribu (1983) berpendapat bahwa Learning in the process by wich an activity oreginites or is changed trough responding to a situation provided the changed can not be attributed to growth or the temporary sate of the organisme as in fatique or under druges. Artinya belajar adalah suatu proses kegiatan yang menghasilkan aktivitas baru atau perubahan kegiatan karena reaksi lingkungan. Perubahan itu tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh perubahan atau kesadaran sementara orang tersebut karena kelelahan atau karena obat-obatan, sehingga orang tersebut tidak sadar terhadap keadaan dirinya. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan pengetahuan, kecakapan dan tingkah laku. Perubahan itu diperoleh dengan latihan dan pengalaman bukan perubahan dengan sendirinya.

Menurut Hamalik (2001) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada hal itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan pengubahan kelakuan. Selanjutnya Hamalik (2002) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Masalah pokok yang dihadapi dalam belajar adalah bahwa proses belajar tidak dapat diamati secara langsung dan kesulitan untuk

menentukan kepada terjadinya perubahan tingkah laku belajarnya. Untuk dapat mengamati terjadinya perubahan tingkah laku tersebut hanya dapat diketahui bila telah mengadakan

penilaian. Itulah sebabnya

pengendalian dan pengontrolan proses belajar dapat dilakukan bila proses belajar tersebut direncanakan dalam desain sistem belajar yang cermat.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sadar, baik itu perubahan pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan, dan perubahan tesebut dilakukan secara berkesinambungan.

Prestasi Belajar

Dalam Ensiklopedia (1971), prestasi merupakan kata yang berdiri sendiri yang berarti produksi yang dicapai oleh tenaga atau daya kerja seseorang dalam kurun waktu tertentu.

Pendapat lain disampaikan oleh Woodworth (1951) mengatakan bahwa prestasi (achivement) adalah actual ability and can be measured directly by use of test. Artinya prestasi menunjukkan suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tes.

3. Motivasi Belajar

Motivasi adalah kekuatan pendorong yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu dalam mencapai tujuan.

Motivasi merupakan kunci

keberhasilan jika dalam diri orang itu ada keinginan atau dorongan untuk belajar (Hudoyo, 1981: 30)

(6)

Di dalam belajar, seseorang

memperoleh pengalaman atau

pengetahuan baru melalui suatu proses yang aktif, sehingga diperoleh perubahan tingkah laku. Karena itu untuk belajar seseorang memerlukan dorongan yang disebut motivasi. Motivasi ini akan menunjukkan intensitas usaha seseorang dalam belajar.

Prayitno (1989:8)

mengemukakan bahwa betapapun baiknya potensi anak yang meliputi kemampuan intelektual atau bakat dan materi yang diajarkan serta lengkapnya sarana belajar, tetapi jika anak tidak mempunyai motivasi dalam belajar maka proses belajar mengajar tidak akan optimal.

Suryabrata (1987:12)

menyatakan bahwa motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Sedang Winkel (1986:27)

menerangkan bahwa motivasi adalah semua yang berhubungan dengan timbulnya dan berlangsungnya daya penggerak di dalam pribadi orang untuk melakukan aktivitas tertentu untuk mecapai tujuan.

Dari beberapa definisi tentang motivasi tersebut dapat dikatakan bahwa motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.

Dalam penelitian

Meningkatkan Prestasi Belajar Biologi Siswa Kelas IX-B SMP Negeri 3 Ngrambe dengan Model Pendekatan Jigsaw dalam Kegiatan Belajar Mengajar, yang dimaksudkan prestasi belajar adalah hasil belajar yang

dicapai dalam bentuk angka atau nilai pada mata pelajaran Biologi Kelas IX-B. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka sema-kin baik prestasi belajar yang didapatkan.

Untuk memperoleh hasil belajar siswa sangat ditentukan oleh strategi pembeljaran yang digunakan oleh guru selaku pelaksana dan perencana kegiatan belajar mengajar. Berikut ini akan dijelaskan pembahasan tentang strategi pembelajaran.

4. Mata Pelajaran Biologi

Mata pelajaran IPA (Biologi), khususnya di SMP merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa, serta mencintai, menghayati dan menyadari kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu, ada tiga materi kunci untuk mempelajari dan memahami Biologi, yakni konsep-konsep, hukum-hukum atau asas-asas, dan teori-teori. Ketiga materi kunci dapat dikuasai jika siswa secara sadar dan sepenuh hati rajin melakukan kegiatan-kegiatan atau percobaan dan mengaplikasikan temuannya baik disekolah maupun dilingkungan lain yang relevan dengan topik yang sedang dipelajari. Untuk melakukan kegiatan, siswa atau guru dapat memanfaatkan alat-alat sederhana yang dibuat sendiri atau yang terdapat dilaboratorium.

Mengapa belajar Biologi perlu disertai kegiatan praktikal? Karena Biologi merupakan ilmu yang bermanfaat ganda, yaitu pemahaman

(7)

konsep, fakta, prinsip, dan pengembangan keterampilan proses selain penumbuhan sikap ilmiah. Dengan demikian, dikelas selama KBM siswa dipelakukan seperti “saintis cilik”. Pada pembelajaran Biologi kelas IX SMP ini diharapkan siswa dapat memahami, menjawab, dan menjelaskan gejala-gejala alam dan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari yang dialaminya.

Biologi Pada Materi Pewarisan Sifat Pada Makhluk Hidup

Pewarisan sifat atau yang lebih dikenal dengan hereditas merupakan suatu pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya. Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat disebut dengan genetika. Pewarisan sifat itu dapat ditentukan oleh kromosom dan gen.

Istilah dalam Pewarisan Sifat dan Persilangan

(1) Kromosom adalah struktur benang yang ada di dalam inti sel yang tugasnya bertanggung jawab dalam hal sifat keturunan (hereditas). Yang Tersusun atas sentromer dan lengan kromosom. (2)Genatau disebut dengan istilah substansi hereditas” yang terletak berada di dalam kromosom. (3) Genotipe adalah suatu sifat dasar yang tidak tampak serta bersifat tetap pada individu. Genotipe itu berkodekan dengan simbol huruf yang diambil dari huruf paling depan dari sifat yang dimiliki oleh individu yang dipersilangkan. (4) Alel adalah anggota dan suatu gen yang punya suatu pengaruh berlawanan. Misalnya, T

menentukan sifat tinggi pada suatu tanaman, sedangkan t menentukan batang pendek. Dengan demikian, T dan t merupakan alel satu terhadap yang lain. (5) Fenotipe merupakan sifat-sifat yang tampak pada suatu individu serta dapat diamati dengan panca indra. Misalnya seperti warna bunga merah, rambut keriting, rambut lurus, tubuh besar, badan tinggi, hidung mancung, kulit kuning, dan buah besar. (6) Dominan merupakan salah satu sifat suatu individu yang dalam proses persilangannya

mengalahkan atau menutupi

pemunculan sifat individu lain dalam persilangan. (7) Sifat resesif merupakan suatu sifat kebalikan dari sifat dominan, yaitu sifat suatu individu yang tidak muncul dalam keturunannya karena terkalahkan atau tertutupi oleh pemunculan sifat sejenis dari individu lain dalam persilangan. (8) Intermediet adalah sifat suatu individu yang pemunculannya merupakan gabungan antara sifat kedua induk yang dipersilangkan. (9) Hibrida punya arti sebagai hasil perkawinan antara dua individu yang punya sifat berbeda.

C. METODE PENELITIAN Prosedur Pengumpulan Data

Penggunaan prosedur

pengumpulan data yang tepat dapat diperoleh data yang objektif dalam kegiatan penelitian. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini diantaranya:

(8)

Observasi diartikan

sebagai pengamatan dan

pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Zuriah, 2003). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlang-sungnya peristiwa.

Ada dua jenis observasi yang dilakukan, diantaranya: (a) Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan dimana observer berada bersama objek yang diselidiki, dan (b) Observasi tidak langsung, yaitu observasi atau pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peris-tiwa yang akan diteliti. Dengan menggunakan teknik ini, melakukan catatan terhadap hasil observasi dengan menggunakan daftar cek (chek list).

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat peneliti melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa Kelas IX-B SMP Negeri 3 Ngrambe dan guru Kelas IX-B di sekolah tersebut dan sekolah lainnya. Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara mendalam yang tidak terstruktur. Sebab dalam wawancara tidak terstruktur akan diperoleh informasi sebanyak-banyaknya yang rahasia, dan sensitif sifatnya sekalipun serta memungkinkan sekali dicatat semua respons

afektif informan yang tampak selama wawancara berlangsung (Bafadal, 1994).

Namun dalam

pelaksanaan wawancara tersebut tetap mengacu pada Guba dan Lincoln (Bafadal, 1994) bahwa sebelum melakukan wawancara terlebih dahulu disusun garis-garis

besar pertanyaan yang

disampaikan kepada informan berdasarkan ruang lingkup penelitian.

3. Dokumentasi

Menurut Zuriah (2003) teknik ini adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum lain yang berhu-bungan dengan masalah penelitian.

Guba & Lincoln (1981) mengatakan bahwa dokumen dan record dapat digunakan untuk keperluan penelitian karena: (1) merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong, (2) berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, (3) sifatnya alamiah sesuai dengan konteks, (4) hasil pengkajian akan membuka

kesempatan untuk lebih

memperluas pengetahuan yang diselidiki.

Analisis Data

Teknis analisis data dalam penelitian ini, adalah analisis data kualitatif yang bersifat linear (mengalir) maupun bersifat sirkuler.

(9)

Adapun teknik analisis data yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan. Penelaahan dilakukan dengan cara menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan, dan menyimpulkan. Kegiatan penelaahan pada prinsipnya dilaksa-nakan sejak awal data dikumpulkan, (2) mereduksi data yang didalamnya melibatkan kegiatan mengkategorikan dan pengkla-sifikasian, dan (3) menyimpulkan dan menverifikasi. Dari kegiatan reduksi selanjutnya dilakukan penyimpulan terakhir dan selanjutnya diikuti kegiatan verifikasi atau pengujian terhadap temuan penelitian.

Tahap-tahap Penelitian Refleksi.

Merupakan fase refleksi awal yang berarti melakukan refleksi terhadap situasi yang sebenar-nya, setelah merumuskan tema penelitian.

Perencanaan.

Merupakan fase perencanaan yang dilakukan setelah melakukan fase pertama, perlu mereview analisis awal yang harus dilakukan, ten-tang model jigsaw dalam kegiatan belajar mengajar pada siswa Kelas IX-B SMP Negeri 3 Ngrambe tahun pelajaran 2014/2015. Dalam tahap ini diharapkan (a) dapat menterje-mahkan gambaran yang jelas tentang model jigsaw dalam proses belajar mengajar, dan alasan pemi-lihan tema tersebut, (b) draft kerja tindakan tiap individu dan kelompok, (c) gambaran tentang pi-hak yang terlibat, (d) garis besar rencana program kerja (time

schedulle), (e) memonitor perubahan saat penelitian berlangsung, dan (f) gambaran awal tentang efisiensi data yang terkumpul. Tahap ini memastikan bahwa siswa Kelas IX-B SMP Negeri 3 Ngrambe dijadikan sebagai obyek penelitian dengan pertimbangan karakteristik yang dimiliki kelas ini sesuai dengan permasa-lahan yang akan dibahas oleh peneliti.

Tindakan Observasi.

Tahap merupakan tahap penjabaran rencana ke dalam tindakan dan mengamati jalannya tindakan. Menurut Nasution (1988) yang dimaksud dengan observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan selama di lapang-an, peneliti berusaha berinteraksi dengan subjek secara aktif, sebab observasi adalah kegiatan selektif dari suatu proses aktif. Dimaksudkan un-tuk mengetahui keadaan obyek penelitian sebelum peneliti melakukan penelitian sesuai dengan ke-nyataan yang ada.

Refleksi Akhir.

Tahap ini terdiri dari : (a) menga-nalisis, (b) melakukan sintesis, (c) memberikan makna, (d) eksplanasi, dan (e) membuat simpulan.

D.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Kegiatan Siklus 1

Setelah kegiatan belajar mengajar dalam serangkaian kegiatan penelitian dilaksanakan, selanjutnya peneliti akan memaparkan hasil kegiatan pembelajaran siswa Kelas IX-B SMP Negeri 3 Ngrambe tahun pelajaran 2014/2015, berkaitan dengan upaya peningkatan prestasi belajar

(10)

siswa dengan model pembelajaran jigsaw. Dalam kegiatan ini yang dilakukan oleh peneliti adalah

melakukan evaluasi sebagai

pembuktian dampak penggunaan model jigsaw terhadap prestasi belajar

siswa Kelas IX-B SMP Negeri 3 Ngrambe tahun pelajaran 2014/2015.

Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan yang dilakukan oleh siswa, dapat didistribusikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 1 . Distribusi Hasil Evaluasi Belajar (%) Siswa Kelas IX-B SMP Negeri 3 Ngrambe, Siklus l

No Nilai Frekwensi Frekwensi

(%) Kategori Prestasi Belajar 1 10 0 0% Sangat Baik 2 9 1 3% Baik 3 8 8 22% Cukup Baik 4 7 12 32% Cukup 5 6 9 24% Sedang 6 5 7 19% Kurang Total: 37 100%

Dari frekuensi data tersebut diketahui kategori kurang dalam prestasi belajar adalah nilai 5 dengan frekuensi 7 dan prosentase 19%, kategori nilai sedang adalah nilai 6 dengan frekuensi 9 dan prosentase 24%, sedangkan kategori hasil belajar cukup adalah nilai 7 dengan frekuensi 12 dan prosentase 32%, nilai cukup baik adalah 8 dengan frekuensi 8 dan prosentase 22%. nilai baik adalah 9 dengan frekuensi 1 dengan prosentase 3%, dan nilai sangat baik adalah 10 dengan frekuensi 0 dan prosentase 0.00%.

Berdasarkan pada kegiatan siklus 1 tersebut, peneliti melakukan refleksi dari hasil kegiatan tersebut dengan mendeskripsikan hasil pengamatan dan observasi selama melakukan kegiatan. Hal-hal yang perlu dipaparkan dalam evaluasi belajar siklus 1 ini menunjukkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan,

dan cara belajar siswa lebih cepat memahami materi dari guru, tetapi masih ada beberapa siswa yang ragu dengan model pembelajaran model jigsaw ini. Peneliti menyadari dengan hasil belajar siswa tersebut, sebab kegiatan ini baru dilaksanakan tahap siklus 1.

Untuk membuktikan

efektifitas model jigsaw dalam upaya meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Biologi, maka perlu dibuktikan lagi pada kegiatan berikutnya yaitu kegiatan siklus 2. Adapun hasil kegiatan siklus 2 akan dipaparkan sebagai berikut :

Kegiatan Siklus 2

Dalam kegiatan siklus 2 ini adalah melakukan evaluasi sebagai pembuktian dampak penggunaan model jigsaw terhadap prestasi belajar mata pelajaran Biologi siswa Kelas

(11)

IX-B SMP Negeri 3 Ngrambe tahun pelajaran 2014/2015.

Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan yang dilakukan oleh siswa,

dapat didistribusikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 2. Distribusi Hasil Evaluasi Belajar (%) Siswa Kelas IX-B

SMP Negeri 3 Ngrambe, Siklus 2

No Nilai Frekwensi Frekwensi

% Kategori Prestasi Belajar l . 10 0 0 Sangat Baik 2. 9 1 3% Baik 3. 8 8 22% Cukup Baik 4. 7 18 49% Cukup 5. 6 10 27% Sedang 6. 5 0 0% Kurang Total : T otal : 37 1 9 100%

Dari frekuensi data tersebut diketahui kategori kurang dalam prestasi belajar adalah nilai 5 dengan frekuensi 0 dan prosentase 0%, kategori nilai sedang adalah nilai 6 dengan frekuensi 10 dan prosentase 27%, sedangkan kategori hasil belajar cukup adalah nilai 7 dengan frekuensi 18 dan prosentase 49%, nilai cukup baik adalah 8 dengan frekuensi 8 dan prosentase 22%. nilai baik adalah 9 dengan frekuensi 1 dengan prosentase 3%, dan nilai sangat baik adalah 10 dengan frekuensi 0 dan prosentase 0%. Berdasarkan pada kegiatan siklus 2 tersebut, peneliti melakukan refleksi dari hasil kegiatan tersebut dengan mendeskripsikan hasil pengamatan dan observasi selama melakukan kegiatan. Hal-hal yang perlu dipaparkan dalam evaluasi

belajar siklus 2 ini menunjukkan hasil belajar siswa lebih baik dari pada kegiatan siklus l. Beberapa siswa lebih cepat memahami materi dari guru, sehingga hasil belajar siswa tersebut lebih baik dibandingkan kegiatan sebelumnya.

Untuk membuktikan

efektifitas model jigsaw dalam upaya meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Biologi, maka perlu dibuktikan lagi pada kegiatan berikutnya yaitu kegiatan siklus 3. Adapun hasil kegiatan siklus 3 akan dipaparkan sebagai berikut:

Kegiatan Siklus 3

Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan yang dilakukan oleh siswa, dapat didistribusikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

(12)

Tabel 3.Distribusi Hasil Evaluasi Belajar (%) Siswa Kelas IX-B SMP Negeri 3 Ngrambe Siklus 3

No Nilai Frekwensi Frekwensi

% Kategori Prestasi Belajar l . 10 0 0 Sangat Baik 2. 9 2 5% Baik 3. 8 9 24% Cukup Baik 4. 7 22 59% Cukup 5. 6 4 11% Sedang 6. 5 0 0% Kurang Total : T otal : 37 1 9 100%

Dari frekuensi data tersebut diketahui kategori kurang dalam prestasi belajar adalah nilai 5 dengan frekuensi 0 dan prosentase 0%, kategori nilai sedang adalah nilai 6 dengan frekuensi 4 dan prosentase 11%, sedangkan kategori hasil belajar cukup adalah nilai 7 dengan frekuensi 22 dan prosentase 59%, nilai cukup baik adalah 8 dengan frekuensi 9 dan prosentase 24%. nilai baik adalah 9 dengan frekuensi 2 dengan prosentase 5%, dan nilai sangat baik adalah 10 dengan frekuensi 0 dan prosentase 0%. Berdasarkan pada kegiatan siklus 3 tersebut, peneliti melakukan refleksi dari hasil kegiatan tersebut dengan mendeskripsikan hasil pengamatan dan observasi selama melakukan kegiatan.

Berdasarkan hasil kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh siswa selama melakukan kegiatan evaluasi tersebut menunjukkan bahwa model jigsaw berdampak positif terhadap upaya peningkatan prestasi belajar khususnya mata pelajaran Biologi pada siswa Kelas IX-B SMP Negeri 3 Ngrambe tahun pelajaran 2014/2015.

Refleksi

Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, akti-vitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan praktiksi dalam penelitian ini adalah dengan cara mendiskusikan hasil kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini. Kegiatan tersebut meliputi: (a) analisis, (b) sintesis, (c) pemaknaan, (d) penjelasan, dan (e) penyimpulan data dan informasi yang dikumpulkan.

Berdasarkan hasil paparan data tersebut di atas, maka refleksi yang disampaikan oleh peneliti adalah:

1. Model jigsaw sangat cocok digunakan dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Biologi untuk siswa Kelas IX-B SMP Negeri 3 Ngrambe.

2. Dengan mengimplementasikan model jigsaw dalam pembelajaran, kegiatan belajar mengajar sangat

(13)

efektif sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh oleh siswa sebagai pembelajar.

3. Prestasi belajar siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mata pelajaran Biologi untuk siswa kelas IX SMP, sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal ini dibuktikan oleh model jigsaw yang dilakukan oleh peneliti dalam

menyampaikan materi

pembelajaran Biologi kepada siswa Kelas IX-B SMP Negeri 3 Ngrambe tahun pelajaran 2014/2015.

4. Dengan demikian dapat dipastikan

bahwa selama kegiat-an

pembelajaran dengan model jigsaw, pencapaian hasil belajar siswa lebih baik dibandingkan dengan strategi yang tradisional. Artinya kegiatan pembelajaran di sekolah selama ini masih didasari

paradigma lama bahwa

pengetahuan merupakan perangkat fakta-fakta yang ha-rus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru

sebagai sumber utama

pengetahuan (teacher centered), kemudian ceramah menjadikan pilihan utama strategi belajar. Namun demikian sebaliknya untuk model jigsaw memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan pembe-lajaran lebih efektif (student centered).

Pembahasan

1. Model jigsaw berdampak positif pada upaya peningkatan prestasi

belajar siswa Kelas IX-B SMP Negeri 3 Ngrambe tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini dibuktikan pada kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan melalui beberapa siklus kegiatan. Dampak positif penggunaan model jigsaw diantaranya adalah: (1) siswa lebih termotivasi dalam belajar, (2) siswa lebih kreatif dan aktif dalam kegiatan belajar, (3) siswa lebih berani mengemukakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan, (4) siswa lebih bertanggungjawab, dan (5) prestasi belajar lebih meningkat. Disisi lain dampak positif dari model jigsaw ini adalah guru akan lebih

meningkatkan wawasan

pengetahuan yang disampaikan kepada siswa, sehingga guru akan memiliki kemampuan yang lebih profesional.

Dampak Negatif. Dampak negatifnya adalah siswa yang tidak memiliki kreativitas dan kemampuan rendah akan selalu tertinggal dalam proses belajarnya. Disisi lain siswa yang lebih kreatif dan mernpunyai kemampuan lebih akan merasa baik dibandingkan dengan siswa dibawahnya.

2. Dengan mengimplementasikan model jigsaw dalam pembelajaran dapat berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar yang dilakukan oleh siswa Kelas IX-B SMP Negeri 3 Ngrambe. Hal ini dibuktikan hasil evaluasi belajar yang dilakukan oleh siswa melalui beberapa siklus.

(14)

Siklus 1 didapatkan frekuensi data prestasi belajar yang didapatkan oleh siswa adalah kategori kurang dalam prestasi belajar adalah nilai 5 dengan frekuensi 7 dan prosentase 19%, kategori nilai sedang adalah nilai 6 dengan frekuensi 9 dan prosentase 24%, sedangkan kategori hasil belajar cukup adalah nilai 7 dengan frekuensi 12 dan prosentase 32%, nilai cukup baik adalah 8 dengan frekuensi 8 dan prosentase 22%. nilai baik adalah 9 dengan frekuensi 1 dengan prosentase 3%, dan nilai sangat baik adalah 10 dengan frekuensi 0 dan prosentase 0%.

Siklus 2 hasil evaluasi belajar yang dilakukan didapat-kan hasil belajar sebagai berikut adalah nilai 5 dengan frekuensi 0 dan prosentase 0 %, kategori nilai sedang adalah nilai 6 dengan frekuensi 10 dan prosentase 27%, sedangkan kategori hasil belajar cukup adalah nilai 7 dengan frekuensi 18 dan prosentase 49%, nilai cukup baik adalah 8 dengan frekuensi 8 dan prosentase 22 %. nilai baik adalah 9 dengan frekuensi 1 dengan prosentase 3%, dan nilai sangat baik adalah 10 dengan frekuensi 0 dan prosentase 0%.

Siklus 3 diperoleh prestasi belajar adalah nilai 5 dengan frekuensi 0 dan prosentase 0%, kategori nilai sedang adalah nilai 6 dengan frekuensi 4 dan prosentase 11%, sedangkan kategori hasil belajar cukup adalah nilai 7

dengan frekuensi 22 dan prosentase 59%, nilai cukup baik adalah 8 dengan frekuensi 9 dan prosentase 24%. nilai baik adalah 9 dengan frekuensi 2 dengan prosentase 5%, dan nilai sangat baik adalah 10 dengan frekuensi 0 dan prosentase 0%.

Dari ketiga siklus kegiatan tersebut menunjukkan bahwa pada setiap siklus kegiatan selalu mengalami peningkatan prestasi belajar yang diperoleh oleh siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model jigsaw memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa Kelas IX-B SMP Negeri 3 Ngrambe tahun pelajaran 2014/2015 pada mata pelajaran Biologi.

E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Model jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar Siswa Kelas IX-B SMP Negeri 3 Ngrambe tahun pelajaran 2014/2015. Sebagai buktinya bahwa, dari 37 siswa yang melakukan kegiatan belajar pada siklus I kategori kurang dalam prestasi belajar adalah nilai 5 dengan frekuensi 7 dan prosentase 19%, kategori nilai sedang adalah nilai 6 dengan frekuensi 9 dan prosentase 24%, sedangkan siklus II kategori nilai kurang tidak ada, kategori hasil belajar cukup adalah nilai 7 dengan frekuensi 18 dan prosentase 49%, nilai cukup baik adalah 8 dengan frekuensi 8 dan

(15)

prosentase 22 %, pada siklus III kategori nilai sedang adalah nilai 6 dengan frekuensi 4 dan prosentase 11%, sedangkan kategori hasil belajar cukup adalah nilai 7 dengan frekuensi 22 dan prosentase 59%, nilai cukup baik adalah 8 dengan frekuensi 9 dan prosentase 24%. nilai baik adalah 9 dengan frekuensi 2 dengan prosentase 5%.

2. Teknik Jigsaw salah satu komponen Contexstual Teaching and Learning (CTL). Strategi ini dapat dilakukan pada semua mata pelajaran.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang tersebut, maka dapat dirumuskan saran

kepada Guru SMP hendaknya

mempertimbangkan pemberian materi pembelajaran dengan mengenalkan kepada siswa dengan menggunakan berbagai macam model pembelajaran. Salah satunya adalah model jigsaw. Disamping itu guru yang mengajarkan mata pelajaran Biologi, hendaknya selalu mempunyai kreativitas dalam menggunakan strategi belajar yang diberikan kepada siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, I. 1998. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengelola Madrasah Ibtidaiyah dan SMP Berpretasi. Desertasi Tidak Dipublikasikan. Program Pascasarjana IKIP Malang

Bafadal, I. 1994. Proses Perubahan di Sekolah. Desertasi Tidak

Dipublikasikan. Program Pascasarjana IKIP Malang Bogdan, R. C., & Biklen, S. K. 1982.

Qualitative Research In Education. Boston: Allyn & Bacon

Guba, E. G., & Lincoln, Y. S. 1981. Effective Evaluation. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers

Hamalik, O. 2001. Prose. Belajar Mengajar. Jakarta:PT Bum] Aksara

Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara

Miles, M. B., & Hubennen, A.M.

1984. Analisis Data

Qualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Universitas Indonesia, Jakarta Moleong, L. J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nurhadi, & Senduk, G., A., 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK Malang: Universitas Negeri Malang.

Spradley, J., P. 1980. Participant Observation. New York: Holt, Rinehart and Winston

(16)

Sri Untari, dkk. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SMP dan MTs Kelas IX.Surakarta: PT Sekawan Cipta Karya

Zuriah, N. 2003. Penelitian Tindakan dalam Bidang Pendidikan dan Sosial. Edisi Pertama.

Malang: Bayu Media

Gambar

Tabel 1 . Distribusi Hasil Evaluasi Belajar (%) Siswa Kelas IX-B   SMP Negeri 3 Ngrambe, Siklus l
Tabel 2. Distribusi Hasil Evaluasi Belajar (%) Siswa Kelas IX-B    SMP Negeri 3 Ngrambe, Siklus 2
Tabel 3. Distribusi Hasil Evaluasi Belajar (%) Siswa Kelas IX-B  SMP Negeri 3 Ngrambe Siklus 3

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi lain yang terjadi, ketika catu daya cadangan bekerja tetapi pada saat bersamaan sumber listrik utama kembali tersedia maka aliran dari baterai

Ekstrak kental yang diperoleh selanjutnya dilakukan uji kelarutan dalam beberapa pelarut yaitu air, metanol, etil asetat, kloroform, n- Bbutanol dan n-Heksan dan

Pengukuran denyut nadi pemulihan dilakukan untuk memperkuat dugaan mengenai beban kerja fisik yang diterima oleh pekerja perbaikan kapal divisi konstruksi. Hal ini

Telah dilakukan pengujian cemaran mikroba dalam simplisia dan ekstrak pegagan ( Centella asiatica ) sebelum dan setelah proses pasteurisasi dengan sinar Gamma dalam

Pemahaman demikian tentunya tidak dapat disalahkan karena kenyataannya al-Ghazali pada akhir-akhir hidupnya lebih banyak berinteraksi dengan tasawuf dibandingkan

Hal ini menunjukkan bahwa ditinjau dari segi kadar α-selulosanya, kayu gelam akan menghasilkan kualitas pulp yang relatif rendah jika digunakan sebagai bahan baku industri